dan Peluang
Oleh : Arief Budi Witarto
Kemajuan bioteknologi di dunia sangat pesat sehingga dipercaya sebagai
gelombang baru ekonomi dunia setelah teknologi informasi. Bioteknologi modern lahir
tahun 1970 dan mengalami revolusi karena perubahan paradigma pemanfaatan materi
hayati dari tingkat seluler ke tingkat molekuler. Perkembangan mulai dari rekayasa
genetika, rekayasa protein sampai rekayasa jaringan semua didasari oleh teknologi yang
berdasar pada pengetahuan biologi molekuler tadi. Indonesia memulai pengembangan
bioteknologi tahun 1985 dan terus berkembang sampai sekarang dengan penguasaan
utama bidang pertanian. Dengan semakin banyaknya sektor industri di Indonesia yang
ikut masuk ke bioteknologi selain yang sudah ada yaitu pertanian dan ditambah sekarang
dengan farmasi, kosmetika dan pangan, maka peluang bioteknologi di Indonesia semakin
besar di masa datang. Penyediaan SDM bioteknologi Indonesia menjadi lebih penting
dirasakan oleh karena itu.
1. Pendahuluan
2. Memahami Bioteknologi
Bioteknologi adalah ilmu tua yang menjadi muda berkat sebuah revolusi ilmu
pengetahuan. Sudah sejak 8000 tahun yang lalu, bangsa Mesir kuno menggunakan sejenis
mikroba yeast Saccharomyces atau ragi untuk pembuatan roti dan minuman anggur [2].
Ragi itu merubah gula dalam cairan anggur menjadi alkohol. Dalam adonan roti,
gelembung gas yang dihasilkan dalam proses fermentasi, membuat roti jadi empuk
sehingga enak dimakan. Penggunaan mikroba lainnya dikenal dalam pembuatan keju
seperti jenis Roquefort, Gorgonzala, Brie dan yang mungkin lebih terkenal, jenis
Camembert di pusat pembuatan keju dunia yaitu Swiss. Di sini mikroba mold Penicillum
roqueforti atau kapang berperan merubah komposisi susu menjadi berbagai aroma dan
warna. Lebih dekat kepada kita, nenek moyang bangsa Indonesia telah menggunakan
kapang yang lain yaitu Rhizopus untuk membuat tempe dari kedelai. Semua ini adalah
penggunaan mikroba atau mikroorganisme pada tingkat sel untuk tujuan pangan.
Sehingga ilmu tua bioteknologi adalah penggunaan jasad renik atau makhluk hidup
secara umum pada tingkat sel atau disebut seluler [3].
Bioteknologi modern lahir pada tahun 1970-an dengan munculnya teknologi DNA
rekombinan. Istilah DNA rekombinan mungkin sudah pernah didengar tapi samar-samar
maknanya. Ilmuwan dari Universitas Kalifornia di San Fransisco (UCSF) bernama
Herbert Boyer berhasil mengembangkan teknologi canggih untuk dapat memotong rantai
DNA lalu menyambungnya lagi. Tetapi karena materi DNA berukuran sangat kecil, hal
ini tidak dapat dibuktikan dengan melihat langsung karena jumlahnya juga sangat sedikit.
Masih dari daerah yang sama yaitu propinsi Kalifornia-AS, seorang ilmuwan lain dari
Universitas Stanford bernama Stanley Cohen menemukan cara bagaimana memasukkan
materi DNA berbentuk lingkaran atau plasmid ke dalam sel. Walau tinggal berjarak
hanya 60 km saja, keduanya tidak pernah bisa bertemu sehingga dapat menyatukan
teknologi yang dimilikinya itu. Sampai akhirnya pada tahun 1972, keduanya bertemu di
sebuah pertemuan ilmiah, ribuan kilometer dari tempat mereka tinggal dan bekerja di
Kalifornia, yaitu di Hawaii. DNA yang sudah disambung lagi dengan teknologi Boyer
dapat diperbanyak dengan memasukkan ke dalam sel bakteri dengan teknologi Cohen.
Karena bakteri berkembang biak sangat cepat, DNA yang telah dimasukkan pun jadi
banyak dalam waktu singkat, sehingga dapat dicek keberadaannya dengan mudah [4].
Inilah inti dari teknologi DNA rekombinan.
Teknologi saja tidak bermakna ekonomi tanpa ada satu kegunaan. Biasanya bukan
ilmuwan yang punya gagasan ekonomi tapi usahawan [5]. Untungnya seorang pebisnis
yang juga tinggal di Kalifornia bernama Robert Swanson mendengar keberhasilan dua
ilmuwan itu yang tidak pernah dipublikasikan di koran tapi hanya di jurnal ilmiah saja
dan melihat peluang bisnis yang besar. Peluang bisnis apa sebenarnya yang ada? Insulin
adalah hormon berbentuk protein yang sangat dibutuhkan manusia untuk mengatur kadar
gula/glukosa dalam darah. Sistem pengaturan yang rusak, menyebabkan manusia
menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM). Penderita DM harus secara rutin
menyuntikkan insulin ke dalam tubuhnya karena sudah tidak bisa memproduksi sendiri.
Dari mana datangnya insulin itu? Dari pankreas sapi. Untuk itu perusahaan farmasi dunia
selama ini harus mengumpulkan ribuan sapi hanya untuk mendapatkan sekian mg insulin
bagi penderita DM. Karena insulin adalah protein dan protein dibuat dengan informasi
dari DNA, maka pengusaha Swanson melihat kemungkinan membuat insulin rekombinan
dengan bakteri yang telah direkayasa genetika menggunakan teknologi temuan Cohen
dan Boyer itu. Maka lahirlah pada tahun 1976, masih juga di Kalifornia, perusahaan
bioteknologi modern pertama di dunia yaitu Genentech (singkatan dari Genetich
Engineering Technology) yang memproduksi protein-protein rekombinan seperti insulin,
hormon pertumbuhan, dll [6].
DNA dan protein yang kita dengar di atas adalah dua dari empat molekul biologi
penyusun sel. Dua lainnya adalah karbohidrat dengan contoh yang sudah disebutkan
adalah glukosa, selain itu juga sukrosa yang menjadi komponen utama gula manis dan
satu lagi adalah lipid atau minyak. Pengunaan molekul-molekul biologi itu, bahkan
sampai kepada kemampuan memanipulasi atau merekayasa adalah revolusi teknologi
yang menyebabkan lahirnya bioteknologi modern. Jadi ada perubahaan dalam
bioteknologi tua menjadi bioteknologi modern yaitu perubahan penggunaan materi hayati
dari tingkat sel atau seluler ke tingkat molekul atau molekuler.
Teknologi DNA rekombinan bukanlah satu-satunya tetapi memang adalah tonggak utama
dari lahirnya bioteknologi modern. Beberapa tonggak penting lainnya dimulai dari
penemuan fenomena pewarisan sifat oleh Gregor Mendel (tahun 1866), keyakinan bahwa
materi genetik adalah DNA oleh Oswald Avery (1944), dugaan struktur double helix
DNA oleh Watson dan Crick (1953), penemuan mRNA oleh Monod dan Jacob (1961),
pengungkapan kode genetik oleh Khorana dan Nirernberg (1966), inovasi teknologi
hibridoma oleh Milstein dan Kohler (1974), pengembangan teknologi pembacaan sekuen
DNA oleh Maxam dan Gilbert (1977) sampai penemuan teknologi penggandaan DNA,
PCR oleh Karry Mullis (1983). Semua ini biasanya tercakup dalam kuliah biologi
molekuler yang memang menjadi fondasi dari bioteknologi modern [7].
3. Perkembangan Bioteknologi
Penemuan bahwa RNA juga dapat memiliki aktivitas enzimatik seperti enzim yaitu
ribozyme melahirkan teknologi baru dalam bioteknologi yaitu rekayasa RNA. Walaupun
belum semaju teknologi rekayasa genetika dan rekayasa protein karena materi RNA
umumnya mudah hancur dan berumur pendek, perkembangan teknologi rekayasa RNA
semakin jadi perhatian. Misalnya penggunaan teknologi RNA interference untuk
mematikan fungsi gen tertentu terbukti lebih efektif daripada pematian gen pada tingkat
DNA menggunakan teknologi knock-out gen misalnya.
Kurang lebih 15 tahun yaitu tahun 1985, pemerintah Indonesia telah menjadikan
bioteknologi sebagai prioritas pengembangan iptek yang dilakukan oleh Kantor Menteri
Negara Riset dan Teknologi (RISTEK) [11]. Selanjutnya sejak tahun 1988, bioteknologi
sudah masuk dalam REPELITA juga sebagai prioritas pembangunan khususnya bidang
iptek. Perkembangan terbaru dari sisi kebijakan/aturan pemerintah yaitu pada tahun 2000
lalu, bioteknologi juga muncul sebagai bidang prioritas dalam Jakstra Ipteknas yang
dilanjutkan dengan Renstra Ipteknas.
Dalam implementasi/penerapan dari kebijakan itu, pada tahun 1990 mulai dipikirkan
pembentukan SDM bioteknologi yaitu dengan pembentukan PAU atau Pusat Antar
Universitas bidang bioteknologi di UGM bidang bioteknologi kedokteran, ITB bidang
bioteknologi industri dan IPB bidang bioteknologi pertanian. Kerjasama antar lembaga
pendidikan dan penelitian pemerintah juga mulai digesa dengan penunjukan pusat
pengembangan atau center of excellence dengan tiga bidang utama yaitu bioteknologi
pertanian dengan anggota PAU Bioteknologi IPB, Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI,
bioteknologi kedokteran dengan anggota UI/Lembaga Biologi Molekul Eijkman dengan
PAU Bioteknologi UGM dan bioteknologi industri dengan anggota PAU Bioteknologi
ITB dan BPPT. PAU-PAU di universitas juga ditugaskan untuk mencetak SDM
bioteknologi dengan pembentukan program studi pasca sarjana S-2 dan S-3 bioteknologi.
Riset tanpa dana, menjadi tak bermakna. Maka sejak tahun 1992 dana riset kompetitif
terbesar di Indonesia yaitu RUT/Riset Unggulan Terpadu yang dikoordinasi oleh
RISTEK dan diemban pelaksanaan administrasinya oleh LIPI, memasukkan bioteknologi
sebagai salah satu program tersendiri yang dibiayai. Selain RUT ada pula skema dana
kompetitif serupa yaitu RUTI/untuk tingkat internasional dan RUK/kemitraaan untuk
kerjasama lembaga riset dengan swasta. Usaha-usaha antara pemerintah menggandeng
swasta ini membuahkan hasil antara lain berdirinya Konsorsium Bioteknologi
Indonesia/KBI dengan anggota lembaga pemerintah, penelitian, pendidikan dan swasta
industri farmasi dan pangan khususnya. Selain beberapa lembaga yang telah disebut di
atas, lembaga pemerintah yang aktif mengembangkan bioteknologi lainnya adalah
departemen teknis yaitu Departemen Pertanian lewat Badan Penelitian dan
Pengembangannya seperti Badan Litbang Bioteknologi Pertanian dan Sumber Daya
Genetik Pertanian (Balitbiogen) yang berkantor di Bogor.
Himpunan bioteknologi juga mulai bermunculan baik yang formal atau non-formal
misalnya Perhimpunan Bioteknologi Pertanian Indonesia, Jaringan Peneliti Bioteknologi
Indonesia, dsb. Tak kurang pula jurnal-jurnal baik yang spesifik maupun yang lebih luas
seperti Indonesian Journal of Biotechnology yang berkantor di PAU Bioteknologi-UGM,
sekarang berganti nama menjadi Pusat Studi Bioteknologi-UGM, dsb.
Upaya terakhir pemerintah untuk mendorong kemajuan bioteknologi Indonesia adalah
rencana pembentukan lokasi khusus di pulau Rempang, berdekatang dengan pulau
Batam, sebagai wilayah khusus pengembangan dan komersialiasasi bioteknologi farmasi
dan pertanian [12,13]. Usaha ini dikenal dengan istilah bio-island.
Bioteknologi pangan, cukup berkembang dengan baik walau belum tereksploitasi secara
optimal. Misalnya komposisi kecap yang membedakan rasa, warna dan bau/flavor sangat
dipengaruhi oleh jenis kedelai sebagai bahan baku dan juga mikroba yang digunakan.
Sementara ini semua masih dilakukan secara tradisional walau secara penelitian sudah
ada yang mulai mengarah pada pemanfaatan flavor-nya. Demikian pula berbagai buah
dan produk pertanian untuk pangan baik sebagai perasa seperti vanili maupun pewarna
dan bau yang banyak dieksploitasi oleh industri flavor Eropa dan Amerika di Indonesia,
juga makin merasakan pentingnya bioteknologi modern. Selain flavor, kebutuhan yang
besar adalah enzim dan protein yang banyak digunakan dalam proses pembuatan produk
pangan seperti enzim protease, enzim lipase, dsb. Tak terkecuali dengan pemanfaatan
baru di kosmetik dan kebersihan seperti munculnya pasta gigi yang mengurangi detergen
dengan mengganti protease, shampoo dengan komposisi protein collagen, dll.
Perusahaan farmasi nasional baik yang BUMN seperti PT Kimia Farma, Tbk dan PT
Kalbe Farma juga mulai melirik kebutuhan produk obat bioteknologi. PT Kimia Farma
menggandeng LIPI dan lembaga riset Jerman, Fraunhofer untuk mengembangkan
teknologi produksi obat-obat berbasis protein yang labih murah dengan teknologi
molecular farming [15]. PT Kalbe Farma menggandeng lembaga riset Kuba dan Eropa
dengan membentuk anak perusahaan bernama Innogen yang berkantor di Singapura.
Dengan mulai masuknya industri farmasi ke ranah bioteknologi, maka peluang memasuki
lapangan kerja dengan keahlian bioteknologi semakin besar selain yang sudah ada selama
ini untuk industri pangan dan pertanian. Termasuk yang baru adalah industri kosmetika
yang juga maju pesat. Lembaga pemerintah terkait produk obat dan pangan yaitu Badan
POM dalam penerimaan pegawai tahun 2005 juga mulai mencari alumni bioteknologi
yang menunjukkan semakin banyaknya produk obat, termasuk vaksin dan pangan yang
berbasis bioteknologi.
Tantangan terbesar adalah penyediaan SDM terampil dan berwawasan bioteknologi luas.
Umumnya bioteknologi di Indonesia berlandaskan bidang keilmuwan pertanian atau ilmu
alam baik biologi atau kimia. Sedikit seperti di UI ada yang berbasis kedokteran. Di luar
negeri, negara maju seperti Jepang, bioteknologi bisa saja berbasis keteknikan. Bahkan
negara berkembang sekalipun seperti Malaysia, beberapa universitasnya juga memiliki
departemen bioteknologi berbasis pertanian dan teknik sekaligus. Semakin besarnya
kebutuhan di Indonesia belum diikuti dengan penyediaan SDM bioteknologi yang
mumpuni tersebut. Saat ini tidak dipungkiri, para ilmuwan peneliti dan doktor
bioteknologi Indonesia masih sebagian besar almuni LN. Jadi merupakan tantangan besar
melahirkan SDM produk DN yang lebih tahu kondisi dan permasalah lokal
Daftar Pustaka
1. Arief B. Witarto. 2005. Bioteknologi, sebuah gelombang ekonomi
baru. Harian Bisnis Indonesia, 14 Juni 2005.
2. Informasi dari Microsoft Encarta versi 2004
3. Arief B. Witarto. 2005. Pengantar bioteknologi. Ceramah
undangan di Fakultas Peternakan-UGM, Yogyakarta, 5 Februari 2005.
4. Arief B. Witarto. 2004. Bioteknologi siapa takut? Ceramah
undangan di SMA Negeri 1 Depok, Depok, 20 Februari 2004.
5. Arief B. Witarto. 2004. Mengenal lebih jauh bioteknologi.
Ceramah undangan di Pelatihan Bioteknologi untuk Profesi Kedokteran di RS
Kanker Dharmais, Jakarta, 27 September 2004.
6. Arief B. Witarto. 2003. Bioteknologi kedokteran: Dari rekayasa
genetika sampai rekayasa jaringan. Ceramah undangan di Seminar Kesehatan dan
Kloning di Fakultas Kesehatan Masyarakat-UI, Depok, 14 Juni 2003.
7. Arief B. Witarto. 2004. Rekayasa genetika. Materi kuliah pasca
sarjana S-2 Kimia peminatan bioteknologi di Jurusan Kimia, FMIPA-UI, Depok,
semester ganjil 2004
8. Arief B. Witarto. 2003. Bermain dengan protein. Harian Kompas,
21 November 2003.
9. Arief B. Witarto. 2002. Kloning anak manusia dan bisnis. Harian
Kompas, 21 April 2002.
10. Arief B. Witarto. 2005. Kloning terapi makin jadi kenyataan.
Harian Kompas, 17 Juni 2005.
11. Arief B. Witarto. 2001. Current state of Indonesian biotechnology
and its prospect in global market era. Ceramah undangan di 5th Symposium on
Agricultural and Biochemical Engineering, University of Tokyo, Tokyo-Jepang,
11 Maret 2001.
12. Arief B. Witarto. 2003. Bio-island: Mengembangkan bioteknologi
kenapa harus mengucilkan diri? Harian Suara Pembaruan, 31 Oktober 2003.
13. Arief B. Witarto. 2004. Menghidupkan bio-island. Portal Berita
Iptek, 6 Desember 2004.
14. Arief B. Witarto. 2003. Membedah alat pengukur gula darah.
Harian Kompas, 7 Oktober 2003.
15. Arief B. Witarto. 2003. Bertani protein. Harian Kompas, 14 April
2003.
Mengenai penulis : DR. Arief Budi Witarto, M.Eng.
menyelesaikan S-1, S-2 dan S-3 dari Departemen Bioteknologi,
Fakultas Teknik, Tokyo University of Agriculture and
Technology, Tokyo-Jepang. Dengan pencapaiannya yang
signifikan telah menerima banyak penghargaan tingkat nasional
a.l. Paramadina Award 2005 bidang iptek dari Univ.
Paramadina, Jakarta, PII Engineering Award 2005 untuk
Adhicipta Rekayasa dari Persatuan Insinyur Indonesia/PII,
Science and Technology Award 2003 dan Yayasan Sains Toray
Indonesia dan Peneliti Muda Indonesia Terbaik 2002 bidang
Ilmu Pengetahuan Teknik dan Rekayasa dari LIPI.
Bioteknologi
Bioteknologi
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa
Indonesia.
Langsung ke: panduan arah, cari
Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun
yang lalu. Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan bir, roti,
maupun keju yang sudah dikenal sejak abad ke-19, pemuliaan tanaman untuk
menghasilkan varietas-varietas baru di bidang pertanian, serta pemuliaan dan reproduksi
hewan. Di bidang medis, penerapan bioteknologi di masa lalu dibuktikan antara lain
dengan penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin walaupun masih dalam jumlah yang
terbatas akibat proses fermentasi yang tidak sempurna. Perubahan signifikan terjadi
setelah penemuan bioreaktor oleh Louis Pasteur. Dengan alat ini, produksi antibiotik
maupun vaksin dapat dilakukan secara massal.
Pada masa ini, bioteknologi berkembang sangat pesat, terutama di negara negara
maju. Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai macam teknologi semisal
rekayasa genetika, kultur jaringan, rekombinan DNA, pengembangbiakan sel induk,
kloning, dan lain-lain. Teknologi ini memungkinkan kita untuk memperoleh
penyembuhan penyakit-penyakit genetik maupun kronis yang belum dapat disembuhkan,
seperti kanker ataupun AIDS. Penelitian di bidang pengembangan sel induk juga
memungkinkan para penderita stroke ataupun penyakit lain yang mengakibatkan
kehilangan atau kerusakan pada jaringan tubuh dapat sembuh seperti sediakala. Di bidang
pangan, dengan menggunakan teknologi rekayasa genetika, kultur jaringan dan
rekombinan DNA, dapat dihasilkan tanaman dengan sifat dan produk unggul karena
mengandung zat gizi yang lebih jika dibandingkan tanaman biasa, serta juga lebih tahan
terhadap hama maupun tekanan lingkungan. Penerapan bioteknologi di masa ini juga
dapat dijumpai pada pelestarian lingkungan hidup dari polusi. Sebagai contoh, pada
penguraian minyak bumi yang tertumpah ke laut oleh bakteri, dan penguraian zat-zat
yang bersifat toksik (racun) di sungai atau laut dengan menggunakan bakteri jenis baru.
Opened: 30.11.2006
1. Pendahuluan
2. Memahami Bioteknologi
3. Perkembangan Bioteknologi
5. Perkembangan Bioteknologi
Industri/Bioindustri di Indonesia
Daftar Pustaka
1. Arief B. Witarto. 2005.
Bioteknologi, sebuah gelombang ekonomi
baru. Harian Bisnis Indonesia, 14 Juni
2005.
2. Informasi dari Microsoft
Encarta versi 2004
3. Arief B. Witarto. 2005.
Pengantar bioteknologi. Ceramah undangan
di Fakultas Peternakan-UGM, Yogyakarta,
5 Februari 2005.
4. Arief B. Witarto. 2004.
Bioteknologi siapa takut? Ceramah
undangan di SMA Negeri 1 Depok, Depok,
20 Februari 2004.
5. Arief B. Witarto. 2004.
Mengenal lebih jauh bioteknologi.
Ceramah undangan di Pelatihan
Bioteknologi untuk Profesi Kedokteran di
RS Kanker Dharmais, Jakarta, 27
September 2004.
6. Arief B. Witarto. 2003.
Bioteknologi kedokteran: Dari rekayasa
genetika sampai rekayasa jaringan.
Ceramah undangan di Seminar Kesehatan
dan Kloning di Fakultas Kesehatan
Masyarakat-UI, Depok, 14 Juni 2003.
7. Arief B. Witarto. 2004.
Rekayasa genetika. Materi kuliah pasca
sarjana S-2 Kimia peminatan bioteknologi
di Jurusan Kimia, FMIPA-UI, Depok,
semester ganjil 2004
8. Arief B. Witarto. 2003.
Bermain dengan protein. Harian Kompas,
21 November 2003.
9. Arief B. Witarto. 2002.
Kloning anak manusia dan bisnis. Harian
Kompas, 21 April 2002.
10. Arief B. Witarto. 2005.
Kloning terapi makin jadi kenyataan.
Harian Kompas, 17 Juni 2005.
11. Arief B. Witarto. 2001.
Current state of Indonesian biotechnology
and its prospect in global market era.
Ceramah undangan di 5th Symposium on
Agricultural and Biochemical Engineering,
University of Tokyo, Tokyo-Jepang, 11
Maret 2001.
12. Arief B. Witarto. 2003.
Bio-island: Mengembangkan bioteknologi
kenapa harus mengucilkan diri? Harian
Suara Pembaruan, 31 Oktober 2003.
13. Arief B. Witarto. 2004.
Menghidupkan bio-island. Portal Berita
Iptek, 6 Desember 2004.
14. Arief B. Witarto. 2003.
Membedah alat pengukur gula darah.
Harian Kompas, 7 Oktober 2003.