Anda di halaman 1dari 79

BAB II

HASIL PENGKAJIAN

Bab ini menjelaskan tentang tahapan proses pengkajian yang meliputi


pengumpulan data, Orientasi Ruangan, analisis SWOT, identifikasi dan prioritas
masalah.
A. Profil dan Gambaran Umum
1. Profil RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda
Rumah Sakit Umum Abdul Wahab Sjahranie Samarinda (RSUD
AWS) merupakan salah satu dari dua Rumah Sakit rujukan milik
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, dan merupakan Rumah Sakit
rujukan tertinggi. Rumah Sakit milik Pemerintah ini beralamatkan di Jalan
Palang Merah Indonesia No.1, Kecamatan Samarinda Ulu, Kota
Samarinda.
Saat ini RSUD A. W. Sjahranie Samarinda merupakan Rumah
Sakit kelas A pendidikan dengan capaian akreditasi Paripurna dari Komisi
Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Dengan berbagai pencapaian yang telah
ada sampai saat ini termasuk peningkatan SDM dan Sumber daya lainnya
maka Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.02.02/MENKES/390/2014 bahwa RSUD. A. W. Sjahranie
Samarinda ditetapkan sebagai salah satu dari 14 Rumah Sakit Rujukan
Nasional.
a. Visi
Visi RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda adalah menjadi Rumah Sakit
berdaulat dalam pelayanan yang berstandar Internasional.
b. Misi
Dalam mencapai visi tersebut, RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda
menetapkan misi yang diantaranya:
1) Mewujudkan pelayanan paripurna, bermutu, mudah diakses, dan
berorientasi pada budaya keselamatan pasien
2) Mengembangkan layanan unggulan dengan teknologi terkini
3) Terwujudnya Rumah Sakit pendidikan yang terintegrasi antara
proses pendidikan dan pelayanan
4) Mewujudkan tata kelola Rumah Sakit yang profesional, akuntabel,
dan transparan
5) Tersedianya sumber daya dan lingkungan yang berkualitas serta
berdaya saing
c. Nilai
Nilai yang di anut oleh RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda, yaitu:
1) Ramah
Melayani dengan senyuman, memberikan rasa, aman dan nyaman
2) Cekatan
Terampil, cepat, tepat, dan akurat
3) Santun
Menghormati yang tua, menghargai yang sebaya, mengayomi yang
lebih muda
4) Profesional
Bekerja sesuai tugas, fungsi, dan kompetensi yang dimiliki untuk
menghasilkan karya terbaik dan beretika.
2. Gambaran Umum Ruang Angsoka RSUD. A. W. Sjahranie
Samarinda
Ruang Angsoka merupakan salah satu ruang rawat inap yang
berada di wilayah RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda, yang berdekatan
dengan Ruang Dahlia, Seruni dan Flamboyan. Ruang Angsoka merupakan
ruang rawat inap khusus untuk pasien dengan gangguan sistem pernapasan
baik minimal care, intermediate care, maupun total care.
Ruang Angsoka terdiri dari satu tim dengan kategori Kelas III yang
terdapat 32 bed di tambah 2 bed di ruang Isolasi. Ruang Angsoka dipimpin
oleh seorang Kepala Ruang yang dibantu oleh seorang CCM, 1 orang
perawat sebagai ketua tim, perawat pelaksana sebanyak 23 orang,
pembantu orang sakit (POS) 2 orang, tenaga administrasi 1 orang, dan
Cleaning Service 3 orang. Ruang Angsoka dijadikan salah satu ruangan
untuk praktik Profesi Ners dan Kedokteran.

STRKTUR ORGANISASI

B. Sistem Manajemen Keperawatan


1. Unsur Input
Berdasarkan teori perhitungan jumlah tenaga perawat yang
dibutuhkan sebuah rumah sakit tergantung pada tingkat ketergantungan
klien, kemampuan perawat, rata-rata pasien perhari, jumlah jam efektif dan
waktu untuk perawat.
Pengumpulan data dilakukan oleh kelompok pada tanggal 19-21
Februari 2024 , meliputi data pasien, M1 (Man), M2 (Materials), M3
(Method), M4 (Money), dan M5 (Mutu).
a. Pasien
1) Kajian Teori
a) Definisi Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2018 tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Pasien
Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa pasien adalah setiap orang
yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara
langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit. Pasien
merupakan pelanggan layanan kesehatan, tetapi pasien dalam hal
ini hanya merupakan salah satu jenis pelanggan. Pelanggan layanan
kesehatan merupakan semua orang yang sehari-harinya melakukan
kontak dengan layanan kesehatan.

b) Hak Pasien Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 4 Tahun 2018 tentang Kewajiban Rumah Sakit
dan Pasien pasal 17 Ayat 2

(1) Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan


yang berlaku di Rumah Sakit
(2) Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban Pasien
(3) Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa
diskriminasi
(4) Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasional
(5) Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga Pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi Mengajukan
pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan
(6) Memilih dokter, dokter gigi, dan kelas perawatan sesuai
dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah
Sakit
(7) Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya
kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP)
baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit
(8) Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita
termasuk data medisnya
(9) Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara
tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan,
risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis
terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan
(10) Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang
akan dilakukan oleh Tenaga Kesehatan terhadap penyakit
yang dideritanya
(11) Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis Menjalankan
ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama
hal itu tidak mengganggu Pasien lainnya
(12) Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama
dalam perawatan di Rumah Sakit
(13) Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah
Sakit terhadap dirinya
(14) Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai
dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya
(15) Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah
Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai
dengan standar baik secara perdata ataupun pidana; dan
(16) Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai
dengan standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan

c) Kewajiban Pasien Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 4 Tahun 2018 tentang Kewajiban Rumah Sakit
dan Pasien pasal 26. Dalam menerima pelayanan dari Rumah Sakit,
Pasien mempunyai kewajiban:
(1) Menggunakan fasilitas Rumah Sakit secara bertanggung
jawab Menghormati hak Pasien lain, pengunjung dan hak
Tenaga Kesehatan serta petugas lainnya yang bekerja di
Rumah Sakit Memberikan informasi yang jujur, lengkapdan
akurat sesuai dengan kemampuan dan pengetahuannya
tentang masalah kesehatannya
(2) Mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit
(3) Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan
jaminan kesehatan yang dimilikinya
(4) Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh
Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit dan disetujui oleh Pasien
yang bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang undangan
(5) Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya
untuk menolak rencana terapi yang direkomendasikan oleh
Tenaga Kesehatan dan/atau tidak mematuhi petunjuk yang
diberikan oleh Tenaga Kesehatan untuk penyembuhan
penyakit atau masalah kesehatannya; dan Memberikan
imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
2) Kajian Data
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda sebagai rumah sakit
tipe A pendidikan dan salah satu dari 2 Rumah Sakit rujukan milik
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur yang merupakan Rumah Sakit
Rujukan tertinggi di Kalimantan Timur yang berkedudukan di kota
Samarinda sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.02.02/MENKES/390/2014 bahwa RSUD Abdul Wahab
Sjahranie ditetapkan sebagai salah satu dari 14 Rumah Sakit Rujukan
Nasional. BLU adalah institusi dilingkungan Pemerintah yang
dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari
keuntungan atau dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada
prinsip efisiensi dan produktivitas.
Ruang Angsoka adalah ruang yang merawat pasien dengan
sistem pernapasan. Namun juga merawat kasus-kasus yang lain seperti
penyakit dalam.
Jumlah pasien yang dirawat selama periode November 2023 sampai
Januari 2024 ditunjukan pada tabel 2.1.

Tabel 2.1
Jumlah Pasien Masuk Di Ruang Angsoka
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Periode November 2023– Januari 2024

No. Bulan Jumlah Persentase

1 November 114 33%


2 Desember 107 31%
3 Januari 124 36%
Jumlah 345 100
Sumber : Data primer ruang Angsoka 2024

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa jumlah total


pasien di bulan bulan November 114 pasien, Desember 107 pasien,
dan Januari 124 pasien.

Tabel 2.2
Jumlah Pasien di Ruang Angsoka 19 Februari – 21 Februari 2024

Tgl / Bulan Jumlah Pasien


19 Februari 23
20 Februari 27
21 Februari 27

Sumber : Data primer ruang Angsoka 2024

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa total pasien


selama 3 hari yaitu 19, 20 dan 21 Februari berjumlah 77 orang.
Menurut standar nasional untuk BOR Rumah Sakit Umum adalah
75% - 85% artinya jika di Ruang Angsoka memiliki 34 tempat tidur x
6 hari hasilnya adalah 204 penggunaan tempat tidur. Pengitungan
penggunaan tempat tidur 75% - 85% untuk 3 hari :

a. 75/100 x 204 = 153


b. 85/100 x 204 = 173
Jadi penggunaan tempat tidur sesuai standar BOR dalam 6 hari
adalah 153-173 tempat tidur. Di Ruang Angsoka dalam 6 hari
penggunaan tempat tidur adalah 138 tempat tidur atau 75%.
Penggunaan tempat tidur di Ruang Angsoka memenuhi standar
nasional BOR.

Tabel 2.3
Jumlah Klasifikasi Ketergantungan Pasien di Ruang Angsoka
19 Februari – 21 Februari 2024

Klasifikasi Ketergantungan Jumlah


Pasien
Tanggal
Total Partial Self
Care Care Care

19 Februari 2024 4 9 10 23
20 Februari 2024 4 9 14 27
21 Februari 2024 27

Sumber : Data primer ruang Angsoka 2024

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa dari pasien yang


dirawat di Ruang Angsoka pada tanggal 19 Februari – 21 Februari
2024 dengan tingkat ketergantungan pasien sebagian besar adalah
Perawatan Partial (Partial Care) sebesar 65,6 %, hampir setengahnya
adalah Perawatan mandiri (self Care) sebesar 33 % dan sebagian kecil
( 1,4% ) adalah Total Care.
Tabel 2.4
Distribusi 10 Penyakit terbesar di Ruang Angsoka Bulan
November 2023 – Januari 2024

10 Penyakit Terbesar

No. November Desember Januari

Penyakit Jml Penyakit Jml Penyakit Jml


h h h

1. Adeno 27 Ca Paru 26 Ca Paru/ 24


Carsinoma Tumor
Paru Paru
2. TB Paru 10 TB Paru 25 TB Paru 12

3. Efusi Pleura 10 Pneumoni 6 Pneumonia 7


a
4. Pneumonia + 7 SOPT 4 Impaksi 4
Haemaptoe
5. PPOK 5 PPOK 4 Ca 4
Mammae
DEX +
Leukopeni
a
6. Ca Mammae 5 Efusi 4 SOL 3
Pleura
7. CAD Pro 3 Asma 2 CKR + FR 3
PCI ZYGOMA
8. Tumor Paru 3 KNF 2 PPOK 3

9. Ca Recti 3 CBD 2 CKD 3


STONE
10 Hematemesi 2 Spondilitis 1 ALL 2
s Melena TB

Sumber : Data primer ruang Angsoka 2024


Dari data diatas menunjukan bahwa penyakit yang paling sering
ditemukan di Ruang Angsoka pada bulan Novemver-Januari 2024
yaitu Adeno Carsinoma Paru dan Ca Paru/Tumor Paru.

b. Mahasiswa
1) Kajian Teori
Mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang Perguruan Tinggi.
Pengertian mahasiswa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
mahasiswa adalah siswa yang belajar pada Perguruan Tinggi
(Depdiknas, 2012).
Praktik klinik adalah sarana pembelajaran bagi mahasiswa
keperawatan untuk menerapkan teori keperawatan dan,
mengintegrasikan pengetahuan teoritis dan keterampilan praktik.
Mahasiswa belajar dan berlatih prosedur yang berbeda saat praktik
klinik dengan yang mereka pelajari di perguruan tinggi, hal ini dapat
membantu mereka mendapatkan gambaran untuk menghadapi situasi
kehidupan nyata dimasa depan.
Peserta didik kajian pustaka pendidikan dan praktik keperawatan
profesional merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan dalam
mengembangkan calon perawat profesional secara komprehensif
dalam hal pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pengetahuan yang
didapat dari pendidikan, baik di kelas maupun di laboratorium akan
digunakan pada situasi nyata di lapangan/klinik, sehingga keselarasan
antara pendidikan dan praktik klinis sangatlah penting.
RSUD Abdul Wahab Sjahranie merupakan rumah sakit tipe A
yang digunakan sebagai lahan praktik klinik untuk mahasiswa
keperawatan dan kedokteran serta mahasiswa bidang kesehatan lain.
2) Kajian Data
Tabel 2.5
Jumlah Mahasiswa Praktikan Ruang Angsoka
No Bulan Jumlah
1. November 2023 -

2. Desember 2023 -

3. Januari 2024 -

4. Februari 2024 14

Sumber : Data primer ruang Angsoka 2024

Berdasarkan data diatas menunjukkan mahasiwa yang berdinas


di ruang Angsoka yaitu berjumlah 14 mahasiswa Profesi Ners
Poltekkes Kemenkes Kaltim dalam stase Manajemen Keperawatan
yang menjadi mahasiswa praktik pertama yang berdinas di Ruang
Angsoka.

c. Ketenagaan

1) Kuantitas (Penetapan jumlah tenaga keperawatan di ruangan)


a) Kajian teori
Gillies (1989) mengemukakan rumus kebutuhan tenaga
keperawatan di satu unit perawatan adalah sebagai berikut:

X = (BOR x TT) x jam efektif x hari dalam 1 tahun tahun

(Hari dalam satu – hari libur) x 7

Keterangan : X : tenaga perawat yang dibutuhkan


Prinsip perhitungan rumus Gillies:
Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk
pelayanan, yaitu:

(1) Perawatan langsung, adalah perawatan yang diberikan oleh


perawat yang ada hubungan secara khusus dengan kebutuhan
fisik, psikologis, dan spiritual. Berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien padfa perawat maka dapat
diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu: self care, partial
care, total care dan intensive care. Menurut Minetti Huchinson
(1994) kebutuhan keperawatan langsung setiap pasien adalah
empat jam perhari sedangkan untuk:
(a) Self care dibutuhkan ½ x 4 jam : 2 jam
(b) Partial care dibutuhkan ¾ x 4 jam : 3 jam
(c) Total care dibutuhkan 1- 1½ x 4 jam : 4-6 jam
(d) Intensive care dibutuhkan 2 x 4 jam : 8 jam
(2) Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat
rencana perawatan, memasang/ menyiapkan alat, konsultasi
dengan anggota tim, menulis dan membaca catatan kesehatan,
melaporkan kondisi pasien. Dari hasil penelitian RS Graha Detroit
(Gillies, 1989, h 245) = 38 menit/ klien/ hari, sedangkan menurut
Wolfe & Young (Gillies, 1989, h. 245) = 60 menit/ klien/ hari dan
penelitian di Rumah Sakit John Hpokins dibutuhkan 60 menit/
pasien (Gillies, 1994)
(3) Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada klien meliputi:
aktifitas, pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut
Mayer dalam Gillies (1994), waktu yang dibutuhkan untuk
pendidikan kesehatan ialah 15 menit/ klien/ hari.

Rata-rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di


suatau unit berdsasarkan rata-ratanya atau menurut “Bed Occupancy
Rate” (BOR) dengan rumus:

Jumlah hari perawatan rumah sakit dalam waktu tertentu x

100% Jumlah tempat tertentu x 365

- Jumlah hari pertahun, yaitu 365 hari


- Hari libur masing-masing perawat pertahun, yaitu 128 hari, hari
minggu= 52 hari dan hari sabtu = 52 hari. Untuk hari sabtu
tergantung kebijakan RS setempat, kalau ini merupakan hari libur
maka harus diperhitungkan, begitu juga sebaliknya, hari libur
nasional = 12 hari dan cuti tahunan = 12 hari.
- Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau
hari kerja efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam, kalu hari kerja efektif 6
hari per minggu maka 40/6 jam = 6,6 jam perhari)
- Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di satu unit harus
ditambah 20% (untuk antisiapasi kekurangan/ cadangan)

b) Kajian Data
Rumus

2) Kualitas (Kualifikasi pendidikan formal, tingkat pendidikan,


masa kerja dan pelatihan tenaga keperawatan di ruangan)
a) Kajian teori
Kualitas pelayanan kesehatan sangat berkaitan erat dengan
kualitas tenaga pemberi layanan kesehatan. Perawat memiliki peran
penting dalam pemberian layanan kesehatan, karena sebagian besar
tenaga kesehatan indonesia adalah perawat. Pengembangan karir
profesional perawat mencakup empat peran utama perawat yaitu,
Perawat Klinis (PK), Perawat Manajer (PM), Perawat Pendidik
(PP), dan Perawat Peneliti/Riset (PR). Perawat Klinis (PK) yaitu,
perawat yang memberikan asuhan keperawatan langsung kepada
klien sebagai individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Kompetensi perawat klinis di Rumah Sakit dideskripsikan sesuai
level jenjang karir perawat klinis (PK I – PK V) (Permenkes RI,
2017).

Perawat klinis I adalah jenjang perawat klinis dengan


kemampuan melakukan asuhan keperawatan dasar dengan
penekanan pada keterampilan teknis keperawatan dibawah
bimbingan.Perawat Klinis I (Novice) memiliki latar belakang
pendidikan D-III Keperawatan dengan pengalaman kerja ≥ 1 tahun
dan menjalani masa klinis level I selama 3 - 6 tahun atau Ners
dengan pengalaman kerja ≥ 1 tahun dan menjalani masa klinis level
I selama 2 -4 tahun. Perawat Klinis I harus mempunyai sertifikat
pra klinis(Permenkes RI, 2017) .

Perawat klinis II adalah jenjang perawat klinis dengan


kemampuan melakukan asuhan keperawatan holistik pada klien
secara mandiri dan mengelola klien/sekelompok klien secara tim
serta memperoleh bimbingan untuk penanganan masalah
lanjut/kompleks.Perawat klinis II (Advance Beginner) memiliki
latar belakang pendidikan D-III Keperawatan dengan pengalaman
kerja ≥ 4 tahun dan menjalani masa klinis level II selama 6 - 9
tahun atau Ners dengan pengalaman kerja ≥ 3 tahun dan dan
menjalani masa klinis level II selama 4 - 7 tahun. Perawat Klinis II
harus mempunyai sertifikat PK I (Permenkes RI, 2017).

Perawat Klinis III adalah jenjang perawat klinis dengan


kemampuan melakukan asuhan keperawatan komprehensif pada
area spesifik dan mengembangkan pelayanan keperawatan
berdasarkan bukti ilmiah dan melaksanakan pembelajaran
klinis.Perawat klinis III (competent) memiliki latar belakang
pendidikan D-III Keperawatan dengan pengalaman kerja ≥ 10
tahun dan menjalani masa klinis level III selama 9 - 12 tahun atau
Ners dengan pengalaman kerja ≥ 7 tahun dan menjalani masa klinis
level III selama 6 - 9 tahun atau Ners Spesialis I dengan
pengalaman kerja 0 tahun dan menjalani masa klinis -33- level III
selama selama 2 - 4 tahun. Perawat klinis III lulusan D-III
Keperawatan dan Ners harus mempunyai sertifikat PK
II(Permenkes RI, 2017) .

Perawat klinis IV adalah jenjang perawat klinis dengan


kemampuan melakukan asuhan -17- keperawatan pada masalah
klien yang kompleks di area spesialistik dengan pendekatan tata
kelola klinis secara interdisiplin, multidisiplin, melakukan riset
untuk mengembangkan praktek keperawatan serta mengembangkan
pembelajaran klinis.Perawat klinis IV (Proficient) memiliki latar
belakang pendidikan Ners dengan pengalaman kerja ≥ 13 tahun dan
menjalani masa klinis level IV selama 9 – 12 tahun atau Ners
Spesialis I dengan pengalaman kerja ≥ 2 tahun dan dan menjalani
masa klinis level IV selama 6 – 9 tahun. Perawat Klinis IV harus
mempunyai sertifikat PK III(Permenkes RI, 2017).

Perawat klinis V adalah jenjang perawat klinis dengan


kemampuan memberikan konsultasi klinis keperawatan pada area
spesialistik, melakukan tata kelola klinis secara transdisiplin,
melakukan riset klinis untuk pengembangan praktik, profesi dan
kependidikan keperawatan.Perawat klinis V (Expert) memiliki latar
belakang pendidikan Ners Spesialis I dengan pengalaman kerja ≥ 4
tahun dan mempunyai sertifikat PK IV atau Ners Spesialis II
(Konsultan) dengan pengalaman kerja 0 tahun. Perawat klinis V
menjalani masa klinis level 5 sampai memasuki usia pensiun
(Permenkes RI, 2017).

Ruang Angsoka RSUD A.W.Sjahranie dipimpin oleh seorang


Kepala Ruang yang dibantu 1 CCM, 1 Katim dan 22 perawat
pelaksana. Menurut Nursalam (2014), perawat yang bertugas
sebagai Perawat Pelaksana (PP) memiliki tingkat pendidikan
minimal S-1. Sedangkan berdasarkan wawancara dengan Kepala
Ruang Angsoka, diketahui bahwa perawat yang menjabat sebagai
Perawat Pelaksana (PP) berjumlah 22, 4 diantaranya memiliki
tingkat pendidikan Ners dan 18 memiliki tingkat pendidikan D-3.

b) Kajian data
Tabel 2.6
Distribusi Frekuensi Tenaga Keperawatan di Ruang Angsoka
Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Presentase


1 Laki-laki 7 28 %
2 Perempuan 18 72 %
Sumber : Primer 2024

Berdasarkan data di atas menunjukan bahwa dari 25 perawat


di Angsoka didapatkan hasil, 18 orang perempuan dan sisanya 7
orang laki-laki.

Tabel 2.7
Distribusi Frekuensi Tenaga Keperawatan di Ruang Angsoka
Berdasarkan Usia
No Usia (Tahun) Jumlah Presentase

1 20-29 2 8%

2 30-39 16 64 %

3 40-49 5 20 %

4 50-59 2 8%

Sumber : Primer 2024

Berdasarkan data di atas menunjukan bahwa dari 25 perawat


di Ruang Angsoka didapatkan hasil, 2 orang berusia rentang 20-29,
16 orang berusia rentang 30-39, 5 orang berusia rentang 40-49 dan
sisanya 2 orang berusia rentang 50-59.

Tabel 2.8
Distribusi Frekuensi Tenaga Keperawatan di Ruang Angsoka
berdasarkan jenjang pendidikan
No Pendidikan Jumlah Presentase

1 D3 19 76 %

2 Ners 5 20 %

3 Magister 1 4%

Sumber : Primer 2024

Berdasarkan data di atas menunjukan distribusi frekuensi


tenaga keperawatan berdasarkan jenjang Pendidikan di Ruang
Angsoka didapatkan dari 25 karyawan, 19 orang dengan
pendidikan D3, 6 orang dengan Pendidikan Ners, dan 1 orang
Pendidikan Magister.

Tabel 2.9
Distribusi Frekuensi Tenaga Keperawatan di Ruang Angsoka
Berdasarkan lama kerja

No Lama kerja Jumlah Presentase

1 > 5 tahun 20 %

2 < 5 tahun 5 %
Sumber : Primer 2024

Berdasarkan data di atas menunjukan distribusi frekuensi


tenaga keperawatan berdasarkan lama kerja di didapatkan dari 25
karyawan, 20 orang bekerja > 5 tahun.

Tabel 2.10
Distribusi Frekuensi Tenaga Keperawatan di Ruang Angsoka
Berdasarkan Status Pegawai

No Status Jumlah Presentase

1 PNS 10 %

2 PPPK 5 %

3 Honorer 10 %

Sumber : Primer 2024

Berdasarkan data di atas menunjukan bahwa dari 25 perawat


di Ruang Angsoka didapatkan hasil, 10 orang dengan status
pegawai PNS, 5 orang dengan status pegawai PPPK dan 10 orang
dengan status pegawai Honorer.

Tabel 2.11
Distribusi Nama, Jabatan, Pendidikan dan Golongan SDM
Di Ruang Angsoka RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Sumber : Hasil observasi dan wawancara

No. Nama Jabatan Jenjang Karir Pendidikan

1 Ferdy Hamdani Karu PK IV NERS


2 Jumrana CCM PK IV MAGISTER
3 Susanti Anjarwani KATIM PK III DIPLOMA III
4 Hartawan PP PK III DIPLOMA III
5 Nurhalimah PP PK II DIPLOMA III
6 Angga Adam K PP PK II DIPLOMA III
7 Isti Koma Sari PP PK II DIPLOMA III
8 Hesty Silvani PP PK III NERS
9 Sari Hidayah PP PK III DIPLOMA III
10 Muhammad Halim PP PK II DIPLOMA III
11 Tuti Alawiyah PP PK II DIPLOMA III
12 Ema Nindyawati PP PK II DIPLOMA III
13 Fikliyah Nakiroh PP PK I DIPLOMA III
14 Raheme Z S PP PK I NERS
15 Ayu Dwi Lestari PP PK I DIPLOMA III
16 Jatmiko Tri Susanto PP PK I DIPLOMA III
17 Herlyn Friencia M PP PK I DIPLOMA III
18 Sella Octaviani PP PK I DIPLOMA III
19 Ari Octaviani PP PK II NERS
20 Endah Pratiwi PP PK II DIPLOMA III
21 Annisa Handayani PP PK II NERS
22 Sunarti PP PK II DIPLOMA III
23 Analisa PP PK II DIPLOMA III
24 Januar Sopian PP PK III DIPLOMA III
25 Heri Setiawan PP PK I DIPLOMA III
Tabel 2.12
Distribusi Berdasarkan Jenis Pendidikan dan Pelatihan
Di Ruang Angsoka RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Sumber : Hasil observasi dan wawancara

No. Nama Jenis Pendidikan dan Pelatihan

1 Ferdy Hamdani BTCLS, Komunikasi, PPI, Patient Safety


2 Jumrana BTCLS, Komunikasi, PPI, Patient Safety
3 Susanti Anjarwani ACLS, Komunikasi, PPI, Patient Safety
4 Hartawan Komunikasi Efektif, PPI, Patient Safety
5 Nurhalimah Komunikasi Efektif, PPI, Patient Safety
6 Angga Adam K BTCLS, Komunikasi Efektif, PPI, Patient Safety
7 Isti Koma Sari Komunikasi Efektif, Patiet Safety
8 Hesty Silvani Komunikasi Efektif, PPI, Patient Safety
9 Sari Hidayah Patient Safety, Komunikasi Efektif
10 Muhammad Halim BTCLS, Komunikasi Efektif, Patient Safety
11 Tuti Alawiyah Komunikasi Efektif, Patient Safety, PPI
12 Ema Nindyawati Komunikasi Efektif, Patient Safety
13 Fikliyah Nakiroh Komunikasi Efektif, Patient Safety
14 Raheme Z S BTCLS, Komunikasi Efektif, Patient Safety
15 Jatmiko Tri Susanto BTCLS, Komunikasi Efektif, Patient Safety, PPI
16 Herlyn Friencia M Komunikasi Efektif, Patiet Safety
17 Sella Octaviani Komunikasi Efektif, Patient Safety, PPI
18 Ari Octaviani Komunikasi Efektif, Patient Safety, PPI
19 Endah Pratiwi Komunikasi Efektif, Patient Safety
20 Annisa Handayani Komunikasi Efektif, Patient Safety
21 Ayu Dwi Lestari BTCLS, Komunikasi Efektif, Patient Safety
22 Sunarti Komunikasi Efektif, Patient Safety
23 Analisa Komunikasi Efektif, Patient Safety
24 Januar Sopian Komunikasi Efektif, Patient Safety
25 Heri Setiawan Komunikasi Efektif, Patient Safety
d. Sarana dan Prasarana (M2-Materials)
Penerapan proses praktik profesi manajemen keperawatan
mahasiswa Pendidikan Profesi Ners Politeknik Kesehatan Kemenkes
Kaltim di ruang Angsoka RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda.
Pengkajian data awal dilakukan pada tanggal 19 sampai dengan 21
Februari 2024. Adapun data yang didapat adalah sebagai berikut:
1) Kajian Teori
Perawat minimal dilengkapi dengan ruang keperawatan,
ruang perawat jaga yang sebaiknya terletak di tengah-tengah ruang
perawatan pasien, ruang ganti perawat, ruang tindakan perawatan,
ruang obat dan peralatan, ruang penyimpanan alat tenun, ruang
diskusi, kamar mandi pasien, kamar mandi perawat atau petugas.
Secara kualitatif fasilitas yang tersedia seharusnya sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan. Fasilitas dan alat-alat kedokteran
maupun keperawatan dipenuhi melalui standar resmi yang telah
ditetapkan yang disesuaikan dengan jenis dan kapasitas unit
pelayanan. Adapun yang menjadi syarat sebuah ruangan perawatan
yang baik antara lain:
a) Tenaga
b) Terjaga kebersihannya
c) Sirkulasi udara dan cahaya baik
d) Luas ruangan cukup nyaman
e) Privacy klien terjaga
f) Memenuhi standar keamanan pasien.
2) Kajian Data
a) Penataan gedung/lokasi dan denah ruangan
Lokasi penerapan proses profesi manajemen yang
digunakan dalam kegiatan profesi keperawatan mahasiswa
Pendidikan Profesi Ners Politeknik Kesehatan Kemenkes
Kaltim Politeknik Kesehatan Kemenkes Kaltim di ruang
Angsoka RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda. Ruang Angsoka
merupakan bagian dari ruang perawatan Irna Medik RSUD. A.
W. Sjahranie Samarinda. Berdasarkan pengkajian yang
dilakukan pada tanggal 19 sampai dengan 21 Februari 2024,
didapatkan bahwa ruang Angsoka terletak di lantai dua yang
berada di lantai 2 yang berhadapan langsung dengan ruang
Dahlia.
Ruang Angsoka terdiri dari 3 kelas yaitu kelas I , II , dan
III . Kelas I terdiri dari 1 ruangan yang berisi 3 bed pasien.
Kelas II terdiri dari 1 ruanngan 3 bed pasien , Kelas III terdiri
dari 7 ruangan 26 bed pasien dan meja pasien. Setiap kamar
mandi pasien disediakan 2 toilet. Selain itu terdapat selasar,
gudang, ruang cleaning service, ruang diskusi, ruang
mahasiswa, jalur evakuasi, mushola, kamar mandi pegawai,
ruang dokter jaga, dan ruang dokter muda.

b) Fasilitas
(1) Bed Pasien
Jumlah kapasitas bed pasien di Ruang Angsoka RSUD.
A. W. Sjahranie Samarinda berdasarkan hasil pengkajian
tanggal 19 sampai dengan 21 Februari 2024 , didapatkan
sebagai berikut:
(a) Kelas 1 : terdapat 1 ruangan, dalam satu ruangan terdiri
dari 3 bed untuk pasien, kapasitas ruangannya adalah 3
pasien.
(b) Kelas 2 : terdapat 1 ruangan , dalam satu ruangan terdiri
dari 3 bed dengan kapasitas ruangannya adalah 3 pasien.
(c) Kelas 3 : terdapat 7 ruangan terdiri dari 26 bed dengan
kapasitas ruangannya adalah 26 pasien.
c) Sarana Kesehatan
Tabel 2.7 Peralatan Medis di Ruang angsoka RSUD. A. W. Sjahranie
Samarinda(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Nomor
340/MENKES/III/2010)
Nama barang Jumlah yang Jumla Kondisi Usulan
tersedia h ideal

1 Stestoskop 2 - Baik
Tensimeter 3 3 Baik
Tempat obat Baik
hight alert
Termometer 2 2 Baik
Ambubag 2 2 Baik
Emergency kit 1
Infuse pump 2 2 Baik
Syringe pump 5 5 Baik
Nebulizer 4 4 Baik
Examination - -
lamp
X-Ray viwewer - -
Bak
instrument
Bengkok

ECG 1 1 Baik
Bak Injeksi

Suction

Handrub 15 Baik
Hand wash 3
Oksigen sentral

Tabung O2 4 4 3 baik, 1
transport tidak ada
regulator
Kulkas Obat 1 1 Baik
Rak obat 30 30 Baik
Kereta obat

Standar infus 24 24 Baik


Sampah Umum 5 Baik
Sampah Medis 2 Baik
Kursi roda 3 Baik
Berangkar

Tanda resiko
jatuh
Tanda pasien
sedang Puasa

Sumber: Ruang Angsoka RSUD. A. W. Sjahranie (2024)

Menurut standar JCI (2014), Rumah Sakit harus menyediakan


program untuk perawatan, maintenence, pengecekan dan
pendokumentasian alat-alat medis secara berkala. Rencana pembaruan
untuk penambahan alat medis yang belum ada dan harus sudah
direncanakan. Rumah Sakit harus melengkapi inventory alat-alat
dengan disertakan strategi perawatan, maintenence, pengecekan dan
pendokumentasian alat-alat medis.

Berdasarkan data di atas peralatan medis di Ruang angsoka


RSUD. A. W. Sjahranie Samarindasudah cukup baik sesuai dengan
standar Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes
RI) Nomor 340/MENKES/III/2010. Namun masih ada yang perlu
ditambahkan misalnya thermometer, ambubag, infus pump, nebulizer,
examinasion lamp, X-Ray viewer, bak instrument, bak injeksi,
bengkok, O2 trasnport, suction portable, ECG, handrub, Waskom
mandi dan sampah medis. Alat medis di Ruang angsoka RSUD. A. W.
Sjahranie Samarindasudah ada alur perawatan, maintenence dan
pengecekan secara berkala.

d) Sarana dan Prasarana


Tabel 2.8 Sarana dan Prasarana di Ruang angsoka RSUD. A. W. Sjahranie
Samarinda(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Nomor
340/MENKES/III/2010)

No Jenis alat Jumlah Jumlah Kondisi Usulan


yang ideal
tersedia
Bel Pasien - - - -
Jam 2 Baik
dinding
Trolly 1 1 Baik
cucian
bersih
Trolly 1 1 Baik
cucian
kotor
Kereta 1 1 Baik
makan
pasien
Kursi 33 33 Baik
pasien
Meja 33 33 Baik
pasien
Sarung 25 25 Baik
bantal
lemari Baju 2 2 Baik
pasien
Perlak 10 10 Baik
Bantal 18 18 Baik
dewasa
Tempat 33 33 Baik
tidur pasien
Alat 2 2 Baik
pemadam
kebakaran
Stik laken - -
Sprei 50 50 Baik
Selimut
Kursi lipat - -
Ners Call 1 1
Lemari besi
Lemari 3 Baik
Kaca
Dapur
Wastafel 2 Baik
cuci tangan
Komputer 5 5 Baik
Printer 1 1 Baik
Telepon 3 Baik
Aerocom - -
Alat
pengukur
kelembaban
AC
Handuk
kecil
Handuk 10 10 Baik
besar
Lemari 37 37 Baik
pasien
Kulkas obat 1 1 Baik
Lemari alat 1 2 Baik
Lemari 1
kayu status
Trolly
injeksi
Rak kayu
Trolly 1 1 Baik
emergensi
Lemari 1 Baik
APD kaca
Baskom
stenless
Lemari B3 1 1 Baik
Box 2 2 Baik
transfuse
Afron
Kasur 2 2 Baik
dekubitus
Sumber: Ruang Angsoka RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda (2024)

Persediaan sarana dan prasarana di Ruang Angsoka RSUD. A.


W. Sjahranie Samarinda sudah memenuhi standar sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Nomor 340/MENKES/III/2010.
Standar JCI (2014), menuntut Rumah Sakit untuk menyediakan
jaminan keselamatan bagi pasien, keluarga, staff dan pengunjung yang
meliputi keamanan diantaranya adalah:
(1) Konstruksi bangunan, tersedianya sistem fire safety seperti
adanya APAR, hidran, jalur evakuasi serta sistem code red.
(2) Adanya pembuangan material atau bahan berbahaya yang
meliputi, penanganan, penyimpanan dan penanggulangan sisa
radioaktif atau material berbahaya lainnya hingga proses
pembuangan.
(3) Utility System, meminimalis kegagalan operasional dari
utility sistem yang meliputi listrik, air, gas, oksigen. Menjaga
keamanan dengan tersedianya sistem emergency response
pada kejadian luar biasa, bencana dan memastikan respon
tersebut berjalan efektif.
(4) Semua program harus tertulis dan diupdate kondisinya secara
berkala untuk mengurangi, serta mengontrol kecelakaan dan
cidera. Strategi yang harus ada di Rumah Sakit harus meliputi
penanggulangan resiko kecelakaan dan cidera yang
dikarenakan ketidakamanan pada lingkungan, sumber daya
dan teknologi. Ruang angsoka RSUD. A. W. Sjahranie
Samarinda saat ini yang tersedia adalah Alat Pemadam Api
Ringan (APAR), sedangkan hazard safety (tempat
penampungan sementara dan pembuangan material
berbahaya) di Ruang angsoka RSUD. A. W. Sjahranie
Samarinda yang tersedia adalah sampah infeksius, sampah
tajam, sampah sitotoksis dan sampah-sampah bahan
berbahaya (spill kit). Dari tabel di atas dapat disimpulkan Sarana
dan Prasarana di Ruang angsoka RSUD. A. W. Sjahranie
Samarinda dalam keadaan baik dan ada beberapa yang belum
sesuai dengan standar Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia (Permenkes RI) Nomor 340/MENKES/III/2010,
contohnya seperti bel pasien.
Berdasarkan Depkes RI 2006 ruangan pada bangunan
rawat inap terdiri dari ruang rawat inap kelas I, kelas II dam III,
Nurse station, ruang konsultasi dokter, ruang tindakan, ruang
administrasi, ruang dokter, ruang perawat, ruang ganti/locker,
ruang linen bersih, ruang linen kotor, spoelhoek/cuci alat, kamar
mandi/toilet, dan gudang. Ruang angsoka RSUD. A. W.
Sjahranie Samarinda memiliki peralatan dan fasilitas cukup baik
namun untuk ruang konsultasi masih belum ada ruangan khusus,
hanya berada di meja atau ners station.
Ruang obat di ruang Angsoka RSUD. A. W. Sjahranie
sudah tersedia, obat sudah dipisahkan sesuai pasien sudah
memenuhi standart untuk penyimpanan obat yang meliputi,
standart penyimpanan sesuai kondisi kestabilitasan produk obat.
e) Consumable (obat dan bahan habis pakai)
Pemenuhan stok obat dan Consumable di Ruang angsoka
RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda dilakukan oleh pihak farmasi.
Penyetokan obat dilakukan setiap harinya, yaitu saat pagi hari
atau siang hari untuk diberikan pada sore dan malam. Di bawah
ini tabel stok obat emergency pada 19 – 21 Februari 2024 di
ruang Ruang angsoka RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda.
Tabel 2.9 Stok Obat Emergency Pada 16-17 Desember 2019 di ruang Ruang
angsoka RSUD Abdul Wahab Sjahranie

N Nama alat Jumlah Jumlah Kondisi Usulan


o yang ideal
tersedia
Simple masker 1 1 Baik -
02 Non-Dws
Simple masker 1 1
O2 Non-Anak
Selang oksigen 1 1 Baik
nasal (dewasa)
Selang oksigen - 1
nasal (anak)
Simple mask 1 1 Baik
(dewasa)
Simple mask - 1
(anak)
Ambubag 1 1 Baik
BVM 1
ETT no 7,5 1
ETT no 7
ETT no 6 1
ETT no 5 1
ETT no 4
ETT no 3,5
ETT no 3
ETT no 2
Nasofaringeal
tube no 7
Jackson Res
(dws)
Jackson res
(anak)
DC shock

Anak kanul

Intubasi Set

Suction Cateter 2
12
Suction Cateter 2
14
Suction Cateter 2
10
Aqua jellly
steril
Gunting

Plester coklat
2.5 cm x1m
Hypapix 10 cm
x5m
Tongue Spatle
kayu
Consumable

NGT 6 -
NGT 8 -
NGT 10 -
NGT 12 -
NGT 14 -
NGT 16 1
IV canula 20 2
IV canula 22 2
IV canula 18 2
Alkohol swab -
Infus set 1
Blood Set 1
Three way 1
panjang
Three way 1
pendek
Spuit 3 ml

Spuit 5 ml

Spuit 10 ml

Spuit 20 ml

Abocat size 14

Venvlon 24
Venvlon 22
Venvlon 20
Venvlon 18
Venvlon 16

Cairan

NaCl 0,9 % 5
500 ml
RL 500 ml 5
Natrium
Bicarbionat
8,4% 25 ml
Dextrose 40% 5
25 ml
Gelatin 1
polysuccinate
500 ml
Emergency
drugs
Epinephrine 15
1mg/ml
Amiodaron 3
Aminophlyline 2
inj
Atropin sulfas 15
Ca gulconas 2
100 mg/10 ml
Dexamethason 10
5 mg/ml
Lidocain 2% 2 5
mg/ml inj
Diazepam 5 2
mg/2 ml
Norepinephrine 2
4mg/ml
Dopamine 200 2
mg/5 ml
Dobutamine 2
250 mg/5 ml
Diazepam 2
Phenobarbital -
Phenytoin -
Midazolam inj 2
MgSO4 20% 2
inj
Sumber: Ruang angsoka RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda (2024)

Di ruang Angsoka RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda sudah


tersedia lemari tempat penyimpanan obat-obatan emergency, tempat
high alert dan emergency kit namun masih belum sesuai standart
karena baterai belum ada sehingga tidak bisa kalibrasi perhari.

f) Administrasi penunjang
(1) Lembar medication chart
(2) Lembar standard emergency troly
(3) Buku hand over
(4) Standar Prosedur Operasional
(5) Leaflet
(6) Rekam Medis
(7) Sistem pencatatan inventaris alat
g) Pencahayaan dan Ventilasi
Pencahayaan di ruang Angsoka RSUD. A. W. Sjahranie
Samarinda cukup terang, baik pencahayaan dari luar/cahaya matahari
maupun dari dalam/lampu. Semua sudut ruangan sudah diberikan
penerangan umum. Saklar ditempatkan dekat meja perawat, disekitar
individu ditempatkan pada tempat yang mudah dijangkau.

Ventilasi di ruang Angsoka RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda


menggunakan ventilasi manual yaitu jendela kaca. Suhu, aliran udara,
dan kelembaban setiap ruangan tidak dapat diatur sesuai permintaan
pasien, karena suhu lingkungan akan mengikuti suhu udara sekitar.

Berdasarkan Kemenkes 1204/Menkes/SK/X/2010 tentang


Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, kondisi pencahayaan
dan ventilasi di Ruang angsoka RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda
sudah memenuhi standar.

h) Alur Pengadaan dan Pelaporan Kerusakan Alat Kesehatan


Alur pengadaan alat medis dan non-medis diajukan oleh
kepala ruangan setiap awal tahun dengan mengajukan program
pengadaan barang yang ditujukan kepada kepala irna medik
kemudian disampaikan ke wakil direktur umum. Sistem
pelaporan jika ada alat kesehatan yang rusak ditujukan kepada
IPS (Instalasi pemeliharaan sarana)/Elektromedik untu perbaikan
alat kesehatan, jika ada yang butuh perbaikan dan renovasi
ditujukan pada IRT (instalasi rumah tangga) dan jika ada
kerusakan pada lingkungan dan alat kebersihan pelaporannya
adalah pada instalasi sanitasi.
i) Kalibrasi dan Maintenance Alat Kesehatan
Sistem kalibrasi dan Maintenance di ruangan Angsoka
RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda sudah berjalan sesuai
program, bagian sarana dan prasana mempunyai jadwal kalibrasi
dan Maintenance untuk masing-masing alat. Sistem kalibrasi alat
kesehatan dilakukan dua kali dmana kalibrasi pertama dilakukan
oleh perawat ruangan secara turin, kemudian diberikan sticker
dan dari BPFK akan dilakukan 1 tahun sekali kemudian
diberikan sertifikat hasil maintenance alat kesehatan.
3) Analisa Data
Berdasarkan data di atas peralatan medis di Ruang angsoka
RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda dalam keadaan baik, namun
masih ada yang perlu ditambahkan untuk menunjang perawatan
pasien misalnya bak instrumen, O2 transport, kereta O2 transport,
nebulizer, termometer, ambu bag, syringe pump, infus pump dan
hands scrub. Seharusnya peralatan yang dimiliki disesuaikan dengan
standart ideal untuk menunjang perawatan pasien.

e. Metode Asuhan Keperawatan (M3-Method)


1) Kajian Teori
Menurut Tappen (1995), model pemberian asuhan keperawatan ada
enam macam, yaitu: model kasus, model fungsional, model tim,
model primer, model manajemen perawatan, dan model perawatan
berfokus pada pasien.
a) Model Fungsional
Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada
penyelesaian tugas dan prosedur keperawatan. Perawat ditugaskan
untuk melakukan tugas tertentu untuk dilaksanakan kepada semua
pasien yang dirawat di ruangan.
b) Metode Tim
Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan
dengan menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan
perawat. Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah
danberpengalaman kerja serta memiliki pengetahuan dibidangnya
(Registered Nurse).
c) Metode Primer
Keperawatan primer merupakan suatu metode pemberian asuhan
keperawatan di mana perawat primer bertanggung jawab selama
24 jam terhadap perencanaan pelaksanaan pengevaluasi satu atau
beberapa klien dan sejak klien masuk rumah sakit sampai pasien
dinyatakan pulang. Selama jam kerja, perawat primer memberikan
perawatan langsung secara total untuk klien.
d) Metode Kasus
Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab
terhadap pasien tertentu yang didasarkanpada rasio satu perawat
untuk satu pasien dengan pemberian perawatan konstan untuk
periode tertentu.
e) Metode Modifikasi
Metode modifikasi adalah penggunaan metode asuhan
keperawatan dengan modifikasi antara tim dan primer.

2) Kajian Data
a) Penerapan Pemberian Model Asuhan Keperawatan
Tabel 2.13 Hasil Kuesioner MAKP dengan Perawat Ruang
Angsoka RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda tanggal 19
– 21 Februari 2024
NO PERYATAAN SS S TS STS
1 Model asuhan keperawatan yang digunakan :
a. Model asuhan keperawatan yang digunakan 16% 84% 0 0
perawat didalam ruangan saat ini sudah
sesuai
b. Perawat mengerti/memahami dengan 24% 76% 0 0
model asuhan keperawatan yang digunakan
di dalam ruangan
c. Model keperawatan yang digunakan sesuai 12% 84% 4% 0
dengan visi dan misi ruangan
2 Efektivitas dan efisiensi Model Asuhan
Keperawatan :
a. Model asuhan keperawatan yang 16% 68% 16% 0
diterapkan saat ini diruangan menjadikan
lama rawat inap bagi pasien semakin
pendek
b. Kepercayaan pasien meningkat terhadap 12% 88% 0 0
ruangan karena keefesienan model asuhan
keperawatan yang diterapkan
c. Model asuhan keperawatan yang digunakan 12% 80% 8% 0
saat ini tidak menyulitkan dan memberikan
beban berat kerja bagi anda
d. Model asuhan keperawatan saat ini tidak 12% 80% 8% 0
memberatkan dalam pembiayaan
e. Model asuhan keperawatan yang digunakan 16% 48% 36% 0
mendapat banyak kritikan dari pasien
terhadap ruangan
3 Pelaksanaan model Asuhan Keperawatan
a. Telah terlaksana komunikasi yang adekuat 16% 84% 0 0
antara perawat dan tim kesehatan lain
b. Kontinuitas rencana keperawatan telah 16% 80% 4% 0
terlaksana
c. Untuk pelaksanaan model asuhan 16% 64% 20% 0
keperawatan yang efektif, ketua TIM sering
menegur perawat pelaksana diruangan
d. Kegiatan yang dijalankan sudah sesuai 16% 80% 4% 0
dengan standar
4 Tanggung jawab dan pembagian tugas
a. Job description bagi anda didalam ruangan 16% 80% 4% 0
selama ini sudah jelas
b. Tugas anda sudah sesuai dengan model 16% 76% 8% 0
asuhan keperawatan yang saat ini
digunakan ruangan
c. Perawat sudah atau mampu mengenal atau 24% 76% 0 0
mengetahui kondisi pasien dan dapat
menilai tingkat kebutuhan pasien sesuai
dengan model asuhan keperawatan yang
ditetapkan
Sumber: Ruang Angsoka RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda, 2024

Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan kuesioner


kepada perawat menyatakan MAKP yang diterapkan di ruang
Angsoka adalah MAKP model Tim, 100% perawat memahai model
MAKP dan 95% menyatakan cocok dengan model MAKP yang
diterapkan di ruangan serta 90% menyatakan bahwa MAKP model
tim sesuai dengan visi misi ruangan. Setelah dilakukan diskusi
dengan kepala ruangan tangal 20 Februari 2024 didapatkan bahwa
memang benar diruang Angsoka telah diterapkan MAKP model tim
dengan susunan pengorganisasian yang terdiri dari 1 tim, dimana
mempunyai 1 orang ketua tim dan sisanya merupakan perawat
pelaksana yang bertanggungjawab terhadap pasiennya masing-
masing.
Dari kuesioner tentang tangung jawab dan pembagian tugas
didapatkan data pembagian job description selama ini sudah jelas
(100%) serta 95% perawat menyatakan tugas yang dilakukan sesuai
dengan model MAKP yang ada.
Dari kuesioner keefektifan dan keefisienan model MAKP
yang diterapkan 95% meningkatkan kepercayaan pasien terhadap
ruangan.
b) Timbang terima
Tabel 2.14 Hasil Kuesioner Timbang Terima dengan Perawat
Ruang Angsoka RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda
tanggal 19 – 21 Februari 2024
NO PERYATAAN SS S TS STS
1 Overan yang dilakukan di ruangan anda sudah 28% 68% 4% 0
sesuai
2 Overan yang dilaksanakan tepat waktu 20% 68% 12% 0
3 Sebaiknya overan dihadiri oleh semua perawat 20% 80% 0 0
yang berkepentingan
4 Perawat Memimpin kegiatan overan 16% 76% 8% 0
5 Ada beberapa yang harus dipersiapkan dalam 24% 76% 0 0
pelaksanaan overan
6 perawat harus mengerti apa saja yang harus 20% 80% 0 0
disampaikan dalam pelaporan overran
7 Perawat menyebutkan diagnosa keperawatan 32% 60% 8% 0
pasien saat timbang terima
8 Perawat menyebutkan intervensi keperawatan 24% 76% 0 0
yang telah dilakukan saat timbang terima
9 Perawat menyebutkan intervensi keperawatan 32% 68% 0 0
yang akan dilakukan saat timbang terima
10 Perawat menyebutkan status terapi klien 28% 72% 0 0
(dilanjutkan, diberhentikan, atau ditunda) saat
timbang terima
11 Perawat menyampaikan rencana kolaborasi 20% 80% 0 0
saat timbang terima
12 Perawat menyampaikan hal yang memerlukan 28% 72% 0 0
perhatian khusus saat timbang terima
13 Perawat menerapkan teknik timbang terima 24% 64% 8% 4%
sesuai dengan standar selama bertugas di ruang
flamboyant
14 Adanya buku khusus untuk mencatat hasil 24% 76% 0 0
laporan overan
15 Perawat mengalami kesulitan dalam 12% 52% 32% 4%
mendokumentasikan laporan overran
16 Sebaiknya terdapat interaksi dengan pasien 16% 24% 72% 4%
saat overan berlangsung
17 Sebaiknya perawat memahami bagaimana 20% 80% 0 0
teknik pelaporan ketika berada di depan pasien
18 Sebaiknya lama waktu yang dibutuhkan untuk 16% 60% 24% 0
mengunjungi tiap pasien adalah 5 menit
20 Sebaiknya perawat memahami bagaimana 28% 72% 0 0
persetujuan atau penerimaan overan
21 Kepala ruangan mengevaluasi kesiapan anda 28% 72% 0 0
(Shift pengganti)
Sumber: Ruang Angsoka RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda, 2024

Hasil pengumpulan data melalui koesioner dan observasi


yang dilakukan tanggal 19-21 Februari kepada perawat ruang
Angsoka yaitu timbang terima dilaksanakan 3 kali sehari yaitu pada
pergantian shift pagi, sore dan malam, sesuai hasil angket 100%
timbang terima dilakukan setiap shift. Seluruh perawat yang
mengisi angket (50%) menyatakan timbang terima dilaksanakan
tepat waktu. Sebanyak 60% menunjukan adanya kesulitan dalam
pendokumentasian laporan saat timbang terima dan pada saat
validasi pasien, 60% menyatakan waktu untuk validasi tidak lebih
dari 5-10 menit. Sebanyak 85% menyatakan ada interaksi dengan
pasien saat timbang terima di depan pasien.
Seluruh perawat menyatakan sudah terdapat buku khusus
untuk mencatat hasil laporan timbang terima dan mengetahui yang
harus dipersiapkan dalam timbang terima. Serta mengetahui tehnik
pelaporan timbang terima ketika di depan pasien. Perawat juga
telah mengetahui yang harus disampaikan saat timbang terima.
c) Sentralisasi obat
Tabel 2.13 Hasil Kuesioner Sentralisasi Obat dengan Perawat
Ruang Angsoka RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda
tanggal 19-21 Februari 2024
SENTRALISASI OBAT
No. Pernyataan/Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah diruangan ini terdapat sentralisasi obat? 80% 20%
2. Apakah diruangan ini ada penanggung jawab khusus 56% 44%
untuk pengelolaan obat atau sentralisasi?
3. Apakah perawat menjelaskan kepada pasien tentang 100% 0
tujuan dilaksanakannya pemberian obat ke pasien?
4. Apakah perawat menjelaskan kepada pasien tentang 100% 0
manfaat dilaksanakannya pemberian obat ke pasien?
5. Proses penerimaan obat yang telah diresepkan 96% 4%
ditunjukkan kepada perawat dan obat yang telah
diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat
dengan menerima lembar obat.
6. Apakah diruangan ini menggunakan lembar serah 64% 36%
terima obat antara perawat dan keluarga?
7. Apakah diruangan ini terdapat ruangan khusus untuk 92% 8%
sentralisasi obat?
8. Apakah ada sarana dan prasarana pendukung 80% 20%
sentralisasi obat?
9. Apakah selama ini anda memisahkan kepemilikan 100% 0
antar obat-obat pasien?
10. Apakah selama ini anda memberi etiket dan alamat 100% 0
pada obat-obat pasien?

Sumber: Ruang Angsoka RSUD. A. W. Sjahranie


Samarinda, 2024

Berdasarkan table hasil kuesioner dan observasi terhadap


perawat didapatkan hasil 95% perawat menyatakan mengetahui
tentang sentralisasi obat 70% menatakan sentralisasi obat sudah
dilaksanakan. Perawat menyatakan 95% proses penerimaan obat
dari pasien/keluarga pasien sudah sesuai prosedur. Ruang Angsoka
sudah terdapat ruangan khusus untuk sentralisasi obat, 95%
perawat memisahkan kepemilikan obat-obattan pasien.
d) Ronde keperawatan
Tabel 2.14 Hasil Kuesioner Ronde Keperawatan dengan Perawat
Ruang Angsoka RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda
tanggal 19-21 Februari 2024
RONDE KEPERAWATAN
No. Pernyataan/Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah diruangan terdapat ronde keperawatan? 76% 24%
2. Apakah ada masalah keperawatan yang tidak teratasi di 68% 38%
ruangan?
3. Apakah di ruangan melakukan tindakan sesuai SOP? 100% 0
4. Apakah di ruangan telah membuat proposal? 64% 36%
5. Apakah ruangan melakukan pengkajuan dan informed consent 100% 0
terhadap pasien?
6. Apakah di ruangan sering mendiskusikan tentang keperawatan, 92% 8%
data yang mendukung, asuhan keperawatan dan hambatan
selama keperawatan?
7. Apakah saat melakukan ronde keperawatan penjelasan tentang 88% 12%
kondisi pasien dilakukan oleh perawat primer (KATIM) yang
difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan
yang akan dilaksanakan?
8. Apakah anggota tim memberikan justifikasi tentang masalah 92% 8%
rencana tindakan yang akan dilakukan tentang pasien?
9. Apakah anggota tim melakukan evaluasi, revisi dan perbaikan 96% 4%
diruangan ?
10. Apakah diruangan anggota tim melakukan evaluasi, revisi dan 96% 4%
perbaikan?
11. Apakah anggota tim melakukan kesimpulan dan 88% 12%
merekomendasikan intervensi keperawatan selanjutnya yang
akan dilakukan?

Sumber: Ruang Angsoka RSUD. A. W. Sjahranie


Samarinda, 2024

Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan


menggunakan kuesioner pada perawat ruang Angsoka diperoleh
hasil 90% perawat mendukung adanya ronde keperawatan,
sebagian besar 85% mengerti adanya ronde keperawatan dan 75%
menyatakan pelaksanaan ronde keperawatan belum optimal.
Keterbatasan tenaga yang menyebabkan beban kerja yang tinggi,
sehingga waktu perawat sebagian besar digunakan untuk
pelayanan.
e) Discharge Planning
Tabel 2.15 Hasil Kuesioner Discharge Planning dengan Perawat
Ruang Angsoka RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda
tanggal 19-21 Februari 2024
DISCHARGE PLANNING
No. Pernyataan/Pertanyaan Ya Tidak
1. Perawat mengidentifikasi ulang tentang identitas pasien? 100% 0
2. Apakah perawat mengkaji pengetahuan klien dan 100% 0
keluarga mengenai penyakit seperti:
a. Gejala penyakit
b. Penyebab timbulnya penyakit
c. Cara atau penyebaran penyakit
d. Pertolongan pertama saat penyakit kambuh
3. Apakah perawat mengidentifikasi kemampuan klien dan 100% 0
keluarga dalam beraktifitas dan perawatan sehari-hari
seperti:
a. Mengkaji kemampuan dalam memakai pakaian
sendiri
b. Mengkaji kemampuan fungsi tubuh klien dalam
beraktifitas setelah klien masuk RS
c. Mengkaji status psikologis klien
4. Apakah perawat memprediksikan permasalahan 96% 4%
kesehatan klien yang akan dihadapi saat klien pulang?
5. Apakah perawat melakukan kolaborasi atau kerja sama 100% 0
dengan tim kesehatan lain untuk menyelesaikan
permasalahan klien (dengan dokter, ahli gizi, fisioterapis,
dan lain-lain)?
6. Apakah perawat mengkomunikasikan tentang cara 96% 4%
perawatan klien di rumah sesuai kebutuhan klien?
7. Apakah perawat mencatat perencanaan atau intervensi 100% 0
sesuai dengan kebutuhan klien dalam
pendokumentasian?
8. Apakah perawat meberikan materi atau penyuluhan 100% 0
sesuai dengan kondisi klien?
9. Apakah perawat menjelaskan pada klien dan keluarga 100% 0
tentang konsep penyakitnya?
10. Apakah perawat menjelaskan pada klien dan keluarga 96% 4%
tentang pemberian obat?
11. Apakah perawat menjelaskan pada klien dan keluarga 96% 4%
tentang pentingnya kontrol ulang?
12. Apakah perawat menjelaskan pada klien dan keluarga 100% 0
tentang tanda-tanda komplikasi dan memburuknya
kondisi kesehatan klien?
13. Apakah perawat menjelaskan pada klien dan keluarga 100% 0
tentang cara perawatan luka post operasi jika ada?

f) Dokumentasi keperawatan
Tabel 2.16 Hasil Kuesioner Dokuemntasi Keperawatan dengan
Perawat Ruang Angsoka RSUD. A. W. Sjahranie
Samarinda tanggal 19-21 Februari 2024
Berdasarkan hasil angket didapatkan hasil 95% mengerti cara
pengisian format dokumentasi dengan tepat dan benar. Sebanyak
85% perawat menyatakan bahwa pendokumentasian dilaksanakan
tepat waktu (segera setelah melakukan tindakan), namun pada hasil
observasi diruang Angsoka dikerjakan setelah perawat selesai
memberikan pelayanan

g) Supervisi keperawatan
Tabel 2.17 Hasil Kuesioner Supervisi Keperawatan dengan Perawat
Ruang Angsoka RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda
tanggal 19-21 Februari 2024
SUPERVISI
No. Pernyataan/Pertanyaan Ya Tidak
1. Perawat mengidentifikasi ulang tentang identitas pasien? 100% 0
2. Apakah perawat mengkaji pengetahuan klien dan 100% 0
keluarga mengenai penyakit seperti:
a. Gejala penyakit
b. Penyebab timbulnya penyakit
c. Cara atau penyebaran penyakit
d. Pertolongan pertama saat penyakit kambuh
3. Apakah perawat mengidentifikasi kemampuan klien dan 100% 0
keluarga dalam beraktifitas dan perawtan sehari-hari
seperti:
a. Mengkaji kemampuan dalam memakai pakaian
sendiri
b. Mengkaji kemampuan fungsi tubuh klien dalam
beraktifitas setelah klien masuk RS
c. Mengkaji status psikologis klien
4. Apakah perawat memprediksikan permasalahan 96% 4%
kesehatan klien yang akan dihadapi saat klien pulang?
5. Apakah perawat melakukan kolaborasi atau kerja sama 96% 4%
dengan tim kesehatan lain untuk menyelesaikan
permasalahan klien (dengan dokter, ahli gizi, fisioterapis,
dan lain-lain)?
6. Apakah perawat mengkomunikasikan tentang cara 100% 0
perawatan klien di rumah sesuai kebutuhan klien?
7. Apakah perawat mencatat perencanaan atau intervensi 100% 0
sesuai dengan kebutuhan klien dalam
pendokumentasian?
8. Apakah perawat meberikan materi atau penyuluhan 100% 0
sesuai dengan kondisi klien?
9. Apakah perawat menjelaskan pada klien dan keluarga 100% 0
tentang konsep penyakitnya?
10. Apakah perawat menjelaskan pada klien dan keluarga 96% 4%
tentang pemberian obat?
11. Apakah perawat menjelaskan pada klien dan keluarga 96% 4%
tentang pentingnya kontrol ulang?
12. Apakah perawat menjelaskan pada klien dan keluarga 100% 0
tentang tanda-tanda komplikasi dan memburuknya
kondisi kesehatan klien?
13. Apakah perawat menjelaskan pada klien dan keluarga 100% 0
tentang cara perawatan luka post operasi jika ada?
Sumber: Ruang Angsoka RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda, 2024

Berdasarkan hasil angket didapatkan hasil 100% perawat


menyatakan mengetahui tentang supervisi, dan 90% perawat
mengatakan supervisi dilakukan di ruang Angsoka. Supervisi
dilakukan setiap minimal 1 bulan sekali. Sebagian besar perawat
mengatakan supervisi yang dilakukan sesuai alur supervisi yang
ada di ruangan sebanyak 70% dan 30% menyatakan tidak tahu
apakah supervisi sesuai atau belum dengan standar keperawatan.

f. Pendanaan (M4-Money)
1) Kajian Teori
RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda adalah Rumah Sakit milik
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur yang berbentuk Lembaga
Teknis Daerah berdasarkan Perda Provinsi Kaltim No 10/2008.
Sebagai satuan kerja perangkat daerah yang menerapkan pola
pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang
Penyelenggaraan Keuangan Badan Layanan Umum dan Permendagri
No. 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Keuangan BLUD maka
Rumah Sakit Umum Daerah ditetapkan sebagai BLUD dengan
keputusan gubernur Kaltim No. 445/K.225/2008 tentang penetapan
RSUD Propinsi Kaltim sebagai BLU.
Pendanaan di Ruang Angsoka RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda, meliputi:
a) Gaji Pegawai (PNS dan ASN)
Gaji PNS dan ASN dibebankan kepada Pemerintah Provinsi
Kalimantan Timur.
b) Tunjangan Kinerja
Tunjangan Kinerja dibebankan kepada Pemerintah Provinsi
Kalimantan Timur.
c) Tunjangan Profesi
Tunjangan Profesi dibebankan kepada Pemerintah Provinsi
Kaliimantan Timur.
d) Uang Jasa Pelayanan
Uang jasa Pelayanan (Jaspel) dihitung berdasarkan
banyaknya jumlah pasien yang dirawat di ruang Angsoka RSUD.
A. W. Sjahranie Samarinda dan dibebankan oleh RSUD. A. W.
Sjahranie Samarinda dan Juga BPJS Kesehatan.
e) Uang Jasa Tindakan
Uang Jasa Tindakan (Jastin) dihitung berdasarkan tindakan-
tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien yang dirawat
di ruang Angsoka RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda dan
dibebankan oleh RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda dan juga BPJS
Kesehatan.

2) Kajian Data (Pengelolaan Keuangan di Ruangan)


a) Uang Kas Ruangan
Uang kas ruangan adalah himpunan dana dari para PNS dan
ASN di ruang Angsoka yang besaran iuran perbulannya telah
disepakati oleh ruangan dan digunakan untuk memenuhi berbagai
kebutuhan operasional di ruangan Angsoka seperti air galon,
pulpen, gunting, kertas,uang jasa tambahan bagi POS dan Cleaning
Servis.
b) Kantin Ruangan
Kantin ruangan disediakan mengikuti kebutuhan untuk
makan dan minum para pegawai dan mahasiswa saat bertugas
(dinas) di ruangan Angsoka RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda
mengingat jarak yang jauh antara kantin Rumah Sakit dan ruang
Angsoka. Selain itu dikarenakan aktivitas ruangan yang padat di
ruang Angsoka RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda.
3) Analisa Data
Untuk penggajian, Tunjangan Kinerja, Tunjangan Profesi bagi
PNS dan ASN pegawai di ruang Angsoka dibebankan kepada
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur berdasarkan golongan dan
masa kerja yang ada. Sedangkan untuk Jasa Pelayanan (Jaspel)
dihitung berdasarkan banyaknya jumlah pasien yang dirawat di ruang
Angsoka RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda dan dibebankan kepada
RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda dan juga BPJS Kesehatan. Untuk
jasa tindakan (Jastin) dihitung berdasarkan tindakan-tindakan
keperawatan yang diberikan kepada pasien yang dirawat di ruang
Angsoka RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda dan dibebankan kepada
RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda dan juga BPJS Kesehatan.
Untuk keperluan dana operasional sehari-hari, dilakukan
penarikan iuran/sumbangan dari masing-masing pegawai ruangan
Angsoka setiap bulannya dalam bentuk uang kas. Dimana iuran
tersebut disesuikan dengan golongan dan kemampuan pegawai yang
ada untuk pengeluaran tak terduga.
g. Kualitas Pelayanan Keperawatan (M5-Mutu)
Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
tingkat kepuasaan rata-rata serta penyelenggaraannya sesuai dengan
standart dan kode etik profesi (Azwar, 1996). Mutu asuhan kesehatan
sebuah rumah sakit akan selalu terkait dengan struktur, proses, dan
outcome system pelayanan rumah sakit. Secara umum aspek penilaian
meliputi evaluasi, dokumentasi, instrument, dan audit (EDIA) (Nursalam,
2015).
Macam-macam mutu pelayanan keperawatan menurut Nursalam
(2015) adalah sebagai berikut:
1) Standar Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel
untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan
yang berdampak terhadap pelayanan kesehatan. Program keselamatan
pasien adalah suatu usaha untuk menurunkan angka kejadian tidak
diharapkan (KTD) yang sering terjadi pada pasien selama di rawat di
rumah sakit.
a) Ketepatan Identifikasi Pasien
Identifikasi pasien dilakukan dengan mencocokan gelang
identitas yang dipakai pasien. Beberapa hal yang perlu
dikonfirmasi antara lain nama pasien, nomor register, alamat dan
usia. Identifikasi pasien dilakukan ketika penerimaan pasien baru,
pemberian obat, pemberian terapi, sebelum melakukan tindakan
pemberian terapi transfusi darah, pengambilan laboratorium dan
discharge planning.
Berdasarkan data pengkajian pada tanggal 19-21 Februari
2024 tentang identifikasi pasien di ruang Angsoka RSUD. A. W.
Sjahranie Samarinda didapatkan data sebagai berikut:
(1) Semua pasien yang dirawat di ruang Angsoka menggunakan
gelang identitas pasien.
(2) Gelang identitas: pada pasien perempuan menggunakan gelang
identitas pink dan pasien laki-laki menggunakan gelang
identitas biru.
(3) Gelang identitas pasien terdapat: nama lengkap, nomor rekam
medis, dan tangal lahir.
(4) Penjelasan mengenai fungsi identitas sudah disampaikan
dengan baik kepada pasien dan keluarga.
b) Peningkatan komunikasi yang efektif
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 19-21
Februari 2024 komunikasi efektif yang sudah diterapkan di ruang
Angsoka RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda yaitu menggunakan
metode SBAR.
(1) Komunikasi verbal,
(a) Komunikasi verbal dengan SBAR (Situation, Background,
Assesment, Recommendation)
S : Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien)
B :Background (info penting yang berhubungan
dengan kondisi pasien terkini)
A : Assesment (hasil pengkajian dari kondisi pasien
saat ini)
R : Recommendation
(b) Komunikasi verbal dengan T-B-A-K
(2) Komunikasi tertulis
(3) Komunikasi elektronik (telpon, sms, dan whatsapp).
c) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
Obat high alert adalah obat yang memerlukan kewaspadaan
tinggi, terdaftar dalam kategori obat berisiko tinggi, dapat
menyebabkan cedera serius pada pasien jika terjadi kesalahan
dalam penggunaannya. Kewaspadaan terhadap obat high alert
sudah dilakukan dengan memisahkan tempat obat high alert (obat-
obat Look A Like, Sound A Like, cairan pekat seperti KCl, MgSO4,
Nabic, dll) dengan obat lainnya. Pemberian elektrolit konsentrat
harus dengan pengenceran dan penggunaan label khusus, setiap
penerapan obat menerapkan prinsip 7 benar. Untuk obat LASA,
sudah ada pemberian label tambahan. Salah satu cara untuk
mewaspadai pemberian obat perawat menggunakan double check
mulai dari proses persiapan sampai pemberian ke pasien.
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 19-21 Februari
2024, dapat diketahui bahwa kewaspadaan tentang obat yang perlu
diwaspadai sudah dilakukan dengan memisahkan obat-obat high
alert pada tempat yang telah disediakan. Pemberian labeling dan
double check juga sudah dilakukan di Ruang Angsoka RSUD. A.
W. Sjahranie Samarinda.
d) Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi
Ketepatan sebelum melakukan tindakan terdiri dari tiga hal
yaitu tepat lokasi, tepat pasien dan tepat prosedur. Proses untuk
memastikan tepat lokasi yang dilakukan yaitu menggunakan SPO
pemberian marker atau penanda lokasi operasi yang diberikan oleh
dokter operator menggunakan skin marker. Proses untuk
memastikan tepat pasien yang dilakukan di ruangan yaitu
menggunakan crosscheck pada gelang identifikasi, sedangkan tepat
prosedur dilakukan di ruang OK menggunakan beberapa check list
untuk mencegah kesalahan prosedur. Prosedur pembedahan
dilakukan melalui tiga tahap yaitu:
(1) Sign in, dilakukan sebelum pasien di anestesi konfirmasi ke
pasien, keluar pasien dan tim anestesi,
(2) Time out, dilakukan sebelum melakukan insisi, dikonfirmasi
kepada tim bedah,
(3) Sign out, dilakukan sebelum keluar dari ruang operasi.
Berdasarkan hasil pengkajian pada 19-21 Februari 2024, di
Ruang Angsoka sudah terdapat form check list pre operasi dan
sudah terdapat pencatatan daftar pasien operasi.
e) Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Sebagai upaya pencegahan infeksi, di ruang Angsoka RSUD.
A. W. Sjahranie Samarinda telah dibentuk Tim Pengendalian
Infeksi (PPI). Infeksi nosokomial meliputi phlebitis, dekubitus,
Infeksi Saluran Kencing (ISK), Infeksi Luka Operasi (ILO).
Salah satu cara pencegahan infeksi di ruangan dengan
disediakan hand scrub dengan melakukan 6 langkah cara cuci
tangan, mencanangkan dengan Five Moments dan memasangkan
poster cuci tangan di depan setiap kamar pasien, di dekat Ners
Station dan di samping wastafel ruangan.
Hasil wawancara yang dilakukan kepada 2 pasien pada
tanggal 21 Februari 2024 didapatkan bahwa pasien diberikan
edukasi mengenai penggunaan hadrall tempat tidur, namun pasien
tidak mendapatkan informasi/edukasi mengenai pencegahan infeksi
berupa mencuci tangan 6 lagkah.
Angka Kejadian pasien Phlebitis dan di ruang Angsoka
RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda :
(1) Kejadian Phlebitis
Penilaian Plebitis dilakukan pada tanggal 19-21 Februari
2024 dengan instrumen VIS (Visual Infussion Score).
Berdasarkan hasil penilaian tersebut didapatkan:
Tabel 2.18 Kejadian pasien plebitis di Ruang Angsoka RSUD. A. W.
Sjahranie Samarinda tanggal 19-21 Februari 2024
Tanggal
No. Phlebitis
19-21 Februari 2024
1. Ya 6 orang
2. Tidak 21 orang
Total
Sumber: Data primer pengkajian pada tanggal 19-21 Februari
2024
Berdasarkan hasil penilaian tersebut, didapatkan gejala
dini phlebitis pada 6 pasien, dan berdasarkan hasil wawancara
dengan perawat ruangan, penggantian IV line dilakukan
setelah 3 hari pemasangan dan apabila terjadi phlebitis atau
pembengkakan pada area yang terpasang IV line.
(2) Dekubitus
Tabel 2.19 Kejadian pasien dekubitus di Ruang Angsoka RSUD. A. W.
Sjahranie Samarinda tanggal 19-20 Februari 2024
Tanggal Tanggal
No. Variabel
19 Februari 2024 20 Februari 2024
1. Jumlah pasien 0
0
dekubitus
2. Jumlah pasien yang
kemungkinan besar 18 (72%) 21 (77,8%)
berisiko dekubitus
3. Jumlah klien yang 2 (8%)
kemungkinan kecil 2 (7,4%)
beresiko dekubitus
4. Jumlah klien yang
kecil sekali tak terjadi 5 (20%) 4 (14,8%)
dekubitus
Total 25 27
Sumber: Data primer pengkajian pada tanggal 19-20 Februari
2024
Berdasarkan hasil penilaian didapatkan hasil bahwa tidak
ada pasien yang mengalami dekubitus dan 21 pasien
kemungkinan besar berisiko dekubitus.
f) Pengurangan risiko pasien jatuh
Tabel 2.20 Kejadian pasien jatuh di Ruang Angsoka RSUD. A. W. Sjahranie
Samarinda tanggal 19-20 Februari 2024
Tanggal Tanggal
No. Variabel
19 Februari 2024 20 Februari 2024
1. Jumlah pasien jatuh 0 0
2. Jumlah pasien yang
memiliki risiko jatuh 17 (73,9%) 20 (74,1%)
rendah
3. Jumlah pasien yang
memiliki risiko jatuh 0 0
sedang
4. Jumlah pasien yang
memiliki risiko jatuh 8 (26,1%) 7 (25,9%)
tinggi
Total 25 27
Sumber: Data primer pengkajian pada tanggal 19-20 Februari 2024
Hasil penilaian tanggal 19-20 Februari 2024
menunjukkan bahwa tidak terdapat pasien yang mengalami
jatuh dari total pasien. Perawat sudah mendokumentasikan
penilaian risiko jatuh setiap hari di rekam medik pada pasien
yang berisiko tinggi jatuh dan pemberian terapi baru. Perawat
sudah menerapkan pemberian labelling berwarna kuning pada
gelang identitas pasien pada pasien dengan resiko jatuh namun
tidak terpasang simbol segitiga risiko jatuh serta tidak
terpasangnya handrall pada pasien yang berisiko tinggi jatuh.
2) Evaluasi Kepuasan Klien terhadap Pelayanan
Tabel 2.21 Evaluasi kepuasan klien terhadap kinerja perawat di Ruang Angsoka
RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda tanggal 19-21 Februari 2024
No. Tingkat kepuasan Jumlah pasien
1. Tidak Puas 6,9%
2. Puas 93,1%
Total
Sumber: Data primer pengkajian pada tanggal 19-21 Februari 2024
Pelaksanaan evaluasi kepuasan pasien didapatkan bahwa
sebanyak 93,1 % merasa puas dengan pelayanan yang diberikan
Ruang Angsoka dan sebanyak 6,9% pasien merasakan tidak
puas mengenai pelayanan yang diberikan oleh Ruang Angsoka.

2. Unsur Proses
a. Kajian Teori
Salah satu indikator mutu asuhan keperawatan adalah dilihat dari
persepsi klien tentang mutu asuhan keperawatan yang diberikan. Dan
untuk mengevaluasi hal ini juga perlu suatu instrument yang baku.
(Sesuaikan instrumen baku yang digunakan pihak RS).

b. Kajian Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan angket
pada beberapa pasien (29 org) atau keluarga pasien.
Tabel 2.22
Tingkat pendidikan pasien diruang Angsoka RSUD AW Sjahranie
Samarinda tanggal 19-21 Februari 2024

No. Tingkat Pendidikan Jumlah


1 Tidak Sekolah 3 Orang
2 SD 11 Orang
3 SLTP 4 Orang
4 SLTA 9 Orang
5 Diploma I/II/III/IV 2 Orang
6 S1/S2/S3 3 Orang

Berdasarkan tabel dari pengkajian tingkat pendidikan diruang


Angsoka RSUD AW Sjahranie diatas didapatkan tingkat pendidikan
tertinggi pada pasien yaitu SD sebanyak 37,9%

Tabel 2.23
Pekerjaan pasien diruang Angsoka RSUD AW Sjahranie Samarinda
tanggal 19-21 Februari 2024

No. Pekerjaan Jumlah


1 Tidak Bekerja 16 Orang
2 Pelajar/Mahasiswa -
3 Pegawai Swasta 3 Orang
4 Pegawai Negri 1 Orang
5 Wiraswasta 9 Orang
Berdasarkan tabel dari pengkajian pekerjaan pasien diruang Angsoka RSUD
AW Sjahranie diatas didapatkan hasil tertinggi tidak bekerja sebesar 55,2 %.

c. Analisa Data
Hasil pengumpulan data melalui lembar observasi yang dilakukan
pada tanggal 19-21 Februari 2024 terhadap 12 dokumentasi proses
keperawatan didapatkan bahwa aspek pengkajian didapatkan hasil 95%
yang memiliki arti baik. Aspek diagnose keperwatan 51,6% yang
memiliki arti kurang, aspek perencanaan 78,78%, aspek implementasi
89,5% yang memiliki arti baik, aspek evaluasi 45,2% yang memiliki arti
kurang.

3. Unsur Output
a. Efisiensi Ruang Rawat
1) Kajian Teori
Efisiensi pelayanan meliputi 4 (empat) indikator mutu pelayanan
kesehatan rumah sakit, yang meliputi:
a) BOR (Bed Occupancy Rate), menunjukkan seberapa jauh
pemakaian tempat tidur yang tersedia di rumah sakit dalam jangka
waktu tertentu.
Standar nasional untuk RSU dalam satu tahun adalah 75 – 85%.
Perhitungan BOR:
BOR = Jumlah hari perawatan x 100%
jumlah TT x hari perawatan

Keterangan: TT: tempat tidur

b) LOS (Length Of Stay), menunjukkan lama waktu yang dirawat


pada setiap pasien. Waktu rawat yang baik maksimum 12 hari.
Standar nasional untuk rumah sakit dalam satu tahun adalah 7 – 10
hari.
Perhitungan LOS:

LOS = Lama hari perawatan x 100%


Jumlah pasien keluar hidup atau mati
c) TOI (Turn Over Internal), menunjukkan waktu rata-rata suatu
tempat tidur kosong atau waktu antara satu tempat tidur
ditinggalkan oleh pasien sampai dengan diisi lagi. Standar 1 – 3
hari untuk RSU dalam satu tahun.
Perhitungan TOI:

TOI = Jumlah hari rawat x 100%


Jumlah tempat tidur

d) BTO (Bed Turn Over), menunjukkan frekuensi pemakaian tempat


tidur rumah sakit satu satuan waktu tertentu. BTO menggambarkan
tentang tingkat pemakaian tempat tidur. Standar 40 – 45 kali untuk
RSU dalam satu tahun, sedangkan yang baik lebih dari 40 kali
(Djojobroto, 1997).
Indikator Efisiensi Ruangan
Tabel 2.25 Indikator Efisiensi Ruangan
No. Indikator Standar

1. BOR 75-85 %

2. LOS 7-10 Hari

3. TOI 1-3 Hari

4. BTO 40-45 Kali

Sumber: Djojobroto, 1997

2) Kajian Data
Efisiensi ruang rawat inap Angsoka RSUD. A. Sjahranie
Samarinda pada bulan November 2023, Desember 2023, Januari 2024
adalah:
Tabel 2.26 Efisiensi Ruang Angsoka RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda
pada bulan November 2023, Desember 2023 dan Januari 2024

No Bulan Indikator

BOR LOS TOI BTO 3 bulan


1. November

2. Desember

3. Januari

Jumlah

Standar 75 – 85% 7 – 10 hari 1 – 3 hari 5 – 45 kali

Sumber : Rekam Medis ruang Angsoka RSUD AW Sjahranie bulan November 2023-Januari
2024

3) Analisa Data
- BOR
Ruang Rawat Inap Angsoka RSUD. A. Sjahranie
mempunyai kapasitas tempat tidur sebanyak 47 bed yang
terdiri dari (Kelas II berjumlah 8 bed) dan (Kelas III 37 bed)
serta ISO 2 bed . Data BOR (Bed Occupancy Rate ) Pada 3
bulan terakhir adalah pada bulan September komposisi
BOR 79 % dimana telah sesuai dengan standar , Oktober
komposisi BOR 80 % dimana telah sesuai dengan standar
dan November 2019 komposisi BOR mencapai 43% dimana
masih berada dibawah standar.
- LOS
Ruang Rawat Inap Angsoka RSUD. A. Sjahranie lama
waktu yang dirawat pada setiap pasien pada bulan
September 2019 mencapai 9,07 hari dimana telah sesuai
dengan standar, pada bulan Oktober 8,01 hari dimana telah
sesuai dengan standar dan pada bulan November mencapai
5,23 hari dimana masih berada dibawah standar.
- TOI
Ruang Rawat Inap Angsoka RSUD. A. Sjahranie memiliki
waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong atau waktu antara
satu tempat tidur ditinggalkan oleh pasien sampai dengan
diisi lagi pada bulan September 2019 yaitu 2,5 hari dimana
telah sesuai dengan standar, pada bulan Oktober yaitu 2,0
hari dimana telah sesuai dengan standar dan pada bulan
November 7,0 hari dimana masih berada diatas standar.
- BTO
Ruang Rawat Inap Angsoka RSUD.A. Sjahranie frekuensi
pemakaian tempat tidur rumah sakit satu satuan waktu
tertentu padabulan September 2019 berjumlah 31,15 kali,
pada bulan Oktober 2019 berjumlah 36 kali, pada bulan
November berjumlah 27,9 kali, dimana tiap bulannya telah
sesuai dengan Standar.

C. Proses Manajemen Pelayanan Keperawatan


Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan,
memimpin, dan mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan
menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran
organisasi yang sudah ditetapkan (Stoner, Freeman, dan Gilbert, 1996).
Manajemen adalah aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi dan
pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan tersebut
dapat diselesaikan secara efisien dan efektif (Robbins, dan Coulter, 2010).
Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan
bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang ke arah tujuantujuan
organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen adalah suatu
kegiatan, pelaksanaannya adalah managing (pengelolaan). George Terry
merumuskan fungsi manajemen yang terdiri dari Planning, Organizing,
Actuating, dan Controlling (POAC), fungsi manajemen ini kemudian
diadopsi juga oleh Kementerian Kesehatan RI (Munijaya, 2012). Fungsi
manajemen tersebut di atas dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Planning (perencanaan), adalah proses perumusan tujuan organisasi
sampai penetapan alternatif kegiatan untuk mencapainya. Tanpa fungsi
perencanaan, tidak akan ada kejelasan urutan kegiatan untuk mencapai
tujuan organisasi. Melalui fungsi perencanaan, ditetapkan tugas pokok
staf yang kemudian digunakan oleh pimpinan untuk melakukan
supervisi, dan menyediakan sumber daya yang dibutuhkan staf untuk
menjalankan tugasnya.
2. Organizing (pengorganisasian), adalah rangkaian kegiatan manajemen
untuk menghimpun dan mengatur semua sumber daya (potensi) yang
dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkannya secara efisien untuk
mencapai tujuan organisasi. Actuating(Pelaksanaan) Actuating atau
fungsi penggerakan pelaksanaan meliputi, directing, commanding,
motivating, staffing, coordinating.
3. Actuating atau fungsi penggerakan pelaksanaan, adalah proses
bimbingan kepada staf agar mereka menjalankan tugas-tugas pokoknya
sesuai dengan keterampilan yang dimiliki (quality of care) dan
dukungan sumber daya yang tersedia (quality of service). Kejelasan
komunikasi, pengembangan motivasi, dan penerapan kepemimpinan
yang efektif akan sangat membantu suksesnya manajer melaksanaan
fungsi manajemen ini.
4. Controlling (Monitoring) atau pengawasan dan pengendalian (wasdal),
adalah proses untuk mengawasi secara terus menerus kegiatan staf
dalam melaksanakan rencana kerja yang sudah disusun dan
mengadakan koreksi jika terjadi penyimpangan.peran jembatan antar
pribadi (interpersonal role), peran penyambung informasi (information
transfer role), dan peran pengambil keputusan (decision-making role).

a. Kajian Data (Kajian Planning meliputi: jadwal dinas, koordinasi dengan


perawat di ruangan, perencanaan bulanan)
1) Jadwal Dinas
Gambar 2.3 Jadwal dinas perawat ruang Angsoka RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda

2) Analisa Data
Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan Angsoka adalah :
Penyusunan jadwal dinas yang dilakukan berdasarkan SOP
penyususnan jadawal dinas yang mempertimbangkan shift kerja dan
agenda ataupun perencanaan dari setiap perawat ruangan yang ada
dengan tetap mempertimbangkan prinsip keadilan.

b. Kajian Data Penerapan MPKP di ruangan


1) Evaluasi Tugas Kepala Ruangan
Tabel 2.28 Evaluasi tugas kepala ruangan Angsoka RSUD. A.W.
Sjahranie Samarinda
NO PERNYATAAN SETUJU TIDAK
SETUJU
Planning
1 Ruangan memiliki visi dan misi yang sesuai 66,7 33,3
dengan visi dan misi di Rumah Sakit dan
program kerja (bukti fisik)
2 Kepala ruangan mensosialisasikan misi ruangan 62,5 37,5
kepada perawat di ruangan (bukti fisik)
3 Kepala ruangan memberikan amanah dan 91,7 8,3
menunjuk perawat pelaksana untuk mengerjakan
pekerjaannya secara langsung
4 Kepala ruangan mengikuti serah terima pasien di 100
shift kerjanya
Organizing
5 Kepala ruangan mengidentifikasi tingkat 91,7 8,3
kertergantungan klien yang dibantu oleh perawat
pelaksana
6 Kepala ruangan menghitung jumlah perawat 95,8 4,2
yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan
tingkat ketergantungan pasien dibantu oleh
CCM/KATIM
7 Kepala ruangan merencanakan dan membuat 91,7 8,3
strategi pelaksanaan keperawatan
8 Kepala ruangan mengikuti kunjungan dokter 95,8 4,2
untuk mengetahui kondisi,patofisiologi,tindakan
medis yang dilakukan terhadap klien
Staffing
9 Kepala ruangan mengatur dan mengendalikan 100
asuhan keperawatan seperti pembimbingan
pelaksanaan, penerapan, dan mengadakan
diskusi tentang pemecahan masalah pada klien
10 Kepala ruangan membantu mengembangkan niat 100
pendidikan dan pelatihan diri pada perawat
11 Kepala ruangan membantu mengorientasikan 91,7 8,3
ruangan terhadap peserta didik keperawatan
12 Kepala ruangan merumuskan metode penugasan 91,7 8,3
yang digunakan
13 Kepala ruangan merumuskan tujuan metode 100
penugasan
14 Kepala ruangan membuat rencana tugas ketua 100
tim dan perawat pelaksana secara jelas
Directing
15 Kepala ruangan membuat rencana kendali yang 95,8 4,2
membawahi ketua tim. Ketua tim membawahi
perawat pelaksana di masing-masing timnya
16 Kepala ruangan mengatur dan mengendalikan 100
logistik ruangan
17 Kepala ruangan mengatur dan mengendalikan 100
situasi lahan peraktik
18 Kepala ruangan mendelegasikan tugas saat tidak 91,7 8,3
berada ditempat kepada CCM
`19 Kepala ruangan mengetahui kondisi klien, 95,8 4,2
menilai tingkat kebutuhan pasien
20 Kepala ruangan mengembangkan kemampuan 95,8 4,2
anggota
21 Kepala ruangan memberi pengarahan tentang 100
penugasan kepada perawat pelaksana
22 Kepala ruangan memberi motivasi dalam 100
peningkatan, pengetahuan, keterampilan, dan
sikap
23 Kepala ruangan menginformasikan hal-hal yang 100
dianggap penting dan berhubungan dengan askep
klien
24 Kepala ruangan membimbing bawahan yang 100
mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya
Controling
25 Kepala ruangan meningkatkan kolaborasi 100
26 Kepala ruangan mengawasi dan berkomunikasi 100
langsung dengan CCM dan ketua tim mengenai
asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien
27 Kepala ruangan melalui supervise melakukan 100
inspeksi, mengamati sendiri atau melalui laporan
secara lisan dan memperbaiki / mengawasi
kelemahan- kelemahan yang tejadi
28 Kepala ruangan melakukan pengawasan secara 100
tidak langsung seperti mengecek daftar hadir ,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan
serta catatan yang dibuat selama dan sesudah
proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan dari
CCM dan ketua tim
29 Kepala ruangan mengevaluasi upaya pelaksana 100
dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun Bersama CCM
dan ketua tim

Berdasakan hasil pengumpulan data dengan kuesioner kepada perawat


ruangan Angsoka tentang penilaian kepala ruangan adalah pada fungsi
planning didapatkan sebanyak 66,7% mengatakan kepala ruangan memiliki
visi dan telah mensosialisasikan visi ruangan. Namun dari hasil pengkajian
wawancara yang dilaksanakan kepada kepala ruangan didapatkan bahwa visi
misi ruangan untuk sekarang tidak digunakan lagi sehingga berfokus pada visi
misi Rumah Sakit.
Pada fungsi organizing didapatkan bahwa sebanyak 91,7% kepala
ruangan mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien yang dibentu oleh
perawat pelaksana serta kepala ruangan juga merencanakan dan membuat
stratei pelaksanaan keperawatan.
Pada fungsi staffing sebanyak 100% menyatakan bahwa kepala ruangan
mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan seperti pembimbingan
pelaksanaan, penerapan dan mengadakan diskusi tentang pemecahan masalah
terhadap klien. Sebanyak 91,7% menyatakan kepala ruangan membantu
mengorientasikan ruangan terhadap peserta didik keperawatan dan sebanyak
91,7% menyatakan kepala ruangan merumuskan metode penugasan yang
digunakan.
Pada fungsi directing sebanyak 95,8% menyatakan bahwa kepala
ruangan membuat rencana kendali yang membawahi ketua tim. Sebanyak
100% menyatakan bahwa kepala ruangan mengatur dan mengendalikan situasi
lahan praktik. Sebanyak 100% menyatakan kepala ruangan memberi
pengarahan tentang penugasan kepada perawat pelaksana.
Pada fungsi controlling sebanyak 100% menyatakan kepala ruangan
meningkatkan kolaborasi dan kepala ruangan mengevaluasi upaya pelaksana
dan membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama.
Sebanyak 100% menyatakan kepala rungan melakukan pengawasan secara
tidak langsung seperti mengecek daftar hadir, membaca dan memeriksa
rencana keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses
keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengan laporan dari
perawat primer.
2) Evaluasi Tugas CCM oleh Perawat Pelaksana
Tabel 2.29 Evaluasi tugas CCM ruang Angsoka RSUD. A. W.
Sjahranie Samarinda
No Pernyataan Ya Tidak
1 Apakah CCM melaksanakan supervisi klinik secara terjadwal untuk
95,5 4,5
membantu meningkatkan pengetahuan klinik ?
2 Apakah CCM membantu perawat pelaksana mempelajari
100
keterampilan keperawatan yang baru ?
3 Apakah CCM menfasilitasi perawat pelaksana melakukan tindakan
100
keperawatan yang baru dengan baik ?
4 Apakah CCM tidak memberikan perawat pelaksana kesempatan
77,3 22,7
untuk bekerja mandiri ?
5 Apakah CCM memberi perawat pelaksana kesempatan untuk
100
memutuskan tindakan keperawatan yang tepat untuk pasien ?
6 Apakah perawat pelaksana mendapat kesempatan untuk
menyampaikan pendapat kepada CCM tentang masalah yang 100
dihadapi dalam pemberian asuhan keperawatan ?
7 Apakah CCM memotivasi perawat pelaksana untuk
100
mengembangkan kemampuan klinik yang saya miliki ?
8 Apakah CCM melakukan supervisi klinik hanya kepada karyawan
86,2 31,8
baru ?
9 Apakah perawat pelaksana mendapat kesempatan bekerja bersama
100
CCM untuk meningkatkan Kemampuan Klinik yang dimiliki ?
10 Apakah perawat pelaksana mendapat bimbingan dari CCM dalam
100
pemberian pelayanan kepada pasien ?
11 Apakah CCM membantu perawat pelaksana dalam melaksanakan
100
asuhan keperawatan sesuai prosedur keselamatan kerja ?
12 Apakah CCM membahas kasus pasien yang sulit dalam TIM ? 95,5 4,5
No Pernyataan Ya Tidak
13 Apakah CCM memfasilitasi diskusi kasus pasien untuk menjelaskan
100
tentang peyakit, prognosis, dan pengobatan ?
14 Apakah CCM memberi kesempatan kepada perawat pelaksana untuk
mengevaluasi pekerjaan yang telah dilakukan bersama-sama dengan 100
CCM ?
15 Apakah CCM memberikan masukan atas hasil pekerjaan yang telah
95,5 4,5
saya lakukan setelah pelaksanaan supervisi klinik ?
16 Apakah CCM membantu meningkatkan pemahaman perawat
pelaksana tentang tindakan keperawatan yang perawat pelaksana 100
berikan kepada pasien setelah pelaksanaan supervisi klinik ?
Berdasakan hasil pengumpulan data dengan kuesoner kepada perawat
ruangan Angsoka tentang penilaian CCM adalah sebanyak 100% menyatakan
CCM memfasilitasi perawat pelaksana melakukan tindakan keperawatan yang
baru dengan baik, Sebanyak 100% menyatakan CCM memberi perawat
pelaksana kesempatan untuk memutuskan tindakan keperawatan yang tepat
untuk pasien dan CCM memotivasi perawat pelaksana untuk
mengembangkan kemampuan klinik yang saya miliki.
3) Evaluasi tugas Katim oleh
Tabel 2.29 Evaluasi tugas katim oleh karu ruang Angsoka RSUD. A.
W. Sjahranie Samarinda
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah ketua Tim memberikan intruksi kepada perawat 88 12
pelaksana dalam menyelesaikan suatu pekerjaan terlebih
dahulu berdiskusi dengan perawat?
2 Apakah ketua TIM bertanggung jawab atas hasil kerja 88 12
perawat pelaksana ?
3 Apakah ketua TIM melaksanakan pengawasan yang tepat 88 12
terhadap pekerjaan yang sedang perawat pelaksana
laksanakan?
4 Apakah ketua TIM mendiskusikan masalah yang ada 88 12
diruangan bersama anggotanya dan memotivasi perawat
pelaksana untuk bekerjasama sebagai TIM?
5 Apakah ketua TIM secara terus-menerus menekankan 76 24
pentingnya batas waktu dalam menyelesaikan tugas kepada
perawat pelaksana?
6 Apakah ketua TIM menciptakan situasi yang kondusif 88 12
dalam berkomunikasi dengan perawat pelaksana dalam
bekerja?
7 Apakah ketua TIM mengikut sertakan seluruh perawat 88 12
pelaksana dalam menyusun rencana kegiatan asuhan
keperawatan diruangan?
8 Apakah ketua TIM mengajak perawat pelaksana untuk 88 12
berdiskusi dan meminta pendapat perawat pelaksana
tentang penerapan metode baru dalam pemberian asuhan
keperawatan?
9 Apakah ketua TIM menerima masukan positif, saran dan 100
ide-ide dari perawat pelaksana dan mempertimbangkan nya
dalam upaya meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan
No Pertanyaan Ya Tidak
menjadi lebih baik?
10 Apakah ketua TIM mendelegasikan tugas kepemimpinan 84 16
kepada perawat pelaksana yang berkompeten?
11 Apakah ketua TIM meberikan bimbingan, pelatihan, otoritas 84 16
dan memberikan kepercayaan kepada perawat pelaksana
dalam mengambil keputusan secara mandiri?
12 Apakah ketua TIM memfasilitasi perawat pelaksana untuk 88 12
bekerja sama dengan dokter dan TIM kesehatan lainnya
dalam pemberian pelayanan kesehatan di Rumah Sakit ?
13 Apakah ketua TIM sebagai tempat berkonsultasi dalam 88 12
menyelesaikan suatu masalah pekerjaan?
14 Apakah ketua TIM memberikan pujian atau penguatan pada 88 12
perawat pelaksana terhadap keberhasilan mereka?
15 Apakah katim mengoperkan diagnosa kepada katim 80 20
berikutnya pada saat pre/post conference?
16 Apakah Katim mengoperkan tindakan yang sudah dicapai 88 12
kepada Katim berikutnya pada saat pre/post conference?
17 Apakah Katim mengoperkan hasil/ evaluasi asuhan 88 12
keperawatan kepada Katim berikutnya pada saat pre/post
conference?
18 Apakah Katim mengoperkan tindak lanjut kepada Katim 88 12
berikutnya pada saat pre/post conference?
19 Apakah Katim berikutnyan mengklarifikasi operan dari 88 12
Katim berikutnya pada saat pre/post conference?
20 Apakah Katim memimpin timbang terima keperawatan? 80 20
Berdasakan hasil pengumpulan data dengan kuesioner kepada kepala
ruangan Angsoka tentang evaluasi tugas katim adalah ketua tim telah
memberikan instruksi kepada perawat pelaksana dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan terlebih dahulu berdiskusi dengan perawat, selain itu ketua TIM
bertanggung jawab atas hasil kerja perawat pelaksana dan ketua TIM
mendiskusikan masalah yang ada diruangan bersama anggotanya dan
memotivasi perawat pelaksana untuk bekerjasama sebagai TIM. Namun,
ketua TIM tidak mengikut sertakan seluruh perawat pelaksana dalam
menyusun rencana kegiatan asuhan keperawatan diruangan.
4) Evaluasi Tugas Perawat Pelaksana oleh Karu, CCM, Katim
Tabel 2.31 Evaluasi tugas perawat pelaksana ruang Angsoka RSUD.
A. W. Sjahranie Samarinda
No Pertanyaan Ya Tidak
Planning
1 Apakah dalam melaksanakan tugas, perawat pelaksana
100
menyesuaikan dengan visi dan misi rumah sakit ?
2 Apakah dalam melaksankan asuhan keperawatan perawat
pelaksana berpendoman pada standar asuhan keperawatan 100
(SAK) ?
3 Apakah dalam melaksanakan prosedur keperawatan perawat
100
pelaksana berpendoman pada standar operasional prosedur (SOP)
No Pertanyaan Ya Tidak
Organizing
4 Apakah perawat pelaksana berkomunikasi antar pemberi tanggung
100
jawab dan penerima tanggung jawab dilakukan di depan pasien ?
5 Apakah Perawat Pelaksana menyebutkan identitas, diagnosa
medis, dan tindakan keperawatan yang telah dilakukan beserta 100
waktu pelaksanaan ?
6 Apakah perawat pelaksana mengimpormasikan jenis dan waktu
100
tindakan keperawatan yang belum dilakukan ?
7 Apakah Perawat pelaksana menyebutkan perkembangan pasien
100
yang ada selama shift ?
8 Apakah Perawat Pelaksana mengimpormasikan pendidikan
100
kesehatan yang telah dilakukan (bila ada) ?
Staffing
9 Apakah perawat melaksanakan serah terima tugas jaga dari jaga
100
sebelumnya dan kepada tugas jaga berikutnya ?
10 Apakah perawat pelaksana melakukan dokumentasi askep
100
terutama dalam hal pelaksanaan dan evaluasi keperawatan ?
11 Apakah perawat pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan
kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di 100
catatan keperawatan ?
Directing
12 Apakah Perawat Pelaksana melakukan monitoring respon pasien
100
dan ada bukti di catatan keperawatan ?
13 Apakah perawat pelaksana melakukan konsultasi tentang masalah
100
pasien/ keluarga kepada ketua TIM ?
14 Apakah perawat pelaksana membimbing dan melakukan
pendidikan kesehatan kepada pasien yang menjadi tanggung 100
jawabnya dan ada bukti di catatan keperawatan ?
15 Apakah perawat pelaksana menerima keluhan pasien /Keluarga
100
dan berusaha untuk mengatasinya ?
`16 Apakah perawat pelaksana melengkapi catatan asuhan
keperawatan pada semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya 100
?
17 Apakah Jumlah tenaga keperawatan yangada diruangan telah
33,3 66,7
sesuai dengan beban kerja perawat ?
18 Apakah perawat Pelaksana menikmati kerja karena diruangan ada
program manajemen konflik sehingga jika ada konflik 100
diselesaikan dengan cara yang baik ?
19 Apakah perawat pelaksana melaksanakan operan antara shift yang
100
jelas ?
Controling
20 Apakah perawat pelaksana melakukan evaluasi asuhan
keperawatan pada semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya 100
?
21 Apakah Perawat Pelaksana memahami pekerjaannya sebagai
perawat pelaksana, karena sebelum dinas ada pre-confrence dari
100
kepala TIM untuk menjelaskan pekerjaan yang akan kita
lakukan ?
22 Apakah Perawat mengetahui pekerjaannya dengan baik karena
setiap hari ada program post-confrence dari kepala TIM untuk 100
menjelaskan evaluasi pekerjaan yang kita lakukan ?

Berdasakan hasil pengumpulan data dengan kuesoner kepada


ketua tim ruangan Angsoka tentang evaluasi perawat pelaksana adalah
pada fungsi planning perawat pelaksana telah melaksanakan tugas,
perawat pelaksana menyesuaikan dengan visi dan misi rumah sakit dan
telah melaksankan asuhan keperawatan perawat pelaksana berpendoman
pada standar asuhan keperawatan (SAK).
Pada fungsi organizing perawat pelaksana telah berkomunikasi
antar pemberi tanggung jawab dan penerima tanggung jawab dilakukan
di depan pasien dan Perawat Pelaksana menyebutkan identitas, diagnosa
medis, dan tindakan keperawatan yang telah dilakukan beserta waktu
pelaksanaan serta Perawat pelaksana menyebutkan perkembangan pasien
yang ada selama shift.
Pada fungsi staffing perawat telah melaksanakan serah terima
tugas jaga dari jaga sebelumnya dan kepada tugas jaga berikutnya dan
perawat pelaksana telah melakukan dokumentasi askep terutama dalam
hal pelaksanaan dan evaluasi keperawatan. Selain itu, perawat pelaksana
telah melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi
tanggung jawabnya dan ada bukti di catatan keperawatan.
Pada fungsi directing Perawat Pelaksana telah melakukan
monitoring respon pasien dan ada bukti di catatan keperawatan dan
perawat pelaksana membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan
kepada pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan ada bukti di catatan
keperawatan. Selain itu, perawat pelaksana melengkapi catatan asuhan
keperawatan pada semua pasien yang menjadi tanggung jawabnya.
Pada fungsi controling perawat pelaksana telah melakukan
evaluasi asuhan keperawatan pada semua pasien yang menjadi tanggung
jawabnya dan Perawat Pelaksana memahami pekerjaannya sebagai
perawat pelaksana, karena sebelum dinas ada pre-confrence dari kepala
TIM untuk menjelaskan pekerjaan yang akan kita lakukan.

5) Pelaksana Operan
Tabel 2.32 Pelaksana operan ruang Angsoka RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda
No Aspek Yang dinilai Dilakukan Tidak

1 Kedua kelompok dinas sudah siap 


2 Shift yang mau menyerahkan/mengoperkan mempersiapkan hal-hal yang

akan disampaikan

3 Ketua tim/Kepala Jaga yang mau menyerahkan/mengoperkan


menyampaikan :

a. Kondisi/keadaan umum klien 



b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan 
c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima

4 Penyampaian nomor 3 dilakukan dengan jelas, singkat, akurat dan tidak



terburu-buru

5 Ketua tim dan semua anggota tim bersama-sama langsung melihat



keadaan klien

6 Tim yang mengoperkan tugas memberi kesempatan kepada tim yang akan

menjalankan tugas

7 Tim yang mengoperkan tugas menyerahkan semua berkas catatan perawatan



kepada tim yang akan menjalankan tugas untuk menerima

Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan observasi yang di lakukan oleh


mahasiswa Ners Poletkkes selama 2 hari tanggal 19 – 20 Februari 2024
didapatkan pelaksanaan operan yang tidak dilakukan meliputi kondisi/keadaan
umum klien dan pelaksanaan operan terburu-buru.

6) Pelaksanaan Pre Conference


Tabel 2.33 Pelaksanaan pre conference di ruang Angsoka RSUD.
A.W. Sjahranie Samarinda

No Aspek Yang dinilai Dilakukan Tidak

1 Semua anggota tim hadir dalam diskusi awal (konferensi awal) 

2 Memberi pengarahan kepada anggota tim tentang rencana asuhan pasien


pada hari tersebut berdasarkan hasil evaluasi kemarin dan kondisi
klien yang dilaporkan oleh dinas malam. Hal-hal yang disampaikan
oleh PP meliputi :
a. Keadaan umum klien 
b. Keluhan klien 

c. Tanda-tanda vital dan kesadaran 

d. Hasil pemeriksaan laboratorium/diagnostik terbaru

e. Masalah keperawatan

f. Rencana keperawatan hari ini
g.Perubahan terapi medis
3 Memberi penugasan kepada anggota tim bila ada 
pasien baru
Memberi kesempatan kepada anggota tim untuk
4 
Bertanya
Memberi penekanan pada hal-hal yang perlu
5 
Diperhatikan
6 Memberi kesempatan pada pendidikan pasien 
Membahas pasien-pasien yang menjadi prioritas
7 
pada shift tersebut
Menanyakan kesiapan fisik, mental anggota dalam
8 
melakukan asuhan
Semua anggota tim menyepakati pertemuan diskusi
9 
Akhir
10 Mengucapkan selamat bekerja kepada anggota tim 

Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan observasi yang di lakukan


oleh mahasiswa Ners Poletkkes selama 2 hari tanggal 19 – 20 Februari 2024
didapatkan pelaksanaan pre conference yang tidak dilakukan meliputi keadaan
umum klien, keluhan klien, tanda-tanda vital dan kesadaran, masalah
keperawatan, Memberi kesempatan pada pendidikan pasien.

7) Pelaksanaan Post Conference


Tabel 2.34 Pelaksanaan post conference RSUD. A. W. Sjahranie Samarinda
No Aspek Yang dinilai Dilakukan Tidak
1 Semua anggota tim hadir dalam konferensi akhir 
2 Menanyakan hasil dari kegiatan yang sudah dilaksanakan anggota tim
terkait dengan asuhan keperawatan 

3 Mengevaluasi tentang kelengkapan dokumentasi ASKEP, pelaksanaan



program dan administrasi pasien
4 Memberikan pujian akan apa yang telah dilaksanakan dengan baik 
5 Mengevaluasi hambatan yang dialami setiap anggota tim 
6 Memberi umpan balik kepada anggota tentang pelaksanaan yang telah

dilakukan
7 Mengucap terima kasih atas kerjasama anggota tim 
8 Semua anggota tim menyepakati pertemuan konferensi selanjutnya. 
Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan observasi yang di lakukan
oleh mahasiswa Ners Poletkkes selama 2 hari tanggal 19 – 20 Februari 2024
didapatkan pelaksanaan post conference yang tidak dilakukan adalah
mengevaluasi tentang kelengkapan dokumen ASKEP dan memberikan pujian
akan apa yang telah dilaksanakan dengan baik.
D. Analisa SWOT
No Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x Rating
1. M1 (Ketenagaan)
Faktor Internal (IFAS)
Kekuatan (Strength)
a. Jenis ketenagaan di ruangan : 0,1 3 0,3
Ners : 5 Orang
S1 Kep : 0 Orang
D-IV : 0 Orang
D-III : 19 Orang
S2 Kep : 1 Orang 0,5 3 1.5
b. Adanya sistem pengembangan staf
berupa pelatihan dan semua perawat
telah mengikuti pelatihan (misalnya
BTCLS, K3, pasien safety, PPI,
komunikasi efektif, dll ) 0,2 2 0,4
c. Sebanyak 64% usia perawat di Ruang
Angsoka berusia 30-39 th 0,2 2 0,4
d. Sebanyak 80% perawat di ruangan
Angsoka memiliki pengalaman
bekerja lebih dari 5 tahun
Total 1 2,6
Kelemahan (Weakness)
a. Sebanyak 20% perawat memiliki masa 0,5 2 1,0 S-W=
kerja kurang dari 5 tahun 26-2,5=
b. Sebanyak 76% perawat di ruang 0,1
Angsoka berlatar belakang pendidikan
D-III Keperawatan 0,5 3 1,5
Total 1 2,5
Faktor Eksternal (EFAS) O –T =
Peluang (Opportunity) 2,1-3,4 =
a. Adanya kesempatan untuk mengikuti 0,1 2 0,2 -1,2
pelatihan yang dibiayai oleh institusi
b. Adanya kesempatan melanjutkan 0,2 2 0,4
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
c. Adanya mahasiswa profesi 0,2 2 0,4
d. Adanya kebijakan pemerintah tentang 0,1 2 0,2
profesionalisasi perawat
e. Adanya program akreditasi RS dari 0,1 2 0,2
pemerintah dimana MAKP merupakan
salah satu penilaian
f. Adanya kerjasama yang baik antara 0,1 3 0,3
mahasiswa dengan perawat ruangan
No Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x Rating
g. Adanya pembahasan mengenai ilmu 0,1 3 0,3
keperawatan antara preceptor dengan
mahasiswa yang praktek di ruangan
melalui bedsite teaching
h. Adanya POS (pembantu orang sakit) 0,1 2 0,2
yang membantu pekerjaan perawat
ruangan
Total 1 2,2
Ancaman (Threatened)
a. Ada tuntutan tinggi dari masyarakat 0,2 3 0,6
untuk pelayanan yang lebih
profesional
b. Makin tingginya kesadaran 0,2 3 0,6
masyarakat akan hukum
c. Persaingan dengan RS swasta yang 0,5 4 2,0
memberikan pelayanan yang bagus
dan menerima pelayanan BPJS
d. Terbatasnya kuota tenaga 0,1 2 0,2
keperawatan yang melanjutkan
pendidikan tiap tahun 1
Total 3,4
2. M2 (Sarana dan Prasarana)
Faktor Internal (IFAS)
Kekuatan (Strength)
a. Tersedianya Gedung yang kondusif dan
sebagian sarana umum yang mencukupi 0,2 3 0,6 S-W =
b. Sarana pasien (meja almari, kursi 2,6-2,4 =
pasien, sesuai dengan jumlah pasien, 0,2 3 0,6 0,2
tersedianya ruangan penyimpanan alat)
c. Tersedia sarana prasarana universal
precaution untuk perawat. 0,1 2 0,2
d. Tidak ada bed yang tidak ada
pengamannya 0,1 2 0,2
e. Memiliki dokumentasi penunjang
termasuk SOP 0,2 3 0,6
f. Tersedianya nurse station yang strategis
g. Pemeliharaan dan perawatan dari sarana 0,1 2 0,2
dan prasana penunjang kesehatan 0,1 2 0,2
dilakukan oleh IPS I bulan sekali
Total
1 2,6
No Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x Rating
Kelemahan (Weakness)
a. Tidak terpenuhinya handscrub pada 0,3 2 0,6
setiap bed pasien
b. Tidak tersedia wastafel di Lorong 0,2 2 0,4
untuk mencuci tangan keluarga pasie
c. Jumlah peralatan seperti 0,1 2 0,2
thermometer, infus pump, syring 0,2 3 0,6
pump dan bag valve mask masih
terbatas/tidak ada
Total 1 2,4
Faktor Eksternal (EFAS)
Peluang (Opportunity)
a. Adanya kerjasama dengan pihak luar 0,4 3 1,2
RS untuk pengadaan bahan untuk
perawatan pasien
b. Kebijakan RS untuk mengajukan 0,3 3 0,9
kelengkapan peralatan yang belum
terpenuhi
c. Adanya instansi yang melakukan 0,3 2 0,6
penawaran dalam menyediakan
sarana dan prasarana yang dibutuhka
Total 1 2,7 O-T =
Ancaman (Threatened) 1 1 1 2,7-1= 2,6
a. Persaingan dengan RS swasta yang
menggunakan alat digital dan modern
pemberian layanan
Total 1 1 1
3 M3 (Metode)
Faktor Internal (IFAS)
Kekuatan (Strength)
a. RS memiliki visi dan misi dan motto 0,1 2 0,2
sebagai acuan melaksanakan kegiatan
pelayanan di Ruang Perawatan
b. Sudah ada MAKP yang digunakan 0,3 3 0,9
oleh ruangan dalam bentuk tim
c. Terlaksananya komunikasi yang 0,1 2 0,2
adekuat antara perawat dan tim
kesehatan yang lain
d. Adanya kepuasan pasien dan perawat 0,2 2 0,4
e. Pendidikan perawat minimal D3 0,1 2 0,2
f. 100% perawat mau menerapkan TIM 0,1 3 0,3
g. Mempunyai SOP yang jelas untuk 0,1 3 0,3
setiap tindakan
Total 1 2,5
Kelemahan (Weakness) S-W=
No Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x Rating
a. Pelaksanaan model TIM belum sesuai 0,1 2 0,4 2,5-3,4 =
dengan struktur -0,9
b. Pendokumentasian proses keperawatan 0,3 4 1,2
belum optimal
c. Ronde keperawatan belum rutin 0,3 4 1,2
dilaksanakan
d. Jumlah tenaga perawat dan juga S1 0,2 3 0,6
Ners yang masih terbatas untuk
penerapan dokumentasi proses
keperawatan yag ideal
e. 50% perawat mengatakan bahwa 0,1 3 0,3
model tim yang digunakan mendapat
kritikan dari pasien dan memberatkan
pembiayaan
Total 1 3,4
Peluang (Opportunity)
a. Adanya mahasiswa Keperawatan yang 0,6 3 1,8
berdinas di Ruang Angsoka yang
dapat melakukan asuhan keperawatan
Bersama. O-T =
b. Adanya kebijakan RS tentang 0,4 2 0,8 2,6-2,8= -
pelaksanaan MAKP Tim 0,2
Total 2,6
Ancaman (Threatened)
a. Persaingan dengan Rumah Sakit lain 0,3 3 0,9
menggunakan model MAKP tim yang
semakin ketat
b. Adanya tuntutan masyarakat yang 0,3 3 0,9
semakin tinggi terhadap peningkatan
pelayanan keperawatan yang lebih
professional
c. Makin tinggi pengawasan terhadap 0,2 3 0,6
dokumentasi tindakan keperawatan.
d. Penyebaran informasi yang sangat cepat 0,2 2 0,4
melalui media masa dan elektronik.
Total 2,8
Timbang terima
Kekuatan (Strength)
a. Timbang terima dilakukan setiap shift 0,4 3 1,2
b. Seluruh perawat mengetahui Teknik 0,3 3 0,9
pelaporan timbang terima
c. Saat timbang terima telah ada Interaksi 0,3 3 0,9
antara perawat dengan pasien
Total 1 3
Kelemahan (Weakness)
a. Timbang terima masih ada yang tidak 0,4 3 1,2 S-W =
diikuti oleh seluruh perawat 3-2,7 =
b. Masih ada yang melakukan timbang terima 0,3 3 0,9 0,3
lebih dari 5-10 menit
No Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x Rating
Total 1 2,7
Faktor Eksternal (EFAS)
Peluang (Opportunity)
a. Adanya mahasiswa ners yang mengikuti 0,6 3 1,8
kegiatan timbang terima
b. Adanya Kebijakan RS tentang timbang 0,4 3 1,2
terima.
Total 1 3
Ancaman (Threatened) O-T =
a. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari 0,6 3 1,8 3-2,6 =
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan 0,4
yang profesional.
b. Meningkatnya kesadaran masyarakat 0,4 2 0,8
tentang tanggungjawab dan tanggung
gugat perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan.
Total 1 2,6
Sentralisasi obat
Kekuatan (Sterngth)
a. 100% perawat menjelaskan kepada 0,4 4 1,6
pasien tentang tujuan dilaksanakannya
pemberian obat 0,3 4 1,2
b. Terdapat ruang sentralisasi obat di
ruangan 0,3 4 1,2
c. Perawat memisahkan kepemilikan
S-W =
obat-obatan pasien
Total 1 4 4-3 = 1
Kelemahan (Weakness)
a. 20% tidak ada sarana dan prasarana 0,3 3 0,9
pendukung sentralisasi obat
Total 1 3
Peluang (Opportunity)
a. Adanya mahasiswa S1 keperawatan yang 0,4 3 1,2
Praktik managemen keperawatan
b. Kerjasama yang baik antara perawat dan
mahasiswa S1 keperawatan dalam 0,3 4 1,2
pelaksanaan
c. Adanya kebijakan institusi dalam 0,3 3 0,9
sentralisasi obat
Total 1 3,3 O-T =
Ancaman (Threatened) 3,3-3,6 =
a. Adanya tuntutan pasien untuk 0,4 3 1,2 -0,3
mendapatkan pelayanan yang
professional 0,6 4 2,4
b. Beban kerja perawat yang tinggi
beresiko untuk terjadinya kesalahan
No Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x Rating
dalam pemberian obat
Total 1 3,6
Ronde keperawatan
Kekuatan (Sterngth)
a. 76% perawat mengatakan ruangan telah 0,3 4 1,2
melakukan ronde keperawatan
b. 85% perawat telah mengerti ronde 0,3 3 0,9
keperawatan
c. 75% perawat mengatakan ronde
0,2 3 0,6
keperawatan telah dilakukan optimal
Total
1 3,5
Kelemahan (Weakness) S-W =
a. Adanya keterbatasan waktu dan jumlah 0,3 3 0,9 3,5-3 =
tenaga kesehatan untuk melakukan 0,5
ronde keperawatan
b. Belum ditemukan dokumen fisik terkait 0,3 3 0,6
ronde keperawatan
c. SOP dan alur ronde keperawatan belum
ditemukan ketersediaanya di ruangan 0,2 3 0
Total
1 3
Peluang (Opportunity)
a. Adanya mahasiswa praktik manajemen 0,6 4 2,4
yang akan menerapkan ronde
keperawatan
b. Sebagai rumah sakit pendidikan yang 0,4 3 1,2
dapat memberikan pembelajarn kepada
mahasiswa ners dalam ronde
keperawatan
1 3,6
Total
Ancaman (Threatened)
O-T =
a. Adanya tuntutan dari masyarakat yang 0,6 3 1,8
lebih tinggi untuk mendapatkan 3,6-3 =
pelayanan yang professional 0,6
b. Meningkatnya kesadaran masyarakat 0,4 3 1,2
tentang tanggung jawab dan tanggung
gugat perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan
1 3
Total
Discharge Planning
Kekuatan (Sterngth)
a. Seluruh perawat mengerti dan telah 0,3 4 1,2
melakukan discharge planning
b. 90% pasien telah dilakukan pada pasien 0,3 4 1,2
pulang dan sesuai dengan sop
c. 100% perawat melakukan 0,2 3 0,6
pendokumentasian setelah discharge
No Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x Rating
planning S-W =
d. 100% perawat mengerti cara mengisi 0,2 3 0,6 3,6-3 =
form discharge planning 0,6
Total 1 3,6
Kelemahan (Weakness)
a. 25% pasien belum diberikan 0,4 3 1,2
brosur/leafleat saat dilakukan discharge
planning
b. 30% perawat masih menggunakan 0,3 3 0,9
Bahasa yang sukar dipahami oleh pasien
saat dischargbe planning 0,3 3 0,9
c. 35% perawat mengatakan belum ada
pembagian tugas yang kelas untuk
3
pelaksanaan discharge planning
Total 1
Peluang (Opportunity)
a. Adanya kebijakan dari institusi untuk 0,6 4 2,4
melaksanakan perencanaan pulang.
b. Kemauan pasien dan keluarga terhadap 0,4 3 1,2
anjuran perawat. 1 3,6 O-T =
Total 3,6-3= 0,6
Ancaman (Threatened)
a. Makin tinggi kesadaran masyarakat 1 3 3
akan pentingnya kesehatan.
Total 1 3
Supervisi Keperawatan
Kekuatan (Sterngth)
a. 100% perawat mengerti tentang supevisi 0,3 4 1,2
b. 95% perawat mengatakan supervise 0,3 4 1,2
telah dilakukan di ruangan
c. 90% perawat mengatakan telah 0,2 3 0,6
mendapatkan feedback dari supervisor
supervisi dan puas dengan hasil feed
0,2 3 0,6
back tersebut
d. 85% format supervise telah sesuai
standar keperawatan 1 3,6
Total S-W =
Kelemahan (Weakness) 3,6-3 =0,6
a. 50% perawat mengatakan supervise 0,3 3 0,9
belum rutin dilakukan sebulan sekali
b. 35% perawat mengatakan kegiatan 0,3 3 0,9
supervise bukan dilakukan oleh PJ/katim
c. 25% peralatan/intrumen belum tersedia 0,2 3 0,6
untuk menunjang supervise
d. 30% alur supervise belum sesuai dengan
0,2 3 0,6
SOP
1 3
Total
Peluang (Opportunity)
No Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x Rating
a. Adanya keinginan perubahan sesuai 0,4 3 1,2
hasil perbaikan supervisi
b. Adanya jadwal supervisi keperawatan 0,4 3 1,2
oleh kepala ruangan tiap bulan
c. Terbukanya kesempatan untuk 0,2 2 0,4
mengikuti pelatihan dan magang O-T =
Total 1 2,8 2,8-3 = -
0,2
Ancaman (Threatened)
Tuntutan pasien sebagai konsumen untuk 1 3 3
mendapatkan pelayanan yang professional
Total 1 3
Dokumentasi keperawatan
Kekuatan (Sterngth)
a. 95% perawat telah mengerti cara 0,3 3 0,9
pengisian format dokumentasi
b. 90% perawat mengatakan format 0,3 4 1,2
pengkajian yang digunakan saat ini
sangat membantu perawat dalam
pengkajian
0,4 4 1,6
c. 85% perawat telah melaksanakan
pendokumentasian dengan benar
Total 1 3,7 S-W =
Kelemahan (Weakness) 3,7-3 =
a. 90% perawat mengatakan model 0,5 3 1,5 0,7
dokumentasi yang digunakan saat ini
menambah beban kerja perawat
b. 85% perawat mengatakan model 0,5 3 1,5
dokumentasi saat ini menyita banyak
waktu 1 3
Total
Peluang (Opportunity)
a. Peluang perawat untuk meningkatkan 0,4 3 1,2
pendokemntasian proses keperawatan
melalui kegiatan pelatihan
b. Pelaksanaan pendokumentasian yang 0,3 4 1,2
dilakukan segera setelah tindakan
keperawatan 0,3 3 0,9
c. Era 4.0 memungkinkan adanya
dokumentasi proses keperawatan melaui
1 3,3
system komputerisasi
Total O-T =
Ancaman (Threatened) 3,3-3,6 =
a. Adanya kesadaran pasien dan keluarga 0,4 3 1,2 -0,3
akan tanggung jawab dan tanggung
gugat
b. Era diguitalisasi memungkinkan 0,6 4 2,4
dokumentasi terekspos ke media social
No Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x Rating
dengan cepat 1 3,6
Total

4. M4 (Money)
Faktor Internal (IFAS)
Kekuatan (Sterngth)
a. Perawat mendapatkan kesejahteraan dari 0,5 4 2
jasa pelayanan Rumah sakit berdasarkan
jumlah pasien yang dirawat
b. Adanya uang kas bulanan untuk 0,2 3 0,6
memenuhi kebutuhan operasional harian
Total 1 3,5
Kelemahan (Weakness) S-W =
80% perawat menyatakan tidak puas 1 3 3 3 ,5– 3 =
dengan imbalan gaji/jasa yang didapat 0,5
Total 1 3
Faktor Eksternal (EFAS) O-T =
Peluang (Opportunity) 3-3 = 0
Biaya operasional sebagian besar 1 3 3
ditanggung oleh rumah sakit
Total 1 3
Ancaman (Threatened)
a. Adanya peningkatan standar masyarakat 0,7 3 2,1
yang harus di penuhi
b. Persaingan rumah sakit yang melayani 0,3 3 0,9
BPJS dalam memberikan pelayanan
keperawatan
Total 1 3
5 M5 (Mutu)
Faktor Internal (IFAS)
Kekuatan (Sterngth)
a. Semua perawat telah menerapkan 0,2 4 0,8
identifikasi pasien dengan mencocokkan
gelang identitas yang dipakai pasien.
b. Komunikasi efektif yang digunakan 0,2 4 0,8
yaitu metode SBAR (Situation,
Background, Assesment,
Recommendation). 0,2 4 0,8
c. Pemisahan obat-obat high alert pada
tempat yang telah disediakan.
Pemberian labeling dan double check
telah dilakukan
d. Sudah terdapat form check list pre 0,2 3 0,6
operasi dan sudah terdapat pencatatan
daftar pasien operasi
No Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x Rating
e. Kejadian pasien jatuh dan decubitus 0,2 4 0,8
tidak ditemukan selama masa rawat
pasien 1 3,8 S-W =
Total 3,8-3,4 =
Kelemahan (Weakness) 0,4
a. Hands scrub tidak ada di samping bed 0,2 2 0,4
pasien hanya ada di luar ruangan
pasien
b. Hasil observasi pada rekam medik 0,2 4 0,8
ditemukan resiko jatuh masih
dilakukan hanya satu kali ketika pasien
baru masuk
c. Ada 2 pasien yang dinilai memiliki 0,2 4 0,8
resiko kejadian decubitus
d. Ada 6 pasien yang dinilai mengalami 0,2 4 0,8
gejala dini phlebitis
Total 1 3 3,4
Faktor Eksternal (EFAS)
Peluang (Opportunity)
a. Rumah sakit telah melalui proses 0,7 4 2,8
akreditasi SNARS
b. Adanya Kerjasama yang baik antara 0,3 3 0,9
perawat dan mahasiswa dalam O-T =
melaksanakan mutu layanan 3,7-3,5
Total 1 3,7 =0,2
Ancaman (Threatened)
a. Tuntutan pasien sebagai konsumen 0,5 3 1,5
untuk peningkatan pelayanan tenaga
kesehatan dan pemeliiharaan sarana
prasarana Rumah Sakit.
b. Persaingan Rumah Sakit lainnya 0,5 4 2,0
Total 1 3,5

Bobot masing–masing faktor mulai 1,0 (Paling penting) sampai dengan 0,0
(Tidak penting).

0,0 : Tidak Penting


0,1 – 0,3 : Kurang penting
0,4 – 0,6 : Penting
0,7- 1,0 : Paling penting
Rating masing–masing faktor dengan memberikan skala mulai 4 (Sangat
baik) sampai dengan 1 (Kurang baik)
1 : Kurang baik
2 : Cukup baik
3 : Baik
4 : Sangat baik.
E. Identifikasi Masalah
Setelah dilakukan analisis situasi, dengan menggunakan pendekatan SWOT, maka kelompok dapat merumuskan masalah
yang ditemukan adalah:
Tabel 3. Identifikasi Masalah Di Ruang Angsoka RSUD AWS Samarinda Bulan Februari 2024
No Identifikasi Persistem
Masalah Penyebab
. (M1-M5)
1. M1(Man) a. Perawat primer memilki kualifikasi D III a. Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan
Keperawatan . penunjukkkan ketua katim didasarkan pada masa
kerja perawat
b. Belum adanya keinginan perawat dengan b. Berdasarkan wawancara dengan perawat
tingkat pendidikan D-3 untuk meningkatkan diruangan alasan belum melanjutkan pendidikan
pendidikannya. karena biaya waktu dan perijinan dari bagian
kepegawaian
2. M2 (Material) a. Kurangnya peralatan yang menunjang a. Hasil wawancara dengan kepala ruangan
perawatan seperti bak intrumen, nebulizer dan menyatakan bahwa peralatan penunjang tersebut
oksigen transport, ambu bag, thermometer, telah diusulkan namun belum ada realisasi dari
suction pengusulan tersebut
b. Ketidakadaanya handrub di tempat tidur b. Berdasarkan wawancara kepada perawat
menyatakan karena pengadaan handrub masih
dibatasi
c. Ada beberapa alat yang belum sesuai c. Hasil wawancara dengan Kepala Ruangan
jumlahnya dengan rasio pasien menyatakan bahwa selalu ada perencanaan untuk
menambah alat tersebut sesuai dengan rasio jumlah
pasien .
d. Suhu ruangan pasien yang masih belum dapat d. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala
diatur sesuai kebutuhan pasien ruangan maintence untuk pendingin ruangan sering
dilakukan namun kondisi pendingin tersebut yang
memang harus diganti namun menunggu
pengadaan dari RS
3. M3 (Method) Pelaksanaan model TIM belum sesuai dengan Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala
MAKP struktur ruangan model tim yang dilakukan di ruangan telah
sesuai dengan struktur namun dikarenakan
sebagian besar sumber daya manusia masih D III
Keperawatan, dan setiap 6 bulan sekali dilakukan
system rolling untuk penggantian ketua tim
SUPERVISI
KEPERAWATAN a. 50% perawat menyatakan supervise tidak a. Berdasarkan wawancara dengan kepala ruangan
dilakukan setiap bulan supervisi tidak dapat dilakukan karena keterbatasan
SOP supervisi
b. Hasil wawancara dengan 2 orang perawat b. Berdasarkan pernyataan kepala ruangan bahwa
mengatakan bahwa kepala ruangan tidak dalam penilaian supervise dapat dilakukan
terkadang tidak memberitahu perawat melalui observasi tanpa memberitahu kepada
bahwa sedang melakukan supervisi perawat karena akan mempengaruhi hasil
TIMBANG TERIMA
a. 50% perawat menyatakan timbang terima a. Berdasarkan pernyataan ketua tim, pelaksanaan
dilaksanakan tidak tepat waktu timbang terima menunggu kehadiran seluruh
perawat yang berdinas di shif tersebut.
b. Hasil o_bservasi dengan perawat saat b. Berdasarkan wawancara dengan perawat
timbang terima tidak dilakukan komunikasi SBAR diangap menyita waktu dan
komunikasi SBAR komunikasi SBAR dilakukan hanya saat menelp
dengan dokter untuk melaporkan pasien kritis
RONDE Belum ditemukan bukti fisik kegiatan Hasil wawancara dengan kepala ruangan kegiatan
KEPERAWATAN ronde keperawatan di ruangan ronde telah dialksanakan namun wawancara dengan
3 orang perawat ruangan mengatakan ronde belum
pernah dilaksanakan di ruangan

DOKUMENTASI a. 85% perawat menyatakan a. Berdasarkan hasil observasi perawat lebih banyak
KEPERAWATAN pendokumentasi yang digunakan menyita melakukan pencatatan dibandingkan ke pasien
waktu b. Berdasrakan hasil wawancara dengan karu uraian
b. 90% perawat menyatakan model tugas perawat pelaksana dengan katim masih
pendokumentasian menambah beban tumpeng tindih sehingga pencatatan lebih banyak
kerja perawat dibebankan ke perawat

4 M5 (Mutu) a. Terdapat 3 pasien di ruangan yang


berisiko besar decubitus di Ruangan a. Hasil wawancara dengan keluarga pasien
menyatakan bahwa belum adanya penkes terkait
b. Terdapat 4 orang pasien di ruangan penjadwalan mika miki untuk pasien
dengan gejala dini phlebitis b. Hasil observasi ditemukan bahwa pasien
menggunakan obat dengan kosentrasi kepekatan
tinggi.
5 Patient Safety

Anda mungkin juga menyukai