Anda di halaman 1dari 3

1.

Sebenarnya tidak ada larangan mengenai pemberlakuan UU Omnibus Law ini sendiri,
tetapi nyatanya keberlangsungan RUU Omnibus Law Perpajakan ini berpotensi
mematikan keberlangsungan maupun independensi dari otonomi daerah. Sebab terhadap
penentuan tarif pajak per daerah, menurut aturan RUU ini, Pemerintah Pusat lah yang
mengatur tarif pajak daerah secara nasional dan disama ratakan. Nyatanya, pihak yang
paling mengerti ataupun mengenal potensi maupun karakteristik dari daerahnya masing-
masing adalah PEMDA itu sendiri. Dengan diberlakukannya RUU ini, PEMDA menjadi
memiliki ketergantungan pada Pemerintah Pusat dalam menjalankan otonomi daerah,
mencegah daerah untuk bereksplorasi dalam mengembangkan daerahnya sendiri,
mengurangi PAD daerah masing-masing dan juga menyulitkan upaya PEMDA dalam
memberikan pelayanan yang maksimal untuk masyarakat.

Solusi terbaik yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Pusat terhadap pembuatan RUU
Omnibus Law Perpajakan guna memajukan kondisi perkekonomian Indonesia yakni
dengan membentuk Tim Khusus untuk menganalisa regulasi apa saja yang perlu
harmonisasi sehingga penerapan aturan mengenai pajak maupun retribusi daerah yang
baru dapat sesuai dengan UU PEMDA dan dengan peraturan perundangan-undangan
lainnya. Tugas Tim Khusus yang dibentuk ini diniatkan sebagai jembatan koordinasinya
Kementrian Keuangan dan Kementrian Dalam Negeri dalam membahas evaluasi
mengenai pengawasan pajak pada UU ini.
2. Menurut Pasal 2 Ayat (3) UU 18/1997 menyatakan jenis pajak daerah yang sudah diatur
pemerintah dapat menetapkan pembaharuan jenis pajak baru sesuai peraturan pemerintah.
Close-list system dapat diartikan sebagai cara pembatasan daftar / jumlah terhadap suatu
objek yang dipilih. Pembatasan jenis pajak (Close-list system) maupun jenis retribusi ini
merupakan representasi dari bentuk pengawasan pemerintah terhadap beredarnya jenis
pajak ataupun retribusi yang lahir semata-mata sebagai wujud kreatifitas pemerintah
daerah dalam menjalankan otonomi nya (diskresi), yang ada kecenderungan salah 39 arah
dan menjauh dari konsep perpajakan dan retribusi sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
dan lebih menonjolkan kepentingan lokal dan kedaerahan.
Close-list systemdalam pembatasan jenis pajak daerah dapat dilakukan melalui
pendekatan kriteria pajak Daerah, dimana jenis pajak berdasarkan objeknya yang tidak
sejalan dengan kriteria pajak yang benar tidak akan dipungut pajaknya, atau tidak akan
diberlakukan sebagai pajak. Adapun kriteria pajak daerahdimaksud meliputi:
 Bersifat pajak, dan bukan retribusi
 Objek pajak terletak atau terdapat di wilayah Daerah Kabupaten/Kota yang
bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta hanya melayani
masyarakat di wilayah Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan Yang dimaksud
dengan mobilitas rendah adalah objek pajak sulit untuk dipindahkan.
 Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum Yang
dimaksud dengan kriteria ini adalah bahwa pajak tersebut dimaksudkan untuk
kepentingan bersama yang lebih luas antar pemerintah dan masyarakat dengan
memperhatikan aspek ketentraman dan kestabilan politik, ekonomi, sosial, budaya,
serta pertahanan dan keamanan.
 Objek pajak bukan merupakan objek pajak propinsi dan/atau objek pajak Pusat Jenis
pajak yang bertentangan dengan kriteria ini, antara lain, adalah pajak ganda 41 (double
tax). Pajak ganda yang dimaksud adalah pajak dengan objek dan/atau dasar pengenaan
yang tumpang tindih dengan objek dan/atau dasar pengenaan pajak lain yang sebagian
atau seluruh hasilnya diterima oleh Daerah.
 Potensi pajak memadai Hasil penerimaan pajak harus lebih besar dari biaya
pemungutan.
 Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif Pajak tidak menggangu alokasi
sumber-sumber ekonomi dan tidak merintangi arus sumber daya ekonomi antar daerah
maupun kegiatan ekspor-impor.
 Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat

Referensi:
Alqadri, Maghfira Syalendri. 2020. Analisis Ruu Omnibus Law Perpajakan Terhadap
Pemungutan Pajak Daerah. Jurnal. Fakultas hukum universitas Indonesia. Pontianak.
https://bphn.go.id/data/documents/ae_retribusi.pdf

Anda mungkin juga menyukai