Anda di halaman 1dari 10

REVIEW BAB V

PENGANTAR ILMU NEGARA

Di Susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Negara


Dosen Pengampu : Dr. Hariyanto, S. H. I, M. Hum. , M. Pd

Disusun oleh:
1. Rendi Lanfari Pratama 2 HTN B

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARI'AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. K.H. SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO
2024

1
ISI POKOK TUGAS

1. Kelemahan dan Kelebihan Bab V


Kelemahan :
Poin 1 : Dibagian Tujuan Negara ( Ajaran Kekuasaan )
Tidak adanya bukti dari doktrin pendapat yang disampaikan mengenai tujuan negara,
menjadikan pendapat dari Machiavelli dan Shang Yang kurang berbobot yang
mengatakan bahwasanya “ rakyat yang lemah adalah negara yang kuat, negara
yang kuat adalah rakyat yang lemah ”.

Poin 2: Dibagian Tujuan Negara ( Ajaran Kesusilaan )


Yaitu tidak adanya penjelasan mengenai negara yang ideal dari pendapat
disampaikan oleh plato mengenai tujuan negara.

Poin 3; Dibagian Tujusn Negara ( tidak ada Ajaran Kemerdekaan )


Yaitu tidak ada pemikiran pendapat ahli dari Jean Bodin mengenai ajaran
kemerdekaan didalam tujuan negara.

Point 4 : Dibagian Tujuan Negara ( tidak ada Ajaran Kebaikan Tertinggi )


Yaitu tidak ada pemikiran pendapat ahli dari Aristoteles mengenai ajaran kebaikan
tertinggi didalam tujuan negara walaupun dia menyampaikan ajaran yang lain
( Ajaran Kebahagiaan ).

Poin 5 : Dibagian Tujuan Negara ( tidak ada Ajaran Kebebasan )


Yaitu tidak ada pemikiran pendapat ahli dari Montesquieu mengenai ajaran
kebebasan didalam tujuan negara.
.
Poin 6 : Dibagian Tujuan Negara ( tidak ada Ajaran Kesejahteraan Umum Republik
Indonesia )
Yaitu tidak ada nya materi tentang tujuan negara dari Indonesia sendiri yang
menganut ajaran kesejahteraan umum dari Proklamasi Kemerdekaan.

2
Kelebihan ;
Poin 1 : Dibagian Tujuan Negara
Yaitu disajikan berbagai pendapat dari ahli terkait define tujuan negara dengan
berbagai macam yang disebabkan perbedaan larat belakang social, budaya, sejarah
geografis, politik dan ideologi ha ini membuat mahasiswa lebih mudah dalam
memahami ajaran yang ingin dipelajari

Poin 2 : Dibagian Tujuan Negara ( Per Ajaran )


Yaitu disajikan nama pengusul / penganut, sejarah, proses tercetusnya
dilatarbelakangi berbagai hal seperti kondisi social, geogrfais, sejarah, dan budaya
dari masing – masing ajaran yang dikemukakan, menjadikan ajaran yang
dicantumkan lebih detai dan sistematis membuat lebuh mudah diakses membaca
mahsiswa

Poin 3 : Dibagian Fungsi Negara


Yaitu dibagian fungsi negara disajikan beberapa teori dari tujuan negara negara
seperti teori anarkisme, teori individualisme dan lain lain, membuat lebih sistematis
dalam memahami ajaran yang ingin dipelajari

Poin 4 : Dibagian Fungsi Negara disajikan pendapat Ahli Terkemuka Lloyd Vernon
Ballard
Yaitu dihalaman 79 terdapat pendapat ahli terkemuka yang menyampaikan
argumennya mengenai fungsi negara secara detail menjadikan pembaca lebih
percaya dan membenarkan pendapat tersebut seperti social conservation, social
control dan fungsi social improvement

Poin 5 : Dibagian Fungsi Negara ( Per Teori )


Yaitu disajikan nama pengusul / pengikut, sejarah, proses tercetusnya teori,
dilatarbelakangi berbagai hal seperti kondisi, geografis, dan sejarah dari masing –
masing teori yang dikemukakan, menjadikan teori dari masing – masing itu lengkap
dan sistematis yang bertujuan lebih mudah diakses dalam membaca mahasiswa

3
2. Kualitas
.Dari masing – masing poin yang dijelaskan diatas ( ada kelemahan dan kelebihan )
dari yang dicantumkan, seperti di bagian tujuan negara itu memiliki kekurangan
yang cukup banyak yaitu tidak adanya ajaran – ajaran yang seharusnya dicantumkan
seperti ajaran :
1. Ajaran Kemerdekaan
2. Ajaran Kesejahteraan Umum
3. Ajaran . Kebaikan Tertinggi
5. Ajaran Kebebasan
Sedangkan dibagian Fungsi negara itu materinya meluas dan cukup memadahi dari
beberapa teori yang disajikan walaupun ada beberapa kurang detail secara mendalam
Ketika diepalajari.

4
3. Masukan atau saran
Poin 1: Penambahan materi mengenai Tujuan Negara ( Ajaran Kekuasaan )
Tidak adanya bukti dari doktrin pendapat yang disampaikan mengenai tujuan negara,
menjadikan pendapat dari Machiavelli dan Shang Yang kurang berbobot yang
mengatakan bahwasanya “rakyat yang lemah adalah negara yang kuat, negara yang
kuat adalah rakyat yang lemah”
Menurut Shang Yang, ada 10 (sepuluh) hal yang membuat rakyat lemah yang
disebut ten evils (sepuluh hal yang jahat). Ten evils terdiri atas upacara agama atau
adat (rites), musik (music), syair pujian (odes), sejarah (history), kebaikan atau
kebajikan (virtue), kesusilaan (moral culture), penghormatan terhadap orang tua
(filial piety), kewajiban persaudaraan (brotherly duty), kejujuran (integrity) dan
sophisme atau ucapan muluk-muluk tetapi hampa (sophism). Menurut Shang
Yang, kesepuluh hal itu dapat membuat rakyat menjadi lemah dan malas serta
tidak mau berjuang atau berperang sehingga harus dijauhkan dari masyarakat. Jika
kesepuluh hal itu dijauhkan, negara dapat membuat rakyat menjadi kuat dan mau
berjuang serta berperang sehingga negara akan jaya dan mendapat keunggulan.
Referensinya:
http://repository.ubharajaya.ac.id/8403/1/BUKU%20REFERENSI%20ILMU
%20NEGARA.pdf

Point 2 ; Penambahan materi mengenai negara ideal yang dimaksud oleh Plato
didalam pendapat Tujuan Negara ( Ajaran Kesusilaan ).
Yaitu tidak adanya penjelasan mengenai negara yang ideal dari pendapat
disampaikan oleh plato mengenai tujuan negara.
Perilaku penyelenggara negara (penguasa) yang buruk mendorong Plato untuk
melahirkan suatu gagasan tentang negara ideal. Negara ideal adalah negara yang
dapat memberikan kebahagiaan kepada segenap warga. Plato mengemukakan
pandangannya tentang tujuan mendirikan negara sebagai berikut “. . . tujuan kita
menegakkan negara bukanlah ketidakseimbangan kebahagiaan kelas tertentu,
melainkan demi kebahagiaan buat semua.” 1. Dengan perkataan lain, kebahagiaan
bersama atau kebahagiaan buat semua adalah kata kunci untuk memahami teori
negara ideal Plato. Menurut Plato, negara harus dapat memberikan jaminan
kebebasan supaya tiap orang dapat bertugas dengan baik. Tanggung jawab
1
Henry J. Schmandt, op. cit., hlm. 63.
5
masing-masing warga negara dapat dijalankan hanya jika ada kebebasan. Negara
juga harus berupaya menciptakan, menjaga, memelihara dan meningkatkan
semangat saling melayani supaya semua kebutuhan dapat terpenuhi semaksimal
mungkin. Setiap warga harus menjadi pelaku aktif yang senantiasa siap sedia
memenuhi panggilan untuk melayani sesamanya. Menurut pandangan Plato,
hanya dengan cara demikian kebahagiaan tiap warga dapat diselenggarakan.
Namun, Plato juga mengakui bahwa citra negara ideal yang dicita-citakan
sebagaimana dikemukakan di atas tersebut tidak mungkin hadir dalam dunia
yang nyata yang konkrit melainkan hanya terdapat da lam dunia cita-cita (dunia
ide) yang abstrak.
Referensinya ;
http://repository.ubharajaya.ac.id/8403/1/BUKU%20REFERENSI%20ILMU
%20NEGARA.pdf

Point 3 ; Penambahan materi mengenai Ajaran Kemerdekaan dalam Tujusn


Negara ( tidak ada Ajaran Kemerdekaan ).
Yaitu tidak ada pemikiran pendapat ahli dari Jean Bodin mengenai ajaran
kemerdekaan didalam tujuan negara.
Teori Kemerdekaan sebagai tujuan negara mengajarkan bahwa tujuan negara
adalah memberikan jaminan kemerdekaan kepada setiap orang. Akan tetapi, menurut
pandangan para ahli, cara negara untuk memberikan jaminan kemerdekaan kepada
setiap orang adalah berbeda. Jean Bodin adalah seorang ahli pikir besar
tentang negara dan hukum berkebangsaan Perancis (1530-1596). Teori Jean
Bodin mengenai tujuan negara dikemukakan dalam buku De Republica. Buku ini
memaparkan pandangan Jean Bodin mengenai berbagai hal tentang negara. Namun,
untuk memahami teori tujuan negara Jean Bodin harus dikaitkan dengan
pandangannya mengenai kedaulatan. Jean Bodin terkenal sebagai ahli teori
kedaulatan yang bersifat ilmiah.
Referensinya :
http://repository.ubharajaya.ac.id/8403/1/BUKU%20REFERENSI%20ILMU
%20NEGARA.pdf

6
Poin 4 : Penambahan materi mengenai Ajaran Kebaikan Tertinggi dalam
Tujuan Negara oleh Aristoteles ( tidak ada Ajaran Kebaikan Tertinggi )
Yaitu tidak ada pemikiran pendapat ahli dari Aristoteles mengenai ajaran kebaikan
tertinggi didalam tujuan negara walaupun dia menyampaikan ajaran yang lain
( Ajaran Kebahagiaan ).
Pendukung teori kebaikan tertinggi sebagai tujuan negara antara lain adalah
Thomas Aquino dan Aristoteles. Teori Aristoteles tentang kebaikan tertinggi
sebagai tujuan negara lebih mudah dipahami dengan bertitik tolak dari teorinya
mengenai sifat hakikat manusia. Bagi Aristoteles, manusia adalah zoon politikon
atau mahluk yang hidup dalam polis (negara kota) karena manusia dapat menjadi
manusia hanya jika hidup dalam suatu negara (kota). Menurut Aristoteles, mahluk
yang hidup di luar polis (negara-kota) kalau bukan dewa berarti hewan.
Menurut Aristoteles, negara ideal adalah negara yang dapat memanusiakan
manusia. Upaya memanusiakan manusia adalah kewajiban negara. Negara
berkewajiban memberi kebaikan tertinggi bagi semua warga. Kebaikan tertinggi
bu kan penjumlahan kebaikan individu-individu tetapi kebaikan yang dapat
dirasakan segenap warga. Kebaikan tertinggi adalah kemampuan negara untuk
memenuhi segenap kebutuhan hidup warga baik jasmaniah maupun rohaniah.
Dalam hubungan dengan pengertian konsep kebaikan yang tertinggi itu J. H Rapar
berkomentar sebagai berikut “. . . negara harus dapat melindungi warganya dari
berbagai serangan dan serbuan dari pihak luar, tetapi juga harus da pat
melindungi warganya dari berbagai gangguan yang berasal dari dalam oleh karena
ketidakteraturan dan ketidaktertiban2.
Referensinya :
http://repository.ubharajaya.ac.id/8403/1/BUKU%20REFERENSI%20ILMU
%20NEGARA.pdf

Poin 5 : Penambahan materi mengenai Ajaran Kebebasan didalam Tujuan


Negara oleh Montesquieu ( tidak ada Ajaran Kebebasan )
Yaitu tidak ada pemikiran pendapat ahli dari Montesquieu mengenai ajaran
kebebasan didalam tujuan negara.

2
J.H. Rapar, Filsafat Politik Plato, Aristoteles, Agustinus, Machiavelli, op. cit., hlm.
174
7
Pelopor teori kebebasan sebagai tujuan negara adalah Montesquieu. Gagasan
Montesquieu mengenai kebebasan sebagai tujuan negara tidak terlepas dari
pengalaman hidupnya. Montesquieu adalah seorang sarjana hukum (hakim)
warga negara Perancis (1688-1755). Pada 1716, Montesquieu bergabung dengan
Academie Bordeaux suatu badan yang berorientasi kepustakaan dan ilmiah3
Dalam The Spirit of Law, Montesquieu mengemukakan doktrin Trias Politika
yang sangat terkenal. Doktrin ini harus dipahami dalam hubungan dengan
kebebasan sebagai tujuan negara. Tujuan doktrin ini adalah membatasi kekuasaan
demi kebebasan individu karena kebebasan bagi Montesquieu adalah sangat penting.
Gagasan pembatasan kekuasaan merupakan respons intelektual Montesquieu
terhadap situasi dan kondisi zamannya. Montesquieu mengemukakan “Kebebasan
adalah untuk melakukan apa saja yang diperbolehkan oleh hukum, dan jika seorang
warga negara melakukan apa yang dilarang hukum, maka ia tidak lagi memiliki
kebebasan, karena semua warga negara lain sesamanya akan memiliki
kekuasaan yang sama pula4 Namun, kebebasan secara normatif atau kebebasan
yang diberikan oleh undang-undang (hukum) tidak selalu merupakan jaminan
untuk dapat memiliki kebebasan dalam kenyataannya. Bahkan, dalam negara
demokrasi sekalipun. Hal itu dapat terjadi karena selalu ada kecenderungan penguasa
untuk menyalahgunakan kekuasaan yang berpotensi memberangus kebebasan
Referensinya ;
http://repository.ubharajaya.ac.id/8403/1/BUKU%20REFERENSI%20ILMU
%20NEGARA.pdf

Poin 6 : Penambahan materi mengenai Ajaran Kesejahteraan Umum dalam


Tujuan Negara ( tidak ada Ajaran Kesejahteraan Umum Republik Indonesia )
Yaitu tidak ada nya materi tentang tujuan negara dari Indonesia sendiri yang
menganut ajaran kesejahteraan umum dari Proklamasi Kemerdekaan.dan Teks
Pembukaan UUD 1945.
Secara formal, tujuan negara Indonesia tercantum dalam Alinea Keempat
Pembukaan UUD 1945 yang menyebutkan sebagai berikut:
“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
3
Montesquieu, The Spirit of Law, Dasar-dasar Ilmu Hukum dan Ilmu Politik“ (Terj. M.
Khoiril Anam, Bandung, 2007), hlm. 2.
4
Montesquieu, The Spirit of Law, Dasar-dasar Ilmu Hukum dan Ilmu Politik (Terj. M.
Khoiril Anam, Bandung, 2007), op. cit, hlm. 190
8
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdama ian
abadi dan keadilan sosial . . . .”
Menurut Padmo Wahyono, tujuan negara Indonesia mempunyai segi nasional
dan internasional berdasarkan pada Pamcasila 5 . Kedua segi tujuan negara
Indonesia tersebut terdapat dalam Alinea Keempat Pembukaan UUD 1945 yakni
sebagai berikut:
“1.melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah (wilayah),
2.memajukan kesejahteraan umum,
3.mencerdaskan kehidupan bangsa dan
4.ikut melaksanakan tertib dunia berdasarkan perdamaian abadi, kemerdekaan
dan keadilan sosial.”6
Sesungguhnya, hakikat keempat tujuan negara Republik Indonesia adalah
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Padmo Wahyono
mengemukakan komentar mengenai hal itu sebagai berikut “Di dalam alinea
keempat Pembukaan UUD 1945 dirumuskan unsur-unsur daripada masyarakat
adil dan Makmur berdasarkan Pancasila tersebut secara dinamis dan tidak terminal
dan utopistis.”7Jika kemakmuran rakyat (bangsa) yang merupakan tujuan negara
berarti negara Indonesia termasuk dalam negara hukum material atau social
service state. 8Secara formal, asas negara hukum material (social service state)
dituangkan dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 setelah amandemen yang
menyebutkan “Negara Indonesia ialah Negara Hukum.”
Referensinya ;
http://repository.ubharajaya.ac.id/8403/1/BUKU%20REFERENSI%20ILMU
%20NEGARA.pdf

DAFTAR PUSTAKA

Abu Daud Busrah, Ilmu Negara, Jakarta, Bumi Aksara, 1990.


5
Padmo Wahyono, Negara Republik Indonesia, op. cit., hlm. 49.
6
Padmo Wahyono, “Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Kehidupan Ketatanegaraan”
dalam Oetojo Oesman dan Alfian, op. cit., hlm. 101
7
Ibid.
8
Padmo Wahyono, Negara Republik Indonesia, op. cit., hlm. 48
9
C.T.S. Kansil, Ilmu Negara Umum Dan Indonesia, Jakarta, Pradnya Paramita, 2004.
Dedy Ismatullah, Ilmu Negara Dalam Multi Perspektif, Kekuasaan, Masyarakat, Hukum Dan
Agama, Cet ke II, Bandung, CV Pustaka Setia, 2007.
I Dewa Gede Atmadja, Ilmu Negara, Sejarah, Konsep Negara Dan Kajian Kenegaraan, Edisi
Revisi, Malang, Setara Press,2012.
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Hukum Tata Negara ,Jilid II, Jakarta Konstitusi Press, 2006.
https://scholar.archive.org/work/tgkl62ojvbanpatbu4hg2c4glq/access/wayback/http://
www.jhp.ui.ac.id:80/index.php/home/article/download/1480/1395

https://osf.io/preprints/e9bav/

10

Anda mungkin juga menyukai