Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS KASUS

PRAKTIKUK HUKUM ACARA PERDATA KHUSUS

Oleh : Aisyah Putri Utami Azzuri (202110110311259)

Kasus (A)

1. PARA PIHAK
a. Pelaku : Julian (16 Tahun)

 Berdasarkan kepada kasus posisi ini Julian merupakan orang yang dipercaya oleh
Antoni selaku korban untuk dititipkan motornya (Honda New Scoopy Prestige 2023),
namun sepeda motor tersebut telah ia jual kepada tetangga neneknya. Dalam hal ini
Julian dapat dikatakan sebagai pelaku berdasarkan kepada Undang-Undang Nomor 11
tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Pasal 1 angka 3 yang
menyebutkan bahwa :

“Anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut anak


adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun tetapi belum berumur
18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana”

b. Korban : Antoni (16 Tahun)


 Berdasarkan kepada kasus ini Antonio merupakan orang yang telah mempercayakan
motornya kepada Julian sebagai Pelaku untuk dititipkan selama korban berada di
Surabaya, namun dengan sengaja Julian sebagai pelaku telah menjual motor korban
kepada tetangga neneknya. Berdasarkan kepada apa yang telah dilakukan oleh pelaku
kepada korban, Antonio dapat dikatakan sebagai korban berdasarkan kepada Undang-
Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Pasal 1
angka 4 yang menyebutkan bahwa :

“Anak yang menjadi korban tindak pidana yang selanjutnya disebut anak
korban adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang
mengalami penderitaan fisik, mental dan/atau kerugian ekonomi yang
disebabkan oleh tindak pidana.”

c. Saksi : Ibu Julian, Kakak Antoni, Bapak Budi, Nenek Julian


 Berdasarkan kepada kasus ini Ibu Julian, Kakak Antoni, Nenek Julian, dan Bapak Budi
telah memenuhi apa yang dimaksud dalam UU No. 13 Tahun 2006 tentang
Perlindungan Saksi dan Korban Pasal 1 angka 1 yang menyebutkan bahwa :

“Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan


penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang
pengadilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat
sendiri, dan/atau ia alami sendiri”
2. TEMPAT KEJADIAN PERKARA (TKP)
Berdasarkan kepada apa yang disampaikan dalam kasus tersebut dapat disimpulkan
tempat kejadian perkara tersebut, yakni :
a. Rumah Julian : Dalam hal ini rumah julian sebagai tempat awal
korban menitipkan motornya kepada pelaku yang terletak di Jl. Brawijaya No.
20, Margelo, Kota Mojokerto, Jawa Timur.
b. Rumah Pak Budi : Dalam hal ini rumah pak budi sebagai tempat transaksi
antara pelaku dengan saksi sebagai pembeli motor yang terletak di Jl. Gajah
Mada No. 07, Kota Mojokerto

Didalam menentukan lokasi kejadian perkara merujuk kepada Petunjuk Lapangan


No. Pol: Skep/1205/IX/2000 tentang Penanganan Tempat Kejadian Perkara (TKP)
terbagi menjadi 2 (dua) yakni:

a. Tempat dimana suatu tindak pidana dilakukan/terjadi atau akibat yang


ditimbulkannya.
b. Tempat-tempat lain yang berhubungan dengan tindak pidana tersebut
dimana barang barang bukti, tersangka atau korban dapat ditemukan.
3. WAKTU TERJADINYA PERKARA
Berdasarkan kepada kasus posisi ini waktu kejadian perkara terjadi pada 21 Januari
2023 pada rentang waktu 12.30 – 15.00 WIB. Hal ini diperkuat dengan Julian yang izin
keluar rumah kepada ibunya dengan menggunakan sepeda motor Antoni dan kembali
dengan mengendarai gojek.
4. MODUS OPERANDI
Korban yang mulanya menitipkan motornya (Honda New Scoopy Prestige 2023) kepada
pelaku dalam kurun waktu 2 hari yakni pada 20 – 21 Januari 2023 dengan alasan ingin
menjenguk neneknya yang tengah sakit di Surabaya. Modus Operandi atau Cara
Pengoprasian dalam melakukan kejahatan daripada pelaku adalah dengan berupaya
membohongi ibunya bahwa motor yang dititipkan kepada pelaku telah di
ambil/dikembalikan karena korban telah kembali dari Surabaya dan keberadaan Julian
yang tidak berada di rumahnya pada saat korban mencari motornya di rumah pelaku.

5. BARANG BUKTI
Berdasarkan kepada kasus posisi ini dapat disimpulkan bahwa barang bukti pada perkara
tersebut yakni :
a. Sepeda Motor dengan merk (Honda New Scoopy Prestige 2023)
b. Bukti Tanda Terima (Kwitansi) Penjualan Motor yang telah dibayarkan
oleh Pak Budi kepada Pelaku dengan besaran nominal Rp. 22.950.000,- (Dua
Puluh Dua Juta Sembilan Ratus Lima Puuh Ribu Rupiah)
c. Handphone (Iphone 13) yang dibeli pelaku menggunakan uang penjualan
sepeda motor (Honda New Scoopy Prestige 2023) miliki korban
d. Nota Pembelian Handphone (Iphone 13) dengan menggunakan uang
penjualan sepeda motor (Honda New Scoopy Prestige 2023) miliki korban.
6. JENIS KASUS

Berdasarkan kepada yang telah diuraikan didalam kasus posisi, tindakan yang dilakukan
oleh Julian sebagai Pelaku merupakan tindak pidana yang dalam hal ini telah memenuhi
unsur-unsur tindak pidana yakni
a. Unsur Subjektif meliputi subjek dan adanya unsur kesalahan (dolus dan
culpa)
b. Unsur Objektif adalah perbuatannya bersifat melawan hukum, tindakan yang
dilarang atau diharuskan oleh undang-undang/perundangan dan terhadap
pelanggarnya diancam pidana, dan dilakukan dalam waktu, tempat dan keadaan
tertentu.
7. PASAL YANG DIGUNAKAN
Dalam hal ini pasal yang dapat dikenakan kepada Julian sebai pelaku adalah Tindak
Pidana Penggelapan yang diatur dalam Bab XXIV Pasal 372 KUHP yang
menyebutkan bahwa :
“Barang siapa dengan sengaja dan dengan melawan hukum memiliki
barang yang sama sekali atau sebagian kepunyaan orang lain dan berada
dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan, dipidana karena
penggelapan, dengan pidana selama-lamanya empat tahun atau denda
sebesar-besarnya Sembilan ratus rupiah.”
Berdasarkan kepada pasal ini yang dapat menjelaskan bahwa penggelapan merupakan
penyalahgunaan kepercayaan hak yang mana tidak boleh melampaui dari haknya
sebagai seorang yang diberi kepercayaan untuk menguasai benda tersebut bukan karena
kejahatan.
8. KOMPETENSI ABSOLUT & RELATIF
a. Kompensi Absolut
Kompetensi absolut adalah kewenangan pengadilan untuk mengadili suatu
perkara menurut obyek, materi atau pokok sengketa. Dengan ini
kompetensi absolut dari perkara ini adalah Pengadilan Negeri
b. Kompetensi Relatif
Kompetensi relatif berhubungan dengan kewenangan pengadilan untuk
mengadili suatu perkara sesuai dengan wilayah hukumnya. Dengan ini
kompetensi relatif dari perkara ini adalah Pengadilan Negeri Mojokerto
Kasus (B)

1. PARA PIHAK
a. Pelaku : Rahmat Bagas
Berdasarkan kepada kasus posisi ini Rahmat Bagas merupakan seorang anggota TNI
yang telah melakukan penganiayaan kepada teman lettingnya yakni Ahmad Hafid
memukul Ahmad Hafid menggunakan batang besi selama 2 kali pada bagian bahu
sebelah kanan hingga Ahmad Hafid tersungkur. Maka dalam hal ini Rahmat Bagus
dapat dikatakan sebagai pelaku penganiayaan terhadap saudara Ahmad Hafid yang
didasarkan kepada Pasal 1 angka 25 UU No.31 tahun 1997 tentang Peradilan
Militer yang menyebutkan bahwa :
“Tersangka adalah seseorang yang termasuk yustisiabel peradilan militer,
yang karena perbuatannya atau keadaannya berdasarkan bukti permulaan
patut diduga sebagai pelaku tindak pidana.”
b. Korban : Ahmad Hafid
Berdasarkan kepada kasus posisi Ahmad Hafid sebagai korban merupakan teman satu
letting Rahmat Bagas sebagai pelaku yang dianiaya dengan menggunakan
menggunakan batang besi selama 2 kali pada bagian bahu sebelah kanan. Maka dalam
hal ini Ahmad Hafid dapat dikatakan sebagai korban penganiayaan yang dilakukan
oleh saudara Rahmat Bagas.
c. Saksi : Pratu Fajar Wahyu
Berdasarkan kepada kasus posisi Pratu Fajar Wahyu menjadi saksi yang melihat
kejadian tersebut dan langsung berteriak minta meminta bantuan untuk melarikan
Ahmad Hafid yang terkapar hingga tidak sadarkan diri ke rumah sakit terdekat.
Dalam hal ini Pratu Fajar Wahyu dengan dasar Pasal 1 angka 27 UU No.31 tahun
1997 tentang Peradilan Militer yang menyebutkan bahwa :
“Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna
kepentingan penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang suatu perkara
pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri.”
2. TEMPAT KEJADIAN PERKARA (TKP)

Berdasarkan kepada apa yang disampaikan dalam kasus tersebut dapat disimpulkan
tempat kejadian perkara tersebut yakni pada tanggal 11 Februari 2024 pukul 22.00 WIB
di Pos Penjagaan Divif 2 Kostrad yang berkedudukan di Song Song, Jl. Raya
Singosari, Song Song, Ardimulyo, Kec. Singosari, Kab. Malang, Jawa Timur.
3. WAKTU TERJADINYA PERKARA
Berdasarkan kepada kasus posisi ini waktu kejadian perkara terjadi pada tanggal 11
Februari 2024 pukul 22.00 WIB setelah jatuh tempo penagihan hutang yang dilakukan
oleh pelaku.
4. MODUS OPERANDI
Berdasarkan permasalahan Ahmad Hafid yang meminjam uang kepada Rahmat Bagas
sebesar Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah) dan ternyata pada saat jatuh tempo didapatkan
oleh Rahmat Bagas perlakuan yang tidak enak dan caci maki oleh Ahmad Hafid sambil
mendorong Rahmat Bagas hingga terjatuh Modus Operandi atau Cara Pengoprasian
dalam melakukan kejahatan daripada pelaku adalah dengan merancanakan sesuatu
untuk membalas perbuatan Ahmad Hafid yakni pada saat melaksanakan dinas jaga
sendirian, dari belakang Rahmat Bagas memukul Ahmad Hafid menggunakan batang
besi sebanyak 2 kali pada bagian bahu sebelah kanan hingga Ahmad Hafid tersungkur.
5. BARANG BUKTI
Berdasarkan kepada kasus posisi ini dapat disimpulkan bahwa barang bukti pada perkara
tersebut yakni :
a. Batang besi yang digunakan pelaku untuk menganiaya korban sebanyak 2 kali
pada bagian bahu sebelah kanan hingga Ahmad Hafid tersungkur.
b. Hasil Visum et Repertum Rumah Sakit TNI AD Lawang Nomor
020/VER/II/2024 tanggal 15 Februari 2024 bahwa Pratu Ahmad Hafid
mengalami patah tulang selangka sebelah kanan akibat pukulan benda tumpul,
sehingga butuh proses penyembuhan butuh waktu selama 6 sampai 8 minggu.
c. CCTV pada Pos Penjagaan Divif 2 Kostrad yang telah menangkap rekaman
terjadinya penganiayaan atas Ahmad Hafid yang dilakukan oleh Rahmat Bagas.
6. JENIS KASUS

Berdasarkan kepada yang telah diuraikan didalam kasus posisi, tindakan yang dilakukan
oleh Julian sebagai Pelaku merupakan tindak pidana yang dalam hal ini telah memenuhi
unsur-unsur tindak pidana yakni :
c. Unsur Subjektif meliputi subjek dan adanya unsur kesalahan (dolus dan
culpa)
d. Unsur Objektif adalah perbuatannya bersifat melawan hukum, tindakan yang
dilarang atau diharuskan oleh undang-undang/perundangan dan terhadap
pelanggarnya diancam pidana, dan dilakukan dalam waktu, tempat dan keadaan
tertentu.
7. PASAL YANG DIGUNAKAN
Dalam hal ini pasal yang dapat dikenakan kepada Rahmat Bagas sebagai pelaku adalah
Pasal 353 ayat (1), ayat (2) yang menyebutkan bahwa :
1. Penganiayaan dengan rencana lebih dulu diancam dengan pidana
penjara empat tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan luka berat, yang bersalah dikenakan
pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Aturan tindak pidana yang dilakukan oleh TNI tertuang dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana Militer (KUHPM). Namun, didalam pelaksanaannya, ketentuan yang
digunakan bagi TNI yang melakukan tindak pidana selama dikategorikan sebagai tindak
pidana umum, tetap menggunakan aturan yang terdapat dalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP).
8. KOMPETENSI ABSOLUT & RELATIF
a. Kompensi Absolut
Kompetensi absolut adalah kewenangan pengadilan untuk mengadili suatu
perkara menurut obyek, materi atau pokok sengketa. Dalam hal ini Pasal 10
Undang-Undang Peradilan Militer menyebutkan bahwa Pengadilan dalam
lingkungan peradilan militer mengadili tindak pidana yang dilakukan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 angka 1 yakni :
1. tempat kejadiannya berada di daerah hukumnya; atau
2. terdakwanya termasuk suatu kesatuan yang berada di daerah.
Dengan ini kompetensi absolut dari perkara ini adalah Pengadilan Militer.
b. Kompetensi Relatif
Kompetensi relatif berhubungan dengan kewenangan pengadilan untuk
mengadili suatu perkara sesuai dengan wilayah hukumnya. Namun, pengadilan
militer saat ini hanya tersedia di beberapa kota, sebagaimana melihat perkara
berada dalam lingkup wilayah Jawa Timur, dengan mempertimbangkan lokasi
terdekat yang dari lingkup wilayah tersebut. Maka dengan ini kompetensi relatif
dari perkara ini adalah Pengadilan Militer Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai