Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

Pengembangan Sistem

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Sistem Informasi Manajemen

Dosen Pengampu : Irsad Andriyanto, S.E., M.Si.

Disusun Oleh :

KELOMPOK 6

1. Chalisa Fatichatun Nasywa (1150510114)


2. Afrizal Faris Zaenal (1150510118)
3. Siti Maulilda (1150510124)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH

TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum Wr. Wb.


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pengembangan Sistem” tepat pada waktunya tanpa halangan suatu apapun.
Makalah dengan judul Pengembangan Sistem disusun guna memenuhi
tugas mata kuliah Sistem Informasi Manajemen yang diampu oleh Bapak Irsad
Andriyanto, S.E.,M.Si. Selain itu, dari penyusunan makalah ini kami berharap
dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi teman-teman tentang materi yang
akan kami sampaikan.
Demikian apa yang dapat kami sampaikan sebagai pembuka. Kami sangat
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu kami bersedia menerima semua saran dan kritikan dari teman-
teman. Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terimakasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Kudus, 13 Oktober 1013

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
A. Definisi Pengembangan Sistem ............................................................................ 3
B. Metode Pengembangan Sistem dengan SDLC ................................................... 4
C. Tahapan Pengembangan Sistem .......................................................................... 7
D. Enterprise Architecture ...................................................................................... 11
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 19
A. Simpulan .............................................................................................................. 19
B. Saran .................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tekhnologi adalah indikator yang sangat diperlukan bagi
kehidupan sehari-hari. Baik dalam dunia pendidikan maupun pekerjaan.
Keberhasilan atau perusahaan dipengaruhi oleh kegagalan suatu organisasi
atau tekhnologi.
Tekhnologi sangat berpengaruh bagi kehidupan organisasi karna
dengan adanya tekhnologi, kita mampu mendapatkan data data yang sudah
di ubah menjadi sebuah informasi dengan lebih mudah. Di era yang
semakin maju ini kita tidak aneh lagi dengan teknlonogi yang semakin hari
semakin mendapat pemaharuan yang lebih bagus. Dalam perusahaan
sangat di perlukan informasi yang tepat dan akurat.
Namun, yang menjadi pertanyaan, dimanakah kita agar bisa
mendapatkan suatu informasi yang tepat dan akurat dan tidak
membutuhkan waktu lama untuk mendapatkannya. Tentu saja tekhnologi
yang menjadi sebuah jawaban yang tepat. Sebuah perusahaan juga
memerlukan SDM untuk mengumpulkan data tersebut. Individu yang
sudah berpengalaman tidak yang disebut yaitu orang akan yang melayani
dan menjalankan sebuah membutuhkan waktu lama untuk
mendapatkannya. individu itulah dengan brainware yaitu orang yang
ditugaskan melayani dan menjalankan sebuah sistem yang sangat
berhubungan dengan perangkat komputer
Brainware juga sangat penting dalam kehidupan perusahaan dalam
pengambilan data dari internet sehingga mampu membuat sebuah info
yang jelas, tepat, dan akurat. Dalam pengembangan sistem informasi
manajemen juga diperlukan sosok individu yang berintegritas. Agar bisa
mengembangkan sistem informasi manajemen.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengembangan sistem?
2. Bagaimanakah pengembangan sistem dengan SDLC?
3. Apa saja tahapan pengembangan sistem?
4. Apakah yang dimaksud enterprise architecture?
5. Apa saja rerangka enterprise?

C. Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan definisi dari pengembangan sistem.
2. Mendeskripsikan pengembangan sistem dengan SDLC.
3. Mendeskripsikan tahapan pengembangan sistem.
4. Mendeskripsikan enterprise architecture.
5. Mendeskripsikan rerangka enterprise.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Pengembangan Sistem

Perkembangan sistem informasi saat ini mempengaruhi segala bidang


dan diperlukan sebagai sarana pendukung yang dapat menujang aktivitas
kerja yang cepat, tepat, dan akurat khususnya di bidang
pendidikan.Berdasarkan hal tersebut, diberbagai instansi terus
meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki untuk dapat
bersaing pada era ditigal. Peningkatan SDM diharapkan berinteraksi dengan
data, jaringan kerja dari prosedur-prosedur teknis, teknologi baik
hardwaremaupun software untuk mencapai tujuan atau sasaran.1

Pengembangan Sistem Informasi sering hanya disebut dengan istilah


Pengembangan Sistem (system development). Terdapat beberapa definisi
mengenai pengembangan sistem, di antaranya adalah:

1. aktivitas untuk menghasilkan sistem informasi berbasis komputer untuk


menyelesaikan permasalahan (problem) organisasi atau memanfaatkan
kesempatan (opportunities) yang timbul;
2. kumpulan kegiatan para analis sistem, perancang, dan pengguna yang
mengembangkan dan mengimplementasikan sistem informasi;
3. tahapan kegiatan yang dilakukan selama masa pembangunan sistem
informasi;
4. proses merencanakan,mengembangkan, dan mengimplementasikan
sistem informasi dengan menggunakan metode, teknik, dan alat bantu
pengembangan tertentu.

Pengembangan sistem (system development) dapat diartikan sebagai


suatu kegiatan menyusun suatu sistem yang baru untuk menggantikan sistem
yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada. Sistem
lama dapat berupa sistem-sistem informasi yang masih manual, berupa sistem
pencatatan transaksi pada lembaran-lembaran arsip. Sistem lama juga dapat
berarti sistem-sistem informasi yang telah menggunakan teknologi komputer
(aplikasi sistem database terkomputerisasi), baik yang berupa sistem berbasis
desktop maupun sistem basis data terdistribusi.2

1
Maniah and D Hamidin, “Analisis Dan Perancangan Sistem Informasi Pembahasan Secara
Praktis Dengan Contoh Kasus,” no. Yogyakarta: Deepublish (2017).
2
Jogiyanton H.M., “Analisis & Desain Sistem Informasi: Pendekatan Terstruktur Teori Dan
Praktek Aplikasi Bisnis,” (Edisi 3), no. Yogyakarta (2008): Penerbit Andi.

3
Pengembangan sistem adalah kompilasi sistem baru untuk menggantikan
keseluruhan sistem atau memperbaiki sistem yang sudah ada. Oleh karena itu,
sistem lama Perlu diperbaiki atau diganti. Beberapa hal dan masalah yang terjadi
dalam sistem lama dapat berupa:

1) Ketidakberaturan
Ketidakteraturan pada sistem lama yang menyebabkan sistem
baru gagal berproses seperti yang di inginkan. Pelanggaran tersebut bisa
berbentuk sebagai berikut:
Kecurangan yang disengaja telah menyebabkan aset perusahaan
menjadi tidak aman dan keaslian data tidak dapat dijamin.
Suatu sedikit ketidak benaran yang dilakukan dengan carang yang
tidak sengaja juga bisa membawa dampak keakuratan petunjuk
yang kurang tepat.
Efisiensi kegiatan rendah. Kegagalan untuk mematuhi kebijakan
manajemen yang ditetapkan.

2) Pertumbuhan organisasi
Perkembangan organisasi baru. Pertumbuhan organisasi
mencakup permintaan akan menyebabkan persiapan sistem informasi
yang lebih luas, peningkatan pemrosesan data, dan perubahan dalam
standar akuntansi baru Akibat perubahan tersebut, cara yang tidak baru
sudah tidak berhasil lagi, hingga cara yang sudah tidak baru tidak lagi
mampu lagi penuhi semua yang dibutuhan seorang manajemen berupa
sebuah informasi.3

B. Metode Pengembangan Sistem dengan SDLC


Metode yang banyak digunakan dalam pengembangan system informasi
adalah System Development Life Cycle (SDLC) atau siklus hidup pengembangan
system. System Development Life Circle (SDLC) atau Siklus Hidup
Pengembangan Sistem dalam suatu bentuk rekayasa sistem dan rekayasa
perangkat lunak merupakan proses pembuatan dan pengubahan sistem serta
model dan metodologi yang digunakan untuk mengembangkan sistem-sistem
tersebut, umumnya pada sistem informasi atau komputer. SDLC merupakan suatu
cara untuk mengembangkan sistem perangkat lunak, yang terdiru dari 6 tahapan
yaitu perencanaan (planning), analisis (analysis), perancangan/desain (design),
pengembangan sistem, uji coba (testing) implementasi (implementation) dan
pemeliharaan sistem (maintenance). Konsep SDLC mendasari berbagai jenis
metodologi pengembangan perangkat lunak. Metodologi ini membentuk suatu
kerangka kerja untuk perencanaan dan pengendalian pembuatan sistem informasi,
yaitu proses pengembangan perangkat lunak.

3
Nita Maharani Harahap, “‘ Pengembangan Sistem Informasi Manajemen ,’” n.d.

4
SDLC bertujuan untuk menghasilkan output sistem berkualitas tinggi
yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan, berdasarkan kebutuhan
pelanggan dengan memberikan sistem yang bergerak melalui setiap tahap yang
jelas, dalam jangka waktu yang dijadwalkan dan menggunakan perkiraan biaya
bila ada. Terdapat 3 jenis metode siklus hidup sistem yang sering digunakan yaitu
siklus hidup sistem tradisional (traditional system life cycle), siklus hidup
menggunakan prototyping (life cycle using prototyping) dan siklus hidup sistem
orientasi objek (object-oriented system life cycle).

Tahapan dalam System Development Life Circle:

1. Perencanaan Sistem (System Planing)


Perencanaan adalah tahap yang paling penting dan mendasar
dalam SDLC. Hal ini untuk merencanakan pendekatan proyek dasar dan
untuk melakukan studi kelayakan produk dalam bidang ekonomi,
operasional, dan teknis. Dalam perencanaan diperlukan adanya
spesifikasi kebutuhan sistem, maka setiap teknisi dan juga pengembang
akan mampu membuat sebuah sistem yang sesuai dengan kebutuhan
yang ada, serta mampu untuk menjalankan sistem tersebut sesuai dengan
peruntukkannya, dan tentu saja dapat berjalan pada spesifikasi tertentu.
Aktivitas yang dilakukan pada tahap perencanaan sistem yaitu
sebagai berikut :

 Pembentukan dan konsolidasi tim pengembang.


 Mendefinisikan tujuan dan ruang lingkup pengembang.
 Mengidentifikasi masalah yang dapat diselesaikan melalui
pengembangan sistem.
 Menentukan dan mengevaluasi strategi yang akan digunakan
dalam pengembangan sistem.
 Penentuan prioritas teknologi dan pemilihan aplikasi.
2. Analisis Sistem (Analysis System)
Analisis sistem dalam sebuah siklus SDLC akan melakukan
berbagai macam analisis terhadap sebuah sistem yang sudah ada, dan
bagaimana nantinya sebuah sistem akan berjalan seperti kelebihan dan
kekurangan sistem, fungsi dari sistem, hingga berbagai macam
pembaruan yang bisa saja diterapkan pada sebuah sistem. Setelah analisis
sistem selesai dilakukan, maka tahapan berikutnya adalah tahapan
spesifikasi kebutuhan sistem.

Aktivitas yang dilakukan pada tahap analisis sistem yaitu sebagai


berikut :

 Melakukan studi literatur untuk menemukan suatu kasus yang


bisa ditangani oleh sistem.

5
 Brainstorming dalam tim pengembang mengenai kasus mana
yang paling tepat dimodelkan dengan sistem.
 Mengklasifikasikan masalah, peluang, dan solusi yang mungkin
diterapkan untuk kasus tersebut.
 Analisa kebutuhan pada sistem dan membuat batasan sistem.
 Mendefinisikan kebutuhan sistem.

3. Perancangan Sistem (Design System)


Pada tahap perancangan sistem merupakan suatu tahap dimana
seluruh hasil analisa dan juga hasil pembahasan mengenai perencanaan,
spesifikasi sistem dan analisis sistem diterapkan menjadi sebuah
rancangan sistem. Tahap perancangan sistem ini bisa kita sebut sebagai
cetak biru, atau bisa juga kita sebut sebagai prototype, dimana sistem ini
sudah siap untuk dikembangkan. Pada tahap ini, semua persiapan harus
dilakukan dengan matang, mulai dari perencanaan, implementasi dari
spesifikasi sistem, dan semua analisis terhadap sistem, termasuk berbagai
macam tenaga pendukung dari sistem yang akan dikembangkan.

Aktivitas yang dilakukan pada tahap perancangan sistem yaitu


sebagai berikut :

 Menganalisa interaksi obyek dan fungsi pada sistem.


 Menganalisa data dan membuat skema database.
 Merancang user interface.

4. Pengembangan Sistem
Tahapan pengembangan sistem ini merupakan tahapan dimana
rancangan sistem ini mulai dikerjakan dan dibuat atau diimplementasikan
menjadi sebuah sistem yang utuh, dan dapat digunakan. Apabila
dianalogikan dengan pembangunan gedung, maka tahap ini merupakan
tahap dimana gedung atau rumah mulai dibangun, mulai dari pembuatan
pondasi, hingga penempatan besi baja ataupun alat konstruksi lainnya.
Tahap ini membutuhkan waktu yang cukup lama, karena dalam
prakteknya tahap pengembangan sistem ini bisa saja terdapat kendala –
kendala baru yang menyebabkan proyek menjadi terhambat, sehingga
dibutuhkan analisis tambahan, ataupun perancangan tambahan. Bahkan,
bukan tidak mungkin pada tahap ini terjadi perubahan perancangan
sistem oleh karena satu dan lain hal.

5. Pengujian Sistem (Testing)


Setelah sistem selesai dikembangkan dan juga dibuat, maka
sistem tersebut tidak akan langsung digunakan secara umum ataupun
secara komersil. Tentu saja harus ada proses pengujian terhadap sistem

6
yang sudah dikembangkan tersebut. Tahap pengujian sistem ini
merupakan waktu yang tepat untuk mencoba apakah sistem yang sudah
berhasil dikembangkan memang dapat bekerja dengan optimal dan juga
sempurna. Apabila sistem yang dibuat dapat bekerja dengan baik dan
sempurna, maka sistem siap untuk digunakan.

Dalam tahap ini, ada banyak hal yang harus diperhitungkan,


mulai dari kemudahan penggunaan sistem, hingga pencapaian tujuan dari
sistem yang sudah disusun sejak perancangan sistem. Apabila terjadi
kesalahan, atau sistem tidak dapat berjalan dengan baik dan sebagaimana
mestinya, maka mulai dari tahap perencanaan sistem hingga tahap
perancangan dan pengembangan sistem harus diperbaharui secara
keselurahan, diulangi, atau bahkan bisa saja mengalami perombakan
total.

6. Implementasi (Implementation) dan Pemeliharaan Sistem (Maintenance)


Tahap ini bisa dibilang sebagai tahapan final atau tahapan akhir
dari satu buah siklus SDLC. Tahapan ini merupakan tahapan dimana
sebuah sistem sudah selesai dibuat, sudah diujicoba, dan dapat bekerja
dengan baik dan juga optimal. Dalam prakteknya, tahap terakhir ini tidak
hanya berhenti pada proses implementasi dan juga penginstallan saja,
namun juga melakukan proses pemeliharaan terhadap sistem yang ada,
sehingga dapat menjamin bahwa sistem tersebut akan tetap berfungsi
secara normal dan optimal. Pemeliharaan sistem dilakukan oleh admin
yang menjaga sistem agar tetap mampu beroperasi dan kemampuan
sistem dalam mengadaptasikan diri sesuai dengan kebutuhan. Aktivitas
yang dilakukan pada tahap ini yaitu sebagai berikut :

 Pembuatan database sesuai skema rancangan.


 Pembuatan aplikasi berdasarkan desain sistem.
 Pengujian dan perbaikan aplikasi (debugging).4

C. Tahapan Pengembangan Sistem


Alternatif pengembangan atau Pembangunan system selain dengan
metode SDLC adalah metode cepat atau sering disebut dengan istilah RAD
(singkatan dari Rapid Applicaton Development). Dengan cara ini manajemen dapat
menghindarkan diri dari cara-cara konvensional pengembangan system. Baik cara
konvensional maupun cara cepat akan diuraikan lebih rinci pada bagian-bagian
berikut ini. Metode pengembangan cepat ini tidak mengikuti tahapan-tahapan
yang ada pda pengmebangan system konvensional.

4
M.Kom. Bahar, S.T., Konsep Pengembangan Sistem, Edisi 1, 2018.

7
Metode pengembangan cepat ada beberapa cara, diantaranya adalah
metode prototipe, metode pengembangan oleh pemakai akhir, dan metode
berbantuan computer (CASE).

1. Purwarupa (Prototipe)
Metode Prototype adalah teknik pengembangan sistem yang
menggunakan prototype untuk menggambarkan sistem sehingga klien atau
pemilik sistem mempunyai gambaran jelas pada sistem yang akan dibangun
oleh tim pengembang. Prototype dalam bahasa Indonesia disebut purwarupa
(rupa awal). Prototype adalah rupa awal dari sistem yang menggambarkan
rupa akhir dari sebuah sistem.

Keuntungan dari metode prototipe. Pertama-tama penting untuk


memahami metode prototipe yang paling baik digunakan ketika sistem yang
diinginkan perlu memiliki banyak interaksi dengan pengguna akhir. Saat
menggunakan model jenis ini, kesalahan biasanya dapat dideteksi lebih cepat
dan umpan balik pengguna yang lebih cepat tersedia untuk menghasilkan
solusi yang lebih baik. Dalam metodologi ini model kerja dari sistem
disediakan, pengguna mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang
sistem yang sedang dikembangkan. Developer bisa bekerja menentukan
kebutuhan klien dengan baik, Efisiensi waktu tinggi dalam pengembangan
sistem serta Lebih mudah dalam penerapannya karena klien mengetahui apa
yang dibutuhkan.

Kekurangan metode Prototipe. Metode ini dapat meningkatkan


kompleksitas. Rencana Anda mungkin mulai melampaui rencana awal Anda.
Selain itu, Fokus pada prototipe terbatas dapat mengalihkan pengembang dari
analisis lengkap proyek dengan benar. Namun itulah mengapa ada tahap
penyempurnaan. Klien terus menerus menambah requirement dari sistem,
pengen dibuatkan yang seperti inilah seperti itulah, sehingga menambah
kompleksitas pembuatan sistem. Sistem akan terhambat jika komunikasi
kedua belah pihak tidak berjalan secara efektif.

2. Metode pengembangan oleh pemakai akhir (End-user)


Pada metode ini, pengembangan dilakukan langsung oleh und-user.
Keterlibatan langsung end-user sangat menguntungkan, karena memahami
benar bagaimana sistem bekerja. Artinya, tahap analisis sistem dapat
dilakukan lebih cepat.
Tahapan-tahapan EUD :
 Initiation (inisasi)
Yaitu tahap dimana organisasi (perusahaan) mulai pertama kali
mengenal teknologi informasi.
 Contagion (ketularan)
Yaitu tahap dimana organisasi (perusahaan) sudah mulai banyak yg
menggunakan teknologi informasi meskipun ini dilakukan atau tidak
terlalu mempertimbangkan untung ruginya dari penggunaan
teknologi informasi ini.
 Control (kendali)

8
Pada tahap ini, organisasi (perusahaan) sudah mulai selektif di dalam
penggunaan teknologi informasi. Ada hal yang dijadikan
pertimbangan sebelum memutuskan penggunaan teknologi informasi
seperti untung rugi.
 Mature (matang)
Pada tahap ini, organisasi (perusahaan) menggunakan teknologi
informasi tidak hanya mempertimbangkan keuntungan yang akan
didapatkan serta berapa biaya yang harus dikeluarkan tetapi lebih
dari itu bagaimana teknologi informasi yang digunakan dapat
dijadikan sebagai alat keunggulan di dalam bersaing.

Kelebihan EUD :
 Dapat mrnghindari permasalahan kemacetan di departemen sistem
informasi.
 Kebutuhan pemakai sistem dapat lebih terpenuhi karena dapat
dikembangkan sendiri oleh pemakai.
 Menambah atau meningkatkan partisipasi aktif pemakai dalam
proses pengembangan sistemnya sehingga akan ada kepuasan sendiri
dari pemakai sistem
Kekurangan EUD :

 Karena pemakai sistem harus mengembangkan aplikasinya sendiri,


maka dalam hal ini pemakai sekaligus pengembang sistem dituntut
untuk memiliki pemahaman mengenai teknologi informasi serta
pemahaman tentang pengembangan sistem informasi.
 End user computing memiliki resiko dapat menganggu bahkan
merusak sistem informasi di luar yang dikembangkan oleh pemakai
sistem.
 End user computing pasti akan berhadapan dengan masalah
kemampuan teknis pemakai sekaligus pengembang sistem.
3. Metode berbantuan computer (CASE)

Computer-Aided Software Engineering atau disebuh CASE dalah


implementasi alat dan metode yang difasilitasi komputer dalam
pengembangan perangkat lunak. CASE digunakan untuk memastikan
perangkat lunak berkualitas tinggi dan bebas cacat. (Patel, n.d.) Sehingga
CASE dapat didefinisikan sebagai alat yang terintegrasi yang digunakan oleh
desainer untuk membantu merencanakan, menganalisis, mendesain,
memprogram, dan memelihara sebuah sistem informasi. CASE memastikan
pendekatan rujukan dan disiplin dan membantu desainer, pengembang,
penguji, manajer, dan lainnya untuk melihat tonggak proyek selama
pengembangan.

Alat perangkat lunak CASE muncul sebagai kategori produk yang


signifikan pada 1980-an. CASE dikembangkan sebagai tanggapan terhadap
kebutuhan untuk menertibkan proyek pengembangan perangkat lunak besar,
dan vendor mengklaim mereka akan meningkatkan produktivitas TI dan
mengurangi kesalahan. Dalam arti yang lebih preventif, alat CASE berarti
alat apa pun yang digunakan untuk mengotomatisasi beberapa kegiatan yang

9
terkait dengan pengembangan perangkat lunak yang meliputi Pengembangan
Web, Pengembangan aplikasi Seluler, pengembangan web eCommerce dll.

Tujuan keseluruhan dari teknologi CASE adalah untuk meningkatkan


produktivitas dan kualitas sistem yang dihasilkan dengan membantu
pengembang melalui berbagai tahapan proses pengembangan mulai dari
perolehan persyaratan sistem fungsional dan nonfungsional hingga desain
dan implementasi sistem dengan mempertimbangkan semua fitur teknis dan
operasional yang relevan. Tools CASE dapat dikatagorikan menjadi tiga,
yakni: (Jim, 2016)
 Upper – analisis dan fase desain
 Lower– mendukung fase pengkodean
 Integrated – juga dikenal sebagai I-CASE analisis, desain dan
pengkodean dukungan

Berikut merupakan keuntungan penggunaan CASE:

 Peningkatan produktivitas. CASE dapat menghasilkan kode bebas-


bug dari spesifikasi sistem dan dapat mengotomatisasikan tugas-tugas
yang berulang.
 Peningkatan kualitas program. CASE sederhananya meneraokan
standar-standar pengembangan terstruktur, mengecek ketepatan internal
desain, dan mendeteksi inkonsistensi.
 Penghematan biaya.
 Peningkatan prosedur pengendalian, CASE mendorong pengendalian
sistem, ukuran keamanan, dan keterauditan sistem dan prosedur
penanganan kesalahan lebih dini dalam proses desain.
 Dokumentasi yang disederhanakan. CASE secara otomatis
mendokumentasikan sistem dengan kemajuan perkembangan.

Selain keuntungan penggunaan CASE, adapun masalah yang


berkaitan dengan teknologi CASE, yaitu:

 Beberapa alat CASE tidak berinteraksi secara efektif dengan sistem


lain.
 Teknologi CASE mahal, sehingga perusahaan kecil cenderung
tidak dapat menggunakannya.
 Ekspetasi yang tidak terpenuhi. Sebuah survey yang dilakukan
Deloitte & Touche mengindikasi bahwa hanya 37% CIO yang
menggunakan CASE yakin bahwa mereka mencapai manfaat yang
diharapkan.

Tetapi, seiring dengan perkembangan zaman, alat CASE telah


berevolusi untuk mengakomodasi pemrograman visual, pemrograman
berorientasi objek dan proses pengembangan perangkat lunak Agile. Alat
yang sesuai dengan kategori CASE tersedia secara luas, tetapi istilah
atau umbrella term ini tidak memiliki relevansi seperti yang pernah digunakan
dalam menggambarkan alat rekayasa perangkat lunak. Pengembang mungkin

10
cenderung berpikir dalam hal kategori alat tertentu, seperti pemodelan visual
dan perangkat lunak simulasi, alat arsitektur sistem dan alat diagram seperti
Microsoft Visio.
Masalah yang berusaha diperbaiki oleh teknologi CASE masih ada.
Standish Group, menurut analisisnya, mengatakan bahwa proyek perangkat
lunak besar, seperti implementasi perencanaan sumber daya perusahaan
(ERP) yang menelan biaya lebih dari $ 10 juta, menghadapi tingkat
kegagalan setinggi 41%. Kompleksitas pengembangan perangkat lunak
merupakan tantangan yang berkelanjutan.

D. Enterprise Architecture
1. Pengertian Enterprise Architecture
Pengertiaan Enterprise Architecture (EA) adalah sebuah pendekatan yang
muncul untuk mengambil pengetahuan yang kompleks tentang organisasi dan
teknologi (Schekkerman, 2011). EA dipandang sebagai cetak biru untuk
penempatan sumber daya yang optimal dan sesuai target dalam lingkungan TI
untuk mendukung fungsi bisnis. Cetak biru merupakan keluaran dari EA yang
memberikan pandangan umum bagaimana elemen-elemen (platform, jaringan,
aplikasi, aplikasi logika) yang sesuai ditentukan dan terutama bagaimana
hubungan antara elemen tersebut.
Enterprise Architecture (EA) adalah proses mengevaluasi, merancang,
mengatur dan melaksanakan analisis perusahaan untuk secara efektif
menggabungkan strategi bisnis. EA membantu perusahaan mengatur proyek dan
strategi IT untuk menghasilkan hasil bisnis yang diinginkan dan untuk mengikuti
perubahan dan gangguan pasar menggunakan prinsip dan praktik desain, metode
yang juga dikenal sebagai Enterprise Architectural Planning (EAP). Keselarasan
bisnis dan teknologi informasi menjadi masalah yang paling penting dalam bisnis
oleh karena itu EA sangat penting bagi organisasi untuk mendukung keselarasan
bisnis dan teknologi informasi.
Konsep architecture enterprise adalah untuk membangun sistem
informasi untuk memisahkan data, proses, infrastruktur teknologi, orang, waktu,
dan motivasi dalam suatu kerangka kerja architecture enterprise. Hal tersebut
dimaksudkan untuk menghindari pengulangan data, proses, dan kesalahan
identifikasi kebutuhan teknologi yang berjalan dalam suatu sistem informasi agar
berjalan secara efektif dan efisien. Tujuan Enterprise Architectur adalah untuk
membangun peta aset IT dan proses bisnis serta kumpulan prinsip tata kelola
yang akan memandu diskusi berkelanjutan tentang strategi bisnis dan bagaimana
hal itu dapat dikomunikasikan melalui IT. Ada beberapa struktur yang disarankan
berbeda untuk pengembangan EA.

Penerapan enterprise architecture memiliki manfaat sebagai berikut.

1. Informasi tentang misi, fungsi dan landasan bisnis dapat diketahui


dalam bentuk yang relatif mudah dipahami sehingga dapat mendukung
proses perencanaan dan pengambilan keputusan.

11
2. Mempercepat proses integrasi data dan sistem yang sudah ada maupun
yang baru dibangun.
3. Dapat menjadi penghubung antara teknologi informasi dan bisnis suatu
perusahaan.
4. Fokus pada penggunaan strategi teknologi informasi terhadap
pengelolaan informasi perusahaan dan meningkatkan konsistensi,
akurasi, integritas, kualitas, ketersediaan dan berbagi informasi
pengelolaan sistem informasi perusahaan.

Enterprise architecture dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1. Faktor internal, efektifitas faktor internal digerakkan oleh adanya


hubungan antar komponen enterprise. Tugas arsitektur enterprise
menyediakan sudut pandang holistik dari kegiatan operasional saat ini
dan masa depan, serta aksi yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan
perusahaan.

Aktivitas yang dilakukan pada suatu perusahaan akan mengacu pada visi
yang kemudian diturunkan dalam bentuk misi perusahaan, kemudian
diikuti dengan strategi perusahaan. Strategi perusahaan menyatakan
langkah-langkah yang diambil untuk mencapai visi dan misi. Strategi
diterjemahkan menjadi sasaran konkrit sebagai arahan dalam
mengeksekusi strategi yang ada. Arsitektur enterprise berperan dalam
menerjemahkan sasaran-sasaran tersebut menjadi kegiatan operasional.
Arsitektur enterprise memberikan gambaran operasional yang ada saat ini
dan rencana, beserta langkah-langkah yang harus diambil untuk
mencapai tujuan perusahaan.
Faktor internal lainnya adalah keselarasan antara bisnis dan
teknologi informasi dianggap sebagai instrumen penting dalam
mewujudkan efektifitas organisasi. Model Penyelarasan Strategis
(Strategic Alignment Model) Henderson dan Venkatraman membedakan
antara aspek strategi bisnis dan infrastruktur organisasi dengan strategi
teknologi informasi dan infrastruktur teknologi informasi.

2. Faktor eksternal, selain dari faktor internal yang lebih fokus pada suatu
pendekatan agar strategi perusahaan dapat dieksekusi dengan efektif dan
efisiensi dari sisi operasional, terdapat juga faktor eksternal yang
mendorong perusahaan untuk menerapkan arsitektur enterprise. Faktor
eksternal pada umumnya lebih dipengaruhi oleh regulasi yang ada.
Contohnya penerapan sistem informasi di lembaga pemerintahan
Indonesia dipengaruhi oleh Peraturan Presiden tentang Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE). Hal tersebut menuntut agar
setiap lembaga pemerintahan di Indonesia harus mempunyai arsitektur
teknologi informasi. Dalam hal ini arsitektur teknologi informasi
didefinisikan sebagai kerangka kerja yang terintegrasi untuk
mengembangkan atau memelihara teknologi informasi yang ada dan
memperoleh teknologi informasi yang baru untuk mencapai tujuan
strategis organisasi.

2. Komponen-Komponen dalam EA

12
Arsitektur enterprise memiliki empat komponen arsitektur utama.
 Arsitektur bisnis mendefinisikan strategi bisnis, tata kelola, organisasi
dan proses bisnis. Arsitektur bisnis merupakan arsitektur yang
menggambarkan strategi, maksud, fungsi, proses, informasi dan aset
bisnis untuk memberikan layanan bagi masyarakat, bisnis dan
pemerintah. Arsitektur bisnis memberikan pemahaman umum tentang
organisasi dan digunakan untuk menyelaraskan tujuan strategis dan
panduan taktis. Arsitektur bisnis sebagai landasan bagi pengembangan
dan implementasi rencana bisnis, teknologi dan penggunaan aplikasi.
Rincian arsitektur bisnis mendukung pengambilan keputusan bisnis
dengan menyediakan dokumentasi tentang kondisi organisasi saat ini dan
kondisi yang diharapkan pada masa depan. Dengan memiliki arsitektur
bisnis yang baik maka diharapkan dapat mempermudah dalam
mengambil keputusan yang tepat dan sesuai sehingga organisasi
memiliki daya saing secara lebih efektif.
 Arsitektur data/informasi mendeskripsikan struktur dari satu organisasi
data logis dan fisik manajemen asset dan data sumber daya. Arsitektur
informasi mendefinisikan struktur informasi bagi organisasi berupa
entitas data danhubungan antar entitas yang diperlukan dalam
mendukung proses bisnis. Arsitektur informasi merupakan desain
terstruktur dari lingkungan informasi bersama berupa data/informasi
sebagai aset pendukung bisnis dan merupakan kebutuhan sistem aplikasi.
Arsitektur informasi terdiri dari sekumpulan kebutuhan bisnis, proses,
informasi.
 Arsitektur aplikasi mendefinisikan jenis aplikasi utama yang diperlukan
dalam mengelola data dan informasi untuk mendukung fungsi bisnis
enterprise. Arsitektur aplikasi fokus pada pengembangan dan penerapan
program aplikasi sebagai solusi atau layanan yang dibuat dan digunakan
oleh suatu organisasi.
 Arsitektur teknologi mendefinisikan platform teknologi yang
diperlukan untuk menyediakan lingkungan yang mendukung aplikasi
dalam mengelola data dan mendukung fungsi bisnis. Arsitektur teknologi
mendeskripsikan perangkat lunak dan kemampuan perangkat keras yang
diperlukan untuk mendukung penyebaran dari bisnis, data, dan jasa
aplikasi. Ini meliputi infrastruktur teknologi informasi, middleware,
jaringan, komunikasi, proses, standar dan sebagainya.5

E. Rerangka Enterprise
Perencanaan sistem informasi strategis dilandasi pada pemikiran bahwa
untuk merancang sistem informasi di sebuah organisasi besar dan kompleks tidak
dapat dilakukan secara rerpisah-pisah. Pada sebuah perusahaan yang memiliki
banyak divisi, dengan banyak kegiatan, tentu harus ada sistem informasi yang
berfungsi dengan baik. Sistem informasi ini harus mampu mencatat semua
transaksi, harus mampu mengolah data dan informasi, serta menyajikan berbagai
informasi kepada berbagai pihak secara akurat dan tepat waktu. Perencanaan

5
Beki Subaeki, “PERANCANGAN ARSITEKTUR SISTEM INFORMASI MENGGUNAKAN
METODE ENTERPRISE ARCHITECTURE PLANNING ( Studi Kasus : Universitas Purwakarta
- Purwakarta ),” Universitas BSI, 2013.

13
sistem informasi strategis sering juga disebut dengan perancangan enterprise
architecture (EA), Pada saat ini sudah ada beberapa rerangka (framework)
perencanaan dan pengembangan sistem informasi strategis atau enterprise
architecture, yang sudah dirancang oleh para ahli. Beberapa rerangka yang cukup
populer di antaranya adalah:
 Rerangka Zachman
 Rerangka TOGAF
 Rerangka FEAF
 Rerangka Gartner6

1. Rerangka Zachman

Rerangka kerja Zachman adalah pendekatan klasifikasi artifak


enterprise architecture yang diterima sebagai standar de-facto. Rerangka
kerja ini disanjung karena keunikannya dalam klasifikasi arsitektur dalam
perspektif enterprise (Parizeu, 2002). Rerangka kerja dapat diartikan sebagai
sejumlah pemikiran, konsep, ide atau asumsi yang digunakan untuk
mengorganisasikan proses pemikiran tentang sesuatu atau situasi. Rerangka
kerja ini juga dapat dianggap sebagai dasar berpikir untuk mengelompokkan
dan mengorganisasikan representasi sebuah perusahaan yang penting bagi
manajemen perusahaan dan pengembangan sistem selanjutnya (Zachman,
1987). Kerangka kerja Zachman untuk enterprise architecture terdiri dari 6
(enam) kolom dan 6 (enam) baris, seperti terlihat pada Gambar di bawah ini.

6
Sistem Informasi Manajemen, Sistem Informasi Manajemen “, n.d.

14
Secara umum tiap kolom merepresentasikan fokus, abstraksi atau topik enterprise
architecture, yaitu:

 What (data): menggambarkan kesatuan yang dianggap penting dalam


bisnis. Kesatuan tersebut adalah hal-hal yang informasinya perlu
dipelihara.
 How (fungsi): mendefinisikan fungsi atau aktivitas. Input dan output juga
dipertimbangkan pada kolom ini.
 Where (jaringan): menunjukkan lokasi geografis dan hubungan antara
aktivitas dalam organisasi, meliputi lokasi geografis bisnis yang utama.
 Who (orang): mewakili manusia dalam organisasi dan metrik untuk
mengukur kemampuan dan kinerjanya. Kolom ini juga berhubungan
dengan user interface dan hubungan antara manusia dan pekerjaan yang
menjadi tanggung jawabnya.
 When (waktu): mewakili waktu atau kegiatan yang menunjukkan kriteria
kinerja. Kolom ini berguna untuk mendesain jadwal dam memproses
arsitektur.
 Why (motivasi): menjelaskan motivasi dari organisasi dan pekerjanya.
Disini terlihat tujuan, sasaran, rencana bisnis, arsitektur pengetahuan,
alasan pikiran dan pengambilan keputusan dalam organisasi.

Setiap baris pada kerangka kerja Zachman mewakili perspektif yang berbeda dan
unik yaitu:

 Perspektif Perencana (Ballpark View), yaitu menetapkan konteks, latar


belakang dan tujuan enterprise.
 Perspektif Pemilik (Owner’s View), yaitu menetapkan model-model
konseptual dari enterprise.
 Perspektif Perancang (Designer’s View), yaitu menetapkan model-model
sistem informasi sekaligus menjembatani hal-hal yang diinginkan
pemilik dan hal-hal yang dapat direalisasikan secara teknis dan fisik.
 Perspektif Pembangun (Builder’s View), yaitu menetapkan rancangan
teknis dan fisik yang digunakan dalam mengawasi implementasi teknis
dan fisik.
 Perspektif Subkontraktor (Subcontractor), yaitu menetapkan peran dan
rujukan bagi pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan
pembangunan secara teknis dan fisik serta mengadakan komponen-
komponen yang diperlukan.
 Perspektif Fungsi Sistem, yaitu merepresentasikan perspektif pengguna
dan wujud nyata hasil implementasi. (Zachman, J. A, 1987).

15
2. Rerangka TOGAF

Open Group Architecture atau TOGAF Framework adalah sebuah


kerangka kerja yang dapat digunakan untuk mengembangkan arsitektur yang
diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan bisnis. Sebagai sebuah metodologi
enterprise architecture, TOGAF menawarkan kerangka kerja level tinggi
untuk pengembangakan enterprise software. TOGAF pada awalnya
dikembangkan oleh The Open Group pada tahun 1995 dan hingga tahun 2016
digunakan oleh 80% Global 50 Companies, serta 60% Fortune 500
Companies.

TOGAF memiliki beberapa pilar diantaranya:

 Business Architecture: Menjelaskan tentang informasi pada strategi


bisnis, governance, organisasi, dan cara adaptasi pada proses yang sudah
berjalan dalam suatu organisasi.
 Applications Architecture: Berupa sebuah rancangan desain untuk
melakukan strukturisasi dan penyebaran sistem aplikasi, yang berkaitan
dengan tujuan bisnis, kerangka kerja organisasi lainnya, dan seluruh akar
proses bisnis.
 Data Architecture: Aktifitas pendefinisian data storage organisasi,
manajemen dan pemeliharaan termasuk logical dan physical model data.
 Technical Architecture

3. Rerangka FEAF

FEAF (Federal Enterprise Architecture Framework) merupan sebuah


model konseptual yang merumuskan tujuan dan visi organisasi memiliki
struktur yang terkoordinasi diantara lini bisnis antar departemen. FEAF juga
mendukung komponen enterprise architecture, yaitu arsitektur bisnis, data,
aplikasi, dan teknologi. Selain itu juga FEAF telah mengadopsi tiga kolom
utama dari kerangka Zachman yang terdiri dari deskripsi data, deskripsi
fungsi, dan deskripsi jaringan. Model FEAF terdiri dari 8 komponen, yaitu :

16
1. Architecture Drivers: Agent yang menginisilisasi perubahan untuk
membentuk EAP, Pendorong Desain – menampilkan cara
revolusiener untuk mempertemukan kebutuhan bisnis pihak
manajemen.
2. Current Architecture: keadaan arsitektur sekarang atau garis dasar
pada enterprise yang meliputi 2 area yaitu current Business
Architecture dan Current Desain Architecture.
3. Target Architecture: keadaan arsitektur masa depan yang diinginkan
untuk enterprise. yang meliputi 2 area target Bisnis Architecture dan
target Desain Architecture
4. Architectural Models: adalah bentuk Bisnis dan arsitektur disain.
Seperti kebanyakan arsitektur informasi formal, model adalah basis
untuk memanage dan menerapkan perubahan di dalam EA.
5. Architectural Segments: meliputi usaha arsitektur dipusatkan, seperti
suatu arsitektur sistem administrasi umum atau Area Bisnis (seperti
perdagangan), dan menghadirkan suatu enterprise spesifik di dalam
keseluruhan Arsitektur Enterprise.
6. Strategic Direction: berupa panduan pengembangan arsitektur target.
Arah strategik menyertakan visi, suatu statemen yang strategis dan
ringkas yang mengambarkan target untuk arsitektur.
7. Transitional Processes: merupakan proses itu mendukung migrasi
dari arsitektur sekarang kepada arsitektur target.
8. Standards: adalah sebuah standar baik itu petunjuk, dan best
practices. Standard merupakan jaminan kualitas.

4. Rerangka Gartner

Gartner adalah sebuah lembaga penelitian di bidang TI yang sangat


ternama. Menurut lembaga ini, EA bukan merupakan sebuah benda atau hasil
akhir, tetapi justru merupakan proses yang terus berjalan di dalam organisasi,
untuk mencapai suatu kondisi yang diinginkan atau direncanakan. Kondisi
saat ini tidak harus diüdentifikasi hingga selesai, tetapi lebih baik
menekankan kepada kondisi baru yang ingin dicapai dan direncanakan oleh
perusahaan.

Untuk itu, perusahaan perlu memperhatikan tiga hal dalam


merancang arsitektur EA, yaitu kebutuhan pengembangan (develop
requirements), prinsip pengembangan (develop principles), dan model peng
embangan (develop models) (www.gartner.com). Perancangan EA pada
dasamya bertujuan mengisi celah antara kondisi sekarang dengan kondisi
yang diharapkan. Lihat Gambar berikut. 7

7
Suparto Darudiato et al., “SISTEM INFORMASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI ( SI / TI ):
Kajian Teori Strategi SI Dan Strategi TI,” n.d., 77–85.

17
EA seringkali justru menjadi menara gading yang terpisah dari realitas
sehari-hari di perusahaan. Hal ini harus dihindari, karena kalau EA dirancang
dengan baik, akan menghasilkan beberapa hal berikut ini:

a) Mengidentifikasi berbagai kebutuhan strategis perusahaan.


b) Menyediakan model masa depan, yang menggambarkan seperti apa
perusahaan kelak setelah ada EA yang mendukung strategi bisnis
c) Menghasilkan sebuah road map perubahan yang perlu dilakukan untuk
mewujudkan kondisi perusahaan pada suatu saat kelak
d) Menyiapkan prinsip, standar, pedoman, yang akan digunakan untuk
mengendalikan berbagai perubahan.

18
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pengembangan sistem (system development) dapat diartikan sebagai
suatu kegiatan menyusun suatu sistem yang baru untuk menggantikan sistem
yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada.
Tahapan dalam System Development Life Circle:
1) Perencanaan Sistem (System Planing)
2) Analisis Sistem (Analysis System)
3) Perancangan Sistem (Design System)
4) Pengembangan Sistem
5) Pengujian Sistem (Testing)
6) Implementasi (Implementation) dan Pemeliharaan Sistem (Maintenance)

Alternatif pengembangan atau Pembangunan system selain dengan


metode SDLC adalah metode cepat atau sering disebut dengan istilah RAD.
Dengan cara ini manajemen dapat menghindarkan diri dari cara-cara
konvensional pengembangan system. Metode pengembangan cepat ada beberapa
cara, diantaranya adalah metode prototipe, metode pengembangan oleh pemakai
akhir, dan metode berbantuan computer (CASE).

Enterprise Architecture (EA) adalah proses mengevaluasi, merancang,


mengatur dan melaksanakan analisis perusahaan untuk secara efektif
menggabungkan strategi bisnis. Perencanaan sistem informasi strategis sering
juga disebut dengan perancangan enterprise architecture (EA), Pada saat ini
sudah ada beberapa rerangka (framework) perencanaan dan pengembangan
sistem informasi strategis atau enterprise architecture, yang sudah dirancang oleh
para ahli. Beberapa rerangka yang cukup populer di antaranya adalah:
 Rerangka Zachman
 Rerangka TOGAF
 Rerangka FEAF
 Rerangka Gartner

B. Saran
Pembahasan tentang pengembangan sistem masih memungkinkan untuk
dikembangkan pada penjelasan yang lebih detail. Untuk ini, penulis menyarankan
agar peneliti-peneliti dapat menindak lanjuti makalah ini menjadi penelitian
mengenai pengembangan sistem yang lebih sempurna. Dengan demikian, akan
ditemukan teori – teori baru berdasarkan data yang lebih lengkap.

19
DAFTAR PUSTAKA

Bahar, S.T., M.Kom. Konsep Pengembangan Sistem. Edisi 1., 2018.

Darudiato, Suparto, John Ward, Peppard Kerangka, and Strategis Si. “SISTEM
INFORMASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI ( SI / TI ): Kajian Teori
Strategi SI Dan Strategi TI,” n.d., 77–85.

H.M., Jogiyanton. “Analisis & Desain Sistem Informasi: Pendekatan Terstruktur


Teori Dan Praktek Aplikasi Bisnis.” (Edisi 3), no. Yogyakarta (2008):
Penerbit Andi.

Harahap, Nita Maharani. “‘ Pengembangan Sistem Informasi Manajemen ,’” n.d.

Manajemen, Sistem Informasi. Sistem Informasi Manajemen “, n.d.

Maniah, and D Hamidin. “Analisis Dan Perancangan Sistem Informasi


Pembahasan Secara Praktis Dengan Contoh Kasus,” no. Yogyakarta:
Deepublish (2017).

Subaeki, Beki. “PERANCANGAN ARSITEKTUR SISTEM INFORMASI


MENGGUNAKAN METODE ENTERPRISE ARCHITECTURE
PLANNING ( Studi Kasus : Universitas Purwakarta - Purwakarta ).”
Universitas BSI, 2013.

20

Anda mungkin juga menyukai