Anda di halaman 1dari 2

PENERAPAN KONSEP MAHAYANA PADA ARSITEKTUR

CANDI ERA MATARAM KUNO


Objek Studi: Candi Borobudur, Mendut, Pawon, Kalasan dan Sewu

Leewan Yendy Ponijan


Mahasiswa S1 Program Studi Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan

Abstract
The temple is an ancient building that is produced by our ancestors and become
one of the examples of local architecture of ancient sacred. Temple architecture that
became the pride of Indonesia, should be preserved and maintained both form and
ornamentation ornaments. In addition, the effort to find a new temple or restore to its
original shape must be developed and promoted so that the authenticity of the ancient
architecture in Indonesia can be restored like in its heyday. To restore the temple to its
original condition, first we have to understand the concept applied to temple.
Mahayana is based on the teachings of Buddhist religion with meaning as large
vehicle. Mahayana concept applied to the architecture of the temple is mandala, 5 family
Buddhist statues, ornaments makara, kirtimukha, gatekeeper, and stupas. The main
temple at the time of the Ancient Mataram is Borobudur, Mendut, Pawon, Sewu and
Kalasan. The analysis is done by comparing each ornament and elements contained in
the object of study of the temples. The analysis will show the similarities and differences
between concepts at each temple. Also from this analysis, Sewu and Borobudur temple
are chosen to be the highest viscosity temple in Mahayana concept. The roof of Sewu
temple also upholds the five family Buddhist better compared to other temples. Stupa’s
shape is similar to the bell used in ritual to worship the spirit of Buddha. The after-thought
obtained in this research is it can be used as a guideline for the restoration of other
Mahayana temples. It also indicates the possibility being used as a casing in Hinduism
temple.

Key Words: Buddhism, Mahayana Concept, Mandala, the sculpture of 5 Buddhism


Family, Ornament, Stupa..

Abstrak
Candi merupakan bangunan kuno yang dihasilkan oleh nenek moyang kita dan
menjadi salah satu contoh arsitektur local kuno yang dianggap sakral. Arsitektur candi
yang menjadi kebanggaan Indonesia, harus dilestarikan dan dipertahankan baik bentuk
maupun ornamen ornamennya. Selain itu usaha menemukan candi candi baru atau
pemugaran candi kembali ke aslinya harus lebih dikembangkan dan dimajukan sehingga
keaslian arsitektur kuno di Indonesia dapat dikembalikan seperti pada masa
kejayaannya. Untuk mengembalikan candi ke kondisi semula, kita harus memahami
terlebih dahulu konsep yang diterapkan ke candi tersebut.
Mahayana merupakan ajaran yang didasarkan oleh agama Buddhis dengan arti
kendaraan besar atau agung. Konsep Mahayana yang diterapkan ke dalam arsitektur
candi merupakan mandala, rupang 5 keluarga Buddha, ornamen makara, kirtimukha,
penjaga gerbang, dan stupa. Candi candi utama pada masa Mataram Kuno merupakan
Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Sewu dan Candi Kalasan. Analisis
yang dilakukan adalah dengan membandingkan tiap ornamen dan unsur yang terdapat
pada candi candi objek studi. Melalui analisis akan didapat kemiripan maupun perbedaan
antar konsep pada tiap candi. Dari analisis tersebut juga akan didapat temuan yang
menunjukkan candi yang memiliki kekentalan konsep Mahayana tertinggi diantara objek
studi lainnya adalah Candi Sewu dan Borobudur. Bentuk atap candi Sewu juga lebih
menjunjung tinggi kelima Keluarga Buddha dibandingan candi ber-ruang lainnya. Bentuk
stupa yang mirip dengan lonceng menunjukkan pemujaan akan roh atau arwah Sang
Buddha. Saran yang didapat adalah penelitian ini dapat dipakai sebagai guideline
pemugaran candi bercorak Mahayana lainnya. Selain itu juga menunjukkan adanya
kemungkinan dipakai sebagai casing candi Hindu

Kata Kunci: Buddhisme, Konsep Mahayana, Mandala, Rupang 5 Keluarga Buddha,


Ornamen, Stupa.

Anda mungkin juga menyukai