Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH TEORI ORGANISASI

Nama : KETUT SUYADNYA


NIM : 02340009
Fakultas/Jurusan : Ilmu Administrasi/Administrasi Publik
Mata Kuliah : Teori Organisasi

Pertanyaan

1. Jelaskan tahapan-tahapan dalam perkembangan Teori Organisasi beserta kontribusinya


dalam memahami dan meningkatkan efisiensi serta efektivitas organisai.
2. Bagaimana teori organisasi pada Teori klasik berbeda dengan teori organisasi pada
Teori human relation? Tuliskan contoh konsep dan pemikiran dari kedua Teori tersebut.
3. Apa yang dimaksud dengan teori-kontigensi dalam teori organisasi? Bagaimana
pendekatan ini berbeda dari teori yang muncul sebelumnya? Jelaskan contoh aplikasi
teori kontigensi dalam dunia nyata.
4. Diantara pendekatan teori organisasi yang ada, menurut anda adakah teori yang paling
penting? Jelaskan.

Jawaban

1. Teori Organisasi adalah kumpulan konsep, prinsip, dan kerangka kerja analitis yang
digunakan untuk memahami struktur, perilaku, dan fungsi organisasi. Tujuan utama
dari teori organisasi adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
bagaimana organisasi beroperasi, bagaimana keputusan dibuat, bagaimana orang
bekerja bersama, dan bagaimana organisasi dapat mencapai tujuan mereka dengan
efisien dan efektif (Daft, 1983). Teori Organisasi terus berkembang seiring dengan
perubahan zaman dan kompleksitas organisasi. Memahami evolusinya membantu kita
memahami bagaimana organisasi bekerja dan bagaimana meningkatkan efisiensi dan
efektivitasnya (Eliana, 2006).
a) Teori Klasik (1900-an)
Teori ini fokus pada pencapaian efisiensi dan produktivitas melalui struktur dan
sistem yang terstruktur. Tokoh-tokoh pentingnya seperti Frederick Winslow
Taylor, Henry Fayol, dan Max Weber menekankan pembagian kerja,
spesialisasi, dan struktur hiTeorirki yang rasional. Kontribusi utama Teori ini
adalah peningkatan efisiensi dan produktivitas, serta penetapan struktur
organisasi yang logis dan terstruktur.
b) Teori Hubungan Antar Manusia (1930-an)
Teori ini menekankan pentingnya manusia dalam organisasi dan bagaimana
faktor sosial dan psikologis memengaruhi kinerja. Tokoh-tokoh seperti Elton
Mayo, Abraham Maslow, dan Douglas McGregor menunjukkan pengaruh
motivasi, kepemimpinan, kerja sama tim, dan humanisme dalam organisasi.
Kontribusi utama Teori ini adalah pemahaman yang lebih baik tentang motivasi
dan perilaku manusia, serta pentingnya komunikasi, kepemimpinan, dan kerja
sama tim.
c) Teori Modern (1950-an - sekarang)
Teori ini fokus pada organisasi sebagai sistem terbuka yang kompleks dan
adaptif terhadap lingkungannya. Tokoh-tokoh seperti Chester Barnard, Herbert
Simon, dan James D. Thompson menekankan pengambilan keputusan yang
rasional, fleksibilitas, dan hubungan antar organisasi. Kontribusi utama Teori
ini adalah pemahaman organisasi sebagai sistem yang kompleks dan adaptif,
serta pentingnya pengambilan keputusan yang rasional dan kerjasama antar
organisasi.
d) Teori Kontemporer (sekarang)
Teori ini fokus pada berbagai perspektif baru, seperti teori institusi, teori
jaringan, dan teori budaya, untuk memahami kompleksitas organisasi di Teori
globalisasi. Kontribusi utama Teori ini adalah pemahaman yang lebih
komprehensif tentang bagaimana organisasi beropTeorisi dalam lingkungan
yang dinamis dan kompleks, serta solusi inovatif untuk mengatasi berbagai
tantangan organisasi di Teori modern.

2. Perkembangan Teori Organisasi ditandai dengan pergeseran perspektif dalam


memahami cara kerja organisasi dan meningkatkan efisiensinya. Mari kita lihat
perbedaan mendasar antara Teori Klasik yang muncul pada awal abad ke-20 dan Teori
Hubungan Antar Manusia yang berkembang pada tahun 1930-an.
a) Teori Klasik berfokus pada pencapaian efisiensi dan produktivitas melalui
struktur dan sistem yang terstruktur. Tokoh-tokoh seperti Frederick Winslow
Taylor, Henry Fayol, dan Max Weber menekankan pembagian kerja,
spesialisasi, dan struktur hierarki yang rasional. Konsep utamanya adalah:
1) Pembagian kerja dan spesialisasi: Memecah pekerjaan menjadi tugas-
tugas kecil dan berulang untuk meningkatkan keahlian dan kecepatan
pekerja.
2) Struktur hierarki yang rasional: Otoritas dan tanggung jawab
didelegasikan secara vertikal dalam struktur piramida yang jelas, dengan
tingkat manajemen yang berbeda untuk pengambilan keputusan.
3) Motivasi: Dianggap sebagai faktor eksternal yang dapat dimanipulasi
melalui sistem insentif (seperti upah) dan kontrol ketat.
4) Pandangan terhadap manusia: Manusia dilihat sebagai "mesin" yang
perlu dioptimalkan kinerjanya untuk mencapai tujuan organisasi.
5) Contoh penerapan Teori Klasik bisa kita jumpai pada sistem (liú shuǐ
xiàn shēng chǎn) atau jalur perakitan di industri manufaktur. Struktur
organisasi yang kaku dan birokratis serta penggunaan sistem insentif dan
hukuman untuk memotivasi karyawan juga merupakan implementasi dari
teori ini.
Namun, keterbatasan Teori Klasik mulai disadari ketika penelitian Teori
Hubungan Antar Manusia muncul (Jones, 2019). Pionir seperti Elton Mayo,
Abraham Maslow, dan Douglas McGregor menekankan pentingnya manusia
dalam organisasi dan bagaimana faktor sosial dan psikologis memengaruhi
kinerja.
b) Konsep utama Teori Hubungan Antar Manusia adalah:
1) Motivasi: Dianggap sebagai faktor internal yang berasal dari kebutuhan
dan keinginan manusia yang kompleks, tidak hanya sebatas faktor
ekonomi.
2) Kepemimpinan: Gaya kepemimpinan yang demokratis dan partisipatif
yang melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan dinilai lebih
efektif daripada gaya otoriter yang menekankan kontrol ketat.
3) Kerja sama tim: Bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dan saling
membantu diyakini dapat meningkatkan moral dan kinerja karyawan.
4) Pandangan terhadap manusia: Manusia dilihat sebagai makhluk sosial
yang memiliki kebutuhan dan keinginan yang kompleks, dan hubungan
sosial yang baik dapat memotivasi mereka untuk berkontribusi lebih baik.
5) Contoh penerapan Teori Hubungan Antar Manusia bisa dilihat pada
program-program human relations seperti pelatihan kepemimpinan dan
komunikasi untuk meningkatkan keterampilan manajerial. Penciptaan
lingkungan kerja yang lebih kondusif dan partisipatif serta penggunaan
metode motivasi non-moneter seperti pengakuan dan penghargaan juga
merupakan implementasi dari teori ini.
Dengan demikian, Teori Klasik dan Teori Hubungan Antar Manusia
memberikan perspektif yang berbeda namun saling melengkapi dalam
memahami organisasi. Teori Klasik membantu membangun struktur organisasi
yang efisien, sementara Teori Hubungan Antar Manusia mengingatkan
pentingnya memperhatikan aspek manusia dan faktor sosial-psikologis untuk
mencapai efektivitas organisasi secara keseluruhan.

3. Teori Kontingensi dalam Teori Organisasi hadir sebagai kritik terhadap pendekatan
"one size fits all" yang mendominasi pemikiran manajemen sebelumnya. Berbeda
dengan teori klasik dan hubungan antar manusia yang mencari solusi universal, Teori
Kontingensi menawarkan perspektif yang lebih realistis dan dinamis (Milton, 1981).
Mari kita lihat inti teori ini dan bagaimana penerapannya berbeda dari teori-teori
sebelumnya. Teori Kontingensi berfokus pada penyesuaian struktur dan desain
organisasi dengan faktor-faktor eksternal dan internal yang memengaruhi
efektivitasnya. Alih-alih mencari solusi tunggal, teori ini menekankan pentingnya
mengidentifikasi faktor-faktor "kontingensi" yang unik bagi setiap organisasi.
Faktor-faktor tersebut meliputi:
Lingkungan Umum:
 Stabilitas: Apakah lingkungan bisnis stabil dan dapat diprediksi, atau penuh
dengan perubahan dan ketidakpastian?
 Kompleksitas: Seberapa beragam dan rumit lingkungan yang dihadapi
organisasi? Berapa banyak stakeholder yang terlibat?
 Persaingan: Seberapa ketat persaingan di pasar? Apakah ada beberapa pesaing
dominan atau banyak pesaing kecil?
Lingkungan Tugas:
 Teknologi: Jenis teknologi apa yang digunakan organisasi untuk menjalankan
operasinya? Apakah teknologi tersebut kompleks dan membutuhkan spesialis,
atau relatif sederhana?
Karakteristik Organisasi:
 Ukuran dan Kompleksitas: Seberapa besar organisasi dan seberapa beragam
aktivitas yang dilakukannya? Apakah strukturnya datar atau hierarkis?
 Strategi: Apa strategi bisnis utama organisasi? Apakah fokusnya pada
pertumbuhan, efisiensi, atau inovasi?
Sumber Daya Manusia:
 Keterampilan dan Pengetahuan: Apa keahlian dan pengalaman yang dimiliki
oleh karyawan? Apakah mereka membutuhkan pengawasan ketat atau dapat
bekerja secara mandiri?
 Budaya Organisasi: Apa nilai-nilai dan norma-norma yang dianut oleh
organisasi? Apakah budaya tersebut kolaboratif dan inovatif, atau lebih
menekankan hierarki dan kontrol?
Teori klasik seperti Teori Manajemen Ilmiah oleh Frederick Winslow Taylor, atau Teori
Birokrasi oleh Max Weber, mengusulkan pendekatan universal untuk mengelola
organisasi. Mereka menekankan pentingnya pembagian kerja, spesialisasi, dan struktur
hierarkis yang kaku. Teori Hubungan Antar Manusia, seperti yang dipelopori oleh Elton
Mayo, memberikan perspektif baru dengan menekankan pentingnya motivasi dan
dinamika kelompok (Robbins, 2018). Namun, kedua teori ini masih mengusulkan
pendekatan yang kurang lebih sama untuk semua organisasi.
Teori Kontingensi menantang gagasan universalitas ini. Teori ini menyatakan bahwa
keefektifan sebuah organisasi bergantung pada sejauh mana struktur dan
desainnya disesuaikan dengan lingkungan dan karakteristik unik yang
dimilikinya. Dengan kata lain, tidak ada solusi "terbaik" yang dapat diaplikasikan
secara universal. Organisasi yang sukses adalah organisasi yang mampu
mengidentifikasi faktor-faktor "kontingensi" dan menyesuaikan struktur, budaya, serta
gaya kepemimpinan sesuai dengan kebutuhan spesifiknya.
Contoh Aplikasi: Menjembatani Teori dengan Praktik
Mari kita lihat beberapa contoh penerapan Teori Kontingensi dalam dunia nyata:
Struktur Organisasi:
Sebuah perusahaan rintisan di bidang teknologi dengan lingkungan yang dinamis dan
tim yang kecil akan cenderung memiliki struktur organisasi yang datar dan fleksibel.
Sebaliknya, perusahaan manufaktur besar dengan rantai pasokan yang kompleks akan
membutuhkan struktur hierarkis yang lebih formal untuk menjamin efisiensi dan
kontrol.
Gaya Kepemimpinan:
Dalam lingkungan yang stabil dan tugas yang rutin, gaya kepemimpinan yang terarah
dan berorientasi hasil mungkin lebih efektif. Sedangkan, lingkungan yang dinamis
membutuhkan gaya kepemimpinan yang lebih transformasional yang mengutamakan
inovasi dan pemberdayaan karyawan.
Desain Sistem Pengendalian:
Organisasi dengan karyawan yang memiliki keahlian tinggi dan motivasi intrinsik
mungkin lebih cocok menggunakan sistem pengendalian berbasis hasil ketimbang
sistem pengendalian.

4. Menunjuk pada teori tunggal sebagai yang paling penting dalam Teori Organisasi cukup
sulit. Hal ini disebabkan karena masing-masing teori muncul pada masa yang berbeda
dengan kondisi organisasi dan tantangan yang beragam. Namun, dapat dikatakan bahwa
Teori Kontingensi memiliki peran yang cukup krusial karena beberapa alasan:
 Fleksibilitas dan Relevansi: Salah satu keunggulan utama dari Teori Kontingensi
adalah kemampuannya untuk memberikan organisasi kemampuan untuk
beradaptasi dan berkembang dalam berbagai situasi yang berbeda. Dengan
mengakui bahwa tidak ada solusi tunggal yang dapat diterapkan untuk setiap situasi,
Teori Kontingensi memungkinkan organisasi untuk merespons secara fleksibel
terhadap perubahan lingkungan, teknologi, dan pasar yang terus berubah.
 Menjembatani Teori-Teori Sebelumnya: Teori Kontingensi tidaklah berdiri
sendiri, melainkan ia melengkapi dan memperkaya konsep-konsep yang ada dalam
teori klasik dan hubungan antar manusia. Dengan memberikan panduan yang jelas
untuk menerapkan konsep-konsep tersebut secara efektif, Teori Kontingensi
memungkinkan organisasi untuk memanfaatkan pengetahuan dan wawasan yang
telah dikembangkan sebelumnya dalam dunia manajemen.
 Berorientasi pada Solusi: Salah satu aspek paling berharga dari Teori Kontingensi
adalah kemampuannya untuk membantu organisasi dalam berpikir secara kritis dan
strategis dalam mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi. Dengan mengakui
bahwa setiap situasi memiliki konteks yang unik, Teori Kontingensi mendorong
organisasi untuk mengembangkan solusi yang sesuai dengan kebutuhan mereka
sendiri, daripada mengadopsi pendekatan "satu ukuran untuk semua".
Meskipun Teori Kontingensi memiliki peran yang penting, bukan berarti teori lainnya
harus diabaikan. Memahami sejarah perkembangan Teori Organisasi dan kontribusi
masing-masing teori dapat membantu para pebisnis dan manajer untuk memilih
pendekatan yang tepat sesuai dengan konteks organisasi mereka. Dunia bisnis itu
dinamis, dan Teori Organisasi terus berkembang untuk memberikan wawasan yang
tepat guna mengelola organisasi secara efektif dalam berbagai kondisi.
perubahan, meningkatkan kinerja, dan mencapai tujuan mereka di masa depan.
Poin Penting:
 Teori Kontingensi bukan satu-satunya teori yang penting, tetapi memiliki peran
yang sangat krusial.
 Teori Kontingensi menawarkan fleksibilitas dan relevansi dalam perkembangan
zaman.

REFERENSI

Daft, Richard L. (1983). Organization Theory and Design. St. PaulMinnesota, West Publishing
Company. Page: 8.

Eliana Sari. (2006). Modul Teori Organisasi Konsep dan Aplikasi. Jayabaya University Press.

Jones, G. R., & George, J. M. (2019). Essentials of contemporary management (9th


ed.). McGraw-Hill Education.

Milton, Charles R. (1981). Human Bevaior in Organizations (Three Levels of Behavior).


Prentice-Hall, Englewood Cliffs, N. J

Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2018). Organizational behavior (17th ed.). Pearson Education

Anda mungkin juga menyukai