Anda di halaman 1dari 17

SPESIFIKASI TEKNIK

PEMBANGUNAN TAMBATAN PERAHU / JETTY DESA WARIALAU


KECAMATAN ARU UTARA
KABUPATEN KEPULAUAN ARU

A. KETENTUAN MENGENAI PENGGUNA JASA

1. Pengguna Jasa ialah Pimpinan Kegiatan Pekerjaan Pembangunan Tambatan Perahu / Jetty
Desa Warialau, Dinas Perhubungan Kabupaten Kepulauan Aru.
2. Direksi Lapangan adalah bagian dari Pengguna Jasa yang ditunjuk mengawasi pekerjaan
dilapangan dan Penyedia Jasa bertanggungjawab padanya.
3. Direksi Pengawas adalah Inspector (pengawas lapangan) yang ditunjuk oleh Konsultan
Pengawasan untuk membantu Penyedia Jasa dalam pelaksanaan pekerjaan dan Penyedia
Jasa bertanggungjawab padanya.
4. Pelaksanaan pembangunan Tambatan Perahu ini diselenggarakan secara lengkap termasuk
mendatangkan, mengangkut dan mengerjakan semua bahan-bahan yang diperlukan,
menyediakan tenaga kerja berikut pengawasan dan hal-hal yang dianggap perlu lainnya.
5. Penyedia Jasa adalah Kontraktor Pelaksana yang melaksanakan kegiatan pekerjaan
Pembangunan Tambatan Perahu / Jetty Desa Warialau.
6. Penyedia Jasa diwajibkan menangani semua keperluan yang dibutuhkan untuk menuju
penyelesaian dan pelaksanaan secara baik dan lengkap, meski pun alat-alat, bahan-bahan
dan pekerjaan itu disebut, atau dinyatakan dalam peraturan dan syarat-syarat serta
gambar-gambar detail.
7. Didalam pelaksanaan beton bertulang, konstruksi baja, konstruksi kayu dan pekerjaan
struktur lainnya, disamping pekerjaan pengolahan tanah, baik menurut perhitungan dan
gambar-gambar konstruksi yang disediakan oleh direksi ataupun tidak, Pemborong tetap
bertanggung jawab atas baik dan lengkapnya pekerjaan-pekerjaan tersebut dalam artian
sama sekali tidak bebas dari pertanggungjawaban.
8. Pihak Penyedia Jasa dianggap telah mempertimbangkan semua resiko yang mungkin terjadi
akibat letak daerah proyek dan memperhitungkannya di dalam harga yang termuat didalam
surat penawaran.
9. Tanah dan halaman untuk pembangunan ini diserahkan kepada Penyedia Jasa dalam
keadaan pada saat lelang diberikan.
10. Penyedia Jasa harus menjaga keterbitan dari para pekerja dalam semua hal, sedemikian
rupa sehingga tidak menggangu lingkungan sekitarnya, contoh pelaksanaan pekerjaan
pada malam hari, Pemborong harus minta persetujuan Direksi terlebih dahulu
11. Pemborong yang memenangkan lelang diharuskan memasukan Rencana Kerja sebelum
memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 1 (satu) minggu terhitung dari tanggal surat
penunjukan kepada Direksi.
12. Pekerjaan harus diserahkan dengan lengkap, selesai dengan sempurna pada Direksi,
termasuk perbaikan-perbaikan dari kerusakan yang timbul dari akibat pelaksanaan, pada
lingkungan di daerah pembangunan dan sekitarnya, termasuk pembersihan.
13. Sisa-sisa bekas bongkaran dan bekas-bekas pekerjaan yang tidak terpakai, sisa-sisa tanah
galian agar segera dapat disingkirkan dengan segera dari kompleks pekerjaan.

Hal - 1
B. KETENTUAN PELAKSANAAN

1. Selain rencana kerja dan syarat-syarat ini, ketentuan-ketentuan lain yang mengikat didalam
pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
a) Gambar-gambar yang dilampirkan pada rencana dan syarat-syarat pekerjaan ini.
b) Gambar detail yang diserahkan oleh Direksi Pengawas.
2. Petunjuk.
a) Petunjuk ataupun keterangan yang diberikan dalam rapat penjelasan (Aanwijzing) yang
tercantum dalam Risalah Rapat Penjelasan.
b) Petunjuk, syart-syarat yang diberikan dalam masa pelaksanaan oleh Direksi Pengawas,
maupun petugas Dinas Pekerjaan Umum setempat.
3. Peraturan
a) Semua undangan-undangan dan Peraturan Pemerintah yang berlaku untuk semua
pelaksanaan pemborongan.
b) Syarat-syarat umum untuk pelaksanaan pemborongan dari Pekerjaan Umum di
Indonesia yang disahkan dengan SK Pemerintah tanggal 28 Mei 1941 (AV-41).
c) Tambahan Lembaran Negara Nomor 14571 (AV).
d) PUBI 1982 (Peraturan Umum untuk Bangunan di Indonesia).
e) Peraturan Beton Indonesia 1971 (PBI 1971).
f) Peraturan Muatan Indonesia 1983 (PMI-NI 18/1983).
g) Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (NI-5 PPKI 1978).
h) Peraturan Pelaksanaan Konstruksi Baja Indonesia 1980 (PPKBI 1980).
i) Peraturan Pembebanan Indonesia untuk gedung 1980 (PBI 1980).
j) Peraturan Bangunan Tahan Gempa 1984.
k) Persyaratan Dewan Teknik Pembangunan Indonesia (DTPI 1970).
l) Peraturan-peraturan Pembangunan Daerah.
m) Standard Konstruksi Bangunan Indonesia/DPU No.378/KPTS/1987.

C. RENCANA KERJA DAN GAMBAR

1. Sebelum mulai dengan pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa menyusun rencana kerja
secara terperinci, termasuk jadwal pelaksanaan (time Schedulle) dan diajukan kepada
Direksi Pengawas selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah penunjukkan pemenang
untuk disetujui.
2. Setelah disetujui, maka 2 (dua) rangkap cetakannya harus diserahkan kepada Direksi
Pengawas dan 1 (satu) rangkap lagi harus selalu ditempat pekerjaan.
3. Penyedia Jasa harus melaksanakan pekerjaan, mendatangkan alat-alat dan bahan-bahan
bantu sesuai dengan rencana kerja, kecuali jika terpaksa menyimpang karena sesuatu hal,
yang harus dipertimbangkan terlebih dahulu dan disetujui oleh Direksi Pengawas.
4. Rencana kerja ini dipakai oleh Direksi Pengawas sebagai dasar untuk menetukan segala
sesuatu yang berhubungan dengan kemajuan dan kelambatan pekerjaan yang dilaksanakan
oleh Penyedia Jasa.
5. Rencana Kerja
a) Rencana Kerja yang diajukan berupa Time Schedule dengan tujuan menjamin
keterpaduan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana dan kemampuan sumber
daya Penyedia Jasa.
b) Methode yang dipakai adalah Critical Path Method.

Hal - 2
c) Sarana perhitungan dapat dilaksanakan secara manual (asalkan ketetapan
perhitungannya dapat mengikuti kemajuan pekerjaan) atau komputer atau kombinasi
manual komputer.

6. Gambar-gambar dan spesifikasi di Lapangan.


Penyedia Jasa harus selalu menyediakan 1 (satu) copy dari semua dokumen pelelangan,
gambar-gambar kerja yang telah disetujui, dan perintah perubahan pekerjaan untuk
digunakan direksi pengawas di lapangan, dalam keadaan baik dan diberi tanda untuk
memperlihatkan semua perubahan yang telah dilakukan selama waktu pelaksanaan
pekerjaan Gambar kerja (shop drawing) dan contoh-contoh.
a) Gambar kerja adalah gambar-gambar detail pelaksanaan, brosur dan data lainnya yang
disediakan oleh pemborong yang menggambarkan suatu bagian dari pekerjaan.
b) Contoh adalah tanda benda yang disediakan oleh pemborongan untuk memberi
gambaran tentang mutu (kwalitas) bahan atau hasil pekerjaan untuk digunakan sebagai
standart penilaian pekerjaan.
c) Penyedia Jasa harus menyiapkan serta menyerahkan dengan segera dalam urutan
sedemikian rupa sehingga tidak menghambat jalannya pekerjaan, semua gambar-
gambar dan contoh-contoh yang diperlukan sesuai ketentuan Dokumen Kontrak,
apabila diminta oleh Direksi Lapangan.
d) Pada saat penyerahan gambar kerja atau contoh, Penyedia Jasa harus memberitahu
Direksi, Pengawas secara tertulis, apabila ada penyimpangan dalam gambar kerja atau
contoh dari ketentuan Dokumen Kontrak.

D. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan yang dilakukan yaitu Pembangunan Tambatan Perahu / Jetty yang berlokasi di Desa
Benjina Kecamatan Aru Tengah Kabupaten Kepulauan Aru.
Dalam pekerjaan ini memiliki 5 (lima) item pekerjaan utama, antara lain:
1. Pekerjaan Persiapan,
2. Pekerjaan Konstruksi Tambatan Perahu / Jetty,
3. Pekerjaan Konstruksi Gangway
4. Pekerjaan Konstruksi Ponton, dan
5. Pekerjaan Akhir
Selanjutnya akan diuraikan spesifikasi teknik dari kelima item pekerjaan tersebut.

E. SPESIFIKASI TEKNIK

E.1. Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan yang dimaksud antara lain:


1. Pembuatan Papan Nama Pekerjaan.
Adapun tujuan pembuatan papan nama pekerjaan dibuat agar dapat diketahui oleh
masyarakat yang berada di lokasi pekerjaan. Papan nama pekerjaan berisikan
informasi mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Bahan yang dipakai untuk membuat papan nama pekerjaan dapat berupa papan
kayu, tripleks ataupun lembaran baleho dengan dimensi ukuran tulisan yang dapat
dilihat jelas dari dekat maupun jauh dan dapat menginformasikan nama pekerjaan
yang dilaksanakan, nama Dinas selaku pemberi pekerjaan, nama perusahaan
Hal - 3
kontraktor pelaksana dan konsultan pengawasan, besar nilai kontrak, sumber dana,
dan lama waktu pelaksanaan pekerjaan.
2. Mobilisasi.
Berhubungan dengan alat transportasi bahan dan material yang diperlukan di lokasi
pekerjaan yang didatangkan dari luar lokasi pekerjaan.
3. Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank.
 Ketetapan letak ukuran di bawah pengawasan Konsultan Pengawas dengan
piket/patok yang dipancang kuat-kuat dan papan terentang dengan ketebalan 2
cm yang diketam rata pada sisi atasnya.
 Penyedia jasa (kontraktor) harus menyediakan paling sedikit 3 (tiga) orang
pembantu yang ahli dalam cara mengukur, alat penyipat datar (Theodolite &
Waterpass bila diperlukan) prisma silang dan lain-lain peralatan yang diperlukan
dalam pengukuran menurut situasi dan kondisi lokasi pembangunan.
4. Pembuatan Gudang Semen dan Peralatan
Gudang semen dan peralatan berukuran minimal 4m x 4m dan bisa untuk
menampung bahan-bahan dan material yang diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan serta dapat melindungi bahan-bahan dan material dari panas dan hujan.

E.2. Pekerjaan Konstruksi Tambatan Perahu / Jetty

E.2.1. Persyaratan Bahan

1. Syarat-syarat pemeriksaan bahan


a) Semua bahan-bahan bangunan yang diperlukan untuk pekerjaan jika tidak
ditentukan lain dalam bestek ini, harus memenuhi semua syarat-syarat yang
tertera dalam AV 1941 dan PUBI 1982, sedangkan untuk bahan-bahan beton
bertulang PBI 1971. Besi beton dalam negeri dapat dipergunakan apabila
memenuhi syarat PBI 1971 dengan keterangan tidak mengurangi ukurannya.
b) Semua bahan-bahan bangunan dan peralatan pekerja untuk keperluan pekerjaan
ini, seluruhnya ditanggung dan disediakan oleh pemborong.
c) Direksi Lapangan berwewenang untuk meminta keterangan mengenai asal dari
bahan bangunan dan lain-lain, Bahan-bahan sebelum dipergunakan akan
diperiksa oleh Direksi ditempat pekerjaan. Apabila terdapat persilisian paham
mengenai pemeriksaan bahan, atau Direksi meragukan kwalitas dari bahan-bahan
tersebut, maka Direksi Pelaksanaan berhak mengirimkan contoh-contoh kepada
Balai Penelitian Bahan-bahan di Bandung atau Laboratorium pengujian lokal
kalau ada.
d) Yang dimaksud bahan bangunan adalah semua bahan yang dipergunakan dalam
Pelaksanaan pekerjaan sebagai tercantum dalam rencana kerja dan syarat-syarat
serta gambar-gambar.
e) Semua bahan-bahan bangunan harus berkwalitas baik sesuai dengan Standart
Industri Indonesia (SII) dan mendapat persetujuan Direksi.
f) Dalam jangka waktu 2 x 24 jam semua bahan-bahan yang dinyatakan ditolak oleh
Direksi supaya dikeluarkan dari proyek. Apabila bahan-bahan tersebut masih
tetap dipergunakan oleh Pemborong, maka Direksi berhak memerintahkan
pembongkaran kembali dan segala kerugian yang diakibatkannya menjadi
tanggung jawab pemborong sepenuhnya.

2. Tanah Urugan

Hal - 4
a) Tanah urugan harus berasal dari sumber yang disetujui oleh Direksi.
b) Tanah urugan harus baik mengandung butir-butir lepas, kadar tanah liat rendah,
tidak mengandung bahan-bahan organik, bersih dari akar-akar, kayu-kayuan dan
batu besar (maximum 10 x 10 Cm). Tanah Putih dapat disetujui.
c) Timbunan dan Pemadatan Tanah Lempung/Clay dengan Alat Berat.
 Tanah Lempung.
 Tanah lempung yang dipakai untuk penimbunan harus bebas dari kotoran,
sampah, rumput, ranting.
 Tanah lempung yang dipergunakan harus mempunyai daya rekat yang
cukup tinggi.
 Warna tanah lempung yang dipakai umumnya berwarna kuning ke abu-
abuan.
 Penempatan tanah lempung dilapangan harus terhindar dari hujan/basah,
dan ditutup dengan terpal.
 Campuran Lempung dengan Pasir
 Untuk memperkuat lapisan tanah lempung diperlukan campuran dengan
pasir.
 Pasir yang dipergunakan bisa pasir beton maupun pasir urug.
 Pencampuran lempung pasir bisa dilakukan dengan cara diaduk di tempat
atau di area timbunan sewaktu penyususna lapisan timbunan.
 Penimbunan dan Pemadatan Tanah Lempung dan Pasir
 Area yang akan ditimbun tidak mengandung air/harus kering.
 Sewaktu penimbunan pompa air harus disiapkan untuk pemompaan dari
bekas galian.
 Campuran Lempung dan Pasir 1 : 4 dilakukan diluar area penimbunan.
 Penimbunan dilaksanakan secara bertahap setebal 50 cm. kemudian
dipadatkan secara mekanik.
 Pada bagian yang sulit dijangkau bucket excavator penimbunan dilakukan
dengan stampar. Penimbunan dan pemadatan harus merata seluruh area
timbunan.
 Apabila tanah lempung terlalu kering sewaktu dilakukan pemadatan harus
diadakan penyiraman dengan air.
 Injeksi Lempung Pasir (kalau ada)
 Tanah lempung yang dipakai untuk penimbunan harus bebas dari kotoran,
sampah.
 Pekerjaan injeksi dan penimbunan dilakukan setelah pekerjaan koveran
selesai.
 Pekerjaan injeksi dilakukan bersamaan dengan penimbunan dan
dipadatkan secara terus menerus sehingga lempung dan pasir yang
ditekan masuk dapat menutupi lubang-lubang.
 Pekerjaan injeksi lempung pasir dilaksanakan diarea timbunan muka dan
belakang bendung secara bersamaan sehingga bagian-bagian yang bocor
sepanjang bendung tertutup rapat.
 Kadar air untuk injeksi lempung dan pasir harus membuat kondisi
lempung kenyal tidak boleh encer.
 Pekerjaan injeksi lempung pasir dilakukan secara khusus sebelum
pekerjaan timbunan keseluruhan.

3. Air (PUBI 1970/NI-3)

Hal - 5
a) Untuk seluruh pelaksanaan pekerjaan, air yang dipakai tidak boleh mengandung
minyak, asam, alkali, aram bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang
merusak bangunan. Dalam hal ini harus dinyatakan dengan hasil test dari
Laboratorium yang berkompoten.
b) Khusus untuk beton jumlah air yang digunakan untuk membuat adukan
disesuaikan dengan jenis pekerjaan beton dapat ditentukan dengan ukuran isi
atau ukuran berat serta harus dilakukan setepat-tepatnya.

4. Pasir (PUBI 1970/NI-3, PBI 1971/NI-2)


a) Pasir Urug.
Pasir untuk pengurugan, peninggian dan lain-lain tujuan harus bersih dan
keras. Pasir laut untuk maksud tersebut dapat dipergunakan asal dicuci terlebih
dahulu dan seijin Direksi Pengawas.
b) Pasir Pasang.
Pasir untuk adukan pasangan, adukan plesteran dan beton bitumen harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
 Butir-butiran harus tajam dan keras, tidak dapat dihancurkan dengan jari.
 Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5 %.
 Butiran-butirannya harus dapat melalui ayakan berlubang ukuran 3 mm.
 Pasir laut tidak boleh dipergunakan.
c) Pasir Beton.
 Pasir Beton Pasir untuk pekerjaan beton harus memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dalam PBI 1971 (NI-2) diantaranya yang paling penting :
 Butir-butiran harus tajam dan keras, tidak dapat dihancurkan dengan jari dan
cuaca.
 Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5 %.
 Pasir harus terdiri dari butiran-butiran yang beraneka ragam besarnya,
apabila diayak dengan ayakan 150, maka sisa butiran-butiran diatas ayakan 4
mm minimal 2 % dari berat sisa butiran-butiran diatas ayakan 1 mm minimal
10 % dan berat sisa butiran diatas ayakan 0,25 mm, berkisar antara 80 %
sampai dengan 90 % dari berat.
 Pasir laut tidak boleh dipergunakan.
 Syarat-syarat tersebut diatas harus dibuktikan dengan pengujian
laboratorium.

5. Batu Belah (batu kali)


a) Batu belah (batu kali) harus keras, padat dan tidak boleh mengandung padas atau
tanah.
b) Batu belah untuk keperluan yang nampak (pasangan batu muka atau pasangan
tanpa plesteran) bentuk atau muka abtu harus dipilih dan tidak boleh
memperlihatkan tanda-tanda lapuk lapuk dan berpori.

6. Kerikil dan Batu Pecah


a) Kerikil adalah butiran-butiran mineral yang harus dapat melalui ayakan berlubang
ukuran 76 mm tertinggal diatas ayakan berlubang 5 mm.
b) Batu pecah adalah butiran-butiran mineral pecahan batu alam yang dapat melalui
ayakan berlubang ukuran 76 mm dan tertinggal diatas ayakan berukuran 2 mm.
c) Kerikil dan batu pecah untuk beton harus memnuhi syarat-syarat yang ditentukan
dalam PBI 1971 (NI-2) atau PUBI 1970 (NI-3) diantaranya : harus terdiri dari

Hal - 6
butiran-butiran yang keras, tidak berpori, tidak pecah/hancur oleh pengaruh
cuaca.
d) Kerikil dan batu pecah harus keras, bersih serta sesuai besar butirannya dan
gradasinya bergantung pada penggunaan.
e) Krikil/batu pecah tidak boleh mengandung lumpur lebih besar dari 1 %.
f) Warnanya harus hitam mengkilat ke abu-abuan.

7. Portland Cement (NI-8, PBI 1971/NI-2)


a) Portland Cement (PC) yang digunakan harus sejenis (NI-8) dan dalam kantong
utuh/buru.
b) Bila menggunakan PC yang telah disimpan lama harus diadakan pengujian lebih
oleh Laboratorium yang berkompoten.
c) Dalam pengangkutan PC ketempat pekerjaan harus juga agar tidak menjadi
lembab, begitu pula penempatannya harus ditempat yang kering.
d) PC yang sudah membatu (menjadi keras) sweeping tidak boleh dipakai.

8. Kayu (PKKI 1961)


a) Pada umumnya kayu harus bersifat baik dan sehat dengan ketentuan, bahwa
segala sifat dari kekurangan-kekurangan yang berhubungan memakainya tidak
akan merusak, atau menguranginilai konstruksi (bangunan).
b) Jenis kayu harus bebas dari cacat-cacat mata kayu, serta tidak lapuk.
c) Kadar air dari semua kayu dipakai untuk pekerjaan halus harus lebih kecil dari 20%
Harus dijaga agar kadar air tersebut konstant baik pada saat penyimpanan,
pengerjaan maupun sampai pada penyelesaian pekerjaan.
d) Macam kayu yang akan digunakan untuk pekerjaan ini dapat dilihat dalam
gambar detail dan rencana anggaran biaya.
e) Ukuran-ukuran kayu harus sesuai dengan yang disyaratkan kecuali
penyimpangan-penyimpangan, sedikit akibat penggergajian. Ukuran-ukuran yang
menyimpang harus disesuaikan seperti yang ditunjukan dalam gambar rencana.

9. Baja Tulangan
a) Baja tulangan harus bebas dari debu, karat, minyak, gemuk, serpihan-serpihan
kayu dan kotoran lain yang dapat mengurangi pelekatannya dengan beton, bila
dianggap perlu oleh direksi. Tulangan harus disikat atau dibersihkan dengan cara
lain sebelum dipergunakan Pengecoran tidak boleh dilaksanakan sebelum
penulangan diperiksa dan disetujui oleh Direksi. Bilamana terjadi
kelambatan/penundaan dalam pengecoran maka pembesian dibersihkan dan
diperbaiki lagi.
b) Baja tulangan (besi beton) harus dipasng sedemikian rupa sehingga selama
berlangsung pengecoran tidak akan berubah tempat (bergeser) semua
persyaratan seperti yang tercantum dalam PBI 1971 Bab V harus dipenuhi.
Pengikatan Penulangan dilakukan dengan kawat ikat yang berkwalitas besi lunak
dengan ukuran diameter lebih kurang 1 mm, Tulangan harus betul-betul bebas
dari acuan/atau lantai kerja dengan cara penempatan pada tulangan baja.
Sengkan (Beugel) harus diikat pada tulangan utama. Sedangkan jarak antara harus
sesuai dengan gambar.
c) Sambungan batang tulangan dengan pengelasan tidak diisinkan, Sambungan
tlangan harus mengikat syarat-syarat yang terdapat dalam PBI 1971 Bab VIII dan
ketentuan-ketentuan dalam gambar.

Hal - 7
d) Mutu dari baja tulangan harus mengikuti syarat-syarat dalam PBI 1971 Bab III.7.
Jenis Besi U-24 ini mempunyai tegangan leleh karateris 2400 kg/cm2 dan pada
percobaan lengkung 180 derajat tidak memperlihatkan tanda-tanda getas atau
kelemahan lainnya. Untuk mendapatkan jaminan akan kwalitas besi atau
kelemahan lainnya dan besi yang dipergunakan, maka disampingkan adanya
certificati dari suplyer juga harus dimintakan certificati dari laboratorium baik pada
saat pemesanan, maupun secara periodik minimum 2 contoh.
e) Percobaan streestrain dan pelengkungan 180° untuk setiap 20 ton besi dan setiap
ukuran diameter baja.
f) Semua tulangan harus dibengkokan dengan betuk dan ukuran seperti tercantum
dalam gambar serta mengikuti syarat-syarat dalam PBI 1971 dan diletakkan sesuai
dengan gambar dan dengan memperhatikan selimut beton yang tetap. Tulangan
tidak boleh dibengkokkan atau diluruskan dengan cara yang dapat
mengakibatkan kerusakan material.
g) Pemborong harus mengusahakan agar ukuran besi yang dipasang adalah sesuai
dengan gambar. Dalam hal terdapat kesulitan untuk mendapatkan besi dengan
ukuran yang ditentukan dalam gambar maka dapat dilakukan penukaran ukuran
diameter besi yang terdekat atau dengan kombinasi dengan catatan :
 Besi pengganti bermutu sama.
 Jumlah besi per satuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak
boleh kurang dari yang tertera dalam gambar, dalam hal ini yang
dimaksudkan adalah jumlah luas penampang.
 Panjang overlapping sambungan harus disesuaikan kembali berdasarkan
diameter besi yang dipilih.
 Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan overlapping sambungan
yang dapat menyulitkan pembetonan atau penyampaian vibrator.

10. Cetakan Acuan (Bekesting)


a) Bekesting-bekesting tidak boleh bocor dan cukup kaku untuk mencegah
penggeseran atau perubahan penyangga. Permukaan Bekesting harus halus dan
rata, tidak boleh melendut atau Cekung Sambungan pada bekesting harus
diusahakan agar lurus dan rata dalam arah Horizontal dan Vertikal.
b) Tiang-tiang penyangga yang vertikal untuk semua bekesting harus dibuat sebaik
mungkin untuk memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan, tanpa adanya
kerusakan, overstres dan pengeseran tempat pada bagian konstruksi yang
dibebani. Struktur tiang penyangga harus benar-benar kuat dan kaku menunjang
berat sendiri dari beban-beban yang berada diatasnya selama pelaksanaan.
c) Setiap bagian dari bakesting harus diperiksa terlebih dahulu oleh Direksi sebelum
pengecoran beton dilaksanakan.
d) Sebelum pemasangan besi tulangan, bakesting untuk beton yang tidak diplester
lagi harus dilapisi dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas pada beton,
sedangkan bekesting untuk beton biasa harus dibasahi air dengan seksama
sebelum beton dicor.
e) Khusus untuk acuan kolom dan dinding beton atau balok-balok tinggi, pada tepi
bawahnya harus dibuatkan bukan pada kedua sisi untuk mengeluarkan kotoran-
kotoran yang mungkin terdapat pada dasar kolom/dinding tersebut. Setelah
kebersihannya diperiksa dan disetujui oleh Direksi, bukaan ini boleh ditutup
kembali.

Hal - 8
f) Bangunan tidak boleh mengalami perubahan bentuk, kerusakan atau
pembebanan yang beban rencana dengan adanya pembongkaran tiap bagian
bekesting atau penyangga.
g) Waktu minimal dari saat sesuainya pengecoran beton sampai dengan
pembongkaran bekesting dari bagian-bagian struktur adalah sebagai berikut:

Waktu Minimum
Bagian Struktur Pembongkaran
Bekesting
Pondasi Telapak 21 hari
Kolom 21 hari
Balok 21 hari

E.2.2. Pekerjaan Struktur Beton

1. Pemborong bertanggung jawab sepenuhnya atas pembuatan campuran beton yang


baik uniform dan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Untuk memenuhi syarat-
syarat ini, Pemborong.
2. (Beton Molen) yang baik dan volumetric sistem untuk mengukur air dengan tepat.
3. Pengadukan dengan tangan hanya diperkenankan pada keadaan darurat dan segera
harus dilaporkan pada Direksi untuk diketahui dan mendapatkan persetujuannya
Pengadukan dengan tangan terbatas sampai 0,2 M3 dan dikerjakan pada tempat
pengadukan yang betul-betul rapat air.
4. Pengecoran beton tidak boleh dimulai sebelum direksi memeriksa dan meyetujui
bekesting, tulangan, angker-angker dan lain-lain, dimana beton akan dicor. Tempat
dimana beton akan dituang harus bebas dari segala macam kotoran, serpihan-
serpihan kayu dan genangan air.
5. Beton acuan dan penulangannya tidak boleh diganggu selama lebih kurang 24 jam
setelah pengecoran kecuali dengan izin Direksi. Semua pengecoran harus
dilaksanakan siang hari kecuali dengan izin dari Direksi. Izin ini tidak diberikan bila
sistem lampu kerja yang digunakan pemborong belum disetujui oleh Direksi.
6. Pada waktu panas bagian yang selesai dicor harus dilindungi dengan penutup-
penutup yang basah dan berwarna mudah atau dengan memercihkan air.
7. Tidak diperkenankan mengecor selama turun hujan lebat, dan beton yang baru dicor
harus dilindungi dari curahan hujan.
8. Sebelum pengecoran berikutnya dikerjakan, maka seluruh beton yang terkena hujan
harus diperiksa, diperbaiki dan dibersihkan dahulu dari beton yang tercampur/ terkikis
air hujan. Pengecoran selanjutnya harus mendapat isin Direksi terlebih dahulu.
9. Perawatan pendahuluan dari bidang permukaan beton yang kelihatan harus segera
dilakukan setelah bidang permukaan beton tersebut cukup keras untuk menghindari
kerusakan-kerusakan dan dilanjutkan terus menerus tidak kurang dari 12 jam. Bidang
permukaan beton harus terus menerus dibuat basah dengan cara menggenangi atau
bila tidak mungkin dapat menggunakan goni-goni basah untuk menutupnya.
10. Perawatan harus menerus dilakukan sampai sekurang-kurangnya 7 hari atau menurut
petunjuk Direksi.
11. Bidang-bidang cetakan harus selalu dibasahi selama perawatan. Bila cetakan dibuka
dalam masa perawatan maka bidang permukan beton yang kelebihan harus dirawat
dengan cara seperti diatas.

Hal - 9
12. Bagian-bagian yang kurang sempurna atau keropos dan berlubang-lubang harus
ditempel dengan campuran spesi yang sama segera setelah acuan dibongkar.
Sebelum bagian-bagian yang lepas harus disingkirkan, dibersihkan dan disiram
dengan air semen kental sebelum penambalan dimulai.
13. Direksi berhak menolak pekerjaan beton yang tidak memenuhi syarat. Pemborong
harus mengganti/memperbaiki/membongkar pekerjaan beton yang tidak memenuhi
syarat atas biaya sendiri sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh Direksi.

E.2.3. Adukan Dan Campuran

Perbandingan dari berbagai adukan, diberikan dalam daftar dibawah ini, angka-angka
yang tertera menyatakan perbandingan jumlah isi yang ditakar dalam keadaan kering.

Daftar Adukan

Adukan Mutu
Uraian
(PC) (Ps) (Kr) (Kpr) Beton
Cerucuk 1,000 2,0767 2,9290 K 250
Pondasi Telapak 1,000 2,0767 2,9290 K 250
Kolom Utama 1,000 2,0767 2,9290 K 250
Kolom Railling 1,000 2,0767 2,9290 K 250
Kolom Praktis 1,000 2,0767 2,9290 K 250
Balok Memanjang 1,000 2,0767 2,9290 K 250
Balok Melintang 1,000 2,0767 2,9290 K 250
Balo Praktis 1,000 2,0767 2,9290 K 250
Plat Lantai 1,000 2,0767 2,9290 K 250

E.2.4. Pekerjaan Pasangan Dinding

1. Batu untuk pasangan dinding adalah Hollowblock atau Conblock (HB10)


2. Conblock yang dipakai diharuskan mempunyai ukuran per buah Tebal 10 cm, Lebar 15
cm dan Panjang 30 cm; atau biar berbeda ukuran tetapi harus seragam.
3. Semen yang dipakai dalam adukan spesie harus semen portland bermerek Tonasa;
4. Pasir yang dipakai dalam adukan spesie harus bersih serta bebas dari lumpur dan
kandungan bahan kimia lainnya;
5. Air yang akan digunakan dalam campuran spesie diharuskan air yang benar-benar
bersih dan terbebas dari zat kimia dan semua zat lain yang dapat mengurngi
kualitas/mutu pekerjaan;
6. Adukan/campuran spesie harus mempunyai perbandingan 1 : 4 (1 bagian semen dan 4
bagian pasir);

E.2.5. Pekerjaan Plesteran Dinding

Hal - 10
1. Bidang-bidang yang akan diplester, harus disiram dahulu sampai jenuh. Dinding yang
akan diplester harus dibersihkan dahulu dari siar-siar yang telah dikeruk. Bidang beton
bila akan diplester, dikasarkan dengan pahat kecil setiap jarak 3 cm. Plesteran dapat
dimulai apabila disetujui Direksi.
2. Kepala plesteran dibuat pada jarak 1 M' dipasang tegak dan menggunakan kepingan
plywood tebal 6 mm untuk patokan kerataan bidang.
3. Setelah kepala plesteran diperiksa siku, lot dan kerataannya permukaan bidang baru
dapat ditutup dengan plesteran sampai rata, tanpa kepingan-kepingan kayu yang
tertinggi dalam plesteran.
4. Tebal minimum plesteran 15 mm, maximal 25 mm, ketebalan lebih dari 25 mm harus
diperkuat dengan kawat anyam yang ukurannya disetujui oleh direksi, dipasang pada
seluruh permukaan plesteran.
5. Pengacian dilakukan setelah plesteran disiram air sampai jenuh, sedemikian rupa
sehingga permukaan plesteran menjadi rata, halus dan tidak retak-retak. bidang yang
selesai disiram air hingga jenuh, dua kali setiap hari selama tujuh hari.
6. Campuran dari pleteran dapat dilihat pada pasal adukan. Bilamana belum disebutkan
angka perbandingan plesteran adalah sama dengan angka perbandingan adukan.

E.2.6. Pekerjaan Pengecatan

1. Permukaan Tembok
Persiapan dan pengecatan pada permukaan tembok (batu bata, beton dan
sebagainya) bagian dalam dan luar. Pengecatan pada dinding tembok, plesteran,
batu bata atau beton permukaan-permukaannya harus mengering dengan baik.
bersihkan permukaannya dari debu, kotoran dan bekas percikan plesteran dan
sebaginya. Biarkan mengering kemudian diberi cat dasar. Untuk cat akhir yang
digunakan cat tembok metrolite atau sekwalitasnya.
2. Permukaan Logam
Persiapan dan pengecatan pada permukaan logam (besi, baja, sengk, alumanium,
timah hitam, kuningan).
a) Hilangkan semua karat dan kerat dengan cara menggerok atau menggosok
dengan sikat baja. Bersihkan semua debu, kotoran, minyak, gemuk dan
sebagainya dengan cara mencuci dengan white sprit atau solvent lain yang
cocok, kemudian dilap dengan kain bersih (khususnya untuk alumanium setelah
minyak atau gemuk dihilangkan dengan menggunakan solvent ulaslah dengan
kwas Deoxidine 125 yang diencerkan dengan air sebanyak 200 % dan dibiarkan
selama 5 menit. Setelah itu Deoxidine 125 dari permukaan logam dengan air
bersih, kemudian dikeringkan dengan lap bersih.
b) Setelah itu beri menie sebagai berikut :
 Untuk permukaan besi atau baja menie yang dipakai adalah 1 (satu) lapis
Altex atau sekwalitasnya.
 Untuk permukaan sengk dan besi atau baja dan alumanium menie yang
dipakai adalah 1 (satu) lapis Altex atau sekwalitasnya.
 Untuk permukaan timah hitam dan kuningan tidak perlu diberi menie, hanya
permukaannya harus dikasarkan denga kertas amplas dan white spirit.

c) Pengecatan Akhir.

Hal - 11
Untuk permukaan besi atau baja, sengk dan besi/baja galvanized dipakai 2
(dua) lapis cat Platone atau sekwalitasnya.
3. Permukaan Kayu
Persiapan dan pengecatan permukaan kayu sebagai berikut :
a) Biarkan permukaan yang akan dicat mengering, bersihkan dari debu, kotoran,
minyak gemuk dan sebagainya amplas permukaannya dilap sampai kering.
b) Setelah bersih berilah cat dasar/menie yang berkwalitas baik, 1 (satu) lapis Altex
atau sekwalitas.
c) Setelah persiapan dan pengecatan dasar yang baik, selesaikan dengan cat akhir
dengan memakai 2 (dua) lapis cat mengkilap sekwalitas Platone.

E.2.7. Pekerjaan Atap dan Plafond

1. Kuda-Kuda Atap adalah Kayu Kls I, yang sudah dibersikan dari segalah kecacatan,
tidak terdapat mata – mata kayu yang mempengaruhi kekuatan kayu tersebut.
2. Gording untuk penahan atap harus dilicinkan dengan tujuan untuk mendapatkan
permukaan kayu yang rata.
3. Atap yang akan dipasang harus sesuai dengan spesifikasi atau yang disetujui
bersama dengan direksi pekerjaan dan konsultan pengawas.
4. Pada saat pemasangan Atap Penutup, harus disetel dengan baik, agar tepat pada
setiap alur atau gelombang dari atap tersebut, serta harus dipasang benang untuk
menyetel kedudukan atap tersebut, terutama bagian tiris, sehingga tidak terjadi
pemotngan setelah selesai pemasangan atap penutup.
5. Ukuran-ukuran kayu harus sesuai dengan yang disyaratkan kecuali penyimpangan-
penyimpangan, sedikit akibat penggergajian. Ukuran-ukuran yang menyimpang harus
disesuaikan seperti yang ditunjukan dalam gambar rencana.
6. Papan lisplank dipaku pada rangka listplank, tiap sammbungan dibuat sambungan
bibir lurus dengan finishing pendempulan dan pengecatan.
7. Rangka plafon dibuat dari kayu klas II produksi setempat dengan dimensi kayu 5/7
cm.
8. Seluruh rangka kayu diserut tetapi rata dan lurus dengan menggunakan mesin serut
dan pada bagian bawahnya diserut halus dan pemasangan dengan menggunakan
sistim klos yang dibuat dari reng ukuran 1 : 2 dan paku serta seluruh rangka
digantungkan dengan baik pada rangka kuda-kuda.
9. Pola pemasangan rangka langit-langit memiliki pola, berjarak horisontal 60 cm dan
berjarak vertikal 60 cm, dan setelah pemasangan, bidang permukaan rangka harus
rata, lurus, waterpas dan tidak ada bagian-bagian yang bergelombang.
10. Seluruh permukaan kayu rangka Plafond dicat dengan menggunakan cat residu atau
silinem ex. dalam negeri.
11. Apabila bahan penutup Plafond dipasang dengan diberi Naad/skoneng antara unit-
unit bahan Plafond, maka bagian bawah rangka Plafond yang nantinya terlihat
terlebih dahulu dirapihkan dengan dempul atau diberi lapisan tripleks yang dipasang
dengan baik dan sambungan-sambungan unit-unit tripleksnya rata dan halus
sedemikian rupa sehingga setelah langit-langit terpasang, naad terlihat rapih dan
tidak ada celah-celah pada sambungan rangka langit-langit.
12. Penutup plafond berbahan tripleks dengan ketebalan 3 mm dan berukuran 60cm x
120 cm.
E.3. Pekerjaan Konstruksi Gangway

Hal - 12
E.3.1. Pengertian Gangway dan Bagian-Bagiannya

Pekerjaan konstruksi Gangway adalah pekerjaan pembuatan dan pemasangan struktur


jembatan yang menghubungkan tambatan perahu / jetty ke dermaga ponton yang
mengapung.
Bagian-bagian gangway antara lain terdiri dari:
1. Kolom Beton sebagai tumpuan gangway,
2. Balok (gelagar) memanjang dan melintang (menggunakan Baja type WF)
3. Balok-balok pemikul lantai,
4. Lantai gangway (menggunakan papan kayu)
5. Railling gangway (menggunakan baja type WF untuk tiang, dan kayu untuk sandaran,
6. Assesories lainnya seperti plat besi untuk pijakan, pipa untuk engsel rotasi gangway
dan roda untuk gangway saat air pasang dan saat air surut.

E.3.2. Persyaratan Bahan

1. Syarat-syarat pemeriksaan bahan ( Lihat Hal - 04 Spesifikasi Teknik ini )


2. Air ( Lihat Hal - 06 Spesifikasi Teknik ini )
3. Pasir ( Lihat Hal - 06 Spesifikasi Teknik ini )
4. Kerikil ( Lihat Hal - 06 Spesifikasi Teknik ini )
5. Portland Cement ( Lihat Hal - 07 Spesifikasi Teknik ini )
6. Kayu ( Lihat Hal - 07 Spesifikasi Teknik ini )
7. Baja Tulangan ( Lihat Hal - 07 Spesifikasi Teknik ini )
8. Cetakan Acuan (Bekesting) ( Lihat Hal - 08 Spesifikasi Teknik ini )

E.3.3. Persyaratan Struktur Beton ( Lihat Hal – 10 Spesifikasi Teknik ini )

E.3.4. Adukan Dan Campuran

Perbandingan dari berbagai adukan, diberikan dalam daftar dibawah ini, angka-angka
yang tertera menyatakan perbandingan jumlah isi yang ditakar dalam keadaan kering.

Daftar Adukan

Adukan Mutu
Uraian
(PC) (Ps) (Kr) (Kpr) Beton
Cerucuk 1,000 2,0767 2,9290 K 250
Pondasi Telapak 1,000 2,0767 2,9290 K 250
Kolom Utama 1,000 2,0767 2,9290 K 250
Balok Melintang 1,000 2,0767 2,9290 K 250

E.3.5. Baja Struktir Profil

Hal - 13
Penyediaan bahan harus lengkap dengan peralatannya dan disesuaikan dengan mutu
kelas I. Mutu baja profil, pelat-pelat simpul, baut, mur dan paku keling harus memenuhi
persyaratan minimal yang mempunyai kekuatan normal 3700 kg/cm 2.

Bahan-bahan yang dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan baja harus diperoleh dari suplier
yang disetujui oleh direksi lapangan. Pasangan-pasangan yang tepat, bentuk, tebal
ukuran, berat dan detail-detail konstruksi yang ditunjukkan pada gambar harus
disediakan. Bahan baja kecuali ditentukan lain oleh direksi lapangan harus sesuai dengan
PUBB-56.

Pengelasan harus dilaksanakan sesuai dengan AWS atau AISC specification, baru dapat
dilaksanakan dengan seijin direksi lapangan, dan dengan menggunakan mesin las listrik.
Las yang dipakai adalah harus merk “Kobesteel” atau yang setara. Kontraktor harus
menyediakan tukang las yang berpengalaman dengan hasil pengalaman yang baik dalam
melaksanakan konstruksi baja-baja bertingkat.

Permukaan bagian yang akan dilas harus dibersihkan dari cat, minyak, karat dan bekas-
bekas potongan api yang kasar. Bekas potongan api harus digurinda dengan rata
Kerak bekas pengelasan harus dibersihkan dan disikat.

Metode pengelasan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak timbul distorsi pada
elemen konstruksi baja yang dilas.

Pada pekerjaan las dimana terjadi banyak lapisan las (pengelasan lebih dari satu kali),
maka sebelum dilakukan pengelasan berikutnya, lapisan dibersihkan terlebih dahulu dari
kerak-kerak las / slag dan percikan-percikan logam yang ada.
Tebal las pada sekali pengelasan maksimum 7 mm.

Lubang-lubang baut harus benar-benar tepat dan sesuai dengan diameternya. Kontraktor
tidak boleh merubah atau membuat lubang baru dilapangan tanpa seijin direksi lapangan.
Diameter baut, panjang ulir harus sesuai dengan yang diperlukan. Mutu baut yang
digunakan adalah baut hitam atau setara, kecuali ditentukan lain oleh direksi lapangan.

Pemasangan dan pengencangan baut harus dikerjakan sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan momen torsi yang berlebihan pada baut yang akan mengurangi kekuatan
baut itu sendiri.

Semua bekas potongan besi harus rapih dan rata. Pemotongannya hanya boleh
dilaksanakan dengan brander atau gergaji besi. Pemotongan dengan mesin las sekali-kali
tidak diperkenankan.

Baut dan paku keling yang digunakan untuk konstruksi harus mempunyai ukuran yang
sesuai dengan yang tercantum pada gambar. Kekuatan baut atau paku keling minimal
harus sama dengan kekuatan pipa profil dan pelat simpul. Pemasangan baut dan paku
keling harus benar-benar kokoh.

Hal - 14
E.3.6. Pengecatan ( Lihat Hal – 11 Spesifikasi Teknik ini )

E.4. Pekerjaan Konstruksi Ponton Fiberglass

E.4.1. Bentuk dan Ukuran Ponton Fiberglass

Ponton yang direncanakan berbentuk kotak yang memiliki dimensi ukuran utama :
 Panjang (P) : 10.00 Meter
 Lebar (L) : 6.00 Meter
 Tinggi (H) : 1.50 Meter
 Sarat Air (T) : 0.50 Meter

E.4.2. Material Ponton Fiberglass

Konstruksi laminasi ponton fiberglass menggunakan bahan-bahan fiberglass Resin


Polyester (FRP) standart DNV Register.
Diperkuat dengan penguat-penguat membujur dan melintang dari sekat dan balok-balok
fiberglass.

Konstruksi bagian dalam ponton dibuat dari bahan fiberglass yang dicetak dengan female
mould, menggunakan sistem hand lay up. Pada permukaan luar merupakan lapisan
gelcoat yang dicampur dengan pigmen warna, sekaligus berfungsi untuk lebih
meningkatkan kekedapan ponton.

Untuk bahan baku FRP pada konstruksi ponton, bahan perekat yang digunakan adalah
resin polyester yang berkombinasi satu sama lain dengan lapisan mat 300, mat 450 dan
roving 600.

E.4.3. Railling pengaman ponton

Railling pengaman ponton menggunakan kayu klas I ukuran 5cm x 5cm dengan finishing
cat kayu Platone atau yang setara.

E.4.4. Tiang Pancang (Sesuai Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun 2010 Revisi 3)

Pada umumnya, tiang pancang baja struktur berupa profil baja dilas biasa. Bilamana tiang
pancang digunakan dan akan diisi dengan beton, maka mutu beton tersebut minimum
harus fc’ 20 Mpa atau K-250 dengan kadar semen minimum untuk memenuhi kriteria
keawetan (durability)

Bilamana korosi pada tiang pancang baja mungkin dapat terjadi, maka panjang atau ruas-
ruasnya yang mungkin terkena korosi harus dilindungi dengan pengecatan menggunakan
lapisan pelindung yang telah disetujui dan/atau digunakan logam yang lebih tebal
bilamana daya korosi dapat diperkirakan dengan akurat dan beralasan. Umumnya seluruh

Hal - 15
panjang tiang baja yang terekspos, dan setiap panjang yang tertanam dalam tanah yang
terganggu di atas muka air terendah, harus dilindungi dari korosi.

Sebelum pemancangan, kepala tiang pancang harus tegak lurus terhadap panjangnya dan
topi pemancang (driving cap) harus dipasang untuk mempertahankan sumbu tiang
pancang segaris dengan sumbu palu. Setelah pemancangan, pelat topi batang baja atau
pantek harus ditambatkan pada pur, atau tiang pancang dengan panjang yang cukp harus
ditanamkan pada pur, atau tiang pancang dengan panjang yang cukup harus ditanamkan
ke dalam pur (pile cap).

Perpanjangan tiang pancang baja harus dilakukan dengan pengelasan. Pengelasan harus
dikerjakan sedemikian rupa hingga kekuatan penampang baja semula dapat ditingkatkan.
Sambungan harus dirancang dan dilaksanakan dengan cara sedemikian hingga dapat
menjaga alinemen dan posisi yang benar pada ruas-ruas tiang pancang. Bilamana tiang
pancang akan diisi dengan beton setelah pemancangan, sambungan yang dilas harus
kedap air.

Pada umumnya sepatu tiang pancang tidak diperlukan pada profil H atau profil baja gilas
lainnya. Namun bilamana tiang pancang akan dipancang di tanah keras, maka ujungnya
dapat diperkuat dengan menggunakan pelat baja tuang atau dengan mengelaskan pelat
atau siku baja untuk menambah ketebalan baja. Tiang pancang dapat juga dipancang
tanpa sepatu, tetapi bilamana sepatu tiang diperlukan, maka sepatu tiang ini dapat
dikerjakan dengan cara mengelaskan pelat datar atau yang berbentuk sedemikian rupa
dari pelat baja dengan mutu yang sama atau baja pabrikasi.

Penyedia Jasa harus menyediakan alat untuk memancang tiang yang sesuai dengan jenis
tanah dan jenis tiang pancang sehingga tiang pancang tersebut dapat menembus masuk
pada kedalaman yang telah ditentukan atau mencapai daya dukung yang telah
ditentukan, tanpa kerusakan. Bilamana diperlukan, Penyedia Jasa dapat melakukan
penyelidikan tanah dengan tanggungan biaya sendiri.

Biamana elevasi akhir kepala tiang pancang berada di bawah permukaan tanah asli, maka
galian harus dilaksanakan terlebih dahulu sebelum pemancangan. Perhatian khusus harus
diberikan agar dasar fondasi tidak terganggu oleh penggalian diluar batas-batas yang
ditunjukkan dalam gambar.

Kepa tiang pancang baja harus bisa dilindungi dengan bantalan topi atau mandrel
sebagaimana yang diisyaratkan dalam spesifikasi ini. Palu, topi baja, bantalan topi, katrol
dan tiang pancang harus mempunyai sumbu yang sama dan harus terletak dengan tepat
satu di atas lainnnya. Semua pekerjaan pemancangan harus dihadiri oleh direksi lapangan,
dan palu pancang tidak boleh diganti dan dipindahkan dari kepala tiang ancang tanpat
persetujuan dari direksi lapangan.

Tiang pancang harus dipancang sampai penetrasi maksimm atau penetrasi tertentu,
sebagaimana yang diperintahkan oleh direksi lapangan, atau ditentukan dengan
pengujian pembebanan sampai mencapai kedalaman penetrasi akibat beban pengujian
tidak kurang dari dua kali beban yang dirancang, yang diberikan menerus untuk
penurunan sekurang-kurangnya 60 mm. Dalam hal tersebut, posisi akhir kepala tiang
pancang tidak boleh lebih tinggi dari yang ditunjukkan dalam gambar atau sebagaimana

Hal - 16
yang diperintahkan oleh direksi lapangan setelah pemancangan tiang pancang uji. Posisi
tersebut dapat lebih tinggi jika disetujui oleh direksi lapangan.

Alat pancanag yang digunakan dapat dari jenis drop hammer diesel atai hidrolik. Berat
palu pada jenis drop hammer sebaiknya tidak kurang dari jumlah berat tiang beserta topi
pancangnya. Sedangkan untuk diesel hammer berat palu tidak boleh kurang dari setengan
jumlah berat tiang total beserta topi pancangnya diatmbah 500 kb dan minimum 2,2 ton.
Tinggi jatuh palu tidak boleh melampaui 2,5 meter atau sebagaimana yang diperintahkan
oleh Direksi Lapangan. Alat pancang dengan jenis drop hammer, diesel atau hidrolik yang
disetujui, harus mampu memasukkan tiang pancang dengan daya dukung yang diinginkan
sebagaimana yang ditentukan dari rumus pemancangan yang disetujui.

F. SYARAT-SYARAT TAMBAHAN

Bila ada perbedaan antara peraturan dan syarat-syarat (spesifikasi) ini dengan gambar rencana
maka peraturan ini yang menentuhkan:
1. Bila dalam gambar tertulis sedangkan dalam (spesifikasi) tidak disebutkan, maka Gambar
Rencana yang menentukan.
2. Segala pekerjaan yang dianggap meragukan harus dikerjakan setelah mendapat
persetujuan dari Direksi lapangan dan Konsultan Pengawas.
3. Setiap ada perubahan Gambar Rencana yang tidak sesuai dengan kondisi lapangan,
Pemborong harus melaporkan kepada Kepala Satuan Kerja atau Direksi yang telah
ditetapkan oleh Pimpinan Satker untuk mengadakan perubahan gambar sampai cocok
dengan kondisi lapangan dan harus mendapat persetujuan dari pihak Direksi Lapangan.
4. Kenaikan harga bahan-bahan, alat-alat dan upah selamam masa pelaksanaan pekerjaan
pemborongan ini, ditanggung sepenuhnya oleh PIHAK KEDUA.
5. Pada dasarnya PIHAK KEDUA tidak dapat mengajukan tuntutan/klaim atas kenaikan harga
bahan-bahan, alat-alat dan upah, terkecuali apabila terjadi tindakan/kebijaksanaan
Pemerintah Republik Indonesia dalam bidang Moneter, yang diumumkan secara resmi dan
diatur dalam peraturan perundang-undangan khusus untuk pekerjaan pemborongan.

Syarat-syarat lain yang belum tercantum dalam Spesifikasi ini, akan diatur bersama-sama dengan
PIHAK KESATU.

Hal - 17

Anda mungkin juga menyukai