Laporan Praktikum Pengolahan Sampah Print
Laporan Praktikum Pengolahan Sampah Print
PENGOLAHAN SAMPAH
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3 REGULER 2
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui Mengetahui
Koor unit penanggung Jawab Penanggung Jawab Mata Kuliah
Pendidikan Pengelolaan sampah
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Menyetujui;
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
praktikum mata kuliah Pengelolaan Sampah.
Laporan ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan
Sampah. Selain itu kami berharap laporan ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan serta menambah pengetahuan bagi penulis dan juga
bagi para pembacanya. Dalam menyusun laporan ini kami berusaha sebaik
mungkin untuk mendapatkan sumber-sumber dan informasi, baik dari
buku-buku ataupun website.
Kelompok 3
iv
LEMBAR KONSUL
v
DAFTAR ISI
COVER………………………………………………………………………….…i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN…….……………..………………..………………..iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
LEMBAR KONSUL………………………………………………………………v
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...…vi
PRAKTIKUM I........................................................................................................7
PRAKTIKUM II...................................................................................................33
PRAKTIKUM III...................................................................................................47
PRATIKUM IV......................................................................................................65
vi
PRAKTIKUM I
IDENTIFIKASI SAMPAH
berdasarkan jenisnya
I. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sampah
Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah
adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak diapakai, tidak disenangi
atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan
tidak terjadi dengan sendirinya.(Dobiki, 2018)
7
Sampah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari hasil
aktifitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai
ekonomi. Menurut kamus istilah lingkungan hidup, sampah
mempunyai definisi sebagai bahan yang tidak mempunyai nilai,
bahan yang tidak berharga untuk maksud biasa, pemakaian bahan
rusak, barang yang cacat dalam pembikinan manufaktur, materi
berkelebihan, atau bahan yang ditolak.(Hadiwiyoto, 2014)
B. Sumber-Sumber Sampah
Sampah berasal dari berbagai sumber, berikut adalah sumber-
sumber sampah (Hadiwiyoto, 2014):
a. Perumahan
Sampah perumahan dihasikan dari keluarga kecil, atau beberapa
keluarga tinggal Bersama, apartemen kecil, menengah , dan tingkat
tinggi. Tipe- tipe sampah tesebut ialah Sampah makanan, kertas,
kardus, plastik, tekstil, kulit, sampah kebun, kayu, kaca, kaleng
timah, aluminium, logam lainnya, debu daun dari jalan, sampah
khusus (termasuk barang-barang besar, elektronik, barang
elektronik besar, sampah kebun yang dikumpulkan terpisah; batere,
oli dan ban), sampah rumah tangga berbahaya.
b. Komersil
Sampah komersil dihasilkan dari Toko, restoran, pasar, bangunan
kantor, hotel, motel, percekatan unit pelayanan, bengke, dan lain-
lain. Tipe- tipe sampah tesebut ialah Kertas, kardus, plastik, kayu,
sampah makanan, kaca, logam, sampah khusus (lihat di atas)
sampah berbahaya, dan lain-lain.
c. Institusi
Sampah Institusi dihasilkan dari Sekolah, rumah sakit, penjara,
pusat pemerintahan. Tipe- tipe sampah tesebut ialah kertas, kardus,
plastik, kayu, sampah makanan, kaca, logam, sampah khusus (lihat
di atas) sampah berbahaya, dan lain-lain.
8
d. Konstruksi dan pembongkaran
Sampah Konstruksi dan pembongkaran dihasilkan dari Area
konstruksi baru, area renovasi/ perbaikan jalan, peruntuhan
bangunan, perkerasan yang rusak. Tipe- tipe sampah tesebut ialah
kayu, baja, beton, tanah.
e. Pelayanan perkotaan
Sampah Pelayanan perkotaan dari Pembersihan jalan, pertamanan,
pembersihan cekungan, area parkir dan pantai, tempat rekreasi
lainnya. Tipe- tipe sampah tesebut ialah Sampah khusus, kotoran,
hasil penyapuan jalan, sisa penghiasan pohon dan pertamanan,
pusing dari cekungan, sampah umum dari area parkir, pantai dan
tempat rekreasi.
f. Unit pengolahan ; incinerator kota
Sampah Unit pengolahan ; incinerator kota dihasilkan dari Proses
pengolahan air, air limbah, indusir, dan lain-lain. Tipe sampah
tesebut ialah Limbah unit pengolahan, pada dasarnya terdiri dari
residu lumpur.
g. Sampah perkotaan
Sampah perkota dihasilkan dari seluruh sampah diatas, dan tipe-
tipe sampah tersebut adalah seluruh sampah diatas.
h. Industri
Sampah industry dihasilkan dari Konstruksi, fabrikasi, produksi
ringan dan berat, perpipaan, unit kimia, pembangkit energi,
pembongkaran dan lain-lain. Tipe-tipe sampah tersebut adalh
limbah proses industry, potongan material, dan lain- lain. Sampah
non- industri meliputi sampah makanan, debu, pembongkaran dan
konstruksi, sampah khusus, sampah berbahaya.
i. Pertanian
Sampah pertanian dihasilkan dari Tanaman baris, kebun buah-
buahan, kebun angg ur, produksi susu, penggemukan, peternakan,
9
dan lain-lain. Tipe-tipe sampah tersebut adalah Sampah makanan
yang rusak, sampah pertanian, kotoran, sampah berbahaya.
C. Karakteristik Sampah
Karakteristik sampah sangat bervariasi, karakteristik sampah yang
diketahui atau ditampilkan dalam penanganan sampah yaitu
karakteristik kimia dan karakteristik fisika. Halini tegantung
komponen-komponen yang tedapat dalam sampah itu sendiri. Ciri-ciri
sampah dari berbagai daerah atau tempat serta jenisnya yang berbeda-
beda dapat memungkinkan perbedaan sifat-sifatnya pula. Untuk itu
sampah dinegara maju akan berbeda susunannya dengan sampah-
sampah yang ada di negara yang masih berkembang. (Linda Barus,
2021)
Karakteristik sampah dapat dikelompokkan menurut sifatnya, yaitu
(Linda Barus, 2021):
1. Karakterikstik fisik : yang paling penting adalah
densitas,
kadar volatile, kadar abu, nilai
kalor,
distibusi ukuran.
2. Karakteristik kimia : Khusus yang menggambarkan
sususnan kimia sampah
tersebut
yang terdiri dari unsur
C,N,O,P,H,S,
dsb.
10
Sampah baik kualitas maupun kuantitasnya sangat dipengaruhi
oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor
yang penting antara lain(Yeni, 2013):
a. Jumlah penduduk
Semakin banyak penduduk semakin banyak pula sampahnya
b. Keadaan sosial ekonomi
Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakain
banyak jumlah perkapita sampah yang dibuang.
c. Kemajuan tehnologi
Kemajuan tehnologi akan menambah jumlah maupun kualitas
sampah karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara
pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam pula
12
pengelolaan atau memilah sampah dengan cara atau metode yang
berwawasan lingkungan. Metode tersebut adalah konsep 3 R, yaitu:
1. Reduce (mengurangi sampah) dalam arti tidak membiarkan
tumpukan sampah yang berlebihan. Reduce juga berarti
mengurangi belanja barang-barang yang tidak terlalu dibutuhkan
seperti baju baru, aksesoris tambahan atau apapun yang intinya
adalah pengurangan kebutuhan. Kurangi juga penggunaan kertas
tissu dengan sapu tangan, kurangi penggunaan kertas di kantor
dengan print privew sebelum dicetak agar tidak salah, dan
lainlainnya. Contoh kegiatan Reduce sehari-hari adalah:
a) Memilih produk dengan kemasan yang dapat didaur
ulang;
b) Hindari memakai dan membeli produk yang menghasilkan
sampah dalam jumlah besar; dan/atau
c) Mengurangi penggunaan bahan sekali pakai.
2. Reuse (menggunakan kembali sisa sampah yang bisa digunakan).
Contoh kegiatan Reuse sehari-hari adalah:
a) Memilih wadah, kantong atau benda yang dapat
digunakan beberapa kali atau berulang-ulang, misalkan
menggunakan sapu tangan daripada menggunakan tissu,
menggunakan tas belanja jenis kain daripada
menggunakan plastik;
b) Mengguanakan alat-alat penyimpanan elektronik yang
dapat dihapus dan ditulis kembali.
3. Recycle (Mendaur ulang sampah). Paling mudah adalah mendaur
ulang sampah anorganik. Salah satu hasil dari karya daur ulang
sampah menggunakan botol plastik air minum atau apapun
sebagai pot tanaman, sampai mendaur ulang kertas bekas untuk
menjadi kertas kembali. Contoh kegiatan Recycle sehari-hari
adalah:
13
a) Memilih produk yang dapat didaur ulang dan mudah
terurai;
b) Melakukan pengolahan sampah organik menjadi kompos;
dan/atau
c) Melakukan pengolahan sampah non organik menjadi
barang yang bermanfaat bahkan mempunyai nilai jual.
a. Alat
Tempat memililah
1 TERPAL
sampah
Melindungi tangan
agar tidak
2 HANSCOON
bersentuhan langsung
dengan sampah
14
Mengumpulkan
3 TRANSBAG
sampah
Mempermudah saat
GARPU
4 memilah sampah
SAMPAH
Tempat menyatukan
BOX
5 semua sampah yang
SAMPLING
telah dikumpulkan
SAMPAH
Menimbang berat
6 TIMBANGAN
sampah
15
Melindungi tubuh
dari paparan partikel
7 MASKER
dan virus berbahaya
yang ada di sampah
b. Bahan
Bahan praktikum
1 SAMPAH identifikasi sampah
16
8. Tuangkan sampah kedalam bak sampah yang telah tersedia, lalu
padatkan
9. Lalu pasang terpal ditempat yang telah disediakan
10. Kemudian, tuangkan sampah yang telah dipadatkan pada terpal
11. Pisahkan dan bedakan sampah menurut jenis-jenisnya, dengan
menggunakan tangan yang telah menggunakan handscoon dan garpu
sampah
12. Setelah sampah telah terkumpul dengan masing-masing jenis,
masukkan sampah kedalam trash bag lalu timbang sampah yang telah
dipilah tersebut, dan catat hasil timbangan sampah setelah dipilah
berdasarkan jenisnya.
17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Hasil
Tabel 1 hasil dari pengumpulan sampah perindividu
19
= 79,9
1000
= 0.0799 kg/l
Persentase komposisi %
1. Sampah Anorganik
Plastic :
Jumlah sampah
x100%
Jumlah total sampah
11kg
x100%= 13,7%
79,9 kg
Kertas :
Jumlah sampah
x100%
Jumlah total sampah
7,3kg
x100%= 9,13%
79,9 kg
Botol :
Jumlah sampah
x100%
Jumlah total sampah
1,3kg
x100%= 1,64%
79,9 kg
Gelas :
Jumlah sampah
x100%
Jumlah total sampah
0,2kg
x100%= 0,25%
79,9 kg
2. Sampah organik
• Sayuran :
20
Jumlah sampah
x100%
Jumlah total sampah
25,1kg
x100%= 31,4%
79,9 kg
• Buah-buahan :
Jumlah sampah
x100%
Jumlah total sampah
21kg
x100%= 26,2%
79,9 kg
• Tumbuhan :
Jumlah sampah
x100%
Jumlah total sampah
14kg
x100%= 17,5%
79,9 kg
a. Desain kontainer
Diketahui :
1. Anorganik 19,8 kg / 33 orang = 0,6 kg/hari
2. Organik 60,1 kg / 33 orang = 1,82 kg/hari
3. Pengangkutan sampah anorganik (3 hari)
= 0,6 kg/hari x 3 =1,8 kg/3 hari
4. Pengangkutan sampah organic (3 hari)
= 1,82 kg/hari x 3 = 5,49 kg/3 hari
Perhitungan :
1. Anorganik
= 1,8 kg/3hari x 1000
= 1.800 cm3/3hari
Ukuran kontainer Anorganik
V= PxLxT
1.800 = 18cm x 10 cm x 10 cm
2. Organik
21
= 5,49 kg/3 hari x 1000
= 5.490cm3/ 3 hari
Ukuran container organik
V=PxLxT
5.490= 20 cm x 18 cm x15,25 cm
b. Desain TPS
Diketahui :
Jumlah KK = 33 KK
Satu KK= 5 orang
Maka 33 KK x 5 = 165 Orang
Satu orang menghasilkan 2,4 kg/orang /hari.
Maka= 2,4kg/O/Hari x 165 Orang
1000
= 0,4 m3/Hari.
Pengangkutan 3 hari, maka:
= 0,4 m3/Hari x 3 Hari
= 1,2 m3/3hari.
g. Total anggaran
Bahan Kebutuhan Harga Total
Bata 432 buah Rp. 650,- Rp. 280.800,-
Pasir 0,4 m3 Rp.300.000,- Rp. 120.000,-
Semen 4 sak Rp. 60.000,- Rp. 240.000,-
Total Rp. 640.800,-
b. Pembahasan
Dalam praktikum ini langkah pertama timbang total
sampah yang sudah dikumpulkan lalu letakkan sampah kedalam
bak sampah bervolume 1 m3, padatkan sampah yang sudah
diletakan bak sampah lalu tuangkan sampah diatas terpal yang
sudah digelar. Pisahkan sampah berdasarkan jenisnya.
Pemisahan sampah dilakukan dengan cara memilah sampah
berdasarkan jenis sampah organik, anorganik dan B3. Sampah
organik adalah sampah yang berasal dari sisa makhluk hidup yang
24
mudah terurai secara alami tanpa proses campur tangan manusia
untuk dapat terurai. Contohnya sisa sayur,kulit pisang, buah yang
busuk, kulit bawang, daun- daun kering, dan sejenisnya. Sampah
anorganik adalah sampah yang sudah tidak dipakai lagi dan sulit
terurai.Contohnya plastik, botol/kaleng minum, kresek, kaca dan
sejinisnya.Sedangkan B3 adalah zat, energi dan/ atau jumlahnya,
baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan,
merusak lingkungan hidup.
Setelah melakukan pemisahkan sampah menurut jenis
sampah, lakukan penimbangan menurut jenis sampah. Setelah
ditimbang menurut jenis sampah, totalkan sampah lalu hitung
persentase sampah, dan dari hasil praktikum yang telah kami
lakukan diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut :
Jumlah sampah
x100%
Jumlah total sampah
19,8kg
x100%= 24,79%
79,9 kg
Jumlah sampah
x100%
Jumlah total sampah
60,1kg
x100%= 75,2%
79,9 kg
25
Jumlah KK 33 kk, 1 KK terdiri dari 4 orang maka 33 kk x 4 = 165
orang satu orang menghasilkan 2,4 kg/orang/hari maka berjumlah
0,4m3/hari. Pengangkutan sampah 3 hari maka berjumlah 1,2 m 3/3
hari, jadi ukuran TPS pengangkutan 3 hari P 1,2 m L 1 m T 1 m.
Kebutuhan/ pengeluaran :
Bahan Kebutuhan Harga Total
Bata 432 buah Rp. 650,- Rp. 280.800,-
Pasir 0,4 m3 Rp.300.000,- Rp. 120.000,-
Semen 4 sak Rp. 60.000,- Rp. 240.000,-
Total Rp. 640.800,-
26
V. PENUTUP
a. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang kami lakukan, diperoleh hasil sampah
seberat 79,9 kg, sampah anorganik terdiri dari sampah plastic dengan
berat 11kg dengan presentase 13,7 %, sampah kertas 7,3 kg dengan
presentase 9,13 %, sampah botol 1,3kg dengan presentase 1,64 %,
sampah gelas 0,2kg dengan presentase 0,25 %, sedangkan sampah
organic seberat 60,1 kg dengan presentase 75,2 %.
27
= 4 sak X Rp. 60.000,-
= Rp. 240.000,-
Jadi, total anggaran biaya yang dibutuhkan yaitu Rp. 640.800,-
b. Saran
1. Dalam praktik ini hendaknya menggunakan handscoon dan masker
guna melindungi tangan dari sampah dan bau dari sampah.
2. Cermati timbangan sampah dari total maupun jenis-jenis sampah
yang ditimbang agar mendapatkan data akurat
28
DAFTAR PUSTAKA
29
LAMPIRAN
SAMPAH ORGANIK
SAMPAH CAMPURAN
SAMPAH ANORGANIK
30
31
32
33
PRAKTIKUM II
PEMBUATAN KOMPOS
I. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kompos
34
Sampah adalah bahan padat buangan dari kegiatan rumah tangga, pasar,
perkantoran, ruamh penginapan, hotel, rumah makan, industri, atau aktivitas
manusia lainnya. Sampah merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia
yang sudah tidak terpakai. (nurhidayat, 2015)
B . Macam-Macam Sampah
36
C. Berbagai Aspek
1. Aspek Ekonomi
2. Aspek Lingkungan
37
II. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Untuk menimbang
sampah organic yang
1 timbangan
akan dijadikan kompos
Untuk tempat
2. terpal pencampuran/pencacahan
bahan-bahan kompos
Untuk melindungi
Masker
hidung dan mulut
38
Mesin
pencacah Digunakan untuk
sampah mencacah sampah
organic organic
B. Bahan
Sampah organic
1
2 Kotoran ayam
3 EM4
Air
4
5 Gula pasir
39
III. PROSEDUR KERJA
A. Hasil
No Nama Keterangan
1. Nevy rahmawati 0,6 kg
2. Delia andini 0,6 kg
3. Denita mutiara 0,6 kg
4. Lucy rinda 0,6 kg
5. Hannan naila 0,6 kg
40
6. Diah ayu 1 kg
7. Firda ayu 1,4 kg
8. Nadia adila -
9. Dinda mutiara 1,1 kg
10. Natasya E. 4,2 kg
11. Denaya okti 0,7 kg
Total 12 kg
Berdasarkan Tabel 1.1 Total berat sampah yang di bawa per individu
yaitu 12 kg
No Nama Jumlah
2 Cairan EM4 12 ml
3. Gula / molase 12 gr
41
Berdasarkan Tabel 1.3,Jumlah Air yang digunakan adalah 600 ml
air ,Jumlah cairan EM4 adalah 12 ml,dan gula/molase 12gr
( X . A )+(Y . B)
Rumus mencari C/N rasio : =C
d ( X +Y ) +Y
Keterangan :
X : sampah sayuran = 12 kg
A : sampah sayuran = 12
Diketahui : X = 12 kg
A = 12
B = 200
C = 30
Ditanya : Y?
42
( X . A )+ ( Y . B )
Jawab : =C
d ( X +Y )+Y
( 10 x 12 ) +(200 xY )
: =30
(10+Y )
200 Y = 2,6 + 30 Y
30
Y = : 2,6 = 0,05
200
Didapatkan Y = 0,05bagian,
B. Pembahasan
44
udara akan terhambat masuk kedalam materi organik sehingga mati
karena kekurangan udara. Maka simpan ditempat yang cukup kering,
Berat total sampah yang di bawa per individu yaitu dan
dikumpulkan dalam satu kelompok dengan total yang di dapatkan
yaitu 12 kg, berat kotoran ayam dan sekam total dalam satu
kelompok yaitu 6 kg, dikumpulkan menjadi satu sampah individu,
Setelah 21 hari setelah kompos matang kemudian bisa
dilakukan penjemuran kompos (dibawah sinar matahari), penjemuran
ini bertujuan untuk menghentikan proses pengomposan, dan
menstabilkan berat serta meningkatkan kualitas kompos tersebut,
penjemuran kompos dilakukan pada 7 maret 2022 hingga 14 maret
2022. Waktu tersebut sesuai dengan standar yang seharusnya hanya
diangin-anginka demikian hal tersebut menyebabkan kompos
memiliki tekstur yang keras, sehingga sebelum dilakukan pengayakan
perlu menghaluskan kompos dengan cara diinjak-injak dahulu dan
meremas remas gumpalan kompos agar lebih halus. Setelah itu
kompos bisa diayak, kemudian ditimbang untuk mengetaui berat
kompos sebanyak 2 Kg. Kompos yang sudah matang, (TO, RH dan
keasamannya relatif tidak berubah lagi, kemudian lakukan proses
packing masukkan kedalam kantong plastik tebal dengan rapi lalu
direkatkan, dan kompos siap dipasarkan.
A. Kesimpulan
45
juga terjadi pada ketinggian timbunan kompos yang menghasilkan bau
yang tidak sedap.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
nyoman. (2012). kompos pusat penelitian antar universitas ilmu hayati. bogor:
rineka cipta.
46
Yuliati, I. d. (2015). Kompos. Bogor: Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan
Indonesia.
LAMPIRAN
47
Proses penjemuran kompos
PRAKTIKUM III
BIOGAS
48
I. Tinjauan Pustaka
A. Pengertian Biogas
Biogas adalah gas yang mudah terbakar (flammable) yang
dihasilkan dari proses fermentasi (pembusukan) bahan-bahan organik
oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi tanpa
oksigen yang ada dalam udara). Bahan-bahan organik adalah bahan-
bahan yang dapat terurai kembali menjadi tanah, misal sampah dan
kotoran hewan (sapi, kambing, babi, dan ayam). Proses fermentasi ini
sebetulnya terjadi secara alamiah tetapi membutuhkan waktu yang relatif
lama. Biogas merupakan salah satu sumber energi terbaharukan karena
keberadaan bahan baku akan terus ada selama kehidupan ini masih
berlangsung. Biogas berbeda dengan bahan bakar fosil (minyak bumi
dan batu bara) yang merupakan bahan bakar tidak dapat diperbaharui.
(Ambar Pertiwiningrum, 2015)
B. Komposisi
Biogas sebagian besar mengandung gas methan (CH4) dan
karbondioksida (CO2), dan beberapa kandungan senyawa lain yang
jumlahnya kecil diantaranya hidrogen sulfida (H2S), ammonia (NH3),
hidrogen (H2), serta oksigen (O2). Komposisi biogas secara umum
ditampilkan dalam tabel 1.
Tabel Komposisi Biogas Secara Umum
Komponen %
Metana (CH4) 55-75
Karbon dioksida (CO2) 25-45
Nitrogen (N2) 0-0,3
Hydrogen (H2) 1-5
Hydrogen Sulfida (HS2) 1-5
oksigen (O2) 0,1-0,5
50
Energi yang terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi
methan (CH4). Semakin tinggi kandungan methan maka semakin besar
kandungan energi (nilai kalor) pada biogas, dan sebaliknya semakin
kecil kandungan methan semakin kecil nilai kalor. Kualitas biogas dapat
ditingkatkan dengan memperlakukan beberapa parameter yaitu :
Menghilangkan hidrogen sulphur, kandungan air dan karbon dioksida
(CO2) atau yang disebut dengan proses purifikasi.
C. Energi Biogas
Nilai energi biogas jika dibandingkan dengan nilai energi bahan
bakar yang lain yaitu kalori dalam satu (1) m3 biogas setara dengan:
1. 6 kwh energi listrik
2. 0,62 liter minyak tanah
3. 0,52 liter minyak solar atau minyak diesel
4. 0,46 kg elpiji
5. 3,50 kg kayu bakar
6. 0,80 liter bensin
7. 1,50 m3
Campuran gas bio akan mudah terbakar jika kandungan gas
methan lebih dari 50%. Ketika gas dibakar, maka api yang terbentuk
akan berwarna biru layaknya api dari elpiji dan energi panas yang
dihasilkan berkisar sekitar 5200-5900 kcal/m3 gas atau sama halnya
dengan memanaskan 65-73 liter air dari suhu 20°C sampai mendidik
atau menyalakan lampu dengan daya 50-100 watt selama 3-8 jam.
Perhitungan nilai energi yang dihasilkan dari biogas dapat dilakukan
yaitu dengan mengasumsi 1 kg kotoran sapi bisa menghasilkan 0,03 m3
gas. Jumlah kotoran yang dihasilkan oleh satu ekor sapi tiap hari sekitar
10 kg. Maka perkiraan jumlah sapi dewasa (berat 500 kg) yang
dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah gas dapat dilihat pada tabel 2.
52
d. Air yang tidak mengandung zat-zat yang dapat menghambat
pemngembangbiakan bakteri.
e. Perbandingan unsur karbon dan nitrogen (C/N) paling baik
untuk pembentukan biogas adalah 30.
2. Bahan Baku Biogas
Beberapa bahan organik yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku biogas yaitu:
a. Limbah rumah tangga Limbah yang dipakai misalnya limbah
kulit buah, kertas, sekam, daun, limbah sisa makanan, dan lain-
lain.
b. Kotoran ternak Kotoran sapi, kerbau, babi, kambing, dan
unggas.
c. Kotoran manusia Kotoran manusia dapat menghasilkan gas bio.
Namun sebelum digunakan untuk bahan baku biogas, cukup
penting melakukan karakteristik awal beberapa sampel tinja.
d. Limbah organik Limbah organik dapat berasal dari sisa tumbuh-
tumbuhan, rumput-rumputan, atau sisa proses industri misalnya
limbah organik cair yang berupa limbah industri tahu, tempe,
industri tapioka, industri gula.
3. Bahan Baku Biogas
Beberapa bahan organik yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku biogas yaitu:
a. Limbah rumah tangga
Limbah yang dipakai misalnya limbah kulit buah, kertas,
sekam, daun, atau limbah sisa makanan
b. Kotoran ternak
Kotoran sapi, kerbau, babi, kambing, dan unggas.
c. Kotoran manusia
Kotoran manusia dapat menghasilkan gas bio. Namun sebelum
digunakan untuk bahan baku biogas, cukup penting melakukan
karakteristik awal beberapa sampel tinja.
53
d. Limbah organik
Limbah organik dapat berasal dari sisa tumbuh-tumbuhan,
rumput-rumputan, atau sisa proses industri misalnya limbah
organik cair yang berupa limbah industri tahu, tempe, industri
tapioka, industri gula. Salah satu pemasalahan yang dihadapi
dalam fermentasi anaerob adalah keberadaan senyawa-
senyawa tertentu yang bertindak sebagai inhibitor. Oleh karena
itu, perlu ditambahkan sesuatu pada bahan baku supaya
menghilangkan pengaruh inhibitor yang ada. Rasio ideal C/N
untuk proses dekomposisi anaerob untuk menghasilkan metana
adalah 25-30. Oleh karena itu, pada proses pencemaran bahan
baku diusahakan memenuhi rasio ideal. Rasio C/N
(carbon/nitrogen) dari beberapa bahan organik dapat dilihat
pada tabel berikut ini
54
bervariasi. Sifat alami bahan baku adalah padatan,
semipadatan atau cairan.
F. Instalasi Biogas
Metana dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih
daripada batu bara, dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan
emisi karbon dioksida yang lebih sedikit. Biogas dapat digunakan
sebagai bahan bakar kendaraan maupun untuk menghasilkan listrik.
Pemanfaatan biogas memegang peranan penting dalam manajemen
limbah karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih berbahaya
dalam pemanasan global bila dibandingkan dengan karbon dioksida.
Karbon dalam biogas merupakan karbon yang diambil dari atmosfer
oleh fotosintesis tanaman, sehingga bila dilepaskan lagi ke atmosfer
tidak akan menambah jumlah karbon diatmosfer bila dibandingkan
dengan pembakaran bahan bakar fosil. Biogas cocok digunakan sebagai
56
bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan pengganti minyak tanah,
LPG, batu bara, maupun bahan-bahan lain yang berasal dari fosil.
Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik
secara anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas
yang sebagian besar adalah berupa gas metan (yang memiliki sifat
mudah terbakar) dan karbon dioksida, gas inilah yang disebut biogas.
Bangunan utama dari instalasi biogas adalah Digester yang berfungsi
untuk menampung gas metan hasil perombakan bahan bahan organik
oleh bakteri. Jenis digester yang paling banyak digunakan adalah model
continuous feeding dimana pengisian bahan organiknya dilakukan
secara kontinyu setiap hari. Besar kecilnya digester tergantung pada
kotoran ternak yamg dihasilkan dan banyaknya biogas yang diinginkan.
1. Tipe Digester
Terdapat dua tipe digester yaitu tipe batch dan tipe kontinyu.
a. Tipe Batch
Pada tipe batch, bahan dimasukkan sekali dalam pengoperasian
digester dan apabila produksi gas menurun maka bahan yang
telah diproses diganti dengan bahan yang baru. Dengan kata
lain tipe batch digunakan apabila bahan yang tersedia adalah
sewaktu-waktu. Sedangkan di peternakan sapi perah, kotoran
sapi tersedia tiap hari dan apabila menggunakan tipe batch,
maka bahan dikumpulkan beberapa hari (tergantung volume
digester tipe batch) terlebih dahulu dan berakibat hilangnya
bahan organik selama pengumpulan yang merupakan bahan
penghasil gas bio.
b. Tipe Kontinyu
Tipe kontinyu adalah tipe biodigester yang dirancang dimana
bahan dimasukkan secara kontinyu setiap hari sesuai
denganketersediaan bahan di kandang.
57
II. Alat dan Bahan
A. Alat
58
2 Galon Untuk mengisi bahan
baku yaitu kotoran
sapi
4 Sambungan Untuk
y menyambungkan
selang
59
8 selang Untuk menyalurkan
gas dari galon ke
ban
60
B. Bahan
1. Kotoran sapi
2. air
62
IV. Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
Pengamatan terhadap pembuatan biogas skala rumah tangga
selama 14 hari didapatkan hasil sebagai berikut :
2. Ban mengembang
B. Pembahasan
Dari hasil yang kami dapatkan selama 2 minggu biogas kami
mengembang dan dinyatakan berhasil,proses biogas
membutuhkan bakteri tertentu untuk bekerja dengan baik.
Bakteri ini sudah ada terkandung dalam kotoran sapi. Inilah
alasan mengapa digunakan kotoran sapi sebagai starter. Bakteri
tersebut merupakan bakteri metanogen, terdapat empat jenis
bakteri anaerob yang berperan dalam memproduksi gas metana
yaitu, Methanobacterium, Methanobacillus, Methanococcus, dan
Methanosarcina. Proses pembuatan biogas dilakukan secara
fermentasi yaitu proses terbentuknya gas metana dalam kondisi
63
anaerob dengan bantuan bakteri anaerob di dalam suatu digester
sehingga akan dihasilkan gas metana (CH4) dan gas karbon
dioksida (CO2) serta gas-gas lain seperti H2S, H2, N2 dalam
konsentrasi rendah. Didalam proses pembentukan biogas
terdapat tiga tahapan yaitu tahapan hidrolisis dimana terjadi
degradasi bahan organic yaitu penguraian senyawa komplek
menjadi senyawa sederhana, tahap kedua pengasaman
(asidogenik) yaitu pembentukan asam asetat dari senyawa yang
telah terhidrolisis oleh bantuan bakteri asam, dan yang terakhir
tahap metanogenik yaitu tahap dimana bakteri metanogen
membentuk gas metana secara perlahan, asetat akan mengalami
dekarboksilasi kemudian bersama-sama dengan H2 dan CO2
menghasilkan produk akhir, yaitu metan (CH4) dan
karbondioksida (CO2). Proses ini berlangsung selama 14 hari.
Setelah proses fermentasi berhasil maka seterusnya hanya akan
memerlukan waktu beberapa detik untuk menghasilkan biogas
per-harinya dan memerlukan waktu 1 sampai 2 minggu untuk
menghasilkan bioslurry
V. Kesimpulan
Biogas adalah gas yang mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari
proses fermentasi (pembusukan) bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri
anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi tanpa oksigen yang ada dalam
udara). Bahan-bahan organik adalah bahan-bahan yang dapat terurai
kembali menjadi tanah, misal sampah dan kotoran hewan (sapi, kambing,
babi, dan ayam). Biogas dapat dihasilkan pada hari ke 4–5 sesudah
biodigester terisi penuh, dan mencapai puncaknya pada hari ke 20–25
64
DAFTAR PUSTAKA
https://paktanidigital.com/artikel/mengolah-kotoran-ternak-biogas/
#.XnHRpE79jBI diakses tanggal 15 Maret 2020
65
PRATIKUM IV
INCINERATOR
1. TINJAUN PUSTAKA
A. Limbah Medis (B3)
Limbah medis yaitu buangan dari kegiatan pelayanan yang tidak
dipakai ataupun tidak berguna termasuk dari limbah pertamanan. Limbah
medis cenderung bersifat infeksius dan kimia beracun yang dapat
mempengaruhi kesehatan manusia, memperburuk kelestarian lingkungan
hidup apabila tidak dikelola dengan baik. Limbah medis puskesmas adalah
semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan puskesmas dalam bentuk
padat dan cair (Kepmenkes RI No. 1428/Menkes/SK/XII/2006).
Berdasarkan potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya, oleh
Departemen Kesehatan RI limbah medis telah digolongkan sebagai
berikut (Adisasmito, 2009):
a. Limbah Benda Tajam
Yaitu obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau
bagian yang menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit,
seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur,
pecahan gelas dan pisau bedah.
b. Limbah Infeksius
Yaitu limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi
penyakit menular dan limbah laboratorium yang berkaitan dengan
66
pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi
penyakit menular
b. Limbah Sitotoksik
Yaitu bahan yang terkontaminasi oleh obat sitotoksik selama
peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik .
c. Limbah Farmasi
Yaitu terdiri dari obat-obatan kedaluwarsa, obat yang terbuang
karena karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau
kemasan yang terkontaminasi, obat yang tidak diperlukan lagi atau
limbah dari proses produksi obat.
d. Limbah Kimia
Yaitu limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam
tindakan medis, veterenary, laboratorium, proses sterilisasi atau
riset. Dalam hal ini dibedakan dengan buangan kimia yang termasuk
dalam limbah farmasi dan sitotoksik.
e. Limbah Radioaktif
Yaitu bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal
dari penggunaan medis atau riset radio nuklida. Dalam kaitan dengan
pengelolaannya, limbah medis dikelompokkan menjadi lima (5),
yaitu :
1) Golongan A
Dressing bedah, swab, dan semua limbah yang
terkontaminasi dari daerah ini
Bahan-bahan linen dari kasus penyakit infeksi
Seluruh jaringan tubuh manusia, bangkai/jaringan hewan dari
laboratorium dan hal-hal lain yang berkaitan dengan swab
dan dressing.
2) Golongan B
Syringe bekas
Jarum
Pecahan gelas dan benda tajam lainnya
67
3) Golongan C
Limbah dari laboratorium dan post partum (kecuali yang
termasuk dalam gol.A)
4) Golongan D
Limbah bahan kimia dan bahan farmasi tertentu.
5) Golongan E
Pelapis bed-pan
Disposable
Urinoir
Incontinence-pad
Stamag bags
B. Pengertian incenarator
Incinerator merupakan tungku pembakaran untuk mengolah limbah
padat yang mengkonversi materi padat (sampah) menjadi materi gas dan
abu (bottom ash dan fly ash). Insinerasi adalah proses pengolahan imbah
padat dengan cara pembakaran pada temperature lebih dari 800 oC untuk
mereduksi sampah mudah terbakar (combustible) yang sudah tidak dapat
didaur ulang lagi, membunuh bakteri, virus, dan kimia toksik (Latief,
2012).
68
digunakan untuk proses pembakaran sampah. Alat ini berfungsi untuk
merubah bentuk sampah menjadi lebih kecil dan praktis serta
menghasilkan sisa pembakaran yang steril sehingga dapat dibuang
langsung ketanah. Energi panas hasil pembakaran dalam incinerator dapat
digunakan sebagai energi alternative bagi proses lain seperti pemanasan
atau pengeringan. Alat ini dilengkapi dengan sistem pengendalian dan
kontrol untuk memenuhi batas-batas emisi partikel dan gas buang
sehingga dipastikan asap yang keluar dari tempat pembakaran sampah
merupakan asap atau gas yang sudah netral. Abu yang dihasilkan dari
proses pembakaran bisa digunakan untuk bahan bangunan, buat bahan
kompos, atau buang kelandfill. Sedangkan residu dari sampah yang tidak
bisa dibakar seperti sisa logam bisa didaur ulang.
C. Bagian-bagian
Pada incinerator terdapat 2 ruang bakar, yang terdiri dari Primary
Chamber dan Secondary Chamber (Priyambada, 2013).
1. Primary Chamber
Berfungsi sebagai tempat pembakaran limbah. Kondisi pembakaran
dirancang dengan jumlah udara untuk reaksi pembakaran kurang dari
semestinya, sehingga disamping pembakaran juga terjadi reaksi pirolisa.
Pada reaksi pirolisa material organik terdegradasi menjadi karbon
monoksida dan metana. Temperatur dalam primary chamber diatur
pada rentang 600oc- 800oc dan untuk mencapai temperatur tersebut,
pemanasan dalam primary chamber dibantu oleh energi dari burner
dan energi pembakaran yang timbul dari limbah itu sendiri. Udara
(oksigen) untuk pembakaran di suplai oleh blower dalam jumlah yang
terkontrol.
2. Secondary Chamber
Gas hasil pembakaran dan pirolisa perlu dibakar lebih lanjut agar tidak
mencemari lingkungan. Pembakaran gas-gas tersebut dapat berlangsung
dengan baik jika terjadi pencampuran yang tepat antara oksigen (udara)
dengan gas hasil pirolisa, serta ditunjang oleh waktu tinggal (retention
time) yang cukup. Udara untuk pembakaran di secondary chamber
disuplai oleh blower dalam jumlah yang terkontrol. Selanjutnya gas
pirolisa yang tercampur dengan udara dibakar secara sempurna oleh
burner didalam secondary chamber dalam temperatur tinggi yaitu sekitar
800oc-1000oc Sehingga gas-gas pirolisa (Metana, Etana dan
Hidrokarbon lainnya) terurai menjadi gas CO2 dan H2O.
D. Jenis-jenis Incinerator
Jenis incinerator yang paling umum diterapkan untuk membakar
limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed.
a. Incinerator Rotary Klin
Tipe ini cocok untuk menginsinerasi limbah yang mempunyai
kandungan air (water content) yang cukup tinggi dan volumenya
cukup besar. System incinerator ini berputar pada bagian Primary
Chamber , dengan tujuan untuk mendapatkan pembakaran limbah yang
merata keseluruh bagian.
Proses pembakarannya sama dengan type static, terjadi dua
kali pembakaran dalam Ruang Bakar 1 ( Primary Chamber) untuk
limbah dan Ruang Bakar 2 (Seacondary Chamber ) untuk sisa-sisa gas
yang belum sempurna terbakar dalam Primary Chamber. (Priyambada,
2004).
70
Sumber : Pollution issues /Ho-Li / Incineration, 2013
71
Sumber : Combuston Portal, 2011
73
E. Prinsip Kerja Incinerator
Sebagai tempat pembakaran dengan suhu tinggi (>800 oC) sehingga bahan
yang dibakar tidak dapat didaur ulang lagi. Proses incinerasi digunakan untuk
mereduksi sampah yang tergolong mudah terbakar (combustible) dan tidak boleh
didaur ulang lagi karena berbagai alas an. Sasaran incinerasi adalah untuk
mereduksi massa dan volume buangan, membunuh bakteri dan virus, mereduksi
materi kimia toksik, serta memudahkan penanganan limbah selanjutnya. Inserasi
dapat mengurangi volume buangan padat domestic sampai 85 % - 95 % dan
pengurangan berat sampai 70 % - 80 %.
74
II. Alat dan Bahan
a. Alat
NO. Nama Alat Gambar Fungsi
1 Masker Melindungi tubuh
dari paparan
partikel dan virus
berbahaya yang ada
disampah
2 Handscoon
Melindungi tangan
agar tidak
bersentuhan dengan
langsung dengan
sampah
75
3 Timbangan
Untuk menimbang
berat sampah
b. Bahan
NO. Nama Bahan Gambar Fungsi
1 Sampah Sampah bukan benda
tajam sebagai bahan untuk
pembakaran diinsinerator.
76
2 Safety Box Sebagai tempat sampah
terhadap tusukan jarum,
benda tajam.
77
Ukuran diameter 15 cm Ukuran 0.5-300 µm
Ukuran 40x40 cm
Ukuran 40 cmx20 cm
78
Tinggi cerobong dari tanah : 14 m
b. Pembahasan
Berdasarkan hasil pratikum yang telah dilakukan dengan berat
sampah 1.5 kg sampah medis plasik kuning dan 400 gr safety box.
Langkah pertama dalam proses incenerasi yaitu dengan menimbang
limbah medis yang akan dibakar. Sebelumnya alat incinerator ini
digunakan isi bahan bakar terlebih dahulu yaitu solar. Kemudian
masukkan sampah limbah medis kedalam incinerator lalu tutup dan putar
tombol start untuk memulai proses pembakaran. Limbah medis yang
masuk kedalam incinerator dengan berat sampah 1.5 sampah kuning dan
400 gr safety box dalam waktu pembakaran 30 menit dengan suhu 900 o C.
Gas hasil pembakaran sebagaimana diketahui bahwa pembakaran adalah
proses oksidasi dimana oksigen diberikan dengan mengikuti rasio
udara berlebih terhadap massa bahan bakar agar diperoleh reaksi
pembakaran yang komplit. Reaksi utama dari proses pembakaran antara
karbon dengan oksigen akan membentuk karbon monoksida (CO) dan
karbon dioksida (CO2). Karbon dioksida merupakan produk pembakaran
yang memiliki temperatur rendah. Oksidasi karbon monoksida ke karbon
dioksida hanya dapat terbentuk jika memiliki sejumlah oksigen yang
seimbang. Kandungan CO yang tinggi mengindikasikan proses
pembakaran tidak komplit dan ini harus seminimal mungkin
dihindari, karena:
a. CO adalah gas yang dapat dibakar. Kandungan CO yang tinggi akan
menghasilkan efisiensi pembakaran yang rendah.
b. Dapat menyebabkan gangguan bau (odour)
Dalam suatu pembakaran, diharapkan terjadi pembakaran sempurna.
Untuk suatu bahan bakar hidrokarbon, produk yang akan dihasilkan
adalah CO2, H2O dan N2, sementara O2 juga akan terbentuk jika terjadi
kelebihan suplai udara. Jika bahan bakar telah ditentukan dan
pembakaran terjadi secara sempurna, jumlah dari masing-masing produk
79
dapat ditentukan dengan menerapkan prinsip konservasi massa pada
persamaan kimia. Di dalam semua jenis alat pembakaran, derajat
pencampuran antara bahan bakar dan udara merupakan suatu faktor
penentu dalam reaksi yang terjadi setelah terjadi pencampuran bahan
bakar dan udara.
80
V. PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum incinerator tungku pembakaran untuk
mengeloh limbah medis menjadi gas dan abu (bottom ash dan fly ash)
dengan temperatur lebih dari 900oc untuk mereduksi sampah limbah
medis 1.5 kg dan sampah suntikan 400 kg mudah terbakar
(combustible) yang sudah tidak dapat didaur ulang lagi, membunuh
bakteri, virus, dan kimia toksik. Reaksi utama dari proses
pembakaran antara karbon dengan oksigen akan membentuk
karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2). Oksidasi
karbon monoksida ke karbon dioksida hanya dapat terbentuk
jika memiliki sejumlah oksigen yang seimbang.
b. Saran
Dari hasil pratikum yang telah dilakukan disaran menggunakan masker
dan handscoon guna untuk mencegah virus dari penularan dari sampah
tersebut. Menyebabkan timbulnya permasalahan sampah tidak dapat
teratasi dengan baik, ketidak pedulian masyarakat terhadap sampah
membuat sampah terus menumpuk diberbagai sudut kota tanpa adanya
sentuhan penanganan yang benar. Oleh karena itu, dengan adanya
incinerator, maka kita dapat mengurangi jumlah kapasitas sampah yang
berada dalam lingkungan.
81
DAFTAR PUSTAKA
82
LAMPIRAN
83
PRAKTIKUM VI
PRAKTIKUM V
IDENTIFIKASI TIKUS DAN PINJAL
I. Tinjauan Pustaka
A. Pengertian Tikus
Tikus adalah binatang yang termasuk dalam ordo rodentia, sub
ordo Myormorpha, family muridae. Family muridae ini merupakan
family yang dominan dari ordo rodentia karena mempunyai daya
reproduksi yang tinggi, pemakan segala macam makanan
(omnivorous) dan mudah beradaptasi dengan lingkungan yang
diciptakan manusia. Tikus adalah mamalia yang termasuk dalam
suku Muridae. Spesies tikus yang paling dikenal adalah mencit
(Mus spp.) serta tikus got (Rattus norvegicus) yang ditemukan
hampir di semua negara dan merupakan suatu organisme model
yang penting dalam biologi (Riyanto I.C, 2015).
84
ekor) tergantung dari jenis dan keadaan makanan di lapangan. Dan
setelah 2-3 hari setelah melahirkan tikus-tikus tersebut sudah siap
kawin lagi (Riyanto I.C, 2015).
C. Jenis-jenis tikus
Ada beberapa jenis-jenis tikus yaitu (Riyanto I.C, 2015):
a. Tikus Rumah (Rattus tanezumi)
Tikus ini mempunyai panjang ujung kepala sampai ujung ekor
220- 370 mm, ekor 101 -180 mm, kaki belakang 20-39 mm,
ukuran telinga 13- 23 mm, sedangkan rumus mamae 2+3=10.
Warna rambut badan atas coklat tua dan rambut badan bawah
(perut) coklat tua kelabu. Yang terrnasuk dalam jenis tikus
rumah (rattus rattus) yaitu tikus atap (roof rat), tikus kapal
(ship rat), dan black rat. Jika dilihat dari jarak kedekatan
hubungan antara aktifitas tikus dengan manusia, tikus rumah
merupakan jenis domestik, yaitu aktifitas dilakukan di dalam
rumah manusia atau disebut juga tikus komensal (comensal
rodent) atau synanthropic. Umur tikus rumah rata-rata satu
tahun dan mencapai dewasa siap kawin pada umur 2-3 bulan
baik pada tikus jantan maupun betina. Masa bunting selama 21-
23 hari dan seekor tikus betina dapat melahirkan 6-12 (rata-rata
8) ekor anak tikus. Setelah 24- 48 jam melahirkan, tikus betina
siap kawin lagi atau disebut post partum oestrus. Tikus rumah
merupakan binatang arboreal dan pemanjat ulung.
Kemampuan memanjat tembok kasar dan turun dengan kepala
dibawah sangat lihai, dan bila jatuh dari ketinggian 5,5 meter
tidak akan menirnbulkan luka yang berarti bagi tikus. Makanan
yang dibutuhkan seekor tikus dalam sehari sebanyak 10- 15%
dari berat badannya. Perilaku makan tikus dengan memegang
makanan dengan kedua kaki depan, dan kebiasaan mencicipi
makanan untuk menunggu reaksi makanan tersebut dalam
perutnya. Hal ini perlu diperhatikan apabila kita memberantas
85
tikus 3 dengan racun. Tikus mempunyai kebiasaan mencari
makan dua kali sehari yaitu pada 1 -2 jam setelah matahari
tenggelam dan pada l-2 jam sebelum fajar.
b. Tikus Got (Rattus Norvegicus)
Tikus got ini mempunyai panjang ujung kepala sampai ekor
300-400 mm, panjang ekornya 170-230 mm, kaki belakang 42-
47 mm, telinga 18-22 mm dan mempunyai rumus mamae
3+3=12. Warna rambut bagian atas coklat kelabu, rambut
bagian perut kelabu. Tikus ini banyak dijumpai diseluruh
air/roil/got di daerah kota dan pasar.
c. Tikus Ladang (Rattus Exulans)
Tujuh tikus ladang mempunyai panjang ujung kepala sampai
ekor 139-365 mm, panjang ekor 108-147 mm, kaki belakang
24-35 mm dan ukuran telinga 11-28 mm dan mempunyai
rumus mamae 2+2=8. Warna rambut badan atas coklat kelabu
rambut bagian perut putih kelabu. Jenis tikus ini banyak
terdapat di semak-semak dan kebun/ladang sayur-sayuran dan
pinggiran hutan dan kadang-kadang masuk ke rumah.
d. Tikus Sawah (Rattus Argentiveter)
Tikus sawah (Rattus Rattus Argentiventer) merupakan hama
yang dapat menimbulkan kerugian bagi tanaman pertanian,
yang dapat menyerang tanaman padi, jagung, kedelai, kacang
tanah dan ubi-ubian. Panjang tikus sawah dari ujung kepala
sampai ujung ekor 270-370 mm, panjang ekor 130-192 mm,
dan panjang kaki belakang 32-39 mm, telinga 18-21 mm
sedangkan rumus mamae 3+3=12. Warna rambut badan atas 4
coklat muda berbintik-bintik putih, rambut bagian perut putih
atau coklat pucat. Tikus jenis ini banyak ditemukan di sawah
dan padang alang-alang. rattus argentiventer (tikus sawah)
adalah merupakan binatang pengerat. Tanda karakteristik
binatang pengerat ditentukan dari giginya. Gigi seri
berkembang sepasang dan membengkok, permukaan gigi
86
seperti pahat. Selain itu terdapat diastema (bagian lebar tidak
bergigi yang memisahkan gigi seri dengan geraham), serta
tidak mempunyai taring. Gigi lainnya berada di bagian pipi
terdiri dari 1 geraham awal (premolar) dan 3 geraham atau
hanya tiga geraham.
e. Tikus Wirok (Bandicota Indica)
Panjang dari tikus wirok ini dari ujung kepala sampai ekor 400-
580 mm, panjang ekornya 160-315 mm, kaki belakang 47-53
mm, telinga 29-32 mm sedangkan rumus mamae 3+3=12.
Warna rambut badan atas dan rambut bagian perut coklat
hitam, rambutnya agak jarang dan rambut di pangkal ekor kaku
seperti ijuk, jenis tikus ini banyak dijumpai di daerah berawa,
padang alang-alang dan kadang-kadang di kebun sekitar rumah.
87
penting yaitu Tunga (pinjal chigoe), Ctenocephalides (pinjal
kucing dan anjing), Echidnophaga (pinjal a yarn), Pulex,
Ceratophyllus dan Xenopsylla (pinjal tikus). Adapun jenis-jenis
yang sering dijumpai sebagai ektoparasit utama dan menimbulkan
masalah di Indonesia adalah Xerwpsylla cheopis, Pulex irritans
(pinjal tikus), Ctenocephalides felis, dan C. canis. Berikut ini
dibahas biologi dan perilaku pinjal tikus dan lainnya secara umum.
Pinjal juga berperan di dalam proses penularan beberapa penyakit
yang berbahaya bagi man usia dan hewan. Contohnya adalah
penyakit klasik bubonic plaque atau pes yang disebabkan oleh
Pasteurella pestis, ditularkan oleh pinjal Xenopsylla cheopis. Jenis-
jenis pinjal yang lain secara eksperimental dapat menularkan
penyakit tetapi dianggap bukanlah vektor alami. Selain itu, pinjal
C. Jelis diketahui dapat menjadi inang antara cacing pita
anjing/kucing Dypilidium caninum. Pinjal dapat terinfeksi olch
cacing ini terutama semasa larva yang aktif makan bahan organik
dari sekitar inangnya, yang dapat berupa telur cacing pita dalam
feses anjing/kucing yang mengandung cacing. Di dalam tubuh
larva pinjal, telur cacing pita menetas dan menetap dalam otot larva
berupa tahap larva cacing yang dorman (cacing gelembung).
Cacing gelembung bertahan dalam tubuh pinjal hingga pinjal
mencapai dewasa dan menghinggapi inang. Apabila pinjal dewasa
ini tennakan oleh kucing/ anjing, pinjal dapat mati akan tetapi
cacing gelembung dalam tubuh pinjal akan berkembang dalam
saluran pencernaan kucing/ anjing menjadi cacing pita dewasa.
Kejadian kecacinga.n pada man usia yang disebabkan oleh cacing
pita D. cacinum kadang-kadang ditemui pada anak-anak. Hal ini
terjadi karena sanitasi diri yang kurang, terutama anak-anak yang
bermain dengan anjing/kucing peliharaan dan tanpa sengaja
termakan pinjal yang mengandung cacing gelembung D. cacinum,
baik langsung karena terhirup saat mencium hewan peliharaannya,
maupun melalui tangannya (Soviana & Hadi, 2006).
88
II. Alat dan Bahan
Nama alat dan Gambar Kegunaan
bahan
Untuk memudahkan
Sisir serit mencari pinjal pada
tikus
89
Untuk
Jarum suntik menyuntikkan
cairan kloroform
Untuk tempat
Styrofoam pengukuran tikus
Untuk bahan
Tikus hidup identifikasi
90
Untuk membius
Kloroform tikus
91
h. Ukur bagian-bagian tubuh tikus dimulai dari kepala, tubuh,
tangan kanan, tangan kiri, kaki kanan, kaki kiri, dan ekor
i. Catat hasil pengukuran bagian tubuh tikus
4. Proses pencarian pinjal
a. Lepaskan seluruh jarum pentul yang ada di tubuh tikus
b. Angkat tikus dari atas styrofoam
c. Sisir tubuh tikus menggunakan sisir serit
d. Setelah didapatkan pinjal, letakkan pinjal ke kaca preparat
e. Amati pinjal menggunakan mikroskop
IV. Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
Berdasarkan prakikum yang dilakukan kelompok 3 reguler
2/semester 4, didapatkan hasil:
a. Trapping
Untuk trapping/penjebakan dilakukan dirumah salah
satu mahasiswa, pada tanggal 22 Maret 2022, perangkap
dipasang dihalaman belakang rumah dengan di berikan umpan
ikan pada trap.
b. Hasil identifikasi :
B. Pembahasan
Dalam praktikum kali ini kelompok 3 reguler 2/semester 4,
menggunakan sampel tikus rumah untuk mengidentifiksi jenis nya.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah didapat yaitu penjebakan di
rumah nadia dan identi!ikasi tikus dikampus Jurusan Kesehatan
Lingkungan didapatkan 2 ekor tikus dengan 3 perangkap tikus. Tahap
pertama untuk mencuci alat trap/perangkap tikus dan melakukan
pemasangan trap, dan tahap kedua pengambilan trap sekaligus
melakukan identifikasi tikus. Tikus tersebut disuntikkan dengan cairan
clorofom tikus pertama sebanyak 3ml, tikus kedua sebanyak 3ml, lalu
tikus tersebut mati dengan sendirinya, lalu mengidentifikasi ukuran
tikus terlebih dahulu dari mulai kepala, badan, tangan, kaki, dan ekor,
serta melakukan pemeriksaan parasite pada bagian kulit tikus yaitu
dengan cara menyisir kulitnya menggunakan serit, parasite tersebut
dinamakan pinjal, pinjal tersebut dapat menimbulkan berbagai macam
93
penyakit, yaitu salah satunya penyakit pes. Hasil identifikasi
ditemukannya pinjal pada tikus kedua dan untuk tikus pertama tidak
ditemukannya pinjal. Hasil pengukuran pada tikus didapatkan panjang
keseluruhan tikus 1 adalah 28 cm dan tikus 2 adalah 30 cm.
94
V. Penutup
A. Kesimpulan
Pemasangan perangkap tikus hidup diperlukan waktu selama
sehari semalam. Pemasangan perangkap menggunakan umpan badan
ikan asin. Sebelum melakukan pemasangan perangkap tikus hidup,
hendaknya alat perangkap(cage trap) dicuci terlebih dahulu agar tikus
yang menjadi sasaran mau memasuki perangkap yang berisi umpan
tersebut. dapat disimpulkan bahwa 2 jenis tikus yang diidentifikasi
termasuk jenis tikus rumah (Rattus tanezumi) dan berjenis kelamin
jantan. Dari kedua tikus tersebut ditemukan adanya pinjal pada tikus
kedua dan untuk tikus pertama tidak ditemukan pinjal.
B. Saran
Pada praktium ini disarankan memakai handscoon saat
memegang tikus dan memastikan tikus tersebut pingsan saat akan di
identifikasi dan meletakkan trap jauh hari sebelum hari praktikum dan
menaruh umpan pada trap tersebut.
95
DAFTAR PUSTAKA
Soviana, S., & Hadi, U. K. (2006). Hama permukiman indonesia. pengenalan, biologi,
dan pengendalian. Bogor: Unit Kajian Pengendalian Hama Permukiman. Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, 23–51.
96
LAMPIRAN
Penangkapan tikus
97