KEPERAWATAN
KELUARGA
Oleh : ISWATUN, S.Kep.Ns.,M.Kes
Tujuan Intervensi Keperawatan
Keluarga :
1. Menstimulasi kesadaran/ penerimaan
keluarga mengenai masalah kesehatan dengan
cara :
A. Memberikan informasi yang tepat.
B. Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan
keluarga tentang kesehatan.
C. Mendukung sikap emosi yang mendukung
upaya kesehatan.
2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan
cara perawatan yang tepat, dengan cara :
A. Mengidentifikasi sumber yang dimiliki
keluarga.
B. Mendiskusikan tentang tindakan
keperawatan dan konsekwensinya.
3. Memberikan kepercayaan diri selama
merawat anggota keluarga yang sakit, dengan
cara :
A. Mendemonstrasikan cara perawatan.
B. Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di
rumah dan sekitar kita.
C. Mengawasi keluarga melakukan perawatan.
4. Membantu keluarga untuk memelihara/
memodifikasi lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan keluarga, dengan
cara:
A. Menemukan sumber yang dapat digunakan
keluarga.
B. Melakukan perubahan lingkungan bersama
keluarga seoptimal mungkin.
5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang ada di sekitarnya,
dengan cara :
A. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
di sekitar lingkungan keluarga.
B. Membantu keluarga menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada.
Hal penting dalam penyusunan rencana asuhan
keperawatan keluarga :
1. Tujuan yang logis, sesuai masalah dan
mempunyai jangka waktu sesuai kondisi
klien/keluarga.
2. Kreteria hasil hendaknya dapat diukur dengan
alat ukur dan diobservasi dengan panca indra
yang obyektif. sesuai masalah dan mempunyai
jangka waktu sesuai kondisi klien/keluarga.
3. Rencana tindakan keluarga dan mengarah ke
kemandirian keluarga disesuaikan dengan
sumber daya dan dana yang dimiliki, sehingga
ketergantungan minimal.
Contoh Intervensi Keperawatan Keluarga
Tujuan Jangka Panjang :
Lansia selama tinggal bersama keluarga
bapak T tidak terjatuh.
Tujuan Jangka Pendek :
Setelah implementasi keperawatan yang ke-5
melalui kunjungan rumah, keluarga menyediakan
sarana yang aman bagi lansia.
Kreteria hasil :
Pengetahuan :
1. Keluarga dapat menyebutkan bahaya lingkungan
(lantai licin).
2. keluarga dapat menyebutkan akibat yang
diderita lansia bila terjatuh.
3. Keluarga dapat menyebutkan cara mencegah
lansia terjatuh akibat lantai yang licin.
Sikap :
1. Keluarga mengkomunikasikan lingkungan
yang membahayakan lansia dengan anggota
keluarga lainnya.
2. Keluarga mampu memutuskan untuk
menyediakan sarana yang aman bagi lansia.
Psikomotor :
1. Keluarga menyediakan sarana yang aman
bagi lansia.
2. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan
rumah menjadi aman bagi lansia.
Intervensi/Rencana Tindakan :
1. Mendiskusikan dengan keluarga tentang
bahaya lantai yang licin.
2. Mendiskusikan akibatnya bila lansia terjatuh.
3. Mendiskusikan cara mencegah lansia
terjatuh.
4. Mengajarkan dan mendiskusikan kepada
keluarga menyelesaikan masalah lansia.
5. Mengajarkan kepada keluarga setiap diskusi
perlu diambil suatu keputusan terbaik.
6. Mendiskusikan dengan keluarga
penggunaan sandal karet dan menggunakan
tongkat yang ujungnya berkaret.
7. Bersama keluarga memodifikasi
lingkungan yang aman, misalnya lantai selalu
dibersihkan agar tidak licin, penerangan yang
cukup terang, dll.
Contoh :
Tujuan Kreteria Hasil/standar Intervensi
Setelah dilakukan Pengetahuan 1. Keluarga 1. Diskusikan ....
tindakan dapat.......... 2. Dst
keperawatan ... Sikap 2. Dst
........................ 7. Bersama klg ..
Tindakan 7. Klg dpt .......................
memodifikasi...
DIAGNOSA KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA
RINDAYATI
D3 KEPERAWATAN FAKULTAS VOKASI UNAIR
PENDAHULUAN
• Pengertian
• Ketidakmampuan koping keluarga merupakan
ketidakmampuan keluarga untuk mengambil keputusan terkait
tindakan untuk mengatasi masalah.
• Ketidakmampuan koping keluarga adalah perilaku orang
terdekat (anggota keluarga atau orang berarti) yang
membatasi kemampuan dirinya dan klien untuk beradaptasi
dengan masalah kesehatan yang dihadapi klien.
PENYEBAB
• Hubungan keluarga ambivalen (kurang
menyenangkan)
• Pola koping yang berbeda diantara klien dan orang
terdekat.
• Resistensi keluarga terhadap perawatan/pengobatan
yang kompleks
• Ketidakmampuan orang terdekat mengungkapkan
perasaan
1. Merasa diabaikan
2. Merasa tertekan
3. Tidak memenuhi kebutuhan anggota
keluarga
TANDA 4. Tidak toleran
DAN 5. Mengabaikan anggota keluarga
6. Agresi
GEJALA 7. Agitasi
8. Perilaku menolak
9. Perilaku bermusuhan
10. Ketergantungan anggota keluarga meningkat
PENURUNAN KOPING KELUARGA
• Pengertian
• Penurunan koping keluarga yaitu
ketidakefektifan dukungan, rasa nyaman,
bantuan dan motivasi orang terdekat
(anggota keluarga atau orang berarti) yang
dibutuhkan klien untuk mengelola atau
mengatasi masalah kesehatan
PENYEBAB
• Disorganisasi keluarga
• Perubahan peran keluarga
• Kurangnya saling mendukung
• Orang terdekat kurang terpapar informasi
• Orang terdekat terlalu fokus pada kondisi di luar keluarga
TANDA DAN GEJALA
Pengertian
• Ketegangan peran pemberi asuhan adalah kesulitan dalam
melakukan peran pemberi asuhan dalam keluarga.
PENYEBAB
• Pengertian
• Pola fungsi keluarga yang cukup untuk mendukung
kesejahteraan anggota keluarga dan dapat ditingkatkan.
TANDA DAN GEJALA
5. Distres psikologis
6. Ketidaknyamanan selama persalinan
7. Akses pelayanan kesehatan sulit dijangkau
8. Ketidaksesuaian kondisi bayi dengan harapan
9. Ketidakamanan lingkungan untuk bayi
MENETUKAN PRIORITAS
DIAGNOSA KEPERAWATAN
KELUARGA
LANJUTAN….
• Proses keperawatan pada umumnya pengkajian merupakan tahap
awal proses keperawatan yang terdiri dari wawancara, pengamatan,
studi dokumentasi, dan pemeriksaan fisik. Setelah melakukan
pengkajian tahap selanjutnya perawat melakukan perumusan
masalah atau diagnosa
• Diagnosa keperawatan terbagi menjadi aktual (terjadi
deficit/gangguan kesehatan), risiko (ancaman kesehatan) dan
potensial/wallness (keadaan sejahtera). Selanjutnya menentukan
prioritas diagnosa yang ditemukan. Untuk menentukan prioritas
diagnosa menggunakan skala (Baylon dan Maglaya)
MENENTUKAN PRIORITAS DIAGNOSA MENGGUNAKAN SKALA
(BAYLON DAN MAGLAYA)
No Kriteria Nilai Bobot
1. Sifat masalah
– Tidak / kurang sehat 2
– Ancaman kesehatan 2
1
– Keadaan sejahtera 1
Menonjolnya masalah
– Masalah berta harus segera ditangani
4 2
– Ada masalah tetapi tidak perlu segera ditangani
1 1
– Masalah tidak dirasakan
0
METODE
• Situasi krisis
• Perkawinan
• Kehamilan
• Persalinan
• Masa nifas
• Penambahan anggota keluarga (bayi)
• Dll
KRITERIA II (Kemungkinan Masalah Dapat Diubah)
Joko Susanto
Pendahuluan
ARAH KEBIJAKAN RPJMN 2020-2024
Meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta terutama penguatan pelayanan
kesehatan dasar (Primary Health Care) dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif, didukung
inovasi dan pemanfaatan teknologi, melalui
VISI
SEJALAN DENGAN VISI PRESIDEN UNTUK MEWUJUDKAN MASYARAKAT YANG SEHAT, PRODUKTIF, MANDIRI DAN BERKEADILAN
REGIS
TRASI
AKREDI
LISENSI
TASI
PENINGKATAN
PELAYANAN
STATUS KESEHATAN
PELAYANAN KESEHATAN
&
KESEHATAN BUDAYA MUTU YANG BERMUTU
KEPUASAN PASIEN
AUDIT SERTIFI
KLINIS KASI
y
Latar Belakang
• 1977 :
World Health Assembly (WHA) menetapkan : kesepakatan global, untuk mencapai
“HFA 2000”
“Health For All by the year 2000 “ 🡪 “Kesehatan untuk Semua pada tahun 2000”
yaitu :
“Tercapainya derajat kesehatan yang optimal, yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomi “
• 1978 :
Konferensi di Alma Ata 🡪 “Deklarasi Alma Ata“
menetapkan :
PHC = pendekatan/strategi global untuk mencapai HFA 2000
y
DEKLARASI ALMA ATA 1978
PRIMARY HEALTH CARE
y
Dasar dan Regulasi
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS;
H
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan; U BA
5. Perpres Nomor 28 Tahun 2016 tentang Perubahan Ketiga atas Perpres Nomor 12 tahun 2013 B ER I
A UA AN
tentang Jaminan Kesehatan; BIS SES ANG
E MB
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan pada JKN; RK
PE
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan JKN;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik
Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Dokter Gigi;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 99 Tahun 2015 tentang Pelayanan Kesehatan pada JKN;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen
Puskesmas;
12. KMK Nomor 252 Tahun 205 tentang Asosiasi Fasilitas Kesehatan;
y
Pengertian
“PRIMARY HEALTH CARE“ adalah pelayanan kesehatan pokok yang
berdasarkan pada metode dan teknologi praktis, ilmiah, dan social
yang dapat diterima oleh umum (masyarakat, keluarga, dan individu)
melalui peran serta mereka sepenuhnya serta dengan biaya yang
terjangkau “
y
Batasan Pelayanan Primer
y
Tujuan PHC
TUJUAN UMUM
Diketahuinya kebutuhan matsyarakat terhadap pelayanan kesehatan
yang memuaskan
TUJUAN KHUSUS
1. Pelayanan yang menjangkau seluruh penduduk,
2. Pelayanan yang dapat diterima oleh seluruh penduduk,
3. Pelayanan yang berdasarkan pada kebutuhan medis dari populasi,
4. Pelayanan yang menggunakan seluruh sumberdaya secara maksimal
y
Prinsip PHC
y
Prinsip Dasar PHC
y
Ciri-Ciri PHC
y
Ruang Lingkup/ Elemen PHC
1. Pendidikan tentang masalah kesehatan
2. Penyediaan makanan & perbaikan gizi
3. Penyediaan air bersih & sanitasi dasar
4. Peningkatan KIA & KB
5. Immunisasi
6. Pencegahan & pengendalian penyakit
7. Pengobatan
8. Penyediaan obat essensial
y
Peranan Tenaga Kesehatan dalam PHC
1. Mendorong peran serta aktif masyarakat,
2. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan cara asuhan diri
kepada masyarakat
3. Memberikan bimbingan dan dukungan terhadap masyarakat
4. Mengkoordinasikan kegiatan pengembangan kesehatan
masyarakat
5. Membina kerjasama dengan Masyarakat, Keluarga Individu
6. Membina kerjasama lintas program
7. Membina kerjasama lintas sektoral
y
Bentuk Operasional PHC
Contoh :
y
UJUNG TOMBAK
SEKTOR KESEHATAN
DALAM PENYELENGGARAAN PHC
adalah
PUSKESMAS
Silahkan Pelajari :
1. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2012
TENTANG SISTEM KESEHATAN NASIONAL
2. PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 43 TAHUN 2019 TENTANG
PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT
y
KEPERAWATAN KELUARGA
OLEH
PELAYANAN
▪ RENDAHNYA MINAT PERAWAT UNTUK BEKERJA
DENGAN KELUARGA AKIBAT SISTEM YANG BELUM
BERKEMBANG
▪ PELAYANAN KEP. KELUARGA BELUM
BERKEMBANG 🡪 DEPKES SUDAH MENYUSUN
PEDOMAN PELAYANAN KEP. KELUARGA DAN
MODEL PELAYANAN KEP. KELUARGA DI RUMAH 🡪
PERLU DISOSIALISASIKAN
▪ KEP. KELUARGA/KOMUNITAS DIANGGAP TIDAK
MENANTANG
TREND DAN ISU NASIONAL
PELAYANAN
▪ GEOGRAFIS LUAS NAMUN TDAK
DITUNJANG DENGAN FASILITAS
▪ KERJASAMA LINTAS PROGRAM DAN
LINTAS SEKTOR BELUM MEMADAI
▪ MODEL PELAYANAN BELUM
MENDUKUNG PERAN AKTIF SEMUA
PROFESI
TREND DAN ISU NASIONAL
PENDIDIKAN
▪ LAHAN PRAKTIK TERBATAS; PENDIRIAN
PENDIDIKAN KEP. CENDERUNG “MUDAH”
▪ PENELITIAN TERKAIT PENGEMBANGAN DAN
UJI COBA MODEL MASIH TERBATAS
▪ SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN
SANGAT TERBATAS
▪ RASIO PENGAJAR:MAHASISWA BELUM
BERIMBANG
▪ KETERLIBATAN BERBAGAI PROFESI
SELAMA PENDIDIKAN KURANG
PENGEMBANGAN KEP.
KOMUNITAS
GENERALIS: NERS
PROFESI
▪ PERANAN PROFESI DIMASA DEPAN
DITUNTUT LEBIH BANYAK
▪ PERLU PENGAWALAN PELAKSANAAN
UNDANG-UNDANG PRAKTIK KEP.
PENUTUP
KONDISI YANG ADA SEKARANG PERLU
MENJADI PEMIKIRAN BERSAMA
PENINGKATAN SDM SECARA BERTAHAP
PERLU DILAKUKAN
POLA PELAYANAN PERLU DITETAPKAN
KETERLIBATAN DALAM PENETAPAN
KEBIJAKAN
MODEL PELAYANAN DIKEMBANGKAN
SESUAI BUDAYA DAN KEUNIKAN DAERAH
PENINGKATAN PROFESIONALISME PENTING
AGAR MAMPU BERSAING SECARA
NASIONAL DAN GLOBAL