Anda di halaman 1dari 3

Nama: Y.

Dewangga Surya Pratama

NIM: 194114056

1. Semantik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari makna atau arti yang terkandung
dalam bahasa, kode, atau jenis representasi lain. Semantik berasal dari bahasa Yunani, yaitu
"semantikos" yang berarti memberikan tanda, penting, atau menandai. Semantik dapat
dipakai dalam pengertian luas dan sempit. Dalam pengertian luas, semantik adalah telaah
hubungan tanda dengan objek-objek yang merupakan wadah penerapan tanda-tanda
tersebut. Dalam pengertian sempit, semantik adalah telaah makna yang menelaah lambang-
lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan
yang lain, dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat¹².

Semantik dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan tataran atau bagian dari bahasa yang
menjadi objek penyelidikan. Menurut Chaer (2015), ada empat jenis semantik, yaitu:

- Semantik leksikal, yaitu jenis semantik yang objek penelitiannya adalah leksikon dari suatu bahasa.

- Semantik gramatikal, yaitu jenis semantik yang objek penelitiannya adalah makna-makna gramatikal
dari suatu bahasa.

- Semantik kalimat, yaitu jenis semantik yang objek penelitiannya adalah makna-makna kalimat dari
suatu bahasa.

- Semantik wacana, yaitu jenis semantik yang objek penelitiannya adalah makna-makna wacana dari
suatu bahasa².

Semantik memiliki beberapa manfaat dalam kajian bahasa, antara lain:

- Semantik membantu kita memahami makna dan arti dari berbagai tanda atau lambang dalam
bahasa.

- Semantik membantu kita mengenal dan menghindari ambiguitas, polisemi, sinonimi, antonimi,
hiponimi, dan relasi makna lainnya dalam bahasa.

- Semantik membantu kita menganalisis dan menginterpretasikan teks-teks sastra, media massa,
iklan, pidato, dan bentuk-bentuk komunikasi lainnya.

- Semantik membantu kita mengembangkan keterampilan berbahasa yang efektif, kreatif, dan
persuasif.

2. Permasalahan semantik bahasa Indonesia adalah permasalahan yang berkaitan dengan


makna atau arti dalam bahasa Indonesia. Permasalahan semantik dapat terjadi karena
berbagai faktor, seperti kesalahan penggunaan bahasa, perbedaan pemahaman makna,
pengaruh bahasa asing, variasi bahasa, dan lain-lain. Permasalahan semantik dapat
menyebabkan kesalahpahaman, ketidakjelasan, ketidakefektifan, atau bahkan konflik dalam
berkomunikasi.

Berikut adalah beberapa contoh permasalahan semantik bahasa Indonesia:

- Ambiguitas atau kekaburan makna. Ambiguitas adalah keadaan di mana suatu kata, frasa, atau
kalimat memiliki lebih dari satu makna yang mungkin. Ambiguitas dapat terjadi karena polisemi (kata
yang memiliki banyak makna), homonim (kata yang berbeda tetapi berbunyi sama), atau struktur
kalimat yang tidak jelas. Contoh ambiguitas dalam bahasa Indonesia adalah:

- Dia memukul anak kucing dengan tongkat. (Siapa yang memukul? Siapa yang memiliki tongkat?)

- Saya suka makan ayam dan ikan bakar. (Apakah ayam dan ikan sama-sama dibakar?)

- Saya melihat burung di atas pohon dengan teropong. (Apakah saya atau burung yang
menggunakan teropong?)

- Kesalahan penggunaan bahasa. Kesalahan penggunaan bahasa adalah keadaan di mana seseorang
menggunakan kata, frasa, atau kalimat yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baku.
Kesalahan penggunaan bahasa dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan, kelalaian, pengaruh
bahasa asing, atau kebiasaan berbahasa yang salah. Contoh kesalahan penggunaan bahasa dalam
bahasa Indonesia adalah:

- Saya sudah mengambil keputusan untuk resign dari pekerjaan saya. (Harusnya: mengundurkan
diri)

- Saya tidak bisa datang ke acara itu karena ada hal urgent yang harus saya selesaikan. (Harusnya:
mendesak)

- Saya sangat menghargai feedback dari Anda. (Harusnya: umpan balik)

- Perbedaan pemahaman makna. Perbedaan pemahaman makna adalah keadaan di mana seseorang
memiliki pemahaman yang berbeda tentang makna suatu kata, frasa, atau kalimat dengan orang lain.
Perbedaan pemahaman makna dapat terjadi karena faktor sosial, budaya, pendidikan, pengalaman,
atau konteks komunikasi. Contoh perbedaan pemahaman makna dalam bahasa Indonesia adalah:

- Saya mau beli baju baru untuk lebaran. (Bagi orang Jawa, baju baru berarti pakaian adat Jawa;
bagi orang Minang, baju baru berarti pakaian adat Minang; bagi orang Betawi, baju baru berarti
pakaian adat Betawi; dan seterusnya)
- Saya sedang sakit kepala. (Bagi orang Sumatera Utara, sakit kepala berarti sakit di bagian atas
kepala; bagi orang Jawa Tengah, sakit kepala berarti sakit di bagian belakang kepala; bagi orang Bali,
sakit kepala berarti sakit di bagian depan

3. Salah satu contoh permasalahan semantik dalam bahasa Indonesia adalah penggunaan kata
"mengapa" dan "kenapa". Kata "mengapa" dan "kenapa" sering digunakan secara bergantian dalam
berbagai konteks, tetapi sebenarnya memiliki makna yang berbeda. Kata "mengapa" digunakan
untuk menanyakan alasan atau sebab dari suatu hal, sedangkan kata "kenapa" digunakan untuk
menanyakan akibat atau dampak dari suatu hal. Contoh penggunaan kata "mengapa" dan "kenapa"
yang tepat adalah:

- Mengapa kamu tidak datang ke sekolah hari ini? (Menanyakan alasan)

- Kenapa kamu terlihat pucat? (Menanyakan akibat)

Namun, dalam kenyataannya, banyak orang yang menggunakan kata "mengapa" dan "kenapa" secara
tidak sesuai dengan maknanya. Contoh penggunaan kata "mengapa" dan "kenapa" yang salah
adalah:

- Kenapa kamu tidak datang ke sekolah hari ini? (Seharusnya: mengapa)

- Mengapa kamu terlihat pucat? (Seharusnya: kenapa)

Penggunaan kata "mengapa" dan "kenapa" yang salah dapat menyebabkan ketidakjelasan,
kesalahpahaman, atau ketidakefektifan dalam berkomunikasi. Oleh karena itu, kita perlu
memperhatikan makna dan fungsi dari kata-kata yang kita gunakan dalam bahasa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai