UTS PERILAKU Dan PENGEMBANGAN ORGANISASI
UTS PERILAKU Dan PENGEMBANGAN ORGANISASI
NIM : E1012211026
Prodi : Ilmu Administrasi Publik
REGULER B
TUGAS UTS
PERILAKU dan PENGEMBANGAN ORGANISASI
1. Jelaskan pengertian organisasi dan unsur-unsur organisasi!
Organisasi adalah suatu entitas yang terstruktur yang dibentuk oleh individu atau kelompok
individu dengan tujuan bersama untuk mencapai tujuan tertentu. Organisasi dapat memiliki
berbagai bentuk, ukuran, dan tujuan, dan mereka dapat beroperasi dalam berbagai sektor,
seperti sektor bisnis, pemerintahan, nirlaba, pendidikan, dan lainnya. Organisasi hadir dalam
berbagai bentuk, mulai dari perusahaan bisnis, pemerintah, sekolah, rumah sakit, hingga
organisasi masyarakat sipil.
Unsur-unsur Organisasi:
1) Tujuan atau Misi: Setiap organisasi memiliki tujuan yang jelas atau misi yang
mendefinisikan alasan eksistensinya. Tujuan ini memberikan arah dan fokus bagi
organisasi dalam mencapai hasil yang diinginkan.
2) Struktur: Struktur organisasi adalah kerangka atau kerangka kerja yang mengatur
bagaimana anggota organisasi berinteraksi dan bekerja sama. Ini mencakup hierarki,
tanggung jawab, dan hubungan antarbagian.
3) Anggota atau Karyawan: Anggota organisasi adalah individu-individu yang terlibat
dalam operasional organisasi. Mereka memiliki peran dan tanggung jawab yang
berbeda sesuai dengan struktur organisasi.
4) Proses dan Aktivitas: Organisasi melibatkan berbagai proses dan aktivitas yang
diperlukan untuk mencapai tujuannya. Ini mencakup aktivitas seperti produksi barang
atau layanan, manajemen sumber daya manusia, pemasaran, keuangan, dan lainnya.
5) Kultur Organisasi: Kultur organisasi adalah norma-nilai, kepercayaan, sikap, dan
perilaku yang mendefinisikan cara organisasi beroperasi. Kultur ini menciptakan
identitas organisasi dan mempengaruhi cara anggota berinteraksi.
6) Kepemimpinan: Kepemimpinan dalam organisasi adalah peran yang bertanggung
jawab untuk mengarahkan, mengkoordinasi, dan mengambil keputusan. Pemimpin
memiliki peran penting dalam membawa organisasi menuju pencapaian tujuannya.
7) Sumber Daya: Organisasi membutuhkan berbagai sumber daya, seperti manusia,
modal, teknologi, dan informasi, untuk beroperasi dan mencapai tujuannya.
8) Komitmen pada Efisiensi dan Efektivitas: Organisasi berusaha untuk mencapai
efisiensi (melakukan hal-hal dengan biaya yang efisien) dan efektivitas (mencapai
tujuan dengan baik) dalam operasionalnya.
9) Konteks Eksternal: Organisasi beroperasi dalam konteks eksternal yang mencakup
faktor-faktor seperti peraturan pemerintah, persaingan pasar, tren industri, dan
lingkungan sosial yang dapat mempengaruhi operasinya.
10) Akuntabilitas dan Tanggung Jawab: Organisasi bertanggung jawab terhadap para
pemangku kepentingan, termasuk pemilik, karyawan, pelanggan, masyarakat, dan
pemerintah, dalam menjalankan operasinya secara etis dan sesuai dengan hukum.
11) Perubahan dan Inovasi: Organisasi harus mampu beradaptasi dengan perubahan
dalam lingkungannya dan berinovasi untuk tetap relevan dan bersaing.
12) Komunikasi: Komunikasi yang efektif adalah kunci dalam organisasi untuk
memastikan pemahaman yang baik, koordinasi, dan kolaborasi di antara anggota.
2. Jelaskan bagaimana hubungan antara stress dan kinerja!
Hubungan antara stres dan kinerja dalam konteks pekerjaan dapat sangat kompleks dan dapat
bervariasi tergantung pada berbagai faktor, termasuk tingkat stres, cara individu menanggapi
stres, dan dukungan yang tersedia dalam lingkungan kerja. Berikut adalah beberapa cara di
mana stres dapat mempengaruhi kinerja:
1) Stres Positif (Eustress): Sejumlah kecil stres, yang sering disebut sebagai "eustress,"
dapat meningkatkan kinerja. Eustress dapat memberikan dorongan motivasi yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan tugas tertentu. Contohnya adalah tenggat
waktu yang mendesak yang dapat mendorong seseorang untuk bekerja lebih
produktif.
2) Stres Kronis yang Terlalu Tinggi: Stres yang berlebihan dan berkepanjangan dapat
berdampak negatif pada kinerja. Stres yang terus-menerus dapat menyebabkan
kelelahan mental dan fisik, serta masalah kesehatan seperti kecemasan, depresi, dan
masalah tidur. Ini dapat mengurangi fokus, kreativitas, dan produktivitas seseorang di
tempat kerja.
3) Pengaruh Emosi: Stres dapat memengaruhi emosi individu. Orang yang stres
mungkin menjadi lebih mudah marah, mudah tersinggung, atau kesulitan dalam
mengelola emosi mereka. Ini bisa mempengaruhi hubungan antar karyawan dan
menyebabkan konflik di tempat kerja.
4) Penurunan Kualitas Keputusan: Stres dapat mengganggu kemampuan seseorang
untuk membuat keputusan yang bijaksana. Ini karena stres dapat memengaruhi fungsi
kognitif seperti pemrosesan informasi, ingatan, dan kemampuan berpikir kritis.
5) Absensi dan Penurunan Kehadiran: Stres yang berat dapat menyebabkan absensi yang
lebih tinggi di tempat kerja karena masalah kesehatan atau kebutuhan untuk
mengatasi stres. Hal ini dapat mengganggu produktivitas tim dan meningkatkan
beban kerja bagi yang lain.
6) Perubahan Perilaku: Stres juga dapat mempengaruhi perilaku di tempat kerja, seperti
meningkatnya konsumsi alkohol atau obat-obatan, yang dapat merugikan kinerja dan
kehadiran.
7) Gangguan Keseimbangan Kehidupan Kerja-Pribadi: Stres yang berlebihan dapat
mengganggu keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi, yang dapat
berdampak negatif pada produktivitas dan kebahagiaan secara keseluruhan.
3. Bandingkan teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow dengan teori ERG
Abraham Maslow dan Clayton Alderfer adalah dua psikolog yang mengembangkan teori
tentang kebutuhan individu dalam konteks organisasi. Maslow mengembangkan Teori
Hierarki Kebutuhan, sedangkan Alderfer mengembangkan Teori ERG (Existence,
Relatedness, Growth). Meskipun keduanya berfokus pada kebutuhan individu, ada beberapa
perbedaan antara kedua teori ini:
1) Struktur Kebutuhan:
a) Teori Hierarki Kebutuhan (Maslow): Maslow mengusulkan lima tingkat
kebutuhan yang tersusun hierarkis, mulai dari kebutuhan dasar hingga
kebutuhan yang lebih tinggi. Ini termasuk (dari bawah ke atas): kebutuhan
fisik, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan
kebutuhan aktualisasi diri.
b) Teori ERG (Alderfer): Teori ERG menggantikan hierarki dalam tiga kategori
utama: Kebutuhan Eksistensi (Existence), Kebutuhan Hubungan
(Relatedness), dan Kebutuhan Pertumbuhan (Growth). Kebutuhan eksistensi
mencakup kebutuhan fisik dan materi, kebutuhan hubungan mencakup
hubungan sosial, dan kebutuhan pertumbuhan mencakup pengembangan
pribadi dan pencapaian.
2) Pengurutan dan Pemenuhan Kebutuhan:
a) Teori Hierarki Kebutuhan (Maslow): Menurut Maslow, individu cenderung
memenuhi kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah sebelum pindah ke
tingkat yang lebih tinggi dalam hierarki. Dengan kata lain, ketika kebutuhan
dasar terpenuhi, individu baru akan fokus pada kebutuhan yang lebih tinggi.
b) Teori ERG (Alderfer) : Teori ERG mengakui bahwa individu dapat
memperjuangkan pemenuhan kebutuhan di beberapa tingkat secara
bersamaan. Ini berarti bahwa jika kebutuhan di tingkat yang lebih tinggi tidak
terpenuhi, individu dapat kembali ke tingkat yang lebih rendah untuk
memenuhi kebutuhan lain.
3) Relevansi di Tempat Kerja:
a) Teori Hierarki Kebutuhan (Maslow): Teori Maslow sering diterapkan dalam
konteks pengembangan karir dan manajemen karyawan. Ini digunakan untuk
memahami dan memotivasi karyawan dengan cara memastikan kebutuhan
mereka terpenuhi di berbagai tingkatan hierarki.
b) Teori ERG (Alderfer): Teori ERG juga dapat digunakan dalam manajemen
sumber daya manusia dan pengembangan organisasi. Ini memberikan
pemahaman tentang kebutuhan karyawan dan bagaimana mempertimbangkan
variasi dalam pemenuhan kebutuhan mereka.
4) Faktor Ketidakpuasan:
a) Teori Hierarki Kebutuhan (Maslow): Maslow berpendapat bahwa kekurangan
pemenuhan kebutuhan di tingkat yang lebih rendah dapat menyebabkan
ketidakpuasan yang signifikan. Misalnya, jika kebutuhan fisik atau keamanan
tidak terpenuhi, individu mungkin sangat tidak puas.
b) Teori ERG (Alderfer): Teori ERG mengakui bahwa individu dapat
mengalami ketidakpuasan jika kebutuhan di tingkat yang lebih tinggi tidak
terpenuhi, tetapi ketidakpuasan ini dapat diimbangi dengan pemenuhan
kebutuhan di tingkat yang lebih rendah.
Secara keseluruhan, kedua teori ini berkontribusi pada pemahaman tentang bagaimana
kebutuhan individu memengaruhi perilaku dan motivasi mereka, tetapi Teori ERG oleh
Alderfer memberikan fleksibilitas lebih dalam mengenali bahwa individu dapat memiliki
beberapa kebutuhan yang saling berinteraksi secara bersamaan, tanpa harus mengikuti
hierarki yang kaku seperti dalam Teori Hierarki Kebutuhan oleh Maslow.
4. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis kesalahan persepsi yang sering terjadi
Kesalahan persepsi adalah distorsi atau ketidakakuratan dalam cara seseorang memandang
atau menginterpretasikan informasi dan pengalaman. Kesalahan persepsi dapat memengaruhi
komunikasi, pengambilan keputusan, dan hubungan antarpribadi. Berikut beberapa jenis
kesalahan persepsi yang sering terjadi:
1) Stereotiping : Stereotip adalah pandangan umum atau prasangka yang melibatkan
atribut tertentu yang dihubungkan dengan kelompok tertentu. Kesalahan ini terjadi
ketika seseorang menggeneralisasi atau membuat asumsi negatif atau positif tentang
individu atau kelompok berdasarkan stereotip mereka, tanpa mempertimbangkan
perbedaan individu.
2) Efek Pembenaran Diri (Self-Serving Bias) : Ini adalah kecenderungan untuk menilai
diri sendiri dalam cara yang menguntungkan dan menyalahkan faktor eksternal ketika
sesuatu tidak berhasil. Seseorang mungkin merespons keberhasilan dengan atribusi
internal positif (saya hebat) dan kegagalan dengan atribusi eksternal (itu bukan
kesalahan saya).
3) Efek Primasi (Primacy Effect) dan Efek Kesegaran (Recency Effect) : Efek primasi
adalah kecenderungan untuk memberikan lebih banyak perhatian dan bobot pada
informasi yang diterima pertama kali. Sebaliknya, efek kesegaran adalah
kecenderungan untuk memberikan lebih banyak perhatian pada informasi yang
diterima terakhir. Ini dapat mengakibatkan penilaian yang tidak seimbang terhadap
seseorang atau situasi.
4) Pengaruh Halo : Kesalahan persepsi ini terjadi ketika pandangan positif atau negatif
tentang satu aspek seseorang atau sesuatu memengaruhi pandangan secara
keseluruhan. Sebagai contoh, jika seseorang memiliki satu atribut positif, maka
cenderung dianggap positif dalam hal lain juga.
5) Efek Realisme Nisbi (Relative Realism) : Ini adalah kesalahan persepsi yang terjadi
ketika seseorang menganggap pandangannya lebih objektif atau realistis daripada
pandangan orang lain. Seseorang mungkin merasa bahwa pendapatnya adalah
"pandangan yang benar" dan pandangan orang lain adalah bias.
6) Efek Konfirmasi (Confirmation Bias) : Kesalahan persepsi ini terjadi ketika
seseorang mencari atau memberikan lebih banyak perhatian pada informasi yang
mengkonfirmasi keyakinan atau pandangan yang sudah ada, sambil mengabaikan
atau mengesampingkan informasi yang bertentangan.
7) Efek Dunning-Kruger : Ini adalah kesalahan persepsi yang terjadi ketika individu
yang kurang berpengetahuan atau berkompeten cenderung menganggap diri mereka
lebih berpengetahuan atau berkompeten daripada yang sebenarnya. Mereka mungkin
kurang mampu mengenali keterbatasan mereka.
8) Kesalahan Panggilan Teori : Ini adalah kesalahan persepsi yang terjadi ketika
seseorang menganggap bahwa orang lain memiliki pengetahuan, keyakinan, atau
informasi yang sama dengan mereka, tanpa mempertimbangkan perbedaan dalam
pengalaman atau pemahaman.
9) Efek Penolakan (Rejection Sensitivity) : Kesalahan ini terjadi ketika seseorang
cenderung merasa ditolak atau diserang dalam situasi sosial, bahkan jika tidak ada
niat negatif dari pihak lain. Hal ini dapat mengakibatkan respons emosional yang
berlebihan.
10) Efek Riset (Expectation Effect) : Kesalahan ini terjadi ketika ekspektasi seseorang
memengaruhi persepsinya terhadap kinerja atau perilaku orang lain. Ketika seseorang
mengharapkan sesuatu dari orang lain, itu dapat mempengaruhi cara mereka melihat
hasil.
Kekuasaan:
Pengaruh :
10. Apa definisi budaya organisasi ? jelaskan pula karakteristik dari budaya
organisasi!
Budaya organisasi adalah seperangkat nilai-nilai, norma-norma, keyakinan, sikap, dan
perilaku bersama yang dianut oleh anggota suatu organisasi dan membentuk identitas serta
karakteristik organisasi tersebut. Budaya organisasi menciptakan suatu kerangka kerja yang
mempengaruhi cara individu-individu di dalam organisasi berinteraksi, berkomunikasi, dan
bertindak. Budaya organisasi juga mencerminkan nilai-nilai inti dan pandangan tentang tujuan
dan arah organisasi.