Anda di halaman 1dari 97

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGOLAHAN SAMPAH

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3 REGULER 2

1. Delia Andini 2013451053


2. Denita Mutiara 2013451054
3. Dennaya Okti Gintari E. Hidayat 2013451055
4. Diah Ayu Septiana 2013451057
5. Firda Ayu Romadhani 2013451064
6. Hanan Naila Ainnurofiqoh 2013451065
7. Lucy Rinda Melati Sari 2013451084
8. Nadia Adila Sudrajat 2013451094
9. Natasya Ernico Putri 2013451095
10. Nevy Rahmawati 2013451097

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PROGRAM STUDI DIII SANITASI

TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum Pengelolaan Sampah ini ditujukan sebagai persyaratan


mengikuti Mata Kuliah Pengelolaan Sampah Jurusan Kesehatan Lingkungan
Politeknik Kesehatan Tanjung Karang Tahun Ajaran 2022.

Bandar Lampung, April 2022

Mengetahui Mengetahui
Koor unit penanggung Jawab Penanggung Jawab Mata Kuliah
Pendidikan Pengelolaan sampah

Dr. Ferizal Masra, SKM.,M.Kes. Linda Barus, ST., M.Si.


Nip. 196412071987031001 Nip. 196208161985032003

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan hasil praktikum ini disusun untuk persyaratan dalam mengikuti


praktikum selanjutnya pada Mata Kuliah Pengelolaan Sampah di Politeknik
Kesehatan Tanjung Karang Jurusan Kesehatan Lingkungan Tahun Ajaran 2022.

Bandar Lampung, April 2022

Menyetujui;

Pembimbing Praktikum Pembimbing Praktikum

Bayu Permadi Utomo, Amd.KL. Prihantoro, SKM

iii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
praktikum mata kuliah Pengelolaan Sampah.

Laporan ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan
Sampah. Selain itu kami berharap laporan ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan serta menambah pengetahuan bagi penulis dan juga
bagi para pembacanya. Dalam menyusun laporan ini kami berusaha sebaik
mungkin untuk mendapatkan sumber-sumber dan informasi, baik dari
buku-buku ataupun website.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah Pengelolaan


Sampah yang telah membimbing kami dalam menyusun praktikum.
Dalam penyusunan laporan praktikum ini kami menyadari masih terdapat
kekurangan di dalamnya, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari para pembaca untuk kesempurnaan
panduan praktikum ini.

Bandar Lampung, April 2022

Kelompok 3

iv
LEMBAR KONSUL

TANGGAL MATERI KONSULTASI PARAF

21 februari 2022 Acc laporan praktikum identifikasi


sampah

7 maret 2022 Acc autocad identifikasi sampah

17 maret 2022 Acc laporan praktikum biogas

8 april 2022 Acc laporan praktikum kompos

14 april 2022 Acc laporan praktikum incenrator

v
DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………………….…i

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii

LEMBAR PERSETUJUAN…….……………..………………..………………..iii

KATA PENGANTAR............................................................................................iv

LEMBAR KONSUL………………………………………………………………v

DAFTAR ISI…………………………………………………………………...…vi

PRAKTIKUM I........................................................................................................7

PRAKTIKUM II...................................................................................................33

PRAKTIKUM III...................................................................................................47

PRATIKUM IV......................................................................................................65

vi
PRAKTIKUM I

IDENTIFIKASI SAMPAH

Hari/tanggal : Kamis, 3 Februari 2022

Waktu : 09.30 s/d Selesai

Tempat : Bengkel Kerja (Workshop), Kampus Kesehatan Lingkungan

Tujuan : 1. Untuk mengetahui timbuan sampah

2. Untuk mengetahui dan mampu mengindentifikasi sampah

berdasarkan jenisnya

I. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sampah
Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah
adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak diapakai, tidak disenangi
atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan
tidak terjadi dengan sendirinya.(Dobiki, 2018)

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 81 tahun


2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis
sampah rumah tangga, Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang
sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi
pengurangan dan penanganan sampah.

Sampah merupakan materi atau zat baik yang bersifat organik


maupun anorganik yang dihasilkan dari setiap aktifitas manusia, baik
aktifitas dalam rumah tangga, industri, maupun kegiatan komersil,
kegiatan kelembagaan dan aktifitas industri, sampah sudah dianggap
bernilai lagi. ( Cointrean dalam Satori, 2010)

7
Sampah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari hasil
aktifitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai
ekonomi. Menurut kamus istilah lingkungan hidup, sampah
mempunyai definisi sebagai bahan yang tidak mempunyai nilai,
bahan yang tidak berharga untuk maksud biasa, pemakaian bahan
rusak, barang yang cacat dalam pembikinan manufaktur, materi
berkelebihan, atau bahan yang ditolak.(Hadiwiyoto, 2014)

B. Sumber-Sumber Sampah
Sampah berasal dari berbagai sumber, berikut adalah sumber-
sumber sampah (Hadiwiyoto, 2014):
a. Perumahan
Sampah perumahan dihasikan dari keluarga kecil, atau beberapa
keluarga tinggal Bersama, apartemen kecil, menengah , dan tingkat
tinggi. Tipe- tipe sampah tesebut ialah Sampah makanan, kertas,
kardus, plastik, tekstil, kulit, sampah kebun, kayu, kaca, kaleng
timah, aluminium, logam lainnya, debu daun dari jalan, sampah
khusus (termasuk barang-barang besar, elektronik, barang
elektronik besar, sampah kebun yang dikumpulkan terpisah; batere,
oli dan ban), sampah rumah tangga berbahaya.
b. Komersil
Sampah komersil dihasilkan dari Toko, restoran, pasar, bangunan
kantor, hotel, motel, percekatan unit pelayanan, bengke, dan lain-
lain. Tipe- tipe sampah tesebut ialah Kertas, kardus, plastik, kayu,
sampah makanan, kaca, logam, sampah khusus (lihat di atas)
sampah berbahaya, dan lain-lain.
c. Institusi
Sampah Institusi dihasilkan dari Sekolah, rumah sakit, penjara,
pusat pemerintahan. Tipe- tipe sampah tesebut ialah kertas, kardus,
plastik, kayu, sampah makanan, kaca, logam, sampah khusus (lihat
di atas) sampah berbahaya, dan lain-lain.
8
d. Konstruksi dan pembongkaran
Sampah Konstruksi dan pembongkaran dihasilkan dari Area
konstruksi baru, area renovasi/ perbaikan jalan, peruntuhan
bangunan, perkerasan yang rusak. Tipe- tipe sampah tesebut ialah
kayu, baja, beton, tanah.
e. Pelayanan perkotaan
Sampah Pelayanan perkotaan dari Pembersihan jalan, pertamanan,
pembersihan cekungan, area parkir dan pantai, tempat rekreasi
lainnya. Tipe- tipe sampah tesebut ialah Sampah khusus, kotoran,
hasil penyapuan jalan, sisa penghiasan pohon dan pertamanan,
pusing dari cekungan, sampah umum dari area parkir, pantai dan
tempat rekreasi.
f. Unit pengolahan ; incinerator kota
Sampah Unit pengolahan ; incinerator kota dihasilkan dari Proses
pengolahan air, air limbah, indusir, dan lain-lain. Tipe sampah
tesebut ialah Limbah unit pengolahan, pada dasarnya terdiri dari
residu lumpur.
g. Sampah perkotaan
Sampah perkota dihasilkan dari seluruh sampah diatas, dan tipe-
tipe sampah tersebut adalah seluruh sampah diatas.
h. Industri
Sampah industry dihasilkan dari Konstruksi, fabrikasi, produksi
ringan dan berat, perpipaan, unit kimia, pembangkit energi,
pembongkaran dan lain-lain. Tipe-tipe sampah tersebut adalh
limbah proses industry, potongan material, dan lain- lain. Sampah
non- industri meliputi sampah makanan, debu, pembongkaran dan
konstruksi, sampah khusus, sampah berbahaya.
i. Pertanian
Sampah pertanian dihasilkan dari Tanaman baris, kebun buah-
buahan, kebun angg ur, produksi susu, penggemukan, peternakan,
9
dan lain-lain. Tipe-tipe sampah tersebut adalah Sampah makanan
yang rusak, sampah pertanian, kotoran, sampah berbahaya.

C. Karakteristik Sampah
Karakteristik sampah sangat bervariasi, karakteristik sampah yang
diketahui atau ditampilkan dalam penanganan sampah yaitu
karakteristik kimia dan karakteristik fisika. Halini tegantung
komponen-komponen yang tedapat dalam sampah itu sendiri. Ciri-ciri
sampah dari berbagai daerah atau tempat serta jenisnya yang berbeda-
beda dapat memungkinkan perbedaan sifat-sifatnya pula. Untuk itu
sampah dinegara maju akan berbeda susunannya dengan sampah-
sampah yang ada di negara yang masih berkembang. (Linda Barus,
2021)
Karakteristik sampah dapat dikelompokkan menurut sifatnya, yaitu
(Linda Barus, 2021):
1. Karakterikstik fisik : yang paling penting adalah
densitas,
kadar volatile, kadar abu, nilai
kalor,
distibusi ukuran.
2. Karakteristik kimia : Khusus yang menggambarkan
sususnan kimia sampah
tersebut
yang terdiri dari unsur
C,N,O,P,H,S,
dsb.

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Dan Kuantitas


Sampah

10
Sampah baik kualitas maupun kuantitasnya sangat dipengaruhi
oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor
yang penting antara lain(Yeni, 2013):
a. Jumlah penduduk
Semakin banyak penduduk semakin banyak pula sampahnya
b. Keadaan sosial ekonomi
Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakain
banyak jumlah perkapita sampah yang dibuang.

c. Kemajuan tehnologi
Kemajuan tehnologi akan menambah jumlah maupun kualitas
sampah karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara
pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam pula

E. Cara-Cara Pengolahan Sampah


1. Hog Feeding Yaitu cara pengelolaan dengan sengaja
mengorganisir sampah jenis garbage untuk makanan ternak
2. Insenaration (pembakaran) Yaitu dengan pembuangan sampah di
TPA, kemudian dibakar. Pembakaran sampah dilakukan ditempat
tertutup dengan mesin dan peralatan khusus yang dirancang untuk
pembakaran sampah. Sistem ini memerlukan biaya besar untuk
pembangunan, operasional dan pemeliharaan mesin dan peralatan
lain.
3. Sanitary Landfill Yaitu pembuangan sampah dengan cara
menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan lapis demi lapis,
sedemikian rupa sehingga tidak menjadi tempat binatang
bersarang. Cara ini tentu amat bermanfaat jika sekaligus bertujuan
untuk meninggikan tanah yang rendah seperti rawa-rawa,
genangan air dan sebagai.
4. Composting (pengomposan) Merupakan pemanfaatan sampah
organik menjadi bahan kompos. Untuk tujuan pengomposan
11
sampah harus dipilah-pilah sehingga sampah organik dan
anorganik terpisah.
5. Discharge To Seweres Disini sampah harus dihaluskan dahulu
dan kemudian dibuang kedalam saluran pembuangan air bekas.
Cara ini dapat dilakukan pada rumah tangga atau dikelola secara
terpusat dikota-kota. Cara ini membutuhkan biaya yang besar
serta tidak mungkin dilakukan jika sistem pembuangan air kotor
baik.
6. Dumping (penumpukan) Yaitu pembuangan sampah dengan
pemnumpukan diatas tanah terbuka. Dengan cara ini TPA
memerlukan tanah yang luas dan sampah ditumpuk begitu saja
tanpa adanya perlakukan. Sistem Dumping memang dapat
menekan biaya, tetapi sudah jarang dilakukan karena masyarakat
sekitar sangat terganggu. Cara ini berpengaruh buruk terhadap
lingkungan, berupa sumber penyakit, tempat binatang bersarang.
7. Individual Incenerasion Ialah pembakaran sampah yang
dilakukan secara perorangan dirumah tangga. Pembakaran
haruslah dilakukan dengan baik, jika asapnya akan mengotori
udara serta dapat menimbulkan bahaya kebakaran.
8. Recycling Ialah menghancurkan sampah menjadi jumlah yang
lebih kecil dan hasil ya dimanfaatkan misalnya kaleng, kaca dan
sebagainya. Cara ini berbahaya untuk kesehatan, terutama jika
tidak mengindahkan segi kebersihan.
9. Reduction Ialah menghancurkan sampah menjadi jumlah yang
lebih kecil dan hasilnya dimanfaatkan misalnya garbage reduction
yang dapat menghasilkan lemak. Hanya saja biayanya sangat
mahal tidak sebanding dengan hasilnya.

Dalam pasal 12 ayat 1 undang-undang nomor 18 tahun 2008


tentang pengelolaan sampah, setiap orang diwajibkan melakukan

12
pengelolaan atau memilah sampah dengan cara atau metode yang
berwawasan lingkungan. Metode tersebut adalah konsep 3 R, yaitu:
1. Reduce (mengurangi sampah) dalam arti tidak membiarkan
tumpukan sampah yang berlebihan. Reduce juga berarti
mengurangi belanja barang-barang yang tidak terlalu dibutuhkan
seperti baju baru, aksesoris tambahan atau apapun yang intinya
adalah pengurangan kebutuhan. Kurangi juga penggunaan kertas
tissu dengan sapu tangan, kurangi penggunaan kertas di kantor
dengan print privew sebelum dicetak agar tidak salah, dan
lainlainnya. Contoh kegiatan Reduce sehari-hari adalah:
a) Memilih produk dengan kemasan yang dapat didaur
ulang;
b) Hindari memakai dan membeli produk yang menghasilkan
sampah dalam jumlah besar; dan/atau
c) Mengurangi penggunaan bahan sekali pakai.
2. Reuse (menggunakan kembali sisa sampah yang bisa digunakan).
Contoh kegiatan Reuse sehari-hari adalah:
a) Memilih wadah, kantong atau benda yang dapat
digunakan beberapa kali atau berulang-ulang, misalkan
menggunakan sapu tangan daripada menggunakan tissu,
menggunakan tas belanja jenis kain daripada
menggunakan plastik;
b) Mengguanakan alat-alat penyimpanan elektronik yang
dapat dihapus dan ditulis kembali.
3. Recycle (Mendaur ulang sampah). Paling mudah adalah mendaur
ulang sampah anorganik. Salah satu hasil dari karya daur ulang
sampah menggunakan botol plastik air minum atau apapun
sebagai pot tanaman, sampai mendaur ulang kertas bekas untuk
menjadi kertas kembali. Contoh kegiatan Recycle sehari-hari
adalah:

13
a) Memilih produk yang dapat didaur ulang dan mudah
terurai;
b) Melakukan pengolahan sampah organik menjadi kompos;
dan/atau
c) Melakukan pengolahan sampah non organik menjadi
barang yang bermanfaat bahkan mempunyai nilai jual.

II. ALAT DAN BAHAN

a. Alat

No Nama alat gambar Fungsi

Tempat memililah
1 TERPAL
sampah

Melindungi tangan
agar tidak
2 HANSCOON
bersentuhan langsung
dengan sampah

14
Mengumpulkan
3 TRANSBAG
sampah

Mempermudah saat
GARPU
4 memilah sampah
SAMPAH

Tempat menyatukan
BOX
5 semua sampah yang
SAMPLING
telah dikumpulkan
SAMPAH

Menimbang berat
6 TIMBANGAN
sampah

15
Melindungi tubuh
dari paparan partikel
7 MASKER
dan virus berbahaya
yang ada di sampah

b. Bahan

No Nama Bahan Gambar Fungsi

Bahan praktikum
1 SAMPAH identifikasi sampah

III. PROSEDUR KERJA


1. Mebagikan tras bag kepada masing-masing anggota kelompok.
2. Masing-masing anggota kelompok memasukan sampah rumah tangga
yang telah dikumpulkan selama 1 hari kedalam tras bag yang telah
disediakan
3. Membawa sampah yang telah dikumpulkan selama 1 hari menuju
jurusan sanitasi lingkungan
4. Timbang hasil sampah yang telah dikumpulkan masing-masing
anggota kelompok
5. Kemudian catat hasil penimbangan dan di totalkan jumlah nya.
6. Siapkan box sampling dan timbang box sampling dalam keadaan
kosong
7. Siapkan bak sampah dengan volume 1m3 untuk menampung sampah
yang akan dipilah

16
8. Tuangkan sampah kedalam bak sampah yang telah tersedia, lalu
padatkan
9. Lalu pasang terpal ditempat yang telah disediakan
10. Kemudian, tuangkan sampah yang telah dipadatkan pada terpal
11. Pisahkan dan bedakan sampah menurut jenis-jenisnya, dengan
menggunakan tangan yang telah menggunakan handscoon dan garpu
sampah
12. Setelah sampah telah terkumpul dengan masing-masing jenis,
masukkan sampah kedalam trash bag lalu timbang sampah yang telah
dipilah tersebut, dan catat hasil timbangan sampah setelah dipilah
berdasarkan jenisnya.

17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Hasil
Tabel 1 hasil dari pengumpulan sampah perindividu

No Nama Berat sampah


1 Adel 2,25Kg
2 Desi 1,25Kg
3 Sinta 2,5Kg
4 Erika 2Kg
5 Hani 3,25Kg
6 Intan 4,25Kg
7 Neli 2Kg
8 Made 2Kg
9 Fajri 2,7Kg
10 Diki 2,7Kg
11 Fahri 2,7Kg
12 Eka 2Kg
13 Nevy 2,8kg
14 Delia 2,8kg
15 Denita 2,8kg
16 Lucy 2,8kg
17 Hana 2,8kg
18 Diah 1kg
19 Firda 1,5kg
20 Nadia 0,9kg
21 Dinda 2,8kg
22 Natasya 0,5kg
23 Denaya 1,1kg
24 Wayan 0,9kg
25 Yustika 1,5kg
26 Riska 0,8kg
27 Sherly 1,6kg
18
28 Panca 0,5kg
29 Sila 1,5kg
30 Dila 5kg
31 Reza 2kg
32 Ara 1,2kg
33 Sefira 13 kg
Total 79,9 kg

Tabel 2 hasil pengumpulan sampah sesuai jenis


A Sampah Anorganik Berat Sampah Persentase
1 Plastik 11 kg 13,7 %
2 Kertas 7,3 kg 9,13%
3 Botol 1,3 kg 1,64%
4 Gelas 0,2 kg 0,25%
Total 24,72%
B Sampah Organik Berat Sampah Persentase
1 Sayuran 25,1 kg 31,4%
2 Buah-buahan 21 kg 26,2%
3 Tumbuhan 14 kg 17,5%
Total 75,2 %
JUMLAH TOTAL 79,9kg 99,82 %

Timbulan sampah : 79,9 kg


Kapasitas box : 1m3
Berat jenis sampah = massa sampah
Volume tempat
= 79,9
1m3
= 79,9 kg/ m3

19
= 79,9
1000

= 0.0799 kg/l

Persentase komposisi %

1. Sampah Anorganik
 Plastic :
Jumlah sampah
x100%
Jumlah total sampah
11kg
x100%= 13,7%
79,9 kg

 Kertas :
Jumlah sampah
x100%
Jumlah total sampah
7,3kg
x100%= 9,13%
79,9 kg

 Botol :
Jumlah sampah
x100%
Jumlah total sampah
1,3kg
x100%= 1,64%
79,9 kg
 Gelas :

Jumlah sampah
x100%
Jumlah total sampah
0,2kg
x100%= 0,25%
79,9 kg
2. Sampah organik
• Sayuran :

20
Jumlah sampah
x100%
Jumlah total sampah
25,1kg
x100%= 31,4%
79,9 kg
• Buah-buahan :
Jumlah sampah
x100%
Jumlah total sampah
21kg
x100%= 26,2%
79,9 kg
• Tumbuhan :
Jumlah sampah
x100%
Jumlah total sampah
14kg
x100%= 17,5%
79,9 kg

a. Desain kontainer
Diketahui :
1. Anorganik 19,8 kg / 33 orang = 0,6 kg/hari
2. Organik 60,1 kg / 33 orang = 1,82 kg/hari
3. Pengangkutan sampah anorganik (3 hari)
= 0,6 kg/hari x 3 =1,8 kg/3 hari
4. Pengangkutan sampah organic (3 hari)
= 1,82 kg/hari x 3 = 5,49 kg/3 hari

Perhitungan :
1. Anorganik
= 1,8 kg/3hari x 1000
= 1.800 cm3/3hari
Ukuran kontainer Anorganik
V= PxLxT
1.800 = 18cm x 10 cm x 10 cm

2. Organik

21
= 5,49 kg/3 hari x 1000
= 5.490cm3/ 3 hari
Ukuran container organik
V=PxLxT
5.490= 20 cm x 18 cm x15,25 cm
b. Desain TPS
Diketahui :
Jumlah KK = 33 KK
Satu KK= 5 orang
Maka 33 KK x 5 = 165 Orang
Satu orang menghasilkan 2,4 kg/orang /hari.
Maka= 2,4kg/O/Hari x 165 Orang
1000
= 0,4 m3/Hari.
Pengangkutan 3 hari, maka:
= 0,4 m3/Hari x 3 Hari
= 1,2 m3/3hari.

Jadi,timbulan sampah /3 hari adalah 1,4 m3/3 hari


Ukurannya TPS pengangkut 3 hari:
V= P x L x T
1,2 = 1,2 m x 1 m x 1 m
Maka = P = 1,2 m
L=1m
T=1m

c. Luas dinding bagian depan, belakang, dan pondasi


L =PxL
= 1,2 m3 x 1 m
=1,2 m3 x 3
= 3,6 m3
22
d. Luas dinding bagian samping (kanan, dan kiri)
L =Pxt
= 1,2 m3 x 1 m
= 1,2 m3 x 3
= 3,6 m3
e. Kebutuhan bata
 Bata
= 1 m2 : ( 0,22 + 0,02 ) x ( 0,05 + 0,02 )
= 1 m2 : ( 0,24 x 0,07 )
= 1 m2 : 0,0168
= 59,9 = 60 bata
 Luas dinding bagian depan, belakang, dan pondasi
= 3,6 m2 x 60 bata
= 216 bata
 Luas dinding bagian samping (kanan, dan kiri)
= 3,6 m2 x 60 bata
= 216 bata

f. Kebutuhan semen dan pasir


Untuk bata ukran 22 x 11 x 5 dengan luas 1 m 2, sesuai dengan
SNI
2008, membutuhkan material semen 8,32 kg danpasir 0,049 m2
 Luas dinding bagian depan, belakang, dan pondasi
Semen :
= 8,32 x 3,6 m2
= 29,952 kg
= 29,952 kg
40 kg
= 1,49 = 2 sak
23
Pasir :
= 0,049 x 3,6 m2
= 0, 1764 m2 sak pasir
 Luas dinding bagian samping (kanan, dan kiri)
= Semen :
= 8,32 x 3,6 m2
= 29,952 kg
= 29,952 kg
40 kg
= 1,49 = 2 sak
Pasir :
= 0,049 x 3,6 m2
= 0, 1764 m2 pasir

g. Total anggaran
Bahan Kebutuhan Harga Total
Bata 432 buah Rp. 650,- Rp. 280.800,-
Pasir 0,4 m3 Rp.300.000,- Rp. 120.000,-
Semen 4 sak Rp. 60.000,- Rp. 240.000,-
Total Rp. 640.800,-

b. Pembahasan
Dalam praktikum ini langkah pertama timbang total
sampah yang sudah dikumpulkan lalu letakkan sampah kedalam
bak sampah bervolume 1 m3, padatkan sampah yang sudah
diletakan bak sampah lalu tuangkan sampah diatas terpal yang
sudah digelar. Pisahkan sampah berdasarkan jenisnya.
Pemisahan sampah dilakukan dengan cara memilah sampah
berdasarkan jenis sampah organik, anorganik dan B3. Sampah
organik adalah sampah yang berasal dari sisa makhluk hidup yang

24
mudah terurai secara alami tanpa proses campur tangan manusia
untuk dapat terurai. Contohnya sisa sayur,kulit pisang, buah yang
busuk, kulit bawang, daun- daun kering, dan sejenisnya. Sampah
anorganik adalah sampah yang sudah tidak dipakai lagi dan sulit
terurai.Contohnya plastik, botol/kaleng minum, kresek, kaca dan
sejinisnya.Sedangkan B3 adalah zat, energi dan/ atau jumlahnya,
baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan,
merusak lingkungan hidup.
Setelah melakukan pemisahkan sampah menurut jenis
sampah, lakukan penimbangan menurut jenis sampah. Setelah
ditimbang menurut jenis sampah, totalkan sampah lalu hitung
persentase sampah, dan dari hasil praktikum yang telah kami
lakukan diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut :

Persentase Sampah Anorganik :

Jumlah sampah
x100%
Jumlah total sampah
19,8kg
x100%= 24,79%
79,9 kg

Persentase Sampah organik :

Jumlah sampah
x100%
Jumlah total sampah
60,1kg
x100%= 75,2%
79,9 kg

Berdasarkan hasil praktikum yng telah dilakukan, mendapatkan


hasil pehitungan desain container dan TPS yaitu:
1. Jumlah anorganik 19,8 kg /3hari x 3 berjumlah 0,6 kg/3 hari.jadi
ukuran container anorganik P 18 cm L 10 cm T 10 cm .
2. Jumlah organik 60,1 kg/ 3 hari x 1000 berjumlah 5490 cm/ 3
hari.jadi ukuran container organic P 20 cm L 18 cm T 15,25 cm.

25
Jumlah KK 33 kk, 1 KK terdiri dari 4 orang maka 33 kk x 4 = 165
orang satu orang menghasilkan 2,4 kg/orang/hari maka berjumlah
0,4m3/hari. Pengangkutan sampah 3 hari maka berjumlah 1,2 m 3/3
hari, jadi ukuran TPS pengangkutan 3 hari P 1,2 m L 1 m T 1 m.
Kebutuhan/ pengeluaran :
Bahan Kebutuhan Harga Total
Bata 432 buah Rp. 650,- Rp. 280.800,-
Pasir 0,4 m3 Rp.300.000,- Rp. 120.000,-
Semen 4 sak Rp. 60.000,- Rp. 240.000,-
Total Rp. 640.800,-

1. Bata = kebutuhan X Harga


= 432 buah X Rp. 650,-
= Rp. 280.800,-
2. Pasir = kebutuhan X Harga
= 0,4m3 X Rp. 300.000,-
= Rp. 120.000,-
3. Semen = kebutuhan X Harga
= 4 sak X Rp. 60.000,-
= Rp. 240.000,-
Jadi, total anggaran biaya yang dibutuhkan yaitu Rp. 640.800,-

26
V. PENUTUP
a. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang kami lakukan, diperoleh hasil sampah
seberat 79,9 kg, sampah anorganik terdiri dari sampah plastic dengan
berat 11kg dengan presentase 13,7 %, sampah kertas 7,3 kg dengan
presentase 9,13 %, sampah botol 1,3kg dengan presentase 1,64 %,
sampah gelas 0,2kg dengan presentase 0,25 %, sedangkan sampah
organic seberat 60,1 kg dengan presentase 75,2 %.

1. Jumlah anorganik 19,8 kg /3hari x 3 berjumlah 0,6 kg/3 hari.jadi


ukuran container anorganik P 18 cm L 10 cm T 10 cm .
2. Jumlah organik 60,1 kg/ 3 hari x 1000 berjumlah 5490 cm/ 3
hari.jadi ukuran container organic P 20 cm L 18 cm T 15,25 cm.
Jumlah KK 33 kk, 1 KK terdiri dari 4 orang maka 33 kk x 4 = 165
orang satu orang menghasilkan 2,4 kg/orang/hari maka berjumlah
0,4m3/hari. Pengangkutan sampah 3 hari maka berjumlah 1,2 m 3/3
hari, jadi ukuran TPS pengangkutan 3 hari P 1,2 m L 1 m T 1 m.
Kebutuhan/ pengeluaran :
Bahan Kebutuhan Harga Total
Bata 432 buah Rp. 650,- Rp. 280.800,-
Pasir 0,4 m3 Rp.300.000,- Rp. 120.000,-
Semen 4 sak Rp. 60.000,- Rp. 240.000,-
Total Rp. 640.800,-

1. Bata = kebutuhan X Harga


= 432 buah X Rp. 650,-
= Rp. 280.800,-
2. Pasir = kebutuhan X Harga
= 0,4m3 X Rp. 300.000,-
= Rp. 120.000,-
3. Semen = kebutuhan X Harga

27
= 4 sak X Rp. 60.000,-
= Rp. 240.000,-
Jadi, total anggaran biaya yang dibutuhkan yaitu Rp. 640.800,-

b. Saran
1. Dalam praktik ini hendaknya menggunakan handscoon dan masker
guna melindungi tangan dari sampah dan bau dari sampah.
2. Cermati timbangan sampah dari total maupun jenis-jenis sampah
yang ditimbang agar mendapatkan data akurat

28
DAFTAR PUSTAKA

Dobiki, J. (2018). Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota


Universitas Sam Ratulangi Manado. Universitas Sam Ratulangi Manado, 5,
220–228.

Hadiwiyoto, S. (2014). Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Yayasan Idaya, 6–


46.

uu no 18 tahun 2008, pengelolaan sampah. (2008). undang undang tentang


pengelolaan sampah. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA Th,
No.18 2016, 49, 69–73.
https://www.bertelsmann-stiftung.de/fileadmin/files/BSt/Publikationen/
GrauePublikationen/MT_Globalization_Report_2018.pdf%0Ahttp://
eprints.lse.ac.uk/43447/1/India_globalisation%2C society and inequalities
%28lsero%29.pdf%0Ahttps://www.quora.com/What-is-the

Yeni, A. (2013). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penanganan Sampah Rumah


Tangga di Desa Gampong Darat Kecamatan Johan Pahlawan Aceh Barat.
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Teuku Umar, 1–36.

29
LAMPIRAN

KETERAGAM GAMBAR GAMBAR

SAMPAH ORGANIK

SAMPAH CAMPURAN

SAMPAH ANORGANIK

30
31
32
33
PRAKTIKUM II

PEMBUATAN KOMPOS

Judul Praktikum : Pembuatan Kompos


Hari/Tanggal : Jum’at 04 Februari 2022
Waktu : 09:30-11:30 WIB
Tempat : Halaman Belakang D3 Sanitasi Politeknik Tanjung Karang
Tujuan : Agar mahasiswa dapat mengetahui proses cara pembuatan
kompos.

I. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kompos

Kompos adalah hasil penguraian tidak lengkap (parsial) dari campuran


bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara buatan oleh populasi
berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab,
dan aerobik atau anaerobik. (Yuliati, 2015)
Komposting cara pengolahan sampah organik secara alamiah dengan
hasil akhir tidak membahayakan lingkungan dan mempunyai manfaat
sebagai pupuk (Winarko, 2016)
Pengomposan merupakan proses dimana bahan organic mengalami
penguraian secara biologis, dari bahan organic yang masih mentah apapun
bentuk asal nya. Kotoran ternak yang masih segar tidak dapat diserap
haranya oleh tanaman. Apalagi sisa tanaman yang masih segar bugar jug
tidak dapat diserap haranya oleh tanaman.Melihat besarnya sampah organic
yang dihasilkan oleh masyarakat, terlihat potensi untuk mengelola sampah
organic menjadi pupuk organic demi kelestarian lingkungan dan
kesejahteraan masyarakat (Rohendi, 2015)

34
Sampah adalah bahan padat buangan dari kegiatan rumah tangga, pasar,
perkantoran, ruamh penginapan, hotel, rumah makan, industri, atau aktivitas
manusia lainnya. Sampah merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia
yang sudah tidak terpakai. (nurhidayat, 2015)

B . Macam-Macam Sampah

Berdasarkan bahan asalnya, sampah dibedakan menjadi :


1. Sampah Anorganik
Sampah anorganik bukan berasal dari makhluk hidup. Sampah ini bisa
bersal dari bahan yang bisa diperbaharui dan bahan berbahaya serta
beracun. Contohnya bahan yang terbuat dari plastik dan logam.
2. Sampah organik berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan,
maupun tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi sampah organik
basah (kandungan air yang cukup tinggi) contoh diantaranya kulit buah
dan sisa sayuran, sedangkan sampah organik kering (kandungan airnya
kecil) contoh diantaranya kertas, kayu, atau ranting pohon, dedaunan
kering.

Proses pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung lama


hingga 3 bulan. Sehingga di akhir-akhir ini banyak dikembangkan pupuk
organik yang dibuat secara cepat dengan sengaja menambahkan mikroba
dekomposer yang telah diketahui sifat-sifatnya. Mikroba tanah juga
berperan penting dalam proses pelarutan mineral-mineral yang tadinya
berada dalam bentuk senyawa kompleks menjadi bentuk ion, maupun
garam-garam yang dapat diserap oleh akar. Sebagai contoh unsur fosfor
dalam senyawa kompleks batuan akan terlarutkan oleh kelompok pelarut
fosfat sehingga menjadi tersedia bagi tanaman (nyoman, 2012)
Manfaat dari pupuk organik adalah dapat menyediakan unsur hara
makro dan mikro, mengandung asam humat (humus) yang mampu
meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, meningkatkan aktivitas bahan
mikroorganisme tanah, pada tanah masam penambahan bahan organik
35
dapat membantu meningkatkan pH tanah, dan penggunaan pupuk organik
tidak menyebabkan polusi tanah dan polusi air (purwendro, 2015)
Sampah organik secara alami akan mengalami peruraian oleh
berbagai jenis mikroba, binatang yang hidup di tanah, enzim dan jamur.
Proses peruraian ini memerlukan kondisi tertentu, yaitu suhu, udara dan
kelembaban. Makin cocok kondisinya, makin cepat pembentukan kompos,
dalam 4–6 minggu sudah jadi. Apabila sampah organik ditimbun saja,
baru berbulan-bulan kemudian menjadi kompos. Dalam proses
pengomposan akan timbul panas karena aktifitas mikroba. Ini pertanda
mikroba mengunyah bahan organik dan merubahnya menjadi kompos.
Suhu optimal untk pengomposan dan harus dipertahankan adalah 450-
650C. Jika terlalu panas harus dibolak-balik, setidak-tidaknya setiap 7 hari
(nia, 2014)
Tanaman tidak dapat menyerap hara dari bahan organik yang masih
mentah apapun bentuk dan asalnya. Kotoran ternak yang masih segar tidak
bisa diserap haranya oleh tanaman. Apalagi sisa anaman yang masih segar
bugar juga tidak dapat diserap haranya oleh tanaman. Melihat besarnya
sampah organik yang dihasilkan oleh masyarakat, terlihat potensi untuk
mengolah sampah organik menjadi pupuk organik demi kelestarian
lingkungan dan kesejahteraan masyarakat (rohendi, sehari pengelolaan
sampah pasar , 2016)
Proses pengomposan melalui 3 tahapan dan proses perombakan bahan
organik secara alami membutuhkan waktu yang relatif (3-4 bulan),
mikroorganisme umumnya berumur pendek. Sel yang mati akan
didekomposisi oleh populasi organisme lainnya untuk dijadikan substrat
yang lebih cocok dari pada residu tanaman itu sendiri. Secara keseluruhan
proses dekomposisi umumnya meliputi spektrum yang luas dari
mikroorganisme yang memanfaatkan substrat tersebut, yang dibedakan
atas jenis enzim yang dihasilkannya (saraswati, 2015)).

36
C. Berbagai Aspek

Kompos meningkatkan kesuburan dan merangsang tanah yang sehat.


Aktivitas mikroba yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkatkan
dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba yang membantu
penyerapan unsur hara dari tanah, tanaman yang dipupuk dengan kompos
cenderung lebuh baik kualitasnya.

Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek :

1. Aspek Ekonomi

Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah,


Mengurangi volume atau ukuran limbah, Memiliki nilai jual yang lebih
tinggi dari pada bahan asalnya.

2. Aspek Lingkungan

Menekan pertumbuhan atau serangan penyakit tanaman, Meningkatkan


retensi/ketersediaan hara di dalam tanah,,Mengurangi polusi udara
karena pembakaran limbah. Dan pelepasan gas metana dari sampah
organic yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat
pembuangan sampah, Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan.

3. Aspek bagi tanah/tanaman

Meningkatkan kesuburan tanah,Memperbaiki struktur dan karakteristik


tanah,Meningkatkan kapasitas serap air dalam tanah, Meningkatkan
aktifitas mikroba tanah,Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai
gizi, dan jumlah panen), Menyediakan hormon dan vitamin bagi
tanaman., menekan pertumbuhan atau serangan penyakit-penyakit
tanaman, Meningkatkan retensi atau ketersediaan hara di dalam tanah.

37
II. ALAT DAN BAHAN

A. Alat

No Nama alat Gambar Fungsi

Untuk menimbang
sampah organic yang
1 timbangan
akan dijadikan kompos

Untuk tempat
2. terpal pencampuran/pencacahan
bahan-bahan kompos

Untuk mencacah sampah


3. Golok organic

Untuk di jadikan tempat


kompos yang telah
4. drum
dicampurkan

Untuk melindungi
Masker
hidung dan mulut

Untuk melindungi tangan


Handscoon dari bahan yang
berbahaya

38
Mesin
pencacah Digunakan untuk
sampah mencacah sampah
organic organic

B. Bahan

No Nama Bahan Gambar

Sampah organic
1

2 Kotoran ayam

3 EM4

Air
4

5 Gula pasir

39
III. PROSEDUR KERJA

1. Siapkan alat dan bahan.


2. Lalu timbang berat sampah organik yang telah dicincang.
3. Masukan sampah organic kedalam alat penggiling, kemudian cincang
kembali sampah organic
4. Campurkan sampah organik dengan kotoran ayam sampai merata..
5. Larutkan cairan EM4 12 ml dengan air sebanyak 600 ml air
6. Tuangkan larutan EM4 kedalam kompos tersebut aduk sampai merata.
7. Masukan saringan kedalam drum
8. Masukkan kompos kedalam drum lalu padatkan kemudian tutup drum
tersebut.
9. Ukur pH dan kelembapan kompos setiap hari selama 21 hari.
10. Kompos yang sudah jadi dejemur, di tumbuk, di ayak, kemudian
dikemas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1.1 Tabel Berat Sampah perIndividu

No Nama Keterangan
1. Nevy rahmawati 0,6 kg
2. Delia andini 0,6 kg
3. Denita mutiara 0,6 kg
4. Lucy rinda 0,6 kg
5. Hannan naila 0,6 kg

40
6. Diah ayu 1 kg
7. Firda ayu 1,4 kg
8. Nadia adila -
9. Dinda mutiara 1,1 kg
10. Natasya E. 4,2 kg
11. Denaya okti 0,7 kg
Total 12 kg
Berdasarkan Tabel 1.1 Total berat sampah yang di bawa per individu
yaitu 12 kg

VI. 1.2 Tabel berat kotoran hewan dan sekam perkelompok


No. Jenis kotoran Keterangan
1. Kotoran ayam 2 kg
2. Sekam 4 kg
Total 6 kg
Berdasarkan Tabel 1.2 berat kotoran ayam dalam satu kelompok
yaitu 6 kg

1.3 Tabel total penggunaan Air dan Cairan EM4

1 liter EM4 : 1 liter molase : 50 liter air

No Nama Jumlah

1 Air 600 ml air

2 Cairan EM4 12 ml

3. Gula / molase 12 gr

41
Berdasarkan Tabel 1.3,Jumlah Air yang digunakan adalah 600 ml
air ,Jumlah cairan EM4 adalah 12 ml,dan gula/molase 12gr

untuk sampah berjumlah 1000 kg, sedangkan kelompok kami


menggunakan sampah berjumlah 12 kg maka perbandingan EM4
adalah : 12 gr : 12 kg sampah : 600 ml air

( X . A )+(Y . B)
Rumus mencari C/N rasio : =C
d ( X +Y ) +Y

Keterangan :

X : sampah sayuran = 12 kg

Y : sekam dan kotoran

A : sampah sayuran = 12

B : C/N rasio kotoran dan sekam = 200

C : C/N yang diharapkan = 30

Diketahui : X = 12 kg

A = 12

B = 200

C = 30

Ditanya : Y?

42
( X . A )+ ( Y . B )
Jawab : =C
d ( X +Y )+Y

( 10 x 12 ) +(200 xY )
: =30
(10+Y )

120 + 200 Y = 320 + 30 Y

200 Y = 2,6 + 30 Y

30
Y = : 2,6 = 0,05
200

Didapatkan Y = 0,05bagian,

Sedangkan X = 12 Kg akan di olah menjadi kompos, maka di butuhkan


sekitar 0,05 kg sekam untuk menghasilkan kandungan C/N rasio sebesar 30

1.4 Tabel Pengukuran (Suhu, Ph dan Kelembapan) / hari selama 1


minggu
No Hari/tanggal pengukuran PH suhu Kelembapan

1. Sabtu, 05 feb 2022 - - -

2. Minggu,06 feb 2022 - - -

3. Senin, 07 feb 2022 5 42ºC 90%

4. Selasa, 08 feb 2022 5 41ºC 90%

5. Rabu, 09 feb 2022 5,5 41ºC 80%

6. Kamis, 10 feb 2022 5 40 ºC 80%

7. Jum`at 11 feb 2022 5,5 39 ºC 80%

8. Sabtu, 12 feb 2022 - - -

9. Minggu, 13 feb 2022 - - -

10. Senin, 14 feb 2022 5,5 39 ºC 70%


43
11. Selasa, 15 feb 2022 6 42ºC 70%
12. Rabu, 16 feb 2022 6 37°C 60%

13. Kamis, 17 feb 2022 37 ºC 60%


7
14. Jum`at 18 feb 2022 7 35ºC 60%

15. Sabtu, 19 feb 2022 - - -

16. Minggu, 20 feb 2022 - - -

17. Senin, 21 feb 2022 7,5 35ºC 40%


18. Selasa, 22 feb 2022 7,5 33ºC 40%

19. Rabu, 23 feb 2022 - - -

20. Kamis, 24 feb 2022 - - -

21. Jum`at, 25 feb 2022 7,5 33ºC 30%

B. Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, Proses pembuatan


kompos yang dilakukan di halaman belakang mushola sanitasi
lingkungan tersebut berlangsung selama 3 minggu. Proses tersebut
sangat membutuhkan peran mikroba. Dimana mikroba itulah yang
memakan sampah dan hasil pencernaannya adalah kompos, semakin
banyak mikroba maka semakin baik proses komposting.
Pada drum yang digunakan harus diberi lubang udara karena
proses komposting tersebut bersifat aerob (membutuhkan udara).
Aliran udara yang kurang baik dapat menyebabkan mikroba jenis lain
(tidak baik untuk komposting) lebih banyak hidup, sehingga timbul
bau menyengat dan pembentukan kompos tidak terjadi.
Selama proses berlangsung simpanlah Drum (wadah komposter)
pada tempat yang tidak terlalu lembab karena apabila lembab maka

44
udara akan terhambat masuk kedalam materi organik sehingga mati
karena kekurangan udara. Maka simpan ditempat yang cukup kering,
Berat total sampah yang di bawa per individu yaitu dan
dikumpulkan dalam satu kelompok dengan total yang di dapatkan
yaitu 12 kg, berat kotoran ayam dan sekam total dalam satu
kelompok yaitu 6 kg, dikumpulkan menjadi satu sampah individu,
Setelah 21 hari setelah kompos matang kemudian bisa
dilakukan penjemuran kompos (dibawah sinar matahari), penjemuran
ini bertujuan untuk menghentikan proses pengomposan, dan
menstabilkan berat serta meningkatkan kualitas kompos tersebut,
penjemuran kompos dilakukan pada 7 maret 2022 hingga 14 maret
2022. Waktu tersebut sesuai dengan standar yang seharusnya hanya
diangin-anginka demikian hal tersebut menyebabkan kompos
memiliki tekstur yang keras, sehingga sebelum dilakukan pengayakan
perlu menghaluskan kompos dengan cara diinjak-injak dahulu dan
meremas remas gumpalan kompos agar lebih halus. Setelah itu
kompos bisa diayak, kemudian ditimbang untuk mengetaui berat
kompos sebanyak 2 Kg. Kompos yang sudah matang, (TO, RH dan
keasamannya relatif tidak berubah lagi, kemudian lakukan proses
packing masukkan kedalam kantong plastik tebal dengan rapi lalu
direkatkan, dan kompos siap dipasarkan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa


pembuatan kompos dilaksanakan selama 21 hari, pembuatan kompos
ini menggunakan bantuan bahan kimia yaitu biopost EM-4 sebagai
mikroorganisme. Perubahan yang terjadi pada timbunan kompos adalah
adalah perubahan fisik, suhu terjadi peningkatan diminggu pertama dan
penurunan diminggu kedua, ketiga, keempat, dan kelima. Penurunan

45
juga terjadi pada ketinggian timbunan kompos yang menghasilkan bau
yang tidak sedap.

B. Saran

Sebaiknya jika ingin membuat kompos bahan-bahan baku yang


digunakan dipilih dengan tepat dan sesuai, yaitu bahan baku yang lebih
mudah terurai oleh bakteri.

DAFTAR PUSTAKA

murbandono. (2013). membuat kompos edisi revisi. jakarta: 54 halaman.

nia. (2014). proses pengomposan. jakarta: Dept biologi - FMIPA-ITB.

nurhidayat. (2015). mengelola sampah. jakarta : penebar swadaya.

nyoman. (2012). kompos pusat penelitian antar universitas ilmu hayati. bogor:
rineka cipta.

purwendro, n. d. (2015). petunjuk pemupukan yang efektif. jakarta: penebar


swadaya.

Rohendi. (2015). Pengomposan. Jakarta.

rohendi. (2016). sehari pengelolaan sampah pasar . jakarta: sebuah prosiding.

saraswati. (2015). organisme perombak bahan organik. jakarta: 211-230.

Sutejo. (2017). pupuk dan cara penggunaan. jakarta: rineka cipta.

Winarko. (2016). Praktek PSA. Bandung: Jurusan Kesehatan LIngkungan.

46
Yuliati, I. d. (2015). Kompos. Bogor: Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan
Indonesia.

LAMPIRAN

Pengukuran suhu kompos

Pengukuran ph dan kelembaban


kompos

47
Proses penjemuran kompos

Kompos yang sudah dipaking

PRAKTIKUM III

BIOGAS

Judul Praktikum : Biogas

Hari/Tanggal : 7 Februari 2022

Waktu : 09.30 sd selesai

Tempat : Perumahan Palem Permai 1

Tujuan :1. Agar Mahasiswa dapat mengidentifikasikan jenis


sampah organik dan anorganik.

2. Agar Mahasiswa dapat menghitung berat jenis sampah


dan persentase sampah.

48
I. Tinjauan Pustaka
A. Pengertian Biogas
Biogas adalah gas yang mudah terbakar (flammable) yang
dihasilkan dari proses fermentasi (pembusukan) bahan-bahan organik
oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi tanpa
oksigen yang ada dalam udara). Bahan-bahan organik adalah bahan-
bahan yang dapat terurai kembali menjadi tanah, misal sampah dan
kotoran hewan (sapi, kambing, babi, dan ayam). Proses fermentasi ini
sebetulnya terjadi secara alamiah tetapi membutuhkan waktu yang relatif
lama. Biogas merupakan salah satu sumber energi terbaharukan karena
keberadaan bahan baku akan terus ada selama kehidupan ini masih
berlangsung. Biogas berbeda dengan bahan bakar fosil (minyak bumi
dan batu bara) yang merupakan bahan bakar tidak dapat diperbaharui.
(Ambar Pertiwiningrum, 2015)

Teknologi biogas mulai diperkenalkan di Indonesia pada tahun


1970-an. Pada 4 awalnya teknik pengolahan limbah dengan instalasi
biogas dikembangkan di wilayah pedesaan, tetapi saat ini teknologi ini
sudah mulai diterapkan di wilayah perkotaan. Pada tahun 1981,
pengembangan instalasi biogas di Indonesia dikembangkan melalui
Proyek Pengembangan Biogas dengan dukungan dana dari Food and
Agriculture Organization (FAO) dengan dibangun contoh instalasi
biogas di beberapa provinsi. Mulai tahun 2000-an telah dikembangkan
reaktor biogas skala kecil (rumah tangga) dengan konstruksi sederhana
yang terbuat dari plastik secara siap pasang dan dengan harga yang
relatif murah. (Ambar Pertiwiningrum, 2015)
Limbah biogas adalah pupuk organik yang tepat guna dari limbah
peternakan untuk produksi pertanian yang berkelanjutan, ramah
lingkungan dan bebas polusi (Rahman et al, 2010 dalam Ambar
Pertiwiningeum, 2015). Limbah biogas dapat meningkatkan produksi
pertanian karena kandungan hara, enzim dan hormon pertumbuhan yang
49
terdapat di dalamnya (Karki, 2001). Pupuk limbah biogas mempunyai
manfaat yang sama dengan pupuk kandang yaitu untuk
memperbaikistruktur tanah dan memberikan unsur hara yang diperlukan
tanaman (Nugroho, 2012 dalam Ambar Pertiwiningeum, 2015). Limbah
biogas kaya akan unsur hara seperti nitrogen dan fosfor dan material
organic yang bernilai lainnya (Seleiman, 2012 dalam Ambar
Pertiwiningeum, 2015). Limbah biogas dapat dimanfaatkan dalam
bentuk limbah padat dan limbah cair. Limbah cair biogas dapat
digunakan sebagai pupuk organic cair (POC). Parnata (2004)
menyebutkan bahwa pupuk organik cair adalah pupuk yang kandungan
bahan kimia anorganik maksimum 5%, sehingga kandungan NPK pupuk
organic cair relatif rendah. Berdasarkan asal bahannya, POC dapat
digunakan selektif untuk spesies tanaman tertentu atau pada usia
pertumbuhan dan perkembangan tanaman (IFOAM, 1998 dalam Ambar
Pertiwiningeum, 2015).

B. Komposisi
Biogas sebagian besar mengandung gas methan (CH4) dan
karbondioksida (CO2), dan beberapa kandungan senyawa lain yang
jumlahnya kecil diantaranya hidrogen sulfida (H2S), ammonia (NH3),
hidrogen (H2), serta oksigen (O2). Komposisi biogas secara umum
ditampilkan dalam tabel 1.
Tabel Komposisi Biogas Secara Umum
Komponen %
Metana (CH4) 55-75
Karbon dioksida (CO2) 25-45
Nitrogen (N2) 0-0,3
Hydrogen (H2) 1-5
Hydrogen Sulfida (HS2) 1-5
oksigen (O2) 0,1-0,5

50
Energi yang terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi
methan (CH4). Semakin tinggi kandungan methan maka semakin besar
kandungan energi (nilai kalor) pada biogas, dan sebaliknya semakin
kecil kandungan methan semakin kecil nilai kalor. Kualitas biogas dapat
ditingkatkan dengan memperlakukan beberapa parameter yaitu :
Menghilangkan hidrogen sulphur, kandungan air dan karbon dioksida
(CO2) atau yang disebut dengan proses purifikasi.

C. Energi Biogas
Nilai energi biogas jika dibandingkan dengan nilai energi bahan
bakar yang lain yaitu kalori dalam satu (1) m3 biogas setara dengan:
1. 6 kwh energi listrik
2. 0,62 liter minyak tanah
3. 0,52 liter minyak solar atau minyak diesel
4. 0,46 kg elpiji
5. 3,50 kg kayu bakar
6. 0,80 liter bensin
7. 1,50 m3
Campuran gas bio akan mudah terbakar jika kandungan gas
methan lebih dari 50%. Ketika gas dibakar, maka api yang terbentuk
akan berwarna biru layaknya api dari elpiji dan energi panas yang
dihasilkan berkisar sekitar 5200-5900 kcal/m3 gas atau sama halnya
dengan memanaskan 65-73 liter air dari suhu 20°C sampai mendidik
atau menyalakan lampu dengan daya 50-100 watt selama 3-8 jam.
Perhitungan nilai energi yang dihasilkan dari biogas dapat dilakukan
yaitu dengan mengasumsi 1 kg kotoran sapi bisa menghasilkan 0,03 m3
gas. Jumlah kotoran yang dihasilkan oleh satu ekor sapi tiap hari sekitar
10 kg. Maka perkiraan jumlah sapi dewasa (berat 500 kg) yang
dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah gas dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel Perkiraan Energi Biogas


51
No. Ukuran biogas Junlah sapi Kotoran (Kg) Energy
(m3) (ekor) (Kcal)
1 2 2-3 20-30 10400-18000
2 3 3-4 30-40 15600-17700
3 4 4-6 40-60 20800-23600
4 6 6-10 60-100 31200-35400
5 8 12-15 120-150 41600-47200

Energi dari biogas dapat dimanfaatkan dlam berbagai keperluan


seperti memasak, penerangan, pompa air, boiler, dan sebagainya.

D. Bahan Baku Biogas


1. Syarat Bahan Baku Biogas
Bahan utama biogas adalah bahan organik dan air. Bahan baku yang
dimanfaatkan untuk biogas harus memiliki beberapa persyaratan atau
kriteria yaitu:
a. Bahan organik (sampah, limbah pertanian, harus mengandung
unsur karbon danhidrogen serta nitrogen. Unsur nitrogen
diperlukan bakteri untuk pembentukan sel.
b. Agar fermentasi lebih cepat, bahan yang kasar harus digiling
atau dirajang terlebihdahulu.
c. Bahan baku harus berbentuk bubur oleh karena itu kandungan
air harus cukup tinggi(optimum : 7-9%). Kadar air dalam
kotoran sapi kira-kira 18% (rata-rata hewan 11- 25%), maka
perlu diencerkan dengan perbandingan 1:1.

52
d. Air yang tidak mengandung zat-zat yang dapat menghambat
pemngembangbiakan bakteri.
e. Perbandingan unsur karbon dan nitrogen (C/N) paling baik
untuk pembentukan biogas adalah 30.
2. Bahan Baku Biogas
Beberapa bahan organik yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku biogas yaitu:
a. Limbah rumah tangga Limbah yang dipakai misalnya limbah
kulit buah, kertas, sekam, daun, limbah sisa makanan, dan lain-
lain.
b. Kotoran ternak Kotoran sapi, kerbau, babi, kambing, dan
unggas.
c. Kotoran manusia Kotoran manusia dapat menghasilkan gas bio.
Namun sebelum digunakan untuk bahan baku biogas, cukup
penting melakukan karakteristik awal beberapa sampel tinja.
d. Limbah organik Limbah organik dapat berasal dari sisa tumbuh-
tumbuhan, rumput-rumputan, atau sisa proses industri misalnya
limbah organik cair yang berupa limbah industri tahu, tempe,
industri tapioka, industri gula.
3. Bahan Baku Biogas
Beberapa bahan organik yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku biogas yaitu:
a. Limbah rumah tangga
Limbah yang dipakai misalnya limbah kulit buah, kertas,
sekam, daun, atau limbah sisa makanan
b. Kotoran ternak
Kotoran sapi, kerbau, babi, kambing, dan unggas.
c. Kotoran manusia
Kotoran manusia dapat menghasilkan gas bio. Namun sebelum
digunakan untuk bahan baku biogas, cukup penting melakukan
karakteristik awal beberapa sampel tinja.
53
d. Limbah organik
Limbah organik dapat berasal dari sisa tumbuh-tumbuhan,
rumput-rumputan, atau sisa proses industri misalnya limbah
organik cair yang berupa limbah industri tahu, tempe, industri
tapioka, industri gula. Salah satu pemasalahan yang dihadapi
dalam fermentasi anaerob adalah keberadaan senyawa-
senyawa tertentu yang bertindak sebagai inhibitor. Oleh karena
itu, perlu ditambahkan sesuatu pada bahan baku supaya
menghilangkan pengaruh inhibitor yang ada. Rasio ideal C/N
untuk proses dekomposisi anaerob untuk menghasilkan metana
adalah 25-30. Oleh karena itu, pada proses pencemaran bahan
baku diusahakan memenuhi rasio ideal. Rasio C/N
(carbon/nitrogen) dari beberapa bahan organik dapat dilihat
pada tabel berikut ini

Tabel 2.3. komposisi Biogas Secara Umum


Bahan organik N dalam % C/N
Kotoran manusia 6 5,9-10
Kotoran sapi 1,7 16,6-25
Kotoran babi 3,8 6,2-12,5
Kotoran ayam 6,3 5-7,1
Kotoran kambing 3,8 33

Penggunaan limbah sebagai bahan baku biogas


memerlukan metode pengumpulan, penyiapan,
penanganan dan penyimpanan yang memadai. Pemilihan
metode didasarkan pada sifat dan jumlah bahan baku yang

54
bervariasi. Sifat alami bahan baku adalah padatan,
semipadatan atau cairan.

E. Perkembangan Teknologi Biogas


Untuk memperoleh biogas dari bahan organik, diperlukan alat yaitu
Digester Biogas/Biodigester, yang bekerja dengan prinsip menciptakan
suatu tempat penampunganbahan organik pada kondisi anaerob (bebas
oksigen) sehingga bahan organik tersebut dapat difermentasi oleh bakteri
metanogen untuk menghasilkan biogas. Biogas yang timbul kemudian
dialirkan ketempat penampungan biogas sedangkan lumpur sisa aktifitas
fermentasi dikeluarkan lalu dijadikan pupuk alami yang dapat
dimanfaatkan untuk usaha pertanian maupun perkebunan. Ada 3 tipe
digester biogas, antara lain:
1. Tipe fixed domed plant
Tipe fixed domed plant terdiri dari digester yang memliki
penampung gas dibagian atas digester. Ketika gas mulai timbul, gas
tersebut menekan lumpur sisa fermentasi (slurry) ke bak slurry. Jika
pasokan kotoran ternak terus menerus, gas yang timbul akan terus
menekan slurry hingga meluap keluar dari bak slurry. Gas yang
timbul digunakan/6 dikeluarkan lewat pipa gas yang diberi
katup/kran. Konstruksi tipe digester fixed domed plant.

2. Tipe floating drum plant


Tipe floating drum plant terdiri dari satu digester dan penampung
gas yang bias bergerak. Penampung gas ini akan bergerak keatas
ketika gas bertambah dan turun lagi ketika gas berkurang, seiring
dengan penggunaan dan produksi gasnya.
3. Tipe baloon plant
Tipe ini memiliki konstruksi sederhana, terbuat dari plastik yang
pada ujungujungnya dipasang pipa masuk untuk kotoran ternak dan
pipa keluar peluapan slurry. Sedangkan pada bagian atas dipasang
55
pipa keluar gas. Keunggulan dari tipe ini adalah biaya pembuatan
murah, mudah dibersihkan, mudah dipindahkan. Sedangkan pada
kelemahan dalam tipe ini waktu pakai relatif singkat dan mudah
mengalami kerusakan.
4. Tipe plug flow
Tipe ini hampir sama dengan tipe baloon plant, tetapi terbuat dari
pipa polivinil klorida (PVC) yang di ujung-ujungnya dipasang suatu
wadah untuk memasukkan dan mengeluarkan kotoran Kelebihan tipe
ini adalah lebih praktis, konstruksi lebih mudah, dan biaya murah.
Sedangkan kelemahannya, ukuran pipa terbatas dan biasanya tidak
begitu besar sehingga tipe ini biasanya dipakai dalam skala kecil.
Pada awalnya, biogas hanya diaplikasikan dalam skala kecil atau
rumahan. Namun, perkembangan yang lebih maju telah
memanfaatkan biogas pada sistem peternakan terintegrasi, baik
peternakan ayam maupun peternakan sapi.

F. Instalasi Biogas
Metana dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih
daripada batu bara, dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan
emisi karbon dioksida yang lebih sedikit. Biogas dapat digunakan
sebagai bahan bakar kendaraan maupun untuk menghasilkan listrik.
Pemanfaatan biogas memegang peranan penting dalam manajemen
limbah karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih berbahaya
dalam pemanasan global bila dibandingkan dengan karbon dioksida.
Karbon dalam biogas merupakan karbon yang diambil dari atmosfer
oleh fotosintesis tanaman, sehingga bila dilepaskan lagi ke atmosfer
tidak akan menambah jumlah karbon diatmosfer bila dibandingkan
dengan pembakaran bahan bakar fosil. Biogas cocok digunakan sebagai

56
bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan pengganti minyak tanah,
LPG, batu bara, maupun bahan-bahan lain yang berasal dari fosil.
Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik
secara anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas
yang sebagian besar adalah berupa gas metan (yang memiliki sifat
mudah terbakar) dan karbon dioksida, gas inilah yang disebut biogas.
Bangunan utama dari instalasi biogas adalah Digester yang berfungsi
untuk menampung gas metan hasil perombakan bahan bahan organik
oleh bakteri. Jenis digester yang paling banyak digunakan adalah model
continuous feeding dimana pengisian bahan organiknya dilakukan
secara kontinyu setiap hari. Besar kecilnya digester tergantung pada
kotoran ternak yamg dihasilkan dan banyaknya biogas yang diinginkan.
1. Tipe Digester
Terdapat dua tipe digester yaitu tipe batch dan tipe kontinyu.
a. Tipe Batch
Pada tipe batch, bahan dimasukkan sekali dalam pengoperasian
digester dan apabila produksi gas menurun maka bahan yang
telah diproses diganti dengan bahan yang baru. Dengan kata
lain tipe batch digunakan apabila bahan yang tersedia adalah
sewaktu-waktu. Sedangkan di peternakan sapi perah, kotoran
sapi tersedia tiap hari dan apabila menggunakan tipe batch,
maka bahan dikumpulkan beberapa hari (tergantung volume
digester tipe batch) terlebih dahulu dan berakibat hilangnya
bahan organik selama pengumpulan yang merupakan bahan
penghasil gas bio.

b. Tipe Kontinyu
Tipe kontinyu adalah tipe biodigester yang dirancang dimana
bahan dimasukkan secara kontinyu setiap hari sesuai
denganketersediaan bahan di kandang.

57
II. Alat dan Bahan
A. Alat

No Nama gambar bahan Fungsi


bahan
1 lem cina Untuk merekatan
sambungan

58
2 Galon Untuk mengisi bahan
baku yaitu kotoran
sapi

3 Solder Untuk melubangi


galon

4 Sambungan Untuk
y menyambungkan
selang

5 Pasir Untuk membantu


merekatkan lem
pada selang

6 Solder lem Untuk merekatkan


tembak lem pada selang

7 Pipa Untuk menahan gas

59
8 selang Untuk menyalurkan
gas dari galon ke
ban

9 Isolasi Untuk merekatkan


hitam tutup galon

10 Cat hitam Untuk


menghitamkan galon

11 Ban bekas Untuk mengetahui


biogas berhasil atau
tidak

12 spidol Untuk menandakan


bagian galon yang
ingin dilubangi

60
B. Bahan

No Nama Bahan Gambar

1. Kotoran sapi

2. air

III. Prosedur Kerja


1. Cara pembuatan alat
a) Meyiapkan alat dan bahan
b) Melubangi leher gallon menggunakan solder listrik sesuai ukuran
selang dan pipa yang digunakan
c) Merapikan lubang menggunakan gergaji besi
d) Memasukan pipa kedalam gallon yang sudah di lubangi kemudian di
lem menggunakan lem tembak dan menggunakan lem korea yang di
aplikasikan dengan pasir
e) Memanaskan ujung selang kemudian pasang selang pertama dileher
gallon dan di lem menggunakan lem tembak dan menggunakan lem
korea yang di aplikasikan dengan pasir dan kemudian dipasangkan
ring
61
f) Mengecat gallon dengan cat warna hitam styles
g) Menjemur gallon selama 10-15 menit
h) Memanaskan ujung selang kemudian sambungkan selang pertama
yang ada di leher gallon dengan Y valve, kemudian di lem
menggunakan lem tembak dan kemudian dipasangkankan ring kuas
i) Memanaskan ujung selang kemudian sambungkan selang yang
kedua ke Y valvekemudian di lem menggunakan lem tembak dan
kemudian dipasangkan ring
j) Memanaskan ujung selang kemudian sambungkan selang kedua ke
ban dalam(tempat penampungan gas) kemudian lem menggunakan
lem tembak dankemudian dipasangkan ring
k) Memanaskan ujung selang kemudian sambungkan selang ketiga ke
Y valve kemudian di lem menggunakan lem tembak dan kemudian
dipasangkan ring
l) Memanaskan ujung selang kemudian sambungkan selang ketiga ke
kran tempat pengeluaran gas, dan dilem menggunakan lem tembak
dan kemudian dipasangkan ring
m) Membuat alat sudah selesai
2. Cara pembuatan biogas
a) Menyiapakan alat dan bahan
b) Membersihkan kotoran sapi
c) Memasukkan kotoran sapi ke dalam ember sebanyak 3 kg dan
ditambahkan air sebanyak 3 liter
d) Mengaduk kotoran sapi dan air sampai homogen
e) Memasukkan bahan yang sudah jadi (kotoran sapi dan air) ke dalam
alat (gallon)
f) menggunakan corong yang terbuat dari botol
g) Mengaduk ulang bahan (kotoran sapi dan air) saat di dalam gallon
h) Menutup kepala gallon
i) Mendiamkan biogas ditempat yang gelap selama 2 minggu

62
IV. Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
Pengamatan terhadap pembuatan biogas skala rumah tangga
selama 14 hari didapatkan hasil sebagai berikut :

N HASIL GAMBAR HASIL


O
1. Biogas keluar dari
pipa

2. Ban mengembang

B. Pembahasan
Dari hasil yang kami dapatkan selama 2 minggu biogas kami
mengembang dan dinyatakan berhasil,proses biogas
membutuhkan bakteri tertentu untuk bekerja dengan baik.
Bakteri ini sudah ada terkandung dalam kotoran sapi. Inilah
alasan mengapa digunakan kotoran sapi sebagai starter. Bakteri
tersebut merupakan bakteri metanogen, terdapat empat jenis
bakteri anaerob yang berperan dalam memproduksi gas metana
yaitu, Methanobacterium, Methanobacillus, Methanococcus, dan
Methanosarcina. Proses pembuatan biogas dilakukan secara
fermentasi yaitu proses terbentuknya gas metana dalam kondisi

63
anaerob dengan bantuan bakteri anaerob di dalam suatu digester
sehingga akan dihasilkan gas metana (CH4) dan gas karbon
dioksida (CO2) serta gas-gas lain seperti H2S, H2, N2 dalam
konsentrasi rendah. Didalam proses pembentukan biogas
terdapat tiga tahapan yaitu tahapan hidrolisis dimana terjadi
degradasi bahan organic yaitu penguraian senyawa komplek
menjadi senyawa sederhana, tahap kedua pengasaman
(asidogenik) yaitu pembentukan asam asetat dari senyawa yang
telah terhidrolisis oleh bantuan bakteri asam, dan yang terakhir
tahap metanogenik yaitu tahap dimana bakteri metanogen
membentuk gas metana secara perlahan, asetat akan mengalami
dekarboksilasi kemudian bersama-sama dengan H2 dan CO2
menghasilkan produk akhir, yaitu metan (CH4) dan
karbondioksida (CO2). Proses ini berlangsung selama 14 hari.
Setelah proses fermentasi berhasil maka seterusnya hanya akan
memerlukan waktu beberapa detik untuk menghasilkan biogas
per-harinya dan memerlukan waktu 1 sampai 2 minggu untuk
menghasilkan bioslurry

V. Kesimpulan
Biogas adalah gas yang mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari
proses fermentasi (pembusukan) bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri
anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi tanpa oksigen yang ada dalam
udara). Bahan-bahan organik adalah bahan-bahan yang dapat terurai
kembali menjadi tanah, misal sampah dan kotoran hewan (sapi, kambing,
babi, dan ayam). Biogas dapat dihasilkan pada hari ke 4–5 sesudah
biodigester terisi penuh, dan mencapai puncaknya pada hari ke 20–25

64
DAFTAR PUSTAKA

Pertiwiningrum, Ambar. 2015. Instalasi Biogas. (Yogyakarta: CV. Kolom Cetak,


2016).

https://paktanidigital.com/artikel/mengolah-kotoran-ternak-biogas/
#.XnHRpE79jBI diakses tanggal 15 Maret 2020

65
PRATIKUM IV

INCINERATOR

Hari/Tanggal : Selasa, 08 Febuari 2022


Waktu : 09.30-11.30 WIB
Tempat : Kampus Kesehatan Lingkungan
Tujuan : Dapat menggunakan alat incinerator dengan baik dan benar
ditinjau dari pembakaran sempurna atau tidak sempurna.

1. TINJAUN PUSTAKA
A. Limbah Medis (B3)
Limbah medis yaitu buangan dari kegiatan pelayanan yang tidak
dipakai ataupun tidak berguna termasuk dari limbah pertamanan. Limbah
medis cenderung bersifat infeksius dan kimia beracun yang dapat
mempengaruhi kesehatan manusia, memperburuk kelestarian lingkungan
hidup apabila tidak dikelola dengan baik. Limbah medis puskesmas adalah
semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan puskesmas dalam bentuk
padat dan cair (Kepmenkes RI No. 1428/Menkes/SK/XII/2006).
Berdasarkan potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya, oleh
Departemen Kesehatan RI limbah medis telah digolongkan sebagai
berikut (Adisasmito, 2009):
a. Limbah Benda Tajam
Yaitu obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau
bagian yang menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit,
seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur,
pecahan gelas dan pisau bedah.
b. Limbah Infeksius
Yaitu limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi
penyakit menular dan limbah laboratorium yang berkaitan dengan

66
pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi
penyakit menular
b. Limbah Sitotoksik
Yaitu bahan yang terkontaminasi oleh obat sitotoksik selama
peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik .
c. Limbah Farmasi
Yaitu terdiri dari obat-obatan kedaluwarsa, obat yang terbuang
karena karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau
kemasan yang terkontaminasi, obat yang tidak diperlukan lagi atau
limbah dari proses produksi obat.
d. Limbah Kimia
Yaitu limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam
tindakan medis, veterenary, laboratorium, proses sterilisasi atau
riset. Dalam hal ini dibedakan dengan buangan kimia yang termasuk
dalam limbah farmasi dan sitotoksik.
e. Limbah Radioaktif
Yaitu bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal
dari penggunaan medis atau riset radio nuklida. Dalam kaitan dengan
pengelolaannya, limbah medis dikelompokkan menjadi lima (5),
yaitu :
1) Golongan A
 Dressing bedah, swab, dan semua limbah yang
terkontaminasi dari daerah ini
 Bahan-bahan linen dari kasus penyakit infeksi
 Seluruh jaringan tubuh manusia, bangkai/jaringan hewan dari
laboratorium dan hal-hal lain yang berkaitan dengan swab
dan dressing.
2) Golongan B
 Syringe bekas
 Jarum
 Pecahan gelas dan benda tajam lainnya
67
3) Golongan C
 Limbah dari laboratorium dan post partum (kecuali yang
termasuk dalam gol.A)
4) Golongan D
 Limbah bahan kimia dan bahan farmasi tertentu.
5) Golongan E
 Pelapis bed-pan
 Disposable
 Urinoir
 Incontinence-pad
 Stamag bags

B. Pengertian incenarator
Incinerator merupakan tungku pembakaran untuk mengolah limbah
padat yang mengkonversi materi padat (sampah) menjadi materi gas dan
abu (bottom ash dan fly ash). Insinerasi adalah proses pengolahan imbah
padat dengan cara pembakaran pada temperature lebih dari 800 oC untuk
mereduksi sampah mudah terbakar (combustible) yang sudah tidak dapat
didaur ulang lagi, membunuh bakteri, virus, dan kimia toksik (Latief,
2012).

Incinerasi adalah metode pengolahan sampah dengan cara


membakar sampah pada suatu tungku pembakaran. Teknologi incinerasi
ini sudah diterapkan dengan kapasitas besar (skala kota) dibeberapa negara
maju. Teknologi incinerator skala besar terus berkembang, akan tetapi
teknologi ini juga ada yang menganggap bermasalah dalam sudut
pencemaran udara. Teknologi ini memiliki kelebihan salah satu
dikembangkan terus dalam teknologi terbaru dari insinerator adalah
pemanfaatan enersi, sehingga nama insinerator cenderung berubah seperti
waste-to-energy, thermal converter. Incinerator adalah alat yang

68
digunakan untuk proses pembakaran sampah. Alat ini berfungsi untuk
merubah bentuk sampah menjadi lebih kecil dan praktis serta
menghasilkan sisa pembakaran yang steril sehingga dapat dibuang
langsung ketanah. Energi panas hasil pembakaran dalam incinerator dapat
digunakan sebagai energi alternative bagi proses lain seperti pemanasan
atau pengeringan. Alat ini dilengkapi dengan sistem pengendalian dan
kontrol untuk memenuhi batas-batas emisi partikel dan gas buang
sehingga dipastikan asap yang keluar dari tempat pembakaran sampah
merupakan asap atau gas yang sudah netral. Abu yang dihasilkan dari
proses pembakaran bisa digunakan untuk bahan bangunan, buat bahan
kompos, atau buang kelandfill. Sedangkan residu dari sampah yang tidak
bisa dibakar seperti sisa logam bisa didaur ulang.

C. Bagian-bagian
Pada incinerator terdapat 2 ruang bakar, yang terdiri dari Primary
Chamber dan Secondary Chamber (Priyambada, 2013).
1. Primary Chamber
Berfungsi sebagai tempat pembakaran limbah. Kondisi pembakaran
dirancang dengan jumlah udara untuk reaksi pembakaran kurang dari
semestinya, sehingga disamping pembakaran juga terjadi reaksi pirolisa.
Pada reaksi pirolisa material organik terdegradasi menjadi karbon
monoksida dan metana. Temperatur dalam primary chamber diatur
pada rentang 600oc- 800oc dan untuk mencapai temperatur tersebut,
pemanasan dalam primary chamber dibantu oleh energi dari burner
dan energi pembakaran yang timbul dari limbah itu sendiri. Udara
(oksigen) untuk pembakaran di suplai oleh blower dalam jumlah yang
terkontrol.

Padatan sisa pembakaran di primary chamber dapat berupa padatan


tak terbakar (logam, kaca) dan abu (mineral), maupun karbon berupa
arang. Tetapi arang dapat diminimalkan dengan pemberian suplai
69
oksigen secara continue selama pembakaran berlangsung. Sedangkan
padatan tak terbakar dapat diminimalkan dengan melakukan pensortiran
limbah terlebih dahulu.

2. Secondary Chamber
Gas hasil pembakaran dan pirolisa perlu dibakar lebih lanjut agar tidak
mencemari lingkungan. Pembakaran gas-gas tersebut dapat berlangsung
dengan baik jika terjadi pencampuran yang tepat antara oksigen (udara)
dengan gas hasil pirolisa, serta ditunjang oleh waktu tinggal (retention
time) yang cukup. Udara untuk pembakaran di secondary chamber
disuplai oleh blower dalam jumlah yang terkontrol. Selanjutnya gas
pirolisa yang tercampur dengan udara dibakar secara sempurna oleh
burner didalam secondary chamber dalam temperatur tinggi yaitu sekitar
800oc-1000oc Sehingga gas-gas pirolisa (Metana, Etana dan
Hidrokarbon lainnya) terurai menjadi gas CO2 dan H2O.

D. Jenis-jenis Incinerator
Jenis incinerator yang paling umum diterapkan untuk membakar
limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed.
a. Incinerator Rotary Klin
Tipe ini cocok untuk menginsinerasi limbah yang mempunyai
kandungan air (water content) yang cukup tinggi dan volumenya
cukup besar. System incinerator ini berputar pada bagian Primary
Chamber , dengan tujuan untuk mendapatkan pembakaran limbah yang
merata keseluruh bagian.
Proses pembakarannya sama dengan type static, terjadi dua
kali pembakaran dalam Ruang Bakar 1 ( Primary Chamber) untuk
limbah dan Ruang Bakar 2 (Seacondary Chamber ) untuk sisa-sisa gas
yang belum sempurna terbakar dalam Primary Chamber. (Priyambada,
2004).

70
Sumber : Pollution issues /Ho-Li / Incineration, 2013

b. Multiple Hearth Incinerator


Multiple Hearth Incinerator , yang telah digunakan sejak pertengahan
tahun 1900-an, terdiri dari suatu kerangka lapisan baja tahan api dengan
serangkaian tungku (hearth) yang tersusun secara vertikal , satu di atas
yang lainnya dan biasanya berjumlah 5-8 buah tungku, shaft rabble
3
arms beserta rabble teeth-nya dengan kecepatan putaran / 4 – 2 rpm.
Umpan sampah dimasukkan dari atas tungku secara terus menerus dan
abu hasil proses pembakaran dikeluarkan melalui silo. Burner dipasang
pada sisi dinding tungku pembakar di mana pembakaran terjadi.
Udara diumpan masuk dari bawah, dan sampah diumpan masuk dari atas.

Limbah yang dapat diproses dalam multiple hearth incinerator


memiliki kandungan padatan minimum antara 15-50 % berat. Limbah
yang kandungan padatannya di bawah 15 % berat padatan mempunyai
sifat seperti cairan dari pada padatan. Limbah semacam ini cenderung
untuk mengalir di dalam tungku dan manfaat rabble tidak akan efektif.
Jika kandungan padatan di atas 50 % berat, maka lumpur bersifat
sangat viscous dan cenderung untuk menutup rabble teeth. Udara
dipasok dari bagian bawah furnace dan naik melalui tungku dengan
membawa produk pembakaran dan partikel abu. (Priyambada, 2004).

71
Sumber : Combuston Portal, 2011

c. Fluidized Bed Incinerator


Fluidized bed incinerator adalah sebuah tungku pembakar yang
menggunakan media pengaduk berupa pasir seperti pasir kuarsa atau
pasir silika, sehingga akan terjadi pencampuran (mixing ) yang homogen
antara udara dengan butiran-butiran pasir tersebut. Mixing yang
konstan antara partikel-partikel mendorong terjadinya laju perpindahan
panas yang sangat cepat serta terjadinya pembakaran sempurna.
Fluidized bed incinerator berorienrasi bentuk tegak lurus, silindris,
dengan kerangka baja yang dilapisi bahan tahan api, berisi hamparan
pasir ( sand bed) dan distributor untuk fluidasi udara. Fluidized bed
incinerator normalnya tersedia dalam ukuran berdiameter dari 9 sampai
34 ft.

Pembakaran dengan teknologi fluidized bed merupakan satu


rancangan alternatif untuk pembakaran limbah padat. Harapan pasir
tersebut diletakkan di atas distributor yang berupa grid logam dengan
dilapisi bahan tahan api. Grid ini berisi suatu pelat berpori nosel-
nosel injeksi udara atau tuyere di mana udara dialirkan ke dalam
ruang bakar untuk menfluidisasi hamparan (bed) tersebut. Aliran
udara melalui nosel menfluidisasi hamparan sehingga berkembang
menjadi dua kali volume sebelumnya. Fluidisasi meningkatkan
72
pencampuran dan turbulensi serta laju perpindahan panas yang terjadi.
Bahan bakar bantu digunakan selama pemanasan awal untuk
memanaskan hamparan sampai temperatur operasi sekitar 750 sampai
900 o c sehingga pembakaran dapat terjaga pada temperatur konstan.
Dalam beberapa instalasi, suatu sistem water spray digunakan untuk
mengendalikan temperatur ruang bakar.

Fluidized bed incinerator telah digunakan untuk macam-macam


limbah termasuk limbah perkotaan dan limbah lumpur. Reaktor unggun
atau hamparan fluidisasi ( fluidized bed) meningkatkan penyebaran
umpan limbah yang datang dengan pemanasan yang cepat sampai
temperatur pengapiannya (ignition) serta meningkatkan waktu kontak
yang cukup dan juga kondisi pencampuran yang hebat untuk pembakaran
sempurna. Pembakaran normalnya terjadi sendiri, kemudian sampah
hancur dengan cepat, kering dan terbakar di dalam hamparan pasir. Laju
pembakaran sampah meningkat oleh kontak langsung dengan partikel
hamparan yang panas. Aliran udara fluidisasi meniup abu halus dari
hamparan. Gas-gas pembakaran biasanya diproses lagi di wet
scrubber dan kemudian abunya dibuang secara landfill . (Priyambada,
2004).

Sumber : Tsukishima Kikai, 2011

73
E. Prinsip Kerja Incinerator
Sebagai tempat pembakaran dengan suhu tinggi (>800 oC) sehingga bahan
yang dibakar tidak dapat didaur ulang lagi. Proses incinerasi digunakan untuk
mereduksi sampah yang tergolong mudah terbakar (combustible) dan tidak boleh
didaur ulang lagi karena berbagai alas an. Sasaran incinerasi adalah untuk
mereduksi massa dan volume buangan, membunuh bakteri dan virus, mereduksi
materi kimia toksik, serta memudahkan penanganan limbah selanjutnya. Inserasi
dapat mengurangi volume buangan padat domestic sampai 85 % - 95 % dan
pengurangan berat sampai 70 % - 80 %.

Proses incinerasi berlangsung melalui tiga tahap, yaitu :


o Mula-mula membuat air dalam sampah menjadi uap air, hasilnya limbah
menjadi kering yang akan siap terbakar pada suhu 105oC.
o Selanjutnya terjadi proses pirolisis, yaitu pembakaran tidak sempurna, dimana
temperatur belum terlalu tinggi (150oC – 300oC)
o Fase berikutnya adalah pembakaran sempurna (>800oC)
o Agar terjadi proses optimal maka ada beberapa aspek yang haris diperhatikan
dalam menjalankan suatu incinerator, antara lain :
o Aspek keterbakaran : menyangkut nilai kalor, kadar air, dan kadar abu dari
buangan padat, khususnya sampah.
o Aspek keamanan : menyangkut titik nyala, tekanan uap, deteksi logam berart,
dan operasional incinerator.
o Aspek pencegahan pencemaran udara : menyangkut penanganan debu
terbang, gas toksik dan uap metalik

74
II. Alat dan Bahan
a. Alat
NO. Nama Alat Gambar Fungsi
1 Masker Melindungi tubuh
dari paparan
partikel dan virus
berbahaya yang ada
disampah
2 Handscoon
Melindungi tangan
agar tidak
bersentuhan dengan
langsung dengan
sampah

75
3 Timbangan

Untuk menimbang
berat sampah

b. Bahan
NO. Nama Bahan Gambar Fungsi
1 Sampah Sampah bukan benda
tajam sebagai bahan untuk
pembakaran diinsinerator.

76
2 Safety Box Sebagai tempat sampah
terhadap tusukan jarum,
benda tajam.

3 Solar Sebagai bahan bakar


pembakaran sampah
didalam incinerator

III. Prosedur Kerja


1. Masukkan solar kedalam tangki incinerator
2. Timbang limbah B3 menggunakan timbangan
3. Catat hasil timbangan
4. Membuat air dalam sampah menjadi uap air, untuk menghasilkan
limbah kering dan siap untuk dibakar
5. Selanjutnya proses pirolisis dimana pembakaran tidak terjadi secara
sempurna, dengan temperatur 600oc-800oc
6. Kemudian proses gas pirolisis dimana pembakaran terjadi secara
sempurna dengan temperatur 800oc-1000oc, sehingga gas-gas pirolisis
(CH4, C2H6, dan hindrikarbon lainnya) terurai menjadi gas CO 2 dan
H2O.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Hasil
Limbah medis yang masuk kedalam incinerator dengan berat sampah
1.5 sampah kuning dan 400 gr safety box dalam waktu pembakaran 30
menit dengan suhu 900oC.
Gambar Gambar

77
Ukuran diameter 15 cm Ukuran 0.5-300 µm

Ukuran 40x40 cm
Ukuran 40 cmx20 cm

Ukuran cerobong : 300 mm Ukuran 450 mm x 1200 mm

78
Tinggi cerobong dari tanah : 14 m

b. Pembahasan
Berdasarkan hasil pratikum yang telah dilakukan dengan berat
sampah 1.5 kg sampah medis plasik kuning dan 400 gr safety box.
Langkah pertama dalam proses incenerasi yaitu dengan menimbang
limbah medis yang akan dibakar. Sebelumnya alat incinerator ini
digunakan isi bahan bakar terlebih dahulu yaitu solar. Kemudian
masukkan sampah limbah medis kedalam incinerator lalu tutup dan putar
tombol start untuk memulai proses pembakaran. Limbah medis yang
masuk kedalam incinerator dengan berat sampah 1.5 sampah kuning dan
400 gr safety box dalam waktu pembakaran 30 menit dengan suhu 900 o C.
Gas hasil pembakaran sebagaimana diketahui bahwa pembakaran adalah
proses oksidasi dimana oksigen diberikan dengan mengikuti rasio
udara berlebih terhadap massa bahan bakar agar diperoleh reaksi
pembakaran yang komplit. Reaksi utama dari proses pembakaran antara
karbon dengan oksigen akan membentuk karbon monoksida (CO) dan
karbon dioksida (CO2). Karbon dioksida merupakan produk pembakaran
yang memiliki temperatur rendah. Oksidasi karbon monoksida ke karbon
dioksida hanya dapat terbentuk jika memiliki sejumlah oksigen yang
seimbang. Kandungan CO yang tinggi mengindikasikan proses
pembakaran tidak komplit dan ini harus seminimal mungkin
dihindari, karena:
a. CO adalah gas yang dapat dibakar. Kandungan CO yang tinggi akan
menghasilkan efisiensi pembakaran yang rendah.
b. Dapat menyebabkan gangguan bau (odour)
Dalam suatu pembakaran, diharapkan terjadi pembakaran sempurna.
Untuk suatu bahan bakar hidrokarbon, produk yang akan dihasilkan
adalah CO2, H2O dan N2, sementara O2 juga akan terbentuk jika terjadi
kelebihan suplai udara. Jika bahan bakar telah ditentukan dan
pembakaran terjadi secara sempurna, jumlah dari masing-masing produk
79
dapat ditentukan dengan menerapkan prinsip konservasi massa pada
persamaan kimia. Di dalam semua jenis alat pembakaran, derajat
pencampuran antara bahan bakar dan udara merupakan suatu faktor
penentu dalam reaksi yang terjadi setelah terjadi pencampuran bahan
bakar dan udara.

Bila konsentrasi gas CO sangat tinggi mempunyai resiko yang tinggi


bagi makhuk hidup dan lingkungan sekitarnya. Pada pembakaran
sempurna, reaksi akan terbakar dengan oksigen, menghasilkan sejumlah
produk yang terbatas. Ketika hidro karbon terbakar dengan oksigen,
maka hanya akan dihasilkan gas karbon dioksida dan uap air. Namun
terkadang akan dihasilkan senyawa nitrogen dioksida yang merupakan
hasil teroksidasinya senyawa nitrogen di dalam udara.

80
V. PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum incinerator tungku pembakaran untuk
mengeloh limbah medis menjadi gas dan abu (bottom ash dan fly ash)
dengan temperatur lebih dari 900oc untuk mereduksi sampah limbah
medis 1.5 kg dan sampah suntikan 400 kg mudah terbakar
(combustible) yang sudah tidak dapat didaur ulang lagi, membunuh
bakteri, virus, dan kimia toksik. Reaksi utama dari proses
pembakaran antara karbon dengan oksigen akan membentuk
karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2). Oksidasi
karbon monoksida ke karbon dioksida hanya dapat terbentuk
jika memiliki sejumlah oksigen yang seimbang.

b. Saran
Dari hasil pratikum yang telah dilakukan disaran menggunakan masker
dan handscoon guna untuk mencegah virus dari penularan dari sampah
tersebut. Menyebabkan timbulnya permasalahan sampah tidak dapat
teratasi dengan baik, ketidak pedulian masyarakat terhadap sampah
membuat sampah terus menumpuk diberbagai sudut kota tanpa adanya
sentuhan penanganan yang benar. Oleh karena itu, dengan adanya
incinerator, maka kita dapat mengurangi jumlah kapasitas sampah yang
berada dalam lingkungan.

81
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, wiku. 2009. Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit.


Jakarta : Raja Grafindo Persada
Latief, A. Sutowo. 2012. Manfaat dan Dampak Penggunaan Incinerator
Terhadap Lingkungan.
Budiman, Arif. 2001. Modifikasi Desain dan Uji Unjuk Kerja Alat
Pembakaran Sampah (Incinerator) Tipe Batch. Jakarta
Priyambada,Gunadi.2004. Tentang Incinerator.
Subagiyo , dkk. 2013. Karakterisasi Temperatur dan Waktu Tinggal pada
Incinerator Sistem Kontinyu untuk Pembakaran Sampah Organik Rumah
Tangga.
Dodika. 2009. Prinsip Dasar Teknologi Pembakaran Pada Incinerator.
Kepmenkes RI No. 1428/Menkes/SK/XII/2006
Askary, Muhammad. Tata Cara Perizinan Insinerator Limbah B3. Kementrian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Sukamta, Andri Wiranata, Thoharuddin. 2017. Pembuatan Alat Incinerator
Limbah Padat Medis Skala Kecil - Jurnal Ilmiah Semesta Teknika
Vol.20,No.2,147-153

82
LAMPIRAN

Proses pengisian solar pada Proses penimbangan Proses


tangki incinerator sampah kuning penimbangan
safety box

Proses pemasukan sampah Proses menutup Proses penaikan


limbah B3 kedalam incenerator incenerator setelah temperatur
dimasukan sampah pembakaran tidak
limbah B3 sempurna

Proses pergantian temperatur


Proses melihat hasil
pembakaran sempurna
pembakaran sampah
limbah B3

83
PRAKTIKUM VI
PRAKTIKUM V
IDENTIFIKASI TIKUS DAN PINJAL

Hari, Tanggal : Selasa, 12 April 2022

Waktu : 10.00 WIB – Selesai

Tempat : Laboratorium Kampus Kesehatan Lingkungan

Tujuan : 1. Mengidentifikasi bagian tubuh tikus


2. Mengetahui jenis jenis tikus

3 .Mengetahui pengendalian tikus

I. Tinjauan Pustaka
A. Pengertian Tikus
Tikus adalah binatang yang termasuk dalam ordo rodentia, sub
ordo Myormorpha, family muridae. Family muridae ini merupakan
family yang dominan dari ordo rodentia karena mempunyai daya
reproduksi yang tinggi, pemakan segala macam makanan
(omnivorous) dan mudah beradaptasi dengan lingkungan yang
diciptakan manusia. Tikus adalah mamalia yang termasuk dalam
suku Muridae. Spesies tikus yang paling dikenal adalah mencit
(Mus spp.) serta tikus got (Rattus norvegicus) yang ditemukan
hampir di semua negara dan merupakan suatu organisme model
yang penting dalam biologi (Riyanto I.C, 2015).

B. Siklus hidup tikus


Tikus berkembang biak dengan sangat cepat, tikus menjadi dewasa
dalam arti dapat kawin mulai umur 3 bulan, masa bunting tikus
betina sangat singkat, kira-kira 3 minggu. Jumlah anak yang
dihasilkan setiap kelahiran berkisar antara 4 – 12 ekor (rata-rata 6

84
ekor) tergantung dari jenis dan keadaan makanan di lapangan. Dan
setelah 2-3 hari setelah melahirkan tikus-tikus tersebut sudah siap
kawin lagi (Riyanto I.C, 2015).

C. Jenis-jenis tikus
Ada beberapa jenis-jenis tikus yaitu (Riyanto I.C, 2015):
a. Tikus Rumah (Rattus tanezumi)
Tikus ini mempunyai panjang ujung kepala sampai ujung ekor
220- 370 mm, ekor 101 -180 mm, kaki belakang 20-39 mm,
ukuran telinga 13- 23 mm, sedangkan rumus mamae 2+3=10.
Warna rambut badan atas coklat tua dan rambut badan bawah
(perut) coklat tua kelabu. Yang terrnasuk dalam jenis tikus
rumah (rattus rattus) yaitu tikus atap (roof rat), tikus kapal
(ship rat), dan black rat. Jika dilihat dari jarak kedekatan
hubungan antara aktifitas tikus dengan manusia, tikus rumah
merupakan jenis domestik, yaitu aktifitas dilakukan di dalam
rumah manusia atau disebut juga tikus komensal (comensal
rodent) atau synanthropic. Umur tikus rumah rata-rata satu
tahun dan mencapai dewasa siap kawin pada umur 2-3 bulan
baik pada tikus jantan maupun betina. Masa bunting selama 21-
23 hari dan seekor tikus betina dapat melahirkan 6-12 (rata-rata
8) ekor anak tikus. Setelah 24- 48 jam melahirkan, tikus betina
siap kawin lagi atau disebut post partum oestrus. Tikus rumah
merupakan binatang arboreal dan pemanjat ulung.
Kemampuan memanjat tembok kasar dan turun dengan kepala
dibawah sangat lihai, dan bila jatuh dari ketinggian 5,5 meter
tidak akan menirnbulkan luka yang berarti bagi tikus. Makanan
yang dibutuhkan seekor tikus dalam sehari sebanyak 10- 15%
dari berat badannya. Perilaku makan tikus dengan memegang
makanan dengan kedua kaki depan, dan kebiasaan mencicipi
makanan untuk menunggu reaksi makanan tersebut dalam
perutnya. Hal ini perlu diperhatikan apabila kita memberantas

85
tikus 3 dengan racun. Tikus mempunyai kebiasaan mencari
makan dua kali sehari yaitu pada 1 -2 jam setelah matahari
tenggelam dan pada l-2 jam sebelum fajar.
b. Tikus Got (Rattus Norvegicus)
Tikus got ini mempunyai panjang ujung kepala sampai ekor
300-400 mm, panjang ekornya 170-230 mm, kaki belakang 42-
47 mm, telinga 18-22 mm dan mempunyai rumus mamae
3+3=12. Warna rambut bagian atas coklat kelabu, rambut
bagian perut kelabu. Tikus ini banyak dijumpai diseluruh
air/roil/got di daerah kota dan pasar.
c. Tikus Ladang (Rattus Exulans)
Tujuh tikus ladang mempunyai panjang ujung kepala sampai
ekor 139-365 mm, panjang ekor 108-147 mm, kaki belakang
24-35 mm dan ukuran telinga 11-28 mm dan mempunyai
rumus mamae 2+2=8. Warna rambut badan atas coklat kelabu
rambut bagian perut putih kelabu. Jenis tikus ini banyak
terdapat di semak-semak dan kebun/ladang sayur-sayuran dan
pinggiran hutan dan kadang-kadang masuk ke rumah.
d. Tikus Sawah (Rattus Argentiveter)
Tikus sawah (Rattus Rattus Argentiventer) merupakan hama
yang dapat menimbulkan kerugian bagi tanaman pertanian,
yang dapat menyerang tanaman padi, jagung, kedelai, kacang
tanah dan ubi-ubian. Panjang tikus sawah dari ujung kepala
sampai ujung ekor 270-370 mm, panjang ekor 130-192 mm,
dan panjang kaki belakang 32-39 mm, telinga 18-21 mm
sedangkan rumus mamae 3+3=12. Warna rambut badan atas 4
coklat muda berbintik-bintik putih, rambut bagian perut putih
atau coklat pucat. Tikus jenis ini banyak ditemukan di sawah
dan padang alang-alang. rattus argentiventer (tikus sawah)
adalah merupakan binatang pengerat. Tanda karakteristik
binatang pengerat ditentukan dari giginya. Gigi seri
berkembang sepasang dan membengkok, permukaan gigi

86
seperti pahat. Selain itu terdapat diastema (bagian lebar tidak
bergigi yang memisahkan gigi seri dengan geraham), serta
tidak mempunyai taring. Gigi lainnya berada di bagian pipi
terdiri dari 1 geraham awal (premolar) dan 3 geraham atau
hanya tiga geraham.
e. Tikus Wirok (Bandicota Indica)
Panjang dari tikus wirok ini dari ujung kepala sampai ekor 400-
580 mm, panjang ekornya 160-315 mm, kaki belakang 47-53
mm, telinga 29-32 mm sedangkan rumus mamae 3+3=12.
Warna rambut badan atas dan rambut bagian perut coklat
hitam, rambutnya agak jarang dan rambut di pangkal ekor kaku
seperti ijuk, jenis tikus ini banyak dijumpai di daerah berawa,
padang alang-alang dan kadang-kadang di kebun sekitar rumah.

f. Mencit (Mus Musculus)


Mencit adalah binatang asli Asia, India, dan Eropa Barat.
Mencit (Mus musculus) adalah anggota Muridae (tikus-tikusan)
yang berukuran kecil. Mencit mudah dijumpai di rumah-rumah
dan dikenal sebagai hewan pengganggu karena kebiasaannya
menggigiti mebel dan barang-barang kecil 8 lainnya, serta
bersarang di sudut-sudut lemari. Mencit percobaan 5
(laboratorium) dikembangkan dari mencit, melalui proses
seleksi. Sekarang mencit juga dikembangkan sebagai hewan
peliharaan. Tikus ini mempunyai panjang ujung kepala sampai
ekor kurang dari 175 mm, ekor 81 -108 mm, kaki belakang 12-
18 mm, sedangkan telinga 8- 12 mm, sedangkan rumus mamae
3+2=10. Warna rambut badan atas dan bawah coklat kelabu.

D. Pengertian Pinjal Dan Jenis-Jenis Pinjal


pinjal termasuk ke dalam filum Arthropoda, kelas Insecta, dan
ordo Siphonaptera. Dari famili ini, terdapat beberapa genus yang

87
penting yaitu Tunga (pinjal chigoe), Ctenocephalides (pinjal
kucing dan anjing), Echidnophaga (pinjal a yarn), Pulex,
Ceratophyllus dan Xenopsylla (pinjal tikus). Adapun jenis-jenis
yang sering dijumpai sebagai ektoparasit utama dan menimbulkan
masalah di Indonesia adalah Xerwpsylla cheopis, Pulex irritans
(pinjal tikus), Ctenocephalides felis, dan C. canis. Berikut ini
dibahas biologi dan perilaku pinjal tikus dan lainnya secara umum.
Pinjal juga berperan di dalam proses penularan beberapa penyakit
yang berbahaya bagi man usia dan hewan. Contohnya adalah
penyakit klasik bubonic plaque atau pes yang disebabkan oleh
Pasteurella pestis, ditularkan oleh pinjal Xenopsylla cheopis. Jenis-
jenis pinjal yang lain secara eksperimental dapat menularkan
penyakit tetapi dianggap bukanlah vektor alami. Selain itu, pinjal
C. Jelis diketahui dapat menjadi inang antara cacing pita
anjing/kucing Dypilidium caninum. Pinjal dapat terinfeksi olch
cacing ini terutama semasa larva yang aktif makan bahan organik
dari sekitar inangnya, yang dapat berupa telur cacing pita dalam
feses anjing/kucing yang mengandung cacing. Di dalam tubuh
larva pinjal, telur cacing pita menetas dan menetap dalam otot larva
berupa tahap larva cacing yang dorman (cacing gelembung).
Cacing gelembung bertahan dalam tubuh pinjal hingga pinjal
mencapai dewasa dan menghinggapi inang. Apabila pinjal dewasa
ini tennakan oleh kucing/ anjing, pinjal dapat mati akan tetapi
cacing gelembung dalam tubuh pinjal akan berkembang dalam
saluran pencernaan kucing/ anjing menjadi cacing pita dewasa.
Kejadian kecacinga.n pada man usia yang disebabkan oleh cacing
pita D. cacinum kadang-kadang ditemui pada anak-anak. Hal ini
terjadi karena sanitasi diri yang kurang, terutama anak-anak yang
bermain dengan anjing/kucing peliharaan dan tanpa sengaja
termakan pinjal yang mengandung cacing gelembung D. cacinum,
baik langsung karena terhirup saat mencium hewan peliharaannya,
maupun melalui tangannya (Soviana & Hadi, 2006).

88
II. Alat dan Bahan
Nama alat dan Gambar Kegunaan
bahan

Perangkap tikus Untuk menangkap


tikus

Mistar Untuk mengukur


panjang tikus

Untuk memudahkan
Sisir serit mencari pinjal pada
tikus

Untuk menulis hasil


Alat tulis
pengukuran tikus

Jarum pentul Untuk membantu


pengukuran tikus

89
Untuk
Jarum suntik menyuntikkan
cairan kloroform

Handscoon Untuk menghindari


dari bakteri tikus

Untuk tempat
Styrofoam pengukuran tikus

Untuk wadah pinjal


Kaca preparat pada tikus

Mikroskop Untuk melihat pinjal


tikus

Untuk bahan
Tikus hidup identifikasi

90
Untuk membius
Kloroform tikus

III. Langkah Kerja


1. Pra penangkapan
a. Menyiapkan alat perangkap tikus yang akan digunakan
b. Mencuci trap sebelum digunakan
2. Proses penangkapan
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Meletakkan umpan ke dalam perangkap
c. Meletakkan perangkap di tempat sasaran, misalnya got dll
d. Tinggalkan perangkap hingga tikus masuk ke dalam perangkan,
lalu identifikasi
3. Proses identifikasi
a. Menyiapkan alat dan bahan seperti mistar, jangka sorong, sisir
serit, jarum pentul, jarum suntik, handscoon, chloroform putih,
kaca pembesar, kaca preparat dan tikus yang akan diidentifikasi
b. Sebelum melakukan identifikasi harus menggunakan
handscoon
c. Keluarkan tikus dari perangkap
d. Siapkan jarum suntik, lallu ambil cairan chloroform + 3 ml
e. Suntikkan cairan kloroform ke tubuh tikus hingga tikus tidak
bergerak
f. Catat berapa banyak cairan kloroform yang digunakan untuk
menyuntikkan tikus
g. Setelah tikus tidak bergerak, bentangkan tubuh tikus
menggunakan jarum pentul di atas styrofoam putih

91
h. Ukur bagian-bagian tubuh tikus dimulai dari kepala, tubuh,
tangan kanan, tangan kiri, kaki kanan, kaki kiri, dan ekor
i. Catat hasil pengukuran bagian tubuh tikus
4. Proses pencarian pinjal
a. Lepaskan seluruh jarum pentul yang ada di tubuh tikus
b. Angkat tikus dari atas styrofoam
c. Sisir tubuh tikus menggunakan sisir serit
d. Setelah didapatkan pinjal, letakkan pinjal ke kaca preparat
e. Amati pinjal menggunakan mikroskop
IV. Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
Berdasarkan prakikum yang dilakukan kelompok 3 reguler
2/semester 4, didapatkan hasil:

a. Trapping
Untuk trapping/penjebakan dilakukan dirumah salah
satu mahasiswa, pada tanggal 22 Maret 2022, perangkap
dipasang dihalaman belakang rumah dengan di berikan umpan
ikan pada trap.

Kemudian pada tanggal 11 April 2022 perangkap tersebut


sudah berisi 2 ekor tikus, yang jenis nya adalah tikus rumah
(Rattus tanezumi) Lalu tikus tersebut segera di identifikasi

b. Hasil identifikasi :

Ciri-ciri Tikus rumah Tikus rumah yang diamati


secara umum Tikus 1 Tikus 2
Warna rambut Coklat tua Coklat tua Coklat tua
kehitaman
Panjang keseluruhan 22 cm-37 cm 28 cm 30cm
Panjang kepala 3-5 cm 4 cm 4 cm
Panjang ekor + 20 cm 14 cm 15 cm
Panjang badan + 10-15 cm 10 cm 11 cm
Panjang kaki 3-7 cm 5 cm 7 cm
92
belakang
Panjang kaki depan 2-5 cm 3,5 cm 5 cm
Diameter leher 10-20 mm 14 mm 17 mm
Diameter badan 15-20 mm 16 mm 18 mm

Untuk menghitung panjang tikus keseluruhan dapat dilakukan dengan


Rumus : A (Panjang Kepala) + B (Panjang Badan) + C (Panjang Ekor)
 Tikus 1 : 4 cm + 10 cm + 14 cm = 28 cm
A + B = C : 4 cm + 10 cm = 14 cm, A + B < C
 Tikus 2 : 4 cm + 11 cm + 15 cm = 30 cm
A + B = C : 4 cm + 11 cm = 15 cm, A + B < C
Jadi, panjang keseluruhan tikus 1 adalah 28 cm dan tikus 2 adalah 30
cm

B. Pembahasan
Dalam praktikum kali ini kelompok 3 reguler 2/semester 4,
menggunakan sampel tikus rumah untuk mengidentifiksi jenis nya.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah didapat yaitu penjebakan di
rumah nadia dan identi!ikasi tikus dikampus Jurusan Kesehatan
Lingkungan didapatkan 2 ekor tikus dengan 3 perangkap tikus. Tahap
pertama untuk mencuci alat trap/perangkap tikus dan melakukan
pemasangan trap, dan tahap kedua pengambilan trap sekaligus
melakukan identifikasi tikus. Tikus tersebut disuntikkan dengan cairan
clorofom tikus pertama sebanyak 3ml, tikus kedua sebanyak 3ml, lalu
tikus tersebut mati dengan sendirinya, lalu mengidentifikasi ukuran
tikus terlebih dahulu dari mulai kepala, badan, tangan, kaki, dan ekor,
serta melakukan pemeriksaan parasite pada bagian kulit tikus yaitu
dengan cara menyisir kulitnya menggunakan serit, parasite tersebut
dinamakan pinjal, pinjal tersebut dapat menimbulkan berbagai macam

93
penyakit, yaitu salah satunya penyakit pes. Hasil identifikasi
ditemukannya pinjal pada tikus kedua dan untuk tikus pertama tidak
ditemukannya pinjal. Hasil pengukuran pada tikus didapatkan panjang
keseluruhan tikus 1 adalah 28 cm dan tikus 2 adalah 30 cm.

94
V. Penutup
A. Kesimpulan
Pemasangan perangkap tikus hidup diperlukan waktu selama
sehari semalam. Pemasangan perangkap menggunakan umpan badan
ikan asin. Sebelum melakukan pemasangan perangkap tikus hidup,
hendaknya alat perangkap(cage trap) dicuci terlebih dahulu agar tikus
yang menjadi sasaran mau memasuki perangkap yang berisi umpan
tersebut. dapat disimpulkan bahwa 2 jenis tikus yang diidentifikasi
termasuk jenis tikus rumah (Rattus tanezumi) dan berjenis kelamin
jantan. Dari kedua tikus tersebut ditemukan adanya pinjal pada tikus
kedua dan untuk tikus pertama tidak ditemukan pinjal.

B. Saran
Pada praktium ini disarankan memakai handscoon saat
memegang tikus dan memastikan tikus tersebut pingsan saat akan di
identifikasi dan meletakkan trap jauh hari sebelum hari praktikum dan
menaruh umpan pada trap tersebut.

95
DAFTAR PUSTAKA

Riyanto I.C. (2015). Automatic Moustrap (perangkap tikus otomatis). Eprints.Uny.Ac.Id,


1–36. https://eprints.uny.ac.id/63109/4/Bab II.pdf

Soviana, S., & Hadi, U. K. (2006). Hama permukiman indonesia. pengenalan, biologi,
dan pengendalian. Bogor: Unit Kajian Pengendalian Hama Permukiman. Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, 23–51.

96
LAMPIRAN

Penangkapan tikus

Cairan kloroform yang akan


disuntikan pada tikus

Proses pengukuran panjang


tikus

Bentuk pinjal tikus dari


pengamatan mikroskop

97

Anda mungkin juga menyukai