Anda di halaman 1dari 113

IMPLEMENTASI AKAD MUDHARABAH DALAM USAHA

BREEDING KAMBING

(Studi Pada Komunitas Pemuda Kreatif Pekon Banyuwangi Kecamatan


Banyumas Kabupaten Pringsewu Lampung)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah

Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)

Disusun Oleh

Zaenal Abidin
NPM : 1810101016

PROGRAM STUDI

HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU

1443 H/2022 M

i
ABSTRAK

Di dalam hukum islam praktek kerja sama bagi hasil (Mudharabah)


sudah diterapkan sejak zaman Nabi muhammad SAW sebelum diangkat
menjadi seorang rosul. Keuntungan secara mudharabah dibagi menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam perjanjian kontrak sedangkan apabila
rugi ditanggung oleh pemodal selama kerugian ini bukan atas kelalaian pihak
pengelola. Adapun dalam masalah yang peneliti lakukan adalah bagaimana
“Implementasi Akad Mudharabah Dalam Usaha Breeding Kambing Yang Di
Lakukan Oleh Komunitas Pemuda Kreatif Pekon Banyuwangi Kecamatan
Banyumas Kabupaten Pringsewu Lampung”.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan akad
mudharabah dan bagaimana tinjauan hukum islam terhadap mekanisme bagi
hasil terhadap usaha Breeding kambing. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengkaji bagaimana pelaksanaan penerapan akad Mudharabah serta
bagaimana hukum islam meninjau tentang pelaksanaan akad Mudharabah
dalam usaha Breeding kambing.
Penelitian ini menggunakan Jenis penelitian lapangan (field reseach)
dengan menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif,
yang bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang saat ini
sedang terjadi di kehidupan masyarakat. Teknik pengumpulan data yang di
gunakan adalah teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hukum islam
memberikan perlindungan terhadap suatu usaha untuk mewujudkan
kemaslahatan bagi umat manusia, dalam prakteknya sebuah akad memang
terdapat kesamaan sekalipun dalam masalah prinsip terdapat perbedaan,
karena hukum islam memberikan keleluasaan dengan tidak meninggalkan
prinsip-prinsip keadilan, kenyaman dan kesukarelaan dalam sebuah akad,
dalam usaha breeding kambing telah memenuhi rukun-rukun dalam
muḍharabah, antara lain pihak yang melakukan transaksi, obyek dan sighat.
Namun, terdapat beberapa hal dalam usaha ini yang belum memenuhi
syarat-syarat dalam rukunnya. Pada dasarnya, mekanisme yang digunakan
dalam pembagian bagi hasil adalah profit sharing. Namun, dengan adanya
ketidak jelasan akad menyebabkan adanya unsur gharar baik dalam hal
akad saat memulai kerjasama hingga pada ketidakjelasan bagi hasil,
sehingga mengakibatkan akad tersebut menjadi cacat. Dalam melakukan
akad kerja sama bagi hasil yang tujuanya untuk menghasilakan keuntungan
diantara kedua belah pihak Islam mengajurkan untuk mengedepankan
kejujuran, transparansi dan penuh rasa tanggung jawab.

Kata kunci: breeding kambing, muḍharabah, komunitas pemuda kreatif

ii
iii
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS/KEASLIAN

Nama : Zaenal Abidin


No.Pokok Mahasiswa : 1810101016

Program Studi : Hukum Ekonomi Syari’ah

Menyatakan Dengan Sebenarnya Bahwa Disertasi Yang Berjudul

“Implementasi Akad Mudharabah Dalam Usaha Breeding Kambing

(Studi Pada Komunitas Pemuda Kreatif Pekon Banyuwangi Kecamatan

Banyumas Kabupaten Pringsewu Lampung) adalah benar-benar karya asli

saya, kecuali yang disebutkan sumbernya. Apabila terdapat kesalahan dan

kekeliruan didalamnya sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Banyuwangi, 22 mei 2022

Yang menyatakan

Zaenal abidin
NPM:1810101016

v
MOTTO
PELUANG DAN HARAPAN

“Hidup adalah gerakan, kerjakan kebaikan untuk masa depan, genggaman


tangan simbol semangat juang, gantungkan harapan kepada tuhan”

Faztabiqul khaerot “berlomba-lombalah dalam kebajikan”


Sebaik-baiknya pertolongan hanya milik tuhan (ALLAH SWT)

vi
PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, segala puji bagi allah yang tanpanya saya bukanlah

apa-apa. Sungguh saya sangat bersyukur selayaknya terucap untuk allah

SWT. Terimakasih telah megirim orang-orang baik yang mengiringi setiap

proses yang indah ini, menjadi penyemangat, dan motivasi untuk diri ini.

Saya persembahkan karya ini untuk :

1. Kedua orang tua tercinta, almarhum ayah tercinta dan tersayang semoga

amal dan ibadah beliau diterima di sisi allah swt. Buat Ibuku tersayang

yang menggatikan punggung bapak dari tahun 1999 hingga kini anakmu

tumbuh besar, yang telah memberikan kasih sayang kepada saya, selalu

mendoakan dan mendukung untuk menjalani hidup sesuai dengan

keinginan.

2. Terima kasih untuk saudara kandungku Dani Kusworo atas doa dan

dukunganya.

3. Terima kasih untuk Abangda Aslam Ramadhan, yang telah mendidik

mengajarkan banyak hal tentang kehidupan.

4. Untuk sahabat karibku, Amri Ma’ruf dan Ridho Sudrajat yang masih

selalu setia dan suport terimakasih pengadaan printernya membantu

dalam setiap proses perkaderan hingga dipermudahkan dalam penyusunan

studi akhir ini.

5. Untuk seniorku Bapak Apriyanto Amsyar Ardiyansah terimakasih atas

suport dan dukunganya do’a nya

vii
6. Untuk Heri Wahyudi dan kang Rudan terimakasih atas do’a Dan

bantuanya selama penulis menuntut ilmu.

Semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang telah

diberikan. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti umumnya

kepada para pembaca.

viii
RIWAYAT HIDUP

Zaenal Abidin, lahir 23 november 1994 didesa banyuwangi

kecamatan banyumas kabupaten pringsewu lampung. anak

kedua dari tiga bersaudara dari pasangan supriyanto (Alm) dan

ibu sugiyati. Perjalanan pendidikan diawali dari sekolah dasar negri satu

banyuwangi diterima pada tanggal 17 juli 2001 kemudian melanjutkan

sekolah di Smp Muhammadiyah satu banyuwangi diterima pada tahun 2006

Selama sekolah di smp muhammadiyah satu banyuwangi penulis aktif di

berbagai kegiatan dari hizbul wathan sebagai ketua regu, ikatan pelajar

muhammadiyah sebagai ketua umum, drumband, tapak suci dan kegiatan

kepemudaan yang lainya. selesai sekolah di smp muhammadiyah satu

banyuwangi pada tahun 2010 penulis melanjutkan sekolah ke SMA

Muhammadiyah satu Pringsewu, namun di tengah perjalan penulis

memutuskan masa sekolah SMA dalam kenaikan kelas, kemudian

melanjutkan kembali sekolah di PKBM cakrawala gadingrejo selesai pada

tahun 2017, setelah menyambung pendidikan kemudian pada tahun 2018

penulis melanjutkan kembali pendidikan di Universitas Muhammadiyah

Pringsewu di fakultas syari’ah konsentrasi di Hukum Ekonomi Syari’ah,

Selama masa kuliah penulis aktif di kegiatan IMM FAI masuk di komisariat

sebagai kepala bidang wirausaha, selain aktif di kampus penulis juga aktif di

lembaga pengembangan potensi desa kabupaten pringsewu tepatnya di pekon

Banyuwangi sebagai Badan pengawas harian aktif di lembaga POSYANTEK

ix
(Pos Pelayanan Tekhnologi) sebagai ketua periode 2021-2025, sebagai ketua

komunitas pemberdayaan masyarakat periode 2021-2025, sebagai ketua

penggerak desa periode 2021-2025.

x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA

Transliterasi yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini adalah

pedoman transliterasi arab –indonesia berdasarkan surat keputusan bersama

menteri agama dan menteri pendidikan dan kebudayaan republik

indonesia,Nomor: 158 Tahun 1987 Nomor: 0543b//U/1987

Transliterasi dimaksudkan sebagai pengalih-hurufan dari abjad yang

satu ke abjad yang lain. Transliterasi Arab-Latin di sini ialah penyalinan

huruf-huruf Arab dengan huruf-huruf Latin beserta perangkatnya.

A. Konsonan

Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab

dilambangkan dengan huruf. Dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan

dengan huruf dan sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian lagi

dilambangkan dengan huruf dan tanda sekaligus.

Berikut ini daftar huruf Arab yang dimaksud dan transliterasinya

dengan huruf latin:

Tabel 0.1: Tabel Transliterasi Konsonan


Huru Nama Huruf Latin Nama

f Arab

‫ﺃ‬ Alif Tidak Tidak dilambangkan

dilambangkan

‫ﺏ‬ Ba B Be

‫ﺕ‬ Ta T Te

xi
‫ﺙ‬ Ṡa ṡ es (dengan titik di atas)

‫ﺝ‬ Jim J Je

‫ﺡ‬ Ḥa ḥ ha (dengan titik di

bawah)

‫ﺥ‬ Kha Kh ka dan ha

‫ﺩ‬ Dal D De

‫ﺫ‬ Żal Ż Zet (dengan titik di atas)

‫ﺭ‬ Ra R er

‫ﺯ‬ Zai Z zet

‫ﺱ‬ Sin S es

‫ﺵ‬ Syin Sy es dan ye

‫ﺹ‬ Ṣad ṣ Es (dengan titik di

bawah)

‫ﺽ‬ Ḍad ḍ de (dengan titik di

bawah)

‫ﻁ‬ Ṭa ṭ te (dengan titik di

bawah)

‫ﻅ‬ Ẓa ẓ zet (dengan titik di

bawah)

‫ﻉ‬ `ain ` koma terbalik (di

atas)

‫ﻍ‬ Gain G Ge

xii
‫ﻑ‬ Fa F Ef

‫ﻕ‬ Qaf Q Ki

‫ﻙ‬ Kaf K Ka

‫ﻝ‬ Lam L El

‫ﻡ‬ Mim M Em

‫ﻥ‬ Nun N En

‫ﻭ‬ Wau W We

‫ﻫ‬ Ha H Ha

‫ء‬ Hamzah ‘ Apostrof

‫ﻱ‬ Ya Y Ye

B. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

1. Vokal Tunggal

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,
transliterasinya sebagai berikut:
Tabel 0.2: Tabel Transliterasi Vokal Tunggal
Huruf Nama Huruf Latin Nama
Arab
‫ﹷ‬ Fathah A A

‫ﹻ‬ Kasrah I I

‫ﹹ‬ Dammah U U

xiii
2. Vokal Rangkap

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara


harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf sebagai berikut:
Tabel 0.3: Tabel Transliterasi Vokal Rangkap
Huruf Nama Huruf Latin Nama
Arab
...َ‫ْي‬ Fathah dan ya Ai a dan u

...َ‫ْو‬ Fathah dan Au a dan u


wau

Contoh:
- ‫ﺐ‬ َ َ‫ َﻛﺘ‬kataba
- ‫ ﻓَـ َﻌ َﻞ‬fa`ala
- ‫ ُﺳﺌِ َﻞ‬suila
- ‫ﻒ‬ َ ‫ َﻛْﻴ‬kaifa
- ‫ َﺣ ْﻮ َل‬haula

C. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan

huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda sebagai berikut:

Tabel 0.4: Tabel Transliterasi Maddah


Huruf Nama Huruf Nama
Arab Latin
...‫ى‬..
َ .‫َا‬ Fathah dan alif atau Ā a dan garis di atas
ya
...‫ى‬
ِ Kasrah dan ya Ī i dan garis di atas

...‫ُو‬ Dammah dan wau Ū u dan garis di atas

xiv
Contoh:

- ‫ﺎل‬َ َ‫ ﻗ‬qāla
- ‫ َرَﻣﻰ‬ramā
- ‫ ﻗِْﻴ َﻞ‬qīla
- ‫ ﻳـَ ُﻘ ْﻮ ُل‬yaqūlu

D. Ta’ Marbutah
Transliterasi untuk ta’ marbutah ada dua, yaitu:
1. Ta’ marbutah hidup
Ta’ marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah, dan
dammah, transliterasinya adalah “t”.
2. Ta’ marbutah mati
Ta’ marbutah mati atau yang mendapat harakat sukun, transliterasinya
adalah “h”.
3. Kalau pada kata terakhir dengan ta’ marbutah diikuti oleh kata yang
menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah,
maka ta’ marbutah itu ditransliterasikan dengan “h”.
Contoh:

- ‫ﺿﺔُ اﻷَﻃْ َﻔ ِﺎل‬


َ ‫ َرْؤ‬raudah al-atfāl/raudahtul atfāl
- ُ‫ اﻟْ َﻤ ِﺪﻳْـﻨَﺔُ اﻟْ ُﻤﻨَـ ﱠﻮَرة‬al-madīnah al-munawwarah/al-madīnatul munawwarah

- ‫ ﻃَْﻠ َﺤ ْﺔ‬talhah
E. Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau tasydid yang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan
sebuah tanda, tanda syaddah atau tanda tasydid, ditransliterasikan dengan
huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah itu.
Contoh:

xv
- ‫ ﻧـَﱠﺰَل‬nazzala

- ‫ ِ ﱡ‬al-birr
‫اﻟﱪ‬
F. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf,
yaitu ‫ﺍﻝ‬, namun dalam transliterasi ini kata sandang itu dibedakan atas:
1. Kata sandang yang diikuti huruf syamsiyah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah ditransliterasikan
sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf “l” diganti dengan huruf yang
langsung mengikuti kata sandang itu.
2. Kata sandang yang diikuti huruf qamariyah
Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah ditransliterasikan
dengan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan
bunyinya.
Baik diikuti oleh huruf syamsiyah maupun qamariyah, kata sandang ditulis
terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanpa sempang.
Contoh:

- ‫ اﻟﱠﺮ ُﺟ ُﻞ‬ar-rajulu

- ‫اﻟْ َﻘﻠَ ُﻢ‬al-qalamu

- ‫ﺲ‬
ُ ‫ﱠﻤ‬
ْ ‫اﻟﺸ‬asy-syamsu
- ‫اﳉَﻼَ ُل‬
ْ al-jalālu
G. Hamzah
Hamzah ditransliterasikan sebagai apostrof. Namun hal itu hanya
berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata. Sementara
hamzah yang terletak di awal kata dilambangkan, karena dalam tulisan Arab
berupa alif.
Contoh:

xvi
- ‫ْ ُﺧ ُﺬ‬7َ ta’khużu

- ‫ﻴﺊ‬
ٌ ‫ َﺷ‬syai’un
-
ُ‫اﻟﻨـ ْﱠﻮء‬an-nau’u
- ‫إِ ﱠن‬inna
H. Penulisan Kata
Pada dasarnya setiap kata, baik fail, isim maupun huruf ditulis
terpisah. Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab
sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harkat
yang dihilangkan, maka penulisan kata tersebut dirangkaikan juga dengan
kata lain yang mengikutinya.
Contoh:

ِ
- َ ْ ‫َو إِ ﱠن ﷲَ ﻓَـ ُﻬ َﻮ َﺧْﻴـ ُﺮ اﻟﱠﺮا ِزﻗ‬
‫ﲔ‬ Wa innallāha lahuwa khair ar-rāziqīn

ِ
- َ ‫ﺑِ ْﺴ ِﻢ ﷲ َْﳎَﺮ َاﻫﺎ َو ُﻣ ْﺮ َﺳ‬
‫ﺎﻫﺎ‬ Bismillāhi majrehā wa mursāhā

I. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal,
dalam transliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf
kapital seperti apa yang berlaku dalam EYD, di antaranya: huruf kapital
digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri dan permulaan kalimat.
Bilamana nama diri itu didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis
dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal
kata sandangnya.
Contoh:
ِ ِ ْ Alhamdu lillāhi rabbi al-`ālamīn/
- ‫ﲔ‬ ِّ ‫ َر‬I ‫اﳊَ ْﻤ ُﺪ‬
َ ْ ‫ب اﻟْ َﻌﺎﻟَﻤ‬
- ‫ اﻟﱠﺮ ْﲪ ِﻦ اﻟﱠﺮِﺣْﻴ ِﻢ‬Ar-rahmānir rahīm/Ar-rahmān ar-rahīm

xvii
Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam
tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu
disatukan dengan kata lain sehingga ada huruf atau harakat yang
dihilangkan, huruf kapital tidak dipergunakan.
Contoh:

- ‫ﷲُ َﻏ ُﻔ ْﻮٌر َرِﺣْﻴ ٌﻢ‬ Allaāhu gafūrun rahīm

َِ ‫ِ اﻷُﻣﻮر‬Nِ Lillāhi al-amru jamī`an/Lillāhil-amru jamī`an


‫ﲨْﻴـ ًﻌﺎ‬
- ُُْ ّ
J. Tajwid
Bagi mereka yang menginginkan kefasihan dalam bacaan, pedoman
transliterasi ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan Ilmu Tajwid.
Karena itu peresmian pedoman transliterasi ini perlu disertai dengan
pedoman tajwid.

xviii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrrohim, alhamdulillah segala puji bagi Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayahnya, sehingga

pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, skripsi yang

berjudul:“(Implementasi Akad Mudharabah Dalam Usaha Breeding

Kambing“(Studi Pada Komunitas Pemuda Kreatif Pekon Banyuwangi

Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu Lampung)”

Skripsi ini diajukan guna memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar sarjana strata satu (S1) di Universitas Muhammadiyah Pringsewu

Lampung. Tidak bisa disamgkal bahwa butuh usaha yang keras dalam

penyelesaian pengerjaan skripsi ini. Namun, karya ini tidak akan selesai

tanpa orang-orang tercinta di sekeliling penulis yang mendukung dan

membantu. Terima kasih penulis sampaikan:

1. Bapak Drs . H. Wanawir, Am.,Mm., Mpd., Selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Pringsewu

2. Afrizal, M.H.I., Selaku Dekan Fakultas Syaria’ah Universitas

Muhammadiyah Pringsewu Lampung.

3. Bapak Dr. Kholid Hidayahtullah, M.H.I., Selaku Kaprodi Universitas

Muhammadiyah Pringsewu.

4. Dr. Rimanto, S.Ag, M.H.I. selaku pembimbing satu Akademik,

yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk

memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyusun skripsi ini.

xix
5. Bapak Afrizal, M.H.I, Selaku dosen pembimbing dua Akademik yang

telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiranya untuk memberikan

bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Para Dosen Pengajar Dan Civitas dalam Fakultas Syari’ah

Universitas Muhammadiyah Pringsewu yang telah mengampu

beberapa materi dalam perkuliahan.

7. Almamater dalam Fakultas Syari’ah Universitas Muhammadiyah

Pringsewu yang telah memberikan semangat kepada penulis.

8. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah

membantu selesainya penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh mencapai

kesempurnaan dalam arti sebenarnya. oleh karena itu, kritik dan saran yang

bersifat membangun penulis sangat harapkan. Akhir kata, semoga skripsi ini

dapat berrmanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca.

Pringsewu, mei 2022

Zaenal abidin

xx
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................ i


ABSTRAK ........................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................... iv
HALAMAN ORISINALITAS ........................................................... v
HALAMAN MOTTO ........................................................................ vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................... vii
RIWAYAT HIDUP............................................................................ ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ....................................................... xi
KATA PENGANTAR ..................................................................... xix
DAFTAR ISI .................................................................................... xxi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Pokok Permasalahan ............................................................ 11

1. Identifikasi Masalah ......................................................... 11

2. Batasan Masalah ............................................................... 12

3. Rumusan Masalah ............................................................ 12

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian .......................................... 13

1. Tujuan penelitian .............................................................. 13

2. Manfaat penelitian ........................................................... 13

D. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ................................... 14

E. Sistematika Penulisan .......................................................... 17

BAB II LANDASAN TEORI

A. Konsep Mudharabah ............................................................ 19

xxi
1. Pengertian Mudharabah .................................................. 20

2. Dasar Hukum Mudharabah ............................................ 22

3. Rukun Dan Syarat Mudharabah..................................... 24

4. Mudharabah Menurut Para Ulama ................................ 31

5. Prinsip-Psinsip Mudharabah ........................................... 34

6. Macam-Macam Mudharabah .......................................... 37

7. Berakhirnya Mudharabah ............................................... 38

B. Mekanisme Bagi Hasil .......................................................... 40

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian ................................................................... 43

B. Jenis Penelitian ...................................................................... 43

C. Data Dan Sumber Data ......................................................... 45

D. Teknik Pengumpulan Data................................................... 45

E. Teknis Analisa Data .............................................................. 47

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum Objek Penelitian..................................... 49

1. Lokasi Penelitian ............................................................. 49

2. Subjek Penelitian............................................................... 50

3. Data Penelitian .................................................................. 51

B. Implementasi Akad Mudharabah Dalam Usaha Breeding


Kambing Studi Pada Komunitas Pemuda Kreatif Pekon
Banyuwangi Kecamatan Banyumas Kabupaten
Pringewu Lampung .............................................................. 54

C. Analisa ................................................................................... 59

xxii
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................ 66

B. Saran ...................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN – LAMPIRAN

Lampiran 1 wawancara Dengan Ketua Komunitas Pemuda

Kreatif ..................................................................... 73

Lampiran 2 Wawancara Dengan Pemilik Kambing ................ 73


Lampiran 3 Wawancara Dengan Pengelola Kambing ............. 74
Lampiran 4 Surat Keterangan Domisili Komunitas Pemuda
Kreatif ..................................................................... 76
Lampiran 5 Struktur Organisasi Komunitas Pemuda
Kreatif tahun 2013 ................................................. 77
Lampiran 6 Struktur pembaruan organisasi komunitas
pemuda kreatif ........................................................ 78
Lampiran 7 Buku Monografi surat komunitas pmuda kreatif
keterangan dari notaris .......................................... 79
Lampiran 8 Dokumentasi Wawancara Dengan Pemilik
kambing ................................................................... 83
Lampiran 9 Dokumentasi Waawancara Dengan Pengelola
Kambing Kambing ................................................. 83
Lampiran 10 Foto Lokasi Kandang ........................................... 85
Lampiran 11 Foto Drum Tempat Pengolahan Pakan
Kambing .................................................................. 86
Lampiran 12 Dokumentasi Pengolahan Pakan Fermentasi .... 87
Lampiran 13 dokumentasi Rekonstruksi Bangunan Berdasarkan
Analisa Perhitungan Kader Teknik ...................... 87

xxiii
Lampiran 14 Dokumentasi Rencana Anggaran Belanja (RAB)
Bahan Pembuatan Kandang ............................... 89

xxiv
BAB I
PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat memenuhi

kebutuhannya sendiri tanpa bantuan orang lain. Dalam memenuhi

kebutuhannya manusia selalu membutuhkan bantuan orang lain baik

kebutuhan primer maupun sekunder. sehingga dengan adanya saling

membutuhkan maka timbullah interaksi-interaksi sosial untuk memenuhi

kebutuhan mereka.

Dalam kehidupan manusia sebagai manusia, kebutuhan manusia tidak

cukup hanya keperluan rohani saja. Manusia juga membutuhkan keperluan

jasmani, seperti makan, minum, pakaian, tempat tinggal dan sebagainya.

Untuk memenuhi kebutuhan jasmaninya, maka manusia harus berhubungan

dengan sesamanya dan alam sekitarnya. Hal tersebut yang dikenal dengan

istilah muamalah1

Oleh karena itu interaksi sosial inilah yang paling penting dalam

kehidupan mereka. Manusia dalam kehidupan sosial diharuskan untuk hidup

tolong-menolong antar sesamanya, tolong-menolong yang bersifat saling

menguntungkan kedua belah pihak dan tolong-menolong tersebut dalam hal

yang tidak dilarang oleh Allah Swt dan Rasulullah Saw. Sebagaiamana

firman Allah Swt dalam Q.S Al-Mai’dah sebagai berikut :

1
Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin, Fiqih Madzhab Syafi’i (Edisi Lengkap) Buku 2:
Muamalat, Munakahat, Jinayah, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h.19.

1
2

ٓ‫ْﻯ َﻭ َﻻ ٱ ْﻟ َﻘ ٰ َٓﻠ ِﺌ َﺪ َﻭ َﻻ‬ َ ‫ﺸﻬ َْﺮ ٱ ْﻟ َﺤ َﺮﺍ َﻡ َﻭ َﻻ ٱ ْﻟ َﻬﺪ‬ ‫ﺷ ٰ َٓﻌ ِﺌ َﺮ ٱ ﱠ’ِ َﻭ َﻻ ٱﻟ ﱠ‬


َ ‫ﻮﺍ‬۟ ‫ﻮﺍ َﻻ ﺗ ُ ِﺤﻠﱡ‬
۟ ُ‫ﺃَﻳﱡ َﻬﺎ ٱﻟﱠ ِﺬﻳﻦَ َءﺍ َﻣﻨ‬
‫ُﻭﺍ ۚ◌ َﻭ َﻻ‬ ۟ ‫ﺻ َﻄﺎﺩ‬ ْ ‫ﺿ ٰ َﻮﻧًﺎ ۚ َﻭﺇِﺫَﺍ َﺣ َﻠ ْﻠﺘ ُ ْﻢ َﻓﭑ‬
ْ ‫ﻀ ًﻼ ِ ّﻣﻦ ﱠﺭ ِﺑّ ِﻬ ْﻢ َﻭ ِﺭ‬ْ ‫َءﺍٓ ِ ّﻣﻴﻦَ ٱ ْﻟ َﺒﻴْﺖَ ٱ ْﻟ َﺤ َﺮﺍ َﻡ ﻳَ ْﺒﺘَﻐُﻮﻥَ َﻓ‬
‫ﻋ َﻠﻰ ٱ ْﻟ ِﺒ ِ ّﺮ‬ َ ‫ﻮﺍ‬ ۟ ُ‫ﺎﻭﻧ‬َ ‫ُﻭﺍ ۘ َﻭﺗ َ َﻌ‬۟ ‫ﺴ ِﺠ ِﺪ ٱ ْﻟ َﺤ َﺮ ِﺍﻡ ﺃَﻥ ﺗ َ ْﻌﺘَﺪ‬
ْ ‫ﺻﺪﱡﻭ ُﻛ ْﻢ ﻋ َِﻦ ٱ ْﻟ َﻤ‬َ ‫ﺎﻥُ َﻗ ْﻮ ٍﻡ ﺃَﻥ‬±‫ﺷ َﻨـ‬ َ ‫ﻳَﺠْ ِﺮ َﻣﻨﱠ ُﻜ ْﻢ‬
ِ ‫ﺷﺪِﻳ ُﺪ ٱ ْﻟ ِﻌ َﻘﺎ‬
‫ﺏ‬ ۟ ُ‫ﻋ َﻠﻰ ٱ ْ ِﻹﺛْ ِﻢ َﻭٱ ْﻟﻌُﺪ ٰ َْﻭ ِﻥ ۚ َﻭٱﺗﱠﻘ‬
َ َ’‫ﻮﺍ ٱ ﱠ’َ ۖ ِﺇﻥﱠ ٱ ﱠ‬ ۟ ُ‫ﺎﻭﻧ‬
َ ‫ﻮﺍ‬ َ ‫َﻭٱﻟﺘ ﱠ ْﻘ َﻮ ٰﻯ ۖ َﻭ َﻻ ﺗ َ َﻌ‬
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar
syiar-syiar (kesucian) Allah, dan jangan (melanggar kehormatan) bulan-
bulan haram, jangan (mengganggu) hadyu (hewan-hewan kurban) dan
qalā’id (hewan-hewan kurban yang diberi tanda), dan jangan (pula
mengganggu) para pengunjung Baitulharam sedangkan mereka mencari
karunia dan rida Tuhannya! Apabila kamu telah bertahalul (menyelesaikan
ihram), berburulah (jika mau). Janganlah sekali-kali kebencian(-mu)
kepada suatu kaum, karena mereka menghalang-halangimu dari
Masjidilharam, mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka).
Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya.2

Manusia mempunyai kewajiban untuk saling tolong-menolong dalam

kebaikan sesuai dari ayat di atas menyangkut aspek sosial maupun ekonomi.

Misalnya dalam aspek ekonomi yaitu jual beli,sewa-menyewa, kerja sama,

serta banyak hal yang berkaitan dalam hal bermuamalah. Di antara

banyaknya aspek kerja sama mudharabah termasuk salah satu bentuk dari

muamalah. Kerja sama tersebut bertujuan untuk mempermudah manusia

yang pada awalnya sangat susah untuk melakukan kegiatan ekonomi sendiri

sekarang menjadi mudah dan ringan saat dilakukan bersama.

Pada hidup keseharian (khususnya orang) pasti terikat dengan pihak

lain. Memulai perikatan itulah kebutuhan hayatinya, relatif lebih mudah

dipenuhi ketimbang dilaksanakan secara sendirian tanpa kerjasama dengan

2
Depatermen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: Widya Cahya,
2009),h.156-157.
3

anggota masyarakat lainnya. interaksi antara anggota kelompok, sudah

merupakan pola hidup manusia yang bercorak sebagai zoon politicon. Lewat

interaksi sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan hidup, sudah tidak

mungkin terhindarkan, baik dalam memperoleh kebutuhan sandang, pangan

dan papan.

Kemajuan suatu daerah dapat dilihat dari pertumbuhan kegiatan bisnis

dari kalangan kecil, menengah maupun atas. Dengan adanya pertumbuhan

kegiatan bisnis tersebut menyebabkan terjadi perkembangan perekonomian

ditengah masyarakat. Kegiatan bisnis bukanlah menjadi faktor utama yang

menyebabkan perkembangan perekonomian suatu daerah, pembangunan

pada sarana dan prasarana umum yang dilakukan oleh pemerintahan suatu

daerah tersebut juga berdampak besar terhadap perkembangan

perekonomian daerah.3

Kegiatan ini dalam syari’at Islam dikenal dengan istilah mu’amalah

yang didalamnya terdapat akad pelaksanaan bagi hasil mudharabah.

Mudharabah merupakan akad perjanjian antara dua pihak atau lebih untuk

melakukan kerjasama dalam suatu usaha. Salah satu pihak menempatkan

modal yang disebut dengan shahibul maal, dan pihak lainnya sebagai

pengelola usaha yang disebut dengan mudharib. Bagi hasil dari usaha yang

dikerjakan dihitung sesuai dengan nisbah yang disepakati antara pihak yang

bekerja sama4

3
Ahmad Mustafa, Etika Bisnis Islam, (Yogyakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003), h.38.
4
Ahmad Isya, Asyur, Fikih Islam Praktis Bab Muamalah, (Solo: CV Pustaka
Mantiq,1995), h. 90.
4

Bagi hasil mudharabah merupakan akad kerjasama yang sudah terjadi

sejak zaman Rasulullah. Bahkan hal tersebut sudah dilakukan oleh

masyarakat Arab sejak sebelum Islam, dalam kegiatannya dilakukan dengan

cara memberi pinjaman berupa modal kepada orang lain agar modal tersebut

digunakan untuk membuat suatu usaha, lalu keuntungannya dibagi dua

antara pemilik modal dengan pengelola usaha sesuai dengan perjanjiannya,

karena akad kerjasama yang dilakukan ini terbebas dari unsur kejahatan,

maka islam mengadopsi kebiasaan tersebut dan para ahli hukum Islam

sepakat atas keabsahan mudharabah, karena ditinjau dari segi kebutuhan

dan manfaatnya sesuai dengan ajaran dan tujuan syari’ah5.

Dalam masyarakat Pedesaan yang mayoritas petani, salah satu

kerjasama bagi hasil yang dilakukan adalah beternak. Beternak merupakan

salah satu profesi tambahan atau sampingan untuk menambah penghasilan.

Salah satu bentuk usaha peternakan yang dikembangkan di pedesaan adalah

pengembangan usaha peternakan kambing dengan sistem bagi hasil.

sistem bagi hasil dalam usaha pertanian atau peternakan (biasanya

separuh atau sepertiga dari hasil untuk pengelola modal). Sistem ini adalah

bentuk usaha yang dikembangkan dengan kerjasama antara pemodal dan

pemelihara kambing dengan perjanjian bagi hasil dari keuntungan yang

diperoleh. Kerjasama bagi hasil ini bukanlah hal yang baru dalam

masyarakat Indonesia, tetapi merupakan praktik turun temurun sejak dahulu.

5
Mardani, Fiqh Ekonomi Syari’ah : Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2012), h. 195.
5

Salah satu kegiatan usaha kerja sama bagi hasil dengan adat dan

budaya turun temurun yang banyak di terapkan yaitu Di Pekon Banyuwangi,

Kecamatan Banyumas, Kabupaten Pringsewu Lampung, masyarakat umum

melakukannya dengan asas kepercayaan baik itu kepada tetangga maupun

kerabat terdekat baik itu hewan ternak berupa kambing, sapi maupun lembu

dan perhitungan bagi hasilnya pun bervariasi ada yang pembagianya 50:50

50: 60 dan ada juga dalam pembagianya anak yang pertama lahir dari hewan

ternak yang belum pernah melahirkan anaknya untuk pengelola dan

pembagian ini banyak di terapakan oleh peternak kambing6.

ada beberapa sebab yang menjadikan pemilik hewan kambing untuk

melakukan kerjasama terhadap pemelihara daripada memelihara sendiri.

Pertama pemilik hewan mempunyai pekerjaan tetap, sehingga tidak ada

waktu untuk memeliharanya, kedua pemilik hewan membantu kepada yang

tidak mampu untuk membeli hewan agar bisa memelihara. Ketiga pemilik

hewan sudah berusia lanjut sehingga tidak mampu untuk memelihara

sendiri. Dari sebab-sebab itu lah pemilik hewan kambing melakukan

kerjasama bagi hasil, karena hewan tersebut tidak bisa di pelihara oleh

pemiliknya7.

Dalam hal bagi hasil, para pihak harus memperhatikan mengenai

syarat-syaratnya. Salah satu syarat tersebut adalah bagi hasil untuk masing-

masing pihak tidak ditentukan dalam jumlah nominal, misalnya satu juta,

6
Wawancara dilakukan dengan Bapak Ridho Sudrajat Selaku pengelola kambing, pada hari
Jum’at tanggal 10 juni 2022
7
Wawancara dilakukan dengan Bapak Ridho Sudrajat Selaku pengelola kambing, pada hari
Jum’at tanggal 10 juni 2022
6

dua juta dan seterusnya. Hal ini dikarenakan jika penentuan tersebut

ditentukan dengan nilai nominal, berarti ṣahibul maal telah mematok untung

tertentu dari sebuah usaha yang belum jelas untung ruginya dan akan

membawa pada perbuatan riba8.

Keuntungan dari hasil usaha muḍharabah dibagi sesuai dengan

kesepakatan antara pemilik modal dengan pengelola modal. Apabila hasil

usaha bernilai positif (untung), maka keuntungan dibagi antara ṣahibul maal

dengan muḍarib sesuai kesepakatan. Sedangkan apabila hasil usaha bernilai

minus (rugi), maka kerugian hanya dibebankan kepada ṣahibul maal9.

Abdurrahman Al-Jaziri dalam buku Fikih Keuangan Islam karya

Muslih Abdullah menyatakan bahwa muḍharabah merupakan ungkapan

untuk pemberian modal dari seseorang kepada orang lain yang digunakan

sebagai modal usaha, dimana keuntungan dari usaha tersebut akan dibagi

dua antara pemilik modal dan pengelola modal. Namun, jika terjadi

kerugian pengelola modal tetap berhak mendapatkan upah dengan syarat

kerugian tersebut bukan disebabkan oleh kelalaian pengelola modal, hal ini

disebut dengan ujratul-mitsil10.

Di Desa banyuwangi, Kecamatan banyumas, Kabupaten pringsewu

terdapat salah satu kerjasama muḍharabah yang di lakukan oleh komunitas

pemuda kreatif, yaitu praktik Breding kambing. Praktik Breding kambing

sendiri merupakan salah satu kegiatan yang di-qiyas-kan ke dalam

8
Muhammad, Konstruksi Mudharabah..., h. 60
9
Maulana Hasanudin dan Jaih Mubarok, Perkembangan Akad Musyarakah, (Jakarta:
Kencana, 2012), h. 47
10
Muslih Abdullah, Fikih Keuangan Ekonomi Islam, (Jakarta: Darul Haq, 2008), h. 302.
7

muḍharabah. Dalam pelaksanaan kerjasama bagi hasil dilakukan dengan

cara tradisional dan telah menjadi salah satu kebiasaan masyarakat setempat.

Di dalam praktik breding terdapat keunikan tersendiri, yaitu: pemilik

kambing menyerahkan kambingnya kepada seseorang yang dipercaya,

kambing tersebut sebagai modal dari pemilik yang diserahkan kepada

pengelola untuk diurusnya. Setelah kambing tersebut beranak, maka jika

anak kambing tersebut sudah besar akan dijual dan uang dari penjualan

tersebut dibagi antara pemilik modal dengan pengelola kambing. Bagi hasil

juga bisa dalam bentuk peranakan jika kambing tersebut beranak lebih dari

satu, maka satu peranakan kambing tersebut untuk pemilik dan yang satu

untuk pengelola11.

Berdasarkan bentuk bagi hasil yang terjadi di komunitas pemuda

kreatif, pemilik dan pengelola melakukan perjanjian (akad) terlebih dahulu

dimana isi perjanjian nya waktu pemeliharaan setelah pembuatan kandang

selesai, tidak ada perjanjian di tentukan nya batas waktu pemeliharaan.

Adapun tugas pengelola merawat, memberi makan dan mengawinkannya

sedangkan pemilik hanya melihat keadaan dan menunggu hasil nya. Dalam

akad tersebut hanya melakukan akad lisan dan hanya mengandalkan sistem

kepercayaan12.

Kebiasaan lain dalam praktik tersebut berupa pemilik modal langsung

menyerahkan modal dalam bentuk kambing. Dimana modal awal tidak

11
Wawancara dilakukan dengan Bapak Ridho Sudrajat Selaku pengelola kambing, pada
hari senin tanggal 13 juni 2022
12
Wawancara dilakukan dengan Bapak Ridho Sudrajat Selaku pengelola kambing, pada
hari minggu tanggal 13 juni 2022
8

diketahui dengan pasti karena pemilik modal tidak memberitahukannya.

Sementara untuk biaya pembuatan kandang ditanggung oleh pengelola

modal dan dalam proses pembuatan kandang pihak komunitas pemuda

kreatif lah yang membuat atau yang mengerjakanya. Apabila kambing

menderita sakit, untuk biaya pembelian obat ditanggung oleh pengelola

modal dan lahan untuk kandang di tanggung oleh pengelola modal. Untuk

pembelian pakan tambahan seperti dedak onggok dan jenjet jagung

biayanya dari pengelola modal13.

Berdasarkan bentuk kegiatan pemeliharaan hewan ternak kambing

yang ada di lakukan komunitas pemuda kreatif pekon banyuwangi

kecamatan banyumas, ada ketidaksesuaian antara teori dan praktek nya,

adapun dalam teori bagi hasil yang ada dalam Islam disebut mudharabah

adalah kerja sama antara dua pihak untuk menjalankan suatu usaha atau

bisnis tertentu, dimana pihak satu sebagai pemilik modal kemudian pihak

lainnya sebagai pelaksana usaha. Apabila terjadi kerugian maka yang

menaggung seluruh kerugian adalah pemilik modal, kecuali kerugian terjadi

karena kelalaian pihak yang menjalankan usaha. Sementara apabila usaha

tersebut mendapatkan keuntungan, maka dibagi sesuai dengan kesepakatan

diantara mereka. dalam praktek nya pembagian keuntungan sudah sesuai,

jika hewan ternak tersebut di kelola dalam keadaan masih belum pernah

beranak, maka jika beranak akan di miliki oleh pengelola dan pemodal,

dibagi kepada pemilik hewan. Setelah hal tersebut, jika kembali beranak

13
Wawancara dilakukan dengan Bapak Ridho Sudrajat Selaku pengelola kambing, pada
hari minggu tanggal 14 Juni 2022
9

maka akan dibagi dua bagian dan seterusnya. Tetapi jika hewan ternak

tersebut dikelola dalam keadaan sudah pernah beranak, maka jika beranak

kembali dibagi menjadi dua bagian, setengah untuk pemilik hewan ternak

dan setengah nya lagi untuk pengelola begitu pun seterusnya, jika

melahirkan kembali14.

Tetapi ada ketidaksesuaian dalam usaha tersebut yaitu biaya

pembuatan kandang dan proses pembuatanya dilakukan oleh pengelola

modal dan kebutuhan sarana dan prasarana lainya seperti pembelian drum

untuk pakan fermentasi, ember untuk tempat minum serta pembelian pakan

onggok dan obat-obatan semuanya dari pengelola modal, sedangkan pemilik

kambing hanya memberikan modal dalam bentuk kambing15.

Berdasarkan salah satu praktek akad bagi hasil harus berdasarkan

ketentuan-ketentuan Islam, jika ada kerugian, hal itu di tanggung oleh

pemilik modal. Dengan kata lain pekerja tidak bertanggung jawab atas

kerugiannya, kecuali kerugian di akibatkan oleh kelalaian pengelola atau

pemelihara. Dalam segi keuntungan yang diterima oleh pengelola, pengelola

mengambil upah sebagai bayaran dari segi tenaga yang di keluarkan,

sehingga mudharabah dianggap sebagai ijarah (upah mengupah atau sewa

menyewa).

14
Wawancara dilakukan dengan Bapak Ridho Sudrajat Selaku pengelola Kambing, pada
hari minggu tanggal 14 Juni 2022
15
Wawancara dilakukan dengan Bapak Ridho Sudrajat Selaku pengelola Kambing, pada
hari minggu tanggal 14 Juni 2022
10

Berdasarkan bentuk usaha yang terjadi di komunitas pemuda kreatif,

pemilik dan pengelola melakukan perjanjian (akad) terlebih dahulu dimana

isi perjanjian nya waktu pemeliharaan setelah pembuatan kandang selesai,

tidak ada perjanjian di tentukan nya batas waktu pemeliharaan. Adapun

tugas pengelola merawat, memberi makan dan mengawinkannya sedangkan

pemilik hanya melihat keadaan dan menunggu hasil nya. Dalam akad

tersebut hanya melakukan akad lisan dan hanya mengandalkan sistem

kepercayaan16.

Sementara itu, salah satu ketentuan yang terdapat dalam Pasal 235

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah menyebutkatkan bahwa syarat objek

transaksi berupa modal dalam akad muḍharabah yaitu jumlah modal harus

dinyatakan dengan pasti17.

Modal dalam hal bagi hasil ini berbentuk barang yaitu hewan ternak

kambing bukan dalam bentuk uang, modal langsung di berikan oleh

pengelola. tanpa adanya syarat kapan untuk pengembalian hewan ternak.

Ketika dalam pengelolaan selama satu sampai dua tahun tidak mendapatkan

hasil, biasanya pihak pengelola melakukan pengembalian atau penukaran

hewan ternak kambing ke pada pihak pemilik hewan. Sedangkan jika hewan

ternak itu sudah menghasilkan kambing tersebut, jika hidup maka akan

menunggu sampai ada yang berniat membeli anak hewan ternak, setelah ada

yang berani membeli anak hewan ternak, maka pihak pengelola dan

16
Wawancara dilakukan dengan Bapak Ridho Sudrajat Selaku pengelola Kambing, pada
hari minggu tanggal 14 Juni 2022
17
Pusat Pengkajian Hukum Islam dan Masyarakat Madani, Kompilasi Hukum Ekonomi
Syariah, edisi revisi, (Depok: Kencana, 2009), h. 72
11

pemelihara akan melakukan pembagian hasil. Dalam bagi hasil tersebut

Apakah anak hewan ternak dijual atau di pelihara. Jika anak hewan ternak

tersebut dijual maka uangnya akan dibagi dua sama rata, tetapi jika anak

hewan ternak tidak dijual berarti ada salah satu pihak baik pengelola

maupun pemelihara akan memberikan sejumlah uang, guna untuk memiliki

anak hewan ternak tersebut. Untuk kotoran hewan ternak kambing itu

dimiliki oleh pengelola (tidak dibagi hasilnya baik itu dijual atau di gunakan

sendiri), karena dalam hal pengelolaan hewan ternak ada di tempat

pengelola, bukan pemilik.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih

rinci dalam bentuk penulisan skripsi dengan judul “Implementasi Akad

Mudharabah Dalam Usaha Breeding Kambing” (Studi Pada Komunitas

Pemuda Kreatif Pekon Banyuwangi Kecamatan Banyumas Kabupaten

Pringsewu Lampung).

B Pokok Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Dari pemaparan latar belakang diatas penulis mengidentifikasi

permasalahan-permasalahan yang dimungkinkan dapat muncul dalam

penelitian, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di kantor komunitas

pemuda Kreatif Pekon Banyuwangi Kecamatan Banyumas Pringsewu

Lampung sebagai berikut:

a. Penyebab-penyebab terjadinya pelanggaran akad mudharabah dalam

usaha breeding kambing yang di lakukan oleh komunitas pemuda

kreatif.
12

b. Terdapat kesenjangan terhadap modal keseluruhan pada usaha breeding

kambing yang di lakukan oleh komunitas pemuda kreatif.

2. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tidak

membatasi masalah ini sebagai berikut:

a. Implementasi Akad Mudharabah Terhadap Usaha Breeding Kambing

Yang Dilakukan Oleh Komunitas Pemuda Kreatif Pekon Banyuwangi

Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu Lampung.

b. Tentang Praktek Bagi Hasil Yang Di Lakukan Oleh Komunitas

Pemuda Kreatif Pekon Banyuwangi Kecamatan Banyumas Kabupaten

Pringsewu Lampung Dalam Usaha Breeding Kambing.

3. Rumusan Masalah

Agar pembahasan dapat fokus dan mencapai apa yang diharapakan,

maka perlu dibatasi dalam ruang lingkup pembahasan ini, maka penulis

memberikan rumusan masalah penelitian yang perlu diangkat dan perlu di

batasi variabelnya, maka dari itu penulis merumuskan masalah hanya

berkaitan dengan:

a. Bagaimanakah implementasi akad mudharabah dalam usaha

breeding kambing yang dilakukan oleh komunitas pemuda kreatif

kecamatan banyumas kabupaten pringsewu lampung?

b. Bagaimanakah praktik bagi hasil yang dilakukan oleh komunitas

pemuda kreatif dengan sistem akad mudharabah?


13

C Tujuan Dan Manfaat penelitian

1. Tujuan penelitian.

Adapun tujuan penelitian yang ingin tercapai dalam penelitian ini

adalah:

a. untuk mengkaji bagaimana implementasi akad mudharabah pada

usaha breeding kambing studi pada komunitas pemuda kreatif pekon

banyuwangi.

b. untuk mengetahui bagaimana praktek bagi hasil dalam usaha breeding

kambing yang dilakukan oleh komunitas pemuda kreatif pekon

banyuwangi menurut hukum islam

2. Manfaat Penelitian.

Dari permaslahan diatas, penelitian dan penulisan ini diharapkan

mempunyai nilai tambah dan manfaat baik untuk penulis mauapun pembaca

sekurang-kurangnya tiga aspek yaitu:

a. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan

sebagai acuan atau dasar teoritis dan sebagai sumbangan bagi

perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang mu’amalah.

b. Secara praktis diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan

masukan kepada pihak pemilik modal dan pengelola dalam pelaksanaan

sistem bagi hasil menurut konsep mudharabah.

c. Kegunaan bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan

sumbangan pemikiran atau sumber informasi bagi mahasiswa yang


14

melakukan penelitian yang sejenis atau bagi pihak yang membutuhkan

sebagai pengembangan keilmuan.

d. Memberikan gambaran yang jelas ,rinci, dan lebih mendalam tentang

implementasi akad mudharabah melihat Semakin banyaknya usaha

perkongsian yang terjadi dalam masyarakat Indonesia yaitu kerjasama

bagi hasil yang sifatnya saling menguntungkan kedua belah pihak,

pemilik modal dan penerima modal.

D Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Kajian pustaka adalah deskripsi tentang kajian atau penelitian yang

sudah pernah dilakukan seputar masalah yang akan diteliti sehingga terlihat

kajian yang di lakukan ini tidak termasuk pengulangan adapun beberapa

kajian yang sudah pernah diteliti yaitu:

Pertama Ahmad Saiful Umam (2019) FAkultas Ekonomi Dan Bisnis

Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya dengan

judul“Implementasi Sistem Bagi Hasil Ternak Sapi Ditinjau Dengan Akad

Mudharabah”. studi pada kelompok ternak di dusun pilanggot desa

wonokromo kecamatan tikung kabupaten lamongan. dalam keterangan

penelitian ini menjelaskan tentang bagi hasil ditinjau dengan akad

mudharabah. sedangkan dalam penelitian penulis membahas tentang

implementasi akad mudharabah pada usaha breeding kambing.18

Kedua Tria Kusumawardani (2018) Mahasiswa Fakultas Syari’ah

Universitas Islam Negeri Raden Intan dengan judul “Tinjauan Hukum Islam

18
Ahmad Saiful Umam,skripsi.“Implementasi Sistem Bagi Hasil Ternak Sapi Ditinjau
Dengan Akad Mudharabah .surabaya: (UIN Sunan ampel 2019)
15

Tentang Bagi Hasil Dalam Kerja Sama Pengembangbiakan Ternak

Sapi”.studi kasus di pekon margodadi dusun sumber agung kecamatan

sumber rejo kabupaten tanggamus. dalam penelitian tersebut menjelaskan

tentang sistem bagi hasil, sedangkan penulis fokus pada implemetasi akad

mudharabah dalam usaha breeding kambing.19

Ketiga Melinda (2019) Mahasiswa Fakultas Syariah Universitas Islam

Negeri Raden Intan Lampung dalam penelitian tersebut membahas tentang

“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Kerja Sama Bagi Hasil Antara

Pemilik Modal Dengan Pengelola”.studi pada toko wanti pasar

panjang bandar lampung.Dalam penelitian ini memfokuskan pada sistem

praktek bagi hasil kerja sama, sedang penulis meneliti tentang implementasi

akad mudharabah pada usaha breeding kambing. Namun juga ada beberapa

persamaan penelitian tersebut dengan penelitian penulis yaitu tentang

prinsip-prinsip dalam melakukan dan memulai kerja sama.20

Berdasarkan uraian penelitian diatas yang peneliti temukan dapat

diketahui bahwa penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentunya memiliki

suatu perbedaan, kesamaan dan ada keunggulanya tersendiri.Adapun dalam

perbedaanya Yaitu, penulis melakukan penelitian ini berada di pekon

banyuwangi kecamatan banyumas kabupaten pringsewu lampung Pada

komunitas pemuda kreatif. Dalam penelitian ini penulis hanya konsentrasi

19
Tria Kusumawardani,skripsi “Tinjauan Hukum Islam Tentang Bagi Hasil Dalam Kerja
Sama Pengembangbiakan Ternak Sapi (Studi Kasus Di Pekon Margodadi Dusun Sumber Agung
Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus”( UIN Raden Intan Lampung,2018)
20
Melinda, skripsi“Tinjauan Hukum Islam Tentang Praktik Kerja Sama Bagi Hasil Antara
pemilik modal dengan pengelola,fakultas syari’ah (UIN Raden intan lampung.2019)
16

pada implementasi akad mudharabah dalam usaha breeding kambing.

Sedangkan tiga sumber terdahulu yang relevan tersebut diatas membahas

dan memaparkan capaian (provit) atau keuntungan bagaimana

penyelesaian bagi hasil antara pihak pemodal dengan pengelola modal.

Dalam Penelitian ini, penulis juga menemukan kesamaan antara

ketiga sumber yang relevan tersebut diatas, diantaranya yaitu. pada prinsip

penelitianya sama-sama meneliti atau mengamati suatu usaha kerja sama

yang dalam urgensinya mempunyai atau memiliki sebuah jalinan

ikatan dalam kerja sama dalam suatu usaha. Yang secara terang-terangan

tujuan dari suatu usaha adalah mencari keuntungan. Dan dari keuntungan

tersebut nantinya akan melahirkan hak-hak atas kepemilikan. Ataupun

kesamaan yang lainya yaitu upaya dalam penelitianya memahami subjek

atau para pelaku usaha.

Dalam penelitian ini penulis mendapatkan keunggulan tersendiri yang

tentunya ini menjadi suatu kelebihan diantara dari ketiga sumber yang

relevan tersebut diatas yaitu, pada penelitian ini penulis melakukan

pengamatan terhadap implementasi akad mudharabah yang dilakukan oleh

komunitas pemuda kreatif. Yang pada dasarnya akad merupakan sebuah

ikatan yang dijadikan sebagai pondasi atau dasar awal dalam melakukan

suatu hubungan usaha kerja sama. Akad merupakan kunci dari keberhasilan

untuk sebuah tujuan bersama. Sedangkan tiga penelitian diatas, membahas

tentang hasil dari suatu usaha tersebut, membahas bagaimana cara

pembagian hasil nya,dan kapan mereka memulai pembagian hasilnya, bukan


17

membahas tentang implementasi akadnya.maka dari itu penulis akan lebih

fokus dalam penelitian ini pada implementasi sebuah akad. Kemudian

selanjutnya dapat dirumuskan penelitian yang berjudul: “Implementasi

Akad Mudharabah Dalam Usaha Breeding Kambing” (Studi Pada

Komunitas Pemuda Kreatif Pekon Banyuwangi Kecamatan Banyumas

Kabupaten Pringsewu Lampung.

E Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh bentuk penulisan skripsi yang sistematis maka

penulis akan merencanakan skripsi ini dalam lima bab yang secara

lengkapnya dapat penulis gambarkan sebagai berikut:

Bab pertama, Pendahuluan, dalam bab ini menguraikan tentang: Latar

Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian,

Metode Penelitian, sistematika penulisan.

Bab kedua, merupakan landasan teori. Menjelaskan teori-teori apa saja

yang digunakan.

Bab ketiga, berisi metode penelitian yang meliputi Lokasi Penelitian

Jenis Penelitian Data Dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Teknis

Analisis Data

Bab keempat, berisi pembahasan dan hasil penelitian yang didalamnya

meliputi gambaran umum lokasi penelitian, analisis data penelitian,dan

pembahasan hasil penelitian. Selain itu, penulis juga akan mengemukakan

pendapat tersendiri berkaitan dengan implementasi akad mudharabah dalam


18

usaha breeding kambing studi pada komunitas pemuda kreatif pekon

banyuwangi kecamatan banyumas kabupaten pringsewu lampung.

Bab kelima, Penutup. pada bab ini merupakan bab yang terakhir

dalam penyusunan skripsi ini yang meliputi kesimpulan dan saran sebagai

akhir pembahasan.
19

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Mudharabah

Islam mengatur setiap sendi kehidupan umatnya. mengatur setiap

hubungan seorang hamba dengan tuhannya, mengatur setiap hubungan antar

umatnya. Hal inilah yang melahirkan suatu cabang keilmuan yang disebut

dengan fikih muamalah. Ruang lingkup kajian fikih muamalah yaitu

mengatur hubungan manusia dengan manusia yang lainnya yang secara

mendalam pada kebutuhan pokok manusia dalam menjalani kehidupan

didunia.Mulai dari jual beli,sewa-menyewa,hutang piutang dan lain-lain.

Salah satu cara manusia memenuhi kebutuhan hidup didunia biasanya

dengan melakukan akad kerja sama, Dalam teori islam ada istilah

mudharabah. Mudharabah yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih

bertujuan membangun suatu usaha dan diatara satu dari mereka yaitu

seorang yang memiliki modal, memberikan untuk di perdagangkan dan

yang satu sisi yaitu seseorang yang bertugas untuk mengelola modal suatu

usaha.

Seiring dengan berkembangnya suatu zaman dan kemajuan tekhnologi

transaksi akad mudharabah sendiri tidak dibatasi oleh ruang dan waktu,

maraknya penggunaan media internet memudahkan seseorang dalam

melakukan sebuah akad mudharabah cukup lewat telpon genggam atau

lewat media whatsaap tanpa harus bertemu antara pemodal dan pengelola

modal, dan ini merupakan suatu perubahan yang secara sadar akan
20

mempengaruhi kebiasaan yang lainnya. Hal inilah yang menimbulkan

berbagai pertanyaan tentang bagaimana implementasi akad mudharabah

dalam suatu usaha.

1. Pengertian Mudharabah.

Mudharabah yaitu bentuk perjanjian kerja sama antara pemilik harta

dengan pengelola harta.pemilik harta menyerahkan atau memotong hartanya

untuk di belanjakan dalam suatu usaha kepada pengelola harta. jika untung,

keuntunganya akan dibagi antara pemilik harta dan pengelola harta.

Pembagian laba tersebut menyesuaikan kesepakatan di awal akad.

Mudharabah berasal dari kata dharb, artinya memukul atau berjalan, yaitu

proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha.

Disamping itu, secara istilah mudharabah merupakan akad kerjasama

usaha antara dua pihak yaitu: Pihak pemilik dana (shahibul maal) sebagai

pihak pertama yang menyediakan seluruh dana. Pihak kedua pengelola dana

(amil/mudharib) bertindak sebagai pengelola dan keuntungan usaha, dibagi

sesuai kesepakatan semua pihak. Jika mengalami kerugian finansial

ditanggung oleh pengelola dana21.

Secara muamalah berarti pemilik modal (shahibul mal) menyerahkan

modalnya kepada pekerja atau pedagang (mudharib) untuk diperdagangkan

21
Dwi Suwiknyo, Kompilasi Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009)
21

atau diusahakan, sedangkan keuntungan usaha tersebut dibagi menurut

kesepakatan.22

Kasmir berpendapat bahwa mudharabah merupakan akad kerjasama

antara dua pihak, di mana pihak pertama menyediakan seluruh modal

kepada pihak kedua yang menjadi pihak pengelola. Keuntungan dibagi

menurut kesepakatan yang dituangkn dalam kontrak.23

Menurut para fuqaha, mudharabah adalah akad antara dua pihak

(orang) saling menanggung, salah satu pihak menyerahkan hartanya kepada

pihak lain untuk diperdagangkan dengan bagian yang telah ditentukan dari

keuntungan, seperti setengah atau sepertiga dengan syarat-syarat yang telah

ditentukan.24

Menurut Hanafiyah, mudharabah adalah memandang tujuan dua pihak

yang bertekad yang berserikat dalam keuntungan (laba), karena harta

diserahkan kepada yang lain dan yang lain punya jasa mengelola harta itu.

Maka mudharabah ialah akad syirkah dalam laba, satu pihak pemilik harta

dan satu pihak sebagai pemilik jasa.25

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

mudharabah adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih, di mana pihak

pertama sebagai pemilik menyerahkan modal ke pihak kedua untuk dikelola.

22
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Mudharabah di Bank Syari’ah, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2008), h. 47
23
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2002), h. 6
24
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 136.
25
Ibid.
22

Adapun keuntungannya dibagi berdasarkan parjanjian yang dilakukanoleh

kedua belah pihak.

2. Dasar Hukum Mudharabah.

a. Al-qur’an

Sebagai ladasan mudharabah, lebih mencerminkan anjuran untuk

melakukan suatu kerja sama, Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-

Muzammil ayat 20 yaitu:

َ َ َْ ‫ﱠ‬ ٌ َ َ ٗ َ ُُ ٗ َ ْ ‫ُُ َ ﱠ‬ ٰ َْ ُ َ َ ‫َ ْ َ َﱠ‬ ‫ﱠ‬


ۗ‫ َﻣﻌﻚ‬6 ِ ‫ ِﻣ ْﻦ ﺛﻠ"! اﻟ ْﻴ ِﻞ َو ِﻧﺼﻔﻪ َوﺛﻠﺜﻪ َوﻃﺎۤﯨﻔﺔ ِّﻣ َﻦ ا‬#%‫ﻚ ﺗﻘ ْﻮ ُم اد‬,‫﴿ ۞ ِان َرﱠﺑﻚ َﻳﻌﻠ ُﻢ ا‬
ِ
ٰ ُْ َ ‫ﱠ‬َ َ َ ْ َ ُ ََْ َ َ ُ ْ ُ ُْ ْ‫ ُ َُ ّ ُ ﱠْ َ َ ﱠ َ َ َ َ َ ْﱠ‬J َ
ْ ُ ْ َ
ۗ‫ ِﻣﻦ اﻟﻘ ْﺮا ِن‬7َ 89‫@?ﻜﻢ ﻓﺎﻗ َﺮءوا ﻣﺎ ﺗ‬A ‫ﺼﻮه ﻓﺘﺎب‬EF ‫ ِﻠﻢ ان ﻟﻦ‬A ۗ‫واﷲ ﻳﻘ ِﺪر اﻟﻴﻞ واﻟﻨﻬﺎر‬
ْ َ َ َُْ َْ َ ْ َ َٰ ٰ ُ ْ ُ ُ َْ َ
‫ﺘﻐ ْﻮن ِﻣ ْﻦ ﻓﻀ ِﻞ‬N‫ ْر ِض َﻳ‬PQ‫ ا‬#Rِ ‫ ُﺑ ْﻮن‬7ِ S‫ۙ َواﺧ ُﺮ ْون َﻳ‬#V‫ ِﻠ َﻢ ان َﺳ َﻴﻜ ْﻮن ِﻣﻨﻜ ْﻢ ﱠﻣ ْﺮ‬A
َ ٰ ‫ﱠ ٰ َ َ ُٰ ﱠ‬ َ ُ ْ ‫َ َﱠ‬ ْ َ J َ ُْ َ َ ََٰ J
‫اﻟﺰﻛﻮة‬ ‫ ِﻣﻨﻪۙ َوا ِﻗ ْﻴ ُﻤﻮا اﻟﺼﻠﻮة واﺗﻮا‬7َ 89‫اﷲۖﻓﺎﻗ َﺮ ُء ْوا َﻣﺎ ﺗ‬ ِ ‫ ْﻴ ِﻞ‬Nِ ‫ ْ[ َﺳ‬Rِ ‫ۙواﺧ ُﺮ ْون ُﻳﻘ ِﺎﺗﻠﻮن‬‫اﷲ‬
ِ
َ ُ J َ ْ ُ ْ ُ َ ْ َ ْ ّ ْ ُ ُْ َ ْ ُ ّ َ ُ َ َ ً َ َ ً ْ َ َ J ُ َْ
‫ ْ` ً_ا‬a ‫اﷲۙﻫ َﻮ‬
ِ ‫ﺪوه ِﻋﻨﺪ‬dFِ _ٍ `a ‫ﻧﻔ ِﺴﻜﻢ ِﻣﻦ‬PQِ ‫َواﻗ ِﺮﺿﻮا اﷲ ﻗﺮﺿﺎ ﺣﺴﻨﺎۗ وﻣﺎ ﺗﻘ ِﺪﻣﻮا‬
ُ َ َJ ‫َ ﱠ‬J َْ ْ َ ً ْ َ َ َ َْ‫ﱠ‬
﴾ m ࣖ ‫اﷲ ﻏﻔ ْﻮ ٌر ﱠر ِﺣ ْﻴ ٌﻢ‬ ‫ۗان‬ِ ‫واﻋﻈﻢ اﺟﺮاۗواﺳﺘﻐ ِﻔ ُﺮوا اﷲ‬

Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa engkau (Nabi


Muhammad) berdiri (salat) kurang dari dua pertiga malam, atau
seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan
dari orang-orang yang bersamamu. Allah menetapkan ukuran malam
dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menghitungnya
(secara terperinci waktu-waktu tersebut sehingga menyulitkanmu
dalam melaksanakan salat malam). Maka, Dia kembali (memberi
keringanan) kepadamu. Oleh karena itu, bacalah (ayat) Al-Qur’an
yang mudah (bagimu). Dia mengetahui bahwa akan ada di antara
kamu orang-orang yang sakit, dan yang lain berjalan di bumi mencari
sebagian karunia Allah serta yang lain berperang di jalan Allah,
maka bacalah apa yang mudah (bagimu) darinya (Al-Qur’an).
Tegakkanlah salat, tunaikanlah zakat, dan berikanlah pinjaman
kepada Allah pinjaman yang baik. Kebaikan apa saja yang kamu
perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)-nya di sisi
Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar
23

pahalanya. Mohonlah ampunan kepada Allah. Sesungguhnya Allah


Maha Pengampun lagi Maha Penyayang26.

b. As-sunnah

Diantara hadits yang berhubungan dengan mudharabah ialah hadits yang

diriwayatkan oleh Ibn Majjah dari Shuhaib bahwa Nabi Muhammad SAW

bersabda:

ِ ‫ ْﻟ َﺑﻳْﻊ ِﻟ ْﻠ َﺑ ْﻳ‬:ُ‫ﺙ ﻓِﻳ ِْﻬﻥﱠ ﺍ ْﻟ َﺑ َﺭﻛَﺔ‬


‫ﺕ ﻻ َ ِﻟ ْﻠ َﺑ ْﻳ ُﻊ ﺇِﻟَﻰ‬ ٌ َ‫ ﺛَﻼ‬:َ‫ﺳﻠﱠ َﻡ َﻗﺎﻝ‬
َ ‫ﻋ َﻠ ْﻳ ِﻪ َﻭﺁ ِﻟ ِﻪ َﻭ‬
َ ُ‫ﺻﻠﱠﻰ ﷲ‬ ‫ﺃَﻥﱠ ﺍﻟﻧﱠ ِﺑ ﱠ‬
َ ‫ﻲ‬

ُ ‫ َﻭ َﺧ ْﻠ‬،ُ‫ﺎﺭﺿَﺔ‬
‫ﻁ ﺍ ْﻟﺑُ ِ ّﺭ ِﺑﺎﻟ ﱠ‬
‫ﺷ ِﻌﻳْﺭ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻥ ﻣﺎﺟﻪ ﻋﻥ ﺻﻬﻳﺏ‬ َ ‫ َﻭﺍ ْﻟ ُﻣ َﻘ‬،‫ﺃ َ َﺟ ٍﻝ‬

Tiga perkara yang mengandung berkah ialah jual beli yang ditangguhkan,
mengerjakan qiradh (memberi modal kepada orang lain), dan yang
mencampurkan gandum dengan jelas untuk keluarga, bukan untuk
diperjualbelikan.” (HR. Ibn Majjah dari Shuhaib).27

c. Ij’ma

Adapun Kebolehan akad muḍharabah dikuatkan dengan ijma’, dimana

diriwayatkan bahwa banyak diantara para sahabat Nabi SAW yang

menyerahkan harta anak yatim dalam bentuk muḍarabah. Diantara para

sahabat tersebut adalah Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi

Thalib, Abdullah bin Mas’ud, Abdullah bin Umar, Ubaidillah bin Umar, dan

Aisyah.28

Kaum muslimin sudah terbiasa melakukan akad kerjasama semacam ini

diberbagai masa dan tempat tanpa ada ulama yang menyalahkannya. Hal ini

merupakan konsensus yang diyakini oleh umat, sebab cara ini sudah

26
Departemen agama RI Al-Qur’an dan terjemahanya (Jakarta: widya cahya 2019)
27
Muhammad bin Ismail Al-Kahlani, subul As-Salam, Juz 3, Mahkatabah wa Mathba’ah
Mushthafa Al-Babiy Al-Halabi, Mesir, cet.IV, (1960)
28
Ahmad Sarwat, Ensiklopedia Fikih Indonesia 7: Muamalat, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2018) h. 268
24

digunakan oleh bangsa Quraisy secara turun temurun dari jaman jahiliyyah

hingga jaman Nabi SAW.

3. Rukun dan syarat mudharabah

Adapun yang menjadi rukun dan syarat muḍharabah sebagai berikut:

a. Pelaku

Pelaku dalam muḍharabah terdiri dari pemilik modal (ṣahibul mal) dan

pengelola modal (muḍharib). Kedua pelaku harus memiliki kompetensi

beraktivitas (jaizut-tasharruf). Dalam pengertian bahwa kedua pihak baligh,

berakal, rasyid, dan tidak dilarang beraktivitas pada hartanya.

Sebagian ulama juga mensyaratkan bahwa keduanya harus muslim atau

pengelola muslim. Hal ini dengan alasan bahwa seorang muslim tidak

ditakutkan melakukan perbuatan riba atau perkara haram.29

Sebagian ulama juga berpendapat bahwa salah satu maupun kedua

pihak tidak harus seorang muslim. Diperbolehkan untuk bekerjasama

dengan orang-orang kafir ahlu dzimmah (orang kafir yang dilindungi) atau

orang-orang Yahudi dan Nashrani yang dapat dipercaya. Kerjasama dengan

orang-orang kafir, Yahudi maupun Nashrani diperbolehkan dengan syarat

harus terbukti adanyapemantauan terhadap aktivitas pengelolaan modal dari

pihak muslim, hal ini bertujuan agar aktivitas tersebut terbebas dari riba.30

b. Objek Transaksi

Dalam muḍharabah yang menjadi objek transaksi harus mencakup

kerjasama yang melibatkan modal, usaha kerjasama dan keuntungan.

29
Ahmad Sarwat, Ensiklopedia., h. 270
30
Abdullah al-Muslih dan Shalah Ash-Shawi, Fikih, h. 173.
25

1) Modal

Di dalam Pasal 235 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah dimana objek

transaksi berupa modal harus memenuhi syarat berikut:

a) Modal harus berupa barang, uang dan/atau barang yang berharga

b) Modal harus diserahkan kepada pelaku usaha/muḍarib

c) Jumlah modal dalam sebuah akad muḍharabah harus dinyatakan

dengan pasti31

Jadi, dalam muḍharabah modal yang diserahkan harus diketahui.

Penyerahan modal kepada muḍarib harus berupa alat tukar sekeprti emas,

perak, dan satuan mata uang secara umum. Modal tidak diperbolehkan

berupa barang kecuali bila ditentukan nilai barang terhadap nilai mata uang

ketika akad transaksi, sehingga nilai barang tersebut menjadi modal

muḍharabah.32

Kejelasan modal menjadi syarat untuk menentukan pembagian

keuntungan. Jika modal berupa barang dan tidak diketahui nilainya ketika

akad, maka barang tersebut dapat berubah harga dan nilainya seiring dengan

berjalannya waktu, sehingga memiliki konsekuensi ketidakjelasan dalam

pembagian keuntungan.

2) Jenis Usaha

Syarat jenis usaha dalam bidang muḍharabah yaitu jenis usaha yang

dijalankan dibidang perniagaan. Selain itu, usaha tersebut tidak

31
Pusat Pengkajian Hukum Islam dan Masyarakat Madani, Kompilasi Hukum Ekonomi
Syariah, edisi revisi, (Depok: Kencana, 2009), h. 72
32
Ahmad Sarwat, Ensiklopedia, h. 271
26

menyusahkan pengelola modal dengan pembatasan yang menyulitkannya.

Asal dari usaha muḍarabah yaitu dibidang perniagaan dan perdagangan

yang tidak bertentangan dengan syariat. Pengelola modal dilarang

mengadakan transaksi perdagangan barang-barang haram, seperti daging

babi, minuman keras, dan sebagainya33

3) Bagi Hasil/Keuntungan

Keuntungan harus diketahui secara jelas dan harus dijelaskan secara

tegas presentase bagi pemilik modal maupun pengelola modal. Apabila

ditentukan nilainya seperti, “Kita bekerjasama mudharabah dengan

pembagian keuntungan untukmu satu juta dan sisanya untukku”, maka akad

tersebut dinilai tidak sah. Demikian juga jika presentasenya tidak jelas

seperti, “Sebagian untukmu dan sebagaian lainnya untukku”

Keuntungan yang dibagi hasilkan harus dibagi secara proporsional

antara ṣahibul mal dengan muḍarib.Dengan demikian semua pengeluaran

rutin yang berkaitan dengan bisnis muḍharabah dapat dimasukkan ke dalam

biaya operasional. Keuntungan bersih harus dibagi antara kedua belah pihak

sesuai dengan proporsi yang disepakati sebelumnya dan secara eksplisit

disebutkan diperjanjian awal. Tidak ada pembagian laba sampai semua

kerugian telah ditutup dan modal ṣahibul maal telah dikembalikan.34

Dalam muḍharabah keuntungan harus diketahui dengan jelas. Di mana

dalam transaksi tersebut dijelaskan secara tegas mengenai prosentase

33
Ibid
34
Muhamad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank Syariah,
(Yogyakarta: UII Press, 2004), h.19
27

tertentu bagi pemilik modal maupun pengelola modal. Keuntungan tersebut

juga dibagikan dengan prosentase yang merata, seperti setengah, sepertiga,

seperempat atau sejenisnya. Jika ditetapkan sejumlah keuntungan pasti bagi

salah satu pihak dan pihak lain hanya memperoleh sisakeuntungan tersebut,

maka keuntungan tersebut tidak sah. Jika pemilik modal memberikan syarat

prosentase tertentu dari modalnya yang tidak terkait dengan usaha ini, maka

kerjasama ini akan rusak. Hal ini berarti mengkompromikan antara usaha

melalui sistem penanaman modal dengan usaha berbasis riba. Ibnu Mundzir

menyatakan, “Banyak kalangan ulama yang kami kenal betul yang

bersepakat bahwa penanaman modal itu dianggap batal kalau salah

seorang di antara kedua belah pihak atau kedua-duanya menetapkan

prosentase tertentu dirinya utuk tidak diputar dalam usaha”35.

Dalam pembagian hasil keuntungan ada beberapa kode etik, pertama,

pembagian keuntungan berdasarkan kesepakatan dua belah pihak yang

terlibat, namun kerugian hanya ditanggung oleh pemilik modal saja.

Sementara pengelola modal hanya mengalami kerugian keahlian tenaga.

alasan ini berdasarkan pada ungkapan yang menunjukkan bahwa kerugian

adalah berkurangnya modal, pengelola tidak memiliki kekuasaan dalam hal

ini, sehingga hanya pemilik modal saja yang menanggung kekurangan

modal dan tidak boleh pihak lain36.

35
Abdullah Muslih, Fikih Ekonomi Keuangan Islam, (Jakarta: Darul Haq, 2004), h.179-
180
36
Ibid, h.180.
28

Kedua, keuntungan dijadikan sebagai cadangan modal. Artinya bahwa

pengelola modal tidak berhak untuk menerimakeuntungan tersebut sebelum

ia menyerahkan modal kembali. Keuntungan sendiri merupakan kelebihan

dari modal, jika belum ada kelebihan, maka tidak disebut keuntungan. Jika

ada keuntungan disatu sisi dan kerugian disisi lain, maka kerugian tersebut

harus ditutupi terlebih dahulu dengan keuntungan yang ada, kemudain

sisanya dibagikan kepada kedua belah pihak sesuai dengan kesepakatan37

Ketiga, pengelola tidak boleh mengambil keuntungan sebelum masa

pembagian. Alasan hal ini adalah bisa terjadinya kerugian setelah

pengambilan keuntungan tersebut, sehingga keuntungan tersebutdigunakan

untuk menutupinnya sebagaimana fungsi keuntungan sebagai cadangan

modal. Oleh sebab itu, tidak ada hak bagi pengelola modal untuk

mengambil bagiannya dari keuntungan yang ada kecuali dengan pembagian

resmi di akhir. Pembagian tersebut hanya dengan ijin dari pemilik modal

atau dengan kehadirannya. Hal ini juga berlaku bagi pemilik modal, karena

pemilik modal merupakan mitra usaha pengelola, sehingga tidak ada hak

baginya untuk mengambil bagiannya dari keuntungan tanpa ijin dari mitra

usaha maupun tanpa kehadirannya. Keempat, hak mendapatkan keuntungan

tidak akan diperoleh salah satu pihak sebelum dilakukan perhitungan akhir

terhadap usaha tersebut.

37
abdullah Muslih, Fikih Ekonomi, h. 180
29

c. Akad

Shighat merupakan ungkapan yang berasal dari kedua belah pihak

pelaku transaksi yang menunjukkan keinginan melakukannya. Shighat ini

terdiri atas ijab kabul. Transaksi muḍharabah atau syarikat dianggap sah

dengan perkataan dan perbuatan yang menunjukkan maksudnya.

Menurut Imam Al-Syarbini dalam Syarh Al-Minhaaj menjelaskan

bahwa rukun muḍharabah ada lima, yaitu modal, jenis usaha, keuntungan,

pelafalan transaksi, dan dua pelaku. Hal tersebut ditinjau dari perincian dan

semua tetap kembali pada tiga rukun di atas.

Agar akad muḍharabah tersebut dianggap sah maka harus memenuhi

syarat-syarat sebagai berikut:

1) Modal atau barang yang diserahkan berbentuk uang tunai. Apabila

modal berbentuk emas, perak batangan, atau barang dagangan

lainnya maka muḍharabah batal

2) Bagi orang yang melakukan akad disyaratkan mampu melakukan

tasharruf

3) Modal harus diketahui dengan jelas agar dapat dibedakan antara

modal yang diperdagangkan dan laba atau keuntungan

4) Keuntungan yang akan menjadi milik pengelola modal dan pemilik

modal harus jelas presentasenya

5) Melafazkan ijab dari pemilik kemudian diikuti qabul dari pengelola

6) Muḍharabah bersifat mutlak yang berarti pemilik modal tidak

mengikat pengelola harta untuk menentukan barang, waktu dan


30

tempat pengelola dalam menentukan barang yang dikelola. Bila

dalam mudharabah terdapat persyaratan-persyaratan, maka

muḍarabah menjadi rusak.38

Sementara itu, secara umum akad akan dianggap cacat jika terdapat

hal hal sbagai berikut:

1) Ikrah (Paksaan)

Ikrah merupakan paksaan kepada orang lain untuk melakukan atau

tidak melakukan sesuatu, baik ucapan maupun perbuatan yang

tidak disukainya dengan cara menggertak maupun mengancam

seseorang, sehingga hal tersebut menyebabkan seseorang

kehilangan kebebasannya.

2) Ghalat (Kekeliruan atau kesalahan)

Kekeliruan yang menyebabkan suatu akad cacat adalah kekeliruan

pada obyek akad maupun kekeliruan pada kontrak. Kekeliruan

dapat terjadi pada dua hal, yaitu zat/jenis objek dan sifat objek

dalam kontrak. Kekeliruan yang terjadi dalam jenis objek, maka

akad tersebut batal sejak awal, tetapi jika kekeliruan yang terjadi

terdapat dalam sifatnya maka akad tersebut danggap sah,

namunpihak yang merasa dirugikan berhak memfasakh atau bisa

mengajukan ke pengadilan.

3) Ghabn ( Penyamaran Harga Barang)

38
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 194-195
31

Ghabn dalam fiqih berarti tidak ada keseimbangan antara objek

akad atau barang dengan harga, misalnya harga lebih tinggi

daripada harga sesungguhnya.

4) Tadlis (Penipuan)

Tadlis adalah menyembunyikan cacat pada objek akad agar tampak

tidak seperti sebenarnya dengan tujuan untuk memperoleh harga

yang lebih besar.

5) Jahalah

Jahalah merupakan suatu hal yang mengakibatkan persengketaan

sehingga menyebabkan rusaknya akad.

6) Gharar

Gharar merupakan semua hal yang mengandung ketidakjelasan,

pertaruhan maupun perjudian.39

4. Mudharabah Menurut Para Ulama.

Berdasarkan pendapat jumhur ulama Islam mensyariatkan akad kerja

sama Mudharabah untuk memudahkan orang, karena sebagian mereka

memiliki harta namun tidak mampu mengelolanya dan disana ada juga

orang yang tidak memiliki harta namun memiliki kemampuan untuk

mengelola dan mengembangkannya. Maka syariat membolehkan kerja sama

ini agar mereka bisa saling mengambil manfaat diantara mereka. Pemilik

modal memanfaatkan keahlian mudhorib (pengelola) dan Mudhorib

memanfaatkan harta dan dengan demikian terwujudlah kerja sama harta dan

39
Ahmad Sarwat, Ensiklopedia, h. 269
32

amal. Allah tidak mensyariatkan satu akad kecuali untuk mewujudkan

kemaslahatan dan menolak kerusakan Heru Maruta, “Akad Mudharabah,

Musyarakah, Dan Murabahah Serta Aplikasinya Dalam Masyarakat,” Jurnal

Ilmiah Ekonomi Kita, (2016).

Berikut definisi terminologi yang diungkapkan oleh para ulama sebagai

berikut:

a. Wahbah Zuhaili mengatakan bahwasanya Mudharabah adalah akad

penyerahan modal oleh si pemilik kepada pengelola untuk

diperdagangkan dan keuntungan dimiliki bersama antara keduanya

sesuai dengan persyaratan yang mereka buat40.

b. Sayid Sabiq menjelaskan Yang dimaksud dengan mudharabah di

sini adalah suatu akad antara dua pihak di mana salah satu pihak

memberikan uang (modal) kepada pihak lain untuk diperdagangkan

dengan keuntungan bahwa keuntungan dibagi di antara mereka

berdua sesuai dengan kesepakatan mereka.41

c. Sedangkan menurut Abd. Al-Rahman Al-Jazairi, mudharabah

adalah istilah suatu kerjasama dimana salah satu pihak (shahib al-

mal) memberikan harta (modal) kepada pekerja (amil) untuk

diperdagangkan dimana keuntungan dibagi antara keduanya sesuai

dengan yang kesepakatan disyaratkan, sedang jika ada kerugian

maka ditanggung oleh pemilik modal (shahib al-mal). Kata

mudharabah sendiri merupakan kata yang diambil dari kata dlarb

40
Wahbah Zuhaili, Al-Islamiy wa Adillatuh, Juz 4, Dar Al-Fikr, Damaskus,(1989)
41
Sayid Sabiq, loc.cit, Juz 3
33

yang bermakna perjalanan (safar) karena biasanya orang yang

berdagang akan menetapi suatu perjalanan. Mudharabah juga

memiliki istilah lain, yakni qiradl. Ismail Nawawi menjelaskan

bahwa terkait kerugian yang ditanggung oleh pemilik modal dalam

akad mudharabah, hal itu dikarenakan bagi pekerja, kerugian sudah

cukup dengan kelelahan yang dialaminya42.

d. Para Fuqaha mendefinisikan mudharabah sebagai akad yang

dilakukan antara dua pihak (orang) yang saling menanggung. Salah

satu pihak menyerahkan hartanya kepada pihak lain untuk

diperdagangkan, dan akan mendapatkan bagian yang telah

ditentukan dari keuntungan, seperti setengah atau sepertiga dengan

syarat-syarat yang telah disepakati43.

e. Syafi‟i Antonio menjelaskan bahwa mudharabah adalah akad

kerjasama usaha antara dua pihak, dimana pihak pertama (shahibul

maal) menyediakan seluruh (100%) modal, dan pihak lainnya

bertindak sebagai pengelola. Keuntungan usaha secara

mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam

kontrak, sedangkan apabila mengalami kerugian, maka pemilik

modal yang menanggung kerugian, dengan catatan bahwa selama

kerugian itu bukan akibat dari kelalaian pihak pengelola. Apabila

kerugian tersebut diakibatkan karena kelalaian dari pihak

42
Ismail Nawawi, Fiqh Muamallah Klasik dan Kontemporer, Bogor : Galia Indonesia,
2012, h.141
43
Abd. Al-Rahman Al-Jazairi, al-Fiqh al Madzahib al-Arba’ah. Op. cit, h.20
34

pengelola, maka pihak pengelola harus bertanggung jawab atas

kerugian yang dialami44.

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat dipahami bahwa

mudharabah merupakan suatu akad atau perjanjian yang dilakukan antara

dua orang atau lebih, dimana pihak pertama bertindak sebagai shahibul

maal, yaitu sebagai pemberi modal usaha, sedangkan pihak kedua

menyediakan tenaga dan keahlian. Keuntungan yang dihasilkan selanjutnya

dibagi berdasarkan ketentuan yang sudah disepakati di antara keduanya.

Sedangkan apabila terjadi kerugian, maka ditanggung oleh pemilik modal

(shahib al-mal) karena pekerja (amil) sudah menanggung kerugian waktu

dan tenaga.

5. Prinsip-Prinsip Mudharabah.

Menurut pendekatan etimologi bahasa Arab kata mudharabah pada

kamus Lisan al-Arab datang dalam timbangan mufa’-alah, diambil

(musytaq) dari kata kerja dharaba yang memiliki beberapa makna di

antaranya, berjalan di muka bumi, berjalan di muka bumi dengan tujuan

niaga dan mencari rizki, perumpamaan dan kerjausaha. Dalam penggunaan

keseharian bahasa Arab, kata mudharabah maknanya sama dengan qiradh.

Al-Mawardi menyebutkan bahwa kata qiradh dan mudharabah adalah dua

kata yang makna nya sama, hanya saja kata qiradh lebih populer

44
Syafi‟i Antonio, Bank Syari’ah Suatu Pengenalan Umum, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, tahun 2001, h. 90
35

penggunaannya di negeri Hijaz, sedangkan mudharabah merupakan dialek

penduduk Irak45.

Sedangkan makna terminologis mudharabah dalam empat mazhab

menurut Abdurrahman bin Muhammad Iwadh al Jaziri adalah sebagai

berikut46:

a. Mazhab Hanafi : Akad atas persekutuan pada keuntungan dengan

modal usaha dari salah satu pihak dan pekerjaan dari pihak lainnya.

Definisi ini mengkonstruksikan tentang kerjasama usaha antar para

pihak dengan persekutuan keduanya untuk mendapatkan bagian

dari keuntungan usaha secara mudharabah. Maka tujuan pokok

dari mudharabah pada definisi ini adalah untuk memperoleh

keuntungan.

b. Mazhab Maliki: Akad perwakilan yang keluar dari pemilik modal

(shahib al mal) untuk yang lainnya (mudharib) pada perniagaan

yang khusus dengan mata uang resmi dari emas dan perak, dan

pemilik modal harus segera mem bayarkan kepada pelaku usaha

nilai seukuran yang dikehendakinya untuk melaksanakan usaha.

Penjelasan mazhab ini mengenai definisi di atas adalah, bahwa

maksud modal dari mata uang resmi emas dan perak yakni sebagai

pengecualian dari modal usaha dengan harta benda (arad tijarah)

45
Al-Zarqani, Syarh Al-Zarqani Ala Muatta’ Al-Imam Malik, Cetakan Pertama, Edisi
Bahasa Arab, Juzu’ Tiga, Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, Berut, 1411 H/ 1990 M, h.437
46
Abdurrahman Bin Muhammad Iwadh Al-Jaziri, Kitab Al-fiqh Ala Al-Mazahib Al-
Arba’ah, Edisi Bahasa Arab, Juz’ Tiga, Dar Ihya’ Al-Turats Al-Arabi, Beirut Lebanon, tanpa
Tahun, h.33-40
36

selain mata uang emas dinar dan dirham yang sudah maklum,

seperti biji-bijian atau hewan karena akan menjadikan akad

mudharabah rusak atau batal47.

c. Mazhab Hambali: Ungkapan tentang penyerahan pembayaran oleh

pemilik modal (rab al-mal) kepada orang yang melaksanakan

usaha (mudharib) akan sejumlah modal usaha tertentu dengan

memperoleh bagianyang sudah maklum dari keuntungan usaha, dan

diharuskan modal tersebut uang tunai yang sah/ resmi berlaku48.

d. Mazhab Syafi’i : Akad yang menunjukkan pembayaran modal

usaha oleh seseorang (shahib al-mal) kepada yang lainnya

(mudharib) untuk perniagaan dan masing-masing memiliki bagian

dari keuntungan dengan syarat-syarat tertentu49.

Melalui uraian empat mazhab dalam literatur klasik Islam tentang

pengertian mudharabah tersebut memang terdapat perbedaan persepsi antar

para fuqaha seputar definisi mudharabah, terdapat titik temu pada sebagian

tertentu dan perbedaan pada bagian-bagian lainnya. Sebagian fuqaha

menentukan syarat-syarat khusus yang tidak sama dengan persyaratan pada

mazhab lainnya. Oleh karenanya, ada tiga titik temu para fuqaha antar

empat mazhab yang prinsipil seputar persyaratan mudharabah yaitu:

1. Bahwa pada akad mudharabah terdapat para pihak

47
Ibid, h.36-38
48
Ibid, h.39.
49
Ibid, h.41.
37

2. Bahwa para pihak pada akad mudharabah adalah salah satunya

sebagai pemodal dan yang lainnya sebagai pelaku usaha (al-amil).

3. Bahwa tujuan mudharabah adalah untuk memperoleh keuntungan

yang menjadi hak para pihak untuk mendapatkan bagiannya sesuai

kesepakatan dalam akad50.

6. Macam- Macam Mudharabah

Dalam jenisnya mudharabah terbagi menjadi dua, diantaranya yaitu

a. Mudharabah Muthlaqah (investasi umum atau unrestricted

investment) adalah akad antar pihak pemilik modal (shahibul mal)

dengan pengelola (mudharib) untuk mendapatkan keuntungan.

Dalam akad mudharabah muthlaqah pengelola modal diberi

keleluasaan dalam mengelola dan menjalankan modal. Keleluasaan

menentukan jenis usaha, termasuk lokasi, dan tujuan usaha. pemilik

modal tidak menentukan jenis usaha yang harus dijalankan oleh

pengelola modal51.

b. Mudharabah Muqayyadah (restricted investment), pemilik modal


sudah menentukan usaha yang harus dijalankan oleh pengelola

modal. Oleh karena itu, dia harus menjalankan usaha sesuai dengan

kesepakatan dengan pemilik modal saat akad. Jenis usaha, lokasi,

50
Muhammad Abdul Mun’im Abu Zaid, Al Mudharabah Wa Tathbiqatuha Al-Amaliyah fi
Al Mashaeif Al-Islamiyah, Cetakan Pertama, Edisi Bahasa Arab, Al-Ma’had Al-Alami Li Al-
Fikri Al-Islami, 1417 H / 1996 M, h.21
51
Ismail Nawawi, Fiqh Muamallah Klasik dan Kontemporer, Bogor : Galia Indonesia,
2012, h.146
38

jangka waktu dan tujuan usaha harus sesuai dengan kesepakatan

dan apa yang telah ditentukan oleh pemilik modal52.

7. Berakhirnya mudharabah

Muḍharabah dapat berakhir dengan adanya pembatalan dari salah satu

pihak. Masing-masing dapat membatalkan perjanjian kapan saja ia

menghendaki. Namun, perjanjian wajib dilaksanakan jika usahanya dimulai.

Hal ini memiliki arti bahwa jika pengelola telah memulai usahanya, maka

penanaman modal tersebut wajib terus berlangsung. Menurut pendapat

ulama Malikiyah pemilik modal tidak dapat menarik modalnya kembali

hingga modal tersebut kembali sebagaimana sebelumnya. Modal tersebut

tidak dapat ditarik pada saat usaha sedang berlangsung karena

dikhawatirkan akan menimbulkan bahaya seperti pemutusan hubungan kerja

secara tiba-tiba. Selain itu perjanjian juga dapat berakhir dengan

meninggalnya salah satu pihak, karena gila atau idiot53

Pandangan jumhur ulama terhadap akad muḍharabah mereka

berpendapat bahwa akad muḍharabah termasuk dalam akad gharar lazim,

yaitu akad yang dapat dibatalkan oleh ṣahibul maal ataupun muḍharib

kapan saja. Sedangkan ulama Malikiyah berpendapat bahwa akad

muḍharabah merupakan akad yang lazim, yaitu akad yang tidak dapat

52
Imam Mustofa, Fiqh Muamallah Kontemporer, h.158
53
Shalah ash-Shawi dan Abdullah Muslih, Fikih Ekonomi Keuangan Islam, (Jakarta: Darul
Haq, 2008), h.180
39

dibatalkan sepihak oleh ṣahibul maal ataupun muḍarib. Dimana pembatalan

hanya dapat dilakukan atas dasar kesepakatan saja54

Imam ibnu Qudamah dalam buku Ensiklopedia Fikih Indonesia

Muamalat karya Ahmad Sarwat menyatakan bahwa muḍharabah termasuk

jenis akad yang diperbolehkan. Ia berakhir dengan pembatalan salah seorang

dari kedua belah pihak –siapa saja- dengan kematian, gila, atau dibatasi

dengan idiot, hal itu karena ia beraktivitas pada harta orang lain dengan

seizinnya, sehingga ia seperti wakil dan tidak ada bedanya antara sebelum

beraktivitas dan sesudahnya55.

Muḍharabah juga dapat berakhir karena pembatalan (fasakh) atau

pemecatan (‘azl). Akad muḍharabah berakhir apabila salah satu pihak

menyatakan secara sepihak tentang berakhirnya muḍarabah. Akad

muḍharabah berakhir apabila muḍarib mengundurkan diri atau ṣahibul maal

memberhentikan muḍharib sebagai pengelola modal. Pembatalan atau

pengakhiran dari akad muḍharabah termasuk pemakzulan atau pengunduran

diri, berlaku efektif setelah pengakhiran tersebut diketahui pihak yang

berkaitan56.

Selain itu, muḍharabah juga dapat berakhir karena meninggalnya

salah satu pihak yang berakad, baik yang meninggal ṣahibul maal maupun

pihak muḍarib. Hal ini dikarenakan dilihat dari segi sifatnya akad

muḍharabah memiliki kesamaan dengan wakalah yang berakhir karena

54
Jaih Mubarok Hasanudin, Fikih Muamalah Maliyyah: Syirkah dan Mudharabah, cet. II,
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2017), h. 178
55
Ahmad Sarwat, Ensiklopedia, h. 275
56
Jaih Mubarok Hasanudin, Fikih Muamalah, h. 178
40

meninggalnya pihak wakil atau pihak yang mewakilkan (muwakkil). Maka,

jika pemodal meinggal dunia transaksi dalam muḍarabah otomatis juga akan

batal dan berakhir. Jika hal ini sampai terjadi, maka pengelola modal tidak

memiliki hak untuk menggunakan dan memanfaatkan modal. Namun, jika

pengelola tetap memanfaatkan modal tersebut tanpa izin dari ahli warisnya,

maka pengelola modal dianggap telah meng-ghasab dan wajib menanggung

semua modal tersebut57.

B. Mekanisme Bagi Hasil

Dalam sistem bagi hasil muḍharabah terdapat ketentuan pada

pembagian bagi hasil dan pembagian risiko, diantaranya:

1. Kedua belah pihak mendapatkan keuntungan dengan bagian yang

spesifik, dimana bagian masing-masing pihak sesuai dengan prosentase

tertentu.

2. Keuntungan dibagi apabila pemilik modal telah menerima kembali

modal mereka.

3. Pihak yang bekerja dengan usaha yang keras mendapatkan bagian yang

lebih besar dari pihak yang usahanya kurang.

4. Para pihak harus mengemban amanah dengan sebaik-baiknya agar

kerjasama tersebut diridhai oleh Allah SWT.

5. Keuntungan dibagi berdasarkan pada prinsip saling untung dan saling

ridha.

57
Sulaiman al-Faifi, Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq, (Jakarta: Pustaka Al Kautsar,
2009), h. 813
41

6. Hanya usaha yang benar-benar layak saja yang boleh dibiayai, hal ini

dengan tujuan untuk meminimalisir adanya risiko.

Sistem perhitungan bagi hasil yang didasarkan pada pola syariah lebih

menekankan pada keridhaan kedua belah pihak, dimana terdapat beberapa

alternatif yang mungkin terjadi yang digunakan dalam perhitungan porsi

bagi hasil sebagai berikut:

1. Porsi bagi hasil bagian yang sama besar.

2. Porsi bagi hasil atas dasar yang lebih berat kerjanya dan lebih berat

menanggung risiko mendapatkan bagian yang lebih besar.

3. Porsi bagi hasil yang ditentukan sepihak dan disetujui para pihak

ketika akad.

4. Porsi bagi hasil atas dasar perhitungan yang obyektif.

5. Porsi bagi hasil atas dasar pemilik modal mendapatkan bagian yang

lebih besar dari pada pengelola modal.

6. Porsi bagi hasil atasa dasar imbalan kerja dengan prinsip pemberian

bagi hasil dilakukan setelah usaha selesai dijalankan.

Terdapat dua mekanisme bagi hasil di dalam muḍarabah sebagai berikut:

1. Profit and Loss Sharing

Secara bahasa yang dimaksud dengan profit sharing adalah

bagi untung, sementara dalam kamus ekonomi dapat diartikan

sebagai pembagian laba. Berdasarkan pada mekanisme profit

sharing maka perhitungan bagi hasil/laba terdapat pada hasil bersih

dimana total pendapatan tersebut telah dikurangi dengan biaya


42

untuk memperoleh pendapatan tersebut. Profit and loss sharing

memiliki pengertian bahwa keuntungan maupun kerugian yang

mungkin akan timbul dari adanya kegiatan ekonomi akan

ditanggung secara bersama oleh kedua belah pihak58.

2. Revenue Sharing

Revenue sharing memiliki pengertian sebagai pembagian

hasil, penghasilan, atau pendapatan. Dalam kamus ekonomi sendiri

revenue merupakan hasil yang diterima oleh perusahaan atas

penjualan barang maupun jasa yang diperoleh dari penjualan

tersebut. Revenue sharing merupakan bagi hasil dimana pembagian

tersebut dihitung dari total pendapatan pengelola dana. Bagi hasil

dalammekanisme ini adalah bagi hasil yang berdasarkan atas

pendapatan usaha dan tidak ada pengurangan terhadap biaya-biaya

yang timbul59.

58
Muchlis Yahya dan Edy Yusuf Agunggunanto, “Teori Bagi Hasil (Profit and Loss
Sharing) dan Perbankan Syariah dalam Ekonomi Syariah, Jurnal Dinamika Ekonomi
Pembangunan, Vol. 1, No. 1, Juli 2011, h. 67
59
Noni Nuraeni, “Mekanisme Pemberian Imbalan, h. 25
43

BAB III

METODE PENELITIAN

Agar dalam menyusun skripsi berhasil dengan baik diperlukan suatu

metode penelitian yang sesuai dengan permasalahan. Metode penelitian

dipergunakan sebagai sarana untuk memperoleh data-data yang legkap dan

dapat dipercaya kebenaranya. Pembahasan metode penelitian dalam

penulisan skripi ini meliputi:

A. lokasi penelitian

untuk melakukan penelitian, lokasi yang diambil oleh peneliti dalam

penulisan terkait skripsi yaitu, penelitian dilakukan di Kantor Komunitas

Pemuda Krearif Didesa Banyuwangi Kecamatan Banyumas Kabupaten

Pringsewu Lampung serta Divisi pemberdayaan dan Divisi ekonomi60.

B. Jenis penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif. yaitu suatu penelitian yang ditujukan untuk memperoleh data

yang lebih mendalam, mengembangkan teori serta mendeskripsikan realita

fenomena yang ditelti, peristiwa, aktivitas sosial, dan pemikiran orang

secara individu mauapun kelompok.

Alasan peneliti menggunakan metode kualitatif adalah karena

penelitian kualitatif menghasilkan data deskripsi untuk menggambarkan

suatu keadaan yang berjalan pada saat penelitian dilakukan dan jenis

60
Sofyan A.P.Kau, Metode Penelitian Hukum Islam Penuntun Praktis Untuk Penulisan Skripsi
dan Tesis, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2013), h.1.
44

penelitian ini berlandaskan pada pemahaman akan realita sosial berdasarkan

konteknya.sehingga metode kualitatif ini dianggap sesuai untuk penelitian

tentang implementasi akad mudharabah.

Selain itu dasar pemikiran digunakannya metode ini adalah karena

peneliti ingin mengetahui tentang fenomena yang ada dan dalam kondisi

yang alamiah, disamping itu karena peneliti perlu untuk langsung terjun ke

lapangan bersama objek penelitian sehingga jenis penelitian kualitatif

deskripstif kiranya lebih tepat untuk digunakan61.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif untuk

mendeskripsikan permasalahan dan fokus pada penelitian, metode kualitatif

adalah langkah-langkah penelitian sosial untuk mendapatkan data deskriptif

berupa kata-kata ,gambar dan bukan angka –angka. Pemilihan pendekatan

penelitian kualitatif dilakukan agar peneliti menafsirkan dan menjelaskan

data-data yang didapat dari wawancara,observasi,dokumentasi sehingga

mendapatkan jawaban atas sebuah permasalahan dengan rinci dan jelas.

Penelitian ini termasuk penelitian (field reseach) yaitu penelitian yang

dilakukan dalam kehidupan yang sebenarnya. Hakikatnya merupakan

metode untuk menemukan secara khusus dan realita tentang apa yang terjadi

dalam kehidupan62.

61
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah,
(Jakarta: Kencana, 2017), h. 34-35
62
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung : Mandar Maju , 1996),
cet ke VII, h. 32
45

C. Data Dan Sumber Data.

1. Data Primer.

Data primer adalah data yang diperoleh dari responden atau objek

yang di teliti. Yaitu data pokok yang diperoleh dari lapangan secara

langsung. Dalam penelitian ini, data primer yang diperoleh peneliti dengan

melakukan observasi dan wawancara dari pihak-pihak yang terkait dengan

masalah yang diteliti, sehingga penulis dapat memperoleh hasil yang

sebenarnya dari objek yang diteliti melalui informan dari pihak terkait63.

2. Data sekunder.

Data sekunder adalah data yang di dapat dari catatan, buku, majalah,

atau artikel yang terkait dengan topik penelitian dan lain sebagainya.Data

yang diperoleh penelitian ini adalah dari tulisan yang berkaitan dengan

pembahasan penelitian yaitu buku-buku,hasil-hasil penelitian yang

berwujud laporan,dokumen-dokumen,jurnal,internet dan sebagainya yang

mempunyai relevansi yang akan dikaji dalam penelitian64.

D. Tekhnik Pengumpulan Data.

Tujuan diadakan suatu penelitian adalah untuk mendapatkan data,

maka teknik pengumpulan data merupakan kegiatan yang sangat penting

dilakukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

metode wawancara, observasi dan dokumentasi.

63
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakrta :Rineka
Cipta), h. 172
64
Sandu Siyoto dan M. Ali Sodik, Dasar Metodologi..., h. 58.
46

Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah sebagai

berikut:

1. Observasi.

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara melihat dan

mengamati secara langsung hal-hal yang berkaitan dengan objek penelitian.

Observasi bisa juga disebut dengan pengamatan, meliputi kegiatan

pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat

indra Observasi sebagai teknik pengumpulan data data mempunyai ciri yang

spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lainnya Dalam penelitian ini

yang menjadi objek observasi yaitu peternak yang ada di pekon banyuwangi

kecamatan banyumas kabupaten pringsewu65.

2. Wawancara.

Wawancara adalah suatu percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua orang atau lebih yang bersangkutan yaitu

pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data yang

dilakukan langsung berhadapan dengan nara sumber maupun tidak

berhadapan atau memeberikan daftar pertanyaan untuk dijawab secara

sistematik dan berlandaskan pada masalah,tujuan serta hipotesis penelitian.

Pada prakteknya penulis menyediakan daftar pertanyaan untuk diajukan

secara langsung kepada pihak-pihak yang mengetahui tentang masalah

65
Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian..., h.84
47

penelitian dalam hal ini adalah ketua anggota komunitas pemuda kreatif

devisi pelaksanaan kerja dan devisi pengembangan. Sehingga proses

wawancara bisa mengarah kepada data-data yang valid, yang selanjutnya

akan di tinjaun dengan implementasi akad mudharabah66.

3. Dokumentasi.

Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah terjadi. Dokumen

ini bisa berbentuk tulisan, gambar, rekaman, atau karyakarya numental dari

seseorang. Dokumentasi penelitian merupakan dokumen yang diambil atau

yang dilihat oleh peneliti ketika melakukan penelitian.

Selain mengumpulkan data dengan cara observasi dan wawancara,

peneliti juga mengumpulkan data dengan cara melihat dokumen-dokumen

yang berhubungan dengan penelitian ini serta dijadikan alat pengumpul data

dari sumber bahan dokumen resmi, seperti buku, catatan, jurnal-jurnal dan

sebagainya. Peneliti mendokumentasikan hal-hal yang menjadi kelengkapan

penelitian seperti struktur organisasi dan lain sebagainya67.

E. Tekhnik Analisa Data.

Analisis data merupakan rangkaian kegiatan penelaahan,

pengelompokan, sistematisasi, penafsiran dan verifikasi data agar sebuah

fenomena memiliki nilai sosial, akademis dan ilmiah merangkum, memilih

hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema

dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Proses ini dilakukan oleh

66
Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian..., h. 89.
67
Ibid., hlm. 92
48

peneliti secara terus menerus saat melakukan penelitian untuk menghasilkan

catatan-catatan inti dari data yang diperoleh dari hasil penggalian data68.

Hal ini dilakukan dengan alasan data-data yang diperoleh selama

proses penelitian kualitatif biasanya berbentuk naratif, sehingga

memerlukan penyederhanaan tanpa mengurangi isinya serta kesimpulan

menggunakan bahasa yang mudah di cerna atau dipahami oleh masyarakat

dan dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki

dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian. Dalam hal ini

dikemukakan data lapangan tentang implementasi akad mudharabah dan

ketentuan umum menurut hukum islam.

68
Sandu Siyoto, Dasar Metodologi..., h. 100.
49

BAB IV

PEMBAHASAN DAN ANALISA

A. Gambaran Umum Komunitas Pemuda Kreatif (Pekon Banyuwangi


Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu Lampung)

1. Lokasi Penelitian

Dalam menyusun penulisan skripsi ini penulis melakukan

pengambilan data didesa banyuwangi kecamatan banyumas kabupaten

pringsewu, tepatnya di kantor komunitas pemuda kreatif yang terletak di Rt

02/Rw 01.

a) Sejarah Komunitas Pemuda Kreatif


Komunitas pemuda kreatif adalah organisasi non pemerintahan,

nirlaba yang dirumuskan sejak tahun 2012 dan di sahkan berdasarkan

identitas fisik tertulis pada tahun 2013 di desa banyuwangi kecamatan

banyumas kabupaten pringsewu lampung. Komunitas pemuda kreatif

di naungi oleh pemerintahan tingkat kecamatan dan dalam binaan

bapak Suherman selaku ketua dewan kabupaten pringsewu69.

Komunitas ini di gerakan oleh para pemuda pemudi desa yang

memiliki komitmen dan jiwa sosial yang tinggi. Dalam rangka

membantu sesama kepada masyarakat yang membutuhkan serta

membantu pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kegiatan yang dilakukan mencakup hal sosial secara luas, baik dari

segi sosial, pendidikan, kesehatan, kemanusiaan dan keagamaan dan

pemberdayaan masyarakat. sealam masih menemukan kasus yang


69
Aslam Ramadhan,(2015), Penggerak Desa, Banyuwangi Kecamatan Banyumas
Kabupaten Pringsewu Lampung
50

masuk dalam kriteria komunitas tersebut maka dapat menjadi fokus

kegiatan komunitas.

VISI

Meningkatkan kepedulian masyarakat dalam rangka mewujudkan

masyarakat yang sejahtera.

MISI

Memberikan pelatihan dan layanan yang berbasis pada pemberdayaan

masyarakat.

Membangun generasi yang cerdas dan berkarakter yang mencintai

tanah air.

Memberikan kesadaran masyarakat untuk mencintai sesama.

STRATEGI

mengumpulkan dan mengakomodir seluruh potensi sumber daya

manusia yang ada di masyarakat.

Memberikan Pendampingan pendidikan dan kreatifitas.

Menjalin kerja sama dengan lembaga, yayasan, komunitas lain

maupun pemerintahan.

Menyelenggarakan kegiatan berbasis pemberdayaan masyarakat70.

2. Subjek Penelitian

Berdasarkan penelitian, penulis melakukan bedah data kepada

sejumlah anggota komunitas pemuda kreatif yang berperan sebagai

pelaku usaha, dari penelitian dan wawancara penulis dapat

70
Buku monografi komunitas pemuda kreatif november 2016 h..1
51

melampirkan informasi berupa data tertulis fisik dan beberapa riwayat

komunitas pemuda kreatif.

a) Latar Belakang Komunitas Pemuda Kreatif

Yang melatar belakangi berdirinya komunitas pemuda kreatif

adalah upaya dalam mengakomodir seluruh potensi desa yang ada

khusunya di dalam ranah sumber daya manusia, membuatkan tempat

untuk mengekspresikan potensi-potensi disetiap diri di kalangan

pemuda dan pemudi yang ada di desa khususnya di tingkat kecamatan

banyumas umumnya untuk kabupaten pringsewu.

Pada dasarnya komunitas pemuda kreatif berawal dari beberapa

pemuda yang setiap waktunya rutin nongkrong dan membangun

diskusi kecil yang membahas tentang potensi-potensi yang ada didesa

berdiskusi tentang sistem pemerintahan desa dan Hal tersebut

didukung dengan adanya beberapa kasus terkait rencana strategis

pembangunan di tingkat kecamatan. Maka lahirlah pemikiran dan

berinisiatif untuk mengajak pemuda-pemudi bersama-sama bergerak

dan membentuk sebuah komunitas berbasis kemasyarakatan yang sah

secara legitimasi hukum yang bertepatan didesa banyuwangi.71

3. Data penelitian

Dalam penelitian ini penulis dapat melampirkan beberapa data

profil komunitas pemuda kreatif yang peroleh dari hasil wawancara

71
Profil komunitas pemuda kreatif pada tanggal, 28 juli 2022 pukul 16: 00 WIB
52

dengan ketua dan beberapa anggota yang terlibat dalam udaha breeding

kambing, diantaranya yaitu :

a.) Struktur Organisasi Kepengurusan Komunitas Pemuda


Kreatif

Organisasi komunitas pemuda kreatif berada di Pekon

Banyuwangi, Kecamatan Banyumas , Kabupaten Pringsewu, lampung.

komunitas pemuda kreatif berada di central industri genteng tepatnya

didesa banyuwangi. Jumlah anggota di komunitas pemuda kreatif ini

berjumlah 29 orang.

Data Personil di komunitas pemuda kreatif sebagai berikut:

Penasehat : Camat Banyumas

Pengasuh : Suherman

Ketua Umum : Aslam Ramadhan

Sekretaris Umum : Zaenal Abidin

Bendahara Umum : Ridho Sudrajat

Ketua Bidang Organisasi : Basuki Rahmat

Anggota : Ahmad Mufahir

Jumangin

Trifarizal W

Ketua Bidang Perkaderan : Ahmad Burhanudin

Anggota : Bily Dwi Kusuma

Iwan Suhendri

Budi Setiawan
53

Ketua Bidang Pemberdayaan : Toriq aziz

Anggota : Deni Hermawan

Amri Ma’ruf

Imam Safe’i

Ketua Bidang Ekonomi : Kusdianto

Anggota : Aldri Ajas F

Anggi Fitrianto

Teguh setiawan

Ketua Bidang Kominfo : Nurpingi

Anggota : Wawan Susanto

Arif Rahman

Hari Laksono

Hengki Bestarianto

Ketua Bidang Lingkungan : Bambang Setiawan

Anggota : Agung Prasetyo

Teguh Setiawan

Wawan Rianto

Sukarman72

b) Devisi-Devisi Yang Dimiliki Komunitas Pemuda Kreatif Sebagai


Berikut:

1. Divisi Bidang Organisasi

2. Devisi Bidang Perkaderan

3. Devisi Bidang Pemberdayaan

72
Profil komunitas pemuda kreatif pada tanggal, 28 juli 2022 pukul 16: 00 WIB
54

4. Devisi Bidang Ekonomi

5. Devisi Bidang Kominfo

6. Devisi Bidang Lingkungan73

c) Sarana Dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang terdapat di Komunitas pemuda

kreatif diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Sarana komunitas pemuda kreatif dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Kantor Komunitas pemuda kreatif : Permanen

2. Unit Usaha : Permanen74

B. Pembahasan Implementasi Akad Mudharabah Dan Penerapan Bagi


Hasil Dalam Usaha Breeding Kambing (Studi Pada Komunitas Pemuda
Kreatif Pekon Banyuwangi Kecamatan Banyumas Kabupaten
Pringsewu Lampung)

Pelaksanaan pemeliharaan hewan ternak dalam breeding kambing

yang dilakukan oleh komunitas pemuda kreatif dilakukan untuk menunjang

perekonomian anggota secara pribadi dan untuk menghidupi kegiatan-

kegiatan yang di laksankan oleh komunitas pemuda kreatif .

1. Perjanjian Usaha Breeding Kambing Pada Komunitas Pemuda


Kreatif.

Perjanjian pemeliharaan hewan ternak kambing awal mula nya

pemilik kambing datang kerumah kekantor komunitas pemuda kreatif

setelah itu musyawarah dengan para anggota menawarkan kambing

73
Profil komunitas pemuda kreatif pada tanggal, 28 juli 2022 pukul 16: 00 WIB
74
Profil komunitas pemuda kreatif pada tanggal, 28 juli 2022 pukul 16: 00 WIB
55

nya untuk dikelola, dan ketika pengelola menyetujui dengan isi

perjanjian nya yaitu ketika hewan kambing betina tersebut dere maka

jika beranak satu ataupun dua ketika beranak maka akan di bagi dua,

baik beranak satu maupun dua, jika beranak satu ada yang di bagi dua

dan ada yang bergilir, begitupun jika beranak dua maka satu untuk

pemilik dan satu nya untuk pengelola. Begitu pun dengan kambing

Betina tersebut dalam keadaan babon, jika sudah beranak akan

langsung di bagi dua, ketika beranak satu setengah untuk pengelola

dan setengahnya untuk pemilik. Dan ketika beranak dua satu untuk

pengelola satu lagi untuk pemilik.75

Pengelolaan hewan ternak kambing dilakukan di tempat

pengelola dalam pembuatan kandang modal dari pengelola, dalam

proses pembuatanya pihak komunitas pemuda kreatiflah yang

membuat kandang tetapi tidak dikenakan upah jasa pembuatan

kandang. termasuk untuk pembelian kebutuhan-kebutuhan kandang

yang lainya seperti drum untuk tempat pakan fermentasi rumput,

ember dan pakan pendukung seperti onggok singkong dedak dan lain

sebagainya itu dari pengelola modal76.

tugas pengelola hanya mengurus dan merawat seluruh kambing

yang ada, dan mencarikan rumput atau daun-daunan untuk pakan

75
Wawancara dilakukan dengan Bapak Amri ma’ruf selaku pemilik kambing pada
tanggal 14 mei 2022 pukul 15:00
76
Wawancara dilakukan dengan Bapak Amri ma’ruf selaku pemilik kambing pada
tanggal 14 mei 2022 pukul 15:00
56

kambing. Adapun ketika ingin membeli pakan tambahan seperti dedak

atapun onggok singkong dan bahan lainya itu di tanggung oleh

pengelola kambing tetapi tanpa sepengetahuan pemilik kambing, jika

kambing tersebut sakit hanya menggunakan bahan alami yang ada di

sekitar untuk pengobatannya tanpa memanggil dokter hewan.

dalam Pengelolaan breeding kambing tersebut untuk proses

pengembangbiakan sudah memiliki 3 ekor kambing jantan dan 27

ekor kambing betina yang masih dere. Sementara itu, ketika di awal

perjanjian bagi hasil tersebut tidak ada jangka waktu di tentukan

berapa lama pemeliharaan hewan ternak.77

Perjanjian bagi hasil yang dilakukan dalam usaha breeding

kambing, pihak pengelola maupun pemilik harus menunggu bagian

nya ketika hewan kambing tersebut beranak satu dan walaupun

beranak dua akan tetap menunggu bagiannya, contoh kambing

tersebut beranak dua tapi anak tersebut laki-laki dan perempuan maka

pihak pengelola dapat anak laki-laki dan pihak pemilik akan dapat

perempuan, dan jika beranak kembali dan anaknya dua maka pihak

pengelola akan dapat anak perempuan dan pihak pemilik akan

mendapatkan anak laki-laki78.

77
Wawancara dilakukan dengan Bapak Ridho Sudrajat selaku pengelola pada tanggal 12
mei 2022 pukul 15:00
78
Wawancara dilakukan dengan Bapak Ridho Sudrajat selaku pengelola pada tanggal 12
mei 2022 pukul 15:00
57

Kerjasama yang dilakukan baik pemilik maupun pengelola

merasa di untungankan dalam hal bagi hasil hewan ternak kambing.

Dalam pemeliharaan nya Kambing tersebut berada di tempat

pengelola, tugas pengelola mecarikan pakan dan merawat hewan

kambing tersebut sedangkan untuk pemilik hanya menunggu hasil.

Pemelihara yang memelihara hewan ternak kambing tidak melakukan

kawin suntik (memberi benih) tapi melakukan perkawinan alami yaitu

dengan pejantan dan hanya memberi makan daun-daun ataupun

rumput. Dalam pemeliharaan nya pengelola juga menambahkan bahan

makan untuk tambahan yang sifatnya tidak pokok dan tidak di

haruskan karena dengan hanya menggunakan daun-daun ataupun

rumput sudah merasa mencukupi kebutuhan kambing tersebut.

Menurut pemilik hewan maupun pengelola tidak tahu apakah

bagi hasilnya sudah sesuai dengan ketentuan Islam atau tidak, karena

pengelola maupun pemilik hewan hanya merubah sedikit tradisi yang

ada di masyarakat yaitu pembagian anak dere dan masih kurang

paham untuk perjanjian bagi hasil menurut Islam itu seperti apa79.

Dari masalah tersebut maka dapat di analisa terkait sistem bagi

hasil yang di lakukan oleh komunitas pemuda kreatif menurut peneliti

masih kurang sesuai dengan Ekonomi Syariah yaitu hanya

Menggunakan perjanjian lisan, tanpa adanya surat-menyurat.

79
Wawancara dilakukan dengan Bapak Ridho Sudrajat selaku pengelola pada tanggal 12
mei 2022 pukul 15:00
58

Dalam bagi hasilnya tidak ada perhitungan terlebih dahulu untuk

keperluan atau pengeluaran yang dilakukan oleh pengelola untuk

hewan ternak, seperti penambahan makanan (dedak, maupun ampas

singkong) jika di hitung per tahun untuk menggunakan pakan

tambahan seperti dedak. jika satu karung isi 50 Kg, dan 1 kg seharga

Rp. 3.000 maka 50 kg x Rp. 3.000 = Rp. 150.000 hanya Dipakai 1

bulan, jika satu tahun maka 12 bulan x Rp. 150.000 = 1.800.000

demikian pengeluaran untuk menggunakan bahan tambahan dedak.

Sedangkan jika menggunakan ampas singkong (onggok) maka, 1 ton

seharga Rp. 300.000 hanya di pakai 1 bulan jika 12 bulan berarti

pengeluaranya sebesar 3.600.000 maka Jika dihitung terlebih dahulu

keperluan atau makanan tambahan itu akan terasa lebih baik dalam

bagi hasil diantara kedua belah pihak80.

Dalam proses pembuatan kandang untuk kebutuhan biaya

pembuatan dengan ukuran 1 unit kandang dengan panjang 12 meter

lebar 1,8 meter membutuhkan biaya 8.000.000 jika 2 unit berarti

16.000.000 Dan untuk permodalan untuk kandang baik itu proses

pembuatan kandang tidak melibatkan pemilik kambing, termasuk

untuk pembelian drum untuk pakan fermentasi modalnya bukan dari

pemilik kambing, padahal drum plastik di pasaran umumya diharga

kisaran 180.000 per drum, jika pengelola membutuhkan sepuluh drum

80
Wawancara dilakukan dengan Bapak Ridho Sudrajat selaku pengelola pada tanggal 12
mei 2022 pukul 15:00
59

plastik berarti 180.000 x 10 = 1.800.000 artinya jika modal drum

plastik ini di hitung terlebih dahulu maka akan menjadi terasa lebih

baik81.

C. Analisa

Dalam hukum Islam, tidak ada dalil khusus yang mengatur mengenai

kerjasama dalam hal pemeliharaan hewan ternak. Tetapi, ada dalil yang

mengatur mengenai kerjasama dalam hal pengelolaan modal yang memiliki

tujuan untuk mendapatkan keuntungan, yaitu muḍharabah. Muḍharabah

memiliki pengertian seseorang yang menyerahkan modal kepada orang lain

untuk diperdagangkan dan keuntungan dibagi bersama82. Praktik

muḍharabah memiliki pengertian apabila seseorang menyerahkan harta

kepada orang lain untuk dikelolanya dan keuntungan dibagi diantara

keduanya sesuai kesepakatan berdua.83

Breeding kambing merupakan kerjasama antara pemilik kambing dan

pengelola kambing dengan obyek kambing sebagai modal dengan

kesepakatan bagi hasil. Dalam Islam kerjasama tersebut dapat disebut

sebagai muḍharabah. Kerjasama tersebut di qiyas kan dalam bahasa

muamalah yakni muḍharabah dengan mencakup seluruh rukunnya.

81
Wawancara dilakukan dengan Bapak Ridho Sudrajat selaku pengelola pada tanggal 12
mei 2022 pukul 15:00
82
Syikh al-‘Allamah Muhammad, Rahmad al-Ummah fi Ikhtilaf al-A’immah: Fiqih
Empat Mazhab (Cet 15). (Terj).(ed). Terjemahan oleh: ‘Abdullah Zaki Alkaf, (Bandung: Hasyimi,
2014), h. 275.
83
Jaribah Al-Haritsi, Al-Fiqh Al-Iqtishadi Li Amiril Mukminin Umar Ibnu Al-Khaththab:
Fikih Ekonomi Umar bin Al-Khathab (Cet 1). (Terj.).(ed). Terjemahan oleh: Asmuni Solihan
Zamakhsyari, editor: Muhammad Ihsan, (Jakarta: Khalifa (Pustaka al-Kautsar Grup, 2003), h. 96
60

Praktik kerja sama breeding kambing tersebut merupakan jenis

muḍharabah muqayyadah, dimana pemodal memberikan ketentuan usaha

kepada pengelola, baik berupa jenis usaha, waktu, maupun tempat. Hanya

saja, memang modal tersebut dalam bentuk barang, yakni berupa seekor

kambing.

Rukun dalam muḍharabah terdiri dari pelaku, objek transaksi, sighat.

Dalam kerjasama breeding kambing ini, wujud rukun tersebut berupa

pemilik kambing sebagai ṣahibul mal dan pengelola kambing sebagai

muḍharib bertindak sebagai pelaku dalam kerjasama ini. Obyek transaksi

terdiri dari modal, jenis usaha dan bagi hasil. Dalam kerjasama ini, kambing

sebagai modal awal. Kemudian, yang terakhir adanya ijab qabul antara

pemilik kambing dengan penggaduh sebagai shigat dalam kerjasama.

Pelaku dalam praktek breeding kambing sebagai ṣahibul mal, yaitu

orang yang memiliki modal. Sedangkan peternak kambing sebagai

pengelola usaha, yakni orang yang menyerahkan tenaganya untuk

mengelola kambing-kambing yang telah diserahkan oleh pemilik kambing

sebagai modal dalam kerjasama yang dilakukan antara pemilik kambing

dengan pengelola kambing yang disebut dengan kerjasama breeding

kambing. Hal ini sesuai dengan teori dalam muḍharabah yang terdiri dari

ṣahibul mal dan muḍarib.

Obyek transaksi dalam muḍharabah terdiri dari tiga hal, yaitu modal,

jenis usaha, dan akad. Teori muḍharabah menyebutkan bahwa modal harus

berupa barang, uang dan/atau barang yang berharga. Sementara dalam


61

praktik breeding kambing yang dilakukan oleh Komunitas Pemuda Kreatif,

modal berupa barang yaitu seekor kambing. Kambing tersebut diserahkan

pemilik kambing kepada Komunitas Pemuda Kreatif yang dipercaya untuk

mengelolanya. Jenis kambing yang menjadi obyek kerjasama adalah jenis

kambing domba garut, baik jantan maupun betina. Perbedaan dalam usaha

tersebut adalah pengembangbiakan untuk kambing betina.

Dalam usaha Breeding kambing itu sendiri modal awal tidak diketahui

dengan pasti. Hal ini dikarenakan pihak pemodal melakukan penyerahan

modal langsung dalam bentuk kambing. Para pemilik kambing juga tidak

menyebutkan berapa harga dasar kambing tersebut kepada pengelola usaha.

Sehingga modal awal/harga dasar maal tidak diketahui dengan jelas,

dikarenakan harga kambing sendiri juga mengalami naik turun harga yang

tidak tetap.

Dalam usaha Breeding kambing tersebut untuk Modal kandang dan

proses pembuatan kandang serta sarana dan prasana lainya seperti

pembelian untuk drum plastik untuk pakan fermentasi pembelian ember

untuk tempat dan pembelian obat-obatan lainya bukan dari pemodal dalam

hal ini shohibul mal melainkna dari mudharib yaitu selaku pelaku usaha.

Berdasarkan hal di atas, tentu belum sesuai dengan teori dalam

muḍharabah yang menyebutkan bahwa jumlah modal dalam sebuah akad

muḍharabah harus dinyatakan dengan pasti. Hal ini bertujuan untuk

membedakan antara modal awal dan keuntungan yang diperoleh84.

84
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), h.195
62

Pada praktik kerjasama breeding kambing ini modal tersebut belum

sepenuhnya berasal dari pemilik modal dalam hal ini Shohibul Maal. Dan

pengelola modal tidak hanya memberikan modal berupa tenaga saja, tetapi

juga mengeluarkan biaya-biaya lain sebagai modal untuk kerjasama ini.

Biaya yang dikeluarkan pengelola modal berupa biaya untuk pembelian

drum palstik untuk tempat pakan fermentasi, pembelian ember untuk tempat

minum pakan tambahan sperti onggok singkong dan dedak, dan juga biaya-

biaya lain yang dikeluarkan jika kambing tesebut mengalami sakit secara

tiba-tiba dan bukan disebabkan oleh kesalahan dari pengelola modal dan

dalam pembuatan kandang tenaga pengelola tidak dihitung. Hal ini juga

tidak sesuai dengan teori dalam mudharabah, yakni kerjasama pemilik

modal dengan pengelola modal. Dimana pemilik modal menyerahkan

modalnya hanya berupa kambing untuk kerjasama tersebut dan pengelola

modal menyerahkan tenaganya sebagai modal dalam kerjasama tersebut.

Dalam teorinya, modal awal harus sepenuhnya berasal dari pemilik

modal (ṣahibul maal) dan pengelola modal tidak mengeluarkan biaya lain

sebagai modal selain tenaga dalam kerjasama muḍharabah. Hal ini

sebagaimana pendapat Imam Hanafi dan Maliki yang menyebutkan bahwa

apabila pelaksana kerja bepergian untuk kepentingan perdagangan yang

memerlukan biaya, maka belanjanya (keperluannya) diambilkan dari harta

qiraḍ.85

85
Syaikh al-‘Allamah Muhammad, Rahmad al-Ummah fi Ikhtilaf al-A’immah: Fiqih
Empar Mazhab (Cet 15). (Terj).(ed). Terjemahan oleh: ‘Abdullah Zaki Alkaf, (Bandung: Hasyimi,
2014), h. 276.
63

Akad dalam kerjasama breeding kambing terjadi ketika para pihak

saling bersepakat untuk melakukan kerjasama. Akad tersebut diawali

dengan ucapan dari pemilik kambing, “aku nduwe wedhus, tak ingokke

neng sampeyan yo” dan diikuti dengan perkataan dari penggaduh, “yo ora

opo-opo, tak openane wae kene”.Berdasarkan percakapan tersebut, maka

terjadilah akad yang sah antara para pihak karena telah bersepakat untuk

melakukan kerjasama breeding kambing ini.

Sementara dalam praktik breeding kambing pembagian bagi hasil

ditentukan bersama oleh pemilik kambing sebagai ṣahibul mal dan

pengelola kambing sebagai mudharib. Hal ini sudah sesuai dengan bagi

hasil dalam muḍharabah, dimana dalam muḍharabah pembagian bagi hasil

ditentukan ketika modal awal telah kembali dan bagian masing-masing

pihak ditentukan dengan persentase.

Dalam muḍharabah keuntungan harus diketahui dengan jelas. Di

mana dalam transaksi tersebut dijelaskan secara tegas mengenai prosentase

tertentu bagi pemilik modal maupun pengelola modal. Keuntungan tersebut

juga dibagikan dengan prosentase yang merata, seperti setengah, sepertiga,

seperempat atau sejenisnya. Jika ditetapkan sejumlah keuntungan pasti bagi

salah satu pihak dan pihak lain hanya memperoleh sisa keuntungan tersebut,

maka keuntungan tersebut tidak sah. Jika pemilik modal memberikan syarat

prosentase tertentu dari modalnya yang tidak terkait dengan usaha ini, maka

kerjasama ini akan rusak. Hal ini berarti mengkompromikan antara usaha

melalui sistem penanaman modal dengan usaha berbasis riba.


64

Kerjasama breeding kambing termasuk kategori profit sharing,

dimana bagi hasil dilakukan setelah modal awal telah kembali kepada

pemilik modal. Dimana pembagian bagi hasil yang dilakukan dengan cara

membagi laba/keuntungan yang telah diperoleh selama melakukan

kerjasama. Dalam teori profit sharing, modal awal harus telah kembali

kepada pemilik modal sehingga dari hasil tersebut akan diketahui

keuntungan yang telah diperoleh. Keuntungan tersebut pada umumnya

dibagi kepada para pihak berdasarkan pada persentase yang telah disepakati

kedua belah pihak. Dalam praktik breeding kambing pada komunitas

pemuda kreatif, bagi hasil tersebut dapat berupa uang maupun peranakan

dari kambing yang telah dipelihara. Pembagian bagi hasil dalam bentuk

uang terjadi apabila kambing yang dijadikan obyek adalah kambing jantan,

kambing betina yang tidak bisa beranak, atau peranakan kambing yang

hanya berjumlah satu saja. Di komunitas pemuda kreatif, bagi hasil

berdasarkan uang ini pada umumnya ditentukan bersama oleh pemilik

kambing sebagai ṣahibul maal. Dimana setelah kambing yang dipelihara

dijual ia kemudian memberikan sejumlah uang kepada pengelola tanpa

menyebutkan modal awal yang telah dikeluarkan. Pada saat pembagian bagi

hasil tersebut, biaya-biaya lain yang telah dikeluarkan oleh pengelola

kambing juga tidak mendapatkan ganti dari pemilik kambing. Sementara

bagi hasil dalam bentuk kambing, jika peranakan kambing tersebut lebih

dari satu, misalkan saja dua, maka masing-masing pemilik kambing dan

pengelola mendapatkan satu peranakan kambing tersebut.


65

Berdasarkan uraian di atas, pelaksanaan kerjasama breeding kambing

pada komunitas pemuda kreatif sesuai dengan rukun muḍharabah. Namun,

berdasarkan pada observasi yang telah penulis lakukan, kerjasama breeding

kambing ini belum sepenuhnya memenuhi syarat-syarat yang terdapat dalam

rukun muḍharabah. Masih terdapat beberapa syarat yang tidak sesuai,

seperti modal pokok awal yang dikeluarkan tidak jelas sehingga

berpengaruh pada kejelasan bagi hasil yang dilaksanakan.

Berdasarkan hal tersebut, maka dalam pelaksanaannya kerjasama

breeding kambing ini memerlukan akad yang lebih jelas, seperti

menyebutkan modal pokok awal pembelian kambing modal kandang dan

sarana prasarana lainya dan persentase bagi hasil antara kedua belah pihak.

Hal ini bertujuan untuk menghidari hal-hal yang merugikan dan tidak

diinginkan dalam pelaksanaan kerjasama ini. Tanpa adanya kejelasan pada

ketentuan awal akad, maka dalam akad tersebut akan terdapat unsur gharar

atau ketidak pastian pada saat pembagian keuntungan, sehingga

mengakibatkan akad tersebut menjadi cacat.

Salah satu syarat fasad atau tidak benar dalam muḍharabah yaitu

syarat yang berakibat tidak jelasnya keuntungan. Misalnya saja

mensyaratkan bagian keuntungan yang tidak jelas kepada pengelola atau

mensyaratkan keuntungan satu dari dua usaha yang dikelola, keuntungan

usaha ini untuk pemilik modal dan yang satunya untuk pengelola atau juga

menentukan nilai satuan uang tertentu sebagai keuntungan. Syarat ini

disepakati kerusakannya karena mengakibatkan keuntungan yang tidak jelas


66

dari salah satu pihak atau malah tidak mendapatkan keuntungan sama sekali

sehingga akadnya batal.


67

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan pada

komunitas pemuda kreatif pekon banyuwangi kecamatan banyumas

kabupaten pringsewu lampung, mengenai Akad Mudharabah dalam

Implementasi akad Mudharabah dalam usaha Breeding kambing, baik

kepada pemilik kambing maupun pegelola kambing, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Praktik breeding kambing pada komunitas pemuda kreatif

menggunakan kambing sebagai modal awal. Dimana dalam mekanisme

bagi hasilnya dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan uang

maupun peranakan kambing yang telah dikelola. Dalam praktiknya

modal tidak sepenuhnya berasal dari pemilik kambing karena ada biaya

lain yang di keluarkan oleh pengelola modal tersebut.

2. Ditinjau dari akad muḍharabah, praktik ini telah memenuhi rukun

dalam mudharabah dan termasuk ke dalam muḍharabah muqyyadah

karena ada pembatasan atau penentuan usaha dari pihak pemilik modal,

baik dari segi jenis usaha, tempat maupun waktu sehingga pengelola

memiliki kebebasan penuh dalam mengelola modal yang telah

diberikan. Namun, praktik ini belum memenuhi syarat-syarat dalam

muḍharabah, seperti modal tidak sepenuhnya dari pemilik modal

dikarenakan adanya biaya lain yang dikeluarkan oleh pengelola untuk


68

pembelian pakan tambahan, biaya obat ketika kambing sakit drum

plastik dan ember untuk tempat minum. Dimana biaya yang dikeluarkan

oleh pengelola tidak ada penggantian dari pihak pemilik modal. Selain

itu, juga dalam pembagian bagi hasil sudah sesuai dengan kesepakatan

dan menggunakan prosentase sehingga hal tersebut menyebabkan akad

dalam kerjasama ini menjadi sah atau memenuhi salah satu syarat akad

yaitu adanya kejelasan.

B Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka berikut beberapa saran yang

dapat peneliti sampaikan:

1. Pada saat akad sebaiknya ada ketentuan maupun akad yang jelas

mengenai kerjasama breeding kambing ini, baik dari segi modal hingga

pada bagi hasil. Akan lebih baik jika akad tersebut tidak hanya secara

lisan tetapi juga dicatatkan hal ini untuk mengetahui lebih jelas tentang

modal awal dikarenakan harga kambing juga dapat berubah-ubah. Hal ini

bertujuan agar tidak ada gharar dalam akad yang dilaksanakan oleh

pemilik kambing dengan pengelola dan tidak mengakibatkan akad

tersebut menjadi cacat.

2. Saran dari peneliti kepada komunitas pemuda kreatif agar supaya dalam

pelaksaan breeding kambing sebaiknya menggunakan akad mudharabah

yaitu pihak pertama sebagai pemodal (shabul maal) dan pihak kedua

sebagai penyedia tenaga/keahlian (mudharib) supaya dalam melaksanakan

usaha lebih jelas status hukum secara syari’ah teori apa yang di gunakan.
69

Daftar Pustaka

Buku Dan Kitab

Ahmad Isya, Asyur. (1995) Fikih Islam Praktis Bab Muamalah. solo: CV Pustaka
Mantiq.

Ahmad Saiful Umam. (2019) Skripsi. Implementasi Sistem Bagi Hasil Ternak
Sapi Di Timjau Dengan Akad Mudharabah. Surabaya: UIN Sunan Ampel.

Al-Kahlani, Muhammad bin Ismail. (1960). Subul As-Salam. Mahkatabah Wa


Mathba'ah Musthafa Al-Babiy Al-Halabi.

Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian.

Departemen Agama RI.(2008) Al-Qur'an dan Terjemahanya. Jakarta: Widya


Cahya.

Faifi, Sulaiman Al. (2009). Ringkasan Fiqih Sunnah Sayyid Sabiq. Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar.

Fiqih Muamalah Klasik dan Kontemporer. Bogor: Galia, 2012.

Hasanudin, Jaih Mubarok. (2017). Fikih Muamalah Maliyyah Syirkah dan


Mudharabah. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin. (2000). Fiqih Madzhab Syafi’i (Edisi Lengkap)
Buku 2: Muamalat, Munakahat, Jinayah, Bandung: Pustaka Setia.

Kasmir. (2002). Bank Dan Lembaga Keuangan Syari'ah. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Kartini Kartono. (1996) Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung : Mandar


Maju, cet ke VII.

Madani.(2009). Pusat Pengkajian Hukum Islam dan Masyarakat. Kompilasi


Hukum Ekonomi Syari'ah. Depok: Kencana.

Mardani. (2011). Fiqih Ekonomi Syari'ah. Jakarta: Kencana.

Maruta, Heru. (2016). "Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita." AKad Mudharabah


Musyrakah dan Murabahah serta aplikasinya dalam Masyarakat, 2016.

Melinda. (2019).Skripsi. Tinjauan Hukum Islam Tentang Praktek Kerja Sama


Bagi Hasil Antara Pemilik Modal Dengan Pengelola. Fakultas Syari'ah
UIN Raden Intan Lampung.
70

Muhamad. (2004). Tekhnik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank
Syari'ah . Yogyakarta: UUI press.

Muhammad, Syikh Al- Alamah. (2014). "Rahmad Al-Ummah fi Ikhtilaf Al-


A'immah." In Fiqih Empat Mazhab, by Abdullah Zaki Terjemahan oleh
Alkaf, 275. Bandung: Hasyimi.

Muhammad. (2008). Manajemen Pembiayaan Mudharabah Di Bank Syari'ah.


Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Muklis Yahya, Edi Agunggunanto. (2011) "Teori Bagi Hasil (profit and lost
sharing) dan Perbankan Syari'ah Ekonomi Syari'ah." Jurnal Dinamika
Ekonomi Pembangunan.

Muslih, Abdullah.(2004) Fiqih Ekonomi Keuangan Islam. Jakarta: Darul Haq.

Mustafa, Ahmad. (2003)Etika Bisnis Islam. Yogyakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Mardani, (2012)Fiqh Ekonomi Syari’ah : Fiqh Muamalah, (Jakarta: Kencana


Prenada Media Group.

Muhammad, Konstruksi Mudharabah.

Maulana Hasanudin dan Jaih Mubarok,2012 Perkembangan Akad Musyarakah,


Jakarta: Kencana.

Nawawi, Ismail. (2012)Fiqih Muamalah Klasik dan Kontemporer. Bogor: Galia


Indonesia.

Pembiayaan Mudharabah." Akad Mudharabah, 2008.

Perpustakaan Mahkamah Agung Buku II Tentang Akad, Kompilasi Hukum


Ekonomi Syari'ah.

Pusat Pengkajian Hukum Islam dan Masyarakat Madani Kompilasi Hukum


Ekonomi Syari'ah. Depok: Kencana, 2009.

Sarwat, Ahmad. (2008) Ensiklopedia Fikih Muamalat Indonesia. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.

Shalah Ash-Shawi. (2008)Abullah Muslih. Fiqih Keuangan Syari'ah Islam.


Jakarta: Darul Haq.

Suhendi, Hendi. (2002)Fiqih Muamalah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


71

Suwikyo, Dwi. (2009)kompilasi tafsir ayat-ayat ekonomi syari'ah. yogyakarta:


pustaka pelajar.

Syafi'i Antonio. (2001). Bank Syaaria'ah suatu pengenalan umum. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakrta


:Rineka Cipta).

Sofyan A.P.Kau, (2013) Metode Penelitian Hukum Islam Penuntun Praktis Untuk
Penulisan Skripsi dan Tesis,Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakrta


:Rineka Cipta).

Sandu Siyoto dan M. Ali Sodik, Dasar Metodologi.

Tria Kusuma Wardani. (2018) Skripsi. Tinjauan Hukum Islam Tentang Bagi Hasil
Dalam Kerja Sama Pengembangan Ternak Sapi. UIN Raden Intan
Lampung.

Zaid, Abd. Al-Rahman Mun'im Abu. "Al Mudharabah Wa Tatbiqatuha Al-


Amaliyah fi Al Mashaeif Al-Islamiyah." Cetakan Pertama,Edisi Bahasa
Arab, Al-Ma'had Al- Alami Li Al-Fikri Al Islami, 1417 H /1996: 21.

Undang - Undang

Fatwa DSN-MUI Nomor 115/DSN-MUI/IX/2017 Tentang Akad Mudharabah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1967 Tentang Ketentuan-


Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Wawancara

Amri Ma’ruf Oleh Zainal Abidin, Pada Hari Sabtu 14 Mei 2022 Pukul 16:00
WIB Tentang Akad Dan Penyerahan Kambing Kepada Pengelola Di
Komunitas Pemuda Kreatif.
Ridho Sudrajat Oleh Zainal Abidin. Pada Hari Selasa 12 Mei 2022 Pukul 15:00
WIB Tentang Tekhnik Manajemen Pengelolaan Kandang.

Aslam Ramadhan Oleh Zainal Abidin, Pada Hari Rabu 13 Mei 2022 Pukul 19:00
WIB Tentang Sejarah Komunitas Pemuda Kreatif.
72

Internet

http://www.Dosenpendidikan.co.id/implementasi
diakses pada tanggal 27 April 2022 pukul 22:18 wib
http://pengertiandefinisi.com/pemegertian-usaha-dalam-berbagai-bidang
diakses pada tanggal 27 april 2022 pukul 22:45 WIB

https://fermenhiprofeed.com/artikel/istilah-istilah-dalam-peternakan ruminansia
diakases pada tanggal 27 april 2022 pukul 22:50 WIB

https://pippeternakan.pertanian.go.id/site/detail/5
diakses pada tanggal 27 april 2022 pukul 22:58
73

Lampiran

Lampiran 1
Transkip Wawancara Dengan Ketua Komunitas Pemuda Kreatif
Apa yang melatarbelakangi anda untuk membuat sebuah komunitas?
Jawaban : saya terinpirasi dengan kalimat membangun indonesia dari
desa, maka dari itu saya berdiskusi dengan kawan-kawan pemuda yang
ada didesa akhirnya dari hasil diskusi itu pada tahun 2012 kami merumus
komunitas dan kami beri nama komunitas pemuda kreatif dan pada tahun
2013 kami buat surat keterangan dari notaris.dan alhamdulillah dalam
perjalanan komunitas ini kita sudah pembaruan SK di tahun 2016.

Apa tujuan awal dari komunitas pemuda kreatif?


Jawaban : tujuanya yaa untuk mengakomodir segala potensi yang ada di
desa banyuwangi ini, baik itu dari segi sumber daya manusianya maupun
dari segala sumber daya alamnya.

Selain dari visi dan misi tersebut apakah ada kaitanya antara komunitas
pemuda kreatif dengan pemerintahan baik itu pemerintahan pekon
maupun pemerintahan di tingkat kecamatan?
Jawaban : ya tentu, ,, jelas secara aturan hukum komunitas pemuda
kreatif sudah terarsipkan dalam bentuk dokumen di desa dan di
kecamatan, dalam hal ini juga pembina dari ketua dewan kabupaten
pringsewu yaitu pak suherman, selain itu kami juga sebagai pengamat
pemerintahan dan juga terlibat dalam setiap kegiatan-kegiatan yang ada
di kecamatan banyumas ini.

Lampiran 2
Transkip Wawancara Dengan Pemilik Kambing:

Apa yang saudara ketahui tentang breeding kambing?


Jawaban : Yang saya tahu tentang breeding kambing yaitu, saya memiliki
kambing kemudian kambing itu saya titipkan ke orang lain untuk di
kembang biakan. Dari hal itu nanti ada bagi hasil.

Apa alasan saudara melakukan kerja breeding kambing saudara kepada


orang lain? Jawaban : Saya tidak memiliki tempat untuk memelihara
kambing tersebut. Saya juga tidak memiliki waktu untuk memeliharanya,
apalagi mencari makan untuk kambing tersebut. Jadi, ya, saya kerja sama
saja daripada kambing itu tidak terurus.

Bagaimana akad yang saudara lakukan dengan pengelola kambing?


Jawaban : Kalau untuk akadnya, ya, berawal dari ucapan saya ke
pengelola. Saya menawarkan apakah mereka bersedia atau tidak untuk
memelihara kambing saya. Jika pengelola bersedia, maka kambing itu
bisa langsung saya antarkan ke tempat pengelola.
74

Dalam bentuk apa modal awal yang saudara berikan kepada pengelola?
Jawaban : Modalnya langsung kambing, kalau disini (di Desa) umumnya
memang langsung kambing, jadi jarang sekali ada yang memberikan
modal uang untuk pengelola.

Bagaimana pembagian bagi hasilnya? Jawaban : Bagi hasilnya nanti bisa


dengan uang atau kambing setelah beranak. Kambing dere ataupun udah
babon pembagianya 50:50 Bagi hasil yang menggunkan uang berarti
kambingnya harus dijual dulu, baru kemudian nanti pemilik kambing
memberikan uang kepada pengelola. Besaran uang yang diberikan
tergantung pemiliknya.Jika besaran uang tergantung pemiliknya.

apakah perhitungannya menggunakan prosentase? Jawaban : Tidak


berdasarkan prosentase. Biasanya terserah pemilik mau memberikan
berapa jumlah uangnya kepada pengelola.

Berapa lama jangka waktu nggaduh kambing? Jawaban : Tidak ada


jangka waktu, semampunya si pengelola. Tapi nanti kalau si pengelola
sudah tidak ingin memelihara lagi ya kita bisa jual kambingnya.

Lampiran 3
Transkip Wawancara Dengan Pengelola Kambing:

Apa yang saudara ketahui tentang breeding kambing?


Jawaban : itu setahu saya ternak. Jadi, kalau yang dikelola adalah
kambing, artinya ya saya memelihara kambing tersebut dan setelahnya
saya mendapatkan bagi hasil.

Apa alasan saudara melakukan kerjasama breeding kambing? Jawaban :


Sebagai pemasukan tambahan. Saya kan petani anggota komunitas
pemuda kreatif, jadi dengan ikut mengelola itu ya sedikit membantu
ketika sudah ada bagi hasilnya.

Bagaimana akad yang dilakukan oleh komunitas pemuda kreatif ketika


melakukan kerja sama breeding kambing? Jawaban: Biasany diawali
dengan ucapan dari pemilik kambing begini, “aku nduwe wedhus tak
titipke sampeyan yo” atau bisa juga begini, “aku nduwe wedhus, gelem
ngopeni opo ora?”. Terus nanti ya ngalir aja.

Apakah pemilik kambing menyebutkan modal awal yang dikeluarkan


untuk membeli kambing tersebut kepada saudara? Jawaban : Pemilik
kambing tidak menyebutkan modal awalnya karena biasanya memang
modalnya langsung bentuk kambing.
75

Apa perbedaan nggaduh kambing jantan dengan betina? Jawaban : kalau


kambing jantan untuk paceknya, sementara kambing betina untuk
perkembangbiakan. Kalau bagi hasilnya, kambing jantan harus dijual
dulu, setelah mendapatkan uang dari penjualan itu pemilik kambing
memberikan uang kepada saya. Sementara kambing betina, kalau nanti
kambing tersebut beranak yang lahir pertama menjadi milik saya,
sementara kambing kedua yang lahir jadi milik pemilik, begitu
seterusnya.

Bagaimana pembagian keuntungan? Jawaban : Ya, seperti yang saya


bilang tadi. Bisa uang bisa anak kambing.

Siapa yang menanggung risiko jika terjadi kerugian, misal


kematian?Jawaban : Yang menanggung pemiliknya, kalau kambingnya
mati saya juga tidak dapat bagi hasil. Tapi ada beberapa pemilik yang
tetap memberikan uang kepada pengelola sebagai imbalan selama
ngopeni kambing tersebut. Jadi, ya, beda-beda. Tergantung pemiliknya.

Siapa yang menanggung biaya pengobatan saat kambing tersebut sakit?


Jawaban : Kalau kambingnya sakit, saya (pengelola) yang menanggung
biayanya. Bisa untuk membelikan obat, atau kalau memang obatnya tidak
bekerja bisa juga untuk membayar dokter hewan.

Adakah biaya lain yang saudara keluarkan untuk nggaduh kambing?


Jawaban : Ada, biaya untuk pakan tabahan dan perlengkapan lainnya.

Apakah biaya yang anda keluarkan tersebut mendapat ganti dari pemilik
kambing ketika akan melakukan bagi hasil? Jawaban : Tidak ada. Jadi
biaya yang saya keluarkan tidak mendapat ganti dari pemilik.
76

Lampiran 4

Buku Monografi Surat Keterangan Domisili Komunitas Pemuda


Kreatif
77

Lampiran 5

Buku Monografi Struktur Komunitas Pemuda kreatif tahun 2013


78

Lampiran 6

Buku Monografi Pembaruan Struktur Komunitas Pemuda Kreatif


79

Lampiran 7

Surat Keterangan Komunitas Pemuda Kreatif Dari Notaris


80
81
82
83

Lampiran 8

Dokumenntasi Foto Wawancara

Bapak Amri selaku pemilik kambing

Lampiran 9
Foto Dokumentasi Wawancara Dengan Pengelola Kambing

Bapak Ridho sudrajat pengelola kambing


84

Diskusi rutinan komunitas pemuda kreatif

Kambing jenis gembel/gibas


85

Lampiran 10
Foto lokasi kandang kambing
86

Lampiran 11
Foto drum tempat pengolahan pakan kambing
87

Lampiran 12
Pengolahan pakan kambing/fermentasi

Pengolahan rumput yang di fermentasi

Lampiran 13
Rekonstruksi Bangunan Kandang Berdasarkan Analisa Perhitungan
Kader Teknik
88
89

Lampiran 14
Rencana Anggaran Belanja (RAB) Bahan Pembuatan Kandang

Keterangan : Kebutuhan material kayu untuk satu unit kandang. kaso


4x8=23 buah kaso 4x4 =35 buah reng 2x3= 107 buah balok
8x12=8 buah

Rumus perhitungan : kubikasi log P x L x T di bagi volume 10.000m3


quefisien 0,7854

Anda mungkin juga menyukai