Anda di halaman 1dari 11

Penerapan Tema Arsitektur Perilaku pada Perancangan

Hunian Lansia di Banda Aceh


Farah Amalia1*
Teuku Ivan 2
Khairul Huda 2

1
Mahasiswa Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Syiah
Kuala, Banda Aceh 24415, INDONESIA
2
Dosen Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Syiah
Kuala, Banda Aceh 24415, INDONESIA

Abstrak
Hunian lansia merupakan hunian yang terintegrasi dengan layanan
wellness untuk kalangan lansia berupa apartemen maupun rumah tinggal
yang dapat diperjual-belikan maupun disewakan, juga terdapat fasilitas
untuk melakukan kegiatan baik dalam maupun luar ruangan.
Menghadirkan hunian lansia di Banda Aceh dapat menjadikannya sebagai
jawaban atas belum adanya hunian lansia di Banda Aceh dengan konsep
komunitas dan entertain, saat ini hanya terdapat hunian lansia berupa
panti jompo yang disubsidi pemerintah untuk orang tua terlantar. Hunian
lansia hanya untuk lansia berusia 55 hingga 60 tahun ke atas dengan
fasilitas tambahan untuk kegiatan permberdayaan lansia. Oleh karena itu,
hunian lansia ini dirancang dengan menerapkan pendekatan Arsitektur
Perilaku dengan tujuan agar hunian ini dapat benar-benar menyediakan
apa yang dibutuhkan oleh penggunanya. Metode yang digunakan adalah
studi preseden dan studi literatur. Hasil akhir dari artikel ini adalah
penerapan tema rancangan Arsitektur Perilaku pada perancangan Hunian
Lansia di Banda Aceh berdasarkan prinsip-prinsip Arsitektur perilaku
diaplikasikan dengan : (1) penataan tapak untuk memaksimalkan view
dari dalam bangunan dan Massa jamak bangunan hunian lansia didesain
agar menciptakan suasana tinggal dirumah pribadi, (2) penaataan pola
massa bangunan sesuai kelompok jenis aktivitas, dan terakhir (3)
Menggunakan material pada lantai bertekstur guna mencegah para lansia
terjatuh dan penggunaan warna yang berbeda untuk memudahkan lansia
memahami kondisi dan arah jalan dan ruangan.

Kata kunci: Arsitektur Perilaku, Banda Aceh, Hunian Lansia

1*
Corresponding author, email: amaliafarah97@mail.com

Citation in APA style: Amalia, F., Ivan, T. & Huda, K (2023). Penerapan Tema Arsitektur Perilaku
pada Perancangan Hunian Lansia di Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Arsitektur dan
Perencanaan, Vol.7 Number (4), 71-81

71
Application of Behavioral Architecture in the Design of
Senior Living in Banda Aceh
Farah Amalia2*
Teuku Ivan 2
Khairul Huda 2
1
Mahasiswa Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Syiah
Kuala, Banda Aceh 24415, INDONESIA
2
Dosen Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Syiah
Kuala, Banda Aceh 24415, INDONESIA

Abstract
Senior living are residences that are integrated with wellness services for
the elderly in the form of apartments or residential houses that can be
bought or rented, and there are also facilities for carrying out activities
both indoors and outdoors. Presenting senior housing in Banda Aceh
could be the answer to the lack of senior housing in Banda Aceh with a
community and entertainment concept. Currently there is only senior
housing in the form of government-subsidized nursing homes for
neglected elderly people. Senior living are only for seniors aged 55 to 60
years and over with additional facilities for senior empowerment
activities. Therefore, this elderly residence was designed using a
Behavioral Architecture approach with the aim that this residence can
truly provide what its users need. The methods used are precedent studies
and literature studies. The final result of this article is the application of
the Behavioral Architecture design theme to the design of Elderly
Residential Residences in Banda Aceh based on the principles of
Behavioral Architecture applied by: (1) site arrangement to maximize the
view from inside the building and the plural mass of elderly residential
buildings designed to create a living atmosphere at home. personal, (2)
arranging building mass patterns according to groups of activity types,
and finally (3) Using textured floor materials to prevent the elderly from
falling and using different colors to make it easier for the elderly to
understand the conditions and directions of roads and rooms.

Keywords: Behavioral Architecture, Banda Aceh, Senior Living

72
1. PENDAHULUAN

Lansia adalah tahap kehidupan progresif yang dapat dilihat dari berkurangnya
kemampuan tubuh dalam beradaptasi dengan stresor lingkungan. Lansia merupakan
suatu keadaan dimana dapat ditandai dengan ketidakmampuan dalam menjaga
keseimbangan (Effendi, 2009). Menurut UU Nomor 13 Tahun 1998, Lansia
merupakan seseorang berumur 60 tahun atau lebih.
Dalam dua definisi tersebut dapat menyimpulkan bahwa lanjut usia merupakan
orang yang berusia > 60 tahun, dalam kondisi menurunnya kemampuan dalam
beradaptasi dan tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Berdasarkan
hasil Survey BPS (2020) dinyatakan bahwa, jika dilihat dari rasio jumlah penduduk,
maka persentase penduduk lansia di Aceh mengalami peningkatan dari 5,87%
(264.020 jiwa) pada tahun 2010 menjadi 8,20% (432.627 jiwa) pada tahun 2020.
Seluruh para lansia yang terdapat di Aceh, lansia muda (60-69 tahun) mendominasi
dimana besaran mencapai 5,02%, serta lansia madya (70-79 tahun) dan lansia tua
(80+ tahun) besaran 3,18%.
Meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia diiringi dengan bertambahnya
rumah tangga yang dihuni oleh lanjut usia. Perlu adanya perhatian yang besar dari
seluruh lapisan masyarakat terhadap permasalahan ini, karena para lansia yang hidup
sendiri memerlukan dukungan dari orang-orang disekitarnya, karena kehidupannya
lebih terancam, terutama terutama perempuan lanjut usia yang cenderung
terpinggirkan.
Berdasarkan data Dinas Sosial Aceh, hanya ada satu panti jompo di wilayah
Banda Aceh, yaitu UPTD Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang (RSGS) dengan 65
orang yang tergolong lansia 'terlantar' atau 'miskin'. Dilihat dari hal tersebut, hunian
untuk lansia di Kota Banda Aceh yang dilengkapi dengan fasilitas yang memadai
masih sedikit, dan dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka kebutuhan akan
rumah akan semakin meningkat di masa mendatang, sehingga pembangunannya
menjadi hal yang mendesak.
Panti jompo di Banda Aceh belum menerapkan konsep senior living atau
berbasis komunitas dan rekreasi. Konsep panti jompo selalu menjadi “tempat
berteduh bagi para lansia”, tempat dimana para lansia ditinggalkan oleh kerabat dan
orang yang dicintainya.Sampai saat ini, belum ada hunian lansia di Banda Aceh
dengan konsep komunitas dan rekreasi dengan biaya yang dikenakan, saat ini hanya
terdapat hunian lansia berupa panti jompo yang disubsidi oleh pemerintah dengan
karakter penghuni adalah lansia terlantar.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut,muncul suatu ide perancangan hunian
pribadi lansia di Banda Aceh melalui pendekatan perancangan arsitektur perilaku,
dengan gagasan komunitas dan rekreasi dengan harapan agar para lansia tidak
merasa tersisih. Perencanaan perumahan bagi lanjut usia didasarkan pada prinsip
bahwa lanjut usia yang sehat hendaknya menjaga kesehatannya dengan
mengoptimalkan fungsi fisik, mental, kognitif dan spiritual, melalui promosi dan
pencegahan, termasuk kegiatan yang bertujuan untuk pemberdayaan lanjut usia. Para
lansia yang sakit perlu meningkatkan kesehatannya dan mengoptimalkan kualitas
hidupnya agar bisa sehat kembali.
Berpartisipasi di panti jompo dapat membantu para lansia tetap aktif dan
produktif karena memiliki kesempatan untuk mengikuti berbagai kegiatan. Kawasan
pemukiman lansia ini dapat menjadi tempat berkumpulnya para lansia dan tinggal
bersama. Perumahan lansia hanya diperuntukkan bagi lansia berusia 55-60 tahun ke

73
atas, dengan fasilitas yang mendukung kegiatan pemberdayaan lansia. Hunian ini
melayani para lansia dari kelompok ekonomi menengah ke atas dan dari latar
belakang yang sedikit berbeda, karena fasilitas dan fasilitas yang disediakan lebih
bergengsi dan relevan dibandingkan yang ditawarkan panti jompo.

2. STUDI LITERATUR

2.1. Tinjauan Objek Rancangan

Senior Living atau hunian lansia merupakan hunian yang difokuskan pada
komunitas lansia yang tinggal di apartemen maupun rumah pribadi. komunitas lansia
ini akan berbagi ruang kegiatan dalam ruangan maupun pada luar ruangan (Floor
Plan for Real Estate FPRE, 2021).
Menurut website Rukun Senior Living, Senior Living merupakan fasilitas
hunian komersial yang menawarkan pilihan hunian berupa apartemen atau rumah
pribadi (landed house) yang didesain khusus untuk lansia. Unit perumahan hunian
lansia seringkali dapat dibeli atau disewa. Hunian ini juga merupakan fasilitas hunian
khusus lansia yang menyediakan fasilitas hunian terpadu dengan wellness services
termasuk assisted living dan activities. Assisted living adalah bantuan terbatas yang
dirancang dan disediakan untuk orang lanjut usia yang membutuhkan bantuan dalam
aktivitas sehari-hari. Umumnya ada bangunan yang lebih cocok untuk orang tua.
Lansia memiliki kegiatan sehari-hari yang telah disiapkan oleh tim aktivitas.
Pelayanan kesehatan ditujukan kepada lanjut usia atau lanjut usia untuk mencapai
kualitas hidup yang lebih baik (Rukun Senior Living, 2020).
Berdasarkan kedua pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Senior Living
atau hunian lansia merupakan hunian yang terintegrasi dengan layanan wellness
untuk kalangan lansia berupa apartemen maupun rumah tinggal yang dapat diperjual-
belikan maupun disewakan, juga terdapat fasilitas yang untuk melakukan kegiatan
baik didalam maupun diluar ruangan.

2.1.1 Studi Banding Objek Sejenis

Studi banding objek sejenis yaitu Rukun Senior Living. Terletak di Jl. Raya
Babakan Madang No.99, Sentul, Kec. Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat. Dibangun tahun 2012, dengan luas 17,5 Ha. Arsitek bangunan ini ialah PT.
Darmaland Selindo Abadi.

Gambar 1. Rukun Senior Living

74
Rukun Senior Living merupakan rangkaian fasilitas di kawasan hunian terpadu
untuk usia diatas 50 tahun, dengan pelayanan yang berkesinambungan (Continuing
Care Retirement Community).Di bawah konsep ini, Rukun Senior Living
menawarkan berbagai layanan terpadu sebagai solusi gaya hidup untuk semua
manula, dengan berbagai tipe perumahan termasuk vila, resort apartment, dan
apartemen berlayanan untuk merawat lansia.

Gambar 3. Masterplan Rukun Senior Living

Pada Rukun Senior Living, terbagi menjadi 6 tipe blok. Tiap blok memiliki
fasilitas pelayanan berbeda-beda. Blok A,B,C,D merupakan blok untuk lansia
mandiri sehingga tidak ada pengawasan khusus. Blok E merupakan blok untuk lansia
yang sudah mengalami penurunan fisik sehingga memerlukan perawatan khusus.
Pada blok ini ditambahkan nurse station untuk menjaga para lansia 24 jam. Selain
itu, pada Rukun Senior Living juga terdapat blok Senior Care untuk lansia yang
sudah mengalami demensia pada lantai 2. Pada blok ini, tidak semua orang bisa
masuk.
Dari studi preseden “Rukun Senior Living” ini, ada beberapa faktor yang akan
mempengaruhi desain yaitu konsep hunian lansia terpadu dengan pelayanan yang
berkesinambungan (Continuing Care Retirement Community), tipe program ruang
yaitu serviced apartment dan beberapa fasilitas yang ada dalam mengakomodasi
aktivitas yang akan dilakukan.

2.2. Tinjauan Tema Rancangan

Menurut Kamus Bahasa Indonesia (KBBI) kata “Arsitektur” memiliki


pengertian yaitu bangunan atau gaya bangunan. Kata dasar nya ialah “Perilaku” yang
berarti perbuatan/kelakuan/cara menjalankan/ berbuat. Berdasarkan pengertian
tersebut, maka secara umum “Arsitektur Perilaku” diartikan sebagai seni bangunan

75
atau gaya bangunan yang sesuai dengan perbuatan atau kelakuan orang yang
menggunakan bangunan tersebut.
Pada studi ini, batasan tema akan mengambil pada teori dalam buku Spaces for
Children: The Built environment and child development. Prinsip-prinsip tema
Arsitektur Perilaku yang harus diperhatikan menurut Carol Simon Weisten dan
Thomas G David, yaitu: (1) Kemampuan berkomunikasi dengan manusia dan
lingkungan. Desain harus dapat dipahami oleh penghuninya melalui indra atau
imajinasi penghuni bangunan tersebut. Dari bangunan yang diamati manusia, syarat
yang harus dipenuhi adalah: Mencerminkan kegunaan bangunan. Ikon-ikon yang ada
pada tampilan bangunan kemudian dibandingkan dengan beberapa pengalaman yang
sudah ada dan disimpan sebagai pengalaman baru, menampilkan skala dan skala
yang sesuai dan dapat dinikmati, menunjukkan material dan struktur yang akan
digunakan dalam bangunan tersebut, (2) Memenuhi aktivitas penghuninya dengan
cara nyaman dan menyenangkan. Kenyamanan berarti kenyamanan fisik dan mental.
Kenyamanan fisik merupakan kenyamanan yang berdampak langsung pada keadaan
tubuh manusia, misalnya kenyamanan termal. Kenyamanan psikologis pada dasarnya
sulit dicapai karena setiap individu memiliki standar berbeda dalam mengekspresikan
kenyamanan psikologis. Dengan tercapainya kenyamanan psikologis maka
terciptalah rasa gembira dan tenang dalam berperilaku. Kenikmatan fisik dapat
terjadi ketika memanipulasi bentuk atau bagian di sekitarnya. (3) Memenuhi nilai
estetika, komposisi dan estetika bentuk. Keindahan dalam arsitektur diketahui
mengandung unsur-unsur, unsur-unsur tersebut antara lain: Integritas (kesatuan),
merujuk pada susunan beberapa unsur yang menjadi satu kesatuan harmonis,
Keseimbangan, merupakan nilai yang terdapat dalam setiap benda yang daya tarik
visualnya harus seimbang, Skala, merupakan perbandingan ukuran tertentu, biasanya
dicapai dengan besarnya bangunan dalam hubungannya dengan unsur – unsur
pemakainya, ritme, pengulangan beberapa unsur yang terdapat dalam perancangan
bangunan. Seperti pengulangan garis, kurva, bentuk masif, (4) Memperhatikan
kondisi dan perilaku pengguna bangunan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
perilaku pengguna bangunan adalah usia, jenis kelamin, kondisi fisik dan lain-lain.

2.2.1 Studi Banding Tema Sejenis

Studi banding objek sejenis yaitu Olivia Newton-John Cancer and Wellness
Centre. Terletak Heildelberg, Australia, dengan luas 25000 m². Arsitek bangunan ini
ialah Jackson Architecture, McConnell Smith Johnson

Gambar 4. Olivia Newton-John Cancer and Wellness Centre

76
Olivia Newton-John Cancer and Wellness Centre merupakan pusat kanker dan
kesehatan. Bangunan ini dirancang dengan mempertimbangkan pengguna dan
lingkungan yang tenang untuk mengurangi stres pada pasien, pengunjung, dan staf.
Sistem bangunan dipilih untuk memaksimalkan tingkat kenyamanan, seperti pilihan
balok berpendingin pasif di atas AC. Cahaya alami telah dimanfaatkan dan sentuhan
akhir alami, warna dan tekstur digunakan, untuk menciptakan kesan membawa
suasana luar ke dalam. Desain halaman melalui penawaran restoratif cahaya, udara,
gangguan dan keberlanjutan untuk staf dan pasien fasilitas, menghubungkan
lingkungan terapi dan perawatan dengan alam. Bangunan ini didukung dengan
pencarian jalan yang intuitif, diatur di sekitar dua sumbu sirkulasi yang kuat.
Persimpangan sumbu ini secara organik memuncak di ruang masuk utama dengan
hubungan langsung ke Zeltner Hall, Layanan Radiasi dan Onkologi, dan ke gedung
Lance Townsend yang sudah ada.

Gambar 5. Interior Olivia Newton-John Cancer and Wellness Centre

Penggunaan warna dalam interior sebuah bangunan dapat memicu emosi dan
tindakan tertentu dalam pengguna. Pada bangunan ini digunakan warna yang lebih
lembut sehingga membuat pengguna lebih tenang, santai, dan nyaman mengingat
fungsi bangunan sebagai pusat kanker dan kesehatan. Pencahayaan di dalam ruangan
dapat mempengaruhi perilaku yang berbeda. Pada bangunan ini digunakan
pencahayaan alami dengan menggunakan material kaca pada dinding sehingga
ruangan mendapatkan cahaya yang optimal. Selain itu pencahayaan buatan seperti
lampu juga dipakai ada bangunan ini untuk mengoptimalkan cahaya. Ruang di
sekitar seseorang di dalam sebuah bangunan dapat mempengaruhi cara kita berpikir
dan cara bekerja dan bertindak. Memiliki suasana hati yang positif membantu
meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan seseorang secara umum, melalui solusi
pencahayaan yang cerdas. Solusi pencahayaan cerdas ini membantu membuat
ruangan menjadi tempat yang lebih menyenangkan.
Cahaya dan warna tidak hanya memengaruhi orang secara psikologis tetapi
juga biologis. pencahayaan dan warna dapat memengaruhi suasana hati, kesehatan,
perilaku orang, demikian juga tata letak ruangan di gedung. Lingkungan di sekitar
bangunan sama pentingnya atau lebih penting dari desain interior sebuah bangunan,
karena tidak hanya mempengaruhi orang secara mental, tetapi juga dapat
mempengaruhi orang secara fisik.
Dari preseden Olivia Newton-John Cancer and Wellness Centre ini ada
beberapa faktor yang akan mempengaruhi desain, yaitu : (1) Arsitektur perilaku
mempengaruhi desain dalam interior dan eksterior bangunan menyesuaikan
kebutuhan pengguna (lansia) dalam mengatur ruang, (2) tata letak massa bangunan

77
mengoptimalkan cahaya dan warna dalam kenyamanan pengguna yang mampu
mempengaruhi psikologis dan biologis pengguna.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Melalui penjelasan pengertian arsitektur perilaku, prinsip-prinsip tema dan


studi banding tema sejenis. Sehingga dapat diterapkan terhadap perancangan hunian
lansia. Berikut poin-poin yang akan diterapkan terhadap rancangan berdasarkan
Prinsip-prinsip tema arsitektur perilaku yang harus di perhatikan dalam penerapan
tesma arsitektur perilaku menurut Carol Simon Weisten dan Thomas G David, antara
lain:

3.1 Penerapan Tema Arsitektur Perilaku Melalui Prinsip Mampu


Berkomunikasi dengan Manusia dan Lingkungan

Implementasi tema melalui prinsip mampu berkomunikasi dengan manusia dan


lingkungan yaitu : penataan tapak untuk memaksimalkan view dari dalam bangunan
dan Massa jamak bangunan hunian lansia didesain agar menciptakan suasana tinggal
dirumah pribadi.

Gambar 6. Perspektif Site

Hunian dibagi menjadi 6 tipe blok. Tiap blok memiliki fasilitas pelayanan
berbeda-beda. Blok A,C,D merupakan blok untuk lansia mandiri sehingga tidak ada
pengawasan khusus. Blok B merupakan blok untuk lansia yang sudah mengalami
penurunan fisik sehingga memerlukan perawatan khusus. Pada blok ini ditambahkan
nurse station untuk menjaga para lansia 24 jam.

78
Gambar 6. Penataan Blok Bangunan pada Site

3.2 Penerapan Tema Arsitektur Perilaku Melalui Prinsip Memenuhi Aktivitas


para penghuni dengan Cara Nyaman dan Menyenangkan

Implementasi tema melalui prinsip memenuhi aktivitas para penghuni dengan


cara nyaman dan menyenangkan yaitu : penataan pola massa bangunan sesuai
kelompok jenis aktivitas. Dalam mengelompokkan jenis aktivitas tersebut, dirancang
berdasarkan zona dengan mempertimbangkan kebutuhan antar bangunan dan
kebutuhan pengguna bangunan. Dari analisa tersebut, terdapat 3 zona utama yaitu :
zona publik, zona rekreasi dan zona hunian dan 1 zona tambahan yaitu zona servis.
Didalam zona publik terdapat bangunan utama, bangunan penunjang, dan mushala.
Didalam zona rekrasi terdapat restaurant, vegetables garden, swimming pool, ruang
ganti atau toilet, dan Fitness Centre. Didalam zona hunian terdapat 5 hunian yaitu
blok A,B,C,D. Pada zona servis terdapat ruang Mechanical Electrical (ME).

79
Gambar 6. Zonasi pada Tapak

3.3 Penerapan Tema Arsitektur Perilaku Melalui Prinsip Memperhatikan


Kondisi dan Perilaku Pemakai.

Implementasi tema melalui prinsip memperhatikan kondisi dan perilaku


pemakai yaitu : Menggunakan material pada lantai bertekstur guna mencegah para
lansia terjatuh dan penggunaan warna yang berbeda untuk memudahkan lansia
memahami kondisi dan arah jalan dan ruangan.Penggunaan Paving Block pada
pekerasan sebagai sirkulasi antar bangunan, dimaksudkan agar pada saat hujan lantai
tidak licin.
Efek warna sangat berpengaruh bagi psikologi pengguna bangunan. Warna
tentu menimbulkan kesan tertentu bahkan dapat mempengaruhi emosi seseorang.
Warna kalem (calm) meliputi warna-warna lembut yang membuat ruangan tampak
luas, sejuk, dingin, menenangkan, serta membantu menyeimbangkan emosi dan
menghilangkan stres. Oleh karena itu, pada ruangan kamar digunakan warna tenang
(calm). sedangkan di koridor akan memakai warna-warna cerah sebagai guiding agar
membantu lansia mengingat blok bangunannya. Blok A akan menggunakan warna
kuning pada koridornya, Blok B akan menggunakan warna biru pada koridornya,
Blok C akan menggunakan warna hijau olive pada koridornya, Blok D akan
menggunakan warna hijau tosca.

80
Gambar 6. Penerapan penggunaan material bertekstur

4. KESIMPULAN

Rumah lansia di Banda Aceh belum mengadopsi konsep seperti senior living
yang berbasis dua aspek yaitu komunitas dan rekreasi. Konsep yang terikat dalam
rumah untuk para lansia di Banda Aceh masih dengan bentuk sebagai “rumah
penampungan lansia” dimana para lanjut usia yang ditinggalkan sanak saudara,
saudara laki-laki dan perempuannya. Sampai saat ini, belum ada rumah lansia di
Banda Aceh yang menerapkan konsep berupa komunitas juga rekreasi dengan
adanya biaya yang harus dibayarkan. Saat ini hanya terdapat rumah lansia berupa
panti jompo yang diberikan subsidi oleh pemerintah, dengan persyaratan untuk
menjadi penghuninya ialah para orang tua lanjut usia yang terlantar. Tujuan
dibangunnya hunian lansia ini adalah untuk menghilangkan diskoneksitas lansia dari
banyaknya komunitasnya, dan membebaskan lansia dari perasaan kesepian atau yang
terabaikan dalam rumah mereka dimana bukan disebabkan tidak di sayang, tapi
karena kesibukan para anggota keluarganya.
Penerapan tema Arsitektur perilaku pada bangunan diaplikasikan pada penataan
tapak, penataan massa bangunan, Menggunakan material pada lantai bertekstur guna
mencegah para lansia terjatuh dan penggunaan warna yang berbeda untuk
memudahkan lansia memahami kondisi dan arah jalan dan ruangan.

DAFTAR PUSTAKA

David, Carol Simon Weisten dan Thomas G. (1987). Spaces for Children: The Built
Environment and Child Development. New York: Plenum.
Effendi, F. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas : teori dan praktik dalam
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
KBBI. (2022). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). http://kbbi.web.id/
Olivia Newton-John Cancer Wellness and research Centre. (2013). Austin
Health. https://www.onjcancercentre.org/
Pusat Statistika, Badan. (2021). Statistik Jumlah Penduduk 2022.
https://www.bps.go.id
Rukun Senior Living. (2016). Life at Rukun. https://rukunseniorliving.com
Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 (1998). Kesejahteraan Lanjut
Usia.CVZI Jakarta: Sekretaris Negara Republik Indonesia

81

Anda mungkin juga menyukai