Anda di halaman 1dari 10

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Deskripsi tanaman kelor


Tanaman kelor sangat cepat tumbuh dan dapat mencapai tinggi tiga meter
dalam waktu tiga bulan jika dibiarkan tumbuh secara alami di luar perkebunan atau
perkebunan (Leone, 2015; Saputra, A., 2021). Tanaman ini tidak memerlukan
perawatan yang intensif, dapat hidup di berbagai jenis tanah, dan mudah
dikembangbiakan (Hardiyanthi, 2015; Saputra, A., 2021).
Tanaman kelor asli dari India sebenarnya berasal dari daerah di kaki bukit
Himalaya Asia Selatan, tetapi sekarang banyak dibudidayakan di daerah tropis, salah
satunya di Indonesia. Tanaman kelor tersebar di seluruh Indonesia, mulai dari Sabang
hingga Merauke, sehingga memiliki banyak nama atau sebutan. Oleh karena itu,
tanaman kelor memiliki banyak nama atau sebutan di berbagai tempat, seperti murong
(Aceh), munggai (Sumatera Barat), marongghi (Madura), kilor (Lampung), kelor
(Jawa Barat dan Jawa Tengah), kiloro (Bugis), parongge (Bima), kawona (Sumba),
dan kelo (Ternate) (Laras, 2018; Saputra, A., 2021).
Menurut Integrated Taxonomic Information System (2017), tanaman kelor
(Moringa oleifera Lamk) dapat diklasifikasikan dalam kategori berikut dalam sistem
taksonomi tumbuhan sistematis (Isnan, 2017 dalam Hardiyanti, A.M., 2022):
1. Kingdom: Plantae
2. Divisi: Spermatophyta
3. Kelas: Dicothyledoneae
4. Ordo: Rhoeadales
5. Famili: Moringaceae
6. Genus: Moringa
7. Spesies: Moringa oleifera lamk

B. Morfologi
1. Daun
Bertangkai panjang, tersusun berseling, dan beranak daun ganjil adalah ciri
khas daun kelor. Helai anak daun berwarna hijau sampai hijau kecokelatan, dan
daun yang lebih tua menguning. Helaian daun memiliki bentuk bulat telur, tipis
lemas, ujung dan pangkal tumpul, tepi rata, dan permukaan atas dan bawah halus.
Helaian daun kelor memiliki bau khas dan tajam, dan panjang dan lebarnya
sekitar 1-2 cm (Krisnadi, 2015 dalam Saputra, A., 2021). Gambar daun kelor
ditunjukkan pada Gambar 1.1

Gambar 1.1 Daun kelor


2. Batang
Batang berkulit kayu tipis dengan permukaan kasar, berwarna putih kotor,
tumbuh tegak, dengan arah cabang tegak atau miring, dan tekstur dahannya
mudah patah. cenderung memanjang dan tumbuh lurus. Karena sudut yang sangat
kecil antara batang dan cabang, arah percabangan tegak (Krisnadi, 2015 dalam
Saputra, A., 2021). Gambar batang kelor tersedia pada Gambar 1.2

Gambar 1.2 Batang kelor


3. Bunga
Bunga-bunga ini memiliki aroma yang khas, bertangkai panjang, berwarna
putih agak krem, dan muncul di ketiak daun. Malai bunga kelor panjangnya
antara 10 dan 15 cm dan memiliki lima kelopak, lima benang sari, dan lima
stamidonia di sekelilingnya. Menurut Krishnadi, 2015 (sebagaimana dikutip
dalam Saputra, A., 2021), bunga kelor muncul sepanjang tahun. Gambar bunga
kelor tersedia pada Gambar 1.3

Gambar 1.3 Bunga kelor


4. Buah dan biji
Buah kelor panjang berbentuk seperti buncis berukuran antara 20 dan 60
sentimeter. Buah muda hijau, dan buah tua cokelat. Buah kelor menghasilkan biji
yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk membuat obat dan kosmetik
yang sangat berharga, seperti tepung atau minyak. Dalam polong, biji berbentuk
bulat dan berwarna cokelat kehitaman. 12-35 biji ada dalam setiap polong. Selain
itu, setiap tanaman kelor memiliki kemampuan untuk menghasilkan antara 15.000
dan 25.000 biji per tahun (Krisnadi, 2015 dalam Saputra, A., 2021). Gambar buah
kelor tersedia pada Gambar 1.4

Gambar 1.4 Buah dan biji kelor

5. Akar
Tanaman kelor memiliki akar tunggang putih. Akar ini bisa tumbuh seperti
lobak. Kulit akar memiliki bau tajam dan rasa pedas. Bagian dalam kayu
berserabut dan berwarna cokelat muda, dengan permukaan dalam agak
berserabut. Bagian dalam berwarna kuning pucat dan bergaris halus, tidak keras,
dan bentuknya tidak beraturan (Krisnadi, 2015 dalam Saputra, A., 2021). Gambar
akar kelor tersedia pada Gambar 1.5

Gambar 1.5 Akar kelor

C. Khasiat/Manfaat
Data menunjukkan bahwa kelor adalah tanaman yang memiliki banyak manfaat.
Hampir semua bagian dari tanaman dapat digunakan sebagai pakan ternak dan unggas
serta sebagai makanan. Tanaman kelor menawarkan manfaat pengobatan yang luar
biasa untuk penyakit tertentu, yaitu: (Hendarto, D. (2019).
1. Daun
Daun kelor sering digunakan sebagai param untuk menghangatkan dan
mengobati anggota tubuh yang lemah, seperti kaki atau tangan, karena
mengandung pterigospermin yang bersifat merangsang kulit (rubifasien). Daun
segarnya bersifat analgesik dan dapat mengurangi nyeri jika dioleskan ke area yang
sakit. Daun kelor juga bermanfaat sebagai pelancar ASI, jadi ibu menyusui harus
makan daun kelor yang disayur untuk meningkatkan produksi ASI mereka.
Remasan daun kelor dapat digunakan untuk menutup bekas gigitan anjing dan
dapat dioleskan ke payudara ibu menyusui untuk mencegah ASI mengucur. Daun
dan kapur sirih juga bisa digosokkan untuk mengobati kurap. Selain itu, daun kelor
mentah yang digiling halus dan digunakan sebagai bedak atau campuran bedak
dapat digunakan untuk menghilangkan flek dan noda hitam pada kulit wajah.
Hasil analisis kandungan nutrisi menunjukkan bahwa daun kelor dapat
memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh dengan sangat baik. Dengan mengonsumsinya,
keseimbangan nutrisi dalam tubuh akan dipertahankan, sehingga orang yang
mengonsumsinya dapat meningkatkan energi dan ketahanan tubuhnya.
Daun kelor juga bermanfaat untuk mengobati berbagai masalah yang
disebabkan oleh kekurangan vitamin dan mineral. Kekurangan vitamin A
menyebabkan gangguan penglihatan; kekurangan choline menyebabkan tumpukan
lemak pada lever; kekurangan vitamin B menyebabkan beri-beri; kekurangan
vitamin B menyebabkan kulit kering dan pecah-pecah; kekurangan vitamin C
menyebabkan perdarahan gusi; kekurangan kalsium menyebabkan osteoporosis;
kekurangan zat besi menyebabkan anemia; dan kekurangan protein menyebabkan
rambut rontok. Daun kelor juga bermanfaat untuk mengobati encok dan sesak
napas.
2. Batang
Kulit batang kelor baik untuk karang gigi, masalah pencernaan, flu, sariawan,
dan rematik, detoksifikasi, menghilangkan racun ular dan kalajengking, sumber
nutrisi, alat kontrasepsi, afrodisiak, dan antitumor. Prof. Dr. Anas Subarnas, guru
besar di Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Bandung, menyatakan bahwa
kulit batang kelor memiliki banyak khasiat, mendukung temuan penelitian yang
dilakukan oleh L.J. Fuglie di Nikaragua. Ada yang berfungsi sebagai antiinflamasi
atau antikejang.
3. Bunga
Bunga kelor berfungsi sebagai sumber nutrisi, tonik, dan antimikroba,
antibakteri, antitumor, dan antiinfeksi, flu, cacingan, sariawan, radang
tenggorokan, rematik, dan gangguan saraf, serta sebagai obat flu, asma, disentri,
rematik, dan gangguan saraf. Menurut penelitian, rebusan bunga kelor dapat
membantu mengobati radang tenggorokan. Namun, penelitian lain yang dilakukan
oleh L.J. Fuglie menemukan bahwa kaum laki-laki yang menderita penyakit raja
singa, atau sifilis, dapat diobati dengan eksudat kelor, yang keluar ketika serangga
di Afrika melukai tanaman kelor.
4. Buah dan Biji
Diketahui bahwa buah kelor mengandung alkaloid morongiona, yang
berfungsi untuk meningkatkan pencernaan makanan. Selain itu, buah ini berfungsi
sebagai tonik, antimikroba, antihipersensitif, antiinflamasi, mengatasi rematik, dan
menjaga kesehatan organ reproduksi.
Biji kelor membantu mengurangi muntah dan mual. Pterigospermin yang
pekat hingga bersifat germisida ditemukan dalam biji kelor yang telah masak dan
kering. Selain itu, spiritus kelore compositus yang dibuat dari biji kelor tua dan
kulit jeruk dan buah pala dapat digunakan sebagai stimulan, stomachikum,
carminativum, dan diuretikum. Namun, biji kelor tua dengan kulitnya dapat
digunakan untuk menjernihkan air permukaan, seperti kolam, sungai, danau, dan
air sungai, sebagai pengendap (koagulan), dengan hasil yang memuaskan.
Bakteri Escherichia coli, Streptococcus faecalis, dan Salmonella typymurium
dapat dibunuh dengan serbuk biji kelor, menurut penelitian yang dilakukan oleh
Madsen, Dchlundt, Grabow, dan lainnya. Oleh karena itu, biji kelor digunakan di
Afrika untuk mengidentifikasi bakteri yang mencemari air. Caranya adalah dengan
menenangkan air keruh yang diduga tercemar, menambahkan serbuk biji kelor
sebanyak 200 mg/l, dan kemudian mencampurnya sampai larut.
Kelor berguna karena memiliki sifat antimikroba, terutama terhadap bakteri.
Sifat antimikroba ini dapat menghancurkan bakteri, sehingga meskipun bakteri
Escherichia coli ada di dalam air minum, itu bisa tereduksi atau mati.
Biji kelor berfungsi sebagai antimikroba, antibakteri, antitumor, dan
antiinflamasi, mengobati kutil dan penyakit kulit ringan, sariawan, lambung,
demam, dan rematik, dan meningkatkan kekebalan tubuh dengan menjadi sumber
nutrisi dan tonik.
5. Akar
Akar kelor berfungsi sebagai obat peluruh air seni, mengatasi batuk,
mengontrol haid, dan mencegah kejang. Dalam pengobatan tradisional, kulit akar
pepaya dan akar kelor digunakan untuk mengobati penyakit beri-beri. Untuk
mengobati rematik, epilepsi, antiskorbut, diuretikum, dan gonore, Anda dapat
merebus akar kelor.
Akar kelor juga digunakan sebagai bumbu untuk meningkatkan nafsu makan,
tetapi ibu hamil tidak boleh makan terlalu banyak karena dapat menyebabkan
keguguran. Tumbukan akar kelor yang halus dapat digunakan sebagai bedak untuk
bayi baru lahir untuk mencegah iritasi pada kulit, sebagai obat kulit, dan sebagai
param untuk meredakan bengkak pada penyakit beri-beri dan kaki yang pegal.
Secara tradisional, ekstrak pepagan kelor digunakan sebagai jamu untuk
mengobati sakit kepala dan merangsang menstruasi. Selain itu, akar kelor berfungsi
sebagai antimikroba dan antiinflamasi, mengobati flu, demam, asma, rematik,
bengkak kaki (edema), epilepsi, sakit kepala, afrodisiak, penguat jantung, menjaga
organ reproduksi, menyegarkan kulit, dan mengobati penyakit ginjal dan
pembesaran hati.
D. Efek farmakologis
Efek farmakologis pada tanaman kelor, yaitu (Isyraqi, N. A & dkk, 2020):
1. Antimikroba
Salah satu senyawa yang berfungsi sebagai antimikroba pada kelor adalah
saponin, flavonoid, tanin, dan alkaloid. Saponin adalah golongan glikosida yang
berfungsi untuk menyimpan karbohidrat, sehingga senyawa intraseluler dapat
dilepaskan. Mekanisme flavonoid dan tanin sebagai antimikroba adalah dengan
menurunkan tegangan permukaan dinding sel bakteri, sehingga permeabilitas sel
meningkat, dan senyawa intraseluler dapat dilepaskan. Namun, mekanisme
alkaloid, yaitu mengganggu bagian penyusun peptidoglikan sel bakteri,
menyebabkan lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan kematian sel.
2. Antioksidan
Flavonoid adalah salah satu senyawa yang memiliki kemampuan untuk
melawan radikal bebas. Flavonoid bertindak sebagai antioksidan dengan
menangkap radikal bebas secara langsung dan mencegah pembentukan kembali
radikal bebas, yang dapat merusak jaringan tubuh.
3. Antihiperlipidemia
Tanin, saponin, dan flavonoid adalah senyawa yang berfungsi sebagai
antihiperlipidemia pada kelor. Tanin menghentikan biosintesis kolesterol dengan
mengurangi absorbsi kolesterol dari diet, menurunkan kadar kolesterol serum,
dan meningkatkan sekresi asam empedu. Mekanisme yang digunakan saponin
adalah untuk meningkatkan sekresi kolesterol dan mencegah reabsorbsi karena
keduanya memiliki reseptor yang sama. Akibatnya, kompetisi reseptor
memengaruhi biosintesis kolesterol di hati. Selain itu, flavonoid mengurangi
fungsi enzim HMG-CoA reduktase dengan mengurangi sekresi Apo B dalam
hepatosit dan enzim Acyl-CoA kolestrol Acyltransferase. Akibatnya, absorbsi
kolesterol di saluran pencernaan berkurang.
4. Antiinflamasi
Flavonoid, tanin, alkaloid, dan saponin adalah senyawa yang bertindak sebagai
antiinflamasi pada kelor. Mekanisme alkaloid, termasuk menekan sel mast untuk
menghasilkan histamin dan menekan monosit untuk menghasilkan IL-1 pada
platelet. Namun, mekanisme saponin mencegah terlepasnya zat proinflamasi yang
distimulasi oleh LPS. Mekanisme saponin juga mencegah peningkatan
permeabilitas vaskular dan pembentukan eskudat. Mekanisme antiinflamasi
flavonoid juga mencegah metabolisme asam arakidonat dan sekresi enzim
lisosom dari sel neutrofil dan sel endotelial.
5. Antikanker
Flavonoid adalah senyawa antikanker dengan cara mereka menghentikan sel
kanker dengan menginaktivasi radikal oksigen, menghentikan proliferasi sel,
menghentikan oksidasi DNA, menghentikan angiogenesis, dan menghentikan
peroksidasi lipid.
6. Antihiperurisemia
Hipoxantin dihidroksilasi menjadi xantin dan kemudian menjadi asam urat,
yang dilakukan oleh enzim xantin oksidase, yang merupakan enzim yang
berpotensi mengurangi jumlah asam urat yang dihasilkan oleh senyawa flavonoid
ini.

7. Analgesik
Flavonoid, senyawa yang berfungsi sebagai analgesik pada daun kelor, bekerja
dengan menghentikan enzim siklooksigenase, yang mengurangi produksi
prostaglandin dan menyebabkan rasa nyeri berkurang.
8. Antihiperglikemia
Flavonoid adalah senyawa yang memiliki efek hipoglikemik karena sifat
antioksidannya yang dapat menurunkan kadar glukosa darah. Selain itu, flavonoid
dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan berfungsi sebagai pro-penghasil
insulin.

E. Kandungan senyawa kimia


Daun kelor mengandung 1,318,29 kkal/kg1 energi yang dapat dimetabolisme,
29,61% protein, 7,48% lemak, 8,98% serat, dan 10,13% kadar abu. Jika daun kelor
diekstraksi atau diubah menjadi tepung, jumlah zat antinutrisi (%) yang terkandung di
dalamnya akan berkurang. Ini termasuk tanin 0,3%, saponin 6,4%, asam fitat 2,3%,
dan total fenol 2,7n (Sukria et al., 2018: 2 dalam Hardiyanti, A.M., 2022).
Steroid dinamis dan triterpenoid ditemukan dalam ekstrak etanol moringa
oleifera Lamk. Triterpenoid adalah penambah, yang berasal dari biosintesis
hidrokarbin asiklik dan berasal dari isopropena enam unit, terutama squalene.
Sebagian besar alkohol, aldehida, atau asam karboksilat memiliki struktur siklik yang
rumit. Senyawa ini, yang mirip dengan batu permata dan memiliki titik lunak dan
dinamika optik yang tinggi, sebagian besar sulit dijelaskan karena tidak ada
reaktivitas zat fisik lain yang ditemukan dalam makanan (Dwika, 2016: 469 dalam
Hardiyanti, A.M., 2022).
B-sitosterol 90 mg/g, fenolik seluruhnya 8 g/mL, dan flavonoid 27 g/mL
ditemukan dalam daun kelor, semua yang dianggap dapat dikaitkan dengan efek agen
pencegah kanker (Nurulita et al., 2019 dalam Hardiyanti, A.M., 2022).
Kandungan tanin dalam daun kelor menyebabkan rasanya yang unik. Tanin
ada di setiap bagian tanaman di alam, terutama di kulit dan daun tanaman tropis
(Ilona, 2015: 157 dalam Hardiyanti, A.M., 2022).

DAFTAR PUSTAKA

Hardiyanti, Andi Mitha (2022) Pemanfaatan Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleifera Lamk)
sebagai Antioksidan Menggunakan Metode Dpph (1,1-Diphenyl-2Picrylhydrazyl)
dalam Sediaan Hand and Body Cream. Undergraduate (S1) thesis, Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar. Diakses pada tanggal 22 Februari 2023 pada Pukul 22.17
WIB dengan Website

http://repositori.uin-alauddin.ac.id/20574/

Hendarto, D. (2019). Khasiat Jitu Daun Kelor Dan Sirih Merah Tumpas Penyakit. Laksana.
Diakses pada tanggal 22 Februari 2023 pada Pukul 23.47 WIB dengan Website

https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=OdjEDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA3&dq=Khasiat+daun+kelor&ots=
ZCAhfvemb-
&sig=VTMNlt0hh4w1RSxWDHCjcCVTltY&redir_esc=y#v=onepage&q=Khasiat
%20daun%20kelor&f=false

Isyraqi, N. A., Rahmawati, D., & Sastyarina, Y. (2020). Studi Literatur: Skrining Fitokimia
dan Aktivitas Farmakologi Tanaman Kelor (Moringa oleifera Lam). In Proceeding of
Mulawarman Pharmaceuticals Conferences (Vol. 12, pp. 202-210). Diakses pada
tanggal 22 Februari 2023 pada Pukul 23.17 WIB dengan Website

https://prosiding.farmasi.unmul.ac.id/index.php/mpc/article/view/426

Saputra, A. (2021). Literature Review: Analisis Fitokimia dan Manfaat Ekstrak Daun Kelor.
Diakses pada tanggal 22 Februari 2023 pada Pukul 21.57 WIB dengan Website

https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/18184/

Anda mungkin juga menyukai