LP Askep Mastitis Mamae Lengkap
LP Askep Mastitis Mamae Lengkap
LAPORAN PENDAHULUAN
Disusun Oleh :
Desi Setiyaningsih
151100281 / semester 2
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yogyakarta
(Desi Setiyaningsih)
Pembimbing Lahan
Pembimbing Akademik
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ASI adalah salah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur
kebutuhan bayi baik fisik, psikologis, sosial maupun spiritual (Hubertin, 2003).
Menyusui merupakan suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu diseluruh dunia
berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI. Seiring
dengan perkembangan zaman, terjadi pula peningkatan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin pesat sehingga pengetahuan lama yang mendasar seperti
menyusui justru kadang terlupakan, menyusui adalah suatu pengetahuan yang
selama berjuta-juta tahun mempunyai peran yang penting dalam
mempertahankan kehidupan manusia (Roesli, 2000).
Semakin disadari bahwa pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat dari
teknik menyusui yang buruk, merupakan penyebab penting terjadinya mastitis,
tetapi dalam benak banyak petugas kesehatan, mastitis masih dianggap sama
dengan infeksi payudara. Mereka sering tidak mampu membantu wanita
penderita mastitis untuk terus menyusui, dan mereka bahkan mungkin
menyarankan wanita tersebut untuk berhenti menyusui, yang sebenarnya tidak
perlu. Mastitis adalah infeksi payudara yang kebanyakan terjadi pada ibu yang
baru pertama kali menyusui bayinya.
Mastitis hampir selalu unilateral dan berkembang setelah terjadi aliran
susu. Mastitis dan abses payudara terjadi pada semua populasi, dengan atau
tanpa kebiasaan menyusui. Insiden yang dilaporkan bervariasi dan sedikit
sampai 33% wanita menyusui, tetapi biasanya dibawah 10% (WHO, 2003).
Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting susu
lecet/nyeri sekitar 57% dari ibu-ibu yang menyusui dilaporkan pernah menderita
kelecetan pada putingnya, payudara bengkak. Payudara bengkak sering terjadi
pada hari ketiga dan keempat sesudah ibu melahirkan, karena terdapat sumbatan
pada satu atau lebih duktus laktiferus dan mastitis serta abses payudara yang
merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis yang disebabkan karena
meluasnya peradangan payudara. Sehingga dapat menyebabkan tidak
terlaksananya ASI ekslusif (Soetjiningsih, 1997).
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Konsep Teori Mastitis ?
2. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Mastitis?
C. Tujuan
1. Memahami Konsep Dasar Teori Mastitis.
2. Memahami Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Mastitis.
BAB II
PEMBAHASAN
I.
C. Patofisiologi
D. Pathway
Stasis
ASI
Jaringan
mammae
menjadi tegang
Lubang
duktus
laktiferus
lebih
Fisura
pada
puting
Terbukanya
port de
entry
Bakteri
MASTITI
S
Keteganga
n pada
jaringan
mammae
Laktasi
terganggu
Proses
infeksi
bakteri
Reaksi
imun
Ukuran
mamma
e
membes
Ganggu
an citra
tubuh
Penekanan
reseptor
nyeri
Nyeri akut
Menyusui
tidak
Muncul
pus
Kurang
pengetah
uan
Ansietas
Resik
o
tinggi
infeks
Dosis
Eritrimisin
Flukloksasilin
Dikloksasilin
Amoksasilin
Sefaleksin
II.
2) Kulit
ibu
nifas
dengan
mastitis
tidak
dilakukan
pemeriksaan
Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pembedahan.
Kemungkinan dapat dibuktikan : kerusakan permukaan kulit. Hasil
yang diharapkan : meningkatnya waktu penyembuhan luka.
Intervensi :
a. Kaji / balutan /luka untuk karakteristik drainase.
b. Awasi jumlah edema, kemerahan, dan nyeri pada insisi.
c. Awasi vital sign.
d. Tempatkan pada posisi semi fowler pada punggung / sisi yang
tak sakit dengan lengan tinggi dan disokong dengan bantal.
e. Catat jumlah dan karakteristik drainase.
f. Dorong untuk menggunakan pakaian yang tidak ketat.
g. Kolaborasi dengan team kesehatan.
2. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan trauma
jaringan. Kemungkinan dibuktikan : Nyeri, keluhan kekakuan,
perubahan tonus otot. Hasil yang diharapkan :Mengekspresikan
penurunan nyeri ketidakberdayaan.
Intervensi :
a. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya dan intensitas
(skala 0 – 10)
b. Perhatikan petunjuk verbal dan non verbal
c. Diskusikan sensasi masih adanya payudara normal
d. Bantu pasien menemukan posisi nyaman
e. Berikan tindakan kenyamanan dasar dan aktivitas terapeutik
f. Dorong ambulasi dini dan penggunaan teknik relaksasi,
bimbingan, imaginasi, sentuhan terapeutik.
g. Tekan dada saat latihan betuk / nafas dalam
h. Kolaborasi pemberian analgesik
3. Gangguan harga diri berhubungan dengan prosedur bedah yang
mengubah gambaran tubuh.
Kemungkinan dibuktikan : Perubahan aktual pada struktur tubuh,
selalu memikirkan perubahan dalam terapi kehilangan, tidak mau
melihat tubuh, tidak berpartisipasi dalam terapi.
Hasil yang diharapkan : Menujukkan gerakan ke arah penerimaan
diri dalam situasi.
Intervensi :
a. Dorong pertanyaan tentang situasi saat ini dan harapan yang
akan datang.
b. Berikan dukungan emosional bila balutan diangkat.
c. Identifikasikan masalah peran sebagai wanita, istri, ibu wanita
karir dan sebagainya.
d. Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan misalnya
marah, berumusuhan dan berduka.
e. Diskusikan tanda dan gejala depresi dengan orang terdekat.
f. Berikan penguatan positif untuk peningkatan / perbaikan dan
partisipasi perawatan diri / progam pengobatan.
g. Yakinkan perasaan / masalah pasangan sehubungan dengan
aspek seksual dan memberikan informasi dan dukungan.
h. Diskusikan dan rujuk ke kelompok pendukung untuk orang
terdekat.
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskular, nyeri.
Kemungkinan dibuktikan : Menolak upaya untuk bergerak,
membatasi rentang gerak.
Hasil yang diharapkan : Menunjukkan teknik yang memampukan
aktivitas .
Intervensi :
a. Tinggikan lengan yang sakit sesuai indikasi, mulai melakukan
rentang gerak pasif sesegera mungkin.
b. Biarkan pasien menggerakkan jari, perhatikan sensasi dan
warna tangan yang sakit.
c. Dorong pasien untuk menggunakan lengan untuk kebersihan
diri.
d. Bantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan.
e. Bantu ambulasi dan dorong memperbaiki postur
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
pembedahan
Kemungkinan dibuktikan : -
Hasil yang diharapkan : Pertahankan lingkungan akseptik yang
aman, mengidentifikasi faktor-faktor resiko individu dan
intervensi untuk mengurangi potensial infeksi.
Intervensi :
a. Kaji balutan / luka untuk karakteristik drain
b. Awasi vital sign
c. Perhatikan prinsip septik, antiseptik setiap tindakan.
d. Ganti balutan / rawat luka tiap hari
e. Kaji dolor, color, rubor (tanda-tanda infeksi)
f. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
g. Kolaborasi, pemberian antibiotik
6. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan
kurangnya informasi.
Kemungkinan dibuktikan : Mengungkapkan kurang pengetahuan
atau ketrampilan / permintaan informasi.
Hasil yang diharapkan : Intervensi :
a. Kaji kemampuan pasien untuk belajar
b. Beri Penkes tentang penyakitnya
c. Dorong klien / pasien untuk mengungkapkan masalah atau
ketakutan yang dihadapi
d. Anjurkan klien untuk menerangkan kembali tentang penkes
yang telah diberikan
e. Libatkan anggota keluarga
(Marlyn E. Doenges : 2000)
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
5.
6.
7.
8.
9.
H.,
dkk.
III. Widya
Medika : Jakarta
Doenges M. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta
Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Jakarta.
Sjamsuhidajat R. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi. EGC : Jakarta
Tapan. 2005. Kanker, Anti Oksidan dan Terapi Komplement. Elex Media
Komputindo : Jakarta
Carpenito, Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Mansjoer, A. dkk. 2001. Kapita selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius.
NANDA. 2010.
Prawirohadjo, S. 2001. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
YBP
Soetjiningsih. 1997. Asi: Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC.