Otniel Dhamara Putra - 10520777 - 4PA13 - Tugas Nilai Tambahan
Otniel Dhamara Putra - 10520777 - 4PA13 - Tugas Nilai Tambahan
Disusun oleh:
10520777
4PA13
Dosen Pengampu:
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu kondisi klinis yang ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal secara bertahap dan tidak dapat dipulihkan. Ini merupakan
permasalahan serius dalam dunia kesehatan, termasuk di Indonesia. Menurut data diagnosis
dokter pada penduduk usia ≥15 tahun pada tahun 2018, prevalensi GGK di Indonesia
mencapai 3,8%, setara dengan sekitar satu juta penduduk.
Berbagai faktor dapat menjadi penyebab GGK, seperti hipertensi, diabetes mellitus,
penyakit ginjal polikistik, glomerulonefritis, dan infeksi saluran kemih. Gejala GGK
bervariasi tergantung pada tingkat keparahan, mulai dari kelelahan, kelemahan,
pembengkakan pada kaki dan tangan, hingga penurunan nafsu makan. Tanpa pengelolaan
yang tepat, GGK dapat mengakibatkan komplikasi serius seperti anemia, hipertensi, penyakit
jantung, dan stroke.
Makalah ini disusun untuk memberikan informasi tentang Gagal ginjal kronik
(GGK), termasuk gejala, faktor risiko, cara pencegahan, dan penanganannya. Makalah ini
diharapkan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang Gagal Ginjal Kronik,
terutama para penderita penyakit ini dan anstisipasi bagi yang belum terdampak.
BAB I
TEORI PENYAKIT
Gagal ginjal kronik adalah hasil dari kerusakan bertahap pada jaringan dan hilangnya
fungsi ginjal secara perlahan. Keadaan ini bisa disebabkan oleh penyakit yang berkembang
cepat dengan awitan mendadak, yang merusak nefron dan menyebabkan kerusakan ginjal
yang tidak dapat dipulihkan (Kowalak, Welsh, & Mayer, 2017).
Sebagai alternatif, menurut Setiati (2015), gagal ginjal kronik merupakan kondisi
klinis yang dicirikan oleh penurunan fungsi ginjal yang tidak dapat dipulihkan pada tingkat
tertentu, memerlukan terapi pengganti ginjal seperti dialisis atau transplantasi ginjal. Gagal
ginjal kronik adalah gangguan progresif dan tidak dapat dibalikkan dalam fungsi ginjal, di
mana tubuh tidak mampu menjaga metabolisme, keseimbangan cairan, dan elektrolit,
sehingga berujung pada kondisi uremia (Smeltzer & Bare, 2013).
Gagal ginjal kronik adalah evolusi dari kegagalan ginjal yang berlangsung secara
perlahan dan progresif, biasanya berlangsung selama satu tahun. Pada kondisi ini, ginjal
kehilangan kemampuan untuk menjaga volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan
asupan makanan yang normal (Price dan Wilson, 2006).
BAB II
TEORI PSIKOLOGI
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu keadaan medis yang dicirikan oleh
penurunan fungsi ginjal yang bersifat progresif dan tidak dapat dipulihkan. Dampak dari
GGK tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga mencakup aspek-aspek psikologis dan sosial yang
dapat memengaruhi kualitas hidup pasien secara negatif.
1. Teori Stres
Teori ini menyatakan bahwa GGK dapat menimbulkan stres baik secara fisik maupun
psikologis pada pasien. Stres fisik dapat muncul akibat gejala GGK, perubahan gaya hidup,
dan efek samping dari pengobatan. Gejala seperti kelelahan, mual, muntah, dan sesak napas
dapat membuat pasien merasa tidak nyaman dan tidak berdaya. Perubahan gaya hidup,
termasuk pembatasan diet dan cairan, juga dapat menimbulkan stres. Efek samping dari
pengobatan, seperti mual dan kelelahan, juga dapat menjadi sumber stres.
2. Teori Kehilangan
Teori ini menyatakan bahwa GGK dapat menyebabkan pasien mengalami berbagai
kehilangan, mulai dari kehilangan fungsi ginjal, kehilangan kontrol atas tubuh, hingga
kehilangan harapan untuk hidup. Kehilangan ini dapat memicu timbulnya berbagai emosi
negatif, seperti kesedihan, kemarahan, dan kecemasan. Dalam konteks teori kehilangan,
kehilangan fungsi ginjal dapat membuat pasien merasa tidak berdaya dan kehilangan kendali
atas kehidupannya. Kehilangan kontrol atas tubuh dapat menimbulkan perasaan malu dan
kurang percaya diri. Sementara kehilangan harapan untuk hidup dapat menyebabkan pasien
merasa putus asa dan kehilangan motivasi untuk menjalani kehidupan.
3. Teori Atribusi
Teori ini menyatakan bahwa individu cenderung memberikan penjelasan terhadap
suatu peristiwa atau pengalaman yang mereka alami. Dalam konteks GGK, peristiwa atau
pengalaman negatif ini dapat mendorong individu untuk memberikan atribusi negatif
terhadap diri mereka sendiri, seperti merasa tidak memiliki daya atau nilai.
4. Teori Harapan
Teori harapan mengemukakan bahwa motivasi individu untuk melakukan suatu tindakan
dipengaruhi oleh keyakinan bahwa tindakan tersebut akan menghasilkan hasil positif. Dalam
situasi GGK, individu mungkin kehilangan harapan untuk menjalani hidup atau
mempertahankan kualitas hidup yang baik.
5. Teori Adaptasi
Teori adaptasi berfokus pada gagasan bahwa individu cenderung berusaha
menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi dalam hidup mereka. GGK merupakan
perubahan besar dalam kehidupan seseorang, dan teori ini menggarisbawahi upaya individu
untuk beradaptasi dengan dampak besar penyakit tersebut.
ANALISIS KASUS
Ny. A, yang berusia 55 tahun, telah menerima diagnosis Gagal Ginjal Kronik (GGK)
pada tahap 5, dengan sejarah penyakit hipertensi dan diabetes mellitus. Sebagai seorang ibu
rumah tangga dengan dua orang anak, Ny. A menghadapi tantangan serius setelah pertama
kali mengalami gejala GGK, seperti bengkak pada kaki dan tangan, kurang nafsu makan, dan
kelelahan, sekitar enam bulan yang lalu. Setelah berkonsultasi dengan dokter, Ny. A
dikonfirmasi menderita GGK pada tahap 5.
Untuk mengatasi kondisinya, Ny. A saat ini menjalani terapi hemodialisa tiga kali
seminggu. Proses pengobatan ini tidak hanya memberikan dampak fisik, tetapi juga
memberikan beban psikologis yang signifikan. Ny. A mengalami tingkat kecemasan dan
depresi yang tinggi terkait dengan kondisinya, merasa kurang percaya diri karena harus
menjalani terapi hemodialisa, dan khawatir tentang masa depan keluarganya.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dalam pendahuluan, kita menggali lebih dalam tentang Gagal Ginjal Kronik (GGK)
sebagai suatu kondisi medis yang mengakibatkan penurunan fungsi ginjal secara progresif
dan irreversible. Ginjal, sebagai organ vital, memiliki peran penting dalam menjaga
keseimbangan cairan dan elektrolit serta menyaring darah dari limbah dan racun. Prevalensi
GGK yang signifikan di Indonesia dan faktor-faktor pemicu, seperti hipertensi dan diabetes
mellitus, menandakan bahwa GGK merupakan masalah kesehatan serius.
Selain dampak fisik, Bab II membahas dampak psikologis GGK dan teori psikologi
yang dapat memberikan wawasan tambahan. Teori stres, teori kehilangan, teori atribusi, teori
harapan, dan teori adaptasi membantu memahami respons individu terhadap GGK. Analisis
kasus Ny. A memberikan gambaran nyata tentang dampak psikologis, termasuk kecemasan
dan depresi, yang dapat memengaruhi kualitas hidup.
Dalam keseluruhan, penanganan GGK tidak hanya melibatkan aspek medis tetapi
juga perlu memperhatikan aspek psikologis dan sosial. Pendekatan holistik ini dapat
membantu pasien, seperti Ny. A, dalam menghadapi tantangan GGK dengan lebih baik,
meningkatkan kualitas hidup, dan membangun dukungan yang solid dari keluarga dan teman-
teman.
2. Saran
Meningkatkan kesadaran dan peran individu dalam menangani dan mencegah GGK
melalui program kesehatan di lingkungan dan penyuluhan. Serta pelayanan kesehatan yang
memadai melalui pemeriksaan rutin dan perawatan bagi mereka yang telah di diagnosis
GGK. Dukungan yang kuat dari keluarga sebagai motivasi untuk sembuh, serta terakhir
melalui upaya pencegahan melalui edukasi, perubahan gaya hidup, dan penanganan dini akan
membantu mengurangi beban penyakit ini.
DAFTAR PUSTAKA
Dila, R. R., & Panma, Y. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Gagal
Ginjal Kronik RSUD Kota Bekasi. Buletin Kesehatan: Publikasi Ilmiah Bidang
kesehatan, 3(1), 41-61.
Pranandari, R., & Supadmi, W. (2015). Faktor risiko gagal ginjal kronik di unit hemodialisis
RSUD Wates Kulon Progo. Majalah farmaseutik, 11(2), 316-320.
Sarjana, D. (2018). Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa. Jurnal Keperawatan Indonesia, 21(1), 1-9.
Sasmita, A., & Hasanah, N. (2015). Hubungan kecemasan dengan kualitas hidup pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Jurnal Keperawatan Indonesia, 18(2), 102-
108.
Ubelhor, K. M., & Covic, A. (2020). Psychological aspects of chronic kidney disease. In C.
R. Parfrey (Ed.), Chronic kidney disease: A guide to clinical management (pp. 133-
150). Oxford University Press.