Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH MANAJEMEN PENDIDIKAN PRA SEKOLAH

“MANAJEMEN PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN ANAK PRA


SEKOLAH”

Dosen Pengampu: Eni Listiati, S. Ag., M. Pd

Disusun Oleh : Kelompok 5


Azwar Alamsyahdan a (0307212125)

Jogi Pras (0307212149)

Melati Br. Lubis (0307212105)

Shakila Putri Suhara (0307222116)

Ella Nurmaini (0307212139)

Ade Irvan Margolang (0307213046)

Ahmad Rinaldi Siregar (0307213054)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN 2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas segala
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul "
MANAJEMEN PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN ANAK PRA
SEKOLAH ". Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada baginda
Rasulullah SAW, yang telah menjadi teladan utama dalam menyebarkan ilmu dan
mengembangkan pendidikan dalam ajaran Islam.

Adapun makalah ini kami buat dan disusun dengan sebaik-baiknya.


Pemakalah juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata
kuliah Manajemen Pendidikan Pra Sekolah. yang telah memberikan kami
kesempatan dan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu.

Penulis juga menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar berguna untuk kedepannya.

Medan, 03 April 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

BAB I ................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................................................................... 3
BAB II ................................................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ................................................................................................................................... 4
A. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Anak Prasekolah ................................................... 4
B. Pengelolaan Pendidikan Anak Prasekolah .......................................................................... 6
C. Perencanaan dan Pengelolaan Lingkungan Fisik Taman Kanak-kanak ................................11
D. Tata Ruang Kelas...............................................................................................................12
D. Perencanaan dan Pengelolaan Lingkungan Sosial Taman Kanak-kanak ..............................19
BAB III ..............................................................................................................................................21
PENUTUP .........................................................................................................................................21
A. Kesimpulan .......................................................................................................................21
B. Saran ................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manajemen perencanaan dan pengelolaan anak pra sekolah merupakan


topik yang sangat penting dalam konteks pendidikan dan perkembangan anak-
anak di usia dini. Anak pra sekolah merupakan kelompok usia yang rentan dan
memiliki kebutuhan yang unik dalam proses pembelajaran dan perkembangannya.
Oleh karena itu, manajemen yang efektif dalam merencanakan dan mengelola
segala aspek yang terkait dengan anak pra sekolah menjadi kunci keberhasilan
dalam memberikan layanan pendidikan yang berkualitas.

Di banyak negara, pentingnya pendidikan anak pra sekolah diakui secara


luas sebagai fondasi utama untuk pembentukan karakter dan kemampuan belajar
anak-anak. Masa ini merupakan periode kritis dalam pembentukan kepribadian,
pola pikir, serta kemampuan kognitif dan sosial anak. Oleh karena itu, perlunya
pendekatan yang terencana dan terkelola dengan baik dalam hal manajemen
menjadi sangat penting.

Pada saat yang sama, perkembangan teknologi dan pengetahuan tentang


psikologi perkembangan anak telah memberikan wawasan yang lebih baik tentang
bagaimana menyusun program pendidikan yang tepat untuk anak pra sekolah.
Dengan demikian, manajemen perencanaan dan pengelolaan tidak lagi hanya
berkaitan dengan administrasi belaka, tetapi juga menyangkut desain kurikulum,
metode pengajaran, dan pemilihan materi yang sesuai dengan tahap
perkembangan anak.

Peran orang tua juga tidak bisa diabaikan dalam konteks manajemen ini.
Keterlibatan orang tua dalam mendukung proses pendidikan anak pra sekolah
akan sangat mempengaruhi efektivitas dari manajemen perencanaan dan
pengelolaan tersebut. Oleh karena itu, upaya kolaboratif antara sekolah, guru, dan
orang tua menjadi esensial dalam mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.

1
Namun, dalam praktiknya, masih banyak tantangan yang dihadapi dalam
manajemen perencanaan dan pengelolaan anak pra sekolah. Beberapa di antaranya
termasuk ketersediaan sumber daya yang memadai, kualifikasi guru yang
memadai, infrastruktur pendidikan yang sesuai, serta kurangnya pemahaman akan
pentingnya pendidikan dini di masyarakat.

Dalam konteks globalisasi dan revolusi industri 4.0, manajemen


perencanaan dan pengelolaan anak pra sekolah juga harus mampu menghadapi
tantangan baru seperti integrasi teknologi dalam pembelajaran, persiapan anak-
anak untuk kebutuhan pekerjaan masa depan, serta mempersiapkan mereka untuk
menjadi individu yang kreatif dan adaptif dalam menghadapi perubahan yang
cepat.

Dengan memahami latar belakang dan tantangan ini, penelitian dan


pengembangan lebih lanjut dalam bidang manajemen perencanaan dan
pengelolaan anak pra sekolah menjadi sangat penting. Dengan demikian, upaya
untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak pra sekolah dapat terus
ditingkatkan, memberikan dampak positif yang luas bagi perkembangan anak-
anak dan masyarakat secara keseluruhan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan perencanaan pembelajaran Pendidikan


anak prasekolah?
2. Bagaimana pegelolaan Pendidikan anak prasekolah?
3. Bagaimana perencanaan dan pengelolaan lingkungan fisik taman
kanak-kanak?
4. Apa yang dimasud dengan tata ruang kelas?
5. Bagaimana perencanaan dan pengelolaan lingkungan sosial taman
kanak-kanak?

2
C. Tujuan

1. Untuk memahami perencanaan pembelajaran Pendidikan anak


prasekolah.
2. Untuk mengidentifikasi pegelolaan pendidikan anak prasekolah.
3. Untuk menganalisis perencanaan dan pengelolaan lingkungan fisik
taman kanak-kanak.
4. Untuk memahami tata ruang kelas.
5. Untuk menganalisis perencanaan dan pengelolaan lingkungan
sosial taman kanak-kanak.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Anak Prasekolah

Perencanaan berasal dari kata rencana yaitu pengambilan keputusan


tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Rencana memberikan
arah sasaran bagi organisasi dan mencerminkan prosedur terbaik untuk mencapai
sasaran tersebut.

Selain itu, rencana memungkinkan:

a. Sekolah dapat memperoleh serta mengikat sumber daya yang diperlukan


untuk mencapai tujuannya

b. Anggota organisasi dapat melanjutkan kegiatan-kegiatan secara


konsisten dengan tujuan dan prosedur yang telah dipilih;

c. Kemajuan ke arah tujuan dapat dipantau dan diukur, sehingga tindakan


perbaikan dapat diambil apabila kemajuan itu tidak memuaskan (Danim
dan Suparno, 2009: 9).

Pada hakikatnya perencanaan adalah suatu rangkaian proses kegiatan


menyiapkan keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi (peristiwa, keadaan,
suasana, dan sebagainya) dan apa yang akan dilakukan (intensifikasi,
eksistensifikasi, revisi, renovasi, substitusi, kreasi dan sebagainya. Perencanaan
bermakna sangat kompleks. Perencanaan didefinisikan dalam berbagai macam
ragam tergantung dari sudut pandang mana melihat, serta latar belakang apa yang
mempengaruhi orang tersebut dalam merumuskan definisi.

Menurut Prajudi Atmusudirdjo, perencanaan adalah perhitungan dan


penentuan tentang sesuatu yang akan dijalankan dalam mencapai tujuan tertentu,

4
oleh siapa, dan bagaimana. Perencanaan dalam arti seluas-luasnya tidak lain
adalah proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan
dilakukan jntuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan dapat diartikan sebagai
proses penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan pada masa yang
akan datang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan itu dapat
pula diberi arti sebagai suatu proses pembuatan serangkaian kebijakan untuk
mengendalikan masa depan sesuai yang ditentukan. Perencanaan dapat pula
diartikan sebagai upaya untuk memadukan antara cita-cita nasional dan resources
yang tersedia yang diperlukan untuk mewujudkan cita-cita tersebut (Sa’ud dan
Makmun, 2011: 3- 4). Salah satu cara yang paling lumrah dikemukakan dalam
penyusunan suatu rencana adalah dengan mengatakan bahwa perencanaan berarti
mencari dan menemukan jawaban terhadap enam pertanyaan, yaitu: apa, di mana,
bilamana, bagaimana, siapa, mengapa (Siagian, 2012: 37- 38).

Perencanaan pembelajaran merupakan bagian dari perencanaan pendidikan


yang mempengaruhi hasil capaian pembelajaran (Suryadi & Mushlih, 2019).
Perencanaan pembelajaran sangat diperlukan karena pembelajaran harus sesuai
dengan tuntutan kurikulum, sehingga harus selalu konsisten, mempunyai tujuan,
serta perencanaan bisa digunakan sebagai alat monitoring (Putra & Nidhom,
2021).

Dengan adanya perencanaan pembelajaran diharapkan akan ada perbaikan


pembelajaran untuk memperbaiki kualitas pendidikan. Perencanaan pembelajaran
merupakan beberapa kegiatan yang bertujuan untuk merumuskan objek
pembelajaran, merumuskan isi atau mata pelajaran yang harus dipelajari,
merumuskan kegiatan pembelajaran dan merumuskan sumber belajar atau media
pembelajaran yang menggunakan dan merumuskan penilaian hasil belajar. Fungsi
perencanaan pembelajaran adalah panduan kegiatan guru dalam pengajaran dan
pedoman siswa anak usia dini dalam kegiatan pembelajaran yang disusun secara
sistemik. Perencanaan pelajaran harus didasarkan pada pendekatan sistem yang
merupakan integrasi tujuan, materi, kegiatan pembelajaran dan penilaian.

5
Dalam proses pembelajaran anak usia dini , perencanaan pembelajaran
dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi, penentuan media dan sumber
pembelajaran, penentuan metode pembelajaran, serta menentukan instrument
penilaian dengan ketentuan alokasi waktu yang akan dilaksanakan dalam waktu
tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran(Sudirman, 2021).

Secara umum perencanaan pembelajaran pada pendidikan anak usia dini


terdiri dari penyusunan program semester, penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran mingguan, dan yang terakhir adalah rencana pelaksanaan
pembelajaran harian. Perencanaan pembelajaran untuk pendidikan anak usia dini
lebih menekankan pada proses pengembangan aspek perkembangan,
perkembangan anak usia dini merupakan perkembangan yang mencakup beberapa
aspek perkembangan.

Aspek perkembangan anak usia dini antara lain; perkembangan kognitif,


perkembangan bahasa, perkembangan agama, dan pengembangan nilai-nilai
moral, perkembangan fisik /motorik, seni dan perkembangan emosional sosial.
Capaian dan kualitas pengembangan serta tindakan yang akan dilakukan apabila
anak usia dini belum mencapai target perkembangan akan disesuaikan dengan
permasalahan perkembangan yang dihadapi oleh anak usia dini dan guru dapat
menentukan bagaimana solusi yang tepat sesuai dengan tingkat perkembangan
anak. Pedoman perkembangan anak usia dini sesuai dengan Permenikbud No. 137
Tahun 201 tentang Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Usia Dini
(STPPA) (Melanie, 2019).

B. Pengelolaan Pendidikan Anak Prasekolah

Anak usia dini sering disebut sebagai golden age. Hal ini karena pada
masa ini pondasi otak manusia sedang dibangun, pondasi yang kuat akan
menghasilkan bangunan yang kuat dan tahan lama. Perkembangan anak pada
tahap pra sekolah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu usia 2-3 tahun dan 4-6
tahun. Anak pada usia 2-3 tahun memiliki beberapa kesamaan karakteristik
dengan masa bayi (0-2 tahun). Tujuan dari pendidikan anak usia dini adalah

6
kesiapan anak memasuki pendidikan lebih lanjut, mengurangi angka mengulang
kelas, mengurangi angka putus sekolah (DO), mempercepat pencapaian wajib
belajar pendidikan dasar 9 tahun, menyelamatkan anak dari kelalaian didikan
wanita karir dan ibu pendidikan rendah, meningkatkan mutu pendidikan,
kesehatan dan gizi anak usia dini, meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) (Solehuddin 1997).

Tahapan perkembangan anak selaku berkembang dari waktu kewaktu,


perkembangan tersebut yaitu;

a. Perkembangan fisik

Perkembangan fisik Merupakan dasar bagi perkembangan anak


selanjutnya. Meningkatnya pertumbuhan tubuh anak, baik menyangkut
ukuran berat badan, tinggi, maupun kekutatannya anak akan dapat lebih
mengembangkan ketrampilan fisiknya, dan eksplorasi terhadap
lingkungannya dengan tanpa bantuan orang tua.

b. Perkembangan intelektual

Perkembangan intelektual anak pra sekolah pada periode ini ditandai


dengan kemampuan menggunakan sesuatau untuk mempresentasikan
sesuatu dengan menggunakan simbol untuk melambangkan suatau
kegiatan, benda yang nyata, atau peristiwa

c. Perkembangan emosional

Perkembangan emosional pada anak pra sekolah sudah dapat


membedakan bahwa aku berbeda dengan orang lain. Bersamaan dengan
itu,berkembang pula perasaan harga diri yang menuntut pengakuan dari
lingkungannya. Emosional anak pra sekolah dapat berupa rasa takut ,
cemas, marah, cemburu, girang, kasih sayang, phobia, dan rasa ingin tahu.

d. Perkembangan bahasa

7
Perkembangan bahasa anak pra sekolah dapat berupa anak sudah mulai
bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna dan lainnya serta anak
sudak dapt menggunakan kalimat majemuk beserta anak kalimatnya.

e. Perkembangan sosial

Perkembangan sosial anak pada pra sekolah sudah tampak jelas, anak
sudah mulai aktif bersosialisasi dengan teman sebayanya. Adapun tanda-
tandanya: anak mulai mengetahui aturan-aturan, anak sudah mulai patuh
pada peraturan, anak mulai menyadari hak orang lain dan anak mulai dapat
bermain bersama anak-anak lain.

f. Pekembangan bermain

Pada usia ini dapat dikatakan masa bermain, perkembangan anak pra
sekolah dalam beberapa permainan anak dapat berupa; permainan fungsi
(gerak), permainan fiksi (perang-perangan), permainan reseptif atau
apresiatif (mendengarkan cerita), membentuk (kontruksi) (membuat kue
dari tanah liat), perkembangan prestasi (sepak bola).

g. Perkembangan kepribadian

Perkembangan kepribadian anak pra sekolah juga dipengaruhi oleh


orang tua anak dan keluarga. Sehingga untuk mendapatkan perkembangan
kepribadian anak yang baik maka orang tua dan keluarga harus
menerapkan prilaku yang baik dalam keluarga.

h. Perkembangan moral

Perkembangan moral anak pada periode pra seolah ini telah memiliki
dasar tentang sikap moral terhadap orangtua, saudara, dan teman sebaya.
Dalam menanamkan moralitas yang baik maka kelompok sosialnya juga
harus memberikan sifat-sifat moral yang baik pula.

i. Perkembangan kesadaran beragama

8
Perkembangan pengetahuan anak tentang agama terus bertambah jika
orangtua mereka juga terus menanamkan nilai-nilai agama pada anak-anak
melalui kehidupan sehari-hari. Anak akan mengikuti kegiatan keagamaan
yang dilakukan oleh orang tuanya dengan kata lain, perkembangan
keagamaan anak sangat ditentukan oleh ketaatan agama orang tuanya.

Metode Pembelajaran yang dapat digunakan untuk anak pra sekolah dapat
berupa metode ceramah metode bercerita, metode bernyanyi, metode dialog,
metode karya wisata, metode praktek langsung, metode bermain peran, metode
penugasan, metode demonstrasi, metode eksperimen, metode diskusi, metode
pemecahan masalah, metode latihan.

Beberapa alternative program pendidikan anak pra sekolah yaitu:

a. Day Care / Tempat Penitipan Anak (TPA)

Day Care / Tempat Penitipan Anak (TPA) Day Care adalah sarana
pengasuhan anak dalam berbentuk kelompok, yang biasanya dilaksanakan
pada saat jam kerja. Day care merupakan upaya yang terorganisasi untuk
mengasuh anak-anak di luar rumah mereka selama beberapa jam dalam
satu hari bilamana asuhan orang tua kurang dapat dilaksanakan secara
lengkap. Dalam hal ini pengertian Day Care hanya sebagai pelengkap
terhadap asuhan orang tua dan bukan sebagai pengganti asuhan orang tua.

Sarana penitipan anak ini biasanya dirancang secara khusus baik


program, staf maupun pengadaan alat-alatnya. Tujuan sarana ini untuk
membantu dalam hal pengasuhan anak-anak yang ibunya bekerja. Semula
sarana penitipan anak diperlukan bagi ibu dari kalangan keluarga yang
kurang beruntung, sedangkan sekarang sarana ini lebih banyak diminati
oleh keluarga menengah dan atas yang umumnya disebabkab kedua orang
tuanya bekerja.

b. Pusat Pengembangan Anak yang Terintegrasi

9
Pusat ini biasanya memberikan berbagai pelayanan yang dibutuhkan
anak dengan cara mengkombinasikan sarana pendidikan prasekolah
dengan pemberian gizi, kesehatan dan kadang-kadang dengan sarana-
sarana yang lain dalam pusat tersebut.

c. Pusat Kesehatan atau Gizi

Pelayanan ini meliputi kesehatan ibu yang mengandung atau kesehatan


janin, yang berarti perkembangan anak sejak ada di dalam kandungan.
Dalam pelayanan ini kesehatan ibu khususnya wanita menjadi tujuan
utama. Para ibu hamil mendapat perhatian melalui pemeriksaan berkala,
khususnya pada tiga bulan terakhir.

d. Pendidikan Ibu dengan Anak Prasekolah

Para ibu adalah subjek utama dalam pengasuhan anak, dalam hal ini
ibu yang memiliki anak balita mendapatkan penyuuhan sehingga
pengetahuan dan keterampilan ibu dalam mengasuh anak akan meningkat.
Umumnya sarana pendidikan ini diselenggarakan oleh masyarakat dari
Negara yang sedang berkembang atau pendidikan yang diberikan kepada
kaum minoritas atau mereka yang kurang beruntung.

e. Program Melalui Media Massa

Sarana media massa sebagai bentuk alternative bagi para peserta


program pendidikan bagi para orang tua mengenai pendidikan anak balita.
Pendekatan dengan media massa akan menjangkau peserta melalui media
cetak, televisi dan radio.

f. Program Dari Anak untuk Anak

Hampir di seluruh dunia, anak yang lebih muda diasuh oleh kakak
mereka di samping orang tua mereka sendiri. Pengasuhan yang dilakukan
oleh kakak, biasanya terjadi secara spontan. Dengan demikian dapat
diajarkan pada para saudara yang lebih tua tentang vaksinasi, gizi,

10
mendorong adik untuk berbicara, mengajak bermain dan menyuapi adik
(Soemiarti 2003).

C. Perencanaan dan Pengelolaan Lingkungan Fisik Taman Kanak-


kanak

Pengelolaan lingkungan belajar pada level TK atau prasekolah diantara


pembagian paling populer adalah membagi lingkungan belajar kedalam dua
bagian besar dalam (Rita, Ali & Yeni, 2010: 34) yaitu :

a. Pengelolaan lingkungan dalam kelas (Indoor)

Kelas yang baik merupakan lingkungan belajar yang bersifat menantang


dan merangsang anak untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan kepada
anak dalam mencapai tujuan belajarnya. Ruang kelas anak prasekolah biasanya
merupakan kelas yang diorganisasikan sesuai dengan pusat-pusat kegiatan.
Masing-masing pusat kegiatan memiliki program tertentu. Pusat kegiatan tersebut
selalu berorientasi pada anak sebagai pusat bukan orang dewasa. Setiap kali di
harapkan agar anak selalu aktif dalam mengikuti kegiatan baik yag bersifat
kelompok- kelompok besar, kecil ataupun dalam kegiatan individualnya. Dalam
hal ini umumnya terdapat beberapa kegiatan diantaranya

1) Pusat kegiatan seni dan pekerjaan tangan.

2) Pusat bermain drama.

3) Pusat penyusunan balok.

4) Pusat memanipulasi materi.

5) Pusat Musik

6) Pusat Pameran

11
Pusat-pusat tersebut dapat di sesuaikan dengan minat anak atau tema
yang ada. Selain pusat kegiatan pengelolaan pusat juga meliputi penataan
ruangan maupun pengorganisasian peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan
program yang direncanakan akan membantu pencapaian standar kompetensi
dan kompetensi dasar serta tujuan pembelajaran secara optimal.

b. Kondis Fisik Kelas

Lingkungan fisik akan sangat berpengaruh dalam kegiatan proses


belajar mengajar di dalam kelas. Lingkungan fisik yang baik dan efektif akan
mampu meningkatkan intensitas dalam proses pembelajaran dan memberikan
pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran. Beberapa model
pengaturan gaya kelas di antaranya adalah :

1) Ruang kelas tempat berlangsungnya proses belajar mengajar


Ruang kelas yang di pilih haruslah luas dan semua dapat bergerak dengan
leluasa. Di harapkan saat semua anak dan guru di dalam kelas tidak
berdesak desakan dan saling mengganggu dalam aktivitas pembelajaran.
Besar kecilnya suatu ruangan tergantung pada 2 hal yaitu jenis kegiatan
dan jumlah anak di dalam kelas. Jenis kegiatan yang di pilih seperti
banyaknya kegiatan di dalam kelas atau kegiatan di luar kelas. Sedangkan
jumlah anak di dalam kelas harus di sesuaikan dengan kegiatan-kegiatan
yang akan di pilih oleh guru berupa kegiatan klasikal atau kegiatan
kelompok. Kegiatan klasikal umumnya lebih membutuhkan ruang kelas
rata-rata lebih kecil perorang apabila di bandingkan dengan kebutuhan
ruangan untuk kegiatan kelompok.

2) Pengaturan Tempat Duduk Dalam pengaturan tempat duduk hal


yang terpenting adanya tatap muka antara anak dengan guru didalam
kelas. Melalui tatap mukanya tersebut guru mampu mengontrol dan
mengawasi setiap perilaku dan tingkah laku anak – anak di dalam kelas.
(John. W. Santroc, 2013: 561)

D. Tata Ruang Kelas

12
1. Pengertian Penataan Ruang Belajar

Menurut Jeanne Ellis Ormrod tata ruang kelas berarti membangun dan
memelihara lingkungan kelas yang kondusif bagi pembelajaran dan prestasi siswa.
Siswa dapat belajar lebih banyak di beberapa lingkungan kelas dibandingkan
lingkungan kelas yang lainnya. (Jeanne Ellis Ormrod, 2008: 210)

Agar terciptanya suasana belajar yang menggairahkan, perlu diperhatikan


pengaturan/penataan ruang kelas belajar. Penyusunan dan penataan ruang belajar
hendaknya memungkinkan anak duduk berkelompok dan memudahkan guru
bergerak secara leluasa untuk membantu siswa dalam belajar. Dalam penataan
ruang belajar hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:

a. Ukuran dan bentuk kelas


b. Bentuk serta ukuran bangku dan meja siswa
c. Jumlah siswa dalam kelas
d. Jumlah siswa dalam setiap kelompok
e. Jumlah kelompok dalam kelas
f. Komposisi dalam kelompok (seperti siswa pandai dengan siswa
kurang pandai, pria dan wanita).

Dengan demikian penulis dapat memahami bahwa penataan ruang belajar


adalah suatu upaya yang dilakukan oleh guru sebagai manajer kelas dalam
mengatur atau menata ruang belajar yang bertujuan untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi yang optimal, sehingga proses belajar mengajar dapat
berjalan secara optimal dan tercapainya tujuan pembelajaran. (Syaiful Bahri
Djamarah, 2006: 204).

2. Tujuan Penataan Ruang Belajar

Ada beberapa tujuan dalam penataan ruang belajar, yaitu:

a. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan


belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan
siswa untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.

13
b. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi
terwujudnya interaksi pembelajaran.
c. Menyediakan dan mengatur fasilitas secara perabot belajar yang
mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai lingkungan,
sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.
d. Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial,
ekonomi, budaya, serta sifat-sifat individunya. (Kompri, 2014: 6).

Tujuan pokok ruang kelas adalah untuk menciptakan dan mengarahkan


kegiatan siswa dan mencegah munculnya tingkah laku siswa yang tidak
diharapkan melalui penataan tempat duduk, perabot, pajangan dan barang-barang
lainnya di dalam kelas. Sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa
tujuan penataan ruang belajar adalah untuk mempermudah peserta didik dalam
berkembang dan memudahkan guru untuk menyampaikan materi dalam proses
belajar mengajar. Jika penataan ruang belajar malah justru menghambat
perkembangan peserta didik maka penataan ruang belajar tidak dibutuhkan.

3. Prinsip-Prinsip Penataan Ruang Belajar

Pembelajaran yang efektif dapat bermula dari iklim kelas yang dapat
merupakan suasana belajar yang menggairahkan, untuk itu perlu diperhatikan
pengaturan/penataan ruang belajar dan isinya, selama proses pembelajaran.
Lingkungan belajar perlu ditata dengan baik sehingga memungkinkan terjadinya
interaksi yang aktif antara siswa dengan guru, dan antar siswa. Menurut Loisell
ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru maupun pihak sekolah
dalam menata ruang kelas antara lain:

a. Visibilitas (keleluasaan pandangan)

Visibilitas artinya penempatan dan penataan barang-barang


di dalam kelas tidak mengganggu pandangan peserta didik,
sehingga peserta didik secara leluasa dapat memandang guru,
benda atau kegiatan yang sedang berlangsung. Begitu pula guru

14
harus dapat memandang seluruh peserta didik ketika proses
pembelajaran berlangsung.

b. Aksesibilitas (mudah dicapai)

Penataan ruang harus dapat memudahkan peserta didik


untuk meraih atau mengambil barang-barang yang dibutuhkannya
selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, jarak antara
tempat duduk harus cukup dilalui peserta didik sehingga peserta
didik bergerak dengan mudah dan leluasa, serta tidak mengganggu
peserta didik lain.

c. Fleksibilitas (keluwesan)

Barang-barang di dalam kelas hendaknya mudah ditata dan


dipindahkan sesuai dengan kebutuhan proses pembelajaran. Seperti
penataan tempat duduk yang perlu dirubah jika proses
pembelajaran menggunakan metode diskusi dan kelompok kerja.

d. Kenyamanan Berkenaan dengan pencahayaan, penghawaan atau


suhu udara, akustik, dan kepadatan kelas.
e. Keindahan Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha guru
untuk menata ruang kelas yang menyenangkan dan kondusif bagi
proses pembelajaran. Ruang kelas yang indah dan menyenangkan
dapat berpengaruh positif pada sikap dan tingkah laku peserta didik
terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan. (Euis Karwati,
2014:47-50)

Dari beberapa prinsip tersebut di atas dapat dipahami bahwa prinsip


penataan ruang belajar adalah visibilitas (keleluasaan pandangan), aksesibilitas
(mudah dicapai), fleksibilitas (keluwesan), kenyamanan dan keindahan.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penataan Ruang Belajar

Secara umum, terdapat dua faktor yang mempengaruhi penataan ruang


belajar adalah sebagai berikut:

15
a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari diri


siswa itu sendiri, Misalnya jika ada siswa yang fisiknya kurang
sehat, kemungkinan siswa itu konsentrasi belajarnya akan
terganggu dan mungkin itu akan mempengaruhi siswa lainnya yang
berada didekatnya.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar


diri siswa. Seperti kondisi keluarga, lingkungan sekolah dan
lingkungan masyarakat. Jika siswa memiliki masalah-masalah
eksternal dalam dirinya. Contohnya karena kondisi keluarga yang
tidak harmonis atau tidak mendapat perhatian dan kasih sayang
dari orang tua. Kemungkinan siswa tersebut akan menjadi usil atau
menjadi pendiam.

Hal tersebut juga akan menjadi masalah bagi keberlangsungan


pembelajaran di kelas. Dari beberapa faktor di atas dapat dipahami
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tata ruang belajar ada dua
faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Keduanya sama-sama
memberikan pengaruh yang besar terhadap tata ruang belajar.

1. Manajemen Kelas dalam Penataan Ruang Belajar

Manajemen kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk


mewujudkan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan
serta dapat memotivasi peserta didik dengan baik. Penataan ruang
belajar merupakan kegiatan yang terencana dan sengaja dilakukan oleh
guru (pendidik) dengan tujuan menciptakan dan mempertahankan
kondisi yang optimal, sehingga diharapkan proses belajar mengajar
dapat berjalan secara efektif dan efisien, sehingga tercapai tujuan
pembelajaran. Dalam pengelolaan kelas, adanya suatu perencanaan,

16
pelaksanaan dan evaluasi dalam penataan ruang belajar dengan tujuan
agar penataan ruang belajar dapat dilakukan dengan sebaik mungkin.

2. Perencanaan Pengelolaan

Kelas Pengelolaan kelas selalu dimulai dari tahap


perencanaan, pelaksanaan, evaluasi serta faktor yang mendukung
dan menghambat dalam pengelolaan kelas. Kegiatan perencanaan
yang harus dilakukan oleh guru dalam kelas adalah mempersiapkan
rencana pengaturan sarana prasarana kelas, pengelolaan
pengajaran, siswa dan administrasi kelas, seperti rencana
pengaturan tempat duduk, pencahayaan ruangan, perencanaan
pengajaran, perencanaan daftar absensi siswa, semua harus ada
sebelum memasuki dan melaksanakan pembelajaran, perencanaan
ini hendaknya dibuat jauh-jauh hari. Guru diharapkan
merencanakan dan menyampaikan pengajaran dalam pengelolaan
kelas, karena semua itu memudahkan siswa untuk belajar.

Walaupun kadang keadaan kelas sangat tidak mendukung


karena tidak terkoordinir dengan rapi. Sehingga kelas dapat tidak
kondusif, tidak aman kegiatan pembelajaran di kelas terganggu.
Dalam melaksanakan pengelolaan kelas guru harus menguasai
keterampilan dan metode dalam menciptakan suasana belajar yang
baik. Keterampilan yang harus dikuasai adalah keterampilan yang
berhubungan dengan kondisi belajar, baik kondisi ruangan belajar,
fasilitas dan kondisi peserta didik. Hal yang dilakukan oleh guru
dalam mempersiapkan perencanaan agar tujuan dapat tercapai
adalah dengan rencana pengaturan fasilitas/penataan ruang belajar,
rencana pengelolaan pengajaran, dan rencana pengaturan peserta
didik.

3. Pelaksanaan Pengelolaan Kelas

17
Pelaksanaan pengelolaan kelas dilakukan dengan metode
atau pendekatanpendekatan dan prinsip pengelolaan kelas,
sehingga pelaksanaan pengelolaan kelas dapat berjalan dengan
lancar. Guru harus mampu menampilkan sikap profesional, luwes,
bersemangat dan disiplin yang tinggi. Dalam pelaksanaan
pengelolaan kelas, guru harus dapat mengkondisikan kelas dan
siswa semaksimal mungkin sehingga tercipta suasana kekeluargaan
dengan siswa.

Menciptakan suasana menyenangkan, aman dan nyaman sehingga tidak


ada jarak dengan siswa dalam membimbing dan pembinaan, karena dengan
suasana demikian proses kegiatan pengelolaan kelas dan pembelajaran dapat
dilaksanakan. Pelaksanaan pengelolaan kelas dapat menciptakan suasana yang
akrab dengan siswa dan orang tua. Dengan adanya hubungan yang harmonis
antara guru dengan siswa/orang tua atau siswa dengan siswa yang lain akan dapat
menciptakan kondisi yang nyaman. Dalam menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan perlu memperhatikan pengaturan atau penataan ruang belajar.

Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan


peserta didik berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa dalam
penataan ruang belajar. Ruang kelas/belajar bukanlah wilayah yang sangat luas
bagi siswa hingga puluhan orang berinteraksi selama periode waktu yang lama
selama 5-8 jam sehari. Guru dan siswa akan selalu terlibat dalam berbagai
kegiatan dalam menggunakan berbagai wilayah ruangan yang berbeda dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Guru akan selalu memfasilitasi kegiatan-kegiatan
pembelajaran dengan baik jika guru mengatur ruang belajar untuk memungkinkan
pergerakan yang teratur, mempertahankan distraksi seminimal mungkin, dan
menggunakan ruang yang tersedia secara efisien.

Manajemen kelas di lembaga pendidikan tersebut perlu diperhatikan


dikelola dengan baik lagi terutama dalam hal penataan ruang belajar, agar peserta
didik tidak merasakan kejenuhan dalam belajar sehingga tercapai tujuan yang
diinginkan dimana peserta didik akan merasa nyaman dan tidak bosan ketika

18
proses belajar mengajar sedang berlangsung dalam kelas. Untuk mendukung
kegiatan siswa, maka ruang belajar harus ditata dengan sangat baik, agar tercipta
suatu lingkungan yang kondusif agar para siswa dapat belajar dengan efektif.

D. Perencanaan dan Pengelolaan Lingkungan Sosial Taman Kanak-


kanak

Anak usia dini ialah individu yang unik dan mempunyai karakteristik yang
sejalan dengan tahapan usianya. Pada masa ini, anak dengan pesatnya mengalami
perkembangan dan pertumbuhan. Dalam mengembangkan setiap aspek dalam diri
anak perlu distimulasi dengan memberikan sebuah lembaga pendidikan yang
sesuai dengan tahapannya, sehingga anak memiliki kesiapan untuk melanjutkan
ke pendidikan selanjutnya. Anak usia dini merupakan anak yang sedang
mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek yang ada
untuk membentuk sebuah sikap dan sesuai dengan karkateristik yang dimiliki
anak disetiap perkembangannya (Sujiono 2013).

Salah satu lembaga pendidikan anak usia dini yang dapat menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan anak adalah Taman Kanak-kanak. Taman
Kanak-kanak adalah sebuah jenjang pendidikan anak usia dini dimulai dari usia 4-
6 tahun yang merupakan sebuah lembaga pendidikan formal dimana memiliki
peran penting dalam mengembangakan sikap, pengetahuan dan keterampilan serta
aspek perkembangan seperti nilai agama dan moral, sosial emosional, kognitif,
bahasa, fisik motorik, dan seni.

Manusia secara harfiah merupakan makhluk sosial, dimana manusia


membutuhkan manusia lain untuk menjalankan hidupnya, karena setiap manusia
akan membutuhkan manusia lain dalam melakukan sesuatu hal. Sejalan dengan
itu, sejak lahir anak perlu belajar untuk menjadi makhluk sosial karena jika sudah
dewasa kelak kebutuhan sosial itu akan dapat digunakan dalam kehidupan lebih
lanjut,

19
Salah satu aspek yang dikembangkan di Taman Kanak-kanak adalah sosial
anak. Pengembangan sosial pada anak dapat diajarkan sedari kecil agar anak
memiliki bekal dalam menjalankan kehidupan sosial untuk masa yang akan
datang. Pengembangan sosial diperoleh anak melalui kesempatan belajar dari
lingkungan sekitarnya. Perkembangan sosial berarti memperoleh kemampuan
untuk bertindak dalam menanggapi tuntutan sosial dan menjadi manusia yang
dapat bermasyarakat.

Di saat anak masuk ke ligkungan fisik dan sosial yang terbilang baru,
Anak akan merasakan beradaptasi, bersosialisasi, menemukan hal-hal yang baru
di sekitarnya. Perkembangan sosial adalah suatu kemampuan sesorang dalam
melakukan interaksi dengan orang lain yang terjadi dalam sebuah kelompok
(Rimardhanty et al., 2019). Interaksi yang dilakukan akan memberikan sebuah
stimulasi untuk mendapatkan penerimaan dari lingkungan sekitar. Kemampuan
anak dalam memiliki kesadaran untuk melakukan sebuah prilaku dengan
menyesuaikan diri pada lingkungan saat melakukan sebuah interaksi sehingga
prilaku yang ditampilkan dapat diterima orang sekitar. Prilaku sosial ini akan
menjadi ujung tombak bagi anak dalam melakukan hubungan dengan lingkungan
sosialnya, dimana saat melakukan penyesuain diri dengan lingkungan anak akan
lebih terbiasa dikarenakan anak merupakan individu yang dapat beradaptasi
dengan baik.

Teori psikososial menyatakan bahwa berhubungan dengan perkembangan


tahaptahap kehidupan seseorang dari awal dilahirkan hingga mati dipengaruhi
oleh sebuah interaksi sosial yang dilakukan dalam sebuah kelompok (Azizah et
al., 2021). Interaksi yang dilakukan sebagai pondasi awal bagi anak untuk
menjalankan proses sosialisasi dengan dunia sekitarnya, Jika interaksi yang
didapatkan baik maka tercapinya interaksi sosial yang diinginkan dan dapat
mencapai sikap sosial yang diinginkan.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Manajemen perencanaan dan pengelolaan anak pra-sekolah adalah proses


penting dalam memastikan bahwa anak-anak usia dini mendapatkan pengalaman
pendidikan yang optimal sebelum memasuki pendidikan formal. Pendidikan
prasekolah merupakan dasar bagi perkembangan sikap, pengetahuan,
keterampilan, daya cipta dan penyesuaiannya dengan lingkungan sosialnya.

Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan


dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar dilingkungan keluarga
sebelum memasuki pendidikan dasar, yang diselenggarakan di jalur pendidikan
sekolah atau di jalur pendidikan luar sekolah. Pendidikan prasekolah antara lain
meliputi pendidikan Taman Kanak-kanak, terdapat di jalur sekolah, dan
Kelompok Bermain, serta Penitipan Anak di jalur luar sekolah. Taman Kanak-
kanak diperuntukan anak usia 5 dan 6 tahun untuk satu atau dua tahun pendidikan,
sementara kelompok bermain atau penitipan anak diperuntukan anak paling
sedikit berusia tiga tahun.

B. Saran

Dengan adanya penjelasan dari makalah ini, kita diharuskan memahami


Prinsipprinsip belajar, maka dengan adanya penulisan makalah ini, kita sebagai
generasi muda yang berpendidikan hendaknya dapat menerapkan pembelajaran
dengan baik kepada generasigenerasi setelah kita. Demikianlah tugas penyusunan
makalah ini kami persembahkan. Kritik dan saran sangat kami harapkan daripada
pembaca, khususnya dari ibuk Dosen yang telah membimbing.

21
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, N., Busyra, S., Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, I., & Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, P. (2021). Strategi Orang Tua
dalam Perkembangan Aspek Sosial-Emosi Anak Usia Dini di Masa
Pandemi Covid-19. 19, 1–13.
Danim, Sudarwan dan Suparno. 2009, Manajemen dan Kepemimpinan
Transformasional Kekepalasekolahan: Visi dan Strategi Sukses Era
teknologi, Situasi Krisis, dan Internasionalisasi Pendidikan, (Jakarta:
Rineka Cipta)
Djamarah, Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
John. W. Santrock, “Psikologi Pendidikan”, (Jakarta : Kencana, 2013), h. 561.
Kompri, Manajemen Kelas Teori dan Praktek, Bandung: Alfabeta, 2014.
Karwati, Euis, dkk, Manajemen Kelas (Classroom Management) Guru
Profesional yang Inspiratif, Kreatif, Menyenangkan, dan Berprestasi,
Bandung: Alfabeta, 2014.
Melanie, S. M. 2019. Pembelajaran 5. Penyusunan Perangkat Pembelajaran.
Putra, S., & Nidhom, A. M. (2021). perencanaan pembelajaran (N. Pangesti (ed.)).
Ahlimedia Press.
Rimardhanty, V. E. P., Soesilo, T. D., & Dwikurnaningsih, Y. (2019). Hubungan
Antara Penyesuaian Sosial Dengan Interaksi Teman Sebaya Pada
Mahasiswa Bk Uksw Angkatan 2017. Psikologi Konseling, 14(1), 398–
408. https://doi.org/10.24114/konseling.v14i1.13736
Rita Maryani, Ali Nugraha dan Yeni Rachmawati, “Pengelolaan Lingkungan
Belajar”, ( Jakarta : Kencana, 2010), h. 34.

Sa’ud, Udin Syaefudin dan Makmun, Abin Syamsuddin. 2011, Perencanaan


Pendidikan: Suatu Pendekatan Komprehensif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya).
Siagian, Sondang. 2012, Fungsi-Fungsi Manajerial, (Jakarta: PT Bumi Aksara)
Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta : Rineka Cipta,
2003),, h. 77-98
Solehuddin. Konsep dasar pendidikan prasekolah. (Bandung: IKIP BANDUNG,
1997), hlm; 65-67

22
Sudirman, I. N. 2021. Modul Karakteristik dan Kompetensi Anak Usia Dini.
Nilacakra.
Sujiono, Y. N. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. (PT Indeks. 2013), hal,
52
Suryadi, R. A., & Mushlih, A. 2019. Desain Dan Perencanaan Pembelajaran .
Deepublish

Ormrod, Jeanne Ellis, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Erlangga, 2008.

23

Anda mungkin juga menyukai