Anfara Dasi Bab 1-5 Sempro Bab 1-2 Fix
Anfara Dasi Bab 1-5 Sempro Bab 1-2 Fix
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh
KEMENTERIAN AGAMA
UIN RADEN INTAN LAMPUNG
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Alamat : Jl. Let.Kol. H. Endro Suratmin Sukarame 1 Bandar Lampung 35131 🕿 (0721) 703260
SURAT PERSETUJUAN
Judul Skripsi : Penerapan Metode Keteladanan Guru Agama Terhadap Pengembangan Sikap
Keagamaan Pada Siswa di SDN 1 Pengajaran BandarLampung
Nama : Annisa Shafa Shofura
NPM : 1941040179
Jurusan : Bimbingan dan Konseling Islam
Fakultas : Dakwah dan Ilmu Komunikasi
MENYETUJUI
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam
OUTLINE SEMENTARA
iii
HALAMAN JUDUL........................................................................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Penegasan Judul.....................................................................................1
B. Latar Belakang Masalah........................................................................3
C. Fokus dan Sub-Fokus Penelitian...........................................................3
D. Rumusan Masalah..................................................................................3
E. Tujuan Penelitian...................................................................................4
F. Manfaat Penelitian.................................................................................4
G. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan...........................................4
H. Metode Penelitian..................................................................................5
I. Sistematika Penulisan............................................................................9
iv
1. Tujuan Penerapan Metode Keteladanan Guru Agama
Terhadap Pengembangan Sikap Keagamaan Pada Siswa.................
2. Pelaksanaan Metode Keteladanan Guru Agama
Terhadap Pengembangan Sikap Keagamaan Pada Siswa.................
3. Sistem Pembelajaran Metode Keteladanan Guru Agama
Terhadap Pengembangan Sikap Keagamaan Pada Siswa.................
4. Kendala Penerapan Metode Keteladanan Guru Agama
Terhadap Pengembangan Sikap Keagamaan Pada Siswa.................
5. Hasil Penerapan Metode Keteladanan Guru Agama
Terhadap Pengembangan Sikap Keagamaan Pada Siswa.................
BAB V PENUTUP...........................................................................................
A. Kesimpulan............................................................................................
B. Rekomendasi..........................................................................................
DAFTAR RUJUKAN.....................................................................................
LAMPIRAN....................................................................................................
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Sebagai langkah awal untuk menghindari kesalahpahaman mengenai
judul proposal yang penulis maksud, maka penulis perlu menyampaikan
secara jelas tentang beberapa kata yang digunakan dalam judul proposal ini.
Judul Proposal yang dimaksu dkan oleh penulis adalah Penerapam Metode
Keteladanan Guru Agama Terhadap Pengembangan Sikap Keagamaan Pada
Siswa Di SDN 1 Pengajaran BandarLampung. Adapun Penjelasan mengenai
beberapa istilah yang terdapat dalam judul proposal ini, yaitu sebagai berikut:
1. Penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori,
metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu
kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok.1
Berdasarkan pengertian di atas maka penerapan merupakan sebuah
teori pada penulis untuk mencapai sebuah metode keteladanan guru agama
terhadap pengembangan sikap keagamaan pada siswa.
2. Metode Keteladanan ini senada dengan pendapat Al-Syaibany
menyatakan suatu cara atau jalan yang ditempuh seseorang dalam proses
pendidikan melalui perbuatan atau tingkah laku yang patut ditiru
(modelling). Keteladanan dijadikan sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan Islam karena hakikat pendidikan Islam ialah mencapai
keridhoan kepada Allah dan mengangkat tahap akhlak dalam
bermasyarakat berdasarkan pada agama serta membimbing masyarakat
pada rancangan akhlak yang dibuat oleh Allah SWT, untuk manusia.2
Berdasarkan pengertian di atas maka metode keteladanan merupakan
suatu cara atau jalan yang ditempuh sesorang dalam proses pendidikan
melalui perbuatan atau tingkah laku yang patut ditiru (modeling).
3. Guru agama adalah seseorang yang mengajar dan mendidik agama
islam dengan membimbing, menuntun, memberi tauladan dan membantu
mengantarkan para siswanya ke arah kedewasaan. Hal ini sesuai dengan
tujuan pendidikan agama yang hendak di capai yaitu membimbing siswa
agar menjadi seorang muslim yang sejati, beriman, teguh, beramal sholeh
dan berakhlak mulia, serta berguna bagi masyarakat, agama dan negara.3
Berdasarkan pengertian di atas, maka guru agama adalah seorang
pendidik yang mengajarkan ajaran Islam dan membimbing siswa-siswi ke
arah pencapaian keteladanan serta membentuk sikap keagamaan muslim
yang baik, sehingga selalu menjadi kepercayaan orang tua ketika di
sekolah.
4. Pengembangan adalah menurut Abdul Majid itu usaha meningkatkan
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, Edisi
Keempat, 2008,) hal. 1045.
2
Syaepul Manan, Pembinaan Akhlak Mulia Melalui Keteladanan dan Pembiasaan, Jurnal Pendidikan
Agama Islam-Ta‟lim Vol. 15 No 1 2017, hal. 53.
3
Abdul Majid, Kurikulum Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Pustaka Setia,
2004), hal. 45.
1
kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral sesuai dengan
kebutuhan melalui pendidikan dan latihan. Pengembangan itu proses
mendesain pembelajaran secara logis dan sistematis dalam rangka untuk
menetapkan segala sesuatu akan dilaksanakan dalam proses kegiatan
belajar dengan memperhatikan potensi peserta didik.4
Berdasarkan pengertian di atas, maka pengembangan adalah sebuah
proses yang dilakukan secara terarah dan terencana untuk membuat dan
memperbaiki, sehingga perkembangan menjadi bermanfaat dan menjadikan
lebih baik, Untuk pengembangan sikap keagamaan pada siswa.
5. Sikap Keagamaan adalah berasal dari 2 kata yakni sikap dan
keagamaan. Sikap adalah “kecenderungan yang relative menetap untuk
beraksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu”. 5
Sedangkan pengertian agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang
selalu hidup, yakni kepada jiwa dan kehendak Ilahi yang mengatur alam
semesta. Dalam pandangan fungsionalisme, agama (religion atau religi)
adalah satu system yang kompleks yang terdiri dari kepercayaan,
keyakinan, sikapsikap dan upacara-upacara yang menghubungkan individu
dengan satu keberadaan wujud yang bersifat ketuhanan.6
Berdasarkan pengertian di atas, maka sikap keagamaan adalah sebuah
pencapaian seseorang yang dapat terbentuk dari hasil pemahaman dan
pengalaman sesorang dalam bergama.
6. Siswa adalah menurut tohirin anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia
pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.7
Berdasarkan pengertian di atas, maka siswa adalah satu komponen dalam
sistem belajar mengajar selain guru dan komite sekolah lainnya.
7. SDN 1 Pengajaran Bandar Lampung merupakan lembaga di
pendidikan dengan jenjang sekolah dasar negeri yang terletak di Gang
Cendrawasih, Nomor 6, Pengajaran, Kecamatan Teluk Betung Utara, Kota
Bandar Lampung, Provimsi Lampung.
8. Penerapan Metode Keteladanan Guru Agama Terhadap
Pengembangan Sikap Keagamaan Pada Siswa Di Sdn 1 Pengajaran
Bandarlampung berdasarkan pengertian dari istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, maka yang dimaksud tentang keseluruhan
penegasan judul studi untuk mengkaji penerapan metode keteladanan guru
agama terhadap pengembangan sikap keagamaan siswa di SDN 1
Pengajaran BandarLampung adalah memahami secara mendalam
bagaimana guru agama di SDN 1 Pengajaran Bandarlampung menerapkan
4
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 24.
5
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2010), hal. 118.
6
JP. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, Terj. Kartini Kartono, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004),
hal. 428.
7
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidkan Agama Islam, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2005), hal. 89.
2
3
10
Aminatul Zahro, Membangun Kualitas Pembelajaran Melalui Dimensi Profesionalisme Guru,
(Bandung: Yrama Widya, 2015), hal. 3.
4
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas maka penulis
merumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu bagaimana penerapan
metode keteladanan guru agama terhadap pengembangan sikap keagamaan
siswa di SDN 1 Pengajaran BandarLampung?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cara penerapan
metode keteladanan guru agama terhadap pengembangan sikap keagamaan
siswa di SDN 1 Pengajaran BandarLampung.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini dapat memberikan manfaat ilmu pengetahuan kepada
mahasiswa-mahasiswi khususnya jurusan bimbingan dan konseling
islam dan dapat menambah wawasan tentang pentingnya
pengembangan sikap keagaamaan siswa.
b. Penelitian ini dapat memberikan pembelajaran bagi mahasiswa
mahasiswi bimbingan dan konseling islam mengenai penerapan
metode keteladanan guru agama terhadap pengenbangan sikap
keagamaan siswa.
c. Untuk mengembangkan dan berusaha merealisasikan ilmu metode
keteladanan yang telah diperoeh sebelumnya dalam kehidupan sehari-
hari.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi SDN 1 Pengajaran Bandar Lampung dapat menjadi masukan
bahwa metode keteladanan guru agama yang teratur dan terarah
terhadap siswa terhadap pengembangan sikap keagamaan sehingga
siswa memiliki sikap keagamaan yang baik dan penerapan
keteladanan dari guru agama serta menghindarkan mereka dari pikiran,
perkataan, maupun tindakan yang negatif.
b. Bagi masyarakat, hasil peneltian ini diharapkan dapat menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan tentang penerapan metode
keteladanan guru agama terhadap pengembangan sikap keagamaan
siswa, serta dapat saling memahami, memberikan dukungan positif
pada guru agama untuk siswa tanpa membedakan sikap keagamaan
yang ada, dan dapat membantu mereka bersemangat dalam menjalani
5
aktivitas.
c. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk memperdalam
pemahaman tentang penerapan metode keteladanan guru agama
terhadap pengembangan sikap keagamaan siswa dan juga sebagai
upaya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh
sebelumnya.
11
Riyanto Adi Kusumah, Pengaruh Keteladanan dan Kedisiplinan Guru Terhadap Pembentukan Karakter
Santri Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus 7 Kalianda Lampung Selatan, (Skripsi, UIN Raden Intan
Lampung, 2022)
12
Milda Ana Asendi, Pengaruh penerapan Pendidikan Multikultural terhadap Sikap Toleransi Siswa
SD Negeri Suwaru Kecamatan Pagelaran, (Skripsi Program Strata Sarjana 1, Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang, 2018)
6
Persamaan dari skripsi ini dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu
membahas tentang sikap keagamaan pada siswa saat pembelajaran agama islam
Perbedaanya pada skripsi ini yaitu dari pendidikan multiltural atau
kebudayaan suku dan toleransi umat beragama
H. Metode Penelitian
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini, yakni sebagai
berikut:
1. Jenis dan Sifat Penelitian
a. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan ( field reseacrh )
yaitu Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan di suatu
tempat atau lokasi yang dipilih untuk meneliti atau menyelidiki
sesuatu yang terjadi di tempat tersebut.13
Penulis melakukan penelitian yang berkenaan dengan
penerapan metode keteladanan guru agama terhadap pengembangan
sikap keagam aan siswa di SDN 1 Pengajaran BandarLampung.
b. Sifat Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif analisis dengan
pendekatan kualitatif. Karena menurut Lexy J. Moeleong, adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku dapat diamati.
Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara
utuh.14
Melalui Metode ini, penulis berusaha mengungkapkan dari data
– data yang diperoleh dan menggambarkannya secara alamiah
mengenai cara penerapan metode keteladanan guru agama terhadap
pengembangan sikap keagamaan siswa di SDN 1 Pengajaran
BandarLampung.
2. Sumber Data
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data yang didapat dari sumber
pertama baik dari individu atau perseorangan seperti wawancara
atau hasil pengisian kuesioner.15
b. Sumber Data Sekunder
Menurut Husein Umar Sumber data Sekunder adalah yang telah
diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data
primer atau oleh pihak lain. Data sekunder disajikan antara lain
dalam bentuk tabel-tabel dan diagram-diagram. Data sekunder yang
didapat dalam penyusunan skripsi ini berupa data yang diperoleh
dari berbagai sumber yang berkaitan dapat melalui buku-buku,
literatur, artikel yang didapat dari website, maupun sumber lain
13
Abdurahman Fathoni, Metodologi Penelitian Dan Teknik Penyusun Skripsi, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2006), hal. 96.
14
Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1991), hal. 3.
15
Husein Umar, Research Methods in Finance and Banking, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
Cet ke-2, 2002,) hal. 82.
7
I. Sistematika Pembahasan
Bab I Pendahuluan, mencakup tentang penegasan judul, latar belakang
masalah, fokus dan sub – fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan
23
Ibid, hal. 255.
24
Ibid, hal. 255.
25
Ibid, hal. 276.
10
A. Metode Keteladanan
Artinya:
26
Yayat, Moch, Yasyakur, Wantono, Implementasi Metode Keteladanan Guru dalam Meningkatkan
Akhlak Al Karimah Siswa di SMP Islam, Jurnal Prosiding Al Hidayah Pendidikan Agama, 2013, hal. 115.
27
Sari Ayuning Wardhani, Hubungan Keteladanan Guru dengan Nilai Moral Anak Usia 5-6 Tahun di
Taman Kanak-Kanak Se-Gugu Sembodro, Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Edisi 1 Tahun ke-8 2019, hal.
2.
28
Ria Nurbayiti, Mahfud, Siti Maryam Munjiat, Pengaruh Keteladanan Guru Terhadap Perilaku
Sosial Siswa Sekolah Menengah Kejuruan, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 8 No. 1 2009, hal. 603.6
29
Iswandi, Efektivitas Pendekatan Keteladanan dalam pembinaan Akhlak, Jurnal Pendidikan Islam :
Vol 10 No. 1 2019, hal. 118.
30
Abdurrahman, Upaya Meningkatkan Perkembangan Niai Agama dan Moral Melalui Metode
Keteladanan pada Anak Usia Dini, Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 4 No. 2, 2018, hal. 104.
31
Umniyatul Azizah, Penerapan Metode Keteladanan Hubungannya Dengan Kesadaran Santri Dalam
Shalat Berjamaah, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati 2019, hal. 6.
11
“Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang
luhur.” (Q.S. Al-Qalam Ayat: 4)
Menurut Azizah Munawwaroh mengutip pendapat Hidayat Metode
keteladanan merupakan satu metode yang menarik untuk dikaji lebih jauh.
Hal ini karena metode ini dianggap mampu memberikan semangat kepada
peserta didik untuk melakukan sesuatu perbuatan yang seharusnya
dilakukan dan meninggalkan perbuatan yang sudah semestinya
ditinggalkan, yang akhirnya mampu mencapai tujuan pendidikan islam,
yakni terbentuknya seseorang yang berakhlakul karimah dan mulia dan
memiliki nilai-nilai sikap keagamaan yang baik.32
Menurut Akmal Hawi mengutip pendapat Mahmud Yunus dalam
bukunya mengatakan bahwa keteladanan dalam bahasa Arab berarti
uswatun hasanah, uswatun sama dengan qudwah yang berarti ikutan,
sedangkan hasanah diartikan sebagai perbuatan baik.33
Menurut Purwadarmintha diambil dari jurnal Auffah Yumni dari
Keteladanan berasal dari kata dasar “teladan” yang berarti sesuatu atau
perbuatan yan g patut ditiru atau dicontohkan. Oleh karena itu keteladanan
adalah hal-hal yang dapat ditiru atau di contoh dalam bahasa Arab
diistilahkan dengan “uswah” dan “iswah” atau dengan kata “al- qudwah”
dan “al-qidwah” yang memiliki arti suatu keadaan ketika seseorang
manusia mengikuti manusia lain, apakah dalam kebaikan , dan kejelekan.
Jadi “keteladanan” adalah hal- hal yang ditiru atau dicontoh seseorang dari
orang lain.34
Menurut Nurchaili dalam jurnal Iswandi Keteladanan pada dasarnya
sikap yang dicerminkan oleh seseorang baik disengaja untuk ditiru oleh
orang lain maupun perilaku baik yang timbul tanpa sengaja karena sudah
menjadi kebiasaan sehingga di tiru oleh siswanya. Jadi dalam mendidik
nilai-nilai moral dan agama sangat dibutuhkan sosok yang menjadi model.
Model yang dapat ditemukan oleh peserta didik di lingkungan sekitarnya.35
Keteladanan dasar katanya teladan yaitu hal-hal yang dapat ditiru
atau dicontoh. Keteladanan guru dan orang tua adalah suatu perbuatan atau
tingkah laku yang baik, kemudian patut ditiru oleh siswanya dari apa
dilakukan oleh seorang guru dan orang tua didalam tugasnya sebagai
pendidik , baik tutur kata ataupun perbuatannya yang dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari- hari oleh siswanya, baik di lingkungan sekolah
maupun di lingkungan masyarakat. Pendidik itu besar dimata siswanya, apa
yang dilihat dari gurunya akan ditirunya, karena siswa akan meniru dan
meneladani apa yang dilihat gurunya. Dalam menyampaikan keteladanan
kepada para siswa ada dua cara dalam penyampaiannya. Pertama secara
langsung, guru dan orang tua secara langsung menyampaikan atau
mencontohkan kepada siswanya berupa sikap, perbuatan, perkataan yang
32
Azizah Munawwaroh, Keteladanan Sebagai Metode Pendidikan Karakater, Jurnal Penelitian
Pendidikan Islam Vol. 7, No. 2, 2019, hal. 5.
33
Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2015), hal. 93.
34
Auffah Yumni, Keteladanan Nilai Pendidikan Islam Yang Teraplikasikan, Nizhamiyah Vol. i No.1,
Januari-Juni 2019, hal. 1.
35
Iswandi, Efektivitas Pendekatan Keteladanan Dalam Pembinaan Akhlak Siswa di Min Bandar
Gadang, Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Vol.10. No.1 2019), hal. 116.
12
13
2. Kriteria-Kriteria Keteladanan
Menurut Al-Ghazali yang dikutip oleh Akmal Hawi bahwa kriteria
keteladanan guru antara lain:
1) sabar;
2) bersifat kasih dan tidak pilih kasih;
3) sikap dan pembicaranya tidak main-main;
4) Menyantuni serta tidak membentak orang yang bodoh; dan
5) Membimbing dan mendidik murid- murid yang bodoh dengan
sebaik-baiknya.36
Sedangkan orang yang tidak boleh dijadikan sebagai teladan
memiliki tiga kreteria, yang disebutkan dalam Al-Quran Surah Al-Kahfi
ayat 28
َُو اْص ِبْر َنْف َسَك َمَع اَّلِذْيَن َيْدُع ْو َن َرَّبُهْم ِباْلَغٰد وِة َو اْل َعِش ِّي ُيِرْيُد ْو َن َو ْج َهٗه َو اَل َتْعد
َعْيٰن َك َع ْن ُهْۚم ُتِرْيُد ِزْيَنَة اْل َح ٰي وِة الُّد ْن َيۚا َو اَل ُتِطْع َمْن َاْغ َفْل َنا َقْل َبٗه َعْن ِذْك ِرَنا َو اَّتَبَع
٢٨ َهٰو ىُه َو َك اَن َاْم ُرٗه ُف ُر ًط ا
Artinya:
“Dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami
lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan
keadaannya sudah melewati batas.” (Q.S. Al-Kahfi | Ayat: 18.28)
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa seseorang yang tidak dapat
dijadikan teladan adalah orang yang memiliki sifat:
a. Lalai dalam mengingat Allah (shalat dan ibadah lain);
b. Menuruti keinginannya atau hawa nafsu sehingga segala cara ia
lakukan untuk memenuhi hawa nafsunya; dan
c. Melewati batas yaitu orang yang membuang waktu, boros dan
melakukan hal sia-sia.
3. Prinsip-Prinsip Keteladanan
Prinsip disebut juga dengan asas atau dasar. Asas adalah kebenaran
yang menjadi pokok dasar berfikir, bertindak dan sebagainya. Dalam
hubungannya dengan keteladanan berarti prinsip yang dimaksud disini
adalah dasar pemikiran yang digunakan dalam mengaplikasikan
keteladanan dalam Agama Islam. Dalam hal ini Muhaimin dan Abdul
Mujib Mengklasifikasikan prinsip penggunaan keteladanan sejalan dengan
prinsip pendidikan islam adalah:
a. At-Taswassu „Fil Maqashid la fi yaitu Alat Memperdalam tujuan
bukan alat
b. Min al-Mahsus lla al-Ma‟qul yaitu Karakteristik pendidikan
keteladanan
Keteladanan merupakan cara paling efektif yang sangat berpengaruh
terhadap anak, baik secara pribadi maupun dalam sosial kemasyarakatan.
Hal itu karena seorang pendidik merupakan contoh nyata dalam pandangan
anak.37
5. Bentuk-Bentuk Keteladanan
Secara umum keteladanan yang bisa diberikan guru ada dua bentuk,
yakni keteladanan yang disengaja dan keteladanan yang tidak disengaja.
a. Keteladanan yang di Sengaja
Keteladanan yang disengaja adalah keteladanan yang memang
disertai penjelasan atau perintah agar meneladani atau melakukan.
Seperti guru memberikan contoh sikap yang baik, guru mengerjakan
37
Suhono, Ferdian Utama, Keteladanan Orang Tua dan Guru dalam Pertumbuhan dan Perkembangan
Anak Usia Dini, Elementtary Vol. 3 Edisi Juli – Desember 2017, hal. 108.
38
Rahendra Maya, Revitalisasi Keteladanan dalam Pendidikan Islam, Edukasi Islami, Jurnal
Pendidikan Islam, Vol. 05 Januari, 2016, hal. 1180-11.
15
B. Guru Agama
42
Abdurrahman An Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Terj. Hery Noor Ali
(Bandung: CV. Diponegoro, 1992), hal. 32.
43
Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Misaka Galiza, 2003), hal. 93.
44
Zainuddin, et, al., Seluk-beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hal. 56.
17
45
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hal. 118.
46
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Histori, Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Ciputat
Press, 2002), hal. 88.
18
50
Abu Ahmadi, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Bandung: ARMICO, 1985), hal. 99.
51
Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: CV. Misika Anak Galiza, 2003),
hal. 93-94.
20
58
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jak arta: PT. Bulan Bintang, 2002), hal. 72
59
Baharuddin, Mulyono, Psikologi Agama Dalam Perspektif Islam, (Malang: UIN-Malang Press,
2008), hal. 111.
23
ٰٓي َاُّيَها اَّلِذْيَن ٰا َمُنْٓو ا ٰا ِم ُنْو ا ِباِهّٰلل َو َرُسْوِلٖه َو اْل ِكٰت ِب اَّلِذْي َنَّز َل َع ٰل ى َرُسْوِلٖه َو اْل ِكٰت ِب اَّلِذْٓي َاْن َز َل
ِم ْن َق ْبُۗل َو َمْن َّيْك ُفْر ِباِهّٰلل َو ٰۤلَم ِٕىَك ِتٖه َو ُكُتِبٖه َو ُرُسِلٖه َو اْل َيْوِم اٰاْل ِخ ِر َف َقْد َض َّل َض ٰل اًل ۢ َبِعْيًدا
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya
serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya,
dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-
jauhnya.” (QS: An-Nisaa | Ayat: 136. 27)
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa seorang muslim pasti
beriman kepada hal-hal yang telah ditetapkan oleh Allah swt, keyakinan
tersebutlah yang dikatakan dengan keyakinan seperti yang sudah diperintah
Allah melalui ajaran rukun Iman ada enam: Iman kepada Allah, Iman
kepada Malaikat, Iman kepada Rasul, Iman kepada Kitab, Iman kepada
hari akhir dan Iman kepada Qada dan qadar.
b. Komponen Afeksi
Komponen yang melibatkan perasaan dan emosi, ini
membentuk sikap positif atau negatif terhadap suatu objek. Bisa
dilihat dari sesorang merasakan senang atau tidak senang dalam
60
Iskandarwassid, Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2014), Cet, IV, hal. 111-112.
61
Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007) hal. 260.
62
Mohamad Iwan Fitriani, Pola Pengembangan Program Suasana Religius Melalui Aktualisasi Nilai-
Aktivitas Dan Simbol-Simbol Islami di Madrasah, jurnal El-HiKMAH, Vol. 9, No. 1, Juni 2015, hal. 18.
24
64
Masnur Muslich, Pendidikan Kar+akter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensial, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2011), hal. 176.
DAFTAR RUJUKAN
1. Buku:
26
27
2. Jurnal:
3. Skripsi:
4. Wawancara:
5. Internet:
LAMPIRAN
A. Pedoman Wawancara
pada penerapan metode keteladanan yang dilakukan oleh guru agama dalam
menjelaskan konsep-konsep
praktek keagamaan?
agama?
siswa?
mengintegrasikan nilai-nilai
di kelas?
Pedoman Wawancara
B. Panduan Observasi
metode keteladanan oleh guru agama dalam pembentukan sikap keagamaan siswa
praktik keagamaan?
keagamaan di kelas?
berbasis agama?
oleh guru?
kelas?
lingkungan kelas?
Pedoman Observasi
No Keterangan Dialog
ini?
kasih.
sekolah?
33
guru agama?
kamu tambahkan?
34
mewawancarai saya.
No Keterangan Dialog
sesama.
35
agama?
saya.
No Keterangan Dialog
praktek keagamaan.
siswa?
berbeda agama.
guru agama.
No Keterangan Dialog
siswa.
agama?
guru agama.
saya.
No Keterangan Dialog
hari?
kehidupan sehari-hari?
Waktu:10:00 WIB
No Keteranga Dialog
sekolah?
kita.
Waktu:09:00 WIB
No Keterangan Dialog
di sekolah?
kehidupan sehari-hari.
siswa?
Sekolah.
praktek keagamaan.
Siswa menunjukkan V
respon positif
terhadap keteladanan
guru agama
kegiatan keagamaan
di kelas
mengenai isu-isu
agama.
Toleransi mempromosikan
penghargaan terhadap
keberagaman agama
di kelas.
Siswa menunjukkan V
toleransi dan
kerjasama dalam
kegiatan yang
melibatkan
keagamaan.
Hasil Observasi
Aspek interaksi guru menunjukkan validitas (V) karena guru agama secara
siswa aktif berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan di kelas dan terdapat diskusi
dan siswa menunjukkan toleransi serta kerjasama dalam kegiatan yang melibatkan
keagamaan