Anda di halaman 1dari 19

Bioteknologi di Indonesia: Kondisi

dan Peluang
Oleh : Arief Budi Witarto
Kemajuan bioteknologi di dunia sangat pesat sehingga dipercaya sebagai
gelombang baru ekonomi dunia setelah teknologi informasi. Bioteknologi modern lahir
tahun 1970 dan mengalami revolusi karena perubahan paradigma pemanfaatan materi
hayati dari tingkat seluler ke tingkat molekuler. Perkembangan mulai dari rekayasa
genetika, rekayasa protein sampai rekayasa jaringan semua didasari oleh teknologi yang
berdasar pada pengetahuan biologi molekuler tadi. Indonesia memulai pengembangan
bioteknologi tahun 1985 dan terus berkembang sampai sekarang dengan penguasaan
utama bidang pertanian. Dengan semakin banyaknya sektor industri di Indonesia yang
ikut masuk ke bioteknologi selain yang sudah ada yaitu pertanian dan ditambah sekarang
dengan farmasi, kosmetika dan pangan, maka peluang bioteknologi di Indonesia semakin
besar di masa datang. Penyediaan SDM bioteknologi Indonesia menjadi lebih penting
dirasakan oleh karena itu.

1. Pendahuluan

Bioteknologi, sering didengar tapi mungkin jarang dirasakan manfaatnya di Indonesia.


Bila pun pernah diketahui, produk bioteknologi modern seperti kapas transgenik tahan
hama yang ditanam secara terbatas di Sulawesi Selatan beberapa tahun lalu, justru
mendatangkan protes akan keselamatan lingkungannya oleh sebagian masyarakat.
Sementara berita yang didengar di luar negeri, bioteknologi adalah teknologi masa depan
[1]. Gelombang kedua ekonomi dunia setelah teknologi informasi. Bagaimana bisa?

2. Memahami Bioteknologi

Bioteknologi adalah ilmu tua yang menjadi muda berkat sebuah revolusi ilmu
pengetahuan. Sudah sejak 8000 tahun yang lalu, bangsa Mesir kuno menggunakan sejenis
mikroba yeast Saccharomyces atau ragi untuk pembuatan roti dan minuman anggur [2].
Ragi itu merubah gula dalam cairan anggur menjadi alkohol. Dalam adonan roti,
gelembung gas yang dihasilkan dalam proses fermentasi, membuat roti jadi empuk
sehingga enak dimakan. Penggunaan mikroba lainnya dikenal dalam pembuatan keju
seperti jenis Roquefort, Gorgonzala, Brie dan yang mungkin lebih terkenal, jenis
Camembert di pusat pembuatan keju dunia yaitu Swiss. Di sini mikroba mold Penicillum
roqueforti atau kapang berperan merubah komposisi susu menjadi berbagai aroma dan
warna. Lebih dekat kepada kita, nenek moyang bangsa Indonesia telah menggunakan
kapang yang lain yaitu Rhizopus untuk membuat tempe dari kedelai. Semua ini adalah
penggunaan mikroba atau mikroorganisme pada tingkat sel untuk tujuan pangan.
Sehingga ilmu tua bioteknologi adalah penggunaan jasad renik atau makhluk hidup
secara umum pada tingkat sel atau disebut seluler [3].

Bioteknologi modern lahir pada tahun 1970-an dengan munculnya teknologi DNA
rekombinan. Istilah DNA rekombinan mungkin sudah pernah didengar tapi samar-samar
maknanya. Ilmuwan dari Universitas Kalifornia di San Fransisco (UCSF) bernama
Herbert Boyer berhasil mengembangkan teknologi canggih untuk dapat memotong rantai
DNA lalu menyambungnya lagi. Tetapi karena materi DNA berukuran sangat kecil, hal
ini tidak dapat dibuktikan dengan melihat langsung karena jumlahnya juga sangat sedikit.
Masih dari daerah yang sama yaitu propinsi Kalifornia-AS, seorang ilmuwan lain dari
Universitas Stanford bernama Stanley Cohen menemukan cara bagaimana memasukkan
materi DNA berbentuk lingkaran atau plasmid ke dalam sel. Walau tinggal berjarak
hanya 60 km saja, keduanya tidak pernah bisa bertemu sehingga dapat menyatukan
teknologi yang dimilikinya itu. Sampai akhirnya pada tahun 1972, keduanya bertemu di
sebuah pertemuan ilmiah, ribuan kilometer dari tempat mereka tinggal dan bekerja di
Kalifornia, yaitu di Hawaii. DNA yang sudah disambung lagi dengan teknologi Boyer
dapat diperbanyak dengan memasukkan ke dalam sel bakteri dengan teknologi Cohen.
Karena bakteri berkembang biak sangat cepat, DNA yang telah dimasukkan pun jadi
banyak dalam waktu singkat, sehingga dapat dicek keberadaannya dengan mudah [4].
Inilah inti dari teknologi DNA rekombinan.

Teknologi saja tidak bermakna ekonomi tanpa ada satu kegunaan. Biasanya bukan
ilmuwan yang punya gagasan ekonomi tapi usahawan [5]. Untungnya seorang pebisnis
yang juga tinggal di Kalifornia bernama Robert Swanson mendengar keberhasilan dua
ilmuwan itu yang tidak pernah dipublikasikan di koran tapi hanya di jurnal ilmiah saja
dan melihat peluang bisnis yang besar. Peluang bisnis apa sebenarnya yang ada? Insulin
adalah hormon berbentuk protein yang sangat dibutuhkan manusia untuk mengatur kadar
gula/glukosa dalam darah. Sistem pengaturan yang rusak, menyebabkan manusia
menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM). Penderita DM harus secara rutin
menyuntikkan insulin ke dalam tubuhnya karena sudah tidak bisa memproduksi sendiri.
Dari mana datangnya insulin itu? Dari pankreas sapi. Untuk itu perusahaan farmasi dunia
selama ini harus mengumpulkan ribuan sapi hanya untuk mendapatkan sekian mg insulin
bagi penderita DM. Karena insulin adalah protein dan protein dibuat dengan informasi
dari DNA, maka pengusaha Swanson melihat kemungkinan membuat insulin rekombinan
dengan bakteri yang telah direkayasa genetika menggunakan teknologi temuan Cohen
dan Boyer itu. Maka lahirlah pada tahun 1976, masih juga di Kalifornia, perusahaan
bioteknologi modern pertama di dunia yaitu Genentech (singkatan dari Genetich
Engineering Technology) yang memproduksi protein-protein rekombinan seperti insulin,
hormon pertumbuhan, dll [6].

DNA dan protein yang kita dengar di atas adalah dua dari empat molekul biologi
penyusun sel. Dua lainnya adalah karbohidrat dengan contoh yang sudah disebutkan
adalah glukosa, selain itu juga sukrosa yang menjadi komponen utama gula manis dan
satu lagi adalah lipid atau minyak. Pengunaan molekul-molekul biologi itu, bahkan
sampai kepada kemampuan memanipulasi atau merekayasa adalah revolusi teknologi
yang menyebabkan lahirnya bioteknologi modern. Jadi ada perubahaan dalam
bioteknologi tua menjadi bioteknologi modern yaitu perubahan penggunaan materi hayati
dari tingkat sel atau seluler ke tingkat molekul atau molekuler.

Teknologi DNA rekombinan bukanlah satu-satunya tetapi memang adalah tonggak utama
dari lahirnya bioteknologi modern. Beberapa tonggak penting lainnya dimulai dari
penemuan fenomena pewarisan sifat oleh Gregor Mendel (tahun 1866), keyakinan bahwa
materi genetik adalah DNA oleh Oswald Avery (1944), dugaan struktur double helix
DNA oleh Watson dan Crick (1953), penemuan mRNA oleh Monod dan Jacob (1961),
pengungkapan kode genetik oleh Khorana dan Nirernberg (1966), inovasi teknologi
hibridoma oleh Milstein dan Kohler (1974), pengembangan teknologi pembacaan sekuen
DNA oleh Maxam dan Gilbert (1977) sampai penemuan teknologi penggandaan DNA,
PCR oleh Karry Mullis (1983). Semua ini biasanya tercakup dalam kuliah biologi
molekuler yang memang menjadi fondasi dari bioteknologi modern [7].

3. Perkembangan Bioteknologi

Perkembangan bioteknologi setelah lebih dari 30 tahun diawali dengan teknologi


rekayasa genetika ini menjadi semakin cepat. Dalam dogma sentral atau pemahaman
dasar ilmu biologi diketahui bahwa cetak biru kehidupan DNA menyimpan informasi
yang pemanfaatannya dilakukan melalui perubahan informasi itu ke materi baru yaitu
RNA. Proses ini disebut transformasi. Selanjutnya RNA juga dirubah informasinya ke
dalam materi akhir yaitu protein dalam proses translasi. Dari alur informasi dalam dogma
sentral itu bisa dipahami bahwa rekayasa DNA/genetika membawa implikasi pada
perubahan RNA sebagai materi pertengahan maupun kepada protein sebagai produk
akhir. Hanya sepuluh tahun dari lahirnya rekayasa genetika/teknologi DNA rekombinan,
lahirlah teknologi baru dalam kancah bioteknologi yaitu rekayasa protein [8]. Rekayasa
protein saat ini menjadi andalah bioteknologi modern karena produk-produk bioteknologi
yang beredar luas di masyarakat umumnya berbentuk protein seperti obat-obat dari jenis
hormon, antibodi sampai alat-alat diagnosa penyakit untuk aplikasi kedokteran/kesehatan
maupun untuk aplikasi pangan seperti protein BMP/bone morphological protein dalam
susu bubuk bahkan ke kosmetika seperti collagen dalam shampoo dan protease dalam
pasta gigi.

Penemuan bahwa RNA juga dapat memiliki aktivitas enzimatik seperti enzim yaitu
ribozyme melahirkan teknologi baru dalam bioteknologi yaitu rekayasa RNA. Walaupun
belum semaju teknologi rekayasa genetika dan rekayasa protein karena materi RNA
umumnya mudah hancur dan berumur pendek, perkembangan teknologi rekayasa RNA
semakin jadi perhatian. Misalnya penggunaan teknologi RNA interference untuk
mematikan fungsi gen tertentu terbukti lebih efektif daripada pematian gen pada tingkat
DNA menggunakan teknologi knock-out gen misalnya.

Yang lebih menghebohkan sekarang adalah lahirnya teknologi kloning. Teknologi


kloning dapat dibagi menjadi dua yaitu teknologi kloning terapi dan teknologi kloning
reproduksi [9]. Teknologi kloning terapi yang legal dan didukung semua negara karena
manfaatnya untuk membuat jaringan dan organ sebagai ganti dalam pencangkokan
jaringan atau organ yang rusak. Sementara teknologi kloning reproduksi ditentang dunia
termasuk PBB karena bertujuan membuat individu baru serupa yang berakibat sosial luas.
Teknologi kloning terapi semakin menjadi kenyataan setelah ilmuwan Korea Selatan
baru-baru ini berhasil membuat sel syaraf, sel pembuluh darah dan sel kulit yang dapat
menggantikan sel-sel rusak seperti pada penderita Parkinson contohnya Muhammad Ali
petinju dan Michael J. Fox artis film Back to the Future yang sel syaraf otaknya mati
sehingga menjadi pikun dan tidak dapat beraktifitas normal [10]. Untuk ke depannya, sel-
sel itu perlu dibentuk menjadi jaringan atau kumpulan sel dengan fungsi sama seperti
jaringan kulit, jaringan tulang rawan dll. Cangkok jaringan ini yang sebenarnya lebih
banyak diperlukan karena umumnya bagian tubuh yang berada di luar, lebih peka
terhadap penolakan dalam pencangkokan. Misalnya penderita luka bakar hanya dapat
menerima kulit dari tubuhnya sendiri tidak dapat dari donor lain. Rekayasa jaringan
adalah teknologi dalam bioteknologi yang dimulai tahun 1987 oleh ilmuwan MIT yaitu
Langer dan Vacanti untuk membuat jaringan-jaringan baru dengan tujuan
transplantasi/pencangkokan [6]. Menggunakan polimer biodegradable dalam media
pembiakkan khusus, dibuat cetakan yang mirip dengan jaringan baru yang akan dibentuk.
Selanjutnya ditanamkan ke dalam cetakan itu sel-sel yang menjadi tunas lalu dibiakkan
sampai menjadi jaringan yang sempurna. Menggunakan teknologi rekayasa jaringan,
jaringan manusia yang paling rumit yaitu jaringan tulang rawan pembentuk telinga telah
berhasil dibuat dan ditanamkan di atas punggung tikus telanjang/nude mouse yang telah
dimatikan sistem kekebalannya. Telinga tersebut sama sekali tidak ditolak oleh tubuh
tikus dan menempel dengan sempurna. Inilah kemenangan teknologi jaringan yang
banyak dinanti pasien transplantasi, bukan untuk menyakiti hewan.

4. Perkembangan Bioteknologi sebagai Ilmu di Indonesia

Kurang lebih 15 tahun yaitu tahun 1985, pemerintah Indonesia telah menjadikan
bioteknologi sebagai prioritas pengembangan iptek yang dilakukan oleh Kantor Menteri
Negara Riset dan Teknologi (RISTEK) [11]. Selanjutnya sejak tahun 1988, bioteknologi
sudah masuk dalam REPELITA juga sebagai prioritas pembangunan khususnya bidang
iptek. Perkembangan terbaru dari sisi kebijakan/aturan pemerintah yaitu pada tahun 2000
lalu, bioteknologi juga muncul sebagai bidang prioritas dalam Jakstra Ipteknas yang
dilanjutkan dengan Renstra Ipteknas.

Dalam implementasi/penerapan dari kebijakan itu, pada tahun 1990 mulai dipikirkan
pembentukan SDM bioteknologi yaitu dengan pembentukan PAU atau Pusat Antar
Universitas bidang bioteknologi di UGM bidang bioteknologi kedokteran, ITB bidang
bioteknologi industri dan IPB bidang bioteknologi pertanian. Kerjasama antar lembaga
pendidikan dan penelitian pemerintah juga mulai digesa dengan penunjukan pusat
pengembangan atau center of excellence dengan tiga bidang utama yaitu bioteknologi
pertanian dengan anggota PAU Bioteknologi IPB, Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI,
bioteknologi kedokteran dengan anggota UI/Lembaga Biologi Molekul Eijkman dengan
PAU Bioteknologi UGM dan bioteknologi industri dengan anggota PAU Bioteknologi
ITB dan BPPT. PAU-PAU di universitas juga ditugaskan untuk mencetak SDM
bioteknologi dengan pembentukan program studi pasca sarjana S-2 dan S-3 bioteknologi.
Riset tanpa dana, menjadi tak bermakna. Maka sejak tahun 1992 dana riset kompetitif
terbesar di Indonesia yaitu RUT/Riset Unggulan Terpadu yang dikoordinasi oleh
RISTEK dan diemban pelaksanaan administrasinya oleh LIPI, memasukkan bioteknologi
sebagai salah satu program tersendiri yang dibiayai. Selain RUT ada pula skema dana
kompetitif serupa yaitu RUTI/untuk tingkat internasional dan RUK/kemitraaan untuk
kerjasama lembaga riset dengan swasta. Usaha-usaha antara pemerintah menggandeng
swasta ini membuahkan hasil antara lain berdirinya Konsorsium Bioteknologi
Indonesia/KBI dengan anggota lembaga pemerintah, penelitian, pendidikan dan swasta
industri farmasi dan pangan khususnya. Selain beberapa lembaga yang telah disebut di
atas, lembaga pemerintah yang aktif mengembangkan bioteknologi lainnya adalah
departemen teknis yaitu Departemen Pertanian lewat Badan Penelitian dan
Pengembangannya seperti Badan Litbang Bioteknologi Pertanian dan Sumber Daya
Genetik Pertanian (Balitbiogen) yang berkantor di Bogor.

Himpunan bioteknologi juga mulai bermunculan baik yang formal atau non-formal
misalnya Perhimpunan Bioteknologi Pertanian Indonesia, Jaringan Peneliti Bioteknologi
Indonesia, dsb. Tak kurang pula jurnal-jurnal baik yang spesifik maupun yang lebih luas
seperti Indonesian Journal of Biotechnology yang berkantor di PAU Bioteknologi-UGM,
sekarang berganti nama menjadi Pusat Studi Bioteknologi-UGM, dsb.
Upaya terakhir pemerintah untuk mendorong kemajuan bioteknologi Indonesia adalah
rencana pembentukan lokasi khusus di pulau Rempang, berdekatang dengan pulau
Batam, sebagai wilayah khusus pengembangan dan komersialiasasi bioteknologi farmasi
dan pertanian [12,13]. Usaha ini dikenal dengan istilah bio-island.

5. Perkembangan Bioteknologi Industri/Bioindustri di Indonesia

Apabila perkembangan bioteknologi secara keilmuwan di Indonesia kuat khususnya di


bidang pertanian, perkembangan industri/bioindustri Indonesia justru sebaliknya. Seperti
contoh di pendahuluan, bioteknologi pertanian dengan pemanfaatan tanaman transgenik
oleh perusahaan seperti Monsanto/Monagro Kimia, banyak mendapat tantangan.
Sehingga pemanfaatan bioteknologi pertanian kita masih bersandar pada bioteknologi
tingkat tua yaitu pemanfaatan pada tingkat seluler bukan molekuler. Contohnya adalah
industri kultur jaringan yang berkembang baik dalam industri kehutanan dengan
kebutuhan penyediaan bibit tanaman untuk reboisasi maupun untuk estetika seperti
bunga-buga untuk pajangan seperti anggrek, dsb. Kultur jaringan adalah pembuatan bibit
dan perbanyakannya menggunakan permainan komposisi media. Yang digunakan bisa
segala sumber organ tumbuhan mulai dari biji, daun, tunas, dsb jadi lebih luas dari
teknologi pembibitan konvensial dengan stek. Yang dimanipulasi adalah sel penyusun
organ itu untuk berubah menjadi tanaman sempurna melalui hormon-hormon dalam
media yang digunakan. Jadi ini adalah bioteknologi tingkat tua, bukan bioteknologi
modern.

Bioteknologi pangan, cukup berkembang dengan baik walau belum tereksploitasi secara
optimal. Misalnya komposisi kecap yang membedakan rasa, warna dan bau/flavor sangat
dipengaruhi oleh jenis kedelai sebagai bahan baku dan juga mikroba yang digunakan.
Sementara ini semua masih dilakukan secara tradisional walau secara penelitian sudah
ada yang mulai mengarah pada pemanfaatan flavor-nya. Demikian pula berbagai buah
dan produk pertanian untuk pangan baik sebagai perasa seperti vanili maupun pewarna
dan bau yang banyak dieksploitasi oleh industri flavor Eropa dan Amerika di Indonesia,
juga makin merasakan pentingnya bioteknologi modern. Selain flavor, kebutuhan yang
besar adalah enzim dan protein yang banyak digunakan dalam proses pembuatan produk
pangan seperti enzim protease, enzim lipase, dsb. Tak terkecuali dengan pemanfaatan
baru di kosmetik dan kebersihan seperti munculnya pasta gigi yang mengurangi detergen
dengan mengganti protease, shampoo dengan komposisi protein collagen, dll.

Sektor industri yang semakin besar cakupan penggunaan bioteknologinya di Indonesia


adalah industri farmasi. Mungkin hal ini tidak terlalu didengar karena sebagian besar
komponen industri farmasi masih impor dan produk-produk obat untuk bioteknologi
masih dinikmati oleh kalangan berpunya di kota besar saja. Obat-obat untuk pengobatan
dan pendukung terapi kanker misalnya, seperti hormon eritropoietin, hormon growth
colony, stimulting factor, antibodi spesifik, dsb adalah contoh-contoh obat yang sekali
suntik sekian juta rupiah harganya. Kalau obat resep seperti disebutkan, tidak pernah
diiklankan di media massa, tapi alat kedokteran untuk diagnosa bisa diamati. Misalnya
alat diagnosa penyakit DM yang harus mengukur kadar gula darahnya secara teratur
menggunakan alat pengukur gula darah, sudah mulai diiklankan di media massa cetak
nasional sejak beberapa tahun terakhir [14]. Komponen utama dalam perangkat
elektronik ini adalah enzim yang mengubah molekul glukosa menjadi sinyal elektronik.

Perusahaan farmasi nasional baik yang BUMN seperti PT Kimia Farma, Tbk dan PT
Kalbe Farma juga mulai melirik kebutuhan produk obat bioteknologi. PT Kimia Farma
menggandeng LIPI dan lembaga riset Jerman, Fraunhofer untuk mengembangkan
teknologi produksi obat-obat berbasis protein yang labih murah dengan teknologi
molecular farming [15]. PT Kalbe Farma menggandeng lembaga riset Kuba dan Eropa
dengan membentuk anak perusahaan bernama Innogen yang berkantor di Singapura.

6. Prospek dan Tantangan

Dengan uraian di atas, prospek perkembangan bioteknologi di Indonesia terlihat semakin


jelas. Pertama, untuk pendidikan S-1, bioteknologi tidak harus berarti memiliki
pengalaman eksperimen rekayasa genetika. Karena fondasi bioteknologi adalah
pemanfaatan molekul biologi baik DNA, protein, dst. Maka pengalaman eksperimen
biokimia mulai dari isolasi protein/enzim dan karakterisasinya juga penting. Termasuk
juga tingkatan bioteknologi tua seperti pemanfaatan sel untuk bioreaktor, kultur jaringan
dsb juga penting. Pengalaman di tingkat S-1 bisa ditingkatkan dengan ke tingkat S-2 dan
S-3 untuk penguasaan materi bioteknologi yang lebih dalam dan luas. Penelitian
bioteknologi bisa dilakukan pada umumnya di lembaga penelitian Indonesia sendiri yang
sudah mengarah ke bioteknologi modern seperti LIPI, Eijkman, Balitbiogen, dan
sebagainya.

Dengan mulai masuknya industri farmasi ke ranah bioteknologi, maka peluang memasuki
lapangan kerja dengan keahlian bioteknologi semakin besar selain yang sudah ada selama
ini untuk industri pangan dan pertanian. Termasuk yang baru adalah industri kosmetika
yang juga maju pesat. Lembaga pemerintah terkait produk obat dan pangan yaitu Badan
POM dalam penerimaan pegawai tahun 2005 juga mulai mencari alumni bioteknologi
yang menunjukkan semakin banyaknya produk obat, termasuk vaksin dan pangan yang
berbasis bioteknologi.
Tantangan terbesar adalah penyediaan SDM terampil dan berwawasan bioteknologi luas.
Umumnya bioteknologi di Indonesia berlandaskan bidang keilmuwan pertanian atau ilmu
alam baik biologi atau kimia. Sedikit seperti di UI ada yang berbasis kedokteran. Di luar
negeri, negara maju seperti Jepang, bioteknologi bisa saja berbasis keteknikan. Bahkan
negara berkembang sekalipun seperti Malaysia, beberapa universitasnya juga memiliki
departemen bioteknologi berbasis pertanian dan teknik sekaligus. Semakin besarnya
kebutuhan di Indonesia belum diikuti dengan penyediaan SDM bioteknologi yang
mumpuni tersebut. Saat ini tidak dipungkiri, para ilmuwan peneliti dan doktor
bioteknologi Indonesia masih sebagian besar almuni LN. Jadi merupakan tantangan besar
melahirkan SDM produk DN yang lebih tahu kondisi dan permasalah lokal

Daftar Pustaka
1. Arief B. Witarto. 2005. Bioteknologi, sebuah gelombang ekonomi
baru. Harian Bisnis Indonesia, 14 Juni 2005.
2. Informasi dari Microsoft Encarta versi 2004
3. Arief B. Witarto. 2005. Pengantar bioteknologi. Ceramah
undangan di Fakultas Peternakan-UGM, Yogyakarta, 5 Februari 2005.
4. Arief B. Witarto. 2004. Bioteknologi siapa takut? Ceramah
undangan di SMA Negeri 1 Depok, Depok, 20 Februari 2004.
5. Arief B. Witarto. 2004. Mengenal lebih jauh bioteknologi.
Ceramah undangan di Pelatihan Bioteknologi untuk Profesi Kedokteran di RS
Kanker Dharmais, Jakarta, 27 September 2004.
6. Arief B. Witarto. 2003. Bioteknologi kedokteran: Dari rekayasa
genetika sampai rekayasa jaringan. Ceramah undangan di Seminar Kesehatan dan
Kloning di Fakultas Kesehatan Masyarakat-UI, Depok, 14 Juni 2003.
7. Arief B. Witarto. 2004. Rekayasa genetika. Materi kuliah pasca
sarjana S-2 Kimia peminatan bioteknologi di Jurusan Kimia, FMIPA-UI, Depok,
semester ganjil 2004
8. Arief B. Witarto. 2003. Bermain dengan protein. Harian Kompas,
21 November 2003.
9. Arief B. Witarto. 2002. Kloning anak manusia dan bisnis. Harian
Kompas, 21 April 2002.
10. Arief B. Witarto. 2005. Kloning terapi makin jadi kenyataan.
Harian Kompas, 17 Juni 2005.
11. Arief B. Witarto. 2001. Current state of Indonesian biotechnology
and its prospect in global market era. Ceramah undangan di 5th Symposium on
Agricultural and Biochemical Engineering, University of Tokyo, Tokyo-Jepang,
11 Maret 2001.
12. Arief B. Witarto. 2003. Bio-island: Mengembangkan bioteknologi
kenapa harus mengucilkan diri? Harian Suara Pembaruan, 31 Oktober 2003.
13. Arief B. Witarto. 2004. Menghidupkan bio-island. Portal Berita
Iptek, 6 Desember 2004.
14. Arief B. Witarto. 2003. Membedah alat pengukur gula darah.
Harian Kompas, 7 Oktober 2003.
15. Arief B. Witarto. 2003. Bertani protein. Harian Kompas, 14 April
2003.
Mengenai penulis : DR. Arief Budi Witarto, M.Eng.
menyelesaikan S-1, S-2 dan S-3 dari Departemen Bioteknologi,
Fakultas Teknik, Tokyo University of Agriculture and
Technology, Tokyo-Jepang. Dengan pencapaiannya yang
signifikan telah menerima banyak penghargaan tingkat nasional
a.l. Paramadina Award 2005 bidang iptek dari Univ.
Paramadina, Jakarta, PII Engineering Award 2005 untuk
Adhicipta Rekayasa dari Persatuan Insinyur Indonesia/PII,
Science and Technology Award 2003 dan Yayasan Sains Toray
Indonesia dan Peneliti Muda Indonesia Terbaik 2002 bidang
Ilmu Pengetahuan Teknik dan Rekayasa dari LIPI.

Bioteknologi

Bioteknologi
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa
Indonesia.
Langsung ke: panduan arah, cari

Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup


(bakteri, jamur, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol)
dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Dewasa ini, perkembangan
bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan
dan murni lain, seperti biokimia, komputer, biologi molekular, mikrobiologi, genetika,
kimia, matematika, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, bioteknologi adalah ilmu
terapan yang menggabungkan berbagai cabang ilmu dalam proses produksi barang dan
jasa.

Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun
yang lalu. Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan bir, roti,
maupun keju yang sudah dikenal sejak abad ke-19, pemuliaan tanaman untuk
menghasilkan varietas-varietas baru di bidang pertanian, serta pemuliaan dan reproduksi
hewan. Di bidang medis, penerapan bioteknologi di masa lalu dibuktikan antara lain
dengan penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin walaupun masih dalam jumlah yang
terbatas akibat proses fermentasi yang tidak sempurna. Perubahan signifikan terjadi
setelah penemuan bioreaktor oleh Louis Pasteur. Dengan alat ini, produksi antibiotik
maupun vaksin dapat dilakukan secara massal.

Pada masa ini, bioteknologi berkembang sangat pesat, terutama di negara negara
maju. Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai macam teknologi semisal
rekayasa genetika, kultur jaringan, rekombinan DNA, pengembangbiakan sel induk,
kloning, dan lain-lain. Teknologi ini memungkinkan kita untuk memperoleh
penyembuhan penyakit-penyakit genetik maupun kronis yang belum dapat disembuhkan,
seperti kanker ataupun AIDS. Penelitian di bidang pengembangan sel induk juga
memungkinkan para penderita stroke ataupun penyakit lain yang mengakibatkan
kehilangan atau kerusakan pada jaringan tubuh dapat sembuh seperti sediakala. Di bidang
pangan, dengan menggunakan teknologi rekayasa genetika, kultur jaringan dan
rekombinan DNA, dapat dihasilkan tanaman dengan sifat dan produk unggul karena
mengandung zat gizi yang lebih jika dibandingkan tanaman biasa, serta juga lebih tahan
terhadap hama maupun tekanan lingkungan. Penerapan bioteknologi di masa ini juga
dapat dijumpai pada pelestarian lingkungan hidup dari polusi. Sebagai contoh, pada
penguraian minyak bumi yang tertumpah ke laut oleh bakteri, dan penguraian zat-zat
yang bersifat toksik (racun) di sungai atau laut dengan menggunakan bakteri jenis baru.

Kemajuan di bidang bioteknologi tak lepas dari berbagai kontroversi yang


melingkupi perkembangan teknologinya. Sebagai contoh, teknologi kloning dan rekayasa
genetika terhadap tanaman pangan mendapat kecaman dari bermacam-macam golongan.

Available at: http://id.wikipedia.org/wiki/Bioteknologi

Opened: 30.11.2006

Bioteknologi di Indonesia: Kondisi dan


Peluang

Oleh : Arief Budi Witarto


Kemajuan bioteknologi di dunia sangat
pesat sehingga dipercaya sebagai gelombang baru
ekonomi dunia setelah teknologi informasi.
Bioteknologi modern lahir tahun 1970 dan
mengalami revolusi karena perubahan paradigma
pemanfaatan materi hayati dari tingkat seluler ke
tingkat molekuler. Perkembangan mulai dari
rekayasa genetika, rekayasa protein sampai rekayasa
jaringan semua didasari oleh teknologi yang
berdasar pada pengetahuan biologi molekuler tadi.
Indonesia memulai pengembangan bioteknologi
tahun 1985 dan terus berkembang sampai sekarang
dengan penguasaan utama bidang pertanian. Dengan
semakin banyaknya sektor industri di Indonesia
yang ikut masuk ke bioteknologi selain yang sudah
ada yaitu pertanian dan ditambah sekarang dengan
farmasi, kosmetika dan pangan, maka peluang
bioteknologi di Indonesia semakin besar di masa
datang. Penyediaan SDM bioteknologi Indonesia
menjadi lebih penting dirasakan oleh karena itu.

1. Pendahuluan

Bioteknologi, sering didengar tapi mungkin jarang


dirasakan manfaatnya di Indonesia. Bila pun pernah
diketahui, produk bioteknologi modern seperti kapas
transgenik tahan hama yang ditanam secara terbatas
di Sulawesi Selatan beberapa tahun lalu, justru
mendatangkan protes akan keselamatan
lingkungannya oleh sebagian masyarakat.
Sementara berita yang didengar di luar negeri,
bioteknologi adalah teknologi masa depan [1].
Gelombang kedua ekonomi dunia setelah teknologi
informasi. Bagaimana bisa?

2. Memahami Bioteknologi

Bioteknologi adalah ilmu tua yang menjadi muda


berkat sebuah revolusi ilmu pengetahuan. Sudah
sejak 8000 tahun yang lalu, bangsa Mesir kuno
menggunakan sejenis mikroba yeast Saccharomyces
atau ragi untuk pembuatan roti dan minuman anggur
[2]. Ragi itu merubah gula dalam cairan anggur
menjadi alkohol. Dalam adonan roti, gelembung gas
yang dihasilkan dalam proses fermentasi, membuat
roti jadi empuk sehingga enak dimakan. Penggunaan
mikroba lainnya dikenal dalam pembuatan keju
seperti jenis Roquefort, Gorgonzala, Brie dan yang
mungkin lebih terkenal, jenis Camembert di pusat
pembuatan keju dunia yaitu Swiss. Di sini mikroba
mold Penicillum roqueforti atau kapang berperan
merubah komposisi susu menjadi berbagai aroma
dan warna. Lebih dekat kepada kita, nenek moyang
bangsa Indonesia telah menggunakan kapang yang
lain yaitu Rhizopus untuk membuat tempe dari
kedelai. Semua ini adalah penggunaan mikroba atau
mikroorganisme pada tingkat sel untuk tujuan
pangan. Sehingga ilmu tua bioteknologi adalah
penggunaan jasad renik atau makhluk hidup secara
umum pada tingkat sel atau disebut seluler [3].

Bioteknologi modern lahir pada tahun 1970-an


dengan munculnya teknologi DNA rekombinan.
Istilah DNA rekombinan mungkin sudah pernah
didengar tapi samar-samar maknanya. Ilmuwan dari
Universitas Kalifornia di San Fransisco (UCSF)
bernama Herbert Boyer berhasil mengembangkan
teknologi canggih untuk dapat memotong rantai
DNA lalu menyambungnya lagi. Tetapi karena
materi DNA berukuran sangat kecil, hal ini tidak
dapat dibuktikan dengan melihat langsung karena
jumlahnya juga sangat sedikit. Masih dari daerah
yang sama yaitu propinsi Kalifornia-AS, seorang
ilmuwan lain dari Universitas Stanford bernama
Stanley Cohen menemukan cara bagaimana
memasukkan materi DNA berbentuk lingkaran atau
plasmid ke dalam sel. Walau tinggal berjarak hanya
60 km saja, keduanya tidak pernah bisa bertemu
sehingga dapat menyatukan teknologi yang
dimilikinya itu. Sampai akhirnya pada tahun 1972,
keduanya bertemu di sebuah pertemuan ilmiah,
ribuan kilometer dari tempat mereka tinggal dan
bekerja di Kalifornia, yaitu di Hawaii. DNA yang
sudah disambung lagi dengan teknologi Boyer dapat
diperbanyak dengan memasukkan ke dalam sel
bakteri dengan teknologi Cohen. Karena bakteri
berkembang biak sangat cepat, DNA yang telah
dimasukkan pun jadi banyak dalam waktu singkat,
sehingga dapat dicek keberadaannya dengan mudah
[4]. Inilah inti dari teknologi DNA rekombinan.

Teknologi saja tidak bermakna ekonomi tanpa ada


satu kegunaan. Biasanya bukan ilmuwan yang
punya gagasan ekonomi tapi usahawan [5].
Untungnya seorang pebisnis yang juga tinggal di
Kalifornia bernama Robert Swanson mendengar
keberhasilan dua ilmuwan itu yang tidak pernah
dipublikasikan di koran tapi hanya di jurnal ilmiah
saja dan melihat peluang bisnis yang besar. Peluang
bisnis apa sebenarnya yang ada? Insulin adalah
hormon berbentuk protein yang sangat dibutuhkan
manusia untuk mengatur kadar gula/glukosa dalam
darah. Sistem pengaturan yang rusak, menyebabkan
manusia menderita penyakit Diabetes Mellitus
(DM). Penderita DM harus secara rutin
menyuntikkan insulin ke dalam tubuhnya karena
sudah tidak bisa memproduksi sendiri. Dari mana
datangnya insulin itu? Dari pankreas sapi. Untuk itu
perusahaan farmasi dunia selama ini harus
mengumpulkan ribuan sapi hanya untuk
mendapatkan sekian mg insulin bagi penderita DM.
Karena insulin adalah protein dan protein dibuat
dengan informasi dari DNA, maka pengusaha
Swanson melihat kemungkinan membuat insulin
rekombinan dengan bakteri yang telah direkayasa
genetika menggunakan teknologi temuan Cohen dan
Boyer itu. Maka lahirlah pada tahun 1976, masih
juga di Kalifornia, perusahaan bioteknologi modern
pertama di dunia yaitu Genentech (singkatan dari
Genetich Engineering Technology) yang
memproduksi protein-protein rekombinan seperti
insulin, hormon pertumbuhan, dll [6].

DNA dan protein yang kita dengar di atas adalah


dua dari empat molekul biologi penyusun sel. Dua
lainnya adalah karbohidrat dengan contoh yang
sudah disebutkan adalah glukosa, selain itu juga
sukrosa yang menjadi komponen utama gula manis
dan satu lagi adalah lipid atau minyak. Pengunaan
molekul-molekul biologi itu, bahkan sampai kepada
kemampuan memanipulasi atau merekayasa adalah
revolusi teknologi yang menyebabkan lahirnya
bioteknologi modern. Jadi ada perubahaan dalam
bioteknologi tua menjadi bioteknologi modern yaitu
perubahan penggunaan materi hayati dari tingkat sel
atau seluler ke tingkat molekul atau molekuler.

Teknologi DNA rekombinan bukanlah satu-satunya


tetapi memang adalah tonggak utama dari lahirnya
bioteknologi modern. Beberapa tonggak penting
lainnya dimulai dari penemuan fenomena pewarisan
sifat oleh Gregor Mendel (tahun 1866), keyakinan
bahwa materi genetik adalah DNA oleh Oswald
Avery (1944), dugaan struktur double helix DNA
oleh Watson dan Crick (1953), penemuan mRNA
oleh Monod dan Jacob (1961), pengungkapan kode
genetik oleh Khorana dan Nirernberg (1966),
inovasi teknologi hibridoma oleh Milstein dan
Kohler (1974), pengembangan teknologi pembacaan
sekuen DNA oleh Maxam dan Gilbert (1977)
sampai penemuan teknologi penggandaan DNA,
PCR oleh Karry Mullis (1983). Semua ini biasanya
tercakup dalam kuliah biologi molekuler yang
memang menjadi fondasi dari bioteknologi modern
[7].

3. Perkembangan Bioteknologi

Perkembangan bioteknologi setelah lebih dari 30


tahun diawali dengan teknologi rekayasa genetika
ini menjadi semakin cepat. Dalam dogma sentral
atau pemahaman dasar ilmu biologi diketahui bahwa
cetak biru kehidupan DNA menyimpan informasi
yang pemanfaatannya dilakukan melalui perubahan
informasi itu ke materi baru yaitu RNA. Proses ini
disebut transformasi. Selanjutnya RNA juga dirubah
informasinya ke dalam materi akhir yaitu protein
dalam proses translasi. Dari alur informasi dalam
dogma sentral itu bisa dipahami bahwa rekayasa
DNA/genetika membawa implikasi pada perubahan
RNA sebagai materi pertengahan maupun kepada
protein sebagai produk akhir. Hanya sepuluh tahun
dari lahirnya rekayasa genetika/teknologi DNA
rekombinan, lahirlah teknologi baru dalam kancah
bioteknologi yaitu rekayasa protein [8]. Rekayasa
protein saat ini menjadi andalah bioteknologi
modern karena produk-produk bioteknologi yang
beredar luas di masyarakat umumnya berbentuk
protein seperti obat-obat dari jenis hormon, antibodi
sampai alat-alat diagnosa penyakit untuk aplikasi
kedokteran/kesehatan maupun untuk aplikasi pangan
seperti protein BMP/bone morphological protein
dalam susu bubuk bahkan ke kosmetika seperti
collagen dalam shampoo dan protease dalam pasta
gigi.

Penemuan bahwa RNA juga dapat memiliki


aktivitas enzimatik seperti enzim yaitu ribozyme
melahirkan teknologi baru dalam bioteknologi yaitu
rekayasa RNA. Walaupun belum semaju teknologi
rekayasa genetika dan rekayasa protein karena
materi RNA umumnya mudah hancur dan berumur
pendek, perkembangan teknologi rekayasa RNA
semakin jadi perhatian. Misalnya penggunaan
teknologi RNA interference untuk mematikan
fungsi gen tertentu terbukti lebih efektif daripada
pematian gen pada tingkat DNA menggunakan
teknologi knock-out gen misalnya.

Yang lebih menghebohkan sekarang adalah lahirnya


teknologi kloning. Teknologi kloning dapat dibagi
menjadi dua yaitu teknologi kloning terapi dan
teknologi kloning reproduksi [9]. Teknologi kloning
terapi yang legal dan didukung semua negara karena
manfaatnya untuk membuat jaringan dan organ
sebagai ganti dalam pencangkokan jaringan atau
organ yang rusak. Sementara teknologi kloning
reproduksi ditentang dunia termasuk PBB karena
bertujuan membuat individu baru serupa yang
berakibat sosial luas. Teknologi kloning terapi
semakin menjadi kenyataan setelah ilmuwan Korea
Selatan baru-baru ini berhasil membuat sel syaraf,
sel pembuluh darah dan sel kulit yang dapat
menggantikan sel-sel rusak seperti pada penderita
Parkinson contohnya Muhammad Ali petinju dan
Michael J. Fox artis film Back to the Future yang sel
syaraf otaknya mati sehingga menjadi pikun dan
tidak dapat beraktifitas normal [10]. Untuk
kedepannya, sel-sel itu perlu dibentuk menjadi
jaringan atau kumpulan sel dengan fungsi sama
seperti jaringan kulit, jaringan tulang rawan dll.
Cangkok jaringan ini yang sebenarnya lebih banyak
diperlukan karena umumnya bagian tubuh yang
berada di luar, lebih peka terhadap penolakan dalam
pencangkokan. Misalnya penderita luka bakar hanya
dapat menerima kulit dari tubuhnya sendiri tidak
dapat dari donor lain. Rekayasa jaringan adalah
teknologi dalam bioteknologi yang dimulai tahun
1987 oleh ilmuwan MIT yaitu Langer dan Vacanti
untuk membuat jaringan-jaringan baru dengan
tujuan transplantasi/pencangkokan [6].
Menggunakan polimer biodegradable dalam media
pembiakkan khusus, dibuat cetakan yang mirip
dengan jaringan baru yang akan dibentuk.
Selanjutnya ditanamkan ke dalam cetakan itu sel-sel
yang menjadi tunas lalu dibiakkan sampai menjadi
jaringan yang sempurna. Menggunakan teknologi
rekayasa jaringan, jaringan manusia yang paling
rumit yaitu jaringan tulang rawan pembentuk telinga
telah berhasil dibuat dan ditanamkan di atas
punggung tikus telanjang/nude mouse yang telah
dimatikan sistem kekebalannya. Telinga tersebut
sama sekali tidak ditolak oleh tubuh tikus dan
menempel dengan sempurna. Inilah kemenangan
teknologi jaringan yang banyak dinanti pasien
transplantasi, bukan untuk menyakiti hewan.

4. Perkembangan Bioteknologi sebagai Ilmu di


Indonesia

Kurang lebih 15 tahun yaitu tahun 1985, pemerintah


Indonesia telah menjadikan bioteknologi sebagai
prioritas pengembangan iptek yang dilakukan oleh
Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi
(RISTEK) [11]. Selanjutnya sejak tahun 1988,
bioteknologi sudah masuk dalam REPELITA juga
sebagai prioritas pembangunan khususnya bidang
iptek. Perkembangan terbaru dari sisi
kebijakan/aturan pemerintah yaitu pada tahun 2000
lalu, bioteknologi juga muncul sebagai bidang
prioritas dalam Jakstra Ipteknas yang dilanjutkan
dengan Renstra Ipteknas.

Dalam implementasi/penerapan dari kebijakan itu,


pada tahun 1990 mulai dipikirkan pembentukan
SDM bioteknologi yaitu dengan pembentukan PAU
atau Pusat Antar Universitas bidang bioteknologi di
UGM bidang bioteknologi kedokteran, ITB bidang
bioteknologi industri dan IPB bidang bioteknologi
pertanian. Kerjasama antar lembaga pendidikan dan
penelitian pemerintah juga mulai digesa dengan
penunjukan pusat pengembangan atau center of
excellence dengan tiga bidang utama yaitu
bioteknologi pertanian dengan anggota PAU
Bioteknologi IPB, Pusat Penelitian Bioteknologi-
LIPI, bioteknologi kedokteran dengan anggota
UI/Lembaga Biologi Molekul Eijkman dengan PAU
Bioteknologi UGM dan bioteknologi industri
dengan anggota PAU Bioteknologi ITB dan BPPT.
PAU-PAU di universitas juga ditugaskan untuk
mencetak SDM bioteknologi dengan pembentukan
program studi pasca sarjana S-2 dan S-3
bioteknologi. Riset tanpa dana, menjadi tak
bermakna. Maka sejak tahun 1992 dana riset
kompetitif terbesar di Indonesia yaitu RUT/Riset
Unggulan Terpadu yang dikoordinasi oleh RISTEK
dan diemban pelaksanaan administrasinya oleh LIPI,
memasukkan bioteknologi sebagai salah satu
program tersendiri yang dibiayai. Selain RUT ada
pula skema dana kompetitif serupa yaitu
RUTI/untuk tingkat internasional dan
RUK/kemitraaan untuk kerjasama lembaga riset
dengan swasta. Usaha-usaha antara pemerintah
menggandeng swasta ini membuahkan hasil antara
lain berdirinya Konsorsium Bioteknologi
Indonesia/KBI dengan anggota lembaga pemerintah,
penelitian, pendidikan dan swasta industri farmasi
dan pangan khususnya. Selain beberapa lembaga
yang telah disebut di atas, lembaga pemerintah yang
aktif mengembangkan bioteknologi lainnya adalah
departemen teknis yaitu Departemen Pertanian lewat
Badan Penelitian dan Pengembangannya seperti
Badan Litbang Bioteknologi Pertanian dan Sumber
Daya Genetik Pertanian (Balitbiogen) yang
berkantor di Bogor.

Himpunan bioteknologi juga mulai bermunculan


baik yang formal atau non-formal misalnya
Perhimpunan Bioteknologi Pertanian Indonesia,
Jaringan Peneliti Bioteknologi Indonesia, dsb. Tak
kurang pula jurnal-jurnal baik yang spesifik maupun
yang lebih luas seperti Indonesian Journal of
Biotechnology yang berkantor di PAU
Bioteknologi-UGM, sekarang berganti nama
menjadi Pusat Studi Bioteknologi-UGM, dsb.
Upaya terakhir pemerintah untuk mendorong
kemajuan bioteknologi Indonesia adalah rencana
pembentukan lokasi khusus di pulau Rempang,
berdekatang dengan pulau Batam, sebagai wilayah
khusus pengembangan dan komersialiasasi
bioteknologi farmasi dan pertanian [12,13]. Usaha
ini dikenal dengan istilah bio-island.

5. Perkembangan Bioteknologi
Industri/Bioindustri di Indonesia

Apabila perkembangan bioteknologi secara


keilmuwan di Indonesia kuat khususnya di bidang
pertanian, perkembangan industri/bioindustri
Indonesia justru sebaliknya. Seperti contoh di
pendahuluan, bioteknologi pertanian dengan
pemanfaatan tanaman transgenik oleh perusahaan
seperti Monsanto/Monagro Kimia, banyak mendapat
tantangan. Sehingga pemanfaatan bioteknologi
pertanian kita masih bersandar pada bioteknologi
tingkat tua yaitu pemanfaatan pada tingkat seluler
bukan molekuler. Contohnya adalah industri kultur
jaringan yang berkembang baik dalam industri
kehutanan dengan kebutuhan penyediaan bibit
tanaman untuk reboisasi maupun untuk estetika
seperti bunga-buga untuk pajangan seperti anggrek,
dsb. Kultur jaringan adalah pembuatan bibit dan
perbanyakannya menggunakan permainan
komposisi media. Yang digunakan bisa segala
sumber organ tumbuhan mulai dari biji, daun, tunas,
dsb jadi lebih luas dari teknologi pembibitan
konvensial dengan stek. Yang dimanipulasi adalah
sel penyusun organ itu untuk berubah menjadi
tanaman sempurna melalui hormon-hormon dalam
media yang digunakan. Jadi ini adalah bioteknologi
tingkat tua, bukan bioteknologi modern.

Bioteknologi pangan, cukup berkembang dengan


baik walau belum tereksploitasi secara optimal.
Misalnya komposisi kecap yang membedakan rasa,
warna dan bau/flavor sangat dipengaruhi oleh jenis
kedelai sebagai bahan baku dan juga mikroba yang
digunakan. Sementara ini semua masih dilakukan
secara tradisional walau secara penelitian sudah ada
yang mulai mengarah pada pemanfaatan flavor-nya.
Demikian pula berbagai buah dan produk pertanian
untuk pangan baik sebagai perasa seperti vanili
maupun pewarna dan bau yang banyak dieksploitasi
oleh industri flavor Eropa dan Amerika di Indonesia,
juga makin merasakan pentingnya bioteknologi
modern. Selain flavor, kebutuhan yang besar adalah
enzim dan protein yang banyak digunakan dalam
proses pembuatan produk pangan seperti enzim
protease, enzim lipase, dsb. Tak terkecuali dengan
pemanfaatan baru di kosmetik dan kebersihan
seperti munculnya pasta gigi yang mengurangi
detergen dengan mengganti protease, shampoo
dengan komposisi protein collagen, dll.

Sektor industri yang semakin besar cakupan


penggunaan bioteknologinya di Indonesia adalah
industri farmasi. Mungkin hal ini tidak terlalu
didengar karena sebagian besar komponen industri
farmasi masih impor dan produk-produk obat untuk
bioteknologi masih dinikmati oleh kalangan
berpunya di kota besar saja. Obat-obat untuk
pengobatan dan pendukung terapi kanker misalnya,
seperti hormon eritropoietin, hormon growth
colony, stimulting factor, antibodi spesifik, dsb
adalah contoh-contoh obat yang sekali suntik sekian
juta rupiah harganya. Kalau obat resep seperti
disebutkan, tidak pernah diiklankan di media massa,
tapi alat kedokteran untuk diagnosa bisa diamati.
Misalnya alat diagnosa penyakit DM yang harus
mengukur kadar gula darahnya secara teratur
menggunakan alat pengukur gula darah, sudah mulai
diiklankan di media massa cetak nasional sejak
beberapa tahun terakhir [14]. Komponen utama
dalam perangkat elektronik ini adalah enzim yang
mengubah molekul glukosa menjadi sinyal
elektronik.

Perusahaan farmasi nasional baik yang BUMN


seperti PT Kimia Farma, Tbk dan PT Kalbe Farma
juga mulai melirik kebutuhan produk obat
bioteknologi. PT Kimia Farma menggandeng LIPI
dan lembaga riset Jerman, Fraunhofer untuk
mengembangkan teknologi produksi obat-obat
berbasis protein yang labih murah dengan teknologi
molecular farming [15]. PT Kalbe Farma
menggandeng lembaga riset Kuba dan Eropa dengan
membentuk anak perusahaan bernama Innogen yang
berkantor di Singapura.

6. Prospek dan Tantangan

Dengan uraian di atas, prospek perkembangan


bioteknologi di Indonesia terlihat semakin jelas.
Pertama, untuk pendidikan S-1, bioteknologi tidak
harus berarti memiliki pengalaman eksperimen
rekayasa genetika. Karena fondasi bioteknologi
adalah pemanfaatan molekul biologi baik DNA,
protein, dst. Maka pengalaman eksperimen biokimia
mulai dari isolasi protein/enzim dan karakterisasinya
juga penting. Termasuk juga tingkatan bioteknologi
tua seperti pemanfaatan sel untuk bioreaktor, kultur
jaringan dsb juga penting. Pengalaman di tingkat S-
1 bisa ditingkatkan dengan ke tingkat S-2 dan S-3
untuk penguasaan materi bioteknologi yang lebih
dalam dan luas. Penelitian bioteknologi bisa
dilakukan pada umumnya di lembaga penelitian
Indonesia sendiri yang sudah mengarah ke
bioteknologi modern seperti LIPI, Eijkman,
Balitbiogen, dan sebagainya.

Dengan mulai masuknya industri farmasi ke ranah


bioteknologi, maka peluang memasuki lapangan
kerja dengan keahlian bioteknologi semakin besar
selain yang sudah ada selama ini untuk industri
pangan dan pertanian. Termasuk yang baru adalah
industri kosmetika yang juga maju pesat. Lembaga
pemerintah terkait produk obat dan pangan yaitu
Badan POM dalam penerimaan pegawai tahun 2005
juga mulai mencari alumni bioteknologi yang
menunjukkan semakin banyaknya produk obat,
termasuk vaksin dan pangan yang berbasis
bioteknologi.
Tantangan terbesar adalah penyediaan SDM
terampil dan berwawasan bioteknologi luas.
Umumnya bioteknologi di Indonesia berlandaskan
bidang keilmuwan pertanian atau ilmu alam baik
biologi atau kimia. Sedikit seperti di UI ada yang
berbasis kedokteran. Di luar negeri, negara maju
seperti Jepang, bioteknologi bisa saja berbasis
keteknikan. Bahkan negara berkembang sekalipun
seperti Malaysia, beberapa universitasnya juga
memiliki departemen bioteknologi berbasis
pertanian dan teknik sekaligus. Semakin besarnya
kebutuhan di Indonesia belum diikuti dengan
penyediaan SDM bioteknologi yang mumpuni
tersebut. Saat ini tidak dipungkiri, para ilmuwan
peneliti dan doktor bioteknologi Indonesia masih
sebagian besar almuni LN. Jadi merupakan
tantangan besar melahirkan SDM produk DN yang
lebih tahu kondisi dan permasalah lokal

Daftar Pustaka
1. Arief B. Witarto. 2005.
Bioteknologi, sebuah gelombang ekonomi
baru. Harian Bisnis Indonesia, 14 Juni
2005.
2. Informasi dari Microsoft
Encarta versi 2004
3. Arief B. Witarto. 2005.
Pengantar bioteknologi. Ceramah undangan
di Fakultas Peternakan-UGM, Yogyakarta,
5 Februari 2005.
4. Arief B. Witarto. 2004.
Bioteknologi siapa takut? Ceramah
undangan di SMA Negeri 1 Depok, Depok,
20 Februari 2004.
5. Arief B. Witarto. 2004.
Mengenal lebih jauh bioteknologi.
Ceramah undangan di Pelatihan
Bioteknologi untuk Profesi Kedokteran di
RS Kanker Dharmais, Jakarta, 27
September 2004.
6. Arief B. Witarto. 2003.
Bioteknologi kedokteran: Dari rekayasa
genetika sampai rekayasa jaringan.
Ceramah undangan di Seminar Kesehatan
dan Kloning di Fakultas Kesehatan
Masyarakat-UI, Depok, 14 Juni 2003.
7. Arief B. Witarto. 2004.
Rekayasa genetika. Materi kuliah pasca
sarjana S-2 Kimia peminatan bioteknologi
di Jurusan Kimia, FMIPA-UI, Depok,
semester ganjil 2004
8. Arief B. Witarto. 2003.
Bermain dengan protein. Harian Kompas,
21 November 2003.
9. Arief B. Witarto. 2002.
Kloning anak manusia dan bisnis. Harian
Kompas, 21 April 2002.
10. Arief B. Witarto. 2005.
Kloning terapi makin jadi kenyataan.
Harian Kompas, 17 Juni 2005.
11. Arief B. Witarto. 2001.
Current state of Indonesian biotechnology
and its prospect in global market era.
Ceramah undangan di 5th Symposium on
Agricultural and Biochemical Engineering,
University of Tokyo, Tokyo-Jepang, 11
Maret 2001.
12. Arief B. Witarto. 2003.
Bio-island: Mengembangkan bioteknologi
kenapa harus mengucilkan diri? Harian
Suara Pembaruan, 31 Oktober 2003.
13. Arief B. Witarto. 2004.
Menghidupkan bio-island. Portal Berita
Iptek, 6 Desember 2004.
14. Arief B. Witarto. 2003.
Membedah alat pengukur gula darah.
Harian Kompas, 7 Oktober 2003.

15. Arief B. Witarto. 2003.


Bertani protein. Harian Kompas, 14 April
2003

Anda mungkin juga menyukai