Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

FILSAFAT UMUM

“KARAKTERISTIK ATAU SIFAT


FILSAFAT”
Dosen pengampuh:La Muhibi, S.Pd.I.,M.Pd
Di Susun Oleh:

NEZA MARETTA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SYARIF MUHAMMAD RAHA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatu...


Segala puji dan syukur hanya bagi Allah Subhanahu Wata a’la Rabb seluruh alam. Tidak
ada upaya dan daya selain dari-Nya. Atas limpahan rahmat dan karunia-Nya . sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat dan salam selalu terlimpahkan kepada
Nabi Muhammad Shallallahu A’laihi wasallam beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang
mengikutinya sampai akhir zaman
Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada bapak dosen La
Muhibi,S.Pd.I.,M.Pd karena telah memberi kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan
tugas makalah sebagaimana semestinya
Pada dasarnya, dalam belajar bahasa arab harus mengetahui kata dasar dari suatu kalimat
bahasa arab tersebut. Berkaitan dengan hal ini saya selaku penulis makalah yang berjudu “
karakteristik atau sifat filsafat” semoga makalah ini bisa membantu pembaca dalam mengetahui
segala yang berkaitan dengan karakteristik ilmu filafat. Walaupun demikian perlu saya akui
bahwa makalah ini masih amat banyak kekurangannya. Karena itu, saya megharapkan kritik dan
saran dari pembaca untuk kesempurnaannya
Demikian semoga Allah merahmati dan memberkati kita semua. Aamiin
Dengan ini kami ucapkan terima kasih
Penulis

Neza Maretta
Guali,2023
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
BAB II PEMBAHASAN
A. KARAKTERISTIK FILSAFAT
B. SIFAT BERFIKIR FILSAFAT
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Filsafat, terutama filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke-7
SM. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi akan
keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan
diri kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.
Filsafat adalah jalan keluar dari suatu masalah yang tidak dapat di pecahkan oleh
sains, filsafat dapat di pecahkan secara logis, etika, estetika, dan metafisika. Filsafat
adalah induk ilmu pengetahuan, filsafat disebut dengan induk ilmu pengetahuan
karena memang filsafatlah yang telah melahirkan segala ilmu pengetahuan yang ada
Kehadirannya yang terus menerus di sepanjang peradaban manusia telah memberi
kesaksian yang meyakinkan tentang betapa pentingnya filsafat bagi manusia. Filsafat
disebut sebagai suatu ilmu pengetahuan yang bersifat eksistensial, artinya sangat erat
hubungannya dengan kehidupan kita sehari-hari. Bahkan justru filsafatlah yang jadi
motor penggerak kehidupan kita sehari-hari baik sebagai manusia pribadi maupun
sebagai manusia kolektif dalam bentuk masyarakat atau bangsa.[1]
Filsafat merupakan salah satu disiplin ilmu yang sangat mendasar, sehingga semua
disiplin ilmu yang lain akan membutuhkan pijakan filsafat. Dengan demikian, kajian
ilmiah yang terdapat dalam ilmu pengetahuan akan ditemukan hakikat, seluk beluk,
dan sumber pengetahuan yang mendasarinya.
Untuk itu sebagai manusia yang harus mencari kebenaran, perlu bahwasanya untuk
mengetahui lebih jelas tentang filsafat. Berikut adalah pembahasan mengenai
karakteristik filsafat dan metode mempelajarinya. Bagaimanakah sifat filsafat
sebenarnya, apa yang menjadi karakteristik umum dalam filsafat dan metode apa
yang harus di pelajari dalam filsafat.

B.Rumusan Masalah

1.Apa karekteristik filsafat


2.Bagaimana sifat berfikir filsafat

C.Tujuan Makalah

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetauhi karakteristik filsafat dan
sifat berfikir filsafat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Karakteristik filsafat

Secara umum, untuk mengetahui dan mengenal filsafat lebih jauh maka kita harus
mengetahui terlebih dahulu karakteristik filsafat. Berfilsafat adalah berfikir, namun
tidak semua berfikir adalah berfilsafat. Berfikir filsafat mempunyai karakteristik atau
ciri-ciri khusus. Bermacam-macam buku menjelaskan cirri-ciri berfikir filsafat dengan
bermacam-macam pula. Tidak lain diantaranya akan dijelaskan sebagai berikut
Pertama, kita akan membahas karakteristik filsafat, karakteristik filsafat
dirumuskan pada empat macam sifat. Yaitu:
1. Skeptisis
Skeptisis adalah sifat keragu – raguan terhadap suatu kebenaran sebelum
memperoleh argument yang kuat sebelum memperoleh terhadap kebenaran tersebut,
dan sifat skeptisis ini dapat dikelompokkan kepada tiga bagian, yaitu:
Pertama, bersifat gradusi. Yaitu sifat ragu yang naik menjadi yakin.
Kedua, bersifat degradasi. Yaitu sifat yakin yang turun menjadi ragu.
Ketiga, bersifat bertahan. Yaitu tetap pada posisi semula.
Skeptisisme yang dimaksud dalam filsafat ialah didalam bentuk yang pertama,
yaitu graduasi. Descartes menganjurkan agar setiap konsep / kebenaran, walau telah
diketahui kebenarannya tetapi harus diragukan terlebih dahulu sebelum memperoleh
argumentasi yang kuat terhadap kebenaran tersebut. Oleh karena itulah sikap
skeptisisme Descartes bersifat metodologis, yaitu secara metode, segala sesuatu harus
diragukan terlebih dahulu untuk menganalisanya lebih dalam, sehingga memperoleh
argumentasi tentang kebenaran sesuatu.[2]
Dalam kaitannya dengan agama, skeptisisme memiliki makana eksklusif , yaitu
bukan meragukan kebenaran ajaran agama. Karena hal itu bertentangan dengan
ajaran agama sendiri, melainkan meragukan kemampuan manusia dalam memperoleh
kebenaran tersebut. Dengan kata lain, adanya kebenaran tidak diragukan, yang
diragukan ialah kemampuan memperoleh kebenaran tersebut.
2. Komunalisme
Komunalisme berasal dari kata komunal yang berarti umum. Maksudnya ialah hasil
pemikiran filsafat adalah milik masyarakat umum. Tidak memandang ras, kelas
ekonomi, dan lain – lain. Misalnya, hasil pemikiran Yunani dimanfaatkan oleh orang
Asia, Eropa, Afrika, dan lain – lainnya. Terlepas dari sesuai atau tidaknya pemikiran
tersebut dengan situasi dan kondisi dimana filsafat itu dipraktikkan.

3. Desintrestedness
Berasal dari kata interest yang berarti kepentingan, kemudian diberi
awalan dis yang berarti tidak. Disinterestedness berarti suatu kegiatan (aktifitas)
kefilsafatan tidak dimotivasi dan tidak bertujuan untuk kepentingan tertentu
Seperti dalam ungkapan Karl Marx,
“The philosopher have only interpered the world in differen way, but howefer is to
change it”
(tugas seorang filsuf tidak hanya sekedar menjelaskan dunia, melainkan sekaligus
merubahnya).[3]
Jadi, seorang filsuf adalah seorang pemikir bebas, sesuai apa adanya bukan
bagaimana seharusnya. Disinilah keberadaan seorang filsuf diuji. Ia bertugas
“menjelaskan dunia” atau bahkan “merubah dunia”. Dengan kata lain, filsuf tidak
berada pada status mempertahankan, melainkan menjelaskan dan merobahnya
kepada kondisi ideal.

4. Universalisme
Istilah universalisme berasal dari kata universal yang berarti menyeluruh. Yaitu
berfilsafat adalah hak seluruh ummat manusia secara umum. Perbedaanya dengan
komunalisme ialah pada isinya. Jika komunalisme mengandung makna bahwa isi /
hasil temuan filsafat menjadi milik semua ummat manusia kapan dan dimana saja.
Sedangkan universalisme berbicara dari segi hak.. yaitu semua manusia berhak
melakukan kajian filsafat.

B.Sifat Berfikir Filsafat

Jika di bahas secara luas ada banyak sekali karakteristik/sifat-sifat berfikir


filsafat. Secara khusus sifat berfikir filsafat ada tiga, yaitu :

• Sifat berfikir filsafat yang pertama adalah sifat radikal. Berfilsafat berarti
berfikir radikal. Filsuf adalah pemikir yang radikal. Karena berfikir secara radikal,
ia tidak akan pernah berhenti hanya pada suatu wujud realitas tertentu. Keradikalan
berfikirnya itu akan senantiasa mengobarkan hasratnya untuk menemukan realitas
seluruh kenyataan, berarti dirinya sendiri sebagai suatu realitas telah termasuk ke
dalamnya sehingga ia pun berupaya untuk mencapai akar pengetahuan tentang dirinya
sendiri.[4]
Telah jelas bahwa artinya berfikir radikal bisa diartikan berfikir sampai ke akar-
akarnya, tidak tanggung-tanggung, sampai kepada konsekuensinya yang terakhir.
Berfikir itu tidak setengah-setengah, tidak berhenti di jalan tetap terus sampai ke
ujungnya. Berfikir radikal tidak berarti hendak mengubah, membuang atau
menjungkirbalikkkan segala sesuatu, melainkan dalam arti sebenarnya, yaitu berfikir
secara mendalam. Untuk mencapai akar persoalan yang dipermasalahkan. Berfikir
radikal justru hendak memperjelas realitas.
Contoh ilustrasi berpikir secara radikal yaitu, ketika rapat penetapan standar
kompetensi sebuah mata pelajaran yang akan digunakan sering kali terjadi perbedaan
pendapat dari forum, sehingga sering kali tidak mendapat jalan keluarnya. Untuk
memecahkan masalah seperti ini forum harus mencoba berfikir sampai ke akar-
akarnya tentang tujuan kompetensi lulusan yang akan dicapai. Diharapakan dengan
berfikir seperti ini akan lebih menyatukan pendapat dan menyamakan tujuan yang
tadinya masih berbeda pemahaman.

• Sifat berfikir filsafat yang kedua adalah sifat rasional. Perenungan kefilsafatan
berusaha menyusun suatu bahan konsepsional yang bersifat rasional. Yang
dimaksudkan dengan bagan konsepsionl yang bersifat rasional ialah bagan yang
bagian-bagiannya secara logis berhubungan satu dengan yang lain.

Berpikir secara rasional berarti berpikir logis, sistematis, dan kritis berpikir logis
adalah bukan hanya sekedar menggapai pengertian-pengertian yang dapat diterima
oleh akal sehat, melainkan agar sanggup menarik kesimpulan dan mengambil
keputusan yang tepat dan benar dari premis-premis yang digunakan.
Berpikir logis yang menuntut pemikiran yang sistematis. Pemikiran yang sistematis
ialah rangkaian pemikiran yang berhubungan satu sama lain atau saling berkaitan
secara logis. Berfikir kritis berarti membakar kemampuan untuk terus menerus
mengevaluasi argument-argumen yang mengklaim diri benar. Seorang yang berpikir
kritis tidak akan mudah menggenggam suatu kebenaran sebelum kebenaran itu
dipersoalkan dan benar-benar diuji terlebih dahulu. Berpikir logis, sistematis - kritis
adalah ciri utama berfikir rasional.[5]
Contoh berfikir filsafat dalam sifat rasional. misalnya ketika kita berbicara
mengenai “cahaya” yang begitu terang. Dan ketika kita tahu bahwa cahaya
merupakan “benda”. Dan pengamatan kita akan cahaya yang begitu tiba-tiba
menerangi daerah dengan luas yang jauh dapat dipastikan bahwa pikiran kita akan
menyimpulkan bahwa Cahaya memiliki “kecepatan yang tinggi” meskipun tidak
mengetahui kecepatan yang pastinya.

• Sifat berfikir filsafat yang ketiga adalah sifat menyeluruh. Seorang ilmuwan tidak
puas jika mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Ingin melihat
hakikat ilmu dalam pengetahuan yang lainnya, ingin mengetahui kaitan ilmu dengan
moral, kaitan ilmu dan agama, dan ingin meyakini apakah ilmu itu membawa
kebahagiaan kepada manusia. Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu
bagan konsepsional yang memadai untuk dunia tempat kita hidup maupun diri kita
sendiri. Suatu sistem filsafat harus bersifat komprehensif, dalam arti tidak ada
sesuatu pun yang berada di luar jangkauannya jika tidak demikian, filsafat akan
ditolak serta dikatakan berat sebelah dan tidak memadai.[6]
Berfikir universal tidak berpikir khusus, terbatas pad bagian-bagian tertentu,
namun mencakup secara keseluruhan. Berpikir filsafat harus dapat menyerap secara
keseluruhan apa yang ada pada alam semesta, tidak terpotong-potong.
Pemikiran yang tidak hanya berdasarkan pada fakta yaitu tidak sampai kesimpulan
khusus tetapi sampai pada kesimpulan yang paling umum. Sampai kepada kesimpulan
yang paling umum bagi seluruh umat manusia di manapun kapanpun dan dalam
keadaan apapun.
Contoh berfikir filsafat dalam sifat menyeluruh. misalnya untuk memperoleh gelar
spesialis kandungan, seorang harus memulai pendidikan secara runtut, yaitu mulai
dari pendidikan dokter, profesi, hingga kespesialis. Dokter spesialis kandungan harus
memahami seluruh bagian dari anatomi tubuh wanita, tidak hanya bagian tertentu
saja. Dokter kandungan juga mempelajari semua bidang yang ada dikedokteran, tidak
hanya mempelajari satu bidang saja.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dalam pembahasan untuk mencari apakah karakteristik atau sifat-sifat filsafat dan
metode dalam bidang filsafat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa filsafat
mempunyai karakteristik yang telah dijelaskan dalam pembahasan tersebut, yaitu:
Radikal, rasional, dan menyeluruh.

Anda mungkin juga menyukai