Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA

Dosen Pengampu :

Aida Novitasari, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :

Kelompok 9 Reguler A

1. Aisyah Lutfiyanti (P27820122004)


2. Devi Edianingrat (P27820122017)
3. Mella Nanda Salsa Mevia (P27820122030)
4. Ria Meliana (P27820122042)
5. Salsa Bila Dwi Lukita (P27820122045)

TINGKAT 2 SEMESTER 4 DIII KEPERAWATAN SUTOMO

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA

TAHUN AJARAN 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Makalah Asuhan Keperawatan
Pneumonia” dengan baik dan lancar tanpa kendala. Makalah ini disusun sebagai salah satu bentuk
pemenuhan tugas mata kuliah Keperawatan Anak, Kelas Reguler A, Politeknik Kesehatan
Kemenkes Surabaya. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa


2. Ibu Aida Novitasari, S.Kep.,Ns.,M.Kep
3. Teman-teman Anggota Kelompok 9 Kelas Reguler A, Program Studi DIII Keperawatan
Soetomo

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, Penulis berharap kritik dan saran demi kesempurnaan pembuatan makalah di masa
yang akan datang. Akhirnya, Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
umumnya masyarakat dan mahasiswa Jurusan Kesehatan Surabaya.

Surabaya, 24 Januari2024

Penulis

2
DAFTAR ISI

BAB I ................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 5
1.3 Tujuan ............................................................................................................... 5
1.4 Manfaat ............................................................................................................. 5
BAB II .............................................................................................................................. 7
PEMBAHASAN .............................................................................................................. 7
2.1 Pengertian Pneumonia ..................................................................................... 7
2.2 Etilogi Pneumonia ............................................................................................ 8
2.3 Klasifikasi Pneumonia ..................................................................................... 8
2.4 Manifestasi Pneumonia .................................................................................... 9
2.5 Pemeriksaan Penunjang Pneumonia ............................................................ 10
2.6 Penatalaksanaan Pneumonia ........................................................................ 10
2.7 Patofisiologi Pneumonia ................................................................................ 11
2.8 Pathway Pneumonia....................................................................................... 13
2.9 Asuhan Keperawatan Pneumonia ................................................................ 14
BAB III........................................................................................................................... 20
PENUTUP...................................................................................................................... 20
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 20
3.2 Saran................................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 21

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, penyakit ini
sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa, dan pada orang
usia lanjut. Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).
Terjadinya Pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan proses infeksi akut pada
bronkus (biasa disebut broncho Pneumonia) (Dinkes RI, 2009).
Batuk pilek merupakan penyakit yang umumnya terjadi pada anak-anak terutama pada
balita. Batuk pilek yang menjadi masalah ialah batuk pilek yang disertai dengan nafas yang
cepat atau sesak, karena menunjukkan adanya gejala peradangan pada paru. Jika sudah
menyerang bagian paru berarti sudah masuk ke tahap serius dan harus benar-benar diobati
karena dapat menimbulkan kematian. Keadaan seperti inilah yang disebut sebagai Pneumonia
(Machmud, 2006).
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi pada anak yang serius dan merupakan
salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang paling banyak meyebabkan
kematian pada balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia
dan 30% dari seluruh kematian yang terjadi (Machmud, 2006).
Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bakteri dengan gejala panas tinggi
disertai batuk berdahak, napas cepat (frekuensi nafas >50 kali/menit), sesak, dan gejala lainnya
(sakit kepala, gelisah dan nafsu makan berkurang) (Riskesdas, 2013).
Pneumonia masih merupakan pembunuh utama balita di seluruh dunia. Berdasarkan
perkiraan World Health Organization (WHO) setiap tahun Pneumonia membunuh balita
sebanyak satu juta sebelum ulang tahun pertama mereka, lebih banyak dibandingkan dengan
jumlah kematian akibat penyakit AIDS, Malaria dan Tuberkulosis. Hal ini sangat tragis karena
Pneumonia merupakan penyakit yang dapat dicegah dan diobati. Di negara berkembang
Pneumonia disebut sebagai the forgotten disease atau “penyakit yang terlupakan” karena
begitu banyak korban yang meninggal karena Pneumonia namun sangat sedikit perhatian yang
diberikan kepada masalah ini (Misnadiarly, 2008).

4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah yakni sebagai berikut:
1. Apa pengertian pneumonia?
2. Apa etilogi pneumonia?
3. Bagaimana klasifikasi pneumonia?
4. Apa manifestasi klinis pneumonia?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang pneumonia?
6. Bagaimana penatalaksanaan pneumonia?
7. Apa patofisiologi pneumonia?
8. Apa pathway pneumonia?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pneumonia?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan yakni sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian pneumonia
2. Untuk mengetahui etilogi pneumonia
3. Untuk mengetahui klasifikasi pneumonia
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis pneumonia
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pneumonia
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan pneumonia
7. Untuk mengetahui patofisiologi pneumonia
8. Untuk mengetahui pathway pneumonia
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pneumonia

1.4 Manfaat
Manfaat penulisan makalah yakni sebagai berikut:

1. Mahasiswa mengetahui dan memahami pengertian pneumonia


2. Mahasiswa mengetahui dan memahami etilogi pneumonia
3. Mahasiswa mengetahui dan memahami klasifikasi pneumonia
4. Mahasiswa mengetahui dan memahami manifestasi klinis pneumonia
5. Mahasiswa mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang pneumonia

5
6. Mahasiswa mengetahui dan memahami penatalaksanaan pneumonia
7. Mahasiswa mengetahui dan memahami patofisiologi pneumonia
8. Mahasiswa mengetahui dan memahami pathway pneumonia
9. Mahasiswa mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pneumonia

6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Pneumonia dinyatakan oleh World Health Organization (WHO) sebagai pembunuh
utama balita di dunia "the forgotten killer of children" dengan 988.136 kasus kematian
akibat pneumonia dan angka ini termasuk penyumbang terbanyak kematian pada anak usia
balita (1-5 tahun) di dunia (WHO, 2021). Angka kejadian pneumonia pada anak di negara
berkembang tertinggi terdapat di Asia Tenggara (36% pertahun), diikuti oleh Afrika (33%
pertahun) dan Mediterania Timur (28% pertahun), dan terendah di Pasifik Barat (22%
pertahun) (Aftab et al., 2019). Prevalensi pneumonia yang terjadi pada anak di bawah lima
tahun di Asia Tenggara tahun 2018 sebesar 35,7% kasus yang merupakan jumlah tertinggi
jika dibanding dengan tahun 2017 sebesar 30,8% kasus (Lema et al, 2019)
Di Indonesia pneumonia merupakan penyebab kematian balita terbesar dimana
diperkirakan sekitar 19.000 anak meninggal dunia akibat pneumonia. Estimasi global
menunjukkan bahwa setiap satu jam ada 71 anak di Indonesia yang tertular pneumonia
(UNICEF, 2019). Prevalensi kejadian pneumonia pada balita di Indonesia pada tahun 2021
yaitu sebesar 886.030 kasus dan 217 kasus diantaranya mengalami kematian (Kemenkes
RI, 2021). Prevalensi pneumonia. yang tinggi pada bayi (0-11 bulan) sebesar 23,80% dan
pada balita. (1-4 tahun) sebesar 15,50% sehingga penyakit pneumonia ini berperan
terhadap tingginya angka kematian balita di Indonesia, oleh sebab itu penyakit ini masih
menjadi masalah kesehatan di Indonesia (Riskesdas, 2018).
Pneumonia merupakan penyakit yang disebabkan karena penyebaran virus dan
bakteri, penyakit pneumonia jika tidak ditangani dengan segera akan berdampak pada
penurunan fungsi paru, sehingga akan menggangu pertumbuhan dan perkembangan pada
anak (Ellyana & Imelda, 2018).. Oleh sebab itu diperlukan pencegahan yang tepat untuk
mengurangi angka kejadian pneumonia pada anak balita dengan menguatkan fungsi
keluarga (Naqiyya & Karyus, 2023).
Menurut Montella et al., (2017) Pneumonia adalah peradangan dari parenkim paru
dimana asinus terisi dengan cairan radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel
radang ke dalam dinding dinding alveoli dan rongga interstisium yang ditandai dengan
batuk disertai nafas cepat dan atau nafas sesak pada anak usia balita.

7
2.2 Etiologi
Menurut (Pudiastuti, 2011) Infeksi peneumonia / infeksi pneumokokus merupakan
kelompok penyakit yang faktor penyebabnya adalah bakteri Streptococcus pneumoniae.
Streptococcus pneumoniae adalah bakteri gram positif yang mempunyai lebih dari 90
serotipe, namun tidak seluruhnya ganas. Lapisan terluar bakteri pneumokokus menentukan
serotipe bakteri dan pada akhirnya menentukan kegananasan penyakit. Pneumonia dapat
disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan protozoa.
a. Bakteri Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
positif : Steptococcus pneumonia, S.aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri
gram negative seperti Haemophilus influenza, Klebsiella pneumonia dan P.
Aeruginosa. (Padila, 2013
b. Virus Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
(Padila, 2013).
c. Jamur Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplamosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran
burung, tanah serta kompos. (Padila, 2013)
d. Protozoa Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia. Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Padila, 2013)

2.3 Klasifikasi
Hariadi (2010) membuat klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemilogi serta
letak anatomi.
a. Klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemiologi.
1. Pneumonia Komunitas (PK) adalah pneumonia infeksius pada seseorang yang tidak
menjalani rawat inap di rumah sakit.
2. Pneumonia Nosokomial (PN) adalah pneumonia yang diperoleh selama perawatan
di rumah sakit atau sesudahnya karena penyakit lain atau prosedur.
3. Pneumonia aspirasi disebabkan oleh aspirasi oral atau bahan dari lambung, baik
ketika makan atau setelah muntah. Hasil inflamasi pada paru bukan merupakan

8
infeksi tetapi dapat menjadi infeksi karena bahan teraspirasi mungkin mengandung
bakteri aerobic atau penyebab lain dari pneumonia.
4. Pneumonia pada penderita immunocompromised adalah pneumonia yang terjadi
pada penderita yang mempunyai daya tahan tubuh lemah.
b. Klasifikasi pneumonia berdasarkan letak anatomi.
1. Pneumonia lobaris Pneumonia lobaris melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari
satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia
bilateral atau “ganda”.
2. Pneumonia lobularis (bronkopneumonia) Bronkopneumonia terjadi pada ujung
akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk
bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya.
3. Pneumonia interstisial Proses implamasi yang terjadi di dalam dinding alveolar
(interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular (Wong, 2004).

2.4 Manifestasi Klinis


Gejala klinis dari pneumonia adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik non
produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau bercak darah),
sakit dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah pasien lebih suka
berbaring pada yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Pemeriksaan fisik
didapatkan retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah saat pernafas, takipneu,
kenaikan atau penurunan taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak menggambarkan
konsolidasi atau terdapat cairan pleura, dan ronki(Nursalam, 2016).
Sedangkan menurut (Nursalam, 2016) pneumonia menunjukan gejala klinis sebagai
berikut:
a. Batuk
b. Sputum produktif
c. Sesak nafas

9
2.5 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Amin dan Hardhi (2015), pemeriksaan penunjang pneumonia adalah:
1. Sinar X : mengidentifikasikan distribusi structural (missal: lobar, bronchial dapat juga
menyatakan abses)
2. Biopsi paru : untuk menetapkan diagnosa
3. Pemeriksaan kultur, sputum, dan darah : untuk dapat mengindentifikasi semua
organisme yang ada
4. Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosa organisme khusus
5. Pemeriksaan fungsi paru : untuk mengetahui paruparu, menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan
6. Spiometrik static : untuk mengkaji jumlah udara yang aspirasi
7. Bronkoskop : untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing

2.6 Penatalaksanaan

Pneumonia kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan
antibiotik per oral dan tetap tinggal dirumah. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan
sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau penyakit paru lainnya, harus dirawat
antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan
intravena dan alat bantu nafas mekanik.

Selanjutnya menurut Amin dan Hardhi (2015), kebanyakan penderita akan


memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2
minggu. Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan antara lain:

1) Oksigen 1-2 L/menit.


2) IVFD dekstosen 10%: NaCI 0,9%=3:1, + KCI 10 mEq/500 mI cairan. Jumlah cairan
sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
3) Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang
nasogastric dengan feeding drip.
4) Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta
agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.

10
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, antibiotic diberikan
sesuai hasil kultur.

Untuk kasus pneumonia community based:

1. Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian


2. Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital based:

1. Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian


2. Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.

2.7 Patofisiologi
Menurut (Ulfa , 2019) patofisiologis penyakit pneumonia adalah Kuman yang
masuk kedalam jaringan paru melalui saluran pernapasan bagian atas menuju ke
bronkhiolus serta alveolus. Setelah kuman masuk kemudian dapat menimbulkan reaksi
peradangan dan dapat menghasilkan cairan edema yang kaya akan protein. Kuman
pnemokokus dapat menyebar dari alveoli ke seluruh segmen dan lobus. Leukosit dan
eritrosit juga mengalami peningkatan, sehingga alveoli menjadi penuh dengan cairan
edema yang berisi eritrosit, leokosit dan fibrin sehingga menyebabkan kapiler alveoli
melebar, paru menjadi tidak berisi udara.
Pada tingkatan yang lebih lanjut, aliran darah mengalami penurunan sehingga
mengakibatkan alveoli penuh dengan leukosit dan eritrosit menjadi lebih sedikit. Setelah
itu paru tampak berubah warna menjadi abu kekuningan. Perlahan sel darah merah yang
masuk ke alveoli mengalami kematian dan banyak terdapat eksudat pada bagian alveolus
yang kemudian mengakibatkan membran dari alveolus akan mengalami nekrosis yang
dapat menyebabkan gangguan proses difusi osmosis oksigen dan dapat berdampak pada
menurunnya jumlah oksigen yang bawa oleh darah. Secara klinis penderita mengalami
pucat dan sianosis, terjadinya penumpukan cairan purulent pada alveolus yang
mengakibatkan peningkatan tekanan pada bagian paru dan dapat mengalami penurunan
kemampuan mengambil oksigen dari luar dan menyebabkan berkurangnya kapasitas paru.
Sehingga penderita akan bernapas menggunakan otot bantu pernapasan yang dapat
menimbulkan retraksi dinding dada (Ulfa , 2019).

11
Secara hematogen atau lewat penyebaran sel, mikroorganisme yang ada pada
bagian paru akan menyebar ke bronkus sehingga terjadilah fase peradangan pada lumen
bronkus. Hal ini menyebabkan pada terjadinya peningkatan produksi mukosa dan
peningkatan gerakan silia sehingga dapat menimbulkan reflek batuk (Ulfa , 2019).

12
2.8 Pathway

13
2.9 Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
a) Identitas
Meliput nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pekerjaan, pendidikan,
alamat, alamat dirawat, keluhan utama, dll.
b) Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Kaji pasien atas keluhan yang dirasakan pada waktu tersebut. Biasanya pasien
mengalami sesak nafas.
2) Riwayat Masuk
Anak biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas, cyanosisatau batuk-
batuk disertai dengan demam tinggi. Kesadaran kadang sudah menurun apabila
anak masuk dengan disertai riwayat kejang demam (seizure).
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Predileksi penyakit saluran pernafasan lain seperti ISPA,influenza sering terjadi
dalam rentang waktu 3-14 hari sebelum diketahui
adanya penyakit Pneumonia. Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital
bawaan dapat memperberat klinis penderita.
4) Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan pada pasien tentang riwayat penyakit pada keluarganya hal ini
dimaksudkan barang kali ada anggota keluarga yang menderita sama dengan
klien saat ini untuk melihat penyebab herediter ( genetik )
c) Riwayat Tumbuh Kembang
Kaji pasien mengenai pertumbuhan pada anak (tinggi badan dan berat badan) dan
perkembangan pada anak (waktu tengkurap, duduk, berjalan dan duduk pada umur
berapa).
d) Riwayat Nutrisi
Kaji pasien mengenai nutrisinya seperti pemberian ASI pada anak, pemberian susu
formula nya, dan pola makan pada anak

14
e) Riwayat Psikososial
Kaji bagaimana pasien tinggal dengan orang di sekitar tempat tinggalnya.
f) Riwayat Spiritual
Kaji bagiamana dengan support dari keluarganya dan kepercayaam pasien.
g) Aktivitas sehari – hari
Kaji bagaimana kegiatan pasien sehari – hari nya dirumah.
h) Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan umum
Mengkaji pasien seperti tingkat kesadaran, dan tanda – tanda vital.
2. Pemeriksaan khusus
• Kepala : periksa kebersihan, warna, tekstur dan apakaj terdapat benjolan
pada kepala.
• Mata : periksa penglihatan, skelera, pupil, konjungtiva dan apakah terdapat
peradangan pada mata.
• Hidung : biasanya tersumbat dan terdapar pernafasan cuping hidung
• Telinga : periksa struktur, fungsi dan apakah terdapat pemakaian alat bantu
dengan pada telinga pasien.
• Mulut : periksa jumlah gigi, periksa juga lidah, dan mukosa bibir pasien
• Tenggorokan : kaji apakah pasien mengalami nyeri tekam dan nyeri telan
• Leher : periksa pasien apakah terjadi pembesaran kelenjar tyroid
• Thorax : periksa bentuk dada dan kaji pola pernafasan pasien
• Jantung : kaji pasien apakah terjadi pembesaran pada jantung dan apakah
ictus cordis nya teraba
• Abdomen : periksa apakah terdapat bising usus
• Genetalia dan anus : kaji pasien mengenai keluhan, kandung kencing,
produksi urine, dan kontipasi.

2.9.1 Diagnosa Keperawatan


1) Gangguan Pertukaran Gas b/d Perubahan membran alveolus-kapiler (D.0003)
2) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d peningkatan produks spuntum (D.0001)

15
2.9.2 Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Gangguan Setelah dilakukan asuhan Observasi
Pertukaran Gas keperawatan selama 3X24 1. Monitor frekuensi,
b/d Perubahan jam diharapkan pertukaran irama, kedalaman, dan
membran gas meningkat upaya napas
alveolus- 2. Monitor pola napas
Kriteria hasil :
kapiler (seperti bradipnea,
(D.0003) 1.Bunyi nafas tambahan takipnea,
menurun hiperventilasi,
2.Nafas cuping hidung kussmaul, cheyne-
menurun srrokes, biot, ataksik)
3.Pola nafas membaik 3. Monitor adanya
produksi sputum
4. Monitor adanya
sumbatan jalan napas
5. Auskultasi bunyi napas

Terapeutik
1.Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien

Edukasi
1.Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan

16
2. Bersihan jalan Setelah dilakukan asuhan Observasi
nafas tidak keperawatan selama .. x 24 1.Monitor adanya retensi
efektif b/d jam diharapkan bersihan sputum
peningkatan jalan napas meningkat 2.Monitor tanda dan gejala
produks kriteria hasil : infeksi saluran nafas
spuntum 1. Produksi sputum
(D.0001) menurun Terapeutik
2. Wheezing menurun 1.Buang secret pada
3. Frekuensi nafas membaik tempat sputum
4. Pola nafas membaik
Edukasi
1.Anjurkan tarik nafas
dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8
detik.

Kolaborasi
1.Kolaborasi pemberian
mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu.

17
2.9.3 Implementasi Keperawatan
Implementasi pada proses keperawatan adalah fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Fase implementasi memberikan tindakan keperawatan aktual dan respons
klien yang dikaji pada fase akhir, fase evaluasi (Kozier, 2010). Menurut PPNI (2018),
untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan maka tindakan implementasi
terdiri atas tindakan observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi. Tujuan dari
implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuannya yaitu mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi
koping. Perencanaan asuhan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik jika
klien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam implementasi asuhan
keperawatan. Selama tahap ini perawat terus melakukan pengumpulan data dan
memilih asuhan keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien (Nursalam,
2011).

2.9.4 Evaluasi Keperawatan


Tahap evaluasi pada proses keperawatan meliputi kegiatan mengukur pencapaian tujuan
klien dan menentukan keputusan dengan cara membandingkan data yang terkumpul
dengan tujuan dan pencapaian tujuan (Nursalam, 2011). Evaluasi merupakan aspek
penting dalam proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi
menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan atau diubah.
Evaluasi berjalan kontinu, evaluasi yang dilakukan ketika atau segera setelah
mengimplementasikan program keperawatan memungkinkan perawat untuk segera
memodifikasi intervensi. Evaluasi yang dilakukan pada interval tertentu menunjukan
tingkat kemajuan untuk mencapai tujuan dan memungkinkan perawat untuk
memperbaiki kekurangan dan memodifikasi rencana asuhan sesuai kebutuhan. Evaluasi
pada saat pulang mencakup status pencapaian tujuan dan kemampuan perawatan diri
klien terkait perawatan tindak lanjut (Kozier, 2010). Dalam penerapan proses
keperawatan evaluasi didokumentasikan dalam teknik SOAP (subjektif, objektif,
analisis, planning). Data subjektif yaitu respon verbal yang disampaikan klien di akhir
pemberian asuhan keperawatan. Data objektif yaitu menggambarkan respon non verbal

18
klien pada akhir pemberian asuhan keperawatan. Analisis yaitu menggambarkan apakah
masalah keperawatan dapat teratasi atau tidak dapat teratasi. Untuk mengetahui
keberhasilannya, maka dilakukan perbandingan antara informasi yang didapat dari data
subjektif dan objektif dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian dapat ditarik
kesimpulan apakah masalah sudah teratasi, teratasi sebagaian atau tidak teratasi.
Planning merupakan rencana keperawatan lanjutan berdasarkan hasil analisis yang telah
dilakukan. Rencana lanjutan tersebut berkaitan dengan rencana keperawatan yang telah
dirancang sebelumnya dan difokuskan pada point berapa yang akan dilanjutkan sesuai
kebutuhan klien oleh perawat (Kozier, 2010).

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pneumonia adalah infeksi pernapasan akut yang menyerang jaringan paru-paru. Ini
mengakibatkan pengisian alveoli dengan nanah dan cairan, menyulitkan pernapasan dan
mengurangi asupan oksigen. Gejalanya melibatkan batuk, sesak nafas, dan ronki. Pneumonia
dapat disebabkan oleh berbagai agen infeksius, termasuk bakteri (seperti Streptococcus
pneumoniae), virus (seperti influenza), jamur, dan protozoa. Bakteri pneumonia dapat berasal
dari kelompok Streptococcus pneumoniae dan juga bakteri gram negatif. Kuman memasuki
jaringan paru, menyebabkan reaksi peradangan, dan menghasilkan cairan edema.
Pneumokokus dapat menyebar, menyebabkan perubahan warna paru, nekrosis membran
alveolus, dan gangguan proses difusi oksigen.
Pneumonia dapat diklasifikasikan berdasarkan klinis (komunitas, nosokomial, aspirasi)
dan anatomi (lobar, lobular, interstisial). Gejala klinis melibatkan demam, batuk, sputum
produktif, dan sesak nafas. Pengkajian melibatkan data demografi, riwayat masuk, riwayat
penyakit dahulu, dan pemeriksaan fisik. Diagnosa keperawatan mencakup gangguan
pertukaran gas, gangguan ventilasi spontan, dan intoleransi aktivitas. Intervensi dan
implementasi keperawatan berfokus pada memahami respon subjektif dan objektif serta
evaluasi terhadap perkembangan diagnosis keperawatan yang telah ditetapkan.

3.2 Saran
Untuk pemerintah hendaknya program untuk menurunkan angka penderita pneumonia
dengan berbagai program dan penyediaan pusat serta fasilitas kesehatan yang lebih memadai.
Bagi pembaca lainnya diharapkan dapat memahami asuhan keperawatan yang disarankan
dapat membantu dalam penanganan pasien dengan pneumonia.

20
DAFTAR PUSTAKA

https://repositori.stikes-
ppni.ac.id/bitstream/handle/123456789/68/BAB%20II_201804027.pdf?sequence=5&isAllow
ed=y
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2332/3/file%203%20ron.pdf
Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha medika.
Sonartra, N. Era, Neherta, M. Dan Deswita. (2023). Pencegahan Primer Pneumonia Pada
Balita di Keluarga. Indramayu: CV Adanu Abimata.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta. DPPP
PPNI

21

Anda mungkin juga menyukai