Tugas Review Bab 5 Pengantar Ilmu Negara
Tugas Review Bab 5 Pengantar Ilmu Negara
Disusun oleh:
1. Rendi Lanfari Pratama 2 HTN B
1
ISI POKOK TUGAS
2
Kelebihan ;
Poin 1 : Dibagian Tujuan Negara
Yaitu disajikan berbagai pendapat dari ahli terkait define tujuan negara dengan
berbagai macam yang disebabkan perbedaan larat belakang social, budaya, sejarah
geografis, politik dan ideologi ha ini membuat mahasiswa lebih mudah dalam
memahami ajaran yang ingin dipelajari
Poin 4 : Dibagian Fungsi Negara disajikan pendapat Ahli Terkemuka Lloyd Vernon
Ballard
Yaitu dihalaman 79 terdapat pendapat ahli terkemuka yang menyampaikan
argumennya mengenai fungsi negara secara detail menjadikan pembaca lebih
percaya dan membenarkan pendapat tersebut seperti social conservation, social
control dan fungsi social improvement
3
2. Kualitas
.Dari masing – masing poin yang dijelaskan diatas ( ada kelemahan dan kelebihan )
dari yang dicantumkan, seperti di bagian tujuan negara itu memiliki kekurangan
yang cukup banyak yaitu tidak adanya ajaran – ajaran yang seharusnya dicantumkan
seperti ajaran :
1. Ajaran Kemerdekaan
2. Ajaran Kesejahteraan Umum
3. Ajaran . Kebaikan Tertinggi
5. Ajaran Kebebasan
Sedangkan dibagian Fungsi negara itu materinya meluas dan cukup memadahi dari
beberapa teori yang disajikan walaupun ada beberapa kurang detail secara mendalam
Ketika diepalajari.
4
3. Masukan atau saran
Poin 1: Penambahan materi mengenai Tujuan Negara ( Ajaran Kekuasaan )
Tidak adanya bukti dari doktrin pendapat yang disampaikan mengenai tujuan negara,
menjadikan pendapat dari Machiavelli dan Shang Yang kurang berbobot yang
mengatakan bahwasanya “rakyat yang lemah adalah negara yang kuat, negara yang
kuat adalah rakyat yang lemah”
Menurut Shang Yang, ada 10 (sepuluh) hal yang membuat rakyat lemah yang
disebut ten evils (sepuluh hal yang jahat). Ten evils terdiri atas upacara agama atau
adat (rites), musik (music), syair pujian (odes), sejarah (history), kebaikan atau
kebajikan (virtue), kesusilaan (moral culture), penghormatan terhadap orang tua
(filial piety), kewajiban persaudaraan (brotherly duty), kejujuran (integrity) dan
sophisme atau ucapan muluk-muluk tetapi hampa (sophism). Menurut Shang
Yang, kesepuluh hal itu dapat membuat rakyat menjadi lemah dan malas serta
tidak mau berjuang atau berperang sehingga harus dijauhkan dari masyarakat. Jika
kesepuluh hal itu dijauhkan, negara dapat membuat rakyat menjadi kuat dan mau
berjuang serta berperang sehingga negara akan jaya dan mendapat keunggulan.
Referensinya:
http://repository.ubharajaya.ac.id/8403/1/BUKU%20REFERENSI%20ILMU
%20NEGARA.pdf
Point 2 ; Penambahan materi mengenai negara ideal yang dimaksud oleh Plato
didalam pendapat Tujuan Negara ( Ajaran Kesusilaan ).
Yaitu tidak adanya penjelasan mengenai negara yang ideal dari pendapat
disampaikan oleh plato mengenai tujuan negara.
Perilaku penyelenggara negara (penguasa) yang buruk mendorong Plato untuk
melahirkan suatu gagasan tentang negara ideal. Negara ideal adalah negara yang
dapat memberikan kebahagiaan kepada segenap warga. Plato mengemukakan
pandangannya tentang tujuan mendirikan negara sebagai berikut “. . . tujuan kita
menegakkan negara bukanlah ketidakseimbangan kebahagiaan kelas tertentu,
melainkan demi kebahagiaan buat semua.” 1. Dengan perkataan lain, kebahagiaan
bersama atau kebahagiaan buat semua adalah kata kunci untuk memahami teori
negara ideal Plato. Menurut Plato, negara harus dapat memberikan jaminan
kebebasan supaya tiap orang dapat bertugas dengan baik. Tanggung jawab
1
Henry J. Schmandt, op. cit., hlm. 63.
5
masing-masing warga negara dapat dijalankan hanya jika ada kebebasan. Negara
juga harus berupaya menciptakan, menjaga, memelihara dan meningkatkan
semangat saling melayani supaya semua kebutuhan dapat terpenuhi semaksimal
mungkin. Setiap warga harus menjadi pelaku aktif yang senantiasa siap sedia
memenuhi panggilan untuk melayani sesamanya. Menurut pandangan Plato,
hanya dengan cara demikian kebahagiaan tiap warga dapat diselenggarakan.
Namun, Plato juga mengakui bahwa citra negara ideal yang dicita-citakan
sebagaimana dikemukakan di atas tersebut tidak mungkin hadir dalam dunia
yang nyata yang konkrit melainkan hanya terdapat da lam dunia cita-cita (dunia
ide) yang abstrak.
Referensinya ;
http://repository.ubharajaya.ac.id/8403/1/BUKU%20REFERENSI%20ILMU
%20NEGARA.pdf
6
Poin 4 : Penambahan materi mengenai Ajaran Kebaikan Tertinggi dalam
Tujuan Negara oleh Aristoteles ( tidak ada Ajaran Kebaikan Tertinggi )
Yaitu tidak ada pemikiran pendapat ahli dari Aristoteles mengenai ajaran kebaikan
tertinggi didalam tujuan negara walaupun dia menyampaikan ajaran yang lain
( Ajaran Kebahagiaan ).
Pendukung teori kebaikan tertinggi sebagai tujuan negara antara lain adalah
Thomas Aquino dan Aristoteles. Teori Aristoteles tentang kebaikan tertinggi
sebagai tujuan negara lebih mudah dipahami dengan bertitik tolak dari teorinya
mengenai sifat hakikat manusia. Bagi Aristoteles, manusia adalah zoon politikon
atau mahluk yang hidup dalam polis (negara kota) karena manusia dapat menjadi
manusia hanya jika hidup dalam suatu negara (kota). Menurut Aristoteles, mahluk
yang hidup di luar polis (negara-kota) kalau bukan dewa berarti hewan.
Menurut Aristoteles, negara ideal adalah negara yang dapat memanusiakan
manusia. Upaya memanusiakan manusia adalah kewajiban negara. Negara
berkewajiban memberi kebaikan tertinggi bagi semua warga. Kebaikan tertinggi
bu kan penjumlahan kebaikan individu-individu tetapi kebaikan yang dapat
dirasakan segenap warga. Kebaikan tertinggi adalah kemampuan negara untuk
memenuhi segenap kebutuhan hidup warga baik jasmaniah maupun rohaniah.
Dalam hubungan dengan pengertian konsep kebaikan yang tertinggi itu J. H Rapar
berkomentar sebagai berikut “. . . negara harus dapat melindungi warganya dari
berbagai serangan dan serbuan dari pihak luar, tetapi juga harus da pat
melindungi warganya dari berbagai gangguan yang berasal dari dalam oleh karena
ketidakteraturan dan ketidaktertiban2.
Referensinya :
http://repository.ubharajaya.ac.id/8403/1/BUKU%20REFERENSI%20ILMU
%20NEGARA.pdf
2
J.H. Rapar, Filsafat Politik Plato, Aristoteles, Agustinus, Machiavelli, op. cit., hlm.
174
7
Pelopor teori kebebasan sebagai tujuan negara adalah Montesquieu. Gagasan
Montesquieu mengenai kebebasan sebagai tujuan negara tidak terlepas dari
pengalaman hidupnya. Montesquieu adalah seorang sarjana hukum (hakim)
warga negara Perancis (1688-1755). Pada 1716, Montesquieu bergabung dengan
Academie Bordeaux suatu badan yang berorientasi kepustakaan dan ilmiah3
Dalam The Spirit of Law, Montesquieu mengemukakan doktrin Trias Politika
yang sangat terkenal. Doktrin ini harus dipahami dalam hubungan dengan
kebebasan sebagai tujuan negara. Tujuan doktrin ini adalah membatasi kekuasaan
demi kebebasan individu karena kebebasan bagi Montesquieu adalah sangat penting.
Gagasan pembatasan kekuasaan merupakan respons intelektual Montesquieu
terhadap situasi dan kondisi zamannya. Montesquieu mengemukakan “Kebebasan
adalah untuk melakukan apa saja yang diperbolehkan oleh hukum, dan jika seorang
warga negara melakukan apa yang dilarang hukum, maka ia tidak lagi memiliki
kebebasan, karena semua warga negara lain sesamanya akan memiliki
kekuasaan yang sama pula4 Namun, kebebasan secara normatif atau kebebasan
yang diberikan oleh undang-undang (hukum) tidak selalu merupakan jaminan
untuk dapat memiliki kebebasan dalam kenyataannya. Bahkan, dalam negara
demokrasi sekalipun. Hal itu dapat terjadi karena selalu ada kecenderungan penguasa
untuk menyalahgunakan kekuasaan yang berpotensi memberangus kebebasan
Referensinya ;
http://repository.ubharajaya.ac.id/8403/1/BUKU%20REFERENSI%20ILMU
%20NEGARA.pdf
DAFTAR PUSTAKA
https://osf.io/preprints/e9bav/
10