Anda di halaman 1dari 23

ii

PERKEMBANGAN PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM

Yahya Bin Umar

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah Perkembangan

Pemikiran Ekonomi Islam Program Studi Ekonomi Syariah Program Magister

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone

Oleh ;
NURHIDAYA
NIM.601022023018

AIDIL ADRAWAN
NIM.601022023029

AHMAD KHUMAIDI HASBIR


NIM.601022023030

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah

tentang “Perkembangan Pemikiran Ekonomi Islam ” dengan baik dan lancar.

Saya menyadari dalam pembuatan tugas ini masih banyak terdapat

kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami

harapkan. Sehingga tugas yang sederhana ini dapat menjadi bahan bacaan yang

bermanfaat demi peningkatan mutu pendidikan. Akhir kata saya ucapkan terima kasih

atas kesempatan yang diberikan kepada saya.

Watampone, 08 Desember 2023

Penulis

ii
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 3

C. Tujuan Penulisan 3
BAB II PEMBAHASAN 4

A. Biografi Yahya Bin Umar 4

B. Teori Pemikiran Ekonomi Yahya bin Umar 6

C. Relevansi Pemikiran Yahya bin Umar dimasa Modern 13

BAB III PENUTUP 16

A. Kesimpulan 16

B. Saran 16
DAFTAR RUJUAN 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kontribusi kaum muslimin terhadap kelangsungan dan perkembangan

ekonomi pada khususnya dan peradaban dunia pada umumnya telah diabaikan

oleh ilmuan barat. Bahkan buku-buku teks ekonomi barat hampir tidak pernah

menyebutkan peranan kaum muslimin, meskipun demikan sebagian kesalahan


terletak di tangan umat Islam karena tidak mengaktualisasikan secara memadai

kontribusi muslimin, sehingga barat memiliki andil besar dalam hal ini karena

tidak memberikan penghargaan yang layak atas kontribusi peradaban lain bagi

kemajuan pengetahuan manusia.1

Akan tetapi, pada pertengahan abad ke-9 M adalah abad di mana dunia

Islam tengah mengalami masa keemasan (golden age).2 Ilmu pengetahuan tengah

mengalami kemajuan yang signifikan. Kemajuan ilmu pengetahuan itu ditandai

dengan munculnya lembaga-lembaga pendidikan dan lahirnya ulama-ulama besar.

Bahkan beberapa aliran pemikiran terutama ahl al-ra’y dan ahl al-hadits telah

mulai muncul dan berkembang. Mazhab Hanafi yang beraliran ahl al-ra’y telah

berkembang di Kufah dan Mazhab Maliki yang beraliran ahl al-hadits telah

berkembang di Madinah.2

Pada saat yang hampir bersamaan, aktifitas ekonomi negara dan

masyarakat telah menunjukkan perkembangan dan kemajuan. Perkembangan

aktifitas ekonomi ini seiring dengan kemajuan dan kejayaan Dinasti Abbasiyah

sebagai penguasa saat


1
M. Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi (Jakarta: Gema Insani, 2000), h. 261
2
Abu Yasid, Islam Akomodatif: Rekonstruksi pemahaman Islam Sebagai Agama Universal
(Yogyakarta: LKiS, 2004), h. 60

1
2

itu. Aktifitas ekonomi telah berkembang diberbagai sektor seperti;

pertanian, perkebunan, perdagangan, dan sektor industri. 3

Yahya bin Umar merupakan bapak pemikir tentang ekonomi dan bisnis

khusunya dalam hal tentang konsep harga, Yahya bin Umar merupakan salah satu

ulama' abad III H dari madzhab Maliki yang sangat produktif dalam menuangkan

ide-idenya menjadi karya tulis yang bermanfaat bagi orang banyak. Nama

lengkapnya adalah Abu Bakar Yahya bin Umar bin Yusuf Al Kannani Al

Andalusi. Karya tulis yang sudah berhasil dibukukan ± dari 40 juz, diantaranya

adalah kitab "Ahkam asSuq." Sebuah kitab yang membahas tentang persoalan-

persoalan ekonomi.

Kitab Ahkam as-Suq terasa lebih membumi karena kitab tersebut

merupakan hasil dialektika Yahya bin Umar dengan lingkungan sosialnya, yaitu

kota Qairuwan, yang terletak di Afrika Utara. Sebuah kota yang sudah memiliki

institusi pasar yang permanen sejak tahun 155 H. Sekalipun tema utama yang

diangkat dalam kitab tersebut adalah mengenai hukum-hukum pasar misalnya

tentang ta'sir (penetapan harga), tetapi pada dasarnya Umar bin Yahya lebih

banyak membahas tentang persoalan ihtikar dan siyasah al Ighraq. Kedua istilah

tersebut dalam ilmu ekonomi kontemporer dikenal dengan monopoly's rent-

seeking (ihtikar) dan dumping Policy (siyasah al-ighraq).

Yahya bin Umar, sebagi salah seorang ulama besar pada zamannya, lahir

pada saat ilmu pengetahuan dan ekonomi tengah mengalami kemajuan. Tulisan ini

bertujuan untuk mengungkapkan konsep pemikiran ekonomi dan kebijakan pasar

dari Yahya bin Umar.

3
Yadi Janwarin, Pemikiran Ekonomi Islam, dari Masa Rasulullah Hingga Masa Kontemporer
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2016), h. 144
3

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaiamana Biografi Yahya bin Umar ?

2. Bagaimana Teori Pemikiran Yahya bin Umar?

3. Bagaimana relevansi pemikiran Yahya bin Umar dimasa Modern ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun Tujuam Penulisan dari Makalah ini, antara lain :

1. Untuk mengetahui Biografi Yahya bin Umar.

2. Untuk mengetahui Pemikiran Yahya bin Umar.

3. Untuk mengetahui Relevansi Pemikiran Yahya bin Umar dimasa Modern


4
5

BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Yahya Bin Umar

Nama lengkap Yahya bin Umar adalah Abu Zakariya Yahya bin Umar bin

Yusuf bin Amir al-kinani al-Andalusi. Lahir pada 828 M (213 H) di Andalusi. Dia

berasal dari Jaen (Ceyyan) tapi ia di besarkan di Kordoba. Yahya bin Umar

memulai pendidikannya di kordoba dan menjelang remaja melakukan

pengembaran ilmiah dari satu tempat ke tempat yang lain. Di antara tempat yang

dilaluinya adalah Mesir, hejaz, Irak, dan Afrika. Yahya bin Umar merupakan salah

seorag ulama terkemuka Mazhab Maliki.4

Kehandalan Yahya bin Umar terletak pada kemampuan menghafalnya.

Menurut Yahya bin Umar, pengetahuan yang pertama yang harus dilestarikan dan

kemudian ditransfer secara sempurna adalah hafalan. Oleh karena itu, Yahya bin

Urnar mengunakan hafalan sebagal metode untuk menjauh dan perdebatan, tidak

bergabung dalam diskusi dan tidak menjawab pertanyaan yang ditujukan dengan

motif argumentasi.5
Yahya bin Umar mengajar banyak murid dari dalam maupun luar Afrika,

terutama di daerah Qayrawan. Bahkan Yahya bin Umar tidak hanya mengangkat

murid tetapi juga menulis banyak buku. Sebagian buku-bukunya hilang seiring

dengan berjalannya waktu. Namun demikian, ditemukan pula bukunya yang

selamat sampai sekarang, di antaranya: Ahkam al-Suq, al-Kitab al-Muntakhabih,

4
Abdul Haris Simal, ‘Konsep Pemikiran Ekonomi Dan Kebijakan Pasar Perspektif Yahya Bin
Umar’, Tahkim, 14.2 (2018)
5
Adiwarman Karim Azwar, Sejarah Pemikiran Islam Edisi Keempat, (Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada, 2012), hal. 145
Ikhtilaf Ibnu al- Qasim wa al-Ashab, al-Fada’il al-Wudu’ wa al-Shalah, al-Kitab

al-Mizan,

6
7

al-Kitab al-Waswasah, al-Kitab al-Shirah, al-Kitab al-Ahmiyah al-Husun,

Fadha’il al Munatsir wa al-Ribat, al-Kitab al-Radd ‘ala al-Syafi’I, al-Radd ‘ala al-

Shuquqiyyah, al-Radd ‘ala al-Murjiyyah, dan al-Nahy ‘an Huduri Masjid al-Sabt.6

Buku Ahkam al-Suq, secara luas dikenal juga dengan nama yang

bervariasi. Pada awalnya, buku ini dikenal dengan judul al-Qawl fi ma Yanbaghi

fihi min al- Aswaq dan al-Nazhar wa al-Ahkam ‘ala Atsar al-Muslimin fi al-

Mawazin wa Zibat wa Jami’ al-Ahwali Aswaq Muslim. Berikutnya buku ini pun

dikenal dengan Ahkam al- Suq dan Aqdiyah al-Suq. Namun demikian, seiring

berkembangnya maka buku tersebut di kenal Ahkam al-Suq. 7 Buku ini ditulis

dalam rangka menjawab atas pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada Yahya

bin Umar. Buku Ahkam al-Suq dianggap sebagai karya independen pertama dalam

bidang hisbah di dunia Islam.8

Yahya bin Umar meninggal pada tahun 901 (289 H) di Sausah. Dalam

perjalanan hidupnya Yahya bin Urnar telah memberikan kontribusi dalam

pengembangan dan perluasan Mazhab Maliki. Dia adalah salah seorang ahli

hukum Mazhab Maliki yang terkemuka dan berada di garda terdepan. selain itu

Yahya bin Umar juga telah mencetak murid-muridnya menjadi ulama-ulama besar

di Afrika dan Andalusia.9

6
Yadi Janwarin, Pemikiran Ekonomi Islam, dari Masa Rasulullah Hingga Masa Kontemporer
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2016), h. 145
7
Muhammad Nejatullah Siddiq, Recent Work of on History of Economic Thought in Islamic
(Jeddah: International Centre for Research in Islamic Economic, 1982), h. 10
8
Abdul Haris Simal, ‘Konsep Pemikiran Ekonomi Dan Kebijakan Pasar Perspektif Yahya Bin
Umar’, Tahkim, 14.2 (2018)
9
Saprida, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Edisi Pertama, (Jakarta: Kencana, 2021), hal.
150.
8

B. Pemikiran Ekonomi Yahya Bin Umar

1. Struktur Pasar

Pasar menurut Yahya bin Umar sebagai ruang di mana orang-orang

yang ingin membeli barang atau jasa dan orang-orang yang ingin menjualnya

yang dating secara bersamaan. Menurutnya, pasar itu tidak perlu memiliki

tempat bagi eksistensinya. Namun demikian, pasar yang dideskripsikan

Yahya bin Umar dalam bukunya menyiratkan pasar sebagai sebuah tempat di

mana penjual dan pembeli secara fisik datang secara bersama-sama.10

Yahya bin Umar mendeskripsikan pasar yang ideal. Menurutnya,

pasar yang ideal itu ialah pasar yang harus memiliki karakteristik adanya

transparansi, tidak ada monopoli dan kartel, pencegahan terjadinya penjualan

di luar pasar (Forestalling), pencegahan persaingan tidak sehat, menghindari

kecurangan dan penjualan produk yang haram.

Aspek pertama yaitu Transparansi adalah bahwa semua pembeli dan

penjual memiliki pengetahuan yang penuh tentang barang, kualitas dan

terutama harga barang di pasar. Dalam prespektif Yahya bin Umar, satuan

ukuran dan yang diketahui oleh pihak yang memiliki otoritas.11

Aspek kedua dari pasar adalah tidak memberikan terhadap struktur

pasar yang monopoli dan kartel. Struktur monopoli dipandang muncul

apabila di pasar hanya ada seseorang yang bertindak sebagai pemasok produk

10
Abdul Haris Simal, ‘Konsep Pemikiran Ekonomi Dan Kebijakan Pasar Perspektif Yahya
Bin Umar’, Tahkim, 14.2 (2018)
11
Abu Zakaria Yahya bin Umar bin Yusuf al-Kanani al-Andalusi, Kitab al-Suq (Istanbul:
ISAM, 2011), h. 6
9

tertentu dan mengendalikan pasar sendiri. Kekuatan monopoli untuk

menentukan harga yang inginkan diarahkan pada harga yang mahal.12

Monopoli di pasar ini akan berdampak pada terhalangnya pembetukan

system pasar yang adil yang mempertahankan keseimbangan sosial. Yahya

bin Umar menjelasakan bahwa produsen datang bersama-sama dan sepakat

untuk menjual barang-barangnya atas harga yang ditentukan oleh mereka

akan membahayakan warga dan kejahatan pasar. Menurutnya, pedagang

bekerjasama untuk membentuk kartel dan untuk menentukan harga dan

menjual produk mereka ke harga yang memimpin pasar dapat menciptakan

kejahatan dan merugikan terhadap tatanan sosial.13

Dapat disimpulkan bahwa Yahya bin Umar tidak menghendaki

terjadinya monopoli dan kartel. Hal ini disebabkan karena monopoli akan

memaksa orang untuk membeli produk yang disediakan oleh pemasok

tunggal dan menghilang alternatif dari pasar itu. Monopoli ini pada

gilirannya akan mengganggu ketertiban umum dari pasar itu sendiri. Pada

saat yang bersamaan juga, Yahya bin Umar tidak menghendaki terjadinya

kartel di pasar. Larangan kartel ini karena kartel akan merugikan pasar,

terutama para konsumen atau pembeli di pasar tersebut.

Aspek ketiga menurut Yahya bin Umar adalah kecurangan dan

persaingan tidak sehat yang terjadi di pasar. Sebab, persaingan tidak sehat

juga akan mempengaruhi transparasi pasar dan menyebabkan ketidakjelasan,


12
Suparno Suparno and Ahmad Mukhlishin, ‘Konsep Pemikiran Ekonomi Dan Kebijakan
Pasar Dalam Perspektif Yahya Bin Umar Dan Relevansinya Pada Sistem Ekonomi Modern’, Asas,
15.01 (2023), h. 123
13
Suparno Suparno and Ahmad Mukhlishin, ‘Konsep Pemikiran Ekonomi Dan Kebijakan
Pasar Dalam Perspektif Yahya Bin Umar Dan Relevansinya Pada Sistem Ekonomi Modern’, Asas,
15.01 (2023), h. 123
10

serta akan menipu konsumen dan pemasok. Tindakan yang masuk pada

kategori persaingan tidak sehat adalah mengajukan permintaan akan barang,

meningkatkan penjualannya dan memperoleh manfaat yang tidak benar

dengan memanfaatkan situasi ini.

Aspek keempat menurut Yahya bin Umar tidak mengizinkan

memperjualbelikan barang yang dilarang. Terlepas dari kenyataan itu, bahwa

Islam meninggalkan ruang yang besar bagi orang-orang dalam praktiknya,

telah dilarang untuk melakukan beberapa perbuatan dan mengambil manfaat

atas barang tertentu. Hal tersebut merupakan jenis-jenis perbuatan yang tidak

boleh muncul atau terjadi di pasar. Demikian pula, memperjualbelikan

barang yang dilarang agama tidak diperbolehkan di pasar, terutama di pasar

yang konsumennya umat Islam.

2. Harga

Harga pasar ialah harga suatu barang atau jasa yang pasarnya

kompetitif, tinggi rendahnya ditentukan oleh pemerintah dan penawaran

pasar. Harga merupakan sesuatu yang diserahkan dalam pertukaran untuk

mendapatkan suatu barang dan jasa. Harga khususnya merupakan pertukaran

uang bagi barang dan jasa. Harga juga dapat diartikan sebagai sesuatu

kesepakatan mengenai transaksi jual beli barang/jasa di mana kesempatan

tersebut di ridha oleh kedua belah pihak. Harga tersebut haruslah direlakan

oleh kedua belah pihak dalam akad, baik lebih sedikit, lebih besar, atau sama

dengan nilai barang/jasa yang ditawarkan oleh pihak penjual kepada pihak

pembeli.14

14
Jamaliah Abdul Majid and others, ‘Strategi Penetapan Harga’, Acta Universitatis
Agriculturae et Silviculturae Mendelianae Brunensis, 16.2 (2019), 39–55.
11

Harga menurut pandangan Yahya bin Umar dalam Janwari ada dua

jenis utama. Pertama, pembentukan harga dapat di pasar dengan kualifikasi

ideal. Dalam kondisi ini, intervensi negara dalam menetapkan harga tidak

diperlukan. Kedua, pembentukan harga di pasar dengan upaya untuk

mengganggu keseimbangan pasar. Dalam kasus seperti ini, negara diberikan

hak untuk melakukan intervensi dalam penetapan harga.15

3. Penetapan Harga

Penekanan pemikiran ekonomi Yahya bin Umar adalah pada masalah

penetapan harga (al-tas’ir). Ia berpendapat bahwa penetapan harga tidak

boleh dilakukan. Hujjahnya adalah mengenai kisah para sahabat yang

meminta Rasulullah untuk menetapkan harga karena melonjaknya harga

barang namun ditolak oleh Rosulullah dengan alasan Allah lah yang

mengusai harga. Dalam konteks ini, penetapan harga yang dilarang oleh

Yahya bin Umar adalah kenaikan harga karena interaksi permintaan dan

penawaran. Namun jika harga melonjak karena human error maka

pemerintah mempunyai hak intervensi untuk kesejahteraan masyarakat.

Yahya bin Umar mengijinkan pemerintah melakukan intervensi apabila :

a. Para pedagang tidak memperdagangkan barang dagangan yang

dibutuhkan masyarakat sehingga dapat merusak mekanisme pasar.

b. Para pedagang melakukan praktik siyasah al-ighraq atau banting harga

(dumping) yang dapat menimbulakan persaingan tidak sehat dan dapat

mengacaukan stabilitas harga.

15
Amelia Oktaviani, Desi Isnaini, and Nonie Aftrianty, ‘Penetapan Harga Jual Ikan
Berdasarkan Pemikiran Yahya Bin Umar’, EKOMA : Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, 1.2
(2022), 176–85
12

Wawasan Ekonomi Modern Yahya bin Umar yang dikemukakan pada

masanya :

a. Ihtikar (Monopoly’s Rent-Seeking) Islam secara tegas melarang ihtikar

yaitu mengambil keuntungan di atas keuntungan normal dengan cara

menjual lebih sedikit barang untuk harga yang lebih tinggi. Ihtikar akan

merusak mekanisme pasar dan akan meberhentikan keuntungan yang

akan diperoleh orang lain serta menghambat proses distribusi kekeyaan

diantara manusia. Maka dapat disimpulkan bahwa cirri-ciri ihtikar adalah,

pertama, objek penimbunan merupakan barang-barang kebutuhan

masyarakat; kedua, tujuan penimbunan adalah untuk meraih keuntungan

diatas keuntungan normal

b. Siyasah Al-Ighraq (Dumping Policy) Berbanding terbalik dengan ihtikar,

dumping bertujuan untuk meraih keuntungan dengan cara menjual barang

pada tingkat harga lebih rendah daripada yang berlaku dipasar. Hal ini

dilarang dengan keras karena dapat menimbulkan kemudharatan di

tengah masyarakat luas. Yahya bin Umar memiliki pandangan bahwa

dalam pasar yang seimbang,

Yahya bin Umar memiliki pandangan bahwa dalam pasar yang

seimbang, harga akan terjadi pada titik ekuilibrium dari penawaran dan

permintaan dan pemasok akan mendapatkan keuntungan yang wajar. Jika ada

yang mencoba menjual di bawah harga, maka akan mengganggu

keseimbangan dan akan menyebabkan efek samping negatif seperti

forestalling. Pemasok menjual di bawah harga pasar mungkin direncanakan

untuk menjual harga yang lebih rendah dalam jangka waktu yang singkat.
13

Hal ini dilakukan untuk menghilangkan pemasok lain dan membentuk

monopoli. Kemudian penjual dapat meningkatkan harga dan menjual dengan

keuntungan yang ekstrim. Atau pemasok lain dapat berlaku untuk forestalling

dengan ragu-ragu untuk menjual barangbarangnya. Olehnya itu, orang yang

menjual di bawah harga pasar (polotic dumping atau banting harga) menurut

Yahya bin Umar harus diusir dari pasar dan memberikan kesempatan kepada

pedagang lain untuk bersaing secara sehat dalam pembentukan harga.16

4. Peran Pemerintah terhadap Regulasi Pasar

Pasar merupakan pusat terjadinya penyediaan (supply) dan

permintaan (demand) barang. Kedudukan pasar dalam Islam begitu tinggi,

sebab selain bidang pertanian dan perdagangan merupakan salah satu profesi

yang sangat dianjurkan oleh Islam. Karakteristik pasar Islam ialah di

dalamnya terdapat aturan, mekanisme dan nilai-nilai Islam yang dijadikan

standar aktifitas. Karakteristik inilah yang menjadi kekhasan Islam yang tidak

mengenal dikotomi ranah dunia dan akherat. Aktifitas bisnis yang

berorientasi materiil selalu diimbangi dengan kecintaan membelanjakan harta

di jalan Allah (spiritual).17

Kebebasan ekonomi tersebut juga berarti bahwa harga ditentukan oleh

kekuatan pasar, yakni kekuatan penawaran (supply) dan permintaan

(demand). Dalam kondisi seperti ini, maka pemerintah di larang melakukan

intervensi terhadap harga. Pada pasal 5 ayat 1 dan 2 UU No. 5 Tahun 1999

mengindikasikan adanya larangan untuk melakukan persekongkolan dalam


16
Asep Saepul Hamdi,Konsep Harga Menurut Yahya Umar dan Ibnu Thaimiyah.
17
Suparno Suparno and Ahmad Mukhlishin, ‘Konsep Pemikiran Ekonomi Dan Kebijakan
Pasar Dalam Perspektif Yahya Bin Umar Dan Relevansinya Pada Sistem Ekonomi Modern’, Asas,
15.01 (2023), h. 111
14

rangka menetapkan harga di pasar. Berbicara tentang regulasi harga, tentu

kita ingat bahwa pengawasan harga.18

Dalam hal ini, jika kenaikan harga di pasar diakibatkan oleh ulah para

spekulan, sehingga menyebabkan instabilitas harga di pasar, pemerintah

sebagai institusi formal yang mempunyai tanggung jawab menciptakan

kesejahteraan umum, berhak melakukan intervensi harga ketika terjadi suatu

aktivitas yang dapat membahayakan bagi kehidupan masyarakat luas dengan

melakukan stabilisasi.

Bagi Yahya bin Umar, peran Negara dalam regulasi pasar sangat

penting. Oleh karena itu, dalam Ahkam al-Suq dijelaskan apa yang harus

dilakukan oleh penguasa untuk mempertahankan tatanan di pasar. Penguasa

yang adil memilik kewajiban untuk memeriksa pasar rakyatnya dan

mengangkat pejabat yang bisa mengendalikan pasar.19 Pejabat ini memiliki

kewajiban untuk membuat ukuran dan skala bagi pasar yang ideal. Berbagai

perkembangan yang terjadi di pasar diukur berdasarkan ukuran dan skala

tersebut.20 Apabila terjadi perubahan atau menyimpang pada skala tersebut,

maka pejabat memiliki kewenangan untuk mengambil tindakan agar kembali

pada ukuran dan skala yang sudah ditetapkan.

Menurut Yahya bin Umar, peran Negara dalam regulasi pasar adalah

pengawasan dan pembentukan organ yang diperlukan untuk mengaudit,

sehingga Negara harus memiliki peran yang sangat kuat dalam kendali pasar

18
Suparno Suparno and Ahmad Mukhlishin, ‘Konsep Pemikiran Ekonomi Dan Kebijakan
Pasar Dalam Perspektif Yahya Bin Umar Dan Relevansinya Pada Sistem Ekonomi Modern’, Asas,
15.01 (2023), h. 111
19
Abdul Haris Simal, ‘Konsep Pemikiran Ekonomi Dan Kebijakan Pasar Perspektif Yahya
Bin Umar’, Tahkim, 14.2 (2018)
20
M. Yusuf, Economic Justice in Islam (New Delhi: Kitab Bavhan, 1988), h. 42
15

agar pasar berfungsi dengan baik. Jika pasar dibiarkan dengan sendirinya

tanpa pengawasan dan audit, maka pasar bisa saja diintervensi oleh pihak

lain, baik secara internal maupun eksternal. Apabila pasar sudah diintervensi

oleh pihak luar, maka akan menghambat fungsi pasar secara normal dan akan

mengakibatkan ketidakseimbangan di dalam pasar. Sehingga dari

ketidakstabilan itu, maka Negara harus ikut campur tangan dalam situasi

tersebut dan mengakhiri tindakan yang dapat merusak pasar. Jika tidak

keadaan ini akan menyebabkan kerugian pembeli dan penjual di pasar.21

Hal yang paling baik dan menarik dari pemikiran ekonomi Yahya bin

Umar terkait dengan masalah pengawasan pasar ketika Negara tidak bisa

menunaikan tugasnya. Maka pihak swasta harus diberikan kesempatan untuk

melaksanakan tugas tersebut. Masyarakat memilih orang di antara yang

berpengalaman, terpelajar dan bijaksana untuk melaksanakan tugas

pengawasan pasar.22

C. Relevansi Pada Sistem Ekonomi Modern

Ide yang digagas oleh Yahya bin Umar pada pemikirannya abad yang silam

masih relevan dengan pemikiran para ekonom abad modern ini.

1. Pemikiran Yahya bin Umar yang digagasnya sekitar 15 abad yang lalu

terdapat kesesuaian dengan ekonomi modern yang juga melarang adanya

praktek monopoli murni (pure monopoly) dan adanya sanksi bagi pihak yang

21
Hamzah Ya’kub, Kode Etik Dagang Menurut Islam (Bandung: CV, Diponegoro, 1984), h.
13- 14
22
Abu Zakaria Yahya bin Umar bin Yusuf al-Kanani al-Andalusi, Kitab al-Suq (Istanbul:
ISAM, 2011), h. 103
16

melanggarnya. Meskipun bahasa yang digunakan oleh Yahya bin Umar sangat

sederhana.

2. Statement Yahya bin Umar yang melarang praktek banting harga (dumping)

bukan dimaksudkan untuk mencegah harga barang menjadi murah. Tetapi,

lebih pada suatu upaya untuk mencegah terjadinya dampak negatif terhadap

mekanisme pasar dan kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Jika harga di

pasar turun atau murah karena faktor alami tidaklah menjadi masalah, semisal

barang di pasar banyak, maka menurut hukum ekonomi harga barang akan

turun. Tetapi jika harga di pasar murah, karena ada rekayasa untuk menguasai

harga secara monopoli, dan berakibat kepailitan pedagang lain maka hal

tersebut dilarang oleh Islam.

3. Peran Negara dalam regulasi pasar adalah pengawasan dan pembentukan

organ yang diperlukan untuk mengaudit, sehingga Negara harus memiliki

peran yang sangat kuat dalam kendali pasar agar pasar berfungsi dengan baik.

Jika pasar dibiarkan dengan sendirinya tanpa pengawasan dan audit, maka

pasar bisa saja diintervensi oleh pihak lain, baik secara internal maupun

eksternal. Apabila pasar sudah diintervensi oleh pihak luar, maka akan

menghambat fungsi pasar secara normal dan akan mengakibatkan

ketidakseimbangan di dalam pasar. Sehingga dari ketidakstabilan itu, maka

Negara harus ikut campur tangan dalam situasi tersebut dan mengakhiri

tindakan yang dapat merusak pasar. Jika tidak keadaan ini akan menyebabkan

kerugian pembeli dan penjual di pasar

4. Dalam sistem negara modern ini, keterlibatan negara dalam mengontrol pasar

khususnya yang terkait dengan fluktuasi harga barang dan regulasi pasar
17

semakin dibutuhkan. Kebutuhan akan peran pemerintah semakin diperlukan

sebagai akibat dari meningkatnya pola-pola ketidakadilan para pelaku pasar

bebas yang berujung pada merebaknya otoritasi kontrol harga yang terpusat

pada segelintir orang. Di samping mentalitas para spekulan yang hanya

berorientasi mengeruk keuntungan sepihak, dengan mengorbankan

kepentingan rakyat. Seperti penimbunan barang-barang kebutuhan pokok

khususnya pada saat permintaan barang meningkat di hari-hari besar umat

Islam atau tahun baru dan lain-lain. Tidak mengherankan jika pada hari-hari

besar tersebut tiba-tiba harga barang meningkat tajam, atau stok habis dari

peredaran. Bahkan kelangkaan juga tejadi pada barang yang jelas-jelas telah

mendapatkan subsidi dari. pemerintah seperti gas elpiji dalam ukuran 3 kg

atau minimnya minyak tanah barubaru ini dan langkanya pupuk di beberapa

daerah di Indonesia. Peran pemerintah untuk menertibkan sekaligus

memberikan kenyamanan dalam bentuk memberikan efek jera kepada para

pelaku ketidakadilan di atas sungguh diharapkan.


18
19

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Nama lengkap Yahya bin Umar adalah Abu Zakariya Yahya bin Umar bin

Yusuf bin Amir al-kinani al-Andalusi. Lahir pada 828 M (213 H) di Andalusi. Dia

berasal dari Jaen (Ceyyan) tapi ia di besarkan di Kordoba. Yahya bin Umar

memulai pendidikannya di kordoba dan menjelang remaja melakukan

pengembaran ilmiah dari satu tempat ke tempat yang lain. Di antara tempat yang

dilaluinya adalah Mesir, hejaz, Irak, dan Afrika. Yahya bin Umar merupakan salah

seorag ulama terkemuka Mazhab Maliki.

Yahya bin Umar dalam pemikiran ekonomi secara rinci dalam karyanya

yang berjudul Ahkam al-Suq. Merurut Yahya bin Umar ada empat poin penting

dalam pemikirannya yaitu, struktur pasar, harga, penetapan harga, dan peran

pemerintah dalam regulasi pasar. Dalam penjabarannya Yahya bin Umar

menguraikan lima aspek penting: pertama transparansi, kedua tidak ada monopoli

dan kartel, ketiga pencegahan terjadinya penjualan di luar pasar (Forestalling),

keempat pencegahan persaingan tidak sehat, kelima menghindari kecurangan dan

penjualan produk yang haram.

B. Saran

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat

banyak kekurangan, olehnya itu penulis mengharapkan kritik dan saran serta masukan

dari pembaca yang dapat membangun proses penyempurnaan makalah ini


20

DAFTAR RUJUKAN

Anda mungkin juga menyukai