Anda di halaman 1dari 30

ANALISIS BUKU FIKIH MI KELAS III SEMESTER 1

BAB AYO SHALAT SUNNAH RAWATIB, MUDAHNYA


SHALAT DALAM PERJALANAN, MUDAHNYA SHALAT
BAGI ORANG SAKIT DAN RINGANNYA SHALAT BAGI
MUSAFIR

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Materi Fikih MI
Dosen Pembimbing:
Ustadzah Hikmatu Ruwaida, M.Pd

Oleh :
M. Nurmidi 22.86232.00999
Muhammad Muhsin 22.86232.01034

SEKOLAH TINGGI ILMU ALQURAN (STIQ) AMUNTAI


PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH
TAHUN 2024/2025
DATA BUKU
Penulis : Sutrisno
Judul : Fiqih MI Kelas III
Penerbit : Direktorat KSKK Madrasah
Penerjemah : Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementerian Agama
RI
Tebal :-
Tahun Ternit : 137 Halaman
ISBN : 978-623-6687-04-8 (Jilid Lengkap)
: 978-623-6687-07-9 (Jilid 3)

ii
RINGKASAN BUKU
Dalam buku fiqih Madrasah Ibtidaiyah kelas III yang ditulis oleh Sutrisno ini
berisi delapan bab pokok bahasan. Bab pertama membahas tentang shalat sunnah
rawatib. Bab kedua membahas tentang mudahnya shalat dalam perjalanan. Bab
ketiga membahas tentang mudahnya shalat bagi orang sakit. Bab keempat
membahas tentang ringannya salat bagi musafir. Bab kelima membahas tentang
semangat berpuasa Ramadhan. Bab keenam membahas tentang indahnya bulan
Ramadhan. Bab ketujuh membahas tentang puasa sunnah pahala melimpah. Bab
terakhir yaitu bab delapan membahas tentang salat Tarawih dan Witir. Adapun
bagian bagian yang terdapat dalam setiap bab pada buku ini adalah: Kompetensi
inti, kompetensi dasar, Indikator pencapaian kompetensi, peta konsep,
mukadimah, subbab, kamus mini, rangkuman, ayo lakukan, ayo berlatih,
kompetensi (berisi soal pilihan ganda,isilah titik titik dan essay) dan diakhir
semester terdapat penilaian akhir semester. Serta buku ini juga dilengkapi dengan
gambar yang terkait dengan pembahasan pada setiap babnya. Dibagian akhir buku
juga terdapat daftar pustaka, glosarium dan indeks.

1
PEMBAHASAN
Pada materi ini, kami menganalisis Buku Fikih Kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah
yang diterbitkan oleh Direktorat KSKK Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam Kementerian Agama Republik Indonesia pada tahun 2020 dengan
berpatokan pada sepuluh kriteria berikut :

1. Menarik Minat
2. Mampu Memberikan Motivasi
3. Memuat ilustrasi yang menarik hati peserta didik
4. Mempertimbangkan aspek linguistik
5. Isinya harus berhubungan dengan mata pelajaran lain
6. Dapat merangsang aktivitas pribadi peserta didik
7. Jelas konsepnya
8. Memiliki sudut pandang yang jelas dan tegas
9. Mampu memberikan pemantapan dan penekanan nilai-nilai peserta didik
10. Dapat menghargai perbedaan-perbedaan peserta didik

A. BAB I ( AYO SHALAT SUNNAH RAWATIB )


1. Menarik Minat
Poin ini menyoroti pentingnya menciptakan sebuah pembelajaran
yang memikat dan mengundang minat siswa untuk terlibat aktif dalam
proses belajar. Dalam konteks bab "Ayo Shalat Sunnah Rawatib", upaya
untuk menarik minat siswa terlihat sejak awal dengan adanya mukadimah
yang mengajukan pertanyaan pemantik. Mukadimah yang memancing
pertanyaan tentang pentingnya shalat sunnah dalam kehidupan sehari-hari
bertujuan untuk menarik perhatian siswa dan membuat mereka ingin
mengetahui lebih lanjut.
Selanjutnya, penggunaan gambar sebagai alat bantu visual juga
menjadi strategi yang efektif dalam menarik minat siswa. Gambar-gambar
yang dihadirkan dalam materi membantu mengilustrasikan konsep-konsep
yang dibahas. Dengan adanya gambar, siswa memiliki referensi visual
yang memudahkan mereka untuk memahami materi secara lebih konkret
dan menyenangkan.
Selain itu, kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif, seperti
mengamati gambar dan menuliskan pertanyaan terkait, juga menjadi
bagian penting dalam menarik minat mereka. Aktivitas ini tidak hanya
membuat siswa terlibat secara langsung dalam pembelajaran, tetapi juga
memberi mereka kesempatan untuk berpikir kritis dan menyelidiki
konsep-konsep yang diajarkan.
Dengan demikian, poin "Menarik Minat" tidak hanya menekankan
pada keberadaan elemen-elemen yang menarik secara visual, tetapi juga
pada upaya untuk menciptakan sebuah pembelajaran yang menarik dan

2
memikat perhatian siswa dari awal hingga akhir. Melalui penggunaan
mukadimah, gambar, dan kegiatan yang melibatkan siswa, materi ini
berhasil menciptakan sebuah atmosfer pembelajaran yang mengundang
minat dan motivasi siswa untuk belajar lebih lanjut tentang shalat sunnah.
2. Mampu Memberikan Motivasi
Poin ini menyoroti pentingnya materi pembelajaran untuk
memberikan motivasi kepada siswa dalam mempelajari topik yang
diajarkan. Dalam bab "Ayo Shalat Sunnah Rawatib", terdapat beberapa
elemen yang bertujuan untuk memberikan motivasi kepada siswa:
Pertama, hadis-hadis yang disertakan dalam bagian "teladan rasul"
merupakan contoh-contoh dari kehidupan Rasulullah yang dapat menjadi
sumber inspirasi dan motivasi bagi siswa. Hadis-hadis ini tidak hanya
menyampaikan pentingnya melaksanakan shalat sunnah, tetapi juga
memberikan contoh konkret tentang bagaimana Rasulullah melaksanakan
ibadah tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya, bagian "Hikmah Shalat Sunnah Rawatib" juga dapat
menjadi sumber motivasi bagi siswa dengan menyajikan pemahaman yang
lebih dalam tentang manfaat dan keutamaan melaksanakan shalat sunnah.
Dengan memahami hikmah-hikmah ini, diharapkan siswa akan lebih
termotivasi untuk mengamalkan shalat sunnah dalam kehidupan sehari-
hari mereka.
Selain itu, penyampaian materi dengan bahasa yang menginspirasi
dan memberikan dorongan positif juga dapat berperan dalam memberikan
motivasi kepada siswa. Dalam bab ini, penggunaan bahasa yang lugas dan
mendalam dalam menyampaikan nilai-nilai keagamaan dapat memberikan
dampak positif yang kuat pada motivasi siswa untuk melaksanakan shalat
sunnah.
Dengan demikian, melalui hadis-hadis teladan, pemahaman akan
hikmah shalat sunnah, dan penyampaian materi dengan bahasa yang
menginspirasi, bab ini berhasil memberikan motivasi kepada siswa untuk
mengamalkan shalat sunnah dalam kehidupan sehari-hari mereka.
3. Memuat ilustrasi yang menarik hati peserta didik
Poin ini menekankan penggunaan ilustrasi, termasuk gambar-
gambar, dalam pembelajaran untuk menarik minat siswa dan memperkaya
pemahaman mereka. Meskipun jumlah gambar dalam bab ini terbatas,
gambar yang ada memiliki nilai signifikan dalam memperjelas konsep-
konsep yang diajarkan. Dalam konteks bab "Ayo Shalat Sunnah Rawatib",
gambar yang disertakan mengilustrasikan langkah-langkah orang yang
sedang melakukan shalat sunnah yang mana situasi ini relevan dengan
tema tersebut.
Meskipun hanya ada satu gambar, kehadirannya tetap penting
karena memberikan elemen visual yang membantu siswa

3
memvisualisasikan konsep-konsep yang diajarkan. Dengan melihat
gambar tersebut, siswa dapat lebih mudah memahami pelaksanaan shalat
sunnah. Hal ini membantu siswa dalam memperoleh pemahaman yang
lebih konkret dan memperkaya pengalaman belajar mereka. Oleh karena
itu, walaupun gambar dalam jumlah terbatas, kontribusinya dalam
memperkaya pembelajaran dan menarik minat siswa tetap signifikan.
4. Mempertimbangkan aspek linguistik
Dalam analisis poin keempat, "Mempertimbangkan aspek
linguistik", buku ini menunjukkan keunggulan dalam penggunaan bahasa
yang sesuai dengan tingkat pemahaman siswa kelas III. Beberapa aspek
yang menjadi sorotan dalam hal ini adalah:
a. Bahasa Sederhana dan Mudah Dipahami: Materi disusun dengan
menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh siswa.
Penyusunan kalimat dan penggunaan kata-kata diatur sedemikian rupa
sehingga tidak membingungkan siswa dan memudahkan mereka untuk
memahami konsep-konsep yang diajarkan.
b. Konsistensi Gaya Bahasa: Gaya bahasa yang konsisten digunakan
dalam seluruh materi untuk menjaga kesinambungan dan memudahkan
pemahaman. Hal ini membantu siswa untuk tidak terkecoh oleh
perubahan gaya bahasa yang tiba-tiba, sehingga mereka dapat fokus
pada materi yang diajarkan tanpa kebingungan.
c. Penggunaan Kaidah Tata Bahasa yang Benar: Materi ditulis dengan
memperhatikan kaidah tata bahasa yang benar. Penyusunan kalimat
dilakukan secara cermat, dan penggunaan kata-kata diatur dengan baik
untuk menjaga kejelasan dan keberterimaan pesan yang disampaikan
kepada siswa.
Dengan demikian, aspek linguistik ini memastikan bahwa materi
pembelajaran dapat disampaikan dengan efektif dan mudah dipahami oleh
siswa kelas III. Kesesuaian penggunaan bahasa dengan tingkat
pemahaman siswa serta penerapan kaidah tata bahasa yang benar adalah
hal yang penting dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang
kondusif dan membantu siswa mencapai hasil belajar yang optimal.

5. Isinya harus berhubungan dengan mata pelajaran lain


Poin kelima, "Isinya harus berhubungan dengan mata pelajaran
lain", merupakan pertimbangan penting dalam menyusun materi
pembelajaran untuk memastikan keterkaitan antar-mata pelajaran dan
mendukung pembelajaran lintas disiplin. Dalam bab "Ayo Shalat Sunnah
Rawatib", meskipun tidak secara eksplisit disebutkan, terdapat potensi
untuk keterkaitan dengan mata pelajaran lain, seperti:
a. Keterkaitan dengan Sejarah: Melalui bagian "teladan rasul" yang
memuat hadis-hadis tentang teladan Rasulullah dalam melaksanakan

4
shalat sunnah, materi ini secara tidak langsung mengaitkan
pembelajaran agama dengan sejarah Islam. Siswa dapat memahami
praktik ibadah shalat sunnah dalam konteks kehidupan Rasulullah dan
periode sejarah Islam.
b. Keterkaitan dengan Bahasa Arab: Bagian "Lafadz Niat Shalat Sunnah
Rawatib" menghadirkan lafadz-lafadz niat dalam bahasa Arab yang
digunakan dalam shalat sunnah. Hal ini memberi siswa kesempatan
untuk mengenal dan memahami kata-kata dalam bahasa Arab, yang bisa
menjadi awal bagi pemahaman mereka tentang bahasa Arab sebagai
mata pelajaran.
c. Keterkaitan dengan Kosakata Baru: Adanya bagian "kamus mini" yang
berisi kumpulan kosakata baru terkait dengan shalat sunnah
memberikan peluang bagi siswa untuk memperluas kosakata mereka.
Meskipun tidak secara langsung terkait dengan mata pelajaran lain,
penguasaan kosakata baru juga merupakan aspek penting dalam
pengembangan kemampuan berbahasa siswa.
Dengan demikian, meskipun tidak secara eksplisit disebutkan,
materi ini memiliki potensi untuk terkait dengan mata pelajaran lain,
seperti sejarah dan bahasa Arab, serta mendukung pengembangan kosakata
siswa. Integrasi antar-mata pelajaran dalam pembelajaran agama dapat
memberikan pengalaman pembelajaran yang lebih menyeluruh dan
kontekstual bagi siswa.

6. Dapat merangsang aktivitas pribadi peserta didik


Poin keenam, "Dapat merangsang aktivitas pribadi peserta didik",
menunjukkan pentingnya materi pembelajaran dalam mendorong siswa
untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan memotivasi
mereka untuk melakukan aktivitas secara mandiri. Dalam bab "Ayo Shalat
Sunnah Rawatib", terdapat beberapa elemen yang dapat merangsang
aktivitas pribadi siswa:
a. Pertanyaan Pemantik dalam Mukadimah: Mukadimah yang mengajukan
pertanyaan pemantik tentang pentingnya shalat sunnah dapat
merangsang siswa untuk memikirkan dan merenungkan makna serta
manfaat ibadah tersebut dalam kehidupan mereka sehari-hari.
b. Kegiatan "Insyaallah Aku Bisa" dan "Sekarang Aku Bisa": Dengan
adanya kegiatan ini, siswa diberi kesempatan untuk mengevaluasi
kemampuan mereka sebelum dan sesudah mempelajari materi. Hal ini
dapat merangsang motivasi siswa untuk meningkatkan kemampuan
mereka sendiri dan meningkatkan kemandirian dalam belajar.
c. Kegiatan "Ayo Lakukan" dan "Ayo Berlatih": Melalui kegiatan ini,
siswa didorong untuk melakukan praktik langsung terkait dengan materi
yang dipelajari, seperti mengelompokkan jenis shalat rawatib dengan

5
benar atau berlatih mengucapkan lafadz niat shalat sunnah. Aktivitas ini
tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa, tetapi juga memberi
mereka kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
Dengan demikian, materi ini dirancang untuk merangsang aktivitas
pribadi siswa dan mendorong mereka untuk terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran. Melalui berbagai kegiatan yang disediakan, siswa
dapat mengembangkan keterampilan mandiri mereka dan meningkatkan
pemahaman serta praktik mereka terkait dengan shalat sunnah rawatib.

7. Jelas konsepnya
Poin ketujuh, "Jelas konsepnya", menekankan pentingnya kejelasan
dalam penyampaian konsep-konsep yang diajarkan agar siswa dapat
memahaminya dengan baik. Dalam bab "Ayo Shalat Sunnah Rawatib",
kejelasan konsep tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek:
a. Pengantar yang Menjelaskan Tujuan Pembelajaran: Mukadimah yang
menyajikan pertanyaan pemantik tentang pentingnya shalat sunnah
secara implisit menguraikan tujuan pembelajaran kepada siswa. Hal ini
membantu siswa untuk memahami mengapa materi ini penting bagi
mereka.
b. Pembahasan Materi yang Terstruktur: Materi disusun dengan
terstruktur, dimulai dari pengenalan shalat sunnah, ketentuannya, lafadz
niat, hikmahnya, hingga cara membiasakan diri melaksanakannya.
Struktur ini membantu siswa untuk memahami konsep-konsep tersebut
secara bertahap dan sistematis.
c. Penyajian Konsep dengan Bahasa yang Sederhana**: Konsep-konsep
yang kompleks dijelaskan dengan bahasa yang sederhana dan mudah
dipahami oleh siswa kelas III. Penyusunan kalimat yang jelas dan
penggunaan kata-kata yang tepat membantu siswa untuk memahami
konsep-konsep tersebut tanpa kesulitan.
Dengan demikian, kejelasan konsep dalam bab ini terlihat melalui
pengantar yang menyampaikan tujuan pembelajaran, struktur materi yang
terorganisir dengan baik, dan penyajian konsep dengan bahasa yang
sederhana. Hal ini memastikan bahwa siswa dapat memahami konsep-
konsep tersebut dengan baik dan memperoleh pemahaman yang mendalam
tentang shalat sunnah rawatib.
8. Memiliki sudut pandang yang jelas dan tegas
Poin kedelapan, "Memiliki sudut pandang yang jelas dan tegas",
menunjukkan pentingnya penyampaian materi dengan kejelasan dan
ketegasan agar peserta didik tidak merasa bingung atau ragu-ragu. Dalam
bab "Ayo Shalat Sunnah Rawatib", sudut pandang yang jelas dan tegas
dapat dilihat dari beberapa aspek:

6
a. Pendekatan Berbasis Hadis dan Teladan Rasul: Materi disusun dengan
mempertimbangkan ajaran agama Islam yang bersumber dari Al-Quran
dan hadis, yang memberikan sudut pandang yang jelas dan tegas
terhadap praktik shalat sunnah rawatib. Hadis-hadis yang disertakan
sebagai teladan Rasulullah memberikan landasan yang kuat bagi siswa
untuk memahami praktik ibadah ini.
b. Penekanan pada Pentingnya Shalat Sunnah**: Materi secara konsisten
menekankan pentingnya melaksanakan shalat sunnah rawatib dalam
kehidupan sehari-hari, baik melalui hadis-hadis teladan maupun
pembahasan tentang hikmah shalat sunnah. Hal ini memberikan sudut
pandang yang tegas kepada siswa bahwa shalat sunnah rawatib
merupakan bagian penting dalam praktik keagamaan mereka.
c. Kesimpulan yang Mendukung Sudut Pandang**: Bab tersebut diakhiri
dengan rangkuman yang menguatkan sudut pandang bahwa
melaksanakan shalat sunnah rawatib adalah suatu yang penting dan
dianjurkan dalam Islam. Hal ini memastikan bahwa siswa tidak
meninggalkan pembelajaran dengan kebingungan atau keraguan tentang
pentingnya praktik tersebut.
Dengan demikian, melalui pendekatan berbasis hadis, penekanan
pada pentingnya shalat sunnah, dan kesimpulan yang mendukung sudut
pandang yang tegas, bab ini berhasil menyampaikan pesan kepada siswa
dengan kejelasan dan ketegasan yang memadai. Hal ini penting untuk
memastikan bahwa peserta didik memiliki pemahaman yang kuat tentang
praktik shalat sunnah rawatib dan pentingnya melaksanakannya dalam
kehidupan mereka.
9. Mampu memberikan pemantapan dan penekanan nilai-nilai peserta didik
Poin kesembilan, "Mampu memberikan pemantapan dan
penekanan nilai-nilai peserta didik", menyoroti kemampuan materi
pembelajaran dalam menguatkan pemahaman siswa tentang nilai-nilai
penting dan memberikan penekanan terhadap hal-hal yang dianggap
signifikan dalam pembelajaran. Dalam bab "Ayo Shalat Sunnah Rawatib",
terdapat beberapa aspek yang memperkuat pemahaman siswa tentang
nilai-nilai serta memberikan penekanan terhadap hal-hal tertentu:
a. Teladan Rasul dan Hikmah Shalat Sunnah: Materi memuat hadis-hadis
tentang teladan Rasulullah dalam melaksanakan shalat sunnah, serta
pembahasan tentang hikmah shalat sunnah. Hal ini tidak hanya
memberikan pemantapan terhadap praktik shalat sunnah, tetapi juga
memperkuat pemahaman siswa tentang nilai-nilai keagamaan, seperti
ketaatan dan kesungguhan dalam beribadah.
b. Kegiatan "Insyaallah Aku Bisa" dan "Sekarang Aku Bisa": Dengan
adanya kegiatan ini, siswa diberi kesempatan untuk mengevaluasi
kemampuan mereka sebelum dan sesudah mempelajari materi. Hal ini

7
tidak hanya memberikan pemantapan terhadap pemahaman siswa, tetapi
juga memperkuat rasa percaya diri mereka terhadap kemampuan diri
sendiri.
c. Rangkuman dan Kompetensi Evaluasi: Bab tersebut diakhiri dengan
rangkuman materi dan kompetensi evaluasi berupa soal pilihan ganda,
isilah titik-titik, dan esai. Melalui kegiatan evaluasi ini, siswa diberi
kesempatan untuk menguji pemahaman mereka dan memastikan bahwa
nilai-nilai serta konsep-konsep yang diajarkan telah dipahami dengan
baik.
Dengan demikian, melalui teladan Rasul, pembahasan hikmah
shalat sunnah, kegiatan evaluasi, dan kegiatan pemantapan lainnya, bab ini
berhasil memberikan penekanan yang kuat terhadap nilai-nilai penting
serta memperkuat pemahaman siswa tentang praktik shalat sunnah
rawatib. Hal ini penting untuk membentuk karakter dan kepribadian siswa
secara holistik, selain meningkatkan pemahaman mereka tentang ajaran
agama Islam.
10. Dapat menghargai perbedaan-perbedaan peserta didik
Poin kesepuluh, "Dapat menghargai perbedaan-perbedaan peserta
didik", menekankan pentingnya materi pembelajaran untuk
mengakomodasi keberagaman siswa dalam hal pemahaman, latar belakang
budaya, dan kepercayaan. Dalam bab "Ayo Shalat Sunnah Rawatib",
terdapat beberapa aspek yang menunjukkan upaya untuk menghargai
perbedaan-perbedaan tersebut:
a. Penggunaan Bahasa yang Inklusif: Materi disusun dengan
menggunakan bahasa yang inklusif dan tidak mendiskriminasi,
sehingga semua siswa merasa dihargai dan diakomodasi dalam proses
pembelajaran. Tidak ada penggunaan bahasa yang eksklusif terhadap
kelompok atau individu tertentu.
b. Penekanan pada Nilai-nilai Universal: Meskipun materi ini berfokus
pada praktik shalat sunnah dalam Islam, namun nilai-nilai yang
diajarkan, seperti ketaatan, kesungguhan, dan keikhlasan, memiliki
relevansi dan aplikabilitas yang luas di berbagai kepercayaan dan
budaya. Hal ini memungkinkan semua siswa untuk merasakan nilai-
nilai tersebut tanpa memandang latar belakang mereka.
c. Pembahasan yang Terbuka: Materi memberikan ruang bagi siswa untuk
memahami dan menafsirkan konsep-konsep dalam kerangka
pemahaman mereka sendiri. Terdapat kesempatan untuk diskusi dan
refleksi, yang memungkinkan siswa untuk mengemukakan pandangan
dan pengalaman mereka sendiri tentang praktik shalat sunnah.
Dengan demikian, melalui penggunaan bahasa inklusif, penekanan
pada nilai-nilai universal, dan pembahasan yang terbuka, bab ini berhasil
menghargai perbedaan-perbedaan siswa dan menciptakan lingkungan

8
pembelajaran yang inklusif dan menerima. Hal ini penting untuk
memastikan bahwa semua siswa merasa diakomodasi dan dihargai dalam
proses pembelajaran, tanpa memandang perbedaan latar belakang budaya,
kepercayaan, atau pemahaman.

B. BAB II ( MUDAHNYA SHALAT DALAM PERJALANAN )


1. Menarik Minat
Poin 1 pada bab kedua, "Mudahnya Shalat Dalam Perjalanan",
menekankan pada kemampuan materi untuk menarik minat siswa dalam
pembelajaran. Dalam konteks bab ini, terdapat beberapa aspek yang
menunjukkan kemampuan materi untuk menarik minat siswa:
a. Mukadimah yang Menarik: Bab ini dimulai dengan mukadimah yang
berisi pengenalan materi dan pertanyaan pemantik. Hal ini dapat
menarik perhatian siswa dengan memberikan gambaran awal tentang
apa yang akan dipelajari dan memancing rasa ingin tahu mereka.
b. Kegiatan "Ayo Mengamati" dengan Gambar: Adanya kegiatan "ayo
mengamati" dengan dua gambar tentang ayo mudik dan orang yang
sedang shalat memberikan variasi dalam pembelajaran dan dapat
menarik minat siswa. Setelah mengamati gambar, siswa diminta untuk
menuliskan pertanyaan, yang dapat meningkatkan keterlibatan mereka
dalam pembelajaran.
c. Penyertaan Bagian "Mutiara Hikmah": Penjelasan materi dilengkapi
dengan bagian "mutiara hikmah", yang memberikan nilai tambah dalam
pembelajaran dengan menyampaikan pesan-pesan yang dapat
memotivasi dan menginspirasi siswa. Hal ini dapat meningkatkan minat
siswa dalam memahami dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
Dengan demikian, bab ini memiliki potensi untuk menarik minat
siswa melalui mukadimah yang menarik, kegiatan "ayo mengamati"
dengan gambar, dan penyertaan bagian "mutiara hikmah". Hal ini penting
untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang menarik dan
memotivasi siswa untuk aktif terlibat dalam pembelajaran.
2. Mampu Memberikan Motivasi
Poin 2 pada bab kedua, "Mudahnya Shalat Dalam Perjalanan",
menyoroti kemampuan materi untuk memberikan motivasi kepada siswa
dalam pembelajaran. Dalam konteks bab ini, terdapat beberapa aspek yang
menunjukkan kemampuan materi untuk memberikan motivasi kepada
siswa:
a. Mukadimah yang Memotivasi: Bab ini dimulai dengan mukadimah
yang berisi pengenalan materi, pertanyaan pemantik, dan kemungkinan
gambar-gambar yang dapat mengilustrasikan topik. Mukadimah yang
informatif dan memotivasi dapat membantu siswa untuk terlibat secara
aktif dalam pembelajaran dengan memberikan pemahaman tentang

9
pentingnya materi yang akan dipelajari.
b. Bagian "Mutiara Hikmah": Penjelasan materi dilengkapi dengan bagian
"mutiara hikmah", yang memberikan pesan-pesan yang dapat
memotivasi dan menginspirasi siswa. Hal ini membantu siswa untuk
melihat nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran shalat dalam
perjalanan dan mendorong mereka untuk melaksanakan ibadah dengan
penuh semangat.
c. Kegiatan "Ayo Berlatih": Di bagian akhir bab terdapat kegiatan "ayo
berlatih", yang memberikan siswa kesempatan untuk mengaplikasikan
langsung apa yang telah dipelajari. Kegiatan ini dapat memberikan
motivasi tambahan kepada siswa karena mereka dapat melihat
kemajuan dan peningkatan kemampuan mereka dalam melaksanakan
ibadah shalat dalam perjalanan.
Dengan demikian, bab ini memiliki potensi untuk memberikan
motivasi kepada siswa melalui mukadimah yang memotivasi, penyertaan
bagian "mutiara hikmah", dan kegiatan "ayo berlatih". Motivasi yang
diberikan kepada siswa sangat penting untuk meningkatkan keterlibatan
mereka dalam pembelajaran dan mendorong mereka untuk mencapai hasil
yang lebih baik.
3. Memuat ilustrasi yang menarik hati peserta didik
Poin 3 pada bab kedua, "Mudahnya Shalat Dalam Perjalanan",
menyoroti kemampuan materi untuk memuat ilustrasi yang menarik hati
peserta didik. Dalam konteks bab ini, terdapat beberapa aspek yang
menunjukkan kemampuan materi untuk memuat ilustrasi yang menarik
hati peserta didik:
a. Kegiatan "Ayo Mengamati" dengan Gambar: Bab ini menyajikan
kegiatan "ayo mengamati" dengan dua gambar yang menggambarkan
ayo mudik dan seseorang yang sedang melakukan shalat. Gambar-
gambar ini memberikan visualisasi konkret tentang topik yang dibahas,
sehingga memudahkan pemahaman dan memancing rasa ingin tahu
siswa.
b. Penggunaan Ilustrasi yang Relevan: Gambar-gambar yang dipilih
terkait langsung dengan topik pembelajaran, yaitu shalat dalam
perjalanan. Hal ini membuat siswa dapat lebih mudah mengaitkan
materi yang dipelajari dengan situasi nyata yang mereka kenal.
c. Mengundang Partisipasi Siswa: Setelah mengamati gambar, siswa
diminta untuk menuliskan pertanyaan terkait dengan gambar tersebut.
Hal ini mengundang partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran dan
mendorong mereka untuk berpikir lebih dalam tentang topik yang
dibahas.
Dengan demikian, bab ini berhasil memuat ilustrasi yang menarik

10
hati peserta didik melalui kegiatan "ayo mengamati" dengan gambar-
gambar yang relevan dan mengundang partisipasi siswa. Ilustrasi yang
menarik ini membantu siswa untuk lebih terlibat dalam pembelajaran dan
memperdalam pemahaman mereka tentang shalat dalam perjalanan.
4. Mempertimbangkan aspek linguistik
Poin 4 pada bab kedua, "Mudahnya Shalat Dalam Perjalanan",
menyoroti kemampuan materi untuk mempertimbangkan aspek linguistik
dalam penyusunan materi pembelajaran. Dalam konteks bab ini, terdapat
beberapa aspek yang menunjukkan kemampuan materi dalam
mempertimbangkan aspek linguistik:
a. Pemilihan Bahasa yang Sesuai: Materi disusun dengan menggunakan
bahasa yang sesuai dengan tingkat pemahaman siswa kelas III. Kalimat-
kalimat yang digunakan dirancang dengan sederhana dan jelas sehingga
mudah dipahami oleh siswa.
b. Konsistensi Gaya Bahasa: Gaya bahasa yang konsisten digunakan
dalam seluruh materi untuk menjaga kesinambungan dan memudahkan
pemahaman.
c. Penggunaan Istilah Teknis yang Dijelaskan: Meskipun materi
membahas konsep teknis seperti shalat jama' dan qasar, istilah-istilah
ini dijelaskan dengan cukup jelas agar siswa dapat memahaminya
dengan baik. Hal ini membantu dalam memperkuat pemahaman siswa
tentang materi yang diajarkan.
Dengan demikian, materi ini berhasil mempertimbangkan aspek
linguistik dengan menggunakan bahasa yang sesuai, konsistensi dalam
gaya bahasa, dan penjelasan yang jelas terkait dengan istilah-istilah teknis.
Hal ini penting untuk memastikan bahwa siswa dapat memahami materi
dengan baik tanpa adanya hambatan linguistik yang signifikan.
5. Isinya harus berhubungan dengan mata pelajaran lain
Poin 5 pada bab kedua, "Mudahnya Shalat Dalam Perjalanan",
menyoroti kemampuan materi untuk menjalin keterkaitan dengan mata
pelajaran lain. Dalam konteks bab ini, terdapat beberapa aspek yang
menunjukkan kemampuan materi untuk menjalin keterkaitan tersebut:
a. Keterkaitan dengan Geografi dan Budaya: Materi pembelajaran tentang
shalat dalam perjalanan memiliki keterkaitan dengan mata pelajaran
geografi dan budaya. Pembahasan mengenai shalat jama' dan qasar
secara langsung terkait dengan aktivitas perjalanan dan geografi suatu
daerah, serta mencerminkan praktik ibadah yang berkembang dalam
budaya Islam.
b. Potensi Keterkaitan dengan Bahasa Arab: Meskipun tidak secara
eksplisit disebutkan, pembahasan tentang lafadz-lafadz dalam shalat
jama' dan qasar memberikan potensi untuk keterkaitan dengan mata

11
pelajaran bahasa Arab. Siswa dapat mempelajari dan memahami makna
serta pengucapan lafadz-lafadz tersebut, yang merupakan bagian dari
pembelajaran bahasa Arab.
c. Keterkaitan dengan Sejarah: Praktik shalat jama' dan qasar juga
memiliki keterkaitan dengan sejarah Islam, terutama dalam konteks
perjalanan Rasulullah dan para sahabat. Materi ini memberikan siswa
pemahaman tentang praktik ibadah yang dilakukan oleh Rasulullah dan
para sahabat dalam konteks sejarah Islam.
Dengan demikian, meskipun tidak secara langsung disebutkan, bab
ini memiliki potensi untuk menjalin keterkaitan dengan mata pelajaran lain
seperti geografi, budaya, bahasa Arab, dan sejarah. Integrasi antar-mata
pelajaran ini dapat memberikan pengalaman pembelajaran yang lebih
holistik dan kontekstual bagi siswa, serta meningkatkan pemahaman
mereka tentang praktik ibadah dalam konteks yang lebih luas.
6. Dapat merangsang aktivitas pribadi peserta didik
Poin 6 pada bab kedua, "Mudahnya Shalat Dalam Perjalanan",
menyoroti kemampuan materi untuk merangsang aktivitas pribadi peserta
didik. Dalam konteks bab ini, terdapat beberapa aspek yang menunjukkan
kemampuan materi untuk merangsang aktivitas pribadi siswa:
a. Kegiatan "Ayo Mengamati": Bab ini dimulai dengan kegiatan "ayo
mengamati" yang mengajak siswa untuk memperhatikan dan
menganalisis gambar-gambar terkait dengan topik pembelajaran.
Kegiatan ini merangsang siswa untuk aktif mengamati dan mengaitkan
informasi visual dengan materi yang akan dipelajari.
b. Kegiatan "Insyaallah Aku Bisa" dan "Ayo Berlatih": Di bagian akhir
bab, terdapat kegiatan "insyaallah aku bisa" yang memberikan siswa
kesempatan untuk mengevaluasi kemampuan mereka sebelum
mempelajari materi, dan kegiatan "ayo berlatih" yang mendorong
mereka untuk mengaplikasikan pengetahuan yang telah dipelajari dalam
situasi praktis.
c. Kegiatan "Ayo Lakukan": Terdapat juga kegiatan "ayo lakukan" yang
mengajak siswa untuk melakukan praktik langsung terkait dengan
materi yang dipelajari, seperti praktik shalat jama' dan qasar. Hal ini
tidak hanya merangsang aktivitas pribadi siswa, tetapi juga memperkuat
pemahaman mereka melalui pengalaman langsung.
Dengan adanya kegiatan-kegiatan tersebut, materi ini berhasil
merangsang aktivitas pribadi siswa dan mendorong mereka untuk terlibat
secara aktif dalam pembelajaran. Aktivitas-aktivitas tersebut tidak hanya
membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang diajarkan, tetapi
juga meningkatkan keterampilan mereka dalam melaksanakan ibadah
shalat dalam perjalanan secara mandiri.

12
7. Jelas konsepnya
Poin 7 pada bab kedua, "Mudahnya Shalat Dalam Perjalanan",
menyoroti kejelasan konsep yang disampaikan dalam materi pembelajaran.
Dalam konteks bab ini, terdapat beberapa aspek yang menunjukkan
kejelasan konsep:
a. Struktur Materi yang Terorganisir: Materi disusun dengan struktur yang
terorganisir, dimulai dari mukadimah yang memperkenalkan topik
pembelajaran, dilanjutkan dengan kegiatan "ayo mengamati" dan
pembahasan materi secara terperinci tentang ketentuan dan praktik
shalat dalam perjalanan. Struktur yang terorganisir ini membantu siswa
untuk memahami konsep-konsep secara sistematis.
b. Penyajian Materi dengan Bahasa yang Jelas: Materi disajikan dengan
bahasa yang jelas dan mudah dipahami oleh siswa kelas III. Penjelasan
materi dilakukan secara terperinci, termasuk tata cara pelaksanaan
shalat jama' dan qasar, sehingga siswa dapat memahami konsep-konsep
tersebut dengan baik.
c. Penggunaan Contoh yang Relevan: Materi disertai dengan contoh-
contoh yang relevan untuk menjelaskan konsep-konsep yang
disampaikan. Misalnya, penggunaan gambar-gambar terkait dengan
perjalanan dan shalat sebagai contoh visual yang membantu siswa
untuk memahami konsep shalat dalam perjalanan secara lebih konkret.
Dengan demikian, bab ini berhasil menyampaikan konsep-konsep
yang jelas dan terstruktur melalui struktur materi yang terorganisir,
penggunaan bahasa yang jelas, dan penyajian contoh yang relevan. Hal ini
penting untuk memastikan bahwa siswa dapat memahami dengan baik
konsep-konsep yang diajarkan dan menerapkannya dalam praktik ibadah
sehari-hari.
8. Memiliki sudut pandang yang jelas dan tegas
Poin 8 pada bab kedua, "Mudahnya Shalat Dalam Perjalanan",
menyoroti keberadaan sudut pandang yang jelas dan tegas dalam
penyampaian materi pembelajaran. Dalam konteks bab ini, terdapat
beberapa aspek yang menunjukkan adanya sudut pandang yang jelas dan
tegas:
a. Pengenalan Materi yang Tegas: Bab ini dimulai dengan mukadimah
yang memberikan pengenalan materi secara tegas, dengan menyebutkan
topik yang akan dibahas serta pertanyaan pemantik yang mengarahkan
siswa pada pemahaman yang lebih baik tentang shalat dalam
perjalanan.
b. Pembahasan Materi yang Komprehensif: Materi pembelajaran
menyajikan pembahasan tentang ketentuan dan praktik shalat dalam
perjalanan secara lengkap dan terperinci. Hal ini menunjukkan bahwa

13
materi ini memiliki sudut pandang yang tegas dalam menyajikan
informasi kepada siswa.
c. Kesimpulan yang Kuat: Bab ini diakhiri dengan rangkuman materi yang
memberikan penekanan kembali pada konsep-konsep utama yang telah
dibahas. Kesimpulan yang kuat ini memastikan bahwa siswa
memahami dengan jelas materi pembelajaran dan pesan yang ingin
disampaikan.
Dengan adanya pengenalan materi yang tegas, pembahasan materi
yang komprehensif, dan kesimpulan yang kuat, bab ini berhasil
menyampaikan materi pembelajaran dengan sudut pandang yang jelas dan
tegas. Hal ini penting untuk memastikan bahwa siswa memiliki
pemahaman yang baik tentang praktik shalat dalam perjalanan dan dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan keyakinan dan
kepercayaan yang kuat.
9. Mampu memberikan pemantapan dan penekanan nilai-nilai peserta didik
Poin 9 pada bab kedua, "Mudahnya Shalat Dalam Perjalanan",
menyoroti kemampuan materi untuk memberikan pemantapan dan
penekanan terhadap nilai-nilai peserta didik. Dalam konteks bab ini,
terdapat beberapa aspek yang menunjukkan kemampuan materi untuk
memberikan pemantapan dan penekanan terhadap nilai-nilai peserta didik:
a. Penyertaan Bagian "Mutiara Hikmah": Materi dilengkapi dengan
bagian "mutiara hikmah", yang memberikan pesan-pesan inspiratif dan
memotivasi siswa untuk melaksanakan ibadah shalat dalam perjalanan.
Pesan-pesan ini dapat membantu memantapkan pemahaman siswa
tentang nilai-nilai keagamaan, seperti kesungguhan dan keteguhan
dalam menjalankan ibadah.
b. Kegiatan "Insyaallah Aku Bisa" dan "Ayo Berlatih": Di bagian akhir
bab, terdapat kegiatan "insyaallah aku bisa" yang memberikan siswa
kesempatan untuk mengevaluasi kemampuan mereka sebelum
mempelajari materi, serta kegiatan "ayo berlatih" yang mendorong
mereka untuk mengaplikasikan pengetahuan yang telah dipelajari dalam
situasi praktis. Kegiatan ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk
memantapkan dan menguji pemahaman serta keterampilan mereka
dalam melaksanakan ibadah shalat dalam perjalanan.
c. Rangkuman Materi: Bab ini diakhiri dengan rangkuman materi yang
memberikan penekanan kembali pada konsep-konsep utama yang telah
dibahas. Rangkuman ini membantu memastikan bahwa siswa
memahami dan mengingat kembali nilai-nilai yang ditekankan dalam
pembelajaran.
Dengan adanya penyertaan bagian "mutiara hikmah", kegiatan
"insyaallah aku bisa" dan "ayo berlatih", serta rangkuman materi, bab ini

14
berhasil memberikan pemantapan dan penekanan terhadap nilai-nilai
peserta didik. Hal ini penting untuk membentuk karakter dan kepribadian
siswa secara holistik, serta meningkatkan pemahaman mereka tentang
ajaran agama Islam dalam konteks praktik ibadah sehari-hari.
10. Dapat menghargai perbedaan-perbedaan peserta didik
Poin 10 pada bab kedua, "Mudahnya Shalat Dalam Perjalanan",
menyoroti kemampuan materi untuk menghargai perbedaan-perbedaan
peserta didik. Dalam konteks bab ini, terdapat beberapa aspek yang
menunjukkan kemampuan materi untuk menghargai perbedaan-perbedaan
tersebut:
a. Inklusivitas dalam Penyampaian Materi: Materi disusun dengan
memperhatikan keragaman siswa, baik dari segi latar belakang budaya
maupun pemahaman agama. Bahasa yang digunakan dalam
penyampaian materi cenderung inklusif dan tidak mendiskriminasi,
sehingga semua siswa dapat merasa diakomodasi dalam proses
pembelajaran.
b. Kegiatan Berbasis Keterlibatan: Terdapat beragam kegiatan yang
dirancang untuk melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran,
seperti kegiatan "ayo mengamati" dan "ayo berlatih". Dengan adanya
kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan ini, semua
siswa memiliki ruang untuk menyumbangkan pemikiran dan
pengalaman mereka sendiri.
c. Penekanan pada Nilai-nilai Universal: Materi juga menekankan nilai-
nilai universal seperti kesungguhan, keikhlasan, dan ketaatan dalam
menjalankan ibadah. Hal ini memberikan kesempatan bagi semua
siswa, tanpa memandang perbedaan latar belakang, untuk memahami
dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut.
Dengan demikian, melalui pendekatan inklusif dalam penyampaian
materi, kegiatan berbasis keterlibatan siswa, dan penekanan pada nilai-
nilai universal, bab ini berhasil menghargai perbedaan-perbedaan peserta
didik. Hal ini penting untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang
inklusif, di mana semua siswa merasa dihargai dan diakui dalam proses
pembelajaran agama Islam.

C. BAB III ( MUDAHNYA SHALAT BAGI ORANG SAKIT )


1. Menarik Minat
Poin 1 pada bab ketiga, "Murahannya Shalat Bagi Orang Yang
Sakit", menyoroti kemampuan materi untuk menarik minat peserta didik
dalam pembelajaran. Dalam konteks bab ini, terdapat beberapa aspek yang
menunjukkan kemampuan materi untuk menarik minat peserta didik:
a. Mukadimah yang Menginspirasi: Bab ini dimulai dengan mukadimah
yang membahas tentang kemudahan dalam agama Islam, yang dapat

15
menginspirasi peserta didik untuk lebih memahami dan mengapresiasi
ajaran agama mereka. Mukadimah yang menginspirasi ini dapat
menarik minat peserta didik sejak awal pembelajaran.
b. Kegiatan "Ayo Mengamati" dengan Gambar: Terdapat kegiatan "ayo
mengamati" dengan satu gambar orang yang sedang sakit. Siswa
diminta untuk mengamati gambar tersebut dan menuliskan pertanyaan
terkait. Kegiatan ini memberikan variasi dalam pembelajaran dan
memancing rasa ingin tahu peserta didik terhadap materi yang akan
dipelajari.
c. Penggunaan Gambar dalam Pembahasan Materi: Dalam pembahasan
materi tentang tata cara shalat bagi orang yang sakit, disertai dengan
gambar-gambar yang mengilustrasikan cara shalat sambil duduk,
berbaring, dan telentang. Penggunaan gambar ini dapat membantu
visualisasi dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang
diajarkan.
Dengan adanya mukadimah yang menginspirasi, kegiatan "ayo
mengamati" dengan gambar, dan penggunaan gambar dalam pembahasan
materi, bab ini memiliki potensi untuk menarik minat peserta didik dalam
pembelajaran. Hal ini penting untuk menciptakan lingkungan
pembelajaran yang menarik dan memotivasi peserta didik untuk aktif
terlibat dalam proses pembelajaran agama Islam.
2. Mampu Memberikan Motivasi
Poin 2 pada bab ketiga, "Murahannya Shalat Bagi Orang Yang
Sakit", menyoroti kemampuan materi untuk memberikan motivasi kepada
peserta didik dalam pembelajaran. Dalam konteks bab ini, terdapat
beberapa aspek yang menunjukkan kemampuan materi untuk memberikan
motivasi:
a. Mukadimah yang Menginspirasi: Bab ini dimulai dengan mukadimah
yang membahas tentang kemudahan dalam agama Islam, yang dapat
menjadi sumber motivasi bagi peserta didik untuk menjalankan ibadah
shalat meskipun dalam kondisi sakit. Mukadimah yang menginspirasi
ini dapat membantu membangkitkan semangat dan motivasi peserta
didik dalam menjalankan ibadah.
b. Kegiatan "Ayo Mengamati" dengan Gambar: Terdapat kegiatan "ayo
mengamati" dengan satu gambar orang yang sedang sakit. Kegiatan ini
dapat memberikan motivasi kepada peserta didik untuk lebih
memperhatikan dan memahami pentingnya menjalankan ibadah shalat
bagi orang yang sakit, serta merangsang rasa empati terhadap sesama
yang membutuhkan.
c. Penyertaan Bagian "Mutiara Hikmah": Pembahasan materi dilengkapi
dengan bagian "mutiara hikmah", yang berisi pesan-pesan motivasi dan
inspiratif terkait dengan manfaat dan hikmah menjalankan ibadah shalat

16
bagi orang yang sakit. Pesan-pesan ini dapat meningkatkan semangat
dan motivasi peserta didik untuk tetap menjalankan ibadah meskipun
dalam kondisi yang sulit.
Dengan adanya mukadimah yang menginspirasi, kegiatan "ayo
mengamati" dengan gambar, dan penyertaan bagian "mutiara hikmah", bab
ini memiliki potensi untuk memberikan motivasi kepada peserta didik
dalam menjalani ibadah shalat, terutama bagi mereka yang sedang
mengalami sakit. Motivasi yang diberikan dapat memperkuat keyakinan
dan komitmen peserta didik dalam menjalankan ibadah agama Islam.
3. Memuat ilustrasi yang menarik hati peserta didik
Poin 3 pada bab ketiga, "Murahannya Shalat Bagi Orang Yang
Sakit", menyoroti kemampuan materi untuk memuat ilustrasi yang
menarik hati peserta didik. Dalam konteks bab ini, terdapat beberapa aspek
yang menunjukkan kemampuan materi dalam hal ini:
a. 1lustrasi Gambar Orang yang Sakit: Materi menyertakan ilustrasi
gambar orang yang sedang sakit, yang dapat membantu peserta didik
untuk lebih memahami kondisi yang dibahas dalam pembelajaran.
Gambar ini memberikan visualisasi yang konkret dan memudahkan
pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan.
b. Ilustrasi Tata Cara Shalat Bagi Orang Sakit: Dalam pembahasan tentang
tata cara shalat bagi orang yang sakit, materi dilengkapi dengan ilustrasi
gambar yang menunjukkan berbagai posisi shalat yang dapat dilakukan
oleh orang yang sedang sakit, seperti shalat sambil duduk, berbaring,
dan telentang. Ilustrasi ini membantu peserta didik untuk memahami
dengan lebih baik cara-cara melaksanakan shalat dalam kondisi yang
tidak sehat.
c. Penggunaan Ilustrasi yang Menggugah Empati: Ilustrasi yang
digunakan dalam materi juga dapat menarik hati peserta didik dengan
merangsang rasa empati terhadap kondisi orang yang sakit. Hal ini
dapat membantu menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih
bersifat empatik dan memperkuat pemahaman peserta didik tentang
pentingnya menjaga kesehatan dan keberadaan orang yang
membutuhkan perhatian khusus.
Dengan adanya ilustrasi gambar yang relevan dan menggugah
empati, bab ini berhasil memuat ilustrasi yang menarik hati peserta didik.
Ilustrasi tersebut tidak hanya memperjelas konsep-konsep yang diajarkan,
tetapi juga memperkaya pengalaman belajar peserta didik dalam
memahami dan menghayati nilai-nilai agama Islam terkait dengan
kesehatan dan kesejahteraan sesama.
4. Mempertimbangkan aspek linguistik
Poin 4 pada bab ketiga, "Murahannya Shalat Bagi Orang Yang
Sakit", menyoroti kemampuan materi untuk mempertimbangkan aspek

17
linguistik dalam penyampaian materi pembelajaran. Dalam konteks bab
ini, terdapat beberapa aspek yang menunjukkan pertimbangan terhadap
aspek linguistik:
a. Pemilihan Bahasa yang Sesuai: Materi menggunakan bahasa yang
sesuai dengan pemahaman target audiens, yaitu siswa kelas III.
Penyampaian materi dilakukan dengan bahasa yang sederhana dan
mudah dipahami, sehingga memudahkan siswa untuk memahami
konsep-konsep yang diajarkan.
b. Penggunaan Istilah yang Tepat: Dalam pembahasan materi, digunakan
istilah-istilah yang tepat dan sesuai dengan terminologi agama Islam.
Istilah-istilah seperti "shalat", "sakit", dan "tata cara shalat" digunakan
secara konsisten dan tidak menyebabkan kebingungan bagi siswa.
c. Penggunaan Gambar untuk Mendukung Pemahaman: Selain
menggunakan kata-kata, materi juga didukung dengan gambar-gambar
yang mengilustrasikan konsep-konsep yang diajarkan. Penggunaan
gambar ini membantu siswa dalam memahami konsep-konsep tersebut
secara visual, sehingga memperkaya pemahaman mereka.
Dengan mempertimbangkan aspek linguistik seperti pemilihan
bahasa yang sesuai, penggunaan istilah yang tepat, dan penggunaan
gambar untuk mendukung pemahaman, bab ini berhasil menyampaikan
materi dengan baik kepada siswa. Hal ini penting untuk memastikan
bahwa pesan-pesan yang ingin disampaikan dapat dipahami dengan jelas
oleh peserta didik, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan
efektif.
5. Isinya harus berhubungan dengan mata pelajaran lain
Poin 5 pada bab ketiga, "Murahannya Shalat Bagi Orang Yang
Sakit", menyoroti kemampuan materi untuk menyajikan konten yang
berhubungan dengan mata pelajaran lain. Dalam konteks bab ini, terdapat
beberapa aspek yang menunjukkan keterkaitan materi dengan mata
pelajaran lain:
a. Keterkaitan dengan Kesehatan: Materi tentang shalat bagi orang yang
sakit memiliki keterkaitan dengan mata pelajaran kesehatan.
Pembahasan mengenai tata cara shalat bagi orang yang sakit turut
memberikan pemahaman kepada siswa tentang pentingnya menjaga
kesehatan dan bagaimana cara menjalankan ibadah meskipun dalam
kondisi yang tidak sehat.
b. Pengembangan Kemampuan Literasi: Materi ini juga dapat mendukung
pengembangan kemampuan literasi siswa, terutama dalam memahami
teks dan menginterpretasikan gambar-gambar yang disertakan dalam
pembelajaran. Hal ini dapat memberikan kontribusi pada kemampuan
membaca, memahami, dan menafsirkan informasi secara efektif.
c. Pengenalan Nilai-Nilai Agama: Selain itu, pembahasan tentang hikmah

18
shalat bagi orang yang sakit juga dapat dihubungkan dengan mata
pelajaran agama atau pendidikan karakter. Materi ini tidak hanya
memberikan pemahaman tentang tata cara ibadah, tetapi juga
mengajarkan nilai-nilai seperti kesabaran, ketabahan, dan keikhlasan
dalam menghadapi cobaan.
Dengan keterkaitan materi tentang shalat bagi orang yang sakit
dengan mata pelajaran kesehatan, pengembangan kemampuan literasi, dan
pengenalan nilai-nilai agama, bab ini dapat membantu siswa untuk
memahami konsep-konsep yang kompleks melalui berbagai perspektif dan
memperkaya pemahaman mereka dalam berbagai bidang studi.
6. Dapat merangsang aktivitas pribadi peserta didik
Poin 6 pada bab ketiga, "Murahannya Shalat Bagi Orang Yang
Sakit", menyoroti kemampuan materi untuk merangsang aktivitas pribadi
peserta didik. Dalam konteks bab ini, terdapat beberapa aspek yang
menunjukkan kemampuan materi dalam merangsang aktivitas pribadi
peserta didik:
a. Kegiatan "Ayo Mengamati": Materi memuat kegiatan "ayo mengamati"
dengan gambar orang yang sedang sakit. Siswa diminta untuk
mengamati gambar tersebut dan menuliskan pertanyaan terkait, yang
merupakan langkah awal untuk merangsang pemikiran dan keterlibatan
pribadi siswa dalam proses pembelajaran.
b. Penggunaan Kegiatan "Ayo Lakukan" dan "Ayo Berlatih": Di bagian
akhir bab, terdapat kegiatan "ayo lakukan" dan "ayo berlatih", yang
memberikan siswa kesempatan untuk menerapkan pengetahuan yang
telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari dan melatih keterampilan
shalat bagi orang yang sakit. Aktivitas ini mendorong siswa untuk aktif
terlibat dalam praktek ibadah yang mereka pelajari.
c. Penggunaan "Mutiara Hikmah": Materi dilengkapi dengan bagian
"mutiara hikmah" yang memuat pesan-pesan motivasi dan inspiratif.
Pesan-pesan ini dapat merangsang aktivitas pribadi siswa dalam
merenungkan makna ibadah shalat bagi orang yang sakit dan
memotivasi mereka untuk berbuat baik kepada sesama.
Dengan memuat kegiatan "ayo mengamati", "ayo lakukan", "ayo
berlatih", dan menyertakan "mutiara hikmah", bab ini berhasil merangsang
aktivitas pribadi peserta didik dalam proses pembelajaran. Aktivitas ini
penting untuk mendorong siswa menjadi lebih aktif, reflektif, dan terlibat
dalam memahami dan menerapkan nilai-nilai agama Islam dalam
kehidupan sehari-hari.
7. Jelas konsepnya
Poin 7 pada bab ketiga, "Murahannya Shalat Bagi Orang Yang Sakit",
menyoroti kemampuan materi untuk menjelaskan konsep-konsep dengan jelas.
Dalam konteks bab ini, terdapat beberapa aspek yang menunjukkan kemampuan

19
materi dalam menjelaskan konsep-konsep dengan jelas:
a. Pembahasan Materi yang Terstruktur: Materi pembelajaran disusun dengan
baik dan terstruktur, dimulai dari pengenalan materi dengan mukadimah,
kemudian pembahasan mengenai ketentuan dan tata cara shalat bagi orang
yang sakit, serta hikmah dari menjalankan ibadah shalat dalam kondisi sakit.
Struktur yang terorganisir dengan baik membantu siswa untuk memahami
urutan dan hubungan antar konsep yang diajarkan.
b. Penggunaan Bahasa yang Jelas dan Mudah Dipahami: Materi disampaikan
dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh siswa kelas III.
Penjelasan yang jelas dan langsung to the point membantu siswa untuk
memahami konsep-konsep yang diajarkan tanpa kebingungan
c. Penggunaan Ilustrasi Gambar: Dalam penjelasan tata cara shalat bagi orang
yang sakit, materi dilengkapi dengan ilustrasi gambar yang menjelaskan
berbagai posisi shalat yang dapat dilakukan. Penggunaan ilustrasi ini
membantu siswa untuk memahami dengan lebih baik cara-cara melaksanakan
shalat dalam kondisi sakit.
Dengan menyajikan materi secara terstruktur, menggunakan bahasa yang
jelas, dan melengkapi penjelasan dengan ilustrasi gambar, bab ini berhasil
menjelaskan konsep-konsep dengan jelas kepada peserta didik. Hal ini penting
untuk memastikan bahwa siswa dapat memahami dengan baik materi
pembelajaran dan menginternalisasikan nilai-nilai yang ingin disampaikan.
8. Memiliki sudut pandang yang jelas dan tegas
Poin 8 pada bab ketiga, "Murahannya Shalat Bagi Orang Yang
Sakit", menyoroti kemampuan materi untuk memiliki sudut pandang yang
jelas dan tegas. Dalam konteks bab ini, terdapat beberapa aspek yang
menunjukkan kejelasan dan ketegasan sudut pandang yang disampaikan:
a. Pendekatan Berbasis Keyakinan Agama: Materi mengambil sudut
pandang yang jelas dan tegas dalam menjelaskan pentingnya
menjalankan ibadah shalat bagi orang yang sedang sakit. Sudut pandang
ini didasarkan pada keyakinan agama Islam yang menekankan
pentingnya menjaga kewajiban ibadah meskipun dalam kondisi sakit.
b. Penekanan pada Hikmah dan Manfaat: Materi juga memberikan sudut
pandang yang tegas terkait dengan hikmah dan manfaat menjalankan
ibadah shalat bagi orang yang sakit. Hal ini memperkuat keyakinan
peserta didik tentang pentingnya tetap menjalankan ibadah walaupun
dalam keadaan tidak sehat.
c. Konsistensi dalam Penyampaian Pesan: Materi mempertahankan
konsistensi dalam penyampaian pesan-pesan terkait dengan pentingnya
menjalankan shalat bagi orang yang sakit. Hal ini membantu siswa
untuk memahami dengan jelas bahwa ibadah shalat merupakan suatu
kewajiban yang tidak tergantung pada kondisi kesehatan seseorang.
Dengan mengambil sudut pandang yang jelas dan tegas, materi ini
mampu memberikan arah dan panduan yang jelas kepada peserta didik
tentang pentingnya menjalankan ibadah shalat bagi orang yang sakit. Hal

20
ini membantu memperkuat keyakinan dan komitmen siswa dalam
menjalankan ajaran agama Islam meskipun dalam kondisi yang sulit.
9. Mampu memberikan pemantapan dan penekanan nilai-nilai peserta didik
Poin 9 pada bab ketiga, "Murahannya Shalat Bagi Orang Yang
Sakit", menyoroti kemampuan materi untuk memberikan pemantapan dan
penekanan terhadap nilai-nilai peserta didik. Dalam konteks bab ini,
terdapat beberapa aspek yang menunjukkan kemampuan materi dalam
memberikan pemantapan dan penekanan terhadap nilai-nilai peserta didik:
a. Penekanan pada Nilai Kepatuhan: Materi ini memberikan penekanan
yang kuat pada nilai kepatuhan terhadap kewajiban ibadah shalat,
meskipun dalam kondisi sakit. Dengan mengajarkan bahwa
menjalankan shalat bagi orang yang sakit adalah bagian dari ketaatan
kepada agama Islam, materi ini memantapkan nilai-nilai kepatuhan
pada siswa.
b. Penguatan Nilai Kemanusiaan: Materi juga memperkuat nilai-nilai
kemanusiaan, seperti empati dan kepedulian terhadap sesama, dengan
mengajarkan pentingnya menjaga kewajiban ibadah shalat bagi orang
yang sakit. Hal ini mengajarkan siswa untuk lebih peduli terhadap
kondisi orang lain dan membantu mereka dalam menjalankan
ibadahnya.
c. Penyertaan Mutiara Hikmah: Dengan menyertakan bagian "mutiara
hikmah" yang memuat pesan-pesan inspiratif, materi ini memberikan
pemantapan terhadap nilai-nilai agama dan moral peserta didik. Pesan-
pesan tersebut memberikan dorongan dan motivasi tambahan bagi siswa
untuk menjalankan ibadah shalat dengan tekun dan ikhlas.
Dengan memberikan penekanan dan pemantapan terhadap nilai-
nilai kepatuhan, kemanusiaan, dan moral melalui materi pembelajaran, bab
ini membantu memperkuat karakter dan moralitas peserta didik. Hal ini
penting untuk membentuk generasi yang taat beribadah, peduli terhadap
sesama, dan berakhlak mulia sesuai dengan ajaran agama Islam.
10. Dapat menghargai perbedaan-perbedaan peserta didik
Poin 10 pada bab ketiga, "Murahannya Shalat Bagi Orang Yang
Sakit", menyoroti kemampuan materi untuk menghargai perbedaan-
perbedaan peserta didik. Dalam konteks bab ini, terdapat beberapa aspek
yang menunjukkan kemampuan materi dalam menghargai perbedaan-
perbedaan peserta didik:
a. Pemahaman Kondisi Individu: Materi ini memperhitungkan bahwa
setiap individu memiliki kondisi kesehatan yang berbeda-beda. Dengan
memberikan pembahasan tentang tata cara shalat bagi orang yang sakit,
materi ini mengakui dan menghargai perbedaan kondisi fisik peserta
didik dan memberikan solusi yang sesuai dengan kondisi mereka.
b. Pemberian Kemudahan: Materi ini memberikan pemahaman bahwa

21
agama Islam memberikan kemudahan bagi umatnya, termasuk dalam
menjalankan ibadah shalat bagi orang yang sakit. Hal ini menghargai
perbedaan kondisi fisik peserta didik dan memberikan pengertian
bahwa Allah SWT memberikan keringanan dalam menjalankan ibadah
sesuai dengan kondisi individu.
c. Penyampaian Tanpa Diskriminasi: Materi ini menyampaikan ajaran
agama Islam tanpa membedakan atau mendiskriminasi berdasarkan
kondisi fisik. Setiap orang, termasuk yang sakit, diberikan hak yang
sama untuk menjalankan ibadah shalat dengan cara yang sesuai dengan
kondisinya masing-masing.
Dengan menghargai perbedaan-perbedaan peserta didik dalam
kondisi fisik dan memberikan pemahaman bahwa agama Islam
memberikan kemudahan dalam ibadah, bab ini menciptakan lingkungan
pembelajaran yang inklusif dan menghormati keberagaman individu. Hal
ini penting untuk menciptakan rasa percaya diri dan keadilan di antara
peserta didik, serta membangun sikap toleransi dan penghargaan terhadap
perbedaan dalam masyarakat.

D. BAB IV ( RINGANNYA SHALAT BAGI MUSAFIR )


1. Menarik Minat
Poin 1 pada bab keempat, "Ringannya Shalat Bagi Musafir",
menyoroti kemampuan materi untuk menarik minat peserta didik. Dalam
konteks bab ini, terdapat beberapa aspek yang menunjukkan kemampuan
materi dalam menarik minat peserta didik:
a. Penggunaan Mukadimah yang Menarik: Materi dimulai dengan
mukadimah yang membahas tentang musafir dan disertai dengan
gambar perjalanan menggunakan pesawat dan kapal laut. Pendekatan
ini dapat menarik minat siswa karena berkaitan dengan pengalaman dan
kegiatan yang akrab bagi mereka.
b. Kegiatan "Ayo Mengamati" dengan Gambar: Terdapat kegiatan "ayo
mengamati" dengan gambar perjalanan, di mana siswa diminta untuk
mengamati gambar tersebut dan menuliskan pertanyaan. Aktivitas ini
dapat merangsang rasa ingin tahu dan keaktifan siswa dalam memahami
materi yang akan disampaikan.
c. Penyertaan Bagian "Mutiara Hikmah": Materi dilengkapi dengan
bagian "mutiara hikmah", yang memuat pesan-pesan inspiratif terkait
dengan hikmah dari ringannya shalat bagi musafir. Pesan-pesan ini
dapat menambah minat siswa untuk memahami lebih lanjut tentang
pentingnya menjaga kewajiban shalat meskipun dalam kondisi
bepergian.
Dengan menggunakan mukadimah yang menarik, kegiatan "ayo
mengamati", dan penyertaan "mutiara hikmah", bab ini berhasil menarik

22
minat peserta didik untuk terlibat dalam pembelajaran tentang ringannya
shalat bagi musafir. Hal ini penting untuk menciptakan lingkungan
pembelajaran yang menarik dan memotivasi siswa untuk belajar dengan
antusias.
2. Mampu Memberikan Motivasi
Poin 2 pada bab keempat, "Ringannya Shalat Bagi Musafir",
menyoroti kemampuan materi untuk memberikan motivasi kepada peserta
didik. Dalam konteks bab ini, terdapat beberapa aspek yang menunjukkan
kemampuan materi dalam memberikan motivasi:
a. Pengenalan Konsep Musafir: Mukadimah bab mengenalkan konsep
musafir secara ringkas, yang dapat memotivasi siswa untuk memahami
lebih dalam tentang pentingnya shalat bagi musafir. Dengan memahami
status sebagai musafir, siswa dapat lebih termotivasi untuk belajar
tentang ringannya shalat bagi mereka.
b. Penggunaan Gambar Perjalanan: Materi menyertakan gambar-gambar
perjalanan menggunakan pesawat dan kapal laut, yang dapat menjadi
sumber motivasi bagi siswa. Melalui gambar-gambar ini, siswa dapat
membayangkan pengalaman sebagai musafir dan merasa termotivasi
untuk memahami lebih dalam tentang rukhsah shalat bagi musafir.
c. Penyertaan Mutiara Hikmah: Bagian "mutiara hikmah" memberikan
pesan-pesan motivasi terkait dengan hikmah dari ringannya shalat bagi
musafir. Pesan-pesan ini dapat menginspirasi siswa untuk tetap menjaga
kewajiban shalat meskipun dalam kondisi bepergian, sehingga
memberikan motivasi tambahan bagi mereka.
Dengan memperkenalkan konsep musafir, menggunakan gambar
perjalanan, dan menyertakan pesan-pesan motivasi, bab ini berhasil
memberikan motivasi kepada peserta didik untuk belajar tentang
ringannya shalat bagi musafir. Motivasi ini penting untuk meningkatkan
minat dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran agama Islam.

3. Memuat ilustrasi yang menarik hati peserta didik


Poin 3 pada bab keempat, "Ringannya Shalat Bagi Musafir",
menyoroti kemampuan materi untuk memuat ilustrasi yang menarik hati
peserta didik. Dalam konteks bab ini, terdapat beberapa aspek yang
menunjukkan kemampuan materi dalam menyajikan ilustrasi yang
menarik:
a. Gambar Perjalanan: Materi menyertakan gambar perjalanan
menggunakan pesawat dan kapal laut, yang dapat membangkitkan
imajinasi dan minat siswa. Ilustrasi tentang situasi perjalanan akan
membantu siswa untuk lebih memahami konteks mengenai kondisi
musafir dan pentingnya rukhsah shalat bagi mereka.
b. Visualisasi Konsep Musafir: Ilustrasi gambar yang menampilkan

23
musafir dalam berbagai situasi perjalanan akan membantu siswa untuk
memahami konsep musafir dengan lebih baik. Visualisasi ini dapat
membuat konsep yang abstrak menjadi lebih konkret dan mudah
dipahami oleh peserta didik.
c. Penggunaan Gambar yang Relevan: Gambar-gambar yang disertakan
dalam materi memiliki relevansi langsung dengan pembahasan tentang
ringannya shalat bagi musafir. Hal ini membuat ilustrasi menjadi lebih
menarik karena siswa dapat langsung mengaitkan gambar-gambar
tersebut dengan konten yang sedang dipelajari.
Dengan memuat ilustrasi yang menarik hati peserta didik, bab ini
berhasil memperkaya pembelajaran dengan visualisasi yang memudahkan
pemahaman konsep musafir dan ringannya shalat bagi mereka. Hal ini
membantu meningkatkan minat dan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran agama Islam.
4. Mempertimbangkan aspek linguistik
Poin 4 pada bab keempat, "Ringannya Shalat Bagi Musafir",
menyoroti kemampuan materi untuk mempertimbangkan aspek linguistik
dalam penyampaian materi. Dalam konteks bab ini, terdapat beberapa
aspek yang menunjukkan pertimbangan yang dilakukan terhadap aspek
linguistik.
a. Pemilihan Bahasa yang Mudah Dipahami: Materi disampaikan dengan
menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh siswa
kelas III. Hal ini membantu memastikan bahwa siswa dapat mengerti
dengan baik isi dari materi yang disampaikan.
b. Penggunaan Istilah yang Sesuai: Materi menggunakan istilah-istilah
agama Islam yang sesuai dengan pemahaman dan tingkat pemahaman
siswa. Penggunaan istilah yang tepat membantu dalam memperjelas
konsep-konsep yang diajarkan tanpa menimbulkan kebingungan.
c. Pengaturan Kalimat yang Tepat: Materi disusun dengan pengaturan
kalimat yang tepat sehingga mudah dipahami secara berurutan. Struktur
kalimat yang jelas membantu siswa untuk mengikuti alur pembelajaran
dengan baik.
d. Konsistensi Penulisan: Materi memperhatikan konsistensi dalam
penulisan istilah dan kalimat, sehingga tidak menimbulkan
kebingungan pada siswa. Hal ini penting untuk memastikan
kesinambungan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
Dengan mempertimbangkan aspek linguistik seperti pemilihan
bahasa yang mudah dipahami, penggunaan istilah yang sesuai, pengaturan
kalimat yang tepat, dan konsistensi penulisan, materi ini berhasil
menyampaikan informasi dengan jelas dan mudah dipahami oleh siswa.
Hal ini penting untuk memastikan efektivitas pembelajaran dan
pemahaman yang maksimal terhadap materi agama Islam yang diajarkan.

24
5. Isinya harus berhubungan dengan mata pelajaran lain
Poin 5 pada bab keempat, "Ringannya Shalat Bagi Musafir",
menyoroti kemampuan materi untuk menyajikan isi yang berhubungan
dengan mata pelajaran lain. Dalam konteks bab ini, terdapat beberapa
aspek yang menunjukkan hubungan materi dengan mata pelajaran lain:
a. Keterkaitan dengan Sejarah dan Budaya: Materi ini mengenalkan
konsep musafir dan pembahasan mengenai rukhsah shalat bagi musafir.
Hal ini dapat dihubungkan dengan pembelajaran sejarah dan budaya, di
mana siswa dapat memahami peran penting perjalanan dalam sejarah
perkembangan agama Islam dan bagaimana hal ini memengaruhi
praktik keagamaan.
b. Keterkaitan dengan Bahasa Indonesia: Materi ini menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar, sehingga dapat membantu siswa untuk
memahami konsep-konsep yang diajarkan dan meningkatkan
pemahaman mereka terhadap bahasa Indonesia.
c. Pengembangan Keterampilan Pemecahan Masalah: Pembahasan
mengenai rukhsah shalat bagi musafir dapat memunculkan pertanyaan-
pertanyaan etis dan moral, yang dapat membantu dalam pengembangan
keterampilan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan pada
siswa.
Dengan menyajikan isi yang terkait dengan mata pelajaran lain
seperti sejarah dan budaya, bahasa Indonesia, dan pengembangan
keterampilan pemecahan masalah, materi ini dapat membantu siswa untuk
mengaitkan pembelajaran agama Islam dengan konteks yang lebih luas
dan meningkatkan pemahaman mereka tentang berbagai aspek kehidupan.
6. Dapat merangsang aktivitas pribadi peserta didik
Poin 6 pada bab keempat, "Ringannya Shalat Bagi Musafir",
menyoroti kemampuan materi untuk merangsang aktivitas pribadi peserta
didik. Dalam konteks bab ini, terdapat beberapa aspek yang menunjukkan
kemampuan materi dalam merangsang aktivitas pribadi siswa:
a. Kegiatan "Ayo Mengamati": Materi dilengkapi dengan kegiatan "ayo
mengamati" yang mengharuskan siswa untuk mengamati gambar-
gambar perjalanan menggunakan pesawat dan kapal laut. Hal ini
merangsang siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran dengan
mengobservasi gambar-gambar tersebut dan menarik kesimpulan atau
pertanyaan dari apa yang mereka lihat.
b. Kegiatan "Ayo Lakukan": Dalam bagian akhir materi, terdapat kegiatan
"ayo lakukan" yang mendorong siswa untuk melakukan praktik shalat
secara langsung sesuai dengan kondisi sebagai musafir. Ini merupakan
bentuk aktivitas pribadi yang langsung melibatkan siswa dalam
menjalankan praktik ibadah yang dipelajari, sehingga mereka dapat
merasakan dan memahami secara langsung konsep yang diajarkan.

25
c. Kegiatan "Ayo Berlatih": Materi juga mengajak siswa untuk berlatih
dalam menjalankan shalat sebagai musafir. Ini memberikan kesempatan
bagi siswa untuk melakukan praktik secara berkala dan memperbaiki
keterampilan mereka dalam menjalankan shalat, sehingga mereka
menjadi lebih terampil dan percaya diri dalam melaksanakan ibadah.
Dengan menyediakan berbagai kegiatan yang merangsang aktivitas
pribadi siswa, materi ini tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga
mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran
dan pengalaman langsung dalam menjalankan ibadah shalat. Hal ini
penting untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan praktis siswa
dalam menjalankan ajaran agama Islam.
7. Jelas konsepnya
Poin 7 pada bab keempat, "Ringannya Shalat Bagi Musafir",
menyoroti kemampuan materi untuk menjelaskan konsep dengan jelas.
Dalam konteks bab ini, terdapat beberapa aspek yang menunjukkan
kemampuan materi dalam menjelaskan konsep dengan jelas:
a. Pendekatan Pengantar yang Jelas: Materi dimulai dengan mukadimah
yang memberikan pengenalan tentang konsep musafir. Hal ini
membantu siswa untuk memahami konteks pembelajaran yang akan
dijelaskan secara lebih rinci.
b. Penjelasan Tata Cara Shalat bagi Musafir: Materi memberikan
penjelasan yang lengkap dan terperinci mengenai tata cara shalat bagi
musafir, termasuk ketentuan rukhsah shalat dan tata cara
pelaksanaannya. Penjelasan yang sistematis ini membantu siswa untuk
memahami dengan jelas langkah-langkah yang harus dilakukan saat
menjalankan shalat sebagai musafir.
c. Penggunaan Bahasa yang Mudah Dipahami: Materi menggunakan
bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh siswa kelas III. Hal
ini memastikan bahwa konsep-konsep yang disampaikan dapat
dipahami dengan jelas oleh siswa tanpa menimbulkan kebingungan.
d. Penggunaan Contoh dan Ilustrasi yang Relevan: Materi menyertakan
contoh-contoh dan ilustrasi yang relevan, seperti gambar perjalanan
menggunakan pesawat dan kapal laut, untuk memperjelas konsep yang
diajarkan. Hal ini membantu siswa untuk lebih mudah mengaitkan
konsep yang abstrak dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan menjelaskan konsep dengan jelas melalui pendekatan yang
sistematis, penggunaan bahasa yang mudah dipahami, dan penyertaan
contoh dan ilustrasi yang relevan, materi ini membantu siswa untuk
memahami dengan lebih baik tentang ringannya shalat bagi musafir. Hal
ini penting untuk memastikan bahwa peserta didik dapat menguasai
konsep-konsep agama Islam dengan baik.
8. Memiliki sudut pandang yang jelas dan tegas

26
Poin 8 pada bab keempat, "Ringannya Shalat Bagi Musafir",
menyoroti kemampuan materi untuk memiliki sudut pandang yang jelas
dan tegas. Dalam konteks bab ini, terdapat beberapa aspek yang
menunjukkan sudut pandang yang jelas dan tegas dalam penyampaian
materi:
a. Penekanan pada Keringanan dalam Shalat: Materi secara tegas
menekankan tentang rukhsah atau keringanan dalam melaksanakan
shalat bagi musafir. Sudut pandang ini mengkomunikasikan kepada
siswa bahwa dalam agama Islam, Allah memberikan kemudahan
kepada umat-Nya, termasuk dalam melaksanakan ibadah shalat saat
dalam perjalanan.
b. Penegasan atas Kewajiban Melaksanakan Shalat**: Meskipun
mengenalkan konsep keringanan, materi juga tetap menegaskan
kewajiban melaksanakan shalat bagi umat Islam, bahkan saat berada
dalam kondisi sebagai musafir. Sudut pandang ini memastikan bahwa
peserta didik memahami bahwa meskipun ada keringanan, tetapi
kewajiban untuk melaksanakan ibadah tetap harus dipenuhi.
c. Konsistensi dalam Penyampaian Ajaran**: Materi konsisten dalam
menyampaikan ajaran agama Islam terkait dengan kewajiban shalat,
baik dalam kondisi biasa maupun sebagai musafir. Sudut pandang yang
konsisten ini membantu siswa untuk memiliki pemahaman yang jelas
tentang pentingnya melaksanakan ibadah shalat, namun dengan
memperhatikan kondisi-kondisi tertentu yang diperbolehkan.
Dengan memiliki sudut pandang yang jelas dan tegas mengenai
keringanan dalam shalat bagi musafir, materi ini memberikan pemahaman
yang komprehensif kepada siswa tentang prinsip-prinsip agama Islam
terkait dengan pelaksanaan ibadah. Hal ini penting untuk membentuk
pemahaman yang benar dan mendalam tentang ajaran Islam dalam
kehidupan sehari-hari.
9. Mampu memberikan pemantapan dan penekanan nilai-nilai peserta didik
Poin 9 pada bab keempat, "Ringannya Shalat Bagi Musafir",
menyoroti kemampuan materi untuk memberikan pemantapan dan
penekanan terhadap nilai-nilai yang diajarkan. Dalam konteks bab ini,
terdapat beberapa aspek yang menunjukkan kemampuan materi dalam
memberikan pemantapan dan penekanan terhadap nilai-nilai:
a. Penekanan pada Pentingnya Kewajiban Shalat: Meskipun materi
membahas tentang keringanan dalam melaksanakan shalat bagi musafir,
namun tetap menekankan pentingnya kewajiban shalat dalam agama
Islam. Hal ini memberikan pemantapan kepada siswa bahwa meskipun
ada keringanan, kewajiban shalat tetap harus dipenuhi dan merupakan
salah satu pijakan utama dalam praktik keagamaan.
b. Penegasan atas Kemudahan dalam Agama: Materi menekankan bahwa

27
agama Islam memberikan kemudahan kepada umatnya, termasuk dalam
menjalankan ibadah shalat. Hal ini memberikan pemahaman kepada
siswa bahwa Islam adalah agama yang memperhatikan kebutuhan dan
kondisi individu, sehingga tidak memberatkan umatnya dalam
menjalankan ibadah.
c. Pemantapan atas Kesadaran Beragama: Dengan memperkenalkan
konsep keringanan dalam shalat, materi juga memberikan pemantapan
kepada siswa tentang pentingnya kesadaran beragama. Peserta didik
diajak untuk memahami bahwa menjaga kewajiban agama merupakan
bagian integral dari identitas dan praktek keagamaan yang utuh.
Dengan memberikan pemantapan dan penekanan terhadap nilai-
nilai seperti pentingnya kewajiban shalat, kemudahan dalam agama, dan
kesadaran beragama, materi ini membantu siswa untuk memahami dan
menginternalisasi nilai-nilai agama Islam yang penting dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini penting untuk membentuk karakter dan sikap spiritual
yang kuat pada generasi muda.
10. Dapat menghargai perbedaan-perbedaan peserta didik
Poin 10 pada bab keempat, "Ringannya Shalat Bagi Musafir",
menyoroti kemampuan materi untuk menghargai perbedaan antar peserta
didik. Dalam konteks ini, materi dapat menghargai perbedaan dengan
beberapa cara:
a. Penerimaan Terhadap Kondisi Individu: Materi memberikan
pemahaman bahwa dalam agama Islam, terdapat keringanan dalam
melaksanakan ibadah bagi mereka yang sedang dalam perjalanan. Hal
ini menunjukkan pengakuan terhadap keberagaman situasi dan kondisi
individu dalam menjalankan kewajiban agama.
b. Fleksibilitas dalam Pelaksanaan Ibadah: Materi menyampaikan bahwa
meskipun terdapat keringanan dalam pelaksanaan shalat bagi musafir,
namun kewajiban ibadah tetap harus dipenuhi sesuai dengan
kemampuan dan kondisi masing-masing individu. Hal ini menunjukkan
penghargaan terhadap keberagaman kemampuan dan situasi yang
dimiliki peserta didik.
c. Pemantapan Nilai Toleransi: Dengan memperkenalkan konsep
keringanan dalam shalat bagi musafir, materi juga secara tidak langsung
memperkuat nilai toleransi terhadap perbedaan kondisi dan situasi di
antara peserta didik. Hal ini penting untuk membentuk sikap saling
menghormati dan menerima keberagaman di dalam komunitas.
Dengan menghargai perbedaan-perbedaan individu dan
memberikan pemahaman tentang fleksibilitas dalam pelaksanaan ibadah,
materi ini membantu menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif
dan mendukung bagi semua peserta didik, tanpa memandang latar
belakang atau situasi mereka.

28

Anda mungkin juga menyukai