Anda di halaman 1dari 9

Nama : Sagita Rahma Devi

NIM : E1012211026
Prodi : Ilmu Administrasi Publik
REGULER B
TUGAS UTS
PERILAKU dan PENGEMBANGAN ORGANISASI
1. Jelaskan pengertian organisasi dan unsur-unsur organisasi!
Organisasi adalah suatu entitas yang terstruktur yang dibentuk oleh individu atau kelompok
individu dengan tujuan bersama untuk mencapai tujuan tertentu. Organisasi dapat memiliki
berbagai bentuk, ukuran, dan tujuan, dan mereka dapat beroperasi dalam berbagai sektor,
seperti sektor bisnis, pemerintahan, nirlaba, pendidikan, dan lainnya. Organisasi hadir dalam
berbagai bentuk, mulai dari perusahaan bisnis, pemerintah, sekolah, rumah sakit, hingga
organisasi masyarakat sipil.

Unsur-unsur Organisasi:
1) Tujuan atau Misi: Setiap organisasi memiliki tujuan yang jelas atau misi yang
mendefinisikan alasan eksistensinya. Tujuan ini memberikan arah dan fokus bagi
organisasi dalam mencapai hasil yang diinginkan.
2) Struktur: Struktur organisasi adalah kerangka atau kerangka kerja yang mengatur
bagaimana anggota organisasi berinteraksi dan bekerja sama. Ini mencakup hierarki,
tanggung jawab, dan hubungan antarbagian.
3) Anggota atau Karyawan: Anggota organisasi adalah individu-individu yang terlibat
dalam operasional organisasi. Mereka memiliki peran dan tanggung jawab yang
berbeda sesuai dengan struktur organisasi.
4) Proses dan Aktivitas: Organisasi melibatkan berbagai proses dan aktivitas yang
diperlukan untuk mencapai tujuannya. Ini mencakup aktivitas seperti produksi barang
atau layanan, manajemen sumber daya manusia, pemasaran, keuangan, dan lainnya.
5) Kultur Organisasi: Kultur organisasi adalah norma-nilai, kepercayaan, sikap, dan
perilaku yang mendefinisikan cara organisasi beroperasi. Kultur ini menciptakan
identitas organisasi dan mempengaruhi cara anggota berinteraksi.
6) Kepemimpinan: Kepemimpinan dalam organisasi adalah peran yang bertanggung
jawab untuk mengarahkan, mengkoordinasi, dan mengambil keputusan. Pemimpin
memiliki peran penting dalam membawa organisasi menuju pencapaian tujuannya.
7) Sumber Daya: Organisasi membutuhkan berbagai sumber daya, seperti manusia,
modal, teknologi, dan informasi, untuk beroperasi dan mencapai tujuannya.
8) Komitmen pada Efisiensi dan Efektivitas: Organisasi berusaha untuk mencapai
efisiensi (melakukan hal-hal dengan biaya yang efisien) dan efektivitas (mencapai
tujuan dengan baik) dalam operasionalnya.
9) Konteks Eksternal: Organisasi beroperasi dalam konteks eksternal yang mencakup
faktor-faktor seperti peraturan pemerintah, persaingan pasar, tren industri, dan
lingkungan sosial yang dapat mempengaruhi operasinya.
10) Akuntabilitas dan Tanggung Jawab: Organisasi bertanggung jawab terhadap para
pemangku kepentingan, termasuk pemilik, karyawan, pelanggan, masyarakat, dan
pemerintah, dalam menjalankan operasinya secara etis dan sesuai dengan hukum.
11) Perubahan dan Inovasi: Organisasi harus mampu beradaptasi dengan perubahan
dalam lingkungannya dan berinovasi untuk tetap relevan dan bersaing.
12) Komunikasi: Komunikasi yang efektif adalah kunci dalam organisasi untuk
memastikan pemahaman yang baik, koordinasi, dan kolaborasi di antara anggota.
2. Jelaskan bagaimana hubungan antara stress dan kinerja!
Hubungan antara stres dan kinerja dalam konteks pekerjaan dapat sangat kompleks dan dapat
bervariasi tergantung pada berbagai faktor, termasuk tingkat stres, cara individu menanggapi
stres, dan dukungan yang tersedia dalam lingkungan kerja. Berikut adalah beberapa cara di
mana stres dapat mempengaruhi kinerja:
1) Stres Positif (Eustress): Sejumlah kecil stres, yang sering disebut sebagai "eustress,"
dapat meningkatkan kinerja. Eustress dapat memberikan dorongan motivasi yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan tugas tertentu. Contohnya adalah tenggat
waktu yang mendesak yang dapat mendorong seseorang untuk bekerja lebih
produktif.
2) Stres Kronis yang Terlalu Tinggi: Stres yang berlebihan dan berkepanjangan dapat
berdampak negatif pada kinerja. Stres yang terus-menerus dapat menyebabkan
kelelahan mental dan fisik, serta masalah kesehatan seperti kecemasan, depresi, dan
masalah tidur. Ini dapat mengurangi fokus, kreativitas, dan produktivitas seseorang di
tempat kerja.
3) Pengaruh Emosi: Stres dapat memengaruhi emosi individu. Orang yang stres
mungkin menjadi lebih mudah marah, mudah tersinggung, atau kesulitan dalam
mengelola emosi mereka. Ini bisa mempengaruhi hubungan antar karyawan dan
menyebabkan konflik di tempat kerja.
4) Penurunan Kualitas Keputusan: Stres dapat mengganggu kemampuan seseorang
untuk membuat keputusan yang bijaksana. Ini karena stres dapat memengaruhi fungsi
kognitif seperti pemrosesan informasi, ingatan, dan kemampuan berpikir kritis.
5) Absensi dan Penurunan Kehadiran: Stres yang berat dapat menyebabkan absensi yang
lebih tinggi di tempat kerja karena masalah kesehatan atau kebutuhan untuk
mengatasi stres. Hal ini dapat mengganggu produktivitas tim dan meningkatkan
beban kerja bagi yang lain.
6) Perubahan Perilaku: Stres juga dapat mempengaruhi perilaku di tempat kerja, seperti
meningkatnya konsumsi alkohol atau obat-obatan, yang dapat merugikan kinerja dan
kehadiran.
7) Gangguan Keseimbangan Kehidupan Kerja-Pribadi: Stres yang berlebihan dapat
mengganggu keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi, yang dapat
berdampak negatif pada produktivitas dan kebahagiaan secara keseluruhan.
3. Bandingkan teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow dengan teori ERG
Abraham Maslow dan Clayton Alderfer adalah dua psikolog yang mengembangkan teori
tentang kebutuhan individu dalam konteks organisasi. Maslow mengembangkan Teori
Hierarki Kebutuhan, sedangkan Alderfer mengembangkan Teori ERG (Existence,
Relatedness, Growth). Meskipun keduanya berfokus pada kebutuhan individu, ada beberapa
perbedaan antara kedua teori ini:
1) Struktur Kebutuhan:
a) Teori Hierarki Kebutuhan (Maslow): Maslow mengusulkan lima tingkat
kebutuhan yang tersusun hierarkis, mulai dari kebutuhan dasar hingga
kebutuhan yang lebih tinggi. Ini termasuk (dari bawah ke atas): kebutuhan
fisik, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan
kebutuhan aktualisasi diri.
b) Teori ERG (Alderfer): Teori ERG menggantikan hierarki dalam tiga kategori
utama: Kebutuhan Eksistensi (Existence), Kebutuhan Hubungan
(Relatedness), dan Kebutuhan Pertumbuhan (Growth). Kebutuhan eksistensi
mencakup kebutuhan fisik dan materi, kebutuhan hubungan mencakup
hubungan sosial, dan kebutuhan pertumbuhan mencakup pengembangan
pribadi dan pencapaian.
2) Pengurutan dan Pemenuhan Kebutuhan:
a) Teori Hierarki Kebutuhan (Maslow): Menurut Maslow, individu cenderung
memenuhi kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah sebelum pindah ke
tingkat yang lebih tinggi dalam hierarki. Dengan kata lain, ketika kebutuhan
dasar terpenuhi, individu baru akan fokus pada kebutuhan yang lebih tinggi.
b) Teori ERG (Alderfer) : Teori ERG mengakui bahwa individu dapat
memperjuangkan pemenuhan kebutuhan di beberapa tingkat secara
bersamaan. Ini berarti bahwa jika kebutuhan di tingkat yang lebih tinggi tidak
terpenuhi, individu dapat kembali ke tingkat yang lebih rendah untuk
memenuhi kebutuhan lain.
3) Relevansi di Tempat Kerja:
a) Teori Hierarki Kebutuhan (Maslow): Teori Maslow sering diterapkan dalam
konteks pengembangan karir dan manajemen karyawan. Ini digunakan untuk
memahami dan memotivasi karyawan dengan cara memastikan kebutuhan
mereka terpenuhi di berbagai tingkatan hierarki.
b) Teori ERG (Alderfer): Teori ERG juga dapat digunakan dalam manajemen
sumber daya manusia dan pengembangan organisasi. Ini memberikan
pemahaman tentang kebutuhan karyawan dan bagaimana mempertimbangkan
variasi dalam pemenuhan kebutuhan mereka.
4) Faktor Ketidakpuasan:
a) Teori Hierarki Kebutuhan (Maslow): Maslow berpendapat bahwa kekurangan
pemenuhan kebutuhan di tingkat yang lebih rendah dapat menyebabkan
ketidakpuasan yang signifikan. Misalnya, jika kebutuhan fisik atau keamanan
tidak terpenuhi, individu mungkin sangat tidak puas.
b) Teori ERG (Alderfer): Teori ERG mengakui bahwa individu dapat
mengalami ketidakpuasan jika kebutuhan di tingkat yang lebih tinggi tidak
terpenuhi, tetapi ketidakpuasan ini dapat diimbangi dengan pemenuhan
kebutuhan di tingkat yang lebih rendah.

Secara keseluruhan, kedua teori ini berkontribusi pada pemahaman tentang bagaimana
kebutuhan individu memengaruhi perilaku dan motivasi mereka, tetapi Teori ERG oleh
Alderfer memberikan fleksibilitas lebih dalam mengenali bahwa individu dapat memiliki
beberapa kebutuhan yang saling berinteraksi secara bersamaan, tanpa harus mengikuti
hierarki yang kaku seperti dalam Teori Hierarki Kebutuhan oleh Maslow.
4. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis kesalahan persepsi yang sering terjadi
Kesalahan persepsi adalah distorsi atau ketidakakuratan dalam cara seseorang memandang
atau menginterpretasikan informasi dan pengalaman. Kesalahan persepsi dapat memengaruhi
komunikasi, pengambilan keputusan, dan hubungan antarpribadi. Berikut beberapa jenis
kesalahan persepsi yang sering terjadi:
1) Stereotiping : Stereotip adalah pandangan umum atau prasangka yang melibatkan
atribut tertentu yang dihubungkan dengan kelompok tertentu. Kesalahan ini terjadi
ketika seseorang menggeneralisasi atau membuat asumsi negatif atau positif tentang
individu atau kelompok berdasarkan stereotip mereka, tanpa mempertimbangkan
perbedaan individu.
2) Efek Pembenaran Diri (Self-Serving Bias) : Ini adalah kecenderungan untuk menilai
diri sendiri dalam cara yang menguntungkan dan menyalahkan faktor eksternal ketika
sesuatu tidak berhasil. Seseorang mungkin merespons keberhasilan dengan atribusi
internal positif (saya hebat) dan kegagalan dengan atribusi eksternal (itu bukan
kesalahan saya).
3) Efek Primasi (Primacy Effect) dan Efek Kesegaran (Recency Effect) : Efek primasi
adalah kecenderungan untuk memberikan lebih banyak perhatian dan bobot pada
informasi yang diterima pertama kali. Sebaliknya, efek kesegaran adalah
kecenderungan untuk memberikan lebih banyak perhatian pada informasi yang
diterima terakhir. Ini dapat mengakibatkan penilaian yang tidak seimbang terhadap
seseorang atau situasi.
4) Pengaruh Halo : Kesalahan persepsi ini terjadi ketika pandangan positif atau negatif
tentang satu aspek seseorang atau sesuatu memengaruhi pandangan secara
keseluruhan. Sebagai contoh, jika seseorang memiliki satu atribut positif, maka
cenderung dianggap positif dalam hal lain juga.
5) Efek Realisme Nisbi (Relative Realism) : Ini adalah kesalahan persepsi yang terjadi
ketika seseorang menganggap pandangannya lebih objektif atau realistis daripada
pandangan orang lain. Seseorang mungkin merasa bahwa pendapatnya adalah
"pandangan yang benar" dan pandangan orang lain adalah bias.
6) Efek Konfirmasi (Confirmation Bias) : Kesalahan persepsi ini terjadi ketika
seseorang mencari atau memberikan lebih banyak perhatian pada informasi yang
mengkonfirmasi keyakinan atau pandangan yang sudah ada, sambil mengabaikan
atau mengesampingkan informasi yang bertentangan.
7) Efek Dunning-Kruger : Ini adalah kesalahan persepsi yang terjadi ketika individu
yang kurang berpengetahuan atau berkompeten cenderung menganggap diri mereka
lebih berpengetahuan atau berkompeten daripada yang sebenarnya. Mereka mungkin
kurang mampu mengenali keterbatasan mereka.
8) Kesalahan Panggilan Teori : Ini adalah kesalahan persepsi yang terjadi ketika
seseorang menganggap bahwa orang lain memiliki pengetahuan, keyakinan, atau
informasi yang sama dengan mereka, tanpa mempertimbangkan perbedaan dalam
pengalaman atau pemahaman.
9) Efek Penolakan (Rejection Sensitivity) : Kesalahan ini terjadi ketika seseorang
cenderung merasa ditolak atau diserang dalam situasi sosial, bahkan jika tidak ada
niat negatif dari pihak lain. Hal ini dapat mengakibatkan respons emosional yang
berlebihan.
10) Efek Riset (Expectation Effect) : Kesalahan ini terjadi ketika ekspektasi seseorang
memengaruhi persepsinya terhadap kinerja atau perilaku orang lain. Ketika seseorang
mengharapkan sesuatu dari orang lain, itu dapat mempengaruhi cara mereka melihat
hasil.

5. Sebutkan dan jelaskan tahap-tahap dalam pembentukan kelompok


Pembentukan kelompok adalah proses yang kompleks yang melibatkan serangkaian tahapan
yang dapat mempengaruhi dinamika kelompok selama perjalanannya. Berikut adalah tahap-
tahap dalam pembentukan kelompok:
1) Pemilihan Anggota (Forming):
 Tahap ini terjadi saat kelompok baru mulai terbentuk. Anggota kelompok
biasanya mencoba untuk mengenal satu sama lain dan memahami tujuan
serta peran masing-masing.
 Ada rasa kehati-hatian dan ketidakpastian dalam tahap ini, dan anggota
mungkin mencari petunjuk dari pemimpin atau aturan kelompok.
2) Konflik dan Pertarungan Kekuasaan (Storming):
 Setelah anggota mulai berinteraksi, perbedaan pendapat, nilai, dan tujuan
dapat muncul. Ini bisa menyebabkan konflik, ketegangan, atau persaingan
dalam kelompok.
 Tahap storming penting untuk pemecahan masalah dan pengembangan
norma dan peraturan kelompok.
3) Konsolidasi dan Kerjasama (Norming) :
 Selama tahap norming, kelompok mulai mengatasi konflik dan bekerja sama
untuk mencapai tujuan bersama. Norma-norma dan aturan sosial yang
mengatur perilaku kelompok mulai berkembang.
 Hubungan antaranggota menjadi lebih harmonis, dan kolaborasi menjadi
lebih mudah.
4) Produktivitas (Performing):
 Tahap performing adalah saat kelompok mencapai tingkat produktivitas
tertinggi. Anggota kelompok bekerja sama secara efisien dan efektif untuk
mencapai tujuan mereka.
 Komunikasi berjalan lancar, dan anggota memiliki kepercayaan satu sama
lain dalam kemampuan dan komitmen mereka.
5) Pelepasan (Adjourning):
 Tahap adjourning terjadi ketika kelompok mencapai tujuannya atau
mengalami perubahan signifikan yang menyebabkan kelompok harus
dibubarkan. Ini bisa terjadi setelah proyek selesai atau ketika anggota
meninggalkan kelompok.
 Tahap ini bisa menyertakan perasaan nostalgia, penyesalan, atau apresiasi
terhadap pengalaman yang telah dilalui bersama.
6) Reformasi (Reforming) (opsional):
 Tahap reforming mungkin terjadi jika kelompok masih memiliki tujuan atau
tugas yang harus diselesaikan setelah tahap adjourning. Dalam tahap ini,
kelompok dapat mengalami kembali tahap forming, storming, dan norming
dalam konteks baru.

6. Apa yang dimaksud dengan norma? Sebutkan


Norma adalah aturan atau panduan sosial yang mengatur perilaku dan interaksi antara
individu dalam masyarakat atau kelompok. Norma-norma adalah konvensi sosial yang
menentukan apa yang dianggap benar atau salah, baik atau buruk, sesuai atau tidak sesuai
dalam berbagai situasi. Mereka membantu mengatur tingkah laku, norma-norma sosial dapat
berlaku dalam berbagai konteks, termasuk sosial, budaya, agama, bisnis, dan sebagainya.
Berikut beberapa contoh norma-norma yang umum:
1) Norma Etika : Norma etika mengatur perilaku moral dan prinsip-prinsip moral yang
harus diikuti dalam interaksi sosial dan profesional. Misalnya, norma etika dalam
bisnis mengharuskan kejujuran, integritas, dan menghindari konflik kepentingan.
2) Norma Budaya : Setiap budaya memiliki norma-norma yang mengatur tata cara
berbicara, berpakaian, berperilaku, dan berinteraksi. Misalnya, dalam beberapa
budaya, sopan santun mengharuskan orang untuk bersalaman atau memberikan
salam, sedangkan dalam budaya lain, mungkin ada norma untuk membungkuk
sebagai tanda hormat.
3) Norma Sosial : Norma sosial adalah norma-norma yang berlaku dalam masyarakat
yang mengatur perilaku sehari-hari, seperti antrian, mengucapkan terima kasih, dan
menghormati privasi orang lain.
4) Norma Agama : Norma-norma agama adalah peraturan yang diberlakukan oleh ajaran
agama tertentu. Misalnya, dalam agama Islam, ada norma untuk menjalankan salat
lima kali sehari sebagai bagian dari ibadah.
5) Norma Gender : Norma-norma gender adalah norma-norma yang mengatur peran dan
perilaku yang diharapkan dari individu berdasarkan jenis kelamin. Norma ini dapat
berbeda-beda dalam berbagai budaya dan konteks.
6) Norma Organisasi : Norma-norma organisasi adalah aturan dan ekspektasi yang
mengatur perilaku karyawan dalam lingkungan kerja. Ini dapat mencakup norma-
norma tentang disiplin, kerjasama, dan integritas.
7) Norma Keluarga : Setiap keluarga memiliki norma-norma yang mengatur hubungan
antara anggota keluarga, seperti cara berbicara, berbagi tanggung jawab, atau
merayakan perayaan tertentu.
8) Norma Keselamatan : Norma keselamatan mengatur perilaku yang harus diikuti
untuk menjaga keamanan diri sendiri dan orang lain. Contohnya adalah norma
penggunaan helm saat mengendarai sepeda motor.
9) Norma Lingkungan : Norma-norma lingkungan mengatur cara individu dan
kelompok merawat dan melindungi lingkungan alam.
10) Norma Internet : Dalam era digital, ada norma-norma yang mengatur perilaku online,
seperti etika dalam penggunaan media sosial dan hak cipta.

7. Sebutkan dan jelaskan kelembagaan dalam pengambilan keputusan!


Dalam konteks pengambilan keputusan, **kelembagaan** merujuk pada struktur atau entitas
formal yang memiliki peran dan kewenangan dalam proses pengambilan keputusan dalam
suatu organisasi atau pemerintahan. Kelembagaan ini bertanggung jawab untuk
mengkoordinasikan, mengelola, dan memandu proses pengambilan keputusan agar berjalan
sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Berikut adalah beberapa contoh kelembagaan dalam
pengambilan keputusan:
1) Dewan Direksi : Di perusahaan atau organisasi bisnis, dewan direksi adalah
kelembagaan yang memiliki wewenang tertinggi dalam mengambil keputusan
strategis. Dewan direksi biasanya terdiri dari pemegang saham utama atau anggota
independen yang memiliki tanggung jawab untuk mengawasi manajemen eksekutif
dan membuat keputusan strategis, termasuk penetapan kebijakan perusahaan.
2) Pemerintah : Di tingkat pemerintah, ada berbagai kelembagaan yang terlibat dalam
pengambilan keputusan publik. Ini termasuk badan legislatif (seperti parlemen atau
dewan perwakilan), eksekutif (seperti presiden atau perdana menteri), dan yudikatif
(seperti pengadilan). Masing-masing memiliki peran berbeda dalam merumuskan,
menerapkan, dan menilai kebijakan.
3) Komite : Komite adalah kelompok kecil yang dibentuk dalam organisasi atau
lembaga untuk mempelajari masalah tertentu atau mempersiapkan rekomendasi
tentang suatu kebijakan atau tindakan. Komite seringkali terdiri dari anggota dengan
keahlian atau minat khusus dalam masalah yang akan diambil keputusan.
4) Lembaga Keuangan : Dalam perusahaan besar atau entitas keuangan, ada lembaga
keuangan, seperti komite investasi atau dewan keuangan, yang bertanggung jawab
untuk mengawasi dan mengambil keputusan tentang investasi, anggaran, dan strategi
keuangan.
5) Lembaga Penasihat : Organisasi mungkin memiliki lembaga penasihat atau konsultan
eksternal yang memberikan saran ahli dalam proses pengambilan keputusan.
Misalnya, lembaga ini dapat memberikan saran hukum, saran manajemen risiko, atau
analisis keuangan.
6) Organisasi Internasional : Dalam konteks organisasi internasional, seperti PBB atau
badan internasional lainnya, terdapat struktur kelembagaan yang melibatkan berbagai
badan atau komite yang terlibat dalam pengambilan keputusan global, penentuan
kebijakan, dan tindakan kolektif.
7) Badan Regulasi : Badan regulasi adalah lembaga pemerintah atau swasta yang
memiliki wewenang untuk mengatur dan mengawasi sektor atau industri tertentu.
Mereka terlibat dalam pengambilan keputusan terkait regulasi, standar, dan
kepatuhan.

8. Jelaskan 2 tipe dari pemimpin karismatik


Pemimpin karismatik adalah tipe pemimpin yang mampu mempengaruhi dan menginspirasi
orang lain melalui kepribadian, daya tarik pribadi, dan visi mereka yang kuat. Karisma
mereka membuat orang lain ingin mengikuti dan mendukung mereka. Berikut adalah dua tipe
pemimpin karismatik yang berbeda:
1) Pemimpin Karismatik Transformatif :
 Pemimpin karismatik transformatif adalah pemimpin yang mampu
menginspirasi perubahan besar dalam organisasi atau masyarakat. Mereka
memiliki visi yang kuat tentang masa depan yang lebih baik dan mampu
memotivasi dan menggerakkan orang lain untuk mencapainya.
 Pemimpin jenis ini seringkali memiliki kualitas kepemimpinan yang
memukau dan dapat mempengaruhi perubahan budaya, nilai, dan tujuan
dalam organisasi. Mereka mendorong anggota kelompok untuk berpikir
kreatif, berinovasi, dan mencapai potensi terbaik mereka.
 Contoh pemimpin karismatik transformatif termasuk tokoh sejarah seperti
Mahatma Gandhi dan Martin Luther King Jr., serta pemimpin bisnis seperti
Steve Jobs.
2) Pemimpin Karismatik Transaksional :
 Pemimpin karismatik transaksional adalah pemimpin yang menggunakan
karisma mereka untuk mencapai tujuan organisasi melalui sistem imbalan
dan hukuman yang jelas. Mereka memotivasi anggota kelompok dengan
menghubungkan pencapaian individu dengan penghargaan atau pengakuan.
 Pemimpin jenis ini dapat memanfaatkan daya tarik mereka untuk
meningkatkan produktivitas dan mencapai target dalam lingkungan kerja
yang terstruktur. Mereka sering berfokus pada hasil dan pengukuran kinerja.
 Contoh pemimpin karismatik transaksional adalah CEO yang mampu
memotivasi karyawan dengan janji bonus atau pengakuan kinerja yang luar
biasa.

9. Jelaskan perbedaan antara kekuasaan dan pengaruh!


Kekuasaan dan pengaruh adalah dua konsep yang seringkali terkait erat dalam konteks
kepemimpinan dan hubungan sosial, tetapi mereka memiliki perbedaan yang signifikan.
Berikut adalah perbedaan utama antara kekuasaan dan pengaruh:

Kekuasaan:

1) Definisi : Kekuasaan merujuk pada kemampuan seseorang atau kelompok untuk


mengendalikan, memerintah, atau mempengaruhi perilaku, keputusan, atau tindakan
orang lain.
2) Sifat : Kekuasaan seringkali bersifat formal dan dapat berhubungan dengan posisi,
hierarki, atau otoritas dalam suatu organisasi atau struktur sosial.
3) Sumber : Kekuasaan seringkali berasal dari posisi formal, seperti jabatan atau
pangkat dalam organisasi, serta kontrol atas sumber daya, informasi, atau aset yang
penting.
4) Dorongan : Kekuasaan dapat digunakan dengan cara yang mendorong orang lain
melakukan sesuatu karena mereka merasa terpaksa atau takut akan konsekuensinya.
Ini dikenal sebagai "pengaruh paksaan."
5) Permanen : Kekuasaan seringkali lebih permanen dalam sifatnya, karena
berhubungan dengan struktur organisasi atau posisi dalam hierarki.

Pengaruh :

1) Definisi : Pengaruh adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk


mempengaruhi orang lain tanpa mengandalkan posisi formal atau otoritas. Ini bisa
melibatkan kemampuan untuk meyakinkan, membujuk, atau memotivasi orang lain.
2) Sifat : Pengaruh bersifat lebih luwes dan bisa berasal dari berbagai sumber, termasuk
kepercayaan, kompetensi, kepemimpinan, atau kharisma pribadi.
3) Sumber : Pengaruh tidak selalu bergantung pada posisi formal; seseorang dapat
memiliki pengaruh kuat meskipun tidak memiliki jabatan tinggi dalam organisasi.
4) Dorongan : Pengaruh seringkali melibatkan meyakinkan atau memotivasi orang lain
dengan cara yang positif atau membangun, bukan dengan paksaan atau ancaman. Ini
berfokus pada "pengaruh persuasif."
5) Fleksibel : Pengaruh dapat bervariasi dan berubah seiring waktu tergantung pada
situasi, hubungan, atau tujuan yang ingin dicapai.

Dalam praktiknya, pemimpin yang efektif seringkali menggabungkan kekuasaan dan


pengaruh untuk mencapai tujuan mereka. Kekuasaan bisa digunakan sebagai dasar, sementara
pengaruh digunakan untuk membangun dukungan, memotivasi, dan memengaruhi orang lain
dengan cara yang positif. Bagi banyak pemimpin yang sukses, kemampuan untuk memiliki
pengaruh positif dan menggerakkan orang lain dengan cara yang meyakinkan adalah kunci
dalam memimpin dan mencapai tujuan bersama.

10. Apa definisi budaya organisasi ? jelaskan pula karakteristik dari budaya
organisasi!
Budaya organisasi adalah seperangkat nilai-nilai, norma-norma, keyakinan, sikap, dan
perilaku bersama yang dianut oleh anggota suatu organisasi dan membentuk identitas serta
karakteristik organisasi tersebut. Budaya organisasi menciptakan suatu kerangka kerja yang
mempengaruhi cara individu-individu di dalam organisasi berinteraksi, berkomunikasi, dan
bertindak. Budaya organisasi juga mencerminkan nilai-nilai inti dan pandangan tentang tujuan
dan arah organisasi.

Berikut adalah beberapa karakteristik umum dari budaya organisasi:

1) Nilai dan Keyakinan Bersama : Budaya organisasi menciptakan nilai-nilai bersama


yang dipegang oleh anggota organisasi. Nilai-nilai ini mencerminkan apa yang
dianggap penting dan diutamakan dalam organisasi. Contohnya, nilai integritas,
inovasi, atau pelayanan mungkin menjadi bagian dari budaya organisasi.
2) Norma-Norma dan Aturan Tidak Tertulis : Budaya organisasi mencakup norma-
norma yang mengatur perilaku dan interaksi di dalam organisasi. Beberapa norma ini
mungkin tertulis dalam kebijakan organisasi, tetapi banyak juga yang bersifat tidak
tertulis dan dipahami secara implisit.
3) Kepemimpinan dan Model Perilaku : Budaya organisasi seringkali dipengaruhi oleh
kepemimpinan dan perilaku pemimpin. Kepemimpinan yang konsisten dengan nilai-
nilai dan norma-norma budaya akan memperkuat dan memelihara budaya tersebut.
4) Konsistensi : Budaya organisasi menunjukkan konsistensi dalam perilaku anggota. Ini
berarti bahwa anggota organisasi akan cenderung berperilaku sesuai dengan budaya
yang ada.
5) Dinamika : Meskipun budaya organisasi cenderung stabil, ia juga dapat mengalami
perubahan seiring waktu. Perubahan kepemimpinan, perubahan tujuan organisasi,
atau perubahan eksternal dapat memengaruhi evolusi budaya organisasi.
6) Identitas dan Keanggotaan : Budaya organisasi menciptakan identitas organisasi yang
membedakannya dari organisasi lain. Identitas ini juga dapat memengaruhi sejauh
mana individu merasa termasuk dan berkomitmen terhadap organisasi tersebut.
7) Pengaruh Terhadap Pengambilan Keputusan : Budaya organisasi dapat
mempengaruhi cara keputusan dibuat dalam organisasi. Kebijakan dan tindakan yang
sejalan dengan budaya cenderung lebih diterima dan sukses.
8) Komunikasi dan Interaksi : Budaya organisasi mempengaruhi cara anggota
berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain. Ini mencakup cara bahasa digunakan,
tingkat formalitas, dan apakah komunikasi terbuka atau hierarkis.
9) Adaptabilitas : Beberapa budaya organisasi lebih fleksibel dan adaptif daripada yang
lain. Budaya yang adaptif mungkin lebih mampu mengatasi perubahan dalam
lingkungan eksternal dan mengikuti perkembangan terbaru.
10) Kinerja dan Hasil : Budaya organisasi dapat memiliki dampak signifikan pada kinerja
dan hasil organisasi. Budaya yang mendukung inovasi dan kinerja tinggi dapat
meningkatkan produktivitas dan kesuksesan organisasi.

Anda mungkin juga menyukai