Anda di halaman 1dari 81

PERJANJIAN JUAL BELI

Tujuan

 Memperoleh hak milik atas suatu kebendaan → tidak hanya jual beli yang
perolehan hak milik atas suatu kebendaan. Contoh: hibah, barter.

Definisi

 Pasal 1457 KUHPerdata:


- Jual Beli adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan
dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan (penjual), dan pihak lain untuk
membayar harga yang ltelah dijanjikan (pembeli).
- Perjanjian jual beli terjadi → “lahir” dengan adanya kesepakatan antara barang
dan harga.
 Pasal 1458 KUHPerdata:
- Jual beli itu dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, seketika setelahnya
orang-orang ini mencapai sepakat tentang kebendaan tersebut dan harganya,
meskipun kebendaan itu belum diserahkan maupun harganya belum dibayar.
- Secara yuridis perjanjian jual beli lahir → kesepakatan antara barang dan harga
sekalipun belum dibayar.

Sifat Perjanjian Jual Beli

 Konsensuil Obligatoir
- Terjadi dengan adanya kata sepakat dan melahirkan hak dan kewajiban diantara
para pihak.
- Tetapi hak milik belum beralih → hanya hak dan kewajiban yang lahir.
- Perjanjian jual beli belum mengalihkan hak milik atas suatu kebendaan.

Kapan Hak Milik Beralih?

 Pasal 1459 KUHPerdata


- Hak milik atas barang yang dijual tidaklah berpindah kepada pembeli, selama
penyerahannya belum dilakukan.
- Unsur essensialia perjanjian jual beli adalah barang dan harga.
- Hak milik beralih dengan diserahkannya/penyerahan (levering) barang.

1
Q: Barang sudah diserahkan tetapi surat-suratnya belum apakah sudah beralih?
→ Contoh: jual beli motor.
A: Penyerahan ada berbagai macam cara
1. Penyerahan nyata / dari tangan ke tangan.
Ex: beli aqua, aqua diberikan → untuk benda bergerak yang tidak
terdaftar dan benda tidak berwujud yang ??
2. Penyerahan dengan balik nama.
Ex: benda terdaftar → kendaraan bermotor, tanah
→ surat sudah dikasih dan barang itu juga belum tentu tergantung
apakah sudah balik nama apa belum.
Q: Kebendaan macam apa yang dapat menjadi objek jual beli?
A: Semua benda-benda dalam perdangangan dapat menjadi objek jual beli.
Q: Apa yang dimaksud dengan harga?
A: Suatu nilai yang diwujudkan dalam bentuk nominal mata uang tertentu.
- Perjanjian jual beli melahirkan hak dan kewajiban
a. Kewajiban penjual adalah menyerahkan barang dan menjamin
kenikmatan akan barang terhadap tuntutan dari pihak ketiga serta
adanya “cacat tersembunyi” → yang menyebabkan fungsi benda
berkurang + tidak terlihat oleh pembeli dan mungkin juga oleh penjual.
b. Penjual berhak memperoleh uang dari pembeli.
c. Pembeli berkewajiban membayar barang.
d. Pembeli berhak memperoleh barang.

Unsur-Unsur Jual Beli

 Penjual.
 Pembeli.
 Barang.
 Harga. Undang-Undang Perlindungan

Q: Apakah pembeli sama dengan konsumen? Konsumen dan Pelaku Usaha

A: Pembeli itu tidak identik dengan konsumen. Tidak semua pembeli itu konsumen.
Konsumen: “end user” atau pemakai akhir.

2
Ex: A membeli aqua di mirota. Kemudian A menjual aqua tersebut di warung
miliknya. B membeli aqua di warung milik A. Maka B adalah konsumen.
Q: Siapa yang dapat menjadi penjual dalam perjanjian jual beli?
A: 1. Pemilik barang.
2. Yang mendapat/menerima kuasa
3. Kurator → jika sebuah perseroan pailit maka kurator yang menjualkan aset-
aset yang dimiliki oleh perseroan terbatas tersebut → berdasarkan UU.
4. Negara → barang bukti yang dilelang → jual lelang.
5. Pihak yang diberikan kewenangan berdasarkan penetapan yang diberikan
oleh pengadilan Untuk kasus-kasus tertentu.
Benda tidak ada pemiliknya.

Inkonsistensi KUHPerdata

 Pasal 1460
- Jika kebendaan yang dijual itu berupa suatu barang yang sudah ditentukan,
maka barang ini sejak saat pembelian adalah atas tanggungan pembeli,
meskipun penyerahannya belum dilakukan, dan penjual berhak menuntut
harganya.
- Harmonis → artinya tidak ada pertentangan didalamnya. Negara Indonesia
belum dapat membuat undang-undang seperti ini → banyak UU Indonesia yang
perlu direvisi bahkan ada yang dibatalkan seluruhnya (UU Koperasi) → buatan
manusia → terdapat cacat.
- Cacat tersebut muncul di Pasal 1460 terdapat inkonsistensi terhadap Pasal 1459
(hak milik beralih dengan diserahkannya barang).
- Dengan adanya SEMA No. 3 Tahun 1963 beberapa pasal BW dinyatakan tidak
berlaku lagi, antara lain pasal 1460 ini.

Hak dan Kewajiban

 Hak Penjual:
- Menerima harga pembayaran.
 Hak Pembeli:
- Menerima barang
- Memakai barang dengan aman dari cacat tersembunyi
dari tuntutan pihak ketiga

3
 Kewajiban Penjual:
- Menyerahkan barang.
- Menjamin kenikmatan atas barang.
Q: Apa yang terjadi jika kewajiban tidak terlaksanakan karena kesalahannya?
A: Wanprestasi
Q: Apa yang dapat dituntut oleh krediturnya?
A: Penuntutan ganti rugi.
Q: Jika ada cacat tersembunyi penjualnya wanprestasi?
A: Ya, tetapi wanprestasi dalam bentuk khusus → kreditur tidak dapat menuntut
dalam bentuk wanprestasi.
 Cacat Tersembunyi
Cacat atas barang yang sifatnya tersembunyi dimata pembeli, bahkan dimata
penjual, yang menyebabkan berkurangnya fungsi barang → wanprestasi khusus.
 “Actio Redhibitoria ~ Actio Qntiminoris”

Barang dikembalikan Barang tetap dimiliki tetapi dengan


uang kembali pengurangan harga.
Ex: Fakta bukan yang
lain termasuk actio
redhibitoria.
Q: Apakah semua barang mungkin mengandung cacat tersembunyi?
A: Pembedaan benda generik dan spesifik. Benda generik → umum hanya benda-
benda spesifik yang mengandung cacat tersembunyi, Ex: mobil → apapun,
berapapun dari benda itu namanya misal, beras → sebutir beras, sekantong beras..
Benda spesifik → ada namanya sendiri setiap bagiannya.
 Benda generik tidak mungkin mengandung cacat tersembunyi.

Jual Beli Dengan Contoh atau Monster


Pasal 1463:
 Jual beli yang dilakukan dengan percobaan, atau mengenai barang-barang yang
biasanya dicoba terlebih dahulu, selalu dianggap telah dibuat dengan suatu syarat
tangguh.
 Syarat tangguh artinya, hak dan kewajiban akan lahir jika barang yang dibeli sama
dengan contoh.

4
 Jika penjual baru mengirim barang namun tidak sesuai contoh maka penjual tidak
dianggap sebagai wanprestasi namun dianggap melanggar kesepakatan, sehingga
perjanjian dapat dibatalkan.
Imbal Beli
 Imbal beli = A akan membeli barang B tetapi jika B juga membeli barang A.
- Merupakan perjanjian jual beli bersyarat.
- Syaratnya membeli.
- Penjual dengan pembeli memiliki kedudukan yang sama.
- Secara yuridis bukan barter (tidak ada unsur harga).
Apakah Jual Beli Melalui Internet Sah?
E-Commerce lahir berdasarkan kontrak jual beli yang terjadi secara elektronik antara
penjual dan pembeli. Mengacu pada Pasal 1320 KUHPerdata mengenai syarat sahnya
perjanjian:
 Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya
Keberadaan suatu unsur kesepakatan dalam E-Commerce diukur melalui pembeli
yang mengakses dan menyetujui penawaran melalui internet. Hal ini dapat
diterjemahkan sebagai penerimaan untuk menyepakati sebuah hubungan hukum. E-
Commerce ini secara tertuang dalam kontrak baku dengan prisip take it or leave it,
sebab seluruh penawaran beserta persyaratan pembelian suatu produk sudah
tercantum dan pembeli dapat menyetujui atau tidak. Persetujuan yang diberikan
oleh pembeli ini menjadi dasar dari kesamaan kehendak para pihak, sehingga
kesepakatan dalam kontrak elektronik lahir.
 Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian
Cakap menurut hukum adalah orang yang telah dewasa menurut hukum, yaitu
seseorang yang telah berumur 21 tahun dan telah kawin, serta tidak di bawah
pengampuan. Unsur kecakapan dalam E-Commerce sulit untuk diukur, sebab setiap
orang (tanpa dibatasi dengan umur tertentu) dapat menjalankan transaksi elektronik
sesuai dengan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Berdasarkan ketentuan ini, anak-anak yang
masih di bawah umur dapat melakukan E-Commerce dan tidak memenuhi syarat
subjektif dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Oleh karena itu, kontrak ini dapat
dibatalkan melalui seseorang yang mengajukan pembatalan di pengadilan.
 Suatu hal tertentu

5
Suatu hal tertentu adalah barang-barang yang dapat diperdagangkan dan dapat
ditentukan jenisnya. Produk yang ditawarkan secara online tertuang dalam bentuk
gambar atau foto yang disertai dengan spesifikasi produk tersebut. Namun, tidak
ada jaminan bahwa produk tersebut pasti dikirimkan kepada pembeli sekalipun
telah membayar melalui sistem pengiriman uang atau transfer melalui bank.
 Kausa yang halal
Maksud dari suatu kausa atau sebab yang halal adalah tidak bertentangan dengan
undang-undang, kesusilaan, dan kepentingan umum. Dalam E-Commerce harus
dipastikan bahwa transaksi jual beli dilakukan dengan prinsip itikad baik oleh
penjual dan pembeli.
Berdasarkan pemaparan di atas, E-Commerce telah sah menurut hukum sepanjang
memenuhi Pasal 1320 KUHPerdata. Syarat pertama dan kedua disebut dengan syarat
subjektif, sebab melekat kepada pihak-pihak yang terlibat dalam E-Commerce. Sedangkan,
syarat ketiga dan keempat merupakan syarat objektif, karena melekat pada objek dalam E-
Commerce. Apabila syarat pertama dan/atau syarat kedua tidak dipenuhi, maka kontrak
elektronik dapat dibatalkan oleh pihak yang berkepentingan dalam jangka waktu selama 5
tahun sesuai dengan Pasal 1454 KUHPerdata. Dalam hal syarat ketiga dan/atau syarat
keempat tidak dipenuhi, maka kontrak elektronik batal demi hukum atau dianggap tidak
pernah ada dan tidak ada dasar untuk menuntut.

Jual Beli Dengan Hak Membeli Kembali


 Hak penjual untuk membeli kembali barang yang telah dijualnya.
 Jangka waktu max 5 tahun → jika tidak disebutkan dalam perjanjian.
 Tidak berlaku untuk tanah.
Ex: A memiliki cincin emas peninggalan dari orang tuanya → nilai materiil dan
nilai imateriil (peninggalan orang tuanya). A tidak memiliki uang tetapi tidak ingin
meminjam. Maka A menjual cincin tersebut, namun setelah 3 bulan akan dibeli
lagi.
- Mirip dengan gadai tetapi secara yuridis berbeda.
- Yang harus ada adalah jangka waktunya.
- Mengenai harga boleh tidak di .... (WAJIB DI CARI)
Q: Mengapa untuk hak jual beli kembali dengan tanah itu dilarang?
A: Ex → suami istri misal, apakah akan langgeng? Jika suatu saat akan bercerai
akan terjadi pembagian harta.

6
RESPONSI

Alex Suseno, seorang penggemar kuda pacu, berkeinginan memiliki seekor kuda pacu
keturunan kuda juara. Ia memperoleh informasi bahwa ada kuda betina hamil yang
merupakan keturunan kuda juara. Tidak ingin kehilangan kesempatan, ia mengajukan
penawaran untuk membeli janin kuda dalam kandungan sebesar Rp 25 juta, dan akan
diserahkan ketika lahir. Ketika bayi kuda lahir, ternyata cacat (hanya mempunyai 3 kaki).
Melihat keadaan seperti itu, Alex Suseno membatalkan jual beli dan meminta uangnya
dikembalikan.

Alex Suseno selaku pembeli dalam hal ini tidak dapat membatalkan jual beli dan meminta
uangnya kembali secara sepihak dikarenakan dalam perjanjian yang dibuat antara Alex
Suseno dengan penjual tersebut tidak menyebutkan mengenai syarat terkait objek
perjanjian (janin kuda) tersebut. Sehingga apabila tidak disebutkan mengenai syarat yang
salah satunya menyatakan apabila suatu ketika nanti objek perjanjian tersebut tidak sesuai
dengan apa yang diperjanjikan , pembeli tidak dapat menuntut kembali untuk membatalkan
perjanjian jual beli dan meminta uangnya dikembalikan, kecuali jika telah diperjanjikan
sebelumnya maka pembeli dapat menuntut penjual untuk membatalkan perjanjian jual beli
tersebut dan mengembalikan uang milik pembeli.

7
PERJANJIAN SEWA MENYEWA

Tujuan
 Memakai atau menggunakan benda milik orang lain.
- Hak menikmati kebendaan milik orang lain.
- Didalam perjanjian sewa menyewa obyek perjanjian ada pada penyewa → hak
terdapat pada penyewa.
 Sewa menyewa ialah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan
dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lain kenikmatan dari suatu barang
selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran sesuatu harga, yang oleh
pihak tersebut belakangan itu disanggupi pembayarannya (Pasal 1548).
Obyek Sewa Menyewa
 Semua benda dalam perdagangan, baik bergerak maupun tetap.
 Obyek sewa menyewa boleh memuat benda yang akan ada → perikatan yang lahir
adalah perikatan dengan syarat tangguh.
Unsur Essensialia Sewa Menyewa
 Barang / Obyek Sewa Menyewa → akan menentukan sifat dari sewa menyewa.
 Jangka Waktu.
 Harga.
Q: Apakah benda yang dipakai habis dapat menjadi obyek sewa menyewa?
A: Pada asasnya benda-benda yang dipakai habis tidak dapat dipakai menjadi
obyek sewa menyewa. Namun dalam asas selalu terdapat pengecualiannya →
selama benda yang akan habis tersebut merupakan bagian dari suatu kebendaan
yang lain, bisa. Ex: bolpoin/tintanya yang habis dapat diisi kembali.
Hak dan Kewajiban
 Kewajiban pihak yang menyewakan
- Pasal 1550
 Mnyerahkan barang yang disewakan kepada penyewa.
 Memelihara barang yang disewakan sehingga barang itu dapat dipakai
untuk keperluan yang dimaksudkan.
 Memberi penyewa kenikmatan yang tentram atas barang yang
disewakan.

8
- Pasal 1551
 Menyerahkan barang yang disewakan dalam keadaan terpelihara
segalanya.
 Selalu menyuruh, melakukan pembentukan/perbaikan yang perlu
dilakukan. Kecuali perbaikan menjadi kewajiban penyewa.
- Pasal 1552
 Diatur dalam Buku III → bersifat terbuka, ketentuan dapat disimpangi
oleh para pihak apabila tidak ditulis dalam perjanjian.
 Menanggung terhadap cacat atas barang yang mengganggu pemakaian
barang.
 Kewajiban penyewa
- Berlaku sebagai bapak rumah yang baik.
 Bapak rumah yang baik: memperlakukan barang sewa seakan-akan
merupakan miliknya sendiri.
- Membayar harga sewa.
- Mengembalikan barang sewa dalam keadaan baik.
 Hak pihak yang menyewakan
- Menerima harga sewa.
- Menerima pengembalian barang sewa dalam keadaan baik.
 Hak penyewa
- Menerima barang sewa dalam keadaan baik dan dapat dipergunakan.
- Menerima pemeliharaan barang sewa.
 Jual beli barang sewa tidak menghapuskan perjanjian sewa menyewa, kecuali telah
diperjanjikan sebelumnya → Pasal 1576.
- Perluasan asas ini: peralihan hak milik tidak menghapus perjanjian sewa
menyewa.
- Peralihan hak milik dapat terjadi karena:
 Jual beli.
 Hibah.
 Pewarisan.
Larangan-Larangan
 Pihak Menyewakan

9
- Memutus perjanjian dengan alasan akan digunakan sendiri, kecuali telah
diperjanjikan.
- Mengubah bentuk barang sewa yang menyebabkan berkurangnya fungsi
barang.
 Penyewa
- Menyewakan ulang, kecuali diperjanjikan lain.
- Mengubah bentuk barang sewa tanpa seizin pihak yang menyewakan.

Responsi
Agus menyewa sebuah rumah selama 2 tahun dengan harga sewa Rp 15 juta. Harga sewa
dibayar lunas pada saat penandatanganan perjanjian. Setelah ditempati selama 2 bulan,
rumah sewa didatangi sekelompok burung walet dan bersarang di rumah tersebut. Setahun
kemudian Agus memanen sarang burung walet dan dijual dengan harga yang relatif tinggi.
Mendengar bahwa rumah yang disewakannya ditempati burung walet, pemilik rumah
menuntut hasil sarang walet diserahkan kepadanya karena bukan bagian dari obyek yang
disewakan.

Walet ada setelah perjanjian tersebut dibuat dan tidak diperjanjikan didalamnya. Maka
dalam hal ini yang berhak atas hasil sarang walet etersebut adalah penyewa. Hal ini
mengacu kepada Pasal 1550 KUHPerdata yang salah satunya menyebutkan tentang
kewajiban pihak yang menyewakan “memberi penyewa kenikmatan yang tentram atas
barang yang disewakan”. Yang dalam hal ini penyewa telah membayar lunas rumah
tersebut selama 2 tahun maka apa yang berada didalam rumah tersebut menjadi hak milik
penyewa dan bukan merupakan hak milik pihak yang menyewakan.

10
PEMBERIAN KUASA

Definisi
 Pasal 1792
Pemberian kuasa adalah suatu perjanjian dengan mana seseorang memberikan
kekuasaan kepada seorang lain yang menerimanya, untuk atas namanya
menyelenggarakan suatu urusan.
- Memberikan kekuasaan → ada kewenangan yang diberikan pada orang lain
Q: Bagaimana jika pihak lain tersebut menolak?
A: ada kemungkinannya, yang pertama ada tindakan yang tidak bisa dikuasakan,
yang kedua pihak lain tersebut meragukan si penerima kuasa, dan yang ketiga ini
bisa terjadi manakala perpindahan kepemilikan, jika mengenai urusan biasanya
tidak dipermasalahkan.
 Menyelenggarakan suatu urusan orang lain.
 Urusan tersebut merupakan kewenangan orang yang memberikan kuasa.
Q: Apakah semua urusan dapat dikuasakan?
A: Tidak
Q: Urusan apa yang tidak dapat dikuasakan?
A: Urusan yang atau kewenangan yang sangat melekat pada pribadi tidak dapat
dikuasakan. Ex: wasiat. Selain itu hak memilih, memberi suara dalam pemilu juga
tidak dapat dikuasakan karena oleh Undang-Undang hal tersebut dilarang.
Bentuk Kuasa
 Kuasa dapat diberikan dan diterima dalam suatu: → asasnya bebas
- Akta umum (otentik) → Ex: SKMHT
- Akta di bawah tangan.
- Lisan.
 Penerima suatu kuasa dapat dilakukan secara diam-diam → disimpulkan dari
pelaksanaan kuasa itu oleh penerima kuasa.
→ Dalam bentuk lisan hampir sama seperti perintah.
 Pemberian kuasa terjadi dengan Cuma-Cuma, kecuali diperjanjikan lain.
 Jika upah tidak disebutkan secara tegas, penerima kuasa tidak boleh menuntut lebih
dari upah yang ditentukan dalam Pasal 411.
- Kasus: Membeli mobil → ke Bank → Jaminan Fidusia mobil itu sendiri →
dibuat oleh notaris → pemberi kuasa dari Bank → didaftarkan → keluar

11
sertifikat jaminan fidusia → memiliki kekuatan eksekutorial → boleh
dikuasakan?
Q: Kuasa paksa sah atau tidak? → terkait kewajiban jaminan fiducia.
A: Didalam praktek kewajiban jaminan fiducia hanya boleh dilakukan oleh
notaris. Sehingga pemberi jaminan fiducia harus memberi kuasa kepada notaris
(dengan membayarnya).
 Pemberian kuasa:
- Umum: meliputi segala kepentingan pemberi kuasa → Ex: beli mobil dari awal
sampai akhir.
 Kalau umum itu perbuatan urusan.
- Khusus: hanya satu atau lebih kepentingan pemberi kuasa → hanya disebutkan
satu atau lebih kepentingan.
 Kepentingan yang menyebabkan beralihnya kepemilikan menggunakan
surat kuasa khusus. Seperti pemindah tanganan benda, pemasangan
jaminan (hak tanggungan) dan membuat suatu perdamaian, atau
perbuatan lain yang hanya dapat dilakukan oleh pemilik, diperlukan
suatu pemberian kuasa dengan kata-kata tegas.
 Pemberian kuasa yang dirumuskan dalam kata-kata umum hanya meliputi
perbuatan pengurusan.
 Untuk pemindahtanganan benda, pemasangan jaminan (hak tanggungan) dan
membuat suatu perdamaian, atau perbuatan lain yang hanya dapat dilakukan oleh
pemilik, diperlukan suatu pemberian kuasa dengan kata-kata tegas.
Kewajiban Penerima Kuasa
 Melaksanakan kuasa → ia menanggung segala biaya, kerugian dan bunga yang
timbul akibat tidak dilaksanakannya kuasa.
 Memberikan laporan tentang apa yang telah dikerjakannya kepada pemberi kuasa.
 Bertanggung jawab terhadap orang yang ditunjuknya sebagai pengganti dalam
melaksanakan kuasa:
- Jika ia tidak diberi kekuasaan untuk menunjuk orang lain sebagi pengganti.
- Jika kekuasaan itu telah diberikan tanpa penyebutan nama tertentu.
Kewajiban Pemberi Kuasa
 Memenuhi perikatan-perikatan yang dibuat oleh penerima kuasa.
“kuasa substisusi: penerima kuasa berhak menunjuk seseorang untuk
menggantikannya”.
12
 Mengembalikan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh penerima kuasa dalam
menjalankan kuasanya.
 Memberikan ganti rugi kepada penerima kuasa atas semua kerugian yang diderita
selama menjalankan kuasa.
Kuasa Substitusi
Jika dalam surat kuasa terdapat hak substitusi untuk penerima kuasa, maka tanggung jawab
ada pada pengganti penerima surat kuasa. Jika substitusi itu dilaksanakan.
Kuasa Mutlak
Didalam pemberian kuasa terdapat kuasa mutlak. Kuasa mutlak merupakan kuasa yang
tidak bisa berakhir karena sebab apapun kecuali dengan dilaksanakannya kuasa itu.
 Kuasa menjual merupakan kuasa mutlak.
 Berdasrkan ketentuan Mentri Agraria, pemberian kuasa mutlak yang berkaitan
dengan obyek yang berupa tanah itu dilarang.
Terkait dengan balik nama negara yang akan rugi
pembeli yang membayar pajak
 Dari sisi kepentingan persoon → jika pemilik meninggal dunia maka:
- Berhubungan dengan waris, lebih dahulu waris daripada perjanjian pemberian
kuasa mutlak.
- Dapat disalahgunakan.
- Sekalipun pemberi kuasa meninggal kuasa mutlak tidak akan hapus.
Kesimpulan: kuasa mutlak diperbolehkan selama obyeknya bukan tanah.
Berakhirnya Kuasa
 Ditariknya kembali kuasa.
 Pemberitahuan penghentian kuasa.
 Meninggalnya, pengampuannya atau pailitnya pemberi kuasa atau penerima kuasa.

13
SEWA MENYEWA & LEASING

Leasing = Sewa Guna Usaha


Pemakainya bukan pemilik → tapi dalam prakteknya di Indonesia pemakainya adalah
pemilik.
Ex: Beli mobil leasing dari bank tetapi atas nama pemilik, seharusnya memakai atas nama
bank.
Unsur Leasing
 Harga.
 Barang.
 Jangka Waktu.
Tujuan Sewa Menyewa
 Memperoleh hak menikmati atau memakai benda milik orang lain.
Tujuan Leasing
 Perolehan hak untuk memakai benda milik orang lain.
Q: Leasing = sewa menyewa?
A: Walaupun memiliki tujuan yang sama tetapi leasing berbeda dengan sewa
menyewa, dilihat dari unsur-unsurnya.
Unsur-Unsur Leasing
 Ada pihak yang memiliki suatu benda yang bersedia memberikan hak pakai atas
benda miliknya tersebut kepada pihak lain. Pihak ini disebut LESSOR.
 Ada pihak yang bermaksud untuk memakai benda milik orang lain. Pihak ini
disebut LESSE.
 Ada benda yang menjadi obyek perjanjian tersebut.
 Ada suatu jangka waktu tertentu.
 Ada sejumlah uang yang merupakan harga lease yang besarnya telah disepakati
bersama.
Dilihat dari unsur-unsurnya leasing = sewa menyewa, namun merupakan 2 hal yang
berbeda.

14
Ciri-Ciri Dasar Leasing
 Benda yang menjadi obyek lease adalah alat-alat ataupun barang-barang modal,
yang dalam lalu lintas ekonomi mewakili suatu nilai tertentu. Lease tidak mungkin
diperjanjikan atas barang-barang konsumtif dan barang-barang yang dipakai habis.
Ex: barang konsumtif → tergantung kegunaannya.
 Oleh karena obyeknya merupakan alat-alat produksi atau barang modal, maka para
pihak dalam perjanjian (lessor maupun lesse) adalah badan-badan usaha atau
pelaku usaha.
 Jangka waktu perjanjian leasing senantiasa berkaitan dengan usia ekonomis benda-
benda yang merupakan obyek leasing → secar efektif dan efisien untuk
menentukan besarnya leasing dan yang menentukan adalah pihak-pihak yang
berkepentingan.
- Umur ekonomis: suatu kebendaan itu masih berfungsi.
 Didalam leasing senantiasa ada pemisahan anatara hak milik yang tetap ada pada
lessor dan hak pakai yang ada pada lesse.
Jenis-Jenis Leasing
 Berdasarkan kriteria pembagian risiko:
- Financial leasing.
- Operational leasing.
 Berdasarkan kriteria benda obyek leasing:
- Leasing benda tetap
 Bukan tanah.
 Obyeknya: kapal, pesawat.
- Leasing benda bergerak.
Financial Leasing
 Pembayaran dilakukan dalam suatu jangka waktu yang sama dengan bagian
terbesar dari jangka waktu dimana barang tersebut masih berguna (useful life).
 Selama jangka waktu tersebut, perjanjian tidak dapat dihentikan oleh kedua belah
pihak → yang menggunakan/mengoperasikan lesse jadi risiko ada pada lesse.
 Risiko ekonomis atas obyek leasing sepenuhnya ada pada lesse.
 Lesse harus menanggung biaya pemeliharaan dan premi asuransi.
 Lessor berhak menuntut pembayaran yang jumlahnya minimal sama dengan nilai
buku, jika obyek leasing mengalami kerusakan sedemikian rupa sehingga tidak
mungkin diperbaiki.
15
 Adanya hak opsi bagi lesse di akhir perjanjian.
- Hak opsi adalah hak untuk memilih.
- Pilihannya beli atau dikembalikan.
- Jika membeli: yang harus dibayar adalah sisa nilai buku.
Operational Leasing
 Risiko ekonomis obyek leasing ditanggung oleh lessor.
 Dapat dihentikan sewaktu-waktu (oleh karena itu disebut sebagai non pay out
lease).
 Pada akhir masa perjanjian harus ada nilai sisa rill dari obyek leasing → nilai sisa
riil: obyek leasing harus tetap memiliki nilai obyek leasing.
 Untuk menjaga nilai obyek leasing, lessor sendiri yang harus memelihara dan
mengasuransikan obyek leasing.
Sale and Lease Back
 Suatu teknik khusus dalam pelaksanaan leasing.
 Dipegunakan jika suatu badan usaha ingin membebaskan kembali modal yang telah
di investasikan, agar modal tersebut dapat dipergunakan untuk modal
kerja/investasi di bidang lain atau dalam alat-alat produksi yang lain, yang
diharapkan akan mendatangkan keuntungan yang lebih besar bagi badan usaha
yang bersangkutan. Ex: perusahaan transportasi:
- Keuntungan perusahaan untuk beli bis → perlu garasi, perlu modal (tidak ada
pinjaman), dan kredit ribet.
- Bis yang sudah terlanjur dibeli itu dijual kepada perusahaan leasing dapat uang
tunai → lease back.
Artinya badan usaha tetap dapat mengoperasikan bis dengan mendapat modal
usaha yang berasal dari lease back.

16
RESPONSI
Bapak Sadiman (70 tahun), pensiunan PNS, harus menjalani terpai setelah 2
bulan dirawat di RS. Terapi harus dilakukan di daerah dingin untuk jangka waktu minimal
6 bulan. Untuk terapi tersebut, Wawan (34 tahun) anak pertama Bapak Sadiman, menyewa
sebuah rumah di daerah pegunungan selama 1 tahun.
Untuk terapi, harus disediakan 2 tabung oksigen ukuran besar dan peralatan
fitness sederhana. Untuk kedua peralatan tersebut, Wawan ditawari untuk sewa atau
leasing.
Untuk membiayai semua hal tersebut, Wawan menjual cincin bermata batu
mirah peninggalan almarhumah ibunya. Walaupun berat hati, Wawan akhirnya menjual
cincin peninggalan ibunya kepada sahabat baiknya Agus.

 Jika ternyata terapi hanya berlangsung 5 bulan, dapatkah Wawan


menyewaulangkan rumah kepada pihak lain?
Berdasarkan larangan-larangan terkait perjanjian sewa-menyewa disitu salah
satunya menyebutkan bahwa “penyewa dilarang menyewakan ulang, kecuali
diperjanjikan lain.” Maka jelaslah dalam hal ini apabila Wawan hendak
menyewaulangkan rumah kepada pihak lain diperbolehkan selama dalam perjanjian
diatur mengenai hal tersebut. Namun jika tidak diatur mengenai hal tersebut dalam
perjanjian, maka Wawan tidak diperbolehkan untuk menyewaulangkan rumah
tersebut kepada pihak lain.
 Perjanjian macam apa yang dapat dipilih Wawan untuk menyediakan 2 tabung
oksigen dan peralatan fitness sederhana? Jelaskan alasannya!
Perjanjian Sewa Menyewa, karena dalam hal ini 2 tabung oksigen dan peralatan
fitness sederhana tersebut tergolong kepada barang konsumtif. Artinya, 2 tabung
oksigen dan peralatan fitness sederhana tersebut digunakan sendiri dan langsung
oleh penyewa (Wawan) yang dalam kasus ini digunakan untuk keperluan Ayahnya
(Bapak Sadiman). Sehingga perjanjian yang dapat dipilih Wawan adalah Perjanjian
Sewa Menyewa mengingat obyek yang diperjanjikan dalam hal ini termasuk
kedalam barang konsumtif dan bukan barang produktif.
 Apa yang dapat dilakukan oleh Wawan agar ia dapat membiayai terapi bapaknya
tetapi ia tidak kehilangan cicncin kenangan dari ibunya? Jelaskan!
Wawan dapat melakukan Jual Beli dengan Hak Membeli Kembali artinya, dengan
melakukan perjanjian terebut Wawan selaku penjual cincin diberikan hak untuk

17
mengambil kembali barangnya yang telah dijual, dengan mengembalikan harga
pembelian yang telah diterimanya, disertai semua biaya yangtelah dikeluarkan oleh
Agus selaku pembeli untuk menyelenggarakan pembelian serta penyerahannya,
begitu pula biaya-biaya yang diperlukan untuk pembetulan-pembetulan dan
pengeluaran-pengeluaran yang menyebabkan barang yang dijual bertambah
harganya. Perjanjian Jual Beli dengan Hak Membeli Kembali tersebut tidak
diperbolehkan melebihi jangka waktu 5 tahun.
 Apa yang harus dilakukan oleh Bapak Sadiman agar ia sapat menerima uang
pensiun setiap bulannya? Jelaskan!
Bapak Sadiman dapat memberikan kuasa kepada Wawan untuk mengambil uang
pensiunnya setiap bulannya. Pemberian kuasa tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan akta dibawah tangan dan pemberian kuasa tersebut diberikan secara
khusus yang artinya pemberian kuasa tersebut diberikan kepada Wawan hanya
untuk mengambil uang pensiun Bapak Sadiman setiap bulannya.

18
HUKUM JAMINAN

Jaminan
 Perbuatan hukum ikutan: bukan perbuatan hukum yang pertama.
 Bersifat accesoir (pelengkap): hapus jika perikatan prisipalnya hapus.
 Semua kegiatan yang menempatkan debitur untuk melakukan prestasi
dimungkinkan ada jaminan.
Fungsi Jaminan
 Jika debitur kemungkinan terburuk tidak dapat memenuhi prestasinya, maka
jaminan itulah yang digunakan untuk pelunasan hutangnya.
 Jaminan dijual → hasil dipakai untuk melunasi hutang dan jika ada sisa dari hasil
penjualan tersebut maka sisa hasil penjualan akan dikembalikan lagi kepada
debitur.
 Benda yang dapat dijadikan sebagai obyek jaminan adalah:
- Benda yang memiliki nilai ekonomis
Ex: diantara hak, cipta, merek, dan emas batangan. Emas batangan memiliki
sifat liquid yang mudah dicairkan. Sehingga dalam melakukan jaminan akan
lebih mudah jika objek yang dijaminkan berupa emas batangan dibandingkan
dengan hak cipta dan merek.
- Benda tetap, benda bergerak, benda bergerak yang tidak berwujud (saham).
Macam Jaminan
 Jaminan Umum
Q: Apakah agunan = jaminan?
A: Bank dalam memberikan kredit pasti meminta jaminan karena dalam
peminjaman kredit adanya sebuah jaminan hukumnya wajib. Tetapi hampir semua
bank mengeluarkan KTA (Kredit Tanpa Agunan). Fungsi KTA disini sebagai
jaminan umum yang muncul dalam bentuk kartu kredit. Sedangkan agunan sendiri
merupakan jaminan khusus atau jaminan yang diperjanjikan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa agunan dan jaminan tidak sama dan sebangun.
 Jaminan Khusus
Jaminan Umum
 Segala kebendaan milik debitur, baik bergerak maupun tetap, baik yang sudah ada
maupun yang akan ada, menjadi jaminan pelunasan atas hutang-hutang debitur
(Pasal 1131 KUHPerdata).

19
 Terjadi demi hukum → demi hukum disini berarti otomatis terjadi dengan
sendirinya.
 Jika suatu hutang digunakan dengan menggunakan jaminan umum, krediturnya
ditetapkan sebagai kreditur konkuren atau kreditur bersaing → ada kemungkinan
krediturnya tidak hanya satu.
Jaminan Khusus
 Jaminan yang diperjanjikan
- Jaminan perorangan
Ex: A yang berhutang B yang membayar (?)
- Jaminan kebendaan
 Benda tetap
Tanah pembedaan bertujuan untuk
Non tanah menentukan cara pembayaran
 Benda bergerak
Pengikatan Jaminan
 Jaminan perorangan: penanggungan (Borgtocht/Personal Guarantee).
 Jaminan kebendaan:
- Benda tetap
 Tanah: hak tanggungan
 Non tanah: hipotek
- Benda bergerak: gadai, fidusia, resi gudang
Ex: Surat Keputusan Gaji yang digadaikan
Termasuk benda yang akan ada
 Gadai: harus dipegang oleh pemiliknya, benda yang akan ada tidak
dapat digadaikan.
 Gaji bukan termasuk gadai maupun fidusia. Gaji digunakan sebagai
jaminan kelancaran angsuran.
Q: Jika menjadi kreditur lebih memilih menggunakan gadai atau fidusia?
A: Gadai, karena obyek lebih mudah untuk dikuasai sekalipun dalam masa
penguasaan tersebut obyek gadai digunakan oleh kreditur. Jika menggunakan
fidusia → hanya berupa surat-suratnya saja. Jika nanti terjadi hutang dan
menggunakan fidusia maka akan sulit untuk menarik obyeknya. Ex: yang
digadaikan adalah sepeda motornya.

20
Q: Jika benda bergerak yang tidak terdaftar bagaimana?
A: berdasarkan Pasal 1977 ayat (1) KUHPerdata mengenai barang bergerak,
siapa yang menguasainya dianggap sebagai pemilik → tidak boleh
berprasangka.
Penanggungan
 Suatu perjanjian dengan mana seorang pihak ketiga, guna kepentingan kreditur,
mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan debitur manakala debitur tidak
memenuhinya.
 Pihak ketiga disini bukan merupakan para pihak diluar perjanjian. Melainkan pihak
yang memang sudah termasuk para pihak yang membuat perjanjian dan sudah
dierjanjikan sebelumnya.
Ex: Bank (kreditur) dan A (debitur) dan Pihak ketiga melakukan perjanjian. Pihak
ketiga disini akan bertanggungjawab jika debitur wanprestasi.
 Pada awalnya borgtocht ini hanya ada di lingkungan keluarga saja → dalam
perkembangannya tidak begini. Ex: Citilink dengan Garuda
- Citilink merupakan anak perusahan Garuda.
- Yang menjadi penanggung biasanya adalah induk perusahaan.
- Jika tidak ada hubungan, maka yang menjadi penanggung adalah mitra yang
dipercaya.
- Bank garansi adalah salah satu bentuk dari penanggungan.
Sifat Penanggungan
 Terjadi jika terdapat perikatan pokok (prinsipal) yang sah.
 Seorang penanggung tidak dapat mengikatkan diri lebih daripada perikatan yang
dibuat debitur (baik jumlah maupun syarat-syarat).
 Penanggungan hanya untuk sebagian hutang debitur.
 Jika penanggungan didakan melebihi hutang debitur atau dengan syarat yang lebih
berat, maka tidak menyebabkan batal demi hukum, tetapi hanya sah untuk jumlah
perikatan pokoknya → hal ini dikarenakan terdapat aturan didalam Undang-
Undang yang mengatur tentang hal tersebut. Hal ini dikarenakan agar debitur tetap
melakukan prestasinya dan supaya tidak bergantung kepada penanggung. Tetapi
dalam hal ini sekalipun penanggung mengadakan penanggungan yang melebihi
hutang debitur penanggung tetap hanya membayarkan hutang yang diperjanjikan
saja.

21
 Seseorang dapat mengajukan diri sebagai penanggung walaupun tidak diminta oleh
debitur, bahkan tanpa sepengetahuan debitur sekalipun.
 Penanggung dapat menjadi penanggung debitur sekaligus penanggung yang lain.
 Perikatan-perikatan para penanggung berpindah kepada para ahli warisnya.
Q: Penanggungan diatur dibuku berapa?
A: Buku ke III → ketentuannya terbuka yang artinya dapat disimpangi. Tetapi
dalam hal ini penanggung termasuk ke dalam unsur essensialia dari penanggungan
dan hal ini jelas pengaturannya tidak dapat disimpangi.
Ex: Penanggung meninggal dunia, apakah masih ada penanggungan?
 Penanggung harus cakap, mampu memenuhi perikatannya dan tinggal di wilayah
Indonesia.
- Tinggal di wilayah Indonesia berarti berhubungan dengan domisili hukum.
Artinya, penanggung tidak harus menetap di Indonesia dan yang dilihat hanya
dengan menggunakan kartu identitasnya.
 Jika penanggung berubah menjadi tidak mampu, maka harus ditunjuk penanggung
baru.
- Tidak mampu disini dapat dibedakan menjadi:
 Karena dipailitkan → berdasarkan penetapan hakim. Namun jika debitur
dan kreditur dapat mencari sendiri maka tidak perlu dengan penetapan
hakim.
 Karena dibawah pengampuan → ditetapkan berdasarkan penetapan.
Akibat Penanggungan
 Penanggung wajib membayar kepada kreditur jika debitur wanprestasi dan harta
debitur telah dijual untuk melunasi hutangnya tetapi belum mencukupi.
 Penanggung tidak dapat menuntut agar harta debitur disita dan dijual terlebih
dahulu untuk melunasi hutangnya jika:
- Ia melepaskan hak istimewanya untuk menuntut agar harta debitur dijual lebih
dahulu.
 Hak istimewa penanggung: meminta harta debitur untuk digunakan
pelunasan terlebih dahulu.
- Ia telah mengikatkan dirinya bersama-sama dengan debitur secara tanggung
renteng.
- Debitur dalam keadaan pailit.

22
 Ketika pailit harta debitur sudah diurus oleh kurator.
- Penanggungan terjadi karena diperintahkan oleh hakim.
 Penanggung yang telah membayar, menggantikan demi hukum segala hak kreditur
terhadap debitur.
- Peristiwa Sublugasi → hutang berpindah dari bank ke penanggung.
Q: Dapatkah penanggung menunjuk hanya benda-benda tertentu miliknya yang digunakan
sebagai jaminan?
A: hakikatnya penanganggungan kembali lagi kepada hakikat hukum jaminan. Artinya,
dalam hal ini membicarakan harta untuk melakukan “pelunasan”. Selama benda-benda
tertentu yang ditunjuk oleh penanggung tersebut digunakan untuk melunasi hutang maka
diperbolehkan. Hal yang terpenting pula disini adalah bahwa penanggungan yang
dijanjikan merupakan kesanggupan dari penanggung. Sehingga dasar dari penanggung
untuk melakukan penanggungan adalah kesanggupan yang dalam hal ini mengacu kepada
pelunasan hutang tersebut.

Q: Mengapa bank seringkali meminta adanya penanggungan (personal guarantee)


walaupun jaminan kebendaan sudah mencukupi?
A: Untuk meminimalisir jika suatu saat Debitur wanprestasi maka dengan adanya
penanggungan tersebut hutang yang dimiliki Debitur untuk sementara waktu dapat
dialihkan kepada penanggungnya. Bank disini hanya ingin memperkecil risiko.

23
Gadai (Pand)
 Diatur dalam Buku II Bab 20 Pasal 1150-1160 (berjumlah 11 Pasal) KUHPerdata
→ bersifat tertutup artinya, ketentuan-ketentuan didalamnya tidak dapat
disimpangi.
 Gadai (Pasal 1150 KUHPerdata)
- Merupakan lembaga jaminan yang paling populer.
- “Suatu hak yang diperoleh seseorang berpiutang atas suatu benda bergerak,
yang diserahkan kepadanya oleh seseorang berhutang atau oleh seorang lain
atas namanya, dan yang penerima kuasa memberikan kekuasaan kepada si
berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara
didahulukan daripada orang-orang berpiutang lainnya; dengan kekecualian
biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk
menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus
didahulukan.”
Beberapa Pedoman tentang Gadai Menurut Rumusan Pasal 1150 KUHPerdata
1. Gadai adalah hak kebendaan;
2. Obyek gadai adalah benda bergerak;
3. Benda gadai diserahkan oleh debitur kepada kreditur (inbezitstelling);
4. Fungsi gadai sebagai pelunasan hutang;
5. Pemegang gadai mempunyai hak didahulukan dalam pemenuhan piutangnya jika
berhadapan dengan kreditur lainnya, kecuali atas biaya lelang dan biaya
pemeliharaan barang gadai.

Undang Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia:

“yang diserahkan adalah hak milik atas kepercayaan”

Ciri-Ciri Gadai
1. Accesoir;
2. Hak kebendaan yang memberikan jaminan;
3. Tidak dapat dibagi-bagi.
Ex: 2 orang ahli waris yang mempunyai kewajiban membayar hutang dengan
jaminan gadai, maka jika seorang telah membayar bagiannya tidak dapat meminta

24
sebagian benda gadai untuk diserahkan padanya → Salah satu ahli waris tersebut
tidak membayar, maka

Penerima gadai tidak memikirkan tentang


pembagian pembayaran karena memang
dalam gadai tidak dapat dibagi-bagi.

Ex: Saham sebagai obyek gadai → menghasilkan deviden.


Q: Apakah deviden atas saham menjadi milik pemegang gadai?
A: Dikuasai boleh tetapi dihitung sebagai pelunasan.

Perjanjian Kredit
A B
Gadai
Keterangan:
A: Pemberi gadai
B: Penerima atau Pemegang gadai
Pihak dalam gadai: Pemberi gadai dan penerima gadai bukan debitur dan
kreditur.
Pihak Dalam Gadai
Pemberi Gadai X Pemegang Gadai
(debitur yang berhutang) (Perum Pegadaian)
 Dimungkinkan ada pihak lain sebagai pihak penyimpan dengan persetujuan kedua
belah pihak.
- Fungsinya sebagai penyimpan → dalam hal obyeknya benda bergerak yang
tidak berwujud.
- Lembaga yang menyimpan adalah lembaga kustodian.
- Saham-saham yang diperdagangkan di bursa.
Siapa yang Dapat Menggadaikan?
 Mereka yang mempunyai kewenangan bertindak atas suatu benda yang jadi objek.
- Pemilik → yang mengusai benda itu;
- Penerima kuasa;
- Kurator;
- Orang yang ditunjuk berdasarkan penetapan pengadilan.

25
 Bagaimana dengan isi Pasal 1152 ayat (4) KUHPerdata yang menentukan bahwa
ketidakwenangan bertindak pemberi gadai tidak dapat diajukan kepada penerima
gadai.
- Karena yang menguasai itu dianggap sebagai pemilik.
- Benda bergerak yang tidak terdaftar.
 Pasal ini seakan membuka peluang bagi pemakai, peminjam, penemu bahkan
penyimpan untuk dapat menggadaikan benda yang berada dalam kekuasaannya.
Bagaimana Cara Menggadaikan Benda Bergerak yang Berwujud?
1. Harus ada perjanjian pokoknya;
Ex: perjanjian utang piutang, perjanjian kredit.
2. Harus ada perjanjian gadai;
3. Bentuk perjanjiannya bebas;
- Boleh lisan boleh tertulis.
4. Isi perjanjian sesuai kesepakatan para pihak dengan landasan kebebasan
berkontrak;
- Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, ketertiban umum,
dan kesusilaan → Buku II tentang gadai.
5. Harus ada penyerahan benda gadai dalam kekuasaan penerima gadai atau benda
gadai harus keluar dari kekuasaan pemberi gadai (inbezitstelling).
- Syarat lahirnya gadai.
Q: Gadai online mungkin tidak?
A: Tidak mungkin, karena tidak ada penyerahannya.

Cara Menggadaikan Benda Bergerak Tak Berwujud (Piutang Atas Nama)


Q: Bisa tidak dijual?
A: Bisa dengan cara cessie → tidak perlu diberitahu terhadap debitur tetapi akan menjadi
lain jika dijadikan gadai.
1. Harus ada perjanjian pokok;
2. Harus ada perjanjian gadai;
3. Bentuk perjanjiannya bebas;
4. Isinya sesuai dengan kesepakatan para pihak dengan landasan kebebasan
berkontrak;

26
5. Pemberitahuan kepada debitur dari piutang yang digadaikan sifatnya harus, sebab
tanpa pemberitahuan tidak ada perbuatan hukum gadai.
Berbeda dengan cessie piutang atas nama pemberitahuan tidak merupkan syarat adanya
perbuatan cessie, tetapi hanya sekedar perbuatan administratif saja
Mengenai bentuk perjanjian antara gadai dengan cessie juga terdapat perbedaan yaitu:
Untuk gadai yang sifatnya bebas artinya dapat tertulis maupun lisan, sedangkan dalam
cessie harus tertulis dalam suatu akta, dapat akta otentik maupun akta dibawah tangan.

Q: Mengapa harus diberitahu?


A: WAJIB DICARI!
Mungkinkah Gadai Untuk Hutang Ke 2?
 Memperhatikan Pasal 1159 ayat (2) membuka peluang untuk adanya gadai untuk
hutang ke 2.
 “Jika diantara si berutang dan berpiutang ada pula suatu utang ke dua, yang
dibuatnya sesudah saat pemberian gadai, dan dapat ditagih sebelum pembayaran
utang pertama atau pada hari pembayaran itu sendiri, maka si berpiutang tidaklah
diwajibkan melepaskan barang gadainya sebelum kepadanya dilunasi sepenuhnya
kedua utang tersebut, sekalipun tidak telah diperjanjikan untuk mengikatkan barang
gadainya bagi pembayaran utang keduanya.”
- Syarat: kreditur dan debitur adalah orang yang sama.
 Ex: A hutang ke B dengan mengandalkan obyek C. A masih kurang dan hutang lagi
kepada B. Tetapi A hanya melunasi hutang yang pertama saja.
→ Sebagai kreditur B berhak menahan objek gadai karena hutang A belum
sepenuhnya lunas.
Hal yang Dapat Ditarik dari Ketentuan Pasal 1159 Ayat (2) KUHPerdata
1. Hutang kedua diadakan setelah pemberian gadai;
2. Pembayaran hutang kedua lebih dahulu dari hutang pertama atau bersamaan;
3. Pembayaran hutang kedua tidak menyebabkan pemegang gadai harus menyerahkan
benda gadai pada pemberi gadai.
Kedudukan Pemegang Gadai Sebagai Pemegang Hak Kebendaan
 Dengan memperhatikan Pasal 1152 ayat (3), Pasal 1977 ayat (2), Pasal 582 dapat
disimpulkan bahwa:
“Apabila benda jaminan hilang dicuri dapat menuntut dalam jangka waktu 3 tahun
tanpa membayar apapun juga, kecuali benda tersebut dibeli oleh seseorang yang

27
jujur, maka dapat dituntut dari orang tersebut dengan membayar harga pembelian,
asalkan saja pembelian tersebut ditempat tertentu sebagaimana disebut dalam Pasal
582 KUHPerdata, misalnya dalam pelelangan umum.”
 Ex: Dari pemenang lelang → dirubah berdasarkan harga taksiran. Terkadang nilai
imaterilnya sulit.
- Ex: jam tangan peninggalan ayahnya.
- Jika pemilik menemukan sendiri dapat menggugat revindikasi → menggugat
miliknya sendiri + hanya untuk benda-benda bergerak saja.
Q: Bagaimana nasib penerima gadai dalam hal gugat revindikasinya dikabulkan?
A: Berubah dari kreditur preferen menjadi kreditur konkuren. Gadai hapus (sebagai
jaminan perjanjian pokoknya khusus) tetapi tidak menghapuskan, masih ada
jaminan umumnya.
 Yang menyebabkan gadai berkahir:
1. Perjanjian pokoknya hapus.
2. Obyek gadai kembali ke pemiliknya.
3. Pemegang gadai melepaskan haknya.
Adakah Perlindungan Terhadap Pemilik Barang yang Telah Digadaikan?
 Memperhatikan Pasal 1152 ayat (4) dapat diperoleh pedoman bahwa pemilik yang
sesungguhnya dari suatu barang yang telah digadaikan dapat menuntut kembali hak
miliknya dengan gugat revindikasi.
 Bagaimana nasib penerima gadai dalam hal gugat revindikasinya dikabulkan?
Kewajiban Pemegang gadai
 Bertanggung jawab terhadap hilangnya benda gadai.
 Bertanggung jawab terhadap merosotnya nilai benda gadai.
Hak Pemegang Gadai
1. Berhak menjual barang gadai atas kekuasaan sendiri dan dilakukan di muka umum;
2. Dengan perantaraan hakim, benda gadai dapat dijual menurut cara-cara yang
ditentukan hakim;
3. Berhak menahan benda gadai sampai semua hutang dibayar lunas;
4. Berhak untuk mendapatkan pembayaran lebih dahulu dari hasil penjualan benda
dibandingkan dengan kreditur lainnya.

28
Eksekusi Benda Gadai
 Dapat dilakukan dengan penjualan di muka umum melalui kantor lelang dalam
rangka melaksanakan sendiri haknya, apabila telah sampai suatu jangka waktu
tertentu sesuai kesepakatan para pihak atau setelah diberikan teguran untuk
melaksanakan kewajiban kepada kreditur tetapi debitur tidak melaksanakannya.
Setelah benda dijual kemudian hasil penjualan diperhitungkan untuk membayar
hutang debitur, apabila berlebih dikembalikan.
 Dalam hal debitur tidak melaksanakan kewajiban kepada kreditur dan setelah
ditegur tetap tidak bersedia melaksanakan kewajibannya, maka kreditur dapat
meminta pada hakim untuk menjual benda jaminan sesuai aturan di pengadilan dan
hasil penjualan diperhitungkan langsung dengan semua kewajiban debitur kepada
kreditur.
 Dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada kreditur, maka kreditur
dapat meminta kepada hakim agar benda jaminan tetap berada dalam kekuasaan
kreditur, sampai debitur membayar lunas semua kewajibannya.
Bagaimana Cara Menggadaikan Saham Menurut Ketentuan yang Ada Sekarang Ini?
 Pasal 24 UU No. 1 Tahun 1995 menetapkan 2 bentuk saham yang dikeluarkan
suatu perseroan terbatas yaitu:
- Saham atas nama (saham yang ada namanya).
- Saham atas tunjuk (saham tanpa nama).
 Pasal 44 UU No. 1 Tahun 1995 menentukan bahwa bukti kepemilikan untuk
saham berbeda-beda yaitu:
- Untuk saham atas tunjuk cukup dengan surat saham sedangkan saham atas
nama dengan surat kolektif saham.
- Saham dengan surat kolektif saham yaitu saham yang tidak berada dalam
penitipan kolektif. Untuk saham seperti ini maka penjaminannya dengan gadai.
Adapun Mekanisme
 Ada perjanjian hutang piutang antara kreditur dan debitur dengan kesediaan debitur
untuk menyerahkan surat kolektif saham sebagai jaminan untuk pelunasan hutang.
 Setelah itu harus ada perjanjian kebendaannya yaitu perjanjian gadainya antara
pemberi gadai dengan penerima gadai.
 Setelah dilakukan perjanjian gadai tersebut harus diikuti dengan penyerahan surat
kolektif saham kepada penerima gadai dalam rangka mewujudkan syarat
inbezitstelling.

29
 Setelah itu oleh pemegang gadai melalui pemberi gadai sebagai pihak yang menjadi
pemegang rekening, mengajukan permohonan tertulis untuk pencatatan jaminan
kepada KSEI (PT Kustodian Sentral Efek Indonesia) dan selanjutnya KSEI akan
menerbitkan Surat Konfirmasi Jaminan sebagai tanda bukti adanya pencatatan
jaminan.
Bagaimana Untuk Saham Tanpa Warkat? (Saham yang Berada Dalam Penitipan
Kolektif yang Berupa Data Elektronik yang Diadministrasikan Pada PT Kustodian
Sentral Efek Indonesia)
Untuk saham seperti ini lembaga penjaminnya melalui jaminan fidusia dan mekanismenya
dalah sebagai berikut:
1. Tahap pertama dibuat perjanjian pokok, misalnya perjanjian kredit;
2. Tahap kedua membuat perjanjian penjaminan fidusia antara pemberi fidusia dengan
penerima fidusia, dengan akta notaris;
3. Tahap ketiga dengan mendaftarkan jaminan fidusia pada kantor pendaftaran
jaminan fidusia dalam wilayah tempat tinggal pemberi jaminan fidusia;
4. Setelah itu bank melalui pemberi jaminan fidusia mengajukan permohonan tertulis
untuk melakukan pencatatan jaminan fidusia kepada kantor PT Kustodian Sentral
Efek Indonesia dan selanjutnya PT tersebut akan menerbitkan surat konfirmasi
jaminan sebagai tanda bukti adanya pencatatan jaminan fidusia.
Perbedaan Jaminan Fidusia dengan Gadai
 Obyek jaminan fidusia.
- Selain benda bergerak, benda tetap tidak dapat dibebani oleh hak tanggungan.
 Obyek gadai harus diserahkan → benda bergerak yang masih akan ada dapat
dijadikan sebagai jaminan fidusia selama ketika didaftarkan benda itu sudah ada.
 Prinsip:
- Gadai: obyek gadai harus diserahkan, lepas dari pemilik.
- Fidusia: obyek masih dibawa oleh pemilik dan yang diserahkan adalah hak
milik atas kepercayaan.
 Benda bergerak yang tidak terdaftar yang diserahkan UU Jaminan Fidusia secara
eksplisit melindungi kreditur, karena kreditur sudah memberikan prestasi → hanya
diberikan hak milik atas kepercayaan dan bukan hak milik atas kebendaan.
 Dibuat akta jaminan fidusia dengan akta notaris. Akta jaminan fidusia itu harus
didaftarkan di kantor pendaftaran fidusia (hanya ada di ibu kota provinsi, tepatnya
di kantor Kementrian Hukum dan HAM).

30
 Yang berwenang mendaftarkan adalah penerima fidusia (debitur = pemberi fidusia /
kreditur = penerima fidusia) atau kuasanya.
 Dulu pendaftaran fidusia dilakukan secara konvensional (datang sendiri ke kantor
pendaftaran fidusia).
 Dikuatkan: pendaftaran fidusia secara online → yang hanya dapat mengakses
online hanya notaris. Artinya, untuk melakukan pendaftaran jaminan fidusia
kreditur harus meminta jasa notaris dengan cara membayarnya.
 Prakteknya berdasarkan peraturan menteri dieliminasi → tentang “pemberi kuasa”
→ harus memberi kuasa.
Q: Apakah dapat dikategorikan sebagai kuasa paksa?
 Melihat pendaftaran jaminan fidusia, kantor jaminan fidusia dikeluarkan sertifikat
jaminan fidusia → lahir.
- Tercantum title eksekutorial → memiliki kekuatan eksekutorial.
 Jaminan fidusia termasuk perjanjian formil
- Dibuat dengan akta notaris.
- Didaftarkan di kantor jaminan fidusia.
 Didalam praktek justru banyak kreditur yang menyimpangi ketentuan Undang-
Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
- Banyak lembaga pembiayaan → dibuat dengan akta dibawah tangan → diikuti
dengan surat kuasa menjual.
- Tidak dapat dikatakan sebagai jaminan fidusia karena tidak terdapat
formalitasnya.
Q:Mengapa masih banyak yang melakukan?
A: Beban-beban selalu diberikan kepada kreditur.
Q: Kuasa menjual, menjual apa?
A: Barang jaminan.
Q: Kredit belum cair sudah ada kuasa menjual, kuasa semacam itu sah atau
tidak?
A: Mengacu kepada pasal 1320 KUHPerdata.
 Ada dalam praktek sudah melalui notaris tetapi tidak didaftarkan → tidak
melahirkan jaminan fidusia meskipun sudah dibuat dengan akta notaris karena tidak
didaftarkan → uang yang seharusnya masuk ke kas negara, hilang → “korupsi”.
 Muncul surat keputusan kementrian → wajib didaftarkan paling lambat 30 hari
setelah dibuat akta notaris.

31
 Dibuat dibawah tangan → masalah persaingan.
- Ex: pinjam kredit di bank yang bunganya rendah.
 Sejarah jaminan fidusia:
- Jaminan fidusia lahir karena berawal dari peristiwa ekonomi.
- Salah satu komponen yang diperlukan adalah modal.
- Akses paling mudah melalui perbankan.
- Perbankan → jaminan fidusia.
- Timbul rekayasa yuridis: dijaminkan tetapi barang dikuasai → munculah
jaminan fidusia.
 Syarat jaminan fidusia:
- Para pelaku usaha yang memiliki itikad baik.
- Jaminan fidusia bukan jaminan tetapi hanya kepercayaan.
 Jaminan fiduisa diadopsi dari Belanda
- Di Belanda sudah lama tidak ada → karena perilaku pelaku usaha yang sudah
menyimpang.
- Hanya ada di Indonesia → sebagai bisinis.
 Didalam jaminan fidusia terdapat ketentuan pidana
- Pasal 35 dan Pasal 36.
- “keterangan secara menyesatkan” → yang ribet adalah menerangkan obyek
jaminan. Jika salah bisa terjerat Pasal 35 dan 36 tersebut.

32
HUKUM HARTA PERKAWINAN

Akibat Perkawinan
 Antara suami istri → Pasal 103 – Pasal 118 KUHPerdata dan Pasal 30 – Pasal 34
Undang-Undang Perkawinan (UUP).
 Antara suami istri dengan anak yang dilahirkan → Pasal 298 – Pasal 319
KUHPerdata dan Pasal 45 – Pasal 49 UUP.
 Antara suami istri terhadap harta perkawinan → Pasal 119 – Pasal 198
KUHPerdata dan Pasal 29, Pasal 35 – Pasal 37 UUP.
Akibat Perkawinan Antara Suami Istri (Hak dan Kewajiban Suami Istri)
 Mengacu kepada UUP → merupakan lex specialis dari KUHPerdata tetapi selama
belum diatur didalam UUP masih mengacu kepada KUHPerdata.
 Menurut KUHPerdata:
- Saling setia, tolong menolong dan membantu.
- Terikat perjanjian timbal balik memelihara dan mendidik anak.
- Suami wajib membantu istri beracara → sudah dicabut dengan SEMA No. 3
Tahun 1963.
- Suami wajib mengurus harta pribadi istri sebagai bapak rumah tangga yang
baik, kecuali diperjanjikan sebaliknya → tidak diperlukan lagi, karena
kedudukan antara suami dan istri setara dimata hukum.
- Istri harus tunduk dan patuh kepada suami serta wajib tinggal bersama suami.
- Suami wajib menerima istri dalam rumah yang didiami, memberikan
perlindungan dan kebutuhan sesuai kemampuan.
 Menurut UUP:
- Suami istri wajib menegakkan rumah tangga.
- Hak dan kewajiban suami istri seimbang dalam keluarga dan masyarakat.
- Masing-masing pihak dapat melaksanakan perbuatan hukum.
- Suami istri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia dan
memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain.
- Suami wajib melindungi istri dan memberi segala keperluan rumah tangga
sesuai kemampuan.
- Istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.
- Jika mereka melalaikan kewajibannya, masing-masing bisa menggugat di
Pengadilan.

33
Akibat Perkawinan Antara Suami Istri dan Anak (Alimentasi)
 Orang tua Terhadap Anak
- Kedua orang tua wajib memelihara (nafkah) dan mendidik anak-anak mereka
sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya.
- Orang tua mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum di dalam
dan di luar Pengadilan.
- Orang tua tidak diperbolehkan memindahkan hak atau menggadaikan barang-
barang tetap yang dimiliki anaknya yang belum berumur 18 tahun atau belum
pernah melangsungkan perkawinan, kecuali apabila kepentingan anak itu
menghendakinya → Ex: mendapatkan hibah untuk memenuhi kebutuhan yang
mendesak misalkan orang tua tidak memiliki uang untuk menyekolahkan anak
tersebut maka hasil hibah tersebut dapat digunakan untuk kepentingan sang
anak.
 Anak Terhadap Orang tua
- Anak wajib menghormati orang tua dan mentaati kehendak mereka yang baik.
- Jika anak telah dewasa, ia wajib memelihara menurut kemampuannya orang tua
dan keluarga dalam garis lurus ke atas, bila mereka itu memerlukannya.
Akibat Perkawinan Antara Suami Istri Terhadap Harta Perkawinan
 Pelaksanaan hak dan kewajiban berkaitan dengan munculnya harta dalam
perkawinan, maka perlu diatur dalam Hukum Harta Kekayaan.
 Perkawinan akan menimbulkan beberapa jenis harta misalnya:
- Harta persatuan;
- Harta bawaan suami;
- Harta bawaan istri;
- Harta bersama.
Tempat Pengaturan dan Sifat Hukum Harta Perkawinan
 KUHPerdata
- Pasal 119 – Pasal 198.
- Bab IV dan IX Buku I tentang orang.
- Bersifat sebagai hukum pelengkap → dikatakan pelengkap karena terdapat
pengecualiannya seperti “asalkan”, “tidak”.
- Beberapa WNI masih tunduk terhadap ketentuan dari KUHPerdata.
 Undang-Undang Perkawinan
- Pasal 29, 35, 36, dan 37 UUP.

34
- Bersifat sebagai hukum pelengkap → Pasal 35 ayat 1 dan 2.
- Surat MA No. M.A/Pemb.0807/75 “Petunjuk MA mengenai pelaksanaan UUP
dan PP 9/1975.” Isinya: oleh karena tentang Harta Perkawinan belum diatur
dalam PP No. 9 Tahun 1975, maka ketentuan tentang Harta Perkawinan
menggunakan ketentuan lama.
Terbentuknya Hukum Harta Perkawinan dan Macamnya
 Tidak diperjanjikan → tidak membuat perjanjian kawin.
- KUHPerdata → Persatuan secara bulat terjadi demi hukum.
- UUP → Ada 3 harta yaitu, harta bawaan instri, harta bawaan suami, dan harta
bersama (Pasal 35 ayat {1} dan {2} UUP).
 Diperjanjikan
- KUHPerdata:
 Ekstrem → sama sekali tidak ada persatuan (terjadi pemisahan harta
perkawinan).
 Tidak Ekstrem
Persatuan untung dan rugi;
Persatuan hasil dan pendapatan;
Kesepakatan suami istri.
- UUP → Tergantung isi perjanjian (kecuali yang tercantum dalam Pasal 29 ayat
{2} UUP).
Bentuk Harta Dalam Perkawinan
 KUHPerdata
- Persatuan Bulat
- Persatuan Terbatas
- Terpisah Harta Sama Sekali
 UUP
- Harta Bersama
- Harta Bersama Terbatas
- Terpisah Harta Sama Sekali
 Harta Bersama
- Dikuasai oleh suami dan istri.
- Suami dan istri dapat bertindak terhadap harta bersama atas persetujuan kedua
belah pihak.
- Terkandung hak dan kewajiban yang sama.
35
- Jika perkawinan putus karena perceraian → harta bersama diatur menurut
hukumnya masing-masing.
- Harta bersama: harta yang diperoleh setelah perkawinan berlangsung.
- Ex: Pendapatan upah suami istri, hutang yang diperoleh setelah perkawinan,
barang-barang yang dibeli setelah perkawinan.
 Harta Bawaan
- Dikuasai oleh masing-masing pemiliknya, yaitu suami atau istri.
- Berhak sepenunhnya melakukan perbuatan hukum mengenai harta harta
bendanya.
- Pengecualian → jika ada perjanjian kawin.
- Benda: milik perorangan
- Hasil: milik harta bersama.
 Harta Perolehan
- Pengurusannya sama seperti harta bawaan.
- Pengecualiannya → jika perjanjian kawin.
- Harta perolehan: harta yang diperoleh karena adanya waris, hibah (setelah
perkawinan).
- UUP sifatnya sebagai pelengkap.
Persatuan Secara Bulat
 Diatur dalam Pasal 119 – Pasal 138 KUHPerdata.
 Terjadi demi hukum saat terjadinya perkawinan.
 Bersifat tetap, artinya sampai perkawinan bubar bentuknya adalah Persatuan Bulat,
sehingga antara suami istri tidak boleh:
- Mengadakan perjanjian jual beli;
- Mengadakan perjanjian tukar menukar;
- Mengadakan perjanjian perburuhan;
- Saling menghibahkan → tergantung dari si pemberi hibah apakah
memperbolehkan atau tidak.
 Ada penyimpangan dalam bentuk persatuan bulat karena kehendak pemberi
hibah/warisan.
 Persatuan Bulat tidak dapat diubah selama perkawinan.
 Persatuan Bulat meliputi aktiva dan pasiva.
 Persatuan bulat meliputi 4 macam:

36
- Segala harta kekayaan suami istri bergerak atau tidak bergerak sebelum dan
pada waktu perkawinan berlangsung.
- Segala harta kekayaan suami istri bergerak atau tidak bergerak selama
perkawinan berlangsung.
- Segala harta kekayaan suami sirti bergerak atau tidak bergerak yang diperoleh
secara cuma-cuma, kecuali pewaris atau pemberi melarang dimasukkan ke
dalam persatuan.
- Segala beban yang dapat berupa kerugian dan hutang dari suami istri
sebelum, pada saat dan selama perkawinan.
Hutang
 Hutang Persatuan → Hutang suami atau istri selama perkawinan untuk keperluan
rumah tangga dan menjadi beban harta persatuan.
 Hutang Pribadi → Hutang yang melekat pada benda pribadi suami atau istri.
 Hutang persatuan terjadi karena:
- Hutang sebelum perkawinan.
- Hutang keperluan untuk rumah tangga.
- Hutang untuk pendidikan anak atau renovasi rumah.
- Hutang untuk kepentingan usaha.
- Denda-denda.
- Ganti kerugian karena perbuatan melawan hukum.
 Hutang pribadi terjadi karena:
- Kepentingan pribadi, yang bukan pengeluaran untuk kepentingan sehari-hari.
- Pengeluaran untuk kepentingan pribadi.
 Pembayaran Hutang Persatuan
- Selama perkawinan berlangsung:
Dengan harta persatuan;
Jika tidak cukup dibayar dengan harta pribadi si pembuat hutang.
- Setelah perkawinan bubar:
Harta suami, dengan hak menagih ½ pada mantan istri;
Harta suami atau istri atau ahli warisnya, jika hutang dibuat sebelum
perkawinan dilangsungkan.
 Pembayaran Hutang Pribadi
- Dibayar dengan harta pribadi dan jika tidak cukup dibayar dengan harta
persatuan.

37
Q: Mengapa bida dipakai?
A: Hak Replis (Hak untuk memnuntut kembali uang yang sudah dipakai
pasangan untuk memakai harta persatuan bulat untuk melunasi hutang pribadi).
Istilah yang Dikenal Dalam Persatuan Secara Bulat
 Obligatio
- Kewajiban suami istri untuk membayar hutang-hutang terhadap pihak ketiga
(tanggung jawab yang bersifat ekstrem).
 Contributio
- Pembagian keajiban secara intern antara suami dan istri (tanggung jawab yang
bersifat intern).
Perbedaan Pengurusan Harta
 KUHPerdata
- Pasal 124 ayat (1) → Pengurusan ada pada suami sendiri (kekuasaan suami
menurut Pasal 124 sangat besar).
- Suami dapat menjual, memindahtangankan dan membebani tanpa bantuan istri.
- Mengurus → menjual, memindahtangankan, membebani dengan hak
(beschikken – termasuk menetapkan).
 UUP
- Diatur dalam Pasal 35 – 37.
- Mengenai harta bersama → suami dan istri dapat bertindak atas persetujuan
mereka.
- Pengurusan ada pada suami/istri secara bersama-sama.
- Istri tetap cakap bertindak.
- Suami istri mempunyai hak penuh terhadap harta bawaan masing-masing.
- Tanggung jawab terhadap pihak ke-3 dapat dianalogikan dengan ketentuan
KUHPerdata → yaitu suami selalu dapat dipertanggungjawabkan terhadap
hutang-hutang persatuan tetapi istri tidak dapat dipertanggungjawabkan
terhadap hutang-hutang suami.
Pembatasan Hak Pengurusan Suami
 Ada 2 pengaturan, yaitu:
- Dalam KUHPerdata
 Pasal 140 ayat (3) → jika ada perjanjian kawin bahwa harta tak bergerak
dan piutang atas nama tidak boleh dipindahtangankan atau dibebani.

38
 Pasal 124 ayat (3) dan (4) → tak boleh menghibahkan harta persatuan,
kecuali untuk memberi kedudukan anak dari perkawinan mereka.
- Karena diperjanjikan → meskipun terdapat persatuan harta kekayaan
seluruhnya, tetapi dalam perjanjian kawin dapat ditentukan bahwa atas benda
bergerak dan piutang atas nama istri yang jatuh pada harta persatuan tidak dapat
dipindahtangankan atau dibebani tanpa persetujuan istri.
Upaya Hukum Istri
 Tujuan: melindungi istri dari perbuatan tidak bertanggung jawab suami.
 Suami istri dalam ikatan perkawinan
- Pasal 186 → menuntut pemisahan harta persatuan.
- Pasal 243 → menuntut perpisahan meja dan ranjang.
- Pasal 434 ayat (3) → menuntut suami ditaruh dibawah pengampuan.
 Suami istri tidak dalam ikatan perkawinan
- Pasal 132 ayat (1) dan (2) → hak istimewa untuk melepaskan diri dari haknya
atas persatuan.
- Hak ini gugur dalam hal:
 Pasal 133 KUHPerdata → jika 1 bulan tidak membuat pernyataan di
depan kepaniteraan Pengadilan Negeri (melepaskan diri dari hak
persatuan).
 Pasal 136 KUHPerdata → mengambil harta persatuan sebelum
membuat pernyataan.
 Pasal 137 KUHPerdata → menghilangkan atau menggelapkan barang
persatuan setelah membuat pernyataan.
Bubarnya Harta Persatuan dan Akibatnya
 Persatuan dapat bubar dikarenakan:
- Kematian;
- Keadaan tidak hadir;
- Perceraian;
- Perpisahan meja dan ranjang;
- Perpisahan harta kekayaan.
 Akibat bubarnya persatuan:
- Harta benda dibagi dua antara suami dan istri (suami ½ istri ½ ).

39
- Apabila bubarnya persatuan karena kematian, maka berlaku ketentuan hukum
waris.

Soal 1

Fafa dan Yuna menikah untuk pertamakalinya pada tahun 2006 dengan tidak
mengadakan perjanjian kawin. Ke dalam perkawinan tersebut Fafa membawa harta berupa
1 buah mobil seharga 90 juta, tanah dan rumah senilai 200 juta. Sementara itu Yuna
membawa perhiasan pemberian ibunya senilai 60 juta. Fafa dan Yuna sama-sama bekerja
di sebuah perusahaan swasta. Setahun perkawinan mereka, ibu Yuna meninggal dunia dan
ia meninggalkan warisan untuknya sebuah rumah seharga 150 juta. Pada tahun 2008, Fafa
mendapat hibah dari pamannya berupa rumah tinggal seharga 300 juta, dengan pesan tidak
boleh masuk dalam persatuan.

Tahun 2009 Fafa dan Yuna sepakat untuk mendirikan usaha Restoran, dan
dibutuhkan modal 300 juta. Modal 200 juta ditutup dengan tabungan bersama sedangkan
100 juta mencairkan kredit dari bank CJS. Usaha berkembang pesat. Pada tahun 2012
perkawinan mereka putus karena kematian Fafa.

Dari pencatatan boedel terdapat fakta-fakta sebagai berikut: Harta bawaan tidak
mengalamo perubahan nilai; Aset usaha restoran senilai 500 juta; Tabungan bersama
senilai 400 juta; Biaya rumah tangga yang harus dibayar 120 juta; Pajak Bumi dan
Bangunan rumah bersama 2 juta; Hutang pada Bank CJS masih 86 juta; Biaya pencatatan
boedel 2 juta.

Hitunglah harta kekayaan masing-masing (Fafa dan Yuna) pasca putusnya perkawinan.

Jawab:

Aktiva
1 buah mobil : 90 juta
Tanah dan rumah : 200 juta
Perhiasan pemberian ibu : 60 juta
Warisan rumah Ibu Yuna : 150 juta
Aset usaha restoran : 560 juta
Tabungan bersama : 400 juta +
Total : 1.460 miliar
40
Pasiva
Biaya rumah tangga : 120 juta
Pajak Bumi dan Bangunan : 2 juta
Hutang pada Bank CJS : 86 juta
Biaya pencatatan boedel : 2 juta +
Total : 210 juta

Harta Persatuan Bulat = Aktiva – Pasiva


2
= 1.460 – 210
2
= 1.250
2
= 625 juta
Harta Fafa = Harta persatuan bulat + Hibah pemberian pamannya
= 625 juta + 300 juta
= 925 juta
Harta Yuna = 625 juta

Soal 2

Banu dan Tiara kawin pada tahun 1979. Sebelum perkawinan dilangsungkan Banu telah
memiliki tanah dan rumah senilai 400 juta dan mobil seharga 300 juta. Begitu pula Tiara
telah mempunyai deposito sebesar 100 juta dan emas pemberian ibunya 50 juta. Rekening
tabungan bersama mereka senilai 150 juta. Aset usaha percetakan yang didirikan pada
tahun 1985 sebesar 100 juta. Tahun 1990 Tiara memperoleh hibah dari kakeknya berupa
sebuah tanah senilai 250 juta. Mereka memiliki utang pada bank M untuk keperluan usaha
percetakan sebesar 50 juta. Perkawinan tidak berjalan dengan harmonis, sehingga tahun
2016 mereka bercerai.

Pertanyaan:

Hitunglah harta kekayaan masing-masing menurut KUHPerdata!

Hitunglah pula harta kekayaan masing-masing menurut UUP!

41
Jawab:

Harta Kekayaan Masing-Masing Menurut KUHPerdata

Aktiva
Tanah dan rumah : 400 juta
Mobil : 300 juta
Deposito : 100 juta
Emas pemberian Ibu Tiara : 50 juta
Tabungan bersama : 150 juta
Aset usaha percetakan : 100 juta
Hibah dari Kakek Tiara : 250 juta +
Total : 1.350 miliar

Pasiva
Hutang pada Bank M : 50 juta

Harta Persatuan Bulat = Aktiva – Pasiva


2
= 1.350 – 50
2
= 1.300
2
= 650 juta
Harta Banu dan Harta Tiara masing-masingnya sebesar 650 juta.

Harta Kekayaan Masing-Masing Menurut UUP


Harta Bersama
Rekening tabungan bersama : 150 juta
Aset usaha percetakan : 100 juta +
250 juta
Hutang pada Bank M : 50 juta -
Total : 200 juta
Harta Bersama = 200 juta : 2
= 100 juta
Harta Bersama Banu dan Tiara masing-masing 100 juta.

42
Harta Bawaan
Banu
Tanah dan rumah : 400 juta
Mobil : 300 juta +
Total : 700 juta
Tiara
Deposito : 100 juta
Emas pemberian Ibu Tiara : 50 juta +

Total : 150 juta

Harta Perolehan

Hibah dari Kakek Tiara : 250 juta

Harta Masing-Masing
Banu = Harta Bersama + Harta Bawaan
= 100 juta + 700 juta
= 800 juta
Tiara = Harta Bersama + Harta Bawaan + Harta Perolehan
= 100 juta + 150 juta + 250 juta
= 500 juta

Untuk hibah yang diperoleh sebelum perkawinan masuk ke dalam Harta Bawaan

Soal 3

Banu dan Tiara kawin pada tahun 1979. Sebelum perkawinan dilangsungkan Banu telah
memiliki tanah dan rumah senilai 400 juta yang dibebani Hak Tanggungan sebesar 250
juta dan mobil seharga 350 juta. Begitu pula Tiara telah mempunyai deposito sebesar 120
juta dan emas pemberian ibunya seharga 60 juta. Rekening tabungan bersama mereka
senilai 250 juta. Aset usaha percetakan yang didirikan pada tahun 1985 sebesar 400 juta.
Tahun 1990 Tiara memperoleh hibah dari kakeknya berupa sebuah tanah senilai 370 juta
dengan syarat tidak boleh masuk ke persatuan. Mereka memiliki utang pada bank M untuk
keperluan usaha percetakan sebesar 80 juta. Pengeluaran untuk keperluan rumah tangga
yang belum terbayar sebesar 30 juta. Tahun 2016 Banu meninggal dunia. Biaya
pemakaman sebesar 4 juta rupiah.

43
Pertanyaan: Hitung harta kekayaan masing-masing pasca putusnya perkawinan menurut
KUHPerdata!
Jawab:
Aktiva
Tanah dan rumah – Hak Tanggungan : 400 – 250 juta
: 150 juta
Mobil : 350 juta
Deposito : 120 juta
Emas pemberian Ibu Tiara : 60 juta
Rekening tabungan bersama : 250 juta
Aset usaha percetakan : 400 juta +
Total : 1.330 miliar

Pasiva
Utang pada Bank M : 80 juta
Pengeluaran rumah tangga : 30 juta +
Total : 110 juta
Tiara
Hibah dari kakeknya berupa tanah : 370 juta
Banu
Biaya pemakaman : 4 juta
Harta Persatuan Bersama = Aktiva – Pasiva
2
= 1.330 – 110
2
= 1.220
2
= 610 juta
Harta Tiara = Harta Persatuan Bersama + Hibah
= 610 juta + 370 juta
= 980 juta
Harta Banu = Harta Persatuan Bersama – Biaya Pemakaman
= 610 juta – 4 juta
= 606 juta

44
Perjanjian Kawin

 KUHPerdata
- Bab VII Pasal 139 – 165 → persatuan terbatas untung dan rugi, hasil dan
pendapatan.
- Perjanjian kawin → perjanjian yang dibuat oleh calon suami istri untuk
mengatur akibat perkawinan (dalam hal ini adalah harta perkawinan).
- Maksud diadakan perjanjian kawin, yaitu:
 Membatasi atau meniadakan persatuan bulat menurut undang-undang;
 Membatasi kekuasaan suami yang sangat besar terhadap harta persatuan
(Pasal 124 ayat {2} KUHPerdata).
 Diperjanjikan
- Secara ekstrem → sama sekali tidak ada persatuan.
- Tidak ekstrem → terjadi persatuan harta kekayaan terbatas, meliputi:
 Persatuan untung dan rugi.
 Persatuan terbatas dan hasil.

Perbedaan Perjanjian Kawin

 KUHPerdata
- Bentuk → akta notaris.
- Diadakan sebelum perkawinan.
- Mulai berlaku
 Bagi suami dan istri → sejak perkawinan dilangsungkan.
 Bagi pihak ketiga → sejak dibukukan dalam register kepaniteraan.
- Isi → hanya meliputi harta kekayaan saja (issue: ada perkembangan).
- Tidak dapat diubah sepanjang perkawinan.
 UUP
- Tertulis dan disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan.
- Sebelum atau pada saat perkawinan dilangsungkan.
- Mulai berlaku → sejak perkawinan berlangsung.
- Isi → semua hal kecuali taqlik talaq.
- Tidak dapat diubah kecuali atas persetujuan para pihak dan tidak merugikan
pihak ketiga.

45
Persatuan Terbatas Untung dan Rugi
 Definisi: suatu perjanjian kawin yang menghendaki supaya tidak semua harta
kekayaan dari suami dan istri dicampur menjadi satu (menjadi milik bersama),
melainkan hanya sebagian harta perkawinan saja yaitu segala untung dan rugi.
Q: Ada berapa macam harta dalam persatuan terbatas untung dan rugi?
A: Hart pribadi suami, Harta pribadi istri, Harta persatuan terbatas untung dan rugi.
 Untung → setiap bertambahnya kekayaan sepanjang perkawinan karena hasil harta
kekayaan, pendapatan suami istri masing-masing, dari usaha dan kerajinan masing-
masing dan dari penabungan pendapatan yang tidak dihabiskan.
- Ex penabungan pendapatan yang tidak dihabiskan: deviden dari deposito.
- Hasil dari tanah yang disewakan bisa masuk ke dalam “hasil harta kekayan”.
- Harus dapat membedakan mana yang masuk ke dalam keuntungan pribadi dan
keuntungan persatuan bulat.
 Rugi (kerugian) → setiap berkurangnya kekayaan karena pengeluaran yang
melampaui pendapatan.
Harta yang Menjadi Milik Pribadi
 Barang-barang yang dibawa sebelum perkawinan.
 Warisan
 Hibah wasiat
 Naik turunnya harta milik pribadi (Pasal 160 KUHPerdata).
- Ex: tanah
 Perbaikan dan kerusakan dari milik pribadi karena kerusakan alam atau sebab lain
(Pasal 161 dan 162 KUHPerdata).
- Ex: gempa bumi yang membuat rumah roboh
 Ada 3 jenis harta:
- Harta pribadi suami
- Harta pribadi istri
- Harta persatuan untung dan rugi
 Cara membuat perjanjian
- Secara tegas → diperjanjikan bahwa para pihak menghendaki persatuan untung
dan rugi (Pasal 155 KUHPerdata).
- Tidak tegas → bahwa mereka meniadakan persatuan secara bulat (Pasal 154
KUHPerdata).

46
Jika Persatuan Berakhir
 Sebelum pembagian untung dan rugi, suami dan istri mengambil harta pribadi
masing-masing.
 Jika dalam perkawinan ada keuntungan maka di bagi 2.
 Jika dalam perkawinan ada kerugian juga dibagi 2.
Jenis Hak Dalam Persatuan Terbatas Untung dan Rugi
 Hak Reprise → hak dari suami atau istri untuk mengambil pengembalian harga dari
harta persatuan karena ia telah menjual atau menggunakan harta pribadinya untuk
kepentingan persatuan.
 Hak Recompense → hak suami atau istri untuk menerima bagian harta persatuan
yang telah digunakan pasangannya untuk kepentingan pribadi.
Soal 4
Ahmad dan Dewi kawin pada tahun 1980 dengan membuat perjanjian kawin persatuan
untung dan rugi. Sebelum perkawinan dilangsungkan Ahmad telah memiliki mobil seharga
150 juta. Dewi telah mempunyai rumah seharga 100 juta. Rekening tabungan bersama
senilai 120 juta. Utang pada Bank Z keperluan rumah tangga masih 60 juta. Pada tahun
2015, mobil Ahmad mengalami kerusakan yang membutuhkan biaya perbaikan sebsar 30
juta, biaya ditutup dari rekening tabungan bersama. Perkawinan tidak berjalan dengan
harmonis, sehingga tahun 2016 mereka bercerai.
Pertanyaan: Hitung harta kekayaan masing-masing menurut KUHPerdata!
Jawab:
Harta Pribadi Suami
Mobil : 150 juta
Kerusakan mobil Ahmad : 30 juta -
Total : 120 juta
Harta Pribadi Istri
Rumah : 100 juta
Harta Bersama
Tabungan bersama : 120 juta
Utang pada Bank Z : 60 juta

47
Harta Persatuan Untung dan Rugi
HPUR = Tabungan Bersama – Utang pada Bank Z + Pelunasan Mobil Ahmad
2
= 120 juta – 60 juta + 30 juta
2
= 90 juta
2
= 45 juta
Harta Ahmad
120 juta + 45 juta = 165 juta
Harta Dewi
100 juta + 45 juta = 145 juta

Soal 5
Juno dan Yati menikah untuk pertamakalinya pada tahun 2005 dengan mengadakan
perjanjian kawin berupa persatuan terbatas untung dan rugi. Sebelum menikah Juno
memiliki harta berupa tanah dan rumah senilai 400 juta dan deposito pada bank YJ sebesar
200 juta dengan deviden 10% pertahunnya. Ia juga membawa sebuah mobil seharga 150
juta serta hutang pada bank HI sebesar 50 juta. Yati membawa deposito pada bank JC
sebesar 100 juta dengan deviden 10% pertahunnya. Selain itu, Yati juga membawa
perhiasan pemberian ibunya senilai 80 juta. Setahun setelah perkawinan mereka. Yati
mendapat warisan dari ayahnya yang telah meninggal dunia sebuah rumah seharga 200
juta. Tahun 2009 Juno dan Yati sepakat untuk mendirikan usaha travel. Modal yang
dibutuhkan sebesar 250 juta, dimana 150 juta ditutup dengan tabungan bersama sedangkan
100 juta mencairkan kredit dari bank FX. Tahun 2016 perkawinan putus karena kematian,
Juno meninggal dunia.
Dari pencatatan boedel terdapat fakta-fakta sebagai berikut:
 Harta pribadi tidak mengalami perubahan nilai;
 Rumah tinggal milik bersama senilai 100 juta;
 Aset usaha travel senilai 600 juta;
 Rekening bersama senilai 370 juta;
 Hutang pada Bank FX masih 80 juta;
 Pajak Bumi dan Bangunan rumah bersama 6 juta;
 Biaya rumah tangga yang harus dibayar 120 juta;

48
 Deviden deposito Juno di bank YJ tahun 2010-2011 (dihitung selama 2 tahun)
belum diambil;
 Deviden deposito Yati di bank JC tahun 2012-2016 (dihitung selama 5 tahun)
belum diambil;
 Biaya pencatatan boedel 4 juta.
Pertanyaan: Hitunglah harta kekayaan masing-masing (Juno dan Yati) pasca putusnya
perkawinan!
Jawab:
Harta Pribadi Juno
Tanah dan Rumah : 400 juta (+)
Deposito pada Bank YJ : 200 juta (+)
Mobil : 150 juta (+)
Hutang pada Bank HI : 50 juta (-) +
Total : 700 juta
Harta Pribadi Yati
Deposito pada Bank JC : 100 juta
Perhiasan : 80 juta
Warisan Rumah : 200 juta +
Total : 380 juta
Deviden Deposito Juno di Bank YJ Tahun 2010-2011 (2 Tahun)
Deviden Deposito Juno Selama 2 Tahun = 200.000.000 x 10 x 2
100
= 40.000.000
Deviden Deposito Yati di Bank JC Tahun 2012-2016 (5 Tahun)
Deviden Deposito Yati Selama 5 tahun = 100.000.000 x 10 x 5
100
= 50.000.000
Harta Persatuan Untung dan Rugi
Rumah Milik Bersama : 300 juta
Aset Usaha Travel : 600 juta
Rekening Bersama : 370 juta
Deviden Deposito Juno : 40 juta
Deviden Deposito Yati : 50 juta +
Total : 1.360

49
Hutang pada Bank FX : 80 juta
Pajak Bumi dan Bangunan : 6 juta
Biaya Pencatatan Boedel : 4 juta
Biaya Rumah Tangga : 120 juta -
Total : 1.150
2
: 575 juta
Persatuan Terbatas Hasil dan Pendapatan
 Definisi: suatu perjanjian kawin dimana yang bercampur (menjadi milik bersama)
adalah hanya keuntungan saja (hasil dan pendapatan).
 Diatur dalam Pasal 164 KUHPerdata dan 165-167 KUHPerdata.
 Jenis Harta
- Harta pribadi suami
- Harta pribadi istri
- Harta persatuan terbatas hasil dan pendapatan.
 Cara: 164 KUHPerdata → dengan perjanjian bahwa antara suami istri hanya akan
berlaku persatuan hasil dan pendapatan.
 Hutang Persatuan
- Dibayar dengan harta persatuan hasil dan pendapatan.
- Jika tidak cukup dibayar dengan harta suami.
Sama Sekali Tidak Ada Persatuan
 Tujuan → untuk menghindari kesulitan akan adanya keuntungan dan kerugian
dalam perkawinan.
 Cara mengadakan perjanjian → dengan tegas diperjanjikan untuk sama sekali tidak
ada persatuan (tidak ada persatuan bulat, untung dan rugi, maupun hasil dan
pendapatan).
Soal 6
Ahmad dan Dewi kawin pada tahun 1980 dengan membuat perjanjian kawin persatuan
hasil dan pendapatan. Sebelum perkawinan dilangsungkan Ahmad telah memiliki mobil
seharga 200 juta dan apartemen seharga 150 juta. Dewi telah mempunyai motor seharga 10
juta dan ruko seharga 100 juta. Selama berlangsungnya perkawinan Ahmad yang bekerja
sebagai karyawan swasta memiliki rekening tabungan dari penghasilannya 60 juta.
Sedangkan Dewi yang merupakan ibu rumah tangga tidak memiliki penghasilan. Saat
perkawinan Dewi mendapat hibah tanah dari orang tuanya seharga 120 juta yang dibebani

50
Hak tanggungan 40 juta. Biaya yang dikeluarkan untuk keperluan rumah tangga sebesar 50
juta. Utang pada bank Lion untuk biaya pendidikan anak sebesar 20 juta. Perkawinan tidak
berjalan dengan harmonis, sehingga tahun 2016 mereka bercerai.
Pertanyaan: Hitung harta kekayaan masing-masing!
Jawab :
Harta Pribadi Ahmad
Mobil : 200 juta (+)
Apartemen : 150 juta (+)
Kekurangan Biaya Selama Perkawinan : 10 juta ( - )
Total : 340 juta
Harta Pribadi Dewi
Motor : 10 juta
Ruko : 100 juta
Hibah Tanah : 120 juta
Hak Tanggungan : 40 juta +
Total : 190 juta
Harta Persatuan Hasil dan Pendapatan
Rekening Tabungan Ahmad : 60 juta
Biaya Rumah Tangga : 50 juta
Utang pada Bank Lion : 20 juta -
Total : (-) 10 juta

51
HUKUM WARIS

Pengertian Hukum Waris


 A. Pitlo → Hukum Waris adalah kumpulan peraturan yang mengatur hukum
mengenai kekayaan karena wafatnya seseorang, yaitu mengenai pemindahan
kekayaan yang ditinggalkan oleh si mati dan akibat dari pemindahan ini bagi orang-
orang yang memperolehnya, baik dalam hubungan antar mereka dengan mereka,
maupun dalam hubungan antara mereka dengan pihak ketiga.
- Dari pengeertian di atas ada tiga macam hubungan, yaitu:
1. Antara pewaris dengan ahli waris.
2. Antara sesama ahli waris.
3. Antara ahli waris dengan pihak ketiga.
Pihak ketiga : Kreditur
Orang yang mempunyai kepentingan.
Orang meninggal tidak hanya meninggalkan aktiva saja tetapi
juga pasiva.
 Vollmar → Hukum Waris adalah perpindahan dari sebuah harta kekayaan
seutuhnya, jadi keseluruhan hak-hak dan kewajiban-kewajiban, dari orang yang
mewariskan kepada warisnya.
 Von Mourik → Hukum Waris merupakan seluruh aturan yang menyangkut
penggantian kedudukan harta kekayaan yang mencakup himpunan aktiva dan
pasiva orang yang meninggal dunia.
 Hukum Waris adalah serangkaian ketentuan yang mengatur tentang peralihan harta
kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal dunia serta akibatnya bagi
para orang yang ditinggalkannya.
Tempat Pengaturan
 Buku II KUHPerdata → Bab 12 – 18 (Pasal 830 – Pasal 1130 KUHPerdata).
Alasan Mengapa Hukum Waris Diatur Dalam Buku II KUHPerdata
 Vollmar → Penempatan hukum waris dalam hukum kebendaan sudah benar karena
hak waris merupakan hak kebendaan. Buktinya :
- Harta peninggalan dapat dibebani dengan hak pakai hasil, sedangkan hak pakai
hasil sendiri hanya dapat diletakkan di atas suatu hak kebendaan (Pasal 957
KUHPerdata).
- Hak waris dapat diperjual belikan (Pasal 1537 KUHPerdata).

52
 Pitlo → Ada ketidakkonsistenan (rancu) dua sistem hukum yang mempengaruhi
KUHPerdata pada masa perkembangannya, yaitu:
- Hukum Romawi → Hak waris merupakan suatu hak kebendaan karena warisan
dipandang sebagai suatu barang (zaak) yang berdiri sendiri dan para ahli waris
mempunyai hak kebendaan atasnya (ahli waris punya hak milik bersama yang
bebas).
- Hukum Germania Kuno → tidak memandang hak waris sebagai zaak yang
berdiri sendiri dan para ahli waris tidak punya hak kebendaan di atasnya (hak
milik bersama yang terikat), sehingga hak waris bukan hak kebendaan.
 Pewarisan merupakan salah satu cara untuk memperoleh hak milik.
 Pasal 573 KUHPerdata → Hak milik selain dipunyai oleh perseorangan dapat juga
dimiliki oleh lebih dari seorang.
 Hak milik bersama yang bebas (vrije medeeigendom) → kehendak bersama untuk
menjadi pemilik.
 Hak milik bersama yang terikat (gebon medeeigendom) → timbul karena adanya
beberapa orang yang secara bersama-sama menjadi pemilik atas suatu benda itu
sebagai akibat dari adanya hubungan yang sudah ada lebih dulu antara para
pemiliknya.
Perbedaan
 Hak milik bersama yang bebas
- Para pemilik tidak terikat pada hal lain kecuali adanya kepemilikan bersama.
- Sewaktu-waktu dapat diakhiri atau menuntut pemecahan hak milik bersama
berdasarkan persetujuan dari para pihak.
 Hak milik bersama yang terikat
- Para pihak kecuali terikat oleh adanya kepemilikan bersama juga terikat oleh
adanya hubungan hukum yang lain.
- Tidak dapat diakhiri atau menuntut pemecahan sewaktu-waktu.
Hukum Waris Dalam KUHPerdata
 Dari segi materi → lebih menyerupai Hukum Germanio Kuno, karena di dalamnya
para ahli waris mempunyai hak milik bersama yang terikat pada harta warisan.
 Dari segi sistematikanya → yang diikuti adalah sistematikanya Hukum Romawi
sehingga dimasukkan dalam buku II tentang benda.

53
Pembedaan Hukum Waris
 Hukum Waris Ab Intestatio (Buku II Bab 12 KUHPerdata)
- Hukum waris menurut ketentuan UU.
- Hukum waris tanpa testament atau wasiat.
 Hukum Waris Testamenter (Buku II Bab 13 KUHPerdata)
- Hukum waris menurut ketentuan wasiat atau testamen.
- Testament ditentukan terlebih dahulu dalam perhitungan tetapi tidak boleh
melanggar ketentuan dalam Peraturan Perundang-Undangan.
- Testament merupakan kehendak sepihak.
- Testament dapat mencegah persengketaan mengenai pembagian ahli waris,
karena sudah jelas pembagiannya (sudah ditentukan terlebih dahulu oleh
pemberi ahli waris)
Sifat Hukum Waris
 Sistem Pribadi (Individual)
- Ahli waris adalah perseorangan, bukan kelompok.
 Sistem Bilateral
- Mewaris dari pihak ibu maupun ayah.
 Sistem Persederajatan
- Ahli waris yang derajatnya lebih dekat dengan si pewaris menutup ahli waris
yang lebih jauh derajatnya.
 Sistem Persamaan
- Tidak membedakan anak-anak berdasarkan jenis kelamin, saat kelahiran, dan
asal kelahiran.
Pewarisan
 Pewarisan adalah peristiwa peralihan hak dan kewajiban dari orang yang meninggal
dunia (pewaris) kepada orang-orang yang masih hidup (ahli waris).
 Pasal 830 KUHPerdata → Pewarisan hanya berlangsung karena kematian.
- Hibah tidak termasuk sebagai peristiwa pewarisan, tetapi hibah masuk ke dalam
pengaturan Buku III → mengenai perikatan, pemberian secara cuma-cuma.
 Harta peninggalan baru akan terbuka jika si pewaris telah meninggal dunia.
- Hibah ≠ hibah wasiat (perlu dibedakan).

54
Persyaratan atau Unsur Pewarisan
 Pewaris
 Ahli Waris
 Hak dan Kewajiban yang beralih
Apakah Semua Hak dan Kewajiban Dapat Diwariskan?
Ada yang tidak dapat diwariskan, antara lain:
 Hak dan kewajiban dalam hukum publik.
 Hak dan kewajiban yang bersifat pribadi.
- Ex: Pelukis (ahli warisnya belum tentu dapat melukis).
 Hak dan kewajiban yang timbul dari hubungan hukum keluarga.
- Ex: Suami Istri, salah satu meninggal dunia maka tidak dapat diberikan kepada
orang lain.
Asas Dalam Hukum Waris
 Apabila seseorang meninggal dunia maka seketika itu juga segala hak dan
kewajibannya beralih kepada sekalian ahli warisnya.
 Asas ini tercantum dalam suatu pepatah Perancis yang berbunyi: le mort saisit le vif
→ “orang yang mati berpegang pada orang yang masih hidup.”
Pewaris
 Pewaris adalah seseorang yang meninggal dunia (baik laki-laki maupun
perempuan), yang meninggalkan sejumlah harta kekayaan maupun hak-hak yang
diperoleh beserta kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakannya selama
hidupnya, baik dengan testamen maupun tanpa testamen.
 Syarat → harus sudah meninggal dunia (Pasal 830 KUHPerdata) → berlaku bagi
hukum waris ab intestato maupun testamenter.
Bagaimana Jika Beberapa Orang Meninggal Pada Saat yang Sama?
 Pasal 831 KUHPerdata → jika beberapa orang yang saling mewaris satu sama lain
meninggal pada saat yang bersamaan dan tidak diketahui siapa yang meninggal
terlebih dahulu maka mereka dianggap meninggal pada detik atau saat yang sama.
 Dalam hal ini tidak ada pemindahan harta diantara mereka.

55
Bagaimana Jika Seseorang Tidak Diketahui Keberadaannya (Mati atau Masih
Hidupnya) ?
 Masa persangkaan barangkali meninggal dunia → maka hak-hak orang yang tak
hadir beralih secara sementara kepada barangkali ahli waris.
- 5 tahun bila yang tak hadir tidak mengangkat seseorang kuasa untuk mengurusi
kepentingannya atau tidak mengatur pengurusannya.
- 10 tahun bila yang tak hadir meninggalkan kuasa atau mengatur
pengurusannya.
 Pengalihan hak kepada ahli waris secara definitif
- Apabila diterima kabar kepastian matinya orang yang tak hadir;
- Apabila lampau tenggang waktu 30 tahun sejak hari pernyataan barangkali
meninggal dunia yang tercantum dalam putusan pengadilan;
- Sudah lewat waktu 100 tahun sejak hari kelahiran orang yang tak hadir tersebut.
Ahli Waris
 Ahli waris merupakan orang yang masih hidup yang menerima peralihan hak dan
kewajiban.
 Ahli waris harus sudah ada dan masih ada pada saat pewaris meninggal dunia.
 Pasl 2 KUHPerdata → ketentuan khusus.
 Ahli waris harus memiliki hak atas harta peninggalan si pewaris.
 Hak ini timbul karena:
- Adanya hubungan darah antara ahli waris dengan pewaris baik secara sah
maupun tidak.
- Adanya pemberian melalui surat wasiat atau testamen.
- Seseorang menjadi ahli waris disebabkan oleh perkawinan (khusus untuk suami
atau istri yang hidup terlama).
 Ex: Kasus anak Masisca Mochtar
 Perkawinan disini adalah perkawinan yang sah menurut hukum negara
dan bukan perkawinan secara siri.
Tidak Patut Untuk Mewaris (Onwaarding)
 Orang yang telah dihukum karena dipersalahkan membunuh atau mencoba
membunuh si pewaris.
 Seorang ahli waris yang dengan putusan hakim pernah dipersalahkan memfitnah si
pewaris, bahwa pewaris difitnah melakukan kejahatan yang diancam pidana penjara
lima tahun atau lebih berat;
56
 Ahli waris yang dengan kekerasan atau perbuatan telah nyata-nyata menghalangi
atau mencegah pewaris untuk membuat atau menarik kembali (mencabut) surat
wasiatnya;
 Seorang ahli waris yang telah menggelapkan, merusak, dan memalsukan surat
wasiat si pewaris.
Menolak Warisan
 Konsekuensi kejam bagi ahli waris → pasiva > aktiva.
 Ahli waris yang menolak warisan yang menjadi haknya → maka dianggap tidak
pernah telah menjadi ahli waris.
 Penolakan warisan harus dilakukan dengan tegas dengan membuat suatu
pernyataan kepad Ketua Panitera Pengadilan Negeri setempat dimana warisan itu
terbuka.
 Menolak warisan berarti juga meolak ativa maupun pasiva, tidak dapat setengah-
setengah.
Hak dan Kewajiban yang Akan Beralih
 Hak dan kewajiban yang akan beralih meliputi seluruh harta benda beserta hak-hak
dan kewajiban-kewajiban pewaris dalam lapangan hukum harta kekayaan yang
dapat dinilai dengan uang.
 Akan tetapi terhadap ketentuan tersebut ada perkecualiannya.
Perkecualian
 Hak-hak dan kewajiban-kewajiban dalam lapangan hukum harta kekayaan ada juga
yang tidak dapat beralih kepada ahli waris, antara lain:
- Perjanjian kerja dimana pekerja yang harus dilakukan bersifat sangat pribadi;
- Pemberian kuasa (lastgeving);
- Hak pakai hasil (vruchtgebruk);
- Keanggotaan dalam perseroan → perseroan berakhir dengan meninggalnya
salah seorang anggota/persero.
 Ada beberapa hak yang terletak dalam lapangan hukum harta keluarga, akan tetapi
dapat diwariskan kepada ahli waris, yaitu:
- Hak seorang bapak untuk menyangkal sahnya seorang anak;
- Hak seorang anak untuk menuntut supaya ia dinyatakan sebagai anak yang sah
dari bapak atau ibunya.

57
Peran Balai Harta Peninggalan Dalam Pembagian Warisan
 Apabila harta warisan telah terbuka namun tidak seorang pun ahli waris yang
tampil ke muka sebagai ahli waris, tak seorang pun yang menolak warisan, maka
warisan tersebut dianggap sebagai harta warisan yang tidak terurus.
 Dalam keadaan seperti ini, tanpa menunggu perintah hakim, Balai Harta
Peninggalan wajib mengurus harta peninggalan tersebut.
 Pekerjaan pengurusan itu harus dilaporkan kepada kejaksaan negeri setempat.
 Jika terjadi perselisihan tentang apakah suatu harta peninggalan tidak terurus atau
terurus → penentuan ini akan diputus oleh hakim.
 Apabila dalam jangka waktu 3 tahun terhitung mulai saat terbukanya warisan,
belum juga ada ahli waris yang tampil ke muka, Balai Harta Peninggalan akan
memberikan pertanggungjawaban atas pengurusan itu kepada negara. Selanjutnya
harta peninggalan itu akan diwarisi dan menjadi hak milik negara.
Hak-Hak Umum Ahli Waris

Hak untuk
berfikir

Menerima Menerima Menolak


secara bersyarat warisan
murni/penuh

Hak Untuk Berfikir


 Tiada seorangpun diwajibkan untuk menerima suatu warisan yang jatuh padanya.
- Ahli waris diberi kebebasan untuk menerima atau menolak.
 Undang-undang tidak menetapkan suatu waktu bagi seseorang itu harus
menentukan sikapnya apakah menerima atau menolak warisan.
 Setiap ahli waris berhak meminta waktu untuk berfikir.
 Jangka waktu hak untuk berfikir hingga 4 bulan, dan dapat diperpanjang dengan
Keputusan Hakim.

58
- 4 Bulan → terdapat inkonsistensi didalamnya. Selama waktu 4 bulan tersebut
Ahli waris diberikan waktu untuk berfikir dan setlah 4 bulan Ahli waris wajib
memberikan jawaban.
- Dapat diperpanjang dengan alasan yang dapat dipertanggung jawabkan dan
terdapat kehilafan yang ternyata dalam wasiat dapat merugikan dirinya.
Q: Jika terdapat 2 Ahli waris yang satu menerima, pakah yang satunya dapat
menolak?
A: Bisa, karena setiap ahli waris diberikan hak untuk berfikir dan ahli waris yang
telah setuju tetap harus menunggu keputusan ahli waris yang satunya.
 Ia diwajibkan → menjaga keselamatan segala benda yang termasuk harta
peninggalan sebagai seorang bapak rumah yang baik.
Menerima Secara Penuh
 Menerima penuh (zuivere aanvarding) → menerima apa adanya (seluruh) harta
peninggalan yang diwariskan baik aktiva maupun pasiva.
- Konsekuensinya menerima secara penuh adalah aktiv adan pasiva bercampur
dengan harta pribadinya. Artinya, jika pasiva pewaris lebih besar dibandingkan
dengan aktivanya, maka konsekuensinya ahli waris wajib melunasi pasiva
tersebut menggunakan harta pribadinya sendiri.
 Penerimaan dapat dilakukan dengan tegas atau secara diam-diam.
- Penerimaan secara tegas → melalui akta otentik atau akta di bawah tangan.
- Penerimaan secara diam-diam → “Perbuatan” seperti membayar hutangnya
secara diam-diam. Membantu menguburkan dan mengurus pemakamannya
tidak dapat dikategorikan sebagai penerimaan secara diam-diam.
 Hak untuk menerima suatu warisan hapus karena daluwarsa dengan lewatnya
waktu 30 tahun, terhitung sejak hari terbukanya warisan.
- Ketentuan mengenai daluwarsa 30 tahun hanya berlaku ketika ada ahli waris
lain yang menyatakan menerima dan apabila sebaliknya maka ketentuan
tersebut tidak dapat berlaku.
Menerima Bersyarat
 Penerimaan bersyarat (beneficiare aanvaarding) yaitu suatu penerimaan dengan
hak istimewa untuk mengadakan pencatatan boedel.
- Merupakan konsekuensi kejam dari pasiva > aktiva.
- Berbeda dengan menerima secara penuh, menerima secara bersyarat tidak
bercampur dengan harta pribadinya.

59
 Ahli waris menerima pasiva warisan sebesar aktiva yang ada.
- Apabila pasiva yang diterima hanya sebesar aktiva maka apabila kreditur
hendak menggugat ahli waris tidak dapat → ketentuan mengenai menerima
secara bersyarat.
 Ahli waris harus menyatakan kehendaknya kepada Ketua Panitera Pengadilan
Negeri setempat dimana warisan itu terbuka.
Hak-Hak Khusus Ahli Waris
 Hak Saisine
 Hak menuntut pembagian harta warisan
 Hak Hereditatis Petitio
Hak Saisine
 Pengaturan → Pasal 833 dan Pasal 955 KUHPerdata.
 Hak saisine adalah perpindahan hak dan kewajiban dari seseorang yang meninggal
dunia kepada ahli warisnya yang terjadi secara demi hukum tanpa si ahli waris
belum wajib melakukan sesuatu.
 Ahli waris memperoleh hak milik atas segala aktiva serta pasiva pewaris secara
otomatis sekalipun ahli waris belum atau tidak tahu adanya pewarisan.
- Di luar negri atau di luar daerah → melekat pada dia, melekat hanya pada posisi
ahli waris saja dan bukan kepada posisi menerima atau menolak warisan.
Q: Apakah ada ahli waris yang tidak mempunyai hak saisine?
A: Negara
 Anak angkat tidak termasuk, karena dalam pengangkatan anak dilihat dimana
pengangkatannya → masuk ab intestato:
- Jika diangkat di Pengadilan Negeri maka tunduk pada hukum barat →
konsekuensinya mendapat warisan.
- Jika diangkat di Pengadilan Agama maka tunduk pada hukum agama →
konsekuensinya tidak mendapat warisan.
Ahli Waris yang Tidak Mempunyai Hak Saisine
 Ada ahli waris yang tidak mempunyai hak saisine yaitu Negara.
 Peralihan hak dan kewajiban dari orang yang meninggal dunia kepada negara tidak
terjadi demi hukum.
 Pasal 833 ayat (3) KUHPerdata → agar terjadi peralihan, maka negara harus
melakukan perbuatan hukum tertentu.

60
Hak Menuntut Pembagian Harta Warisan
 Pengaturan → Pasal 1066 KUHPerdata.
 Ada suatu “hak mutlak dari para ahli waris” untuk sewaktu-waktu menuntut
pembagian dari harta peninggalan pewaris tanpa memperhatikan Ahli Waris
lainnya → sifat individualistis.
 Selama harta peninggalan belum dipecahkan maka benda-benda yang ada di
dalamnya berada diluar sikulasi perdagangan untuk sementara waktu → sifat
kapitalistik.
 Hak menuntut supaya warisan dibagi tidak boleh dikurangi atau dihapuskan.
 Jika seorang ahli waris menuntut pembagian harta warisan di depan pengadilan
maka tuntutan tersebut tidak dapat ditolak oleh ahli waris yang lainnya.
 Pasal 1066 KUHperdata:
- Seseorang yang mempunyai hak atas sebagian dari harta peninggalan tidak
dapat dipaksa untuk memberikan harta benda peninggalan dalam keadaan tidak
terbagi-bagi di antara para ahli waris yang ada.
- Pemisahan harta itu setiap waktu dapat dituntut biarpun ada larangan untuk
melakukannya.
- Perjanjian penangguhan pembagian harta peninggalan dapat saja dilakukan
hanya untuk beberapa waktu tertentu → hanya berlaku mengikat selama 5
tahun, namun dapat diperbaharui jika masih dikehendaki oleh para pihak.
Hak Hereditatis Petitio
 Pengaturan → Pasal 834 dan Pasal 955 ayat (2) KUHPerdata.
 Hak Herditatis Petitio → hak untuk mengajukan gugatan guna mempertahankan
barang-barang yang selama ini telah dikuasai oleh orang lain, agar dimasukkan
kembali dalam boedel warisannya.
Hak Hereditatis Petitio Ditujukan Kepada
 Sesama ahli waris.
- Pemasukan yang diberikan selama hidup dapat diperhitungkan jika merupakan
satu derajat ke bawah, kecuali jika pewaris mengatakan tidak perlu untuk
interbang.
- Kesimpulannya interbang tidak wajib.
 Orang yang tanpa alas hak apapun mengusai seluruh atau sebagian harta warisan.
 Orang yang secara licik telah menghentikan penguasaan ahli waris terhadap benda-
benda warisan.

61
Pewarisan Ab Intestato

Golongan Ahli Waris

De Naaste In Het Bloed, Erft Het Goed

Perderajatan

Persederajatan
 Persederajatan dilakukan dengan mengelompokkan ahli waris ke dalam golongan-
golongan ahli waris.
 Arti penting persederajatan yaitu → Untuk mengukur jauh dekatnya hubungan
seseorang dengan keluarga sedarah.
 Keluarga sedarah adalah pertalian keluarga antara mereka, yang mana yang satu
adalah keturunan yang lain, atau yang semua mempunyai nenek moyang yang
sama.
 Golongan ahli waris adalah sekelompok orang yang pada saat bersamaan tampil
mewaris bersama-sama.

Golongan I ½ ½

Golongan II ¼ ¼

Golongan III
1/12 1/12

62
Cara Menghitung Perderajatan
 Dicari nenek moyang yang sama yang menurunkan kedua orang yang hendak
dihitung perderajatannya.
 Dihitung banyaknya orang-orang yang menghubungkan kedua orang itu.
 Garis tegak lurus menunjukan urutan persederajatan → yang satu adalah
keturunan yang lain.
 Garis tegak lurus ke bawah → hubungan antara seseorang dan sekalian mereka
yang menurunkannya.
 Garis menyimpang → urutan persederajatan antara mereka yang mempunyai
nenek moyang yang sama.
Penggolongan Ahli Waris

Ahli Waris Golongan


I

Ahli Waris Golongan


II

Ahli Waris Golongan


III

Ahli Waris Golongan


IV

Mewaris Langsung atau Mengganti


Dalam pewarisan ab intestato terdapat dua macam pewarisan:
 Mewaris langsung karena dirinya sendiri (uit eigen hoofde).
 Mewaris tidak langsung karena pergantian tempat → mewaris karena
menggantikan seseorang yang mestinya mewaris tapi meninggal lebih dulu dari
pewarisnya (bij plaatsvervulling).
Syarat Pergantian Tempat
 Orang yang digantikan tempatnya harus sudah meninggal dunia.
 Ahli waris pengganti adalah keturunan sah dari orang yang akan digantikan
tempatnya.

63
- Suami atau istri tidak dapat menggantikan ahli waris → yang ada hubungan
darah saja.
 Ahli waris harus memnuhi syarat atau layak (waardig) sebagai ahli waris.
P

A A B

C D
Jika C berusaha untuk membunuh A masih dianggap patut sebagai ahli waris karena
kepatutan C sebagai ahli waris hanya kepada P (selama ia tidak berusaha membunuh P).

Derajat
Yang
digantikan oleh
Ahli Waris
Pengganti Hak

Bentuk Pewarisan Karena Penggantian Tempat


 Diantara ahli waris golongan I (anak dan keturunannya) → berlangsung terus tanpa
batas.
 Diantara ahli waris golongan II (keturunan saudara) → berlangsung sampai derajat
keenam.
 Diantara ahli waris golongan IV (keturunan paman dan bibi) → berlangsung
sampai derajat keenam.
 Golongan III (ke atas)tidak ada pergantian tempat.
Ahli Waris Golongan I
 Pengaturan → Pasal 852 dan Pasal 852a KUHPerdata.
 Terdiri dari:
- Suami/Istri yang hidup terlebih lama;
- Anak-anak;
- Keturunan anak-anak ke bawah tanpa batas → dengan syarat perderajatan yang
lebih dekatlah yang berhak mewaris terlebih dahulu → yang lebih jauh tertutup
denganperderajatan yang lebih dekat.

64
Suami atau Istri yang Hidup Terlama
 Bagian suami/istri dalam perkawinan yang terlama → bagiannya sama besar
dengan bagian seorang anak yang sah.

P 1/3

1/3 1/3

 Jika terdapat perkawinan kedua dan seterusnya dan ada anak-anak atau keturunan
dari perkawinan terdahulu, maka bagian suami/istri:
- Sama besar dengan bagian terkecil yang diterima anak dari perkawinan
terdahulu (legitieme portie).
- Maksimal yang boleh diterima adalah ¼ dari harta peninggalan.
P A
→ suami/istri yang
(¼) hidup terlama tidak
boleh mendapatkan
B C bagian lebih besar
(3/8) 1- ¼ = ¾ (3/8) dari ¼
¾ x ½ = 3/8
anak dari
perkawinan terdahulu
- Anak tiri tidak mendapatkan warisan karena tidak memiliki hubungan darah →
Ex: jika pewarisnya adalah istri/suami dan suami/istri memiliki anak dengan
istri/suami terdahulu.
- Anak angkat mendapatkan warisn karena jika menurut KUHPerdata anak
angkat = anak kandung.
- Ex: Bagaimana dengan anak sah yang bukan merupakan anak kandung? →
Patokannya adalah dia anak sah artinya, anak yang lahir selama perkawinan
menurut KUHPerdata dianggap sebagai anak sah meskipun dia bukan anak
kandungnya sekalipun. Padahal menurut Hukum Islam anak tersebut adalah
anak hasil dari perzinahan dan seharusnya tidak berhak untuk mendapatkan
warisan.

65
- Ex: Bagaimana jika anak hasil pengangkatan dari orang tua tunggal? → Dilihat
dari cara pengangkatannya terlebih dahulu, apakah melalui Pengadilan Negeri
atau melalui Pengadilan Agama dan setelah itu mengacu kepada 3 pilar hukum
yaitu, keadilan hukum, kemanfaatan hukum, dan kepastian hukum.
Q: Jika memiliki 2 istri bagaimana?
A: KUHPerdata hanya mengenal asas monogami, sehingga poligami tidak
diakui.

Anak-Anak Beserta Keturunannya


Ada dua macam pewarisan yang mungkin terjadi, yaitu:
 Pewarisan karena haknya sendiri → Mewaris kepala demi kepala.
 Pewarisan karena pergantian tempat → Mewaris pancang demi pancang
 Skema I

P+ AW (¼) → suami/istri tidak boleh lebih dari ¼

AW( ¼ ) AW( ¼) AW+( ¼)

AWP(1/8) AWP (1/8)

Keterangan:
- P+ : Pewaris
- AW: Ahli Waris
- AW+ : Ahli Waris yang sudah meninggal
- AWP: Ahli Waris Pengganti
 Skema II
1 2

P+ AW( ¼ ) → suami/istri tidak


boleh lebih dari ¼
AW( ¼) AW( ¼) AW (¼)

66
Ahli Waris Golongan II
 Tempat pengaturan → Pasal 854 – Pasal 857 KUHPerdata.
 Terdiri dari:
- Ayah dan ibu;
- Saudara-saudara;
- Keturunannya saudara sampai derajat keenam.
 Orang tua diberi prioritas di atas saudara-saudara dan keturunannya → minimum
bagian orang tua ¼ untuk masing-masing ayah/ibu.
 Pasal 854 KUHPerdata → Mengatur pewarisan golongan II dalam hal kedua orang
tuanya masih hidup sehingga ahli waris terdiri dari ayah dan ibu beserta saudara-
saudaranya.
 Pasal 855 KUHperdata → Mengatur pewarisan golongan II dalam hal hanya salah
satu dari kedua orang tua yang masih hidup sehingga ahli waris itu bisa ayah dan
saudara-saudara atau ibu dan saudara-saudara → tinggal dibagi 2 saja.
 Pasal 856 KUHPerdata → Mengatur pewarisan golongan II dalam hal kedua orang
tua sudah tidak ada lagi sehingga ahli waris hanya tinggal saudara-saudara saja.
 Pasal 857 KUHperdata mengatur dua hal:
- Bagian warisan yang akan diperoleh saudara-saudara yang berasal dari
perkawinan yang sama.
- Bagian warisan yang akan diperoleh saudara-saudara yang berasal dari
perkawinan yang berlainan.
 Skema I

AW (1/3) AW (1/3)

AW (1/3) P+

67
 Skema II
AW(¼) AW( ¼)

AW+ (¼) AW (¼) P+

AWP (1/8) AWP (1/8)

 Skema III

AW (½) AW+

AW (½) P+

 Skema IV

AW+ AW+

AW(½) AW (½ ) P+

68
 Skema V
1 2 1

AW (¼) AW (¼)

AW (1/8) P+ AW AW (1/8)
( ¼ + 1/8 = 3/8)

Saudara tiri yang Saudara tiri yang


memiliki memiliki
hubungan darah hubungan darah
se ayah se ibu
(perhitungannya (perhitungannya
tidak sama) tidak sama)

Mendapat bagian lebih banyak


karena satu ayah dan satu ibu
Keterangan:
- Bagian ayah dan ibu harus dihitung terlebih dahulu (tetapi dengan tetap
memperhatikan jumlah ahli warisnya untuk menentukan tidak boleh kurang dari
¼ ) baru dibagi menjadi se ayah dan se ibu.

Ahli Waris Golongan III


 Pengaturan → Pasal 853 KUHPerdata.
 Terdiri dari:
- Kakek dan nenek baik dari garis ayah maupun dari garis ibu;
- Orang tua kakek dan nenek ke atas tanpa batas.
 Pada pewarisan untuk golongan III terjadi kloving → pembelahan baik dari garis
ayah dan ibu.
 Prisnsip → yang terdekat hubungan darahnya yang berhak mewaris.
 Keluarga yang derajatnya sama berbagi rata kepala demi kepala.
 Tidak dikenal pewarisan karena pergantian tempat.

69
 Ahli waris golongan III dan golongan IV dapat secara bersama-sama mewaris. Asal
mereka berlainan garis.
 Contoh 1:

Kloving (dibagi menjadi 2)


(¼) KA (¼) NA (¼) KI (¼) NI

A+ I+
½ bagian untuk garis ayah ½ bagian untuk garis ibu

P+
Pembagiannya berdasarkan garis ahli waris, jangan dari ahli waris yang lainnya.
 Contoh 2:

C D E F

(½) (½)
KA+ NA KI NI+

A+ I+

P+
- Tidak ada pergantian tempat digolongan III sehingga C, D, E, F tidak
mendapatkan warisan.
- Hanya NA dan KI → fokus ke golongan III saja.
 Contoh 3: Bagian CDE: Berbagi rata kepala demi kepala (½ x ⅓)

(1/6) C D (1/6) E (1/6) F (½)

KA+ NA+ KI+ NI+


A+ I+

P+

70
 Contoh 4:

C D

(1) KA NA+ KI+ NI+

A I

P+
- Hanya KA yang mendapatkan warisan.
 Contoh 5:
Ketentuan yang ahli waris golongan III dan golongan IV dapat secara bersama-
sama mewaris, asal mereka berlainan garis.

KA+ NA+ (¼) KI NI (¼)

Paman/Bibi A+ I+
(Golongan IV)
½ P+
- Golongan IV baru muncul ketika tidak ada golongan III.
- Dalam kasus tersebut Paman/Bibi dapat mewaris bersama dengan KI dan NI
(dari pihak I) karena berlainan garis (dari pihak A).
Ahli Waris Golongan IV
 Pengaturan → Pasal 858 KUHperdata.
 Ahli waris golongan IV adalah keluarga sedarah dalam garis kesamping yang lebih
jauh, baik dari garis ayah maupun garis ibu.
 Terdiri dari:
- Paman dan bibi baik dari garis ayah dan/atau ibu;
- Keturunannya paman dan bibi sampai derajat ke 6 dihitung dari si meninggal
dunia.

71
 Setelah terjadi kloving baik di garis ayah dan ibu, maka keluarga sedarah yang
derajatnya sama membagi kepala demi kepala.
 Ada pergantian tempat → dengan syarat.
 Contoh 1:

KA+ NA KI NI+

(½) X 3֯ 2֯ A+ I+ (¼) Y Z (¼)



P+
 Contoh 2:

KA NA KI NI

M+ A+ I+ Q+ R+
N (¼)
P+
O P S+ T (1/8) V+
(1/8) (1/8)

W (1/16) X (1/16) Y (¼)

 Contoh 3:

KA NA KI NI

M+ A+ I+ Q+ R+
N (¼) U+
P+
O P S+ T (¼) V+
(1/8) (1/8) Z tidak mendapatkan Y+
bagian karena masuk
derajat ke 7
W (1/8) X (1/8) Z

72
Pewarisan Anak Luar Kawin
 Pewarisan dalam hal adanya anak luar kawin diatur dalam Pasal 862-873
KUHPerdata.
- Anak luar kawin dapat memperoleh waris tetapi ada syaratnya yang berupa
pengakuan + pengesahan dan izin dari ayah biologisnya.
- Anak sah adalah anak yang lahir dalam perkawinan yang sah menurut UUP
(menurut hukum negara).
 Anak luar kawin adalah anak yang dilahirkan di luar perkawinan yang sah.
- Proses pengakuan → melalui catatan sipil + penetapan pengadilan.
- Akta yang tidak mencantumkan nama ayah biologis → anak luar kawin.
- Anak sah dalam akta pasti ada nama kedua orang tuanya.
- Hubungan keperdataan:
 Ada hak dan kewajiban yang melekat.
 Memiliki hak waris (tidak hanya kewajiban alimentasi saja).
- Pengakuan:
 Memunculkan hubungan pewarisan.
 Hubungan hukum → konsekuensi lain.
Q: Apakah si anak juga memiliki hubungan keperdataan dengan
keluarga yang lain seperti nenek, paman dan bibi?
A: Tidak ada, dia hanya memiliki hubungan hukum hanya terhadap
orang tua yang mengakuinya saja.
 Syarat anak luar kawin yang berhak mewaris adalah yang diakui secara sah.
 Pengakuan mengakibatkan timbulnya hubungan hukum antara anak dan orang tua
yang mengakui:
- Si anak berhak memakai nama keluarga ayah yang mengakuinya.
- Timbul hubungan saling mewaris antara anak dengan orang tua yang
mengakuinya.
Macam-Macam Anak Luar Kawin
Anak alami (natuurljik kind) → Anak yang dilahirkan di luar perkawinan oleh kedua orang
tua yang masing-masing tidak berada dalam ikatan perkawinan dengan orang lain.

- Kedua orang tuanya masih single (tidak dalam ikatan perkawinan) → isbat
nikah dapat mensahkan anak luar kawin.
- Anak alami hanya satu-satunya yang bisa diakui dan mendapatkan hak waris.

73
- Anak zinah dan anak sumbang tidak bisa diakui sebagai anak sah.
 Anak zinah (overspelige kinderen) → Anak yang dilahirkan di luar perkawinan
antara kedua orang tua yang salah satuny atau kedua-duanya terikat perkawinan
dengan orang lain.
- Harus salah satu orang tuanya sudah menikah.
 Anak sumbang (in bloedschande gateelde kinderen) → Anak yang lahir dari
hubungan di luar perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita yang
menurut ketentuan undang-undang dilarang kawin satu sama lain.
 Tidak semua anak luar kawin dapat diakui, yang dapat diakui hanya anak alami.
 Menurut KUHPerdata dua-duanya harus mengakui, tetapi menurut UUP dia sudah
memiliki hubungan keperdataan dengan ibu dan keluarga ibunya → “lex specialis”.
 Anak luar kawin punya hak waris jika diakui sebelum perkawinan ayah/ibunya.
 Jika anak luar kawin itu diakui setelah perkawinan ayah/ibunya maka tidak berhak
atas warisan → anak luar kawin dianggap tidak ada.

1 - 1/9 = 8/9
A+ B (4/9) 8/9 x ½ = 8/18
⅓ x ⅓ = 1/9 8/18 = 4/9
Anak Luar Kawin (1/9) C (4/9)
- Perhitungan anak luar kawin → liat ketentuan bagian anak luar kawin. Jika dia
mewaris bersama golongan I maka bagian anak luar kawin adalah ⅓.
- Bagian anak luar kawin yang sebesar ⅓ tersebut kemudian dikalikan dengan ⅓
(jumlah total ahli warisnya → ada 3 orang B, C, dan anak luar kawin).
- Anak luar kawin harus diakui sebelum A menikah dengan B, karena jika
diakuinya setelah A menikah dengan B dianggap akan merugikan B dan C.
- Anak luar kawin hanya memiliki hubungan dengan Ayah/Ibu yang
mengakuinya saja.
- Bagian dari anak luar kawin tidak dapat diberlakukan sama → bagian anak luar
kawin harus lebih kecil dari anak sah.
- Bagian anak luar kawin dihitung terlebih dahulu baru sisanya dibagi ke seluruh
ahli waris menurut ketentuan undang-undang.

74
 Bersifat persoonlijk → artinya anak luar kawin yang diakui hanya mempunyai
hubungan dengan ayah/ibu yang mengakuinya, tidak sampai meliputi hubungan
hukum dengan anggota keluarga dari ayah/ibu yang lain.
 Ketentuan pewarisan bagi anak sah tidak dapat diberlakukan bagi anak-anak luar
kawin.
 Untuk menyelesaikan pembagian harta warisan maka mula-mula bagian dari anak
luar kawin diberikan terlebih dahulu, kemudian sisanya baru diabgi kepada ahli
waris yang lainnya menurut ketentuan undang-undang.
 Contoh 1:

A+ B (11/36)
1 – 1/12 = 11/12
⅓ x ¼ = 1/12
11/12 x 1/3 = 11/36
ALK(1/12) C (11/36) D (11/36)
 Contoh 2:

A+ B (13/45)
1 – 2/15 = 13/15

D (1/15) E (1/15) C (13/45) D (13/45) 13/15 x 1/3 = 13/45

- Jumlah anak luar kawin adalah 1/15 + 1/15 = 2/15


 Contoh 3:
(perkawinan terdahulu)

F = 1 – (C+E)
A+ B+
= 1 – (9/18 + 8/18)
⅓ x (9/9-1/9)
= 1- 17/18
= 8/18 E (1/12) F C (11/36)
= 1/18

Keterangan:
- ½ merupakan bagian E dan D sebagai anak sah dari A.
- Jika F diakui sebelum A menikah dengan B maka bagian F adalah 1/9 (⅓ x ⅓)
→ ⅓ adalah bagian anak luar kawin jika mewaris bersama golongan I dan ⅓
yang lain adalah jumlah total dari ahli waris.

75
 Contoh 4:
(perkawinan terdahulu)

C = ½ x (9/9-1/9)
A+ B
= ½ x 8/9
9/18 = ½
= 8/18
E (1/12) F (1/9) C (8/18)

F = 1 – (C+E)
= 1 – (8/18 + 9/18)
= 1 – 17/18

 Contoh 5:

A (¼) I (¼)

ALK (½) P+

 Contoh 6:

K (1/8) N (1/8)

A+ I+

ALK (½) P+ Paman (¼)


Keterangan:
- Bagian ½ ALK berdasrkan ketentuan mewaris bersama golongan II dan III.
- Dibagi menjadi dua (kloving) antara K+N dengan Paman → dalam ketentuan
golongan III terdapat pembagian kloving.
- Bagian yang dibagi untuk K+N dengan Paman adalah ½ (1- ½ sisa bagian
ALK) maka ¼ .
- Bagian K+N → ½ x ¼ = 1/8.

76
Bagian Anak Luar Kawin
 Jika anak luar kawin mewaris bersama golongan I → bagiannya 1/3 seandainya
mereka anak-anak sah.
 Anak luar kawin mewaris bersama golongan II dan III → bagiannya adalah ½
warisan.
 Anak luar kawin mewarisa bersama golongan IV → bagiannya adalah ¾ warisan.

Latihan 1
Hadi dan Sica adalah sepasang suami istri. Dari perkawinan ini menghasilkan 1 orang anak
yang bernama Putri. Putri sendiri telah memiliki 3 orang anak sah yang bernama Dian,
Vani, dan Wendy. Hadi meninggal dunia karena sakit. Putri telah meninggal dunia terlebih
dahulu sebelum Hadi meninggal. Sebelum menikah dengan Sica, diketahui bahwa Hadi
telah memiliki 1 orang anak sah dari perkawinannya terdahulu bernama Eko. Eko
diketahui telah meninggal dunia setahun sebelum Hadi, dengan meninggalkan 2 orang
anak sah bernama Tio dan Tara. Hadi sendiri masih memiliki seorang saudara kandung
bernama Uni. Harta warisan Hadi diketahui sebesar Rp 800 juta.
Pertanyaan: Hitunglah bagian harta warisan yang diterima oleh masing-masing ahli waris
Hadi!
Jawab:
karena ada anak
X P+ Sica (¼) → dari perkawinan
terdahulu.
Eko+ Putri+ → 1 – ¼ = ¾
¾ x½=⅜

Tio Tara Dian Vani Wendy → ⅜ x ½ = ⅛


(3/16) (3/16) (⅛) (⅛) (⅛)

⅜ x ½ = 3/16
- Sica → ¼ x 800 juta =200 juta
- Dian+Vani+Wendy →⅛ x 800 juta = 100 juta (masing-masing)
- Tio+Tara → 3/16 x 800 juta = 150 juta (masing-masing)

77
Latihan 2
Jono dan Nuri adalah sepasang suami istri. Dari perkawinan ini menghasilkan 2 orang anak
yang bernama Putri dan Wendy. Sebelum menikah dengan Jono, diketahui bahwa Nuri
telah memiliki 3 orang anak sah dari perkawinannya terdahulu bernama Eko, Cahyo, dan
Mita. Cahyo dinyatakan tidak patut mewaris, namun memiliki satu orang anak sah yang
bernama Rian. Jono memiliki seorang anak sah dari perkawinannya sebelumnya bernama
Cinta. Beberapa tahun kemudian Nuri meninggal dunia. Harta warisan Nuri dikenal
sebesar Rp 600 juta.
Pertanyaan: Hitunglah bagian harta warisan yang diterima oleh masing-masing ahli waris
Nuri!
Jawab:

Jono Nuri (P+)


(1/5)

Cinta Putri Wendy Eko *Cahyo* Mita


(1/5) (1/5) (1/5) (1/5)
Rian

- 1/5 x 600 juta = 120 juta


120 juta x 5 ahli waris → 120 juta untuk masing-masing ahli waris.
- 1/5 merupakan ketentuan → sama besar dengan bagian terkecil yang diterima
anak dari perkawinan terdahulu.
- Ahli waris hanya dapat digantikan jika orang yang digantikan tersebut
meninggal dunia → dalam kasus diatas Cahyo masih hidup sehingga Rian tidak
dapat menggantikan posisi Cahyo.
- Cinta tidak termasuk kedalam ahli waris karena tidak memiliki hubungan darah
dengan Nuri.
- Jika semua ahli waris tersebut meninggal dunia maka semua ahli waris
golongan I sudah habis dan Rian dapat menjadi ahli waris dengan ketentuan →
mewaris langsung / bukan menggantikan, mewaris dengan haknya sendiri.

78
- Contoh:

Jono Nuri (P+)


(1/5)

Putri+ Wendy+ Eko+ *Cahyo* Mita+

Rara (⅓) Rani (⅓) Rian (⅓)


 Jika Wendy menolak warisan dan memiliki 2 orang anak yaitu, Rara dan
Rani maka pembagian ahli waris seperti contoh diatas.
 Cahyo dianggap tidak patut sebagai ahli waris.
Q: ika semisal Putri masih hidup, siapa ahli warisnya?
A: Hanya Putri saja, karena ahli waris golongan I masih ada → anak
Weny tertutup oleh derajat yang lebih dekat.

Latihan 3
Fafa dan Endah adalah sepasang suami istri. Endah sendiri merupakan seorang janda yang
telah memiliki seorang anak sah dalam perkawinannya terdahulu bernama Wiwit. Fafa dan
Endah menempuh perceraian beberapa tahun kemudian. Fafa masih memiliki orang tua
kandung bernama Yoyok dan Titin. Fafa juga memiliki saudara sekandung bernama
Wawan dan Haryo. Haryo telah meninggal dunia sebelum Fafa, namun meninggalkan
seorang istri yang bernama Wati. Fafa juga memiliki saudara tiri seayah yang bernama Eta.
Fafa meninggal dunia karena sakit. Harta warisan Fafa sejumlah Rp 600 juta.
Pertanyaan: Berapakah bagian harta warisan yang diterima oleh masing-masing ahli waris
Fafa tersebut?
Yoyok (¼) Titin (¼)

Eta (1/6) Wati Haryo+ Wawan ⅜ → ¼ +⅛


Cerai
Fafa(P+) Endah

Wiwit

79
- Dibagi menjadi 2 terlebih dahulu → ½ bagian untuk ayah dan ibu + ½ bagian
untuk saudara.
- Wawan → merupakan saudara seibu dengan Fafa sehingga mendapatkan
bagian ¼ (dari ½ x ½ → yang merupakan saudara Fafa dari se ayah dan seibu
ada 2, yaitu Wawan dan Haryo) + ⅛ (dari ½ x ¼ → ½ berasal dari pembagian
dengan bagian saudara seayah dan seibu dan ¼ berasal dari bagian Eta sendiri
yang merupakan pembagian di awal ½ untuk bagian saudara).
- Bagian Ayah dan Ibu → ¼ x 600 juta = 150 juta
- Bagian Wawan → ¼ + ⅛ = ⅜ x 600 juta = 225 juta
- Bagian Eta → ¼ x ½ = ⅛ x 600 juta = 75 juta
- Endah tidak mendapatkan bagian karena sudah bercerai terlebih dahulu
sebelum Fafa meninggal dunia.
- Wati tidak mendapatkan bagian waris karena bukan termasuk ahli waris
golongan II.

Latihan 4
C menikah dengan F secara sah. Lima tahun kemudian mereka bercerai. Selama
pernikahan mereka belum dikaruniai anak. F sebelum menikah dengan C telah memiliki 2
orang anak bernama O dan R. Ayah dan Ibu kandung C telah meninggal dunia. Namun C
masih memiliki ayah tiri bernama K. Ia masih memiliki Kakek dan Nenek yang berasal
dari garis Ayah kandung yang bernama W dan Z, juga seorang paman bernama P. Ia juga
masih memiliki paman dan bibi yang berasal dari garis Ibu bernama Y dan U. C meninggal
dunia karena sakit. Harta warisan C diketahui berjumlah Rp 600 juta.
Pertanyaan: Hitunglah bagian harta warisan yang diterima oleh masing-masing ahli waris
C tersebut! W (¼) Z (¼)

P A+ I+ Y (¼) U (¼)

C(P+) F

O R

80
- Dibuat kloving (pembagian) terlebih dahulu antara garis A dan garis I yang
bagiannya ½ ½
- U dan Y dapat mewaris karena golongan III dari bagian I sudah tidak ada dan
itupu karena U dan Y berlainan garis dengan W dan Z.
- P tidak dapat mewaris karena tertutup W dan Z → P merupakan golongan IV
dan segaris dengan W dan Z sehingga tidak dapat mewaris bersama-sama.
- ¼ x 600 juta = 150 juta untuk masing-masing ahli waris.
Latihan 5
Narto memiliki seorang anak luar kawin bernama Budi, istrinya telah meninggal dunia.
Ayah dan Ibu kandung Narto juga telah meninggal dunia. Namun ia masih memiliki paman
dan bibi yang berasal dari garis ayah yang bernama Zahya dan Fani. Narto juga masih
memiliki sepupu yang berasal dari garis Ibu bernama Yuni. Narto meninggal dunia karena
sakit. Harta warisan Narto diketahui berjumlah Rp 600 juta.
Pertanyaan: Hitunglah bagian harta warisan yang diterima oleh masing-masing ahli waris
Narto tersebut!
A+ I+

Narto (P+) Zahya Fani Yuni (⅛)


(1/16) (1/16)
Budi (¾)
- Budi yang merupakan anak luar kawin yang mewaris bersama golongan IV
memiliki bagian sebesar ¾ bagian → lihat ketentuan bagian anak luar kawin.
- 1- ¾ = ¼
- ¼ kemudian Dibuat kloving (pembagian terlebih dahulu) antara A dan I
sehingga bagian A sebesar ⅛ dan bagian I sebesar ⅛.
- Didalam bagian A ⅛ tersebut dibagi menjadi 2 bagian lagi (Zahya+Fani)
sehingga masing-masing mendapatkan 1/16 bagian.
- Didalam bagian I hanya terdapat Yuni saja sehingga yuni memperoleh bagian
sebesar ⅛.
- Bagian Budi → ¾ x 600 juta = 450 juta
- Bagian Zahya+Fani → 1/16 x 600 juta = 37,5 juta
- Bagian Yuni → ⅛ x 600 juta =75 juta

81

Anda mungkin juga menyukai