Anda di halaman 1dari 2

SURAT UNTUK SAUDARA TIRIKU

Adalah suatu hal yang "aneh" jika aku tidak melakukan hal - hal yang "aneh" di dalam
kehidupanku ini, saudaraku.

Aku tidak tahu mengapa aku di sebut "aneh", apa semua tindakanku ini berada pada masa yang
tak tepat, terlalu dini, atau terlambat?

Yang aku tahu adalah sebuah pergolakan dalam keterasingan, apakah kau mengerti ini
saudaraku?

Aku merasa asing dengan zaman ini, atau zaman ini yang mengasingkan ku?

Aku bukan lah anak zaman ini, atau zaman ini bukan ibu kandungku?

Aku hanya anak tiri zaman, atau zaman ini ibu tiriku?

Sentuhan dialektika ku dengan zaman ini pastilah tidak akan cocok dengan kulit kulit anak
zaman kini, termasuk kau saudaraku.

Suaraku tidaklah terdengar oleh telinga anak kandung zaman ini, termasuk oleh telingamu
saudaraku.

Aku tidak tahu, apa suara ini terlalu kecil dan membisik, atau terlalu keras nan memekik, hingga
tak terdengar seperti suara si bisu oleh telinga si tuli.

Aku merasa seolah aku adalah anak anak, atau aku merasa seolah aku adalah seorang dewasa
yang terlalu tua.

Pintu kelahiranku belumlah terbuka, tetapi pintu kematianku telah menyambut ku dengan hangat.

Aku sering menyenandungkan lagu yang tak di mengerti zaman ini, juga oleh mu saudaraku.

Mungkin ini adalah lagu paling awal yang telah tercipta, atau lagu paling akhir yang akan
tercipta?
Aku tidak tahu harus kepada siapa aku keluhkan keadaanku kini, kepada mereka yang belum
lahir, atau kepada mereka yang telah berbaring di liang lahatnya saudaraku?

Aku adalah makhluk ciptaan Tuhan yang jauh disana, atau aku adalah Tuhan itu sendiri yang
menjauh dari makhluk ciptaan ku?

Aku pun hanya bisa mendengar percakapan manusia lain, tanpa mengerti apa yang sedang
dibicarakan.

Aku juga hendak menyela pembicaraan mereka, tanpa aku tahu apa yang hendak aku katakan.

Aku tidak tahu lagi harus bagaimana menjalani hidup di zaman kuno atau modern ini saudaraku?

Aku sudah muak dengan keadaan zaman yang aneh ini, atau zaman ini yang muak dengan
keanehanku.

Untuk kalian saudaraku, anak-anak kandung dari zaman ini yang membaca tulisan ini, anak
kandung dari ibu tiriku, aku mengundang kalian singgah ke dalam zaman ku, bertemu dengan
ibu kandungku, ntah melalui sosok anak kecil atau seorang tua yang renta, kalian akan aku
sambut dengan hangat.

Tamparan keras pada pikiran - pikiran yang rusak adalah cara zaman kami menyambut dengan
suka cita tamu yang kami hormati.

Aku menunggu, menunggu balasan surat ku ini. Aku harap kau sudi untuk berkunjung
saudaraku.

Salam dari saudara tirimu,

Gus Sohe

Jakarta, 9 September 2017 (Pukul : 04.04)

Anda mungkin juga menyukai