Akhlak Tercela Dan Pembagiannya
Akhlak Tercela Dan Pembagiannya
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................................... 1
A. Kesimpulan ............................................................................................... 13
B. Saran ......................................................................................................... 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar belakang akhlak tercela dan pembagiannya adalah konsep
dalam etika yang mengidentifikasi perilaku dan sifat-sifat manusia yang
dianggap buruk atau tidak baik. Latar belakang ini berasal dari sejarah
pemikiran etika dan norma sosial yang telah berkembang selama berabad-
abad. Melanjutkan Pembagian akhlak tercela dari materi sebelumnya pada
bahasan makalah kali ini mencakup beberapa pembagian lainnya, seperti
yang akan diulas pada makalah ini yaitu al istikbar ( sombong), sebab-sebab
munculnya perbuatan istikbar, al israf (berlebih-lebihan), al liwathah
(homo sexual/ lesbian), al ifsad (berbuat kerusakan), al namimah (mengadu
domba), al sikhriyah (mengolok-olok).
Pemahaman mengenai akhlak tercela dapat bervariasi di berbagai
budaya dan tradisi agama. Beberapa tradisi mungkin menambahkan atau
mengkategorikan akhlak tercela lainnya. Tujuan dari pengenalan akhlak
tercela adalah untuk membantu individu menghindari perilaku negatif dan
mengembangkan akhlak yang lebih baik. Hal ini juga menjadi dasar untuk
pengembangan etika dan moral dalam masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sifat dan ciri-ciri dari Al-istikbar ?
2. Apa sebab-sebab munculnya perbuatan istikbar (sombong) ?
3. Apa itu Al-israf (berlebih-lebihan) ?
4. Apa itu Al-liwathah (homo seksual/lesbian) ?
5. Apa itu Al-ifsad (berbuat kerusakan) ?
6. Apa itu Al-namimah (mengadu domba) ?
7. Apa itu Al-shikriyah (mengolok-olok) ?
C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana sifat dan ciri-ciri dari Al-istikbar.
2. Mengetahui apa sebab-sebab munculnya perbuatan istikbar (sombong).
3. Mengetahui apa itu Al-israf (berlebih-lebihan).
4. Mengetahui apa itu Al-liwathah (homo seksual/lesbian).
1
5. Mengetahui apa itu Al-ifsad (berbuat kerusakan).
6. Mengetahui apa itu Al-namimah (mengadu domba).
7. Mengetahui apa itu Al-shikriyah (mengolok-olok).
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Norazizah Norazizah, Akhmad Dasuki, and Akhmad Supriadi, ‘Makna Istikbār Dalam
Al-Qur’an: Perspektif Semantik Toshihiko Izutsu’, Syams: Jurnal Kajian Keislaman, 2.2 (2021), 1–
19 <https://doi.org/10.23971/js.v2i2.3866>.
2
Putri Dini Shofaturrahma, ‘ANALISIS MAKNA TAKABBUR DAN ISTIKBAR
DALAM AL-QUR’ĀN (Kajian Tafsir Tematik)’ (UIN Syarif Hidayatullah, 2021).
3
akan menyucikan, tidak akan memandang mereka , dan bagi mereka
azab yang pedih.” (HR. Muslim)
4. Amal dan ibadah. Ia merasa nanti hidupnya selamat sampai di akhirat
sedangkan orang lain dianggap tidak selamat.
5. Karena nasab (garis keturunan) dan kelebihan fisik yang dimiliki.3
6. Ziyadatul maal atau bertambahnya harta. Orang yang tidak mempunyai
iman yang kuat akan mudah terjerumus dalam godaan setan. Ketika ia
menjadi orang yang merasa dirinya lebih berharga dari orang lain, ia
dengan mudahnya menyinggung perasaan orang lain. Orang sombong
tipe ini sering suka memamerkan barangnya.
7. Ziyadatul mansib atau kenaikan jabatan. Jabatan tinggi baik di tempat
kerja maupun di masyarakat seringkali membuat orang menjadi
sombong. Ia akan memerintah secara sewenang-wenang tanpa
memperhatikan prinsip keadilan. Ciri lainnya adalah dia mudah
meremehkan orang ketika memandang orang lain, apalagi Bawahannya
adalah orang-orang yang tidak setingkat dengannya.
8. Ziyaadatut tha'ah atau peningkatan ketaatan. Menjadi semakin patuh
peningkatan ibadah seseorang kepada Allah Ta'ala juga meningkatkan
risiko penyakit bangga. Ketegeori ini seringkali tidak terduga. Ia tampak
rajin beribadah, lahiriahnya sopan, namun dalam hati ia dengan
mudahnya merasa menjadi orang yang paling taat dan ahli di surga.
Sebaliknya, ia lebih memilih memandang jamaah yang malas beribadah
sebagai kelompok hina yang ditakdirkan masuk neraka.4
3
Dra. Nurul Hidayah, Buku Siswa Akidah Akhlak Kelas X Madrasah Aliyah, ed. by Dr.
Siswanto M.Pd.I, 1st edn (Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia, 2019). h.11
4
Fahturrahman, ‘4 Penyebab Orang Jadi Sombong’, Www.Muslimobsession.Com, 2021.
[accessed 14 September 2023].
4
luar kewenangan yang telah ditetapkan berdasarkan aturan (nilai) tertentu
yang berlaku. Secara terminologis, melangkahi (berlebihan) dapat dipahami
sebagai suatu perbuatan yang dilakukan seseorang yang tidak wajar atau
tidak patut karena kebiasaan demi memuaskan kesenangan pribadi yang
berlebihan.
• Beberapa pendapat mengenai pengertian israf adalah sebagai
berikut:
• untuk membelanjakan/memberikan sesuatu pada sesuatu yang tidak
pantas sebagai tambahan.
• Menghabiskan banyak kekayaan dengan sedikit uang
• Melebihi batas pembelanjaan.
Seseorang yang mengkonsumsi sesuatu yang tidak halal baginya atau
mengkonsumsi sesuatu yang halal baginya di luar batas dan di luar batas
Beberapa ulasan percaya bahwa ini berarti melebihi jumlah normal karena
mereka tidak memahami batas jumlah yang menjadi hak mereka.
Dengan demikian, pengertian Israaf adalah perbuatan seseorang yang
melebihi batas yang ditentukan oleh hukum syariah. Seseorang mencuci
muka lebih dari tiga kali tentu berlebihan, karena sunat hanya memberikan
tiga kali pencucian yang seragam. Namun konsep isrof seringkali digunakan
pada aspek pembelanjaan harta benda, bukan pada urusan ibadah. Misalnya,
membelanjakan uang untuk makanan, minuman, pakaian, dan berkendara
secara berlebihan melebihi batas nalar dan kenyamanan. Dalam kehidupan
modern, melampaui batas mengancam masa depan umat manusia,
khususnya di kalangan generasi muda. Nabi Muhammad SAW bersabda,
Artinya : “Binasalah orang-orang yang melampaui batas (berlebihan)”
(HR. Muslim)5
Contoh Perilaku Isrāf
5
Tim Humas, ‘Pengertian Israf, Bahaya, Contoh, Cara Mengindari, Dan Hikmah
Meninggalkannya’, An-Nur.Ac.Id, 2022 <https://an-nur.ac.id/pengertian-israf-bahaya-contoh-cara-
mengindari-dan-hikmah-meninggalkannya/> [accessed 14 September 2023].
5
a) Isrāf dalam makan dan minum, misalnya mengkonsumsi makanan
melebihi nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Termasuk dalam kategori
ini adalah bermewah-mewahan dalam makan dan minum.
b) Isrāf dalam berpakaian, misalnya memakai pakaian dengan modal
pakaian yang justru tidak sesuai dengan syari’at, misalnya terlalu
panjang atau terlalu kecil.
c) Isrāf dalam penggunaan air, misalnya mencuci pakaian dengan
menggunakan air yang berlebihan atau membiarkan kran air terbuka
sehingga air terbuang percuma.
d) Isrāf dalam penggunaan listrik, misalnya tidak mematikan lampu
setelah selesai dipakai, tidak mematikan kipas angin setelah tidak
dipakai, dsb.
e) Israf dalam penggunaan alat komunikasi, misalnya mengobrol
dengan ponsel berlama-lama, main game online dan sejenisnya
sehingga melupakan waktu istirahat, waktu belajar dan waktu
ibadah.
f) Isrāf dalam ibadah, misalnya melaksanakan salat lail semalam
suntuk sehingga ketiduran dan tidak melaksanakan salat subuh.
g) Berlebih-lebihan dalam segala perbuatan mubah sehingga
mengalahkan yang sunnah dan yang wajib.6
6
H. Sihabul Milahudin, S.Ag., M.Pd.I, Buku Siswa Akidah Akhlak Kelas IX Madrasah
Aliyah, ed. by Dr. Siswanto.M.Pd.I (Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia, 2019). h.137
7
KBBI, ‘Homoseksual’, Kbbi.Web.Id <https://kbbi.web.id/homoseksual>.
6
menduduki wilayah sekitar Laut Mati, khususnya Sadum dan Amurah
(Gamurrah).
Pengertian lain dari istilah homoseksualitas, seperti yang ada dalam
ensiklopedia bebas Wikipedia, menyatakan bahwa homoseksualitas
mengacu pada interaksi seksual dan/atau romantis antara sesama jenis,
menurut situasional atau berkelanjutan. Selama penggunaan baru-baru ini.
Kata sifat homoseksual digunakan untuk merujuk pada hubungan intim
dan/atau seksual antara orang-orang berjenis kelamin sama yang tidak dapat
diidentifikasi sebagai gay atau lesbian.
Homoseksualitas sebagai diidentifikasi, sering dibandingkan
dengan heteroseksualitas dan biseksualitas. Istilah gay adalah istilah yang
digunakan untuk menyebut laki-laki gay. Sedangkan lesbian adalah istilah
yang digunakan untuk menyebut perempuan berhubungan seks dengan
orang yang berjenis kelamin sama. Istilah homoseksualitas sendiri pertama
kali dicetuskan pada tahun 1868 bersamaan dengan istilah heteroseksualitas
(sebagai lawan dari homoseksualitas, yaitu hubungan seks antara lawan
jenis) dan pertama kali dicetak pada tahun 1869 oleh seorang penulis
Hongaria, Karoly Maria Kertbeny (1824-1882). Istilah lain yang digunakan
untuk mendefinisikan perilaku homoseksual adalah sodomi, sodomi sendiri
dalam istilah medis mengacu pada seks anal, yaitu seks yang biasa
dilakukan oleh kaum homoseksual, yaitu kaum homoseksual.8
LGBT adalah singkatan Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender.
LGBT merupakan perilaku seks menyimpang, bertentangan dengan hukum
Islam dan sangat menghawatirkan bagi kehidupan umat manusia. Fenomena
LGBT telah menjadi wabah baru termasuk di Indonesia. Dalam pandangan
Islam, LGBT merupakan perbuatan yang sangat dilarang karena sudah
menyalahi fitrah manusia. Dimana perbuatan ini menjadi dosa besar bahkan
lebih besar dari perbuatan zina. Allah Swt. Berfirman : “Dan (Kami juga
telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata
kepada mereka: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu,
8
Dr. Faizah Ali Syobromasili, M.A, ‘Homo Seksual, Gay, Lesbian Dalam Perspektif Al-
Qur’an’, 1–2 <https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30999/1/Faizah Ali
Syobromalisi-FU.pdf>.
7
yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini)
sebelummu?“ esungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan
nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah
kaum yang melampaui batas.” (QS. Al-a’raf [7]: 80-81)
a) Lesbian, yaitu pasangan perempuan dengan perempuan. Wanita
yang mencintai atau merasakan rangsangan seksual sesama jenisnya
atau disebut sebagai wanita homoseksual.
b) Gay, yaitu pasangan laki-laki dengan laki-laki. Laki-laki yang
mencintai atau merasakan rangsangan seksual sesama jenisnya atau
disebut sebagai laki-laki homoseksual.
c) Biseksual, yaitu orang yang mempunyai sifat kedua jenis kelamin
(laki-laki dan perempuan); tertarik kepada kedua jenis kelamin baik
kepada laki-laki maupun kepada perempuan.
d) Transgender, yaitu orang yang memiliki gender atau ekspresi gender
yang berbeda dengan seksnya yang ditunjuk pada saat lahir. Orang
transgender kadang- kadang disebut transeksual jika ia
menghendaki bantuan medis untuk merubah alat kelaminnya.9
9
Milahudin, S.Ag., M.Pd.I. h.53-54
8
masyarakat termasuk dalam kategori façade, dan sebaliknya segala sesuatu
yang bermanfaat termasuk dalam kategori shalah.10
Kerusakan (al-ifsad). Kata al-ifsad disebutkan sebanyak 50 kali
dalam 47 ayat Al-Quran, tiga di antaranya disebutkan dua kali dalam
berbagai sumber. Ungkapan al-ifsad sering digunakan untuk menyebut
kerusakan secara umum. Ayat yang merujuk langsung pada kerusakan
bumi, dalam hal ini flora dan fauna, terdapat dalam surat Al-Baqarah (2),
ayat 205. Sedangkan ayat al-ifsad lainnya menyangkut kerusakan akhlak
dan keimanan.
Pelaku al-ifsad diidentifikasi sebagai orang-orang kafir, munafik,
musyrik, pendosa dan kafir. Dalam merepresentasikan al-ifsad, Al-Quran
seringkali menggunakan cerita yang menceritakan perbuatan para perusak
generasi sebelumnya dengan tokoh utama adalah Fir'aun di zaman Nabi
Musa, antara lain cerita dalam ayat Surat Al-A'raf. (7). 103, 127; Surat Al-
Mu'min (40) ayat 26; Surat Yunus (10) ayat 81; Bani Israil dalam Surat Al-
Isra' (17) ayat 4, Surat Al-Maidah (ayat 5), Surat Al-A'raf (7) ayat 142, Jalut
dalam Surat Al-Baqarah (2) ayat 251, Madyan Ummat Shuaib dalam ayat
Surat Al-A'raf (7) 85, 86; Kaum Samud dalam Surat An-Naml (27) ayat 48,
Ya’juj dan Ma’juj dalam Surat Al-Kahfi (18) ayat 94, Umat Nabi Lut dalam
Surat Al-Ankabut (29) ayat 30, dan sebagainya. kemudian diakhiri ayat
tersebut dengan sebuah pepatah agar umat manusia dapat merenungkannya
dan menjadi pelajaran bagi generasi mendatang tentang kerugian yang
diakibatkan oleh kerusakan tersebut.11
10
Bagus Ahmad Muzaki, ‘Term Fasad Dan Pemaknaannya Dalam Al-Qur’an, Dari
Penyimpangan Sampai Kerusakan Lingkungan’, Tafsiralqur’an.Id, 2021
<https://tafsiralquran.id/ragam-pemaknaan-term-fasad-dan-kontesktualisasinya-dalam-al-quran/>
[accessed 14 September 2023].
11
Zainal Abidin, ‘EKOLOGI DAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PERSPEKTIF
ALQURAN’, MIYAH : Jurnal Studi Islam, 13.01 (2019), 185–86
<https://doi.org/https://doi.org/10.33754/miyah.v13i01.130>.
9
Menurut al-Baghawi, adu domba adalah mengutip suatu perkataan dengan
tujuan untuk mengadu antara seseorang dengan si pembicara. Menurut
Imam al-Ghazali, adu domba adalah mengungkapkan sesuatu yang tidak
suka untuk diungkap baik oleh orang yang mengungkapkan, orang yang
diungkap, atau pun orang yang mendengar ungkapan tersebut, baik yang
berupa perkataan maupun perbuatan, baik berupa aib atau pun
pujian. Rasulullah Saw. bersabda:
عبْد اللَِِه بْن َم ْسعُود قَا َل إنَ ِِ ُم َح َمِِدًا –صلى هللا عليه وسلم – قَا َل »أَا َل أُنَبِِئ ُ ُك ْم
َ ع ْن
َ
ى النَ ِِمي َمةُ ْالقَالَةُ بَيْنَ النَ ِِاس ْ َ َما ْالع. “Dari Abdullah bin Mas’ud,
َ ضه ُ ه
sesungguhnya Muhammad berkata, “Maukah kuberitahukan kepada kalian
apa itu al’adhhu? Itulah namimah, perbuatan menyebarkan berita untuk
merusak hubungan di antara sesama manusia”. (HR. Muslim)
Sikap adu domba bertujuan untuk merusak hubungan manusia di mana
hubungan baik akan berubah menjadi buruk, perselisihan akan kerap terjadi,
dan saling mengejek atau pun menghina akan semakin marak diucapkan.
Imam Nawawi berkata:
َ علَى ج َهة ْاْل ْف
َِ ساد ب َيْنه ْم َ النَ ِِمي َمة نَ ْقل ك َََلم النَ ِِاس َب ْعضه ْم إلَى َب ْعض
“Para ulama menjelaskan namimah adalah menyampaikan perkataan
seseorang kepada orang lain dengan tujuan merusak hubungan di antara
mereka.”12
Salah satu yang menjadi perhatian utama adalah persoalan
namimah, yang berarti “pengaduan palsu” atau “pengadu palsu” dalam
bahasa Arab. Namimah adalah perbuatan yang dibenci banyak orang dan
dianggap sebagai salah satu dosa besar Islam.
Namimah adalah tindakan menyampaikan informasi atau keluhan
palsu tentang seseorang dengan tujuan merugikan atau merusak
reputasinya. Tindakan ini termasuk menyebarkan rumor, fitnah, atau
informasi palsu sehingga menimbulkan konflik dan ketidakpercayaan antar
individu atau kelompok. Namimah dapat memuat perkataan, tulisan, dan
tindakan yang menebar fitnah tanpa dasar fakta.
12
M.Yusuf Alfisyahrin, Buku Siswa Akidah Akhlak Kelas XII Madrasah Aliyah, ed. by Dr.
Siswanto M.Pd.I (Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia, 2019). h.142-143
10
Dalam Islam, namimah dianggap sebagai dosa yang sangat serius
dan salah satu dosa besar yang dapat berakibat buruk di dunia dan akhirat.
Memang benar, namimah merusak kepercayaan, menimbulkan permusuhan
dan menghancurkan keharmonisan sosial di kalangan umat Islam.13
13
Abdur Rouf, ‘Namimah, Definisi, Contoh Dan Hukumnya Dalam Islam’,
Www.Genmilenial.Id, 2023 <https://www.genmilenial.id/khazanah/9609605490/namimah-definisi-
contoh-dan-hukumnya-dalam-islam> [accessed 14 September 2023].
14
KBBI, ‘Olok’, Kbbi.Web.Id <https://kbbi.web.id/olok>.
11
beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang
yang zalim.” (QS. Al-Hujurat[49]: 11)15
15
Kumparan, ‘Kandungan Al Hujurat Ayat 11: Larangan Mencela Dan Mengolok-Olok
Orang Lain’, Kumparan.Com, 2021 <https://kumparan.com/berita-hari-ini/kandungan-al-hujurat-
ayat-11-larangan-mencela-dan-mengolok-olok-orang-lain-1wSJyWkLfsq/full> [accessed 14
September 2023].
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan mengenai akhlak tercela adalah bahwa ini adalah
konsep etika yang mengidentifikasi perilaku dan sifat-sifat manusia yang
dianggap buruk atau tidak baik. Pembagian akhlak tercela umumnya
mencakup perbuatan dan sikap seperti istikbar (sombong), al-israf
(berlebih-lebihan), al-liwathah (homo seksual/lesbian), al-ifsad (berbuat
kerusakan), al-namimah (mengadu domba), al-shikriyah (mengolok-olok).
Tujuan dari mengenali akhlak tercela adalah untuk membantu
individu menghindari perilaku negatif ini dan mengembangkan akhlak yang
lebih baik. Ini juga digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan etika
dan moral dalam masyarakat. Pengertian ini dapat bervariasi dalam berbagai
budaya dan tradisi agama, tetapi pada dasarnya berfokus pada nilai-nilai
yang membentuk perilaku manusia.
Masyarakat dan pemerintah sering mengambil tindakan untuk
menghindari atau mengatasi perilaku akhlak tercela guna memelihara
kesejahteraan sosial dan keadilan. Pemahaman tentang akhlak tercela
penting dalam memandu individu dan masyarakat untuk menciptakan
lingkungan yang lebih etis dan adil.
B. Saran
Sebagai manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, penulis
menyadari dalam makalah ini masih terdapat kesalahan dari segi tata
Bahasa, kepenulisan maupun materi yang disampaikan. Oleh karena itu
kritik dan saran sangat terbuka lebar, agar penulis kedepannya bisa
memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada di dalam makalah ini untuk
menjadu lebih baik lagi. Semoga dengan adanya makalah ini bisa
menambah wawasan ilmu pengetahuan sehinngga bisa di amalkan dalam
kehidupan sehari-hari.
13
DAFTAR PUSTAKA
14
<https://tafsiralquran.id/ragam-pemaknaan-term-fasad-dan-
kontesktualisasinya-dalam-al-quran/> [accessed 14 September 2023]
Norazizah, Norazizah, Akhmad Dasuki, and Akhmad Supriadi, ‘Makna Istikbār
Dalam Al-Qur’an: Perspektif Semantik Toshihiko Izutsu’, Syams: Jurnal
Kajian Keislaman, 2.2 (2021), 1–19 <https://doi.org/10.23971/js.v2i2.3866>
Rouf, Abdur, ‘Namimah, Definisi, Contoh Dan Hukumnya Dalam Islam’,
Www.Genmilenial.Id, 2023
<https://www.genmilenial.id/khazanah/9609605490/namimah-definisi-
contoh-dan-hukumnya-dalam-islam> [accessed 14 September 2023]
Shofaturrahma, Putri Dini, ‘ANALISIS MAKNA TAKABBUR DAN ISTIKBAR
DALAM AL-QUR’ĀN (Kajian Tafsir Tematik)’ (UIN Syarif Hidayatullah,
2021)
15