PERAN HAKIM SEBAGAI PELAKSANA KEKUASAAN HAKIM PKN, Kel 3
PERAN HAKIM SEBAGAI PELAKSANA KEKUASAAN HAKIM PKN, Kel 3
KEKUASAAN KEHAKIMAN
KELOMPOK 3
ANGGOTA KELOMPOK:
Ade Aulia
Hayyu Sari Fadillah
Irma Novelina
Nadia Riski Edriani
Nouval Aulia
Rizki Aldefira
Vicko Fadhil Zaidan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah, serta karunia-Nya kepada kami semua sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dengan mengucapkan syukur
Alhamdulillah, kami semua dapat menyusun, menyesuaikan, serta dapat
menyelesaikan sebuah makalah ini. Di samping itu, kami mengucapkan rasa
terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu kami dalam
menyelesaikan pembuatan sebuah makalah ini, baik dalam bentuk moril maupun
dalam bentuk materi sehingga dapat terlaksana dengan baik
Kami, sangat menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini memang masih
banyak kekurangan serta amat jauh dari kata kesempurnaan. Namun, kami
semua telah berusaha semaksimal mungkin dalam membuat sebuah makalah ini.
Di samping itu, kami sangat mengharapkan kritik serta saran nya dari semua
teman- teman demi tercapainya kesempurnaan yang di harapkan dimasa akan
datang.
Kami berharap semoga Makalah Pkn tentang “PERAN HAKIM SEBAGAI
PELAKSANA KEKUASAAN KEHAKIMAN” yang kami susun ini dapat
memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................
3
2.1 Penjelasan ....................................................................................................... 3
2.2 Peran Hakim.................................................................................................... 3
2.3 Wewenang Hakim........................................................................................... 4
2.4 Tugas Pokok Hakim........................................................................................ 5
2.5 Hakim Berdasarkan Jenis Lembaga................................................................ 6
2.6 Kasus............................................................................................................. 10
BAB III KESIMPULAN............................................................................................. 11
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................
12
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekuasan kehakiman merupakan perangkat negara yang berfungsi sebagai lembaga
yudikatif. Dalam pasal 24 ayat 1 UUD 1945 menyebutkan bahwa kekuasaan
kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan
guna menegakkan hukum dan keadilan. Sehingga kekuasaan kehakiman bersifat
bebas dan tidak tergantung kepada kekuasaan lain demi menciptakan ketertiban
masyarakat.
Dalam sistem ketatanegaraan dan hukum di Indonesia, hakim mempunyai peran yang
penting sebagai penegak hukum sesuai dengan apa yang di undang-undangkan oleh
lembaga legislatif. Jika lembaga legislatif membentuk undang-undang secara in
abstraco, maka hakim memegang peran dalam penerapan undang-undang secara in
concreto. Hakim bertugas untuk menerapkan apa yang tertulis dalam hukum untuk
penyelesaian sengketa secara tepat sehingga dapat membuahkan kepastian hukum,
rasa keadilan dan kedamaian secara proposional.
Hakim sebagai penegak hukum dan keadilan di dalam negara yang berdasarkan
pancasila, maka seorang hakim harus mengakui dan percaya adanya Tuhan yang
Maha Esa sesuai dengan agama masing-masing. Selain itu hakim harus jujur, berdiri
di atas semua pihak yang berkepentingan dalam suatu perkara yang sedang dihadapi,
bebas dari pengaruh siapapun. Hakim juga harus adil, serta bersungguh-sungguh
mencari kedilan dan kebenaran, memutuskan berdasarkan keyakinan dan sanggup
bertanggung jawab kepada Tuhan. Hakim juga harus berkarakter, bijaksana, berilmu
dan penuh pengabdian pada tugasnya.
B. Rumusan Masalah
a. Apa itu kehakiman?
b. Apa peran hakim?
c. Apa wewenang dan tugas pokok hakim?
d. Apa saja hakim berdasarkan jenis lembaga
1
C. Tujuan
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan yang terkandung dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui dan menganalisis ketentuan mengenai mengenai
kewenangan hakim dalam tindak pidana korupsi.
b. Untuk mengetahui dan menganalisis ketentuan dan wewenang hakim.
c. Untuk mengetahui tugas-tugas hakim.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penjelasan
Indonesia adalah negara hukum. Hal itu sebagaimana disebutkan dalam Undang-
Undang Dasar 1954 hasil amandemen ketiga pasal 1 ayat (3) yang menyatakan
bahwa, “Indonesia adalah negara hukum.” (UUD 1945, ps. 1 ayat 3). Konsepsi negara
hukum yang diletakkan di pasal paling awal ini menegaskan arah reformasi yang
benar-benar memilki tekat untuk membentuk Indonesia sebagai negara hukum.
Konsekuensi logis dari konsepsi negara hukum adalah adanya lembaga kekuasaan
kehakiman yang mandiri. Dalam hal ini, pasal 24 Undang-Undang Dasar Negara hasil
Amandemen ke-3 menyebutkan bahwa, "(1) Kekuasaan kehakiman merupakan
kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan (UUD 1945, ps. 24 ayat 1). Dari pasal tersebut, kita mengerti
bahwa suatu hal yang penting bagi kekuasaan kehakiman adalah independensi, yang
dalam pasal tersebut disebut dengan “merdeka” untuk menyelenggarakan
peradilan. dari pasal tersebut, tergambar pula tujuan dari diselenggarakannya
peradilan adalah untuk menegakkan hukum dan keadilan. Meski, di dalam praktiknya,
kita memerlukan diskusi yang panjang dalam hal hukum dan keadilan ini.
Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh undang-undang
untuk mengadili. Mengadili merupakan serangkaian tindakan hakim untuk menerima,
memeriksa, dan memutuskan perkara hukum berdasarkan asas bebas, jujur dan tidak
memihak di sebuah sidang pengadilan berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
B. Peran Hakim
Peran hakim dalam sistem peradilan sangatlah penting dalam menjaga supremasi
hukum, keadilan, dan perlindungan hak-hak warga negara. Sebagai penegak hukum
yang independen, adil, dan berintegritas, hakim memiliki tanggung jawab besar dalam
menentukan nasib individu dan masyarakat secara keseluruhan.
Dalam hal ini, posisi hakim adalah sebagai pelaksana langsung dari kekuasaan
kehakiman karena diberi mandat oleh Undang- Undang. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 19
3
menyebutkan bahwa, "Hakim dan hakim konstitusi adalah pejabat negara yang
melakukan kekuasaan kehakiman yang diatur dalam Undang- Undang.” (UU
No.48/2009. ps.19). Dari situ, sebagaimana ditegaskan oleh Sunarto, Hakim bisa
dipandang sebagai pelaku nyata kekuasaan kehakiman. (Sunarto, 2021. p. 281).
Karena itu, di sebuah pengadilan, hakim punya peran yang sangat penting, yaitu
sebagai subjek utama pelaksana kekuasaan kehakiman. (Musthofa, 2021. p. 143)
Sebagai sebuah jabatan, tidak ada hierarki antara hakim. Bahkan meski secara
administrasi pimpinan disebut Ketua dan Wakil ketua, dalam kapasitas sebagai hakim,
tetap tidak ada hierarki dengan hakim lainnya. Adapun Ketua dan Wakil Ketua
Pengadilan, mereka adalah mandataris dari para hakim untuk mengurus persoalan
administrasi. Bahkan jika ketua hendak melakukan fungsi mengadili, dia harus
menunjuk dirinya sendiri bersama dengan hakim anggotanya melalui sebuah
penetapan. (Sunarto, 2021. p. 281).
Di dalam sebuah instansi, tenteng administrasi, hakim dalam sebuah instansi dibantu
oleh unit pendukung seperti kepaniteraan dan kesekretariatan yang diatur oleh
peraturan tersendiri, misalnya Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Nomor
7 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepaniteraan Dan Kesekretariatan
Peradilan. Peraturan ini mengatur perihal kepaniteraan dan kesekretariatan badan
peradilan di bawah Mahkamah Agung.
C. Wewenang hakim
Hakim memiliki wewenang yang luas dalam melaksanakan tugasnya. Wewenang
hakim meliputi:
1. Mengadili Perkara
Hakim berwenang untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara pidana
dan perdata. Hakim juga berwenang untuk melakukan upaya hukum luar biasa,
seperti kasasi, peninjauan kembali, dan grasi.
2. Melakukan Pengawasan
Hakim berwenang untuk mengawasi pelaksanaan hukum oleh badan dan/atau
pejabat hukum lainnya. Pengawasan ini dilakukan untuk memastikan bahwa
hukum dilaksanakan secara benar dan adil.
3. Memberikan pertimbangan
Hakim berwenang untuk memberikan pertimbangan kepada lembaga negara
lainnya, seperti Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan
Daerah.
4. Memutuskan Perkara Pidana Dan Perdata Sesuai Undang-Undang
4
Wewenang hakim diatur dalam Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman. Pasal 5 ayat (1) UU tersebut menyebutkan bahwa tugas
hakim adalah untuk menerima, memeriksa, dan memutus perkara. Pasal 5 ayat (2)
5
UU tersebut menyebutkan bahwa wewenang hakim adalah untuk mengadili dan
memutus perkara.
Selain itu, tugas dan wewenang hakim juga diatur dalam undang-undang khusus,
seperti Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana,
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa, dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama.
6
144/KMA/SK/VII/2022 tentang Standar Pelayanan Informasi Publik di
Pengadilan,
7
sebagai pengganti Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor 1-
144/KMA/SK/I/2011 tentang Pedoman Pelayanan Informasi di Pengadilan.
8
Hakim pada badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah
Agung
1. Hakim Peradilan Umum
Hakim peradilan umum adalah hakim yang bertugas memeriksa, mengadili,
dan memutus perkara di lingkungan peradilan umum. Peradilan umum
merupakan lingkungan peradilan yang umum dan terbuka untuk umum, dan
memeriksa, mengadili, dan memutus perkara-perkara yang tidak termasuk
dalam lingkungan peradilan lain.
Hakim peradilan umum terdiri dari hakim tingkat pertama, hakim tingkat
banding, dan hakim tingkat kasasi. Hakim tingkat pertama bertugas
memeriksa, mengadili, dan memutus perkara di tingkat pertama. Hakim
tingkat banding bertugas memeriksa, mengadili, dan memutus perkara yang
telah diputus oleh hakim tingkat pertama dan diajukan banding. Hakim tingkat
kasasi bertugas memeriksa, mengadili, dan memutus perkara yang telah
diputus oleh hakim tingkat banding dan diajukan kasasi.
Hakim peradilan agama terdiri dari hakim tingkat pertama, hakim tingkat
banding, dan hakim tingkat kasasi. Hakim tingkat pertama bertugas
memeriksa, mengadili, dan memutus perkara di tingkat pertama. Hakim
tingkat banding bertugas memeriksa, mengadili, dan memutus perkara yang
telah diputus oleh hakim tingkat pertama dan diajukan banding. Hakim tingkat
kasasi bertugas memeriksa, mengadili, dan memutus perkara yang telah
diputus oleh hakim tingkat banding dan diajukan kasasi.
Hakim peradilan militer terdiri dari hakim tingkat pertama, hakim tingkat
banding, dan hakim tingkat kasasi. Hakim tingkat pertama bertugas
memeriksa, mengadili, dan memutus perkara di tingkat pertama. Hakim
tingkat banding bertugas memeriksa, mengadili, dan memutus perkara yang
telah diputus oleh hakim tingkat pertama dan diajukan banding. Hakim tingkat
kasasi bertugas memeriksa, mengadili, dan memutus perkara yang telah
diputus oleh hakim tingkat banding dan diajukan kasasi.
9
4. Hakim Peradilan Tata Usaha Negara
Hakim peradilan tata usaha negara adalah hakim yang bertugas memeriksa,
mengadili, dan memutus perkara di lingkungan peradilan tata usaha negara.
Peradilan tata usaha negara merupakan lingkungan peradilan yang memeriksa,
mengadili, dan memutus sengketa antara warga negara dan badan atau pejabat
tata usaha negara.
Hakim peradilan tata usaha negara terdiri dari hakim tingkat pertama, hakim
tingkat banding, dan hakim tingkat kasasi. Hakim tingkat pertama bertugas
memeriksa, mengadili, dan memutus perkara di tingkat pertama. Hakim
tingkat banding bertugas memeriksa, mengadili, dan memutus perkara yang
telah diputus oleh hakim tingkat pertama dan diajukan banding. Hakim tingkat
kasasi bertugas memeriksa, mengadili, dan memutus perkara yang telah
diputus oleh hakim tingkat banding dan diajukan kasasi.
5. Hakim Ad Hoc
Hakim ad hoc adalah hakim yang diangkat secara sementara untuk memeriksa,
mengadili, dan memutus perkara tertentu. Hakim ad hoc dapat diangkat dari
kalangan profesi hukum lainnya, seperti advokat, notaris, atau sarjana hukum.
Mahkamah Konstitusi
Undang-Undang yang beraku tentang Mahkamah konstitusi saat ini adalah
Undang- Undang (UU) Nomor 7 Tahun 2020 Perubahan Ketiga atas Undang-
Undang Nomor
24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Undang-Undang ini mengubah UU
No. 4 Tahun 2014 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi Menjadi Undang-Undang.
Sebelumnya, UU No. 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi dan UU No. 24 Tahun 2003
tentang Mahkamah Konstitusi.
1
Secara umum, UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi memuat
pokok-pokok tentang Mahkamah Konstitusi seperti, ketentuan umum, kedudukan
dan susunan, kekuasaan mahkamah konstitusi, pengangkatan dan pemberhentian
hakim konstitusi, hukum acara mahkamah konstitusi, ketentuan lain-lain dan
ketentuan peralihan.
Komisi Yudisial
Di dalam struktur kekuasaan kehakiman, Komisi Yudisial (KY) punya peran
penting, terutama dalam hal pengawasan dan pengusulan calon hakim agung.
Dalam pasal 24 A ayat (2) Undang- Undang Dasar menyebutkan bahwa, "Calon
hakim Agung diusulkan oleh Komisi Yudisial kepada dewan Perwakilan Rakyat
untuk mendapat persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh
Presiden. (UUD/1945 ps. 24 a ayat 2)
Lebih lanjut, disebutkan dalam pasal 25 B ayat (1) yang menyatakan bahwa,
"Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan
hakim agung dan mempunyai kewenangan lain dalam rangka menjaga dan
menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim." (UUD/1945
ps. 25 b ayat 1)
1
Pasal tersebut, menyinggung tentang fungsi pengawasan hakim oleh Komisi
Yudisial, yaitu pengawasan eksternal. Dalam hal ini, yang menjadi objek
pengawasan adalah profesionalitas dan administrasi. Adapun tentang putusan,
yang dalam hal ini adalah pertimbangan hakim, baik pertimbangan yuridis
maupun substantif, tidak bisa menjadi objek pengawasan. Ini sesuai dengan
prinsip kemandirian hakim. (Sunarto, 2021. p. 282-284)
F. Kasus
Pada Januari 2022, penjara atau kerangkeng manusia di rumah Bupati Langkat,
Sumatera Utara, Terbit Rencana Peranginangin, terungkap. Kerangkeng tersebut
ditemukan saat Sang Bupati terjaring operasi tangkap tangan (OTT) Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK).
Atas temuan ini, polisi pun mendatangi lokasi dan mendapatkan informasi bahwa
kerangkeng manusia itu merupakan tempat rehabilitasi narkotika. Akan tetapi, belum
ada izin sebagai tempat rehabilitasi narkoba di rumah tersebut.
Selama didirikan sejak 2012, ada enam orang yang meninggal di dalam kerangkeng
tersebut. Kasus dugaan tindak pidana kekerasan di dalam kerangkeng manusia ini
masih berjalan di pengadilan hingga sekarang. Terdapat delapan tersangka yang
diadili. Satu di antaranya merupakan anak kandung dari Bupati Terbit berinisial DP.
Empat tersangka, yaitu DP, HS, HG, dan IS didakwa dengan pasal penganiayaan yang
menyebabkan kematian terhadap korban. Sementara SP, JS,RG, dan TS didakwa
dengan tindak pindana perdagangan orang.
1
BAB III
KESIMPULAN
Bagi hakim dalam mengadili suatu perkara yang dipentingkan adalah fakta atau
peristiwanya dan bukan hukumnya. Peraturan hukum hanyalah alat sedangkan yang
bersifat menentukan adalah peristiwanya.
Untuk dapat menyelesaikan atau mengakhiri suatu perkara atau sengketa hakim harus
terlebih dahulu mengetahui secara obyektif tentang duduk perkara sebenarnya sebagai
dasar putusan, dan bukan secara apriori menemukan putusan lalu pertimbangannya
baru kemudian dikonstruir Peristiwa yang sebenarnya akan diketahui hakim dari
pembuktian. Jadi putusan itu bukan lahir dalam proses secara apriori kemudian haru
dikonstruksi atau direka pertimbangan pembuktiannya, tetapi harus dipertimbangkan
lebih dahulu tentang terbukti tidaknya baru kemudian sampai pada putusan.
1
DAFTAR PUSTAKA
https://justaweeab00.blogspot.com/2023/11/tugas-wewenang-dan-peran-
hakim.html
https://hukum.uma.ac.id/2023/07/17/peran-hakim-dalam-sistem-peradilan-
penegak-hukum-yang-independen-dan- adil/#:~:text=Peran%20hakim
%20dalam%20sistem%20peradilan%20sangatlah
%20penting%20dalam%20menjaga%20supremasi,individu%20dan%20masyar
akat%20secara%20keseluruhan
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&opi=89978449&url=https
://www.mkri.id/index.php%3Fpage%3Dweb.Berita%26id%3D11780%23:~:text
%3DHakim%2520konstitusi%2520adalah%2520jabatan%2520yang,the%2520
guardian%2520of%2520the
%2520constitution).&ved=2ahUKEwjUw_7Q1b2CA xUGzDgGHfS-
C8UQFnoECAcQBQ&usg=AOvVaw3Yly1VDwRrIdhzb0VT8iVX
https://www.pa-poso.go.id/publikasi/arsip-artikel/605-kekuasaan-kehakiman-
di- indonesia-struktur-dan-peran-dalam-ketatanegaraan
https://www.pn-sungaipenuh.go.id/tentang-pengadilan/2015-06-22-15-58-25.html
https://news.detik.com/berita/d-6359170/tugas-dan-wewenang-
hakim- pengertian-dan-syarat-syaratnya