Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KERANGKA


PENDIDIKAN NILAI
(Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Nilai)

Dosen Pegampu : Prof. Dr. Syaiful Anwar, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok II Kelas H PAI Semester V :

Ahmad Syabana Rasyid Hafifudin


Alfina Dwi Hardianti Fitri Novita Sari
Dwi Setiawati Shulha Mushliha
Endarismanda Riska Rojiatun
Dimas Aziz Kurniawan Saputri
Gemilang Rahmatulloh Winda Salsablia

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
T.A 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.


Puji syukur kami haturkan atas kehadiirat Allah SWT. Yang telah memberikan
rahmat serta hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Kerangka Pendidikan Nilai”
sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Tujuan dari penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas matat kuliah
Filsafat Pendidikan Islam yang di ampu oleh bapak Prof. Dr. Syaiful Anwar, M.Pd
M.Pd. Dalam penyusunan makalah ini kami mengambil materi tersebut dari berbagai
sumber, berupa buku, dan jurnal. Kami dengan penuh kesadaran menyadari bahwa
makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna.
Maka dari itu kritik dan saran membangun sangatlah berarti bagi kami untuk
kedepannya dalam pembuatan makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan
permohonan maaf yang sebesar besarnya apabila ada kata kata yang kurang berkenan.
Sekian terimakasih.
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Bandar Lampung, 01 November 2023

Kelompok X

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I ............................................................................................................................
1
PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................ 2
C. Tujuan ............................................................................................................... 2
BAB II ..........................................................................................................................
4
PEMBAHASAN ..........................................................................................................
4
A. Pengertian Pendidikan Nilai ........................................................................... 4
B. Mengapa Penting Pendidikan Nilai?.............................................................. 7
C. Bentuk-bentuk Nilai dalam Pendidikan Agama Islam................................. 9
D. Pendekatan dalam Pendidikan Nilai Sebagai Kerangka Pembelajaran
PAI ......................................................................................................................... 11
E. Paradigma dan Analisis Kontruktif Pendidikan Nilai Sebagai Kerangka
Pembelajaran PAI ................................................................................................. 16
BAB III....................................................................................................................... 19
PENUTUP.................................................................................................................. 19
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 19
B. Kritik dan Saran ............................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................
21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan dengan nilai memiliki relevansi yang sangat erat. Nilai
terlibat dalam tiap tindakan pendidikan baik dalam merencanakan suatu proses
belajar maupun dalam pengajaran karena dengan nilai guru dapat memberikan
tindakan pembelajaran dan evaluasi, demikian pula siswa dapat mengukur
hasil proses pembelajaran yang diterima dengan nilai tersebut. Jika ditinjau
nilai- nilai hidup dalam masyarakat sangat banyak jumlahnya sehingga
pendidikan berusaha membantu untuk mengenali, memilih, dan menetapkan
nilai-nilai tertentu sehingga dapat digunakan sebagai landasan pengambilan
keputusan untuk berprilaku secara konsisten dan menjadi kebiasaan dalam
hidup bermasyarakat.
Dalam pembelajaran PAI dianggap sebagai salah satu konsep strategis
dalam upaya menciptakan peserta didik yang bernilai dan memiliki karakter.
Pembelajaran PAI penting sebagai kerangka pendidikan nilai, hal ini
disebabkan dalam pembentukan karakter berasas pada nilai dan pendidikan itu
sendiri, terkhusus pendidikan agama Islam yang orientasi pembelajarannya
adalah upaya pembentukan moral dan kecerdasan peserta didik yang beriman
dan bertakwa.
Disisi lain dalam lingkungan keluarga dan masyarakat, nilai menjadi
sumber rujukan bagi ukuran dan pertimbangan kelayakan pendidikan peserta
didik yang telah didapatkan pada lingkungan sekolah, karena itu dalam setiap
tindakan individu baik persepsi, sikap lembut ataupun kritis, dan keyakinan
dalam pendidikan yang dialaminya selalu diserta dengan nilai. Demikianlah
urgensi pendidikan nilai sebagai muatan dalam pendidikan agama Islam.
Sebelum dieksplorasi lebih jauh tentang PAI sebagai kerangka pendidikan
nilai,

1
perlu dipahami bahwa dalam konteks ini pendidikan agama Islam adalah
pendidikan nilai, dan pendidikan nilai itu sendiri adalah pendidikan agama
Islam.
Dari uraian tersebut di atas maka dalam makalah ini dapat ditelaah
melalui beberapa rumusan permasalahan yang perlu ditinjau lebih mendalam.
Rumusan masalah tersebut yaitu; (1) Bagaimana pengertian pendidikan nilai
dalam PAI?, (2) Mengapa penting pendidikan nilai?, (3) Bagaimana bentuk-
bentuk nilai dalam pendidikan agama Islam?, (4) Seperti apa pendekatan
dalam pendidikan nilai?, (5) Bagaimana paradigma dan analisis kontruktif
pendidikan nilai sebagai kerangka pembelajaran PAI?1

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian pendidikan nilai dalam PAI?,
2. Mengapa penting pendidikan nilai?,
3. Bagaimana bentuk-bentuk nilai dalam pendidikan agama Islam?,
4. Seperti apa pendekatan dalam pendidikan nilai?,
5. Bagaimana paradigma dan analisis kontruktif pendidikan nilai sebagai
kerangka pembelajaran PAI?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Bagaimana pengertian pendidikan nilai dalam PAI.
2. Untuk mengetahui mengapa penting pendidikan nilai.
3. Untuk mengetahui bagaimana bentuk-bentuk nilai dalam pendidikan agama
Islam.
4. Untuk mengetahui seperti apa pendekatan dalam pendidikan nilai.

1
Hardianto Rahman, ‘PEMBELAJARAN PAI DALAM KERANGKA PENDIDIKAN
NILAI’, Jurnal Al-Qalam: Jurnal Kajian Islam & Pendidikan, 7.1 (2020), 46–64
<https://doi.org/10.47435/al-qalam.v7i1.180>.

2
5. Untuk mengetahui bagaimana paradigma dan analisis kontruktif
pendidikan nilai sebagai kerangka pembelajaran PAI.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Nilai


Dalam pendidikan nilai terdapat dua kata dasar yakni term
“Pendidikan” dan term “Nilai”. Pendidikan berasal dari kata “didik” dengan
memberinya awalan “pe-“ dan akhiran “an” yang mengandung arti
“perbuatan” (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan berasal dari bahasa
Yunani yaitu “paedagogie” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada
peserta didik2. Seiring dengan perkembangannya secara etimologi
diterjemahkan kedalam bahasa Inggris “education” yang akar katanya berasal
dari bahasa Latin “educere” berarti memasukkan sesuatu, barangkali
memasukkan ilmu kepada seseorang, jadi disini ada tiga hal yang terlibat
yakni ilmu, proses memasukkan, dan kepala seseorang3. Dalam bahasa Arab
ada beberapa istilah yang biasa dipergunakan dengan pengertian pendidikan
seperti Ta’alim, Tarbiyah, dan Ta’dib. Dari ketiga istilah tersebut di atas yang
biasa dipergunakan dan lebih populer adalah Tarbiyah.
Jika disimpulkan dari beberapa istilah diatas maka pendidikan dapat
dikatakan sebagai proses bimbingan atau pertolongan yang dilakukan secara
sengaja dan bertanggung jawab oleh seseorang atau kelompok kepada anak
didik sehingga memiliki pengetahuan dan menjadi insan yang dewasa. Secara
terminologi ini definisi pendidikan termuat pula dalam Undang-Undang No.
20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pada definisi pendidikan nasional dan tujuan pendidikan Islam
sebagaimana yang telah dijelaskan diawal telah memberikan indikasi bahwa
pendidikan dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip kesadaran guna

2
Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat., hlm. 83.
3
Hasan Langgulung, Asas., hlm. 3.
4
pengembangan potensi kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan
keterampilan sehingga wujud pribadi seseorang berada pada kesalehan
spiritual, kecerdasan emosional dan intelektual. Dalam melakukan proses dan
mencapai tujuan tersebut termuat komponen-komponen yang tak dapat
terpisahkan baik aktivitas pembimbingan, peranan pendidik sebagai pelaku
dalam melakukan bimbingan, adanya peserta didik, adanya peranan media
pendidikan serta tujuan pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu pada konteks
ini antara pendidikan dan nilai memiliki kaitan dan relevansi yang sangat erat.
Nilai secara etimologi berasal dari kata value, dalam bahasa Arab al-
Qiyamah, dalam bahasa Indonesia berarti nilai4. Chabib Thoha mengutip Sidi
Gazalba mendefinisikan nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal,
nilai bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah
yang membutuhkan pengertian empirik, melainkan soal penghayatan yang
dikehendaki disenangi dan tidak disenangi5. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, nilai adalah harga dalam arti taksiran harga; harga sesuatu, angka
kepandalam; kadar, mutu, banyak sedikitnya isi6. Menurut Khoiron Rosyadi
nilai adalah ukuran untuk menghukum atau memilih tindakan dan tujuan
tertentu. Nilai sesungguhnya tidak terletak pada barang atau peristiwa, tetapi
manusia memasukkan nilai kedalamnya, jadi barang mengandung nilai, karena
subyek yang tahu dan menghargai nilai itu. 7Masduki Duryat memberikan
definisi bahwa pendidikan nilai ialah mencakup keseluruhan aspek sebagai
pengajaran atau bimbingan kepada peserta didik agar menyadari nilai
kebenaran, kebaikan, dan keindahan, melalui proses pertimbangan nilai yang
tepat dan pembiasaan bertindak yang konsisten. Nilai adalah suatu keyataan
‘tersembunyi’ di balik kenyataan-kenyataan lainnya. Nilai ada karena adanya

4
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 1.
5
Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 61.
6
Suharsono dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Lux, (Semarang: Widia
Karya, 2011), hlm. 337.
7
Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajara, 2009), hlm. 114.

5
kenyataan-kenyataan lain sebagai pembawa nilai. Menilai berarti menimbang,
suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang
lain, untuk selanjutnya mengambil keputusan. Keputusan itu merupakan
keputusan nilai yang dapat menyatakan berguna atau tidak berguna, benar atau
tidak benar, baik atau tidak baik, indah atau tidak indah. Sesuatu dikatakan
mempunyai nilai apabila berguna/berharga (nilai kegunaan), benar (nilai
kebenaran), baik (nilai moral, dan etika), religius (nilai agama). Persoalan
tentang nilai dipelajari pula sebagai salah satu cabang filsafat yakni filsafat
nilai (axiology8).
Dari beberapa definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
pendidikan nilai adalah sesuatu tindakan mengarahkan dan membantu peserta
didik atau yang berupa bimbingan dan pengajaran yang dilakukan sehingga
terbentuk dan memiliki kadar nilai yang sesuai serta menyadari berbagai
keadaannya, terbiasa bertindak dan bertanggungjawab dengan penuh
pertimbangan sesuai asas nilai yang dipahaminya.
Jika pengertian-pengertian di atas diintegrasikan dalam proses
Pendidikan Agama Islam, maka aspek bimbingan nilai yang akan ditanamkan
memiliki ruang dan peranan yang cukup dominan dalam membentuk kadar
positif peserta didik melalui pendidikan agama Islam yang di dalamnya
merupakan inti penanaman nilai. Oleh karena itu pendidikan nilai merupakan
inti, hakikat serta tujuan penting dari pendidikan itu sendiri. Abd. Aziz
mengutip Jalaluddin dan Abdullah menjelaskan bahwa nilai dan implikasi
aksiologi didalam pendidikan adalah pendidikan menguji dan
mengintegrasikan semua nilai tersebut didalam kehidupan manusia dan
membinanya di dalam kepribadian anak. Karena untuk mengatakan bahwa

8
Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan Islam, Sebuah Gagasan Membangun Pendidikan Islam,
(Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 15

6
sesuatu itu bernilai baik, bukanlah sesuatu yang mudah. Apalagi menilai
dalam arti mendalam untuk membina dalam kepribadian ideal.
Menurut Zaim Elmubarok mengutip Linda, secara gari besar nilai
dibagi dalam dua kelompok yaitu nilai-nilai nurani (values of being) dan nilai-
nilai memberi (values of giving). Nilai-nilai nurani adalah nilai yang ada
dalam diri manusia kemudian berkembang menjadi prilaku serta cara kita
memperlakukan orang lain.9
Nilai yang diajarakan kepada peserta didik menjadi pokok dalam setiap
pembahasan sekaligus inti dari pembelajaran khususnya pendidikan agama
Islam. Nilai-nilai tersebut menjadi tertampung dari berbagai topik pembahasan
sehingga sikap dan prilaku yang termanifestasikan dalam kehidupan sehari-
harinya merupakan cerminan dari nilai-nilai yang telah diajarkan.

B. Mengapa Penting Pendidikan Nilai?


Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa perubahan individu sebagai
dari masyarakat Indonesia yang kompleks dan tradisional kearah yang maju
dan berkembang, antara lain karena majunya pengembangan iptek yang
terselenggara membawa berbagai perubahan pada kehidupan manusia pada
umumnya10. Perubahan drastis sebagai akibat globalisasi dan watak
lingkungan yang berciri sekularisasi sangat berpengaruh terhadap lahirnya
individu- individu yang telah jauh dari bingkai nilai-nilai moral spiritual
agama, potret dan pola hidup generasi anak-anak bangsa yang kian tak
terbendung dengan menabur benih-benih permusuhan, kebencian, dengki dan
dendam, terlebih lagi
ada sederetan kaum intelektual yang telah melanggar etika profesinya, para

9
Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai (Mengumpulkan yang Terserak, Menyambung
yang Terputus, dan Menyatukan yang Tercerai, Edt. Dudung Rahmat Hidayat, (Bandung:
Alfabeta,
2009), hlm. 7.
10
Conny Semiawan, Perspektif Pendidikan Anak Berbakat , Edt. Djony Herfan, (Jakarta: PT Grasindo,
7
2007), hlm. 16.

8
siswa dan mahasiswa yang terlibat aksi-aksi kekerasan, pornografi, narkoba,
seks bebas serta beberapa penyakit sosial lainnya sehingga jauh dari nilai
budaya luhur positif. Jika direnungkan subtansi pendidikan adalah
memanusiakan manusia, pendidikan meningkatkan derajat dan meningkatkan
keimanan kepada Allah SWT. Dalam hal ini jika kita merujuk potongan
firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah Al-Mujadalah: 11 yang artinya :
Hai orang- orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah
dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Hilangnya kadar nilai positif pada diri individu seperti yang telah
tercermin di atas, senada pula dengan yang dijelaskan oleh Adimassana,
bahwa nilai-nilai manusia yang rendah, yaitu pada pemerolehan “semat”
(harta kekayaan dan kenikmatannya), “pangkat” (kedudukan dan
kenikmatannya) dan “derajat” (kehormatan, gensi, nama baik, popularitas,
keagungan dan segala kenikmatannya). Lebih lanjut dikemukakan bahwa
pendidikan kita dalam 35 tahun terakhir ini kurang menumbuhkan kesadaran
akan nilai-nilai luhur (aspek rohani), yang menjadi motor penggerak
perkembangan peserta didik kearah hidup yang manusiawi dan bahkan kearah
hidup yang adil−manusiawi (ilahi). Dengan dihapusnya kegiatan P4 di
sekolah-sekolah, belum menjamin bahwa pendidikan nilai di sekolah akan
menjadi lebih baik. Justru sampai sekarang tampaknya pihak pemerintah atau
sekolah-sekolah belum memikirkan kegiatan penggantinya, yang diharapkan
dapat menjadi wahana untuk menumbuhkan kesadaran nilai.
Dalam pendidikan kita kegagalannya yang paling fatal adalah out put dari
suatu pendidikan tidak lagi memiliki kepekaan nurani yang pada dasarnya
tidak lagi berlandaskan nilai moralitas. Ragamnya fenomena penyakit sosial
yang jauh
9
dari tujuan pendidikan dan nilai-nilai pendidikan Islam ikut mewarnai aspek
kehidupan terutama dunia pendidikan seolah menjadi potret buram yang
hingga kini belum terbuka tabir terang pencapaian yang memuaskan dan akan
membawa pada kemaslahatan umat. Jika media negatif sebagai tangan kanan
globalisasi telah melahirkan individu-individu yang pragmatis dan cenderung
sekularis, jauh dari nilai-nilai agama maka aspek kehidupan yang
berketuhanan tak lagi dipandang sebagai sesuatu urgen. Disinilah peran
pendidikan Agama Islam sebagai kerangka yang sangat mendasar dalam
pendidikan nilai.
Pendidikan agama yang tentunya membawa insan akan dekat dengan
Tuhannya dan memiliki landasan nilai transendental dan fundamental Islam
maka seseorang akan tampak dalam kehidupannya semakin bermakna,
memiliki karakter kuat dan positif sehingga tiap persoalan yang dihadapi
dapat dengan mudah mengatasinya, sebaliknya tanpa pendidikan nilai
agama−terutama dalam aspek nilai-nilai dalam agama Islam maka seseorang
akan memiliki orientasi hidup yang buram, memiliki kekosongan dan
kekeringan jiwa dan sulit beradaptasi dengan lingkungan dan keadaan yang
serba praktis, kompetitif dalam ranah tekhnologi globalisasi.

C. Bentuk-bentuk Nilai dalam Pendidikan Agama Islam


Menurut Abdul Mustakim, nilai-nilai pendidikan dalam kisah Al-Qur’an
ada enam bentuk, namun keenam nilai-nilai tersebut dapat dipandang sebagai
dasar nilai pendidikan yang pada hakikatnya sangat penting dan utama
diterapkan dalam pembelajaran PAI, nilia-nilai tersebut yaitu: Pertama, Nilai
pendidikan tauhid. Kedua, Nilai pendidikan intelektual. Ketiga, Nilai
pendidikan akhlak/moral. Keempat, Nilai pendidikan seksual. Kelima, Nilai
pendidikan spiritual, Kenam, Nilai pendidikan demokrasi11.

11
(Abdul Mustaqim, Nilai-Nilai Pendidikan dalam Kisah Al-Qur’an, eds. Prof. Dr. H. Nizar Ali,
M.Ag dan Dr. H. sumedi, M.Ag dalam Antologi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pascasarjana UIN
Sunan Kalijaga kerjasama Penerbit Idea Press, 2010), hlm. 232.)
10
1. Nilai pendidikan tauhid, yaitu nilai fundamental yang berfokus tentang
keyakinan akan keesaan Allah SWT. Alquran itu diturunkan oleh Allah
tujuannya untuk memperbaiki akidah seseorang agar kembali kepada
agamanya dan tidak menyekutukan Allah. Pendidikan tauhid merupakan
suatu upaya yang keras dan bersungguh-sungguh dalam mengembangkan
mengarahkan dan memperkuat kesadaran kebertuhanan dalam diri peserta
didik, karena tauhid merupakan dasar dalam ajaran Islam yang berfungsi
sebagai pegangan pokok yang sangat penting bagi kehidupan12.
Pendidikan tauhid harus diajarkan sejak dini bahkan dalam perkembangan
serta pertumbuhan peserta didik hingga mencapai tingkat tinggi harus tetap
perlu adanya pendidikan ketauhidan untuk memperkokoh agama mereka.
Tentunya sumber-sumber yang digunakan untuk memperdalam nilai
pendidikan tauhid yaitu Alquran, hadis, dan literatur agama.
2. Nilai pendidikan intelektual, yaitu suatu nilai yang berkaitan dengan
pengembangan kemampuan intelektual seseorang seperti kemampuan
seseorang berpikir kritis, berpikir kreatif dan analitis. Nilai pendidikan
intelektual ini sangat penting dalam pendidikan karena bisa membantu
peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir mereka ke arah
yang lebih baik dan ke arah yang lebih efektif. Dengan melalui kisah
seseorang dapat mengembangkan dan mendidik akal pikirannya serta
meluaskan cakrawala berpikirnya sehingga setelah mengikuti alur kisah
peserta didik dapat mengambil hikmah dari pelajaran tersebut.
3. Nilai pendidikan akhlak atau moral, yaitu nilai-nilai yang berkaitan
dengan perilaku baik atau buruknya manusia. Nilai pendidikan akhlak ini
sangat penting dalam pendidikan itu sendiri karena bisa membantu
peserta didik
untuk mengembangkan karakter yang baik dan karakter yang bermoral13.

12
Abdul Munir Mulkhan. "Nilai-Nilai Tauhid dalam Pendidikan Islam"
13
Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak" oleh Abdul Munir Mulkhan. hlm 12-14
11
Dalam pembelajaran nilai pendidikan akhlak dapat diwujudkan melalui
penggunaan metode pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk
berperilaku baik dan bermoral serta melalui pengembangan kurikulum
yang menekankan pada pengembangan karakter siswa.
4. Nilai pendidikan seksual, yaitu nilai pendidikan yang memberikan peranan
dan informasi penting bagi siswa dalam masalah orientasi seksual
sehingga mereka itu dapat memandang secara sempurna hakikat
seksualitas dan tetap berjalan dalam bingkai moral dan kebenaran.
5. Nilai pendidikan spiritual, pendidikan spiritual merupakan upaya sadar
manusia untuk selalu mendekatkan diri kepada Tuhan dengan berbagai
dalil kebenaran yang ada titik nilai-nilai pendidikan spiritual itu mencakup
pikiran, perkataan dan perbuatan yang bersumber dari hati dan berguna
bagi rohani14.
6. Nilai pendidikan demokrasi, pendidikan demokrasi merupakan upaya
sistematis yang dilakukan oleh masyarakat maupun negara untuk
memfasilitasi individu warga negaranya agar memahami, menghayati,
mengamalkan dan mengembangkan konsep, prinsip dan nilai-nilai
demokrasi sesuai dengan status dan perannya di masyarakat. Nilai
pendidikan demokrasi mencakup persamaan hak dan kewajiban
menghargai kebebasan pendapat, memahami dan menyadari
keanekaragaman dalam lingkungan sekolah.

D. Pendekatan dalam Pendidikan Nilai Sebagai Kerangka Pembelajaran


PAI
Zaim elmubarok yang mengutip dari martolella. Dia mengemukakan
ada 8 pendekatan di dalam pendidikan nilai atau budi pekerti yaitu 15:

14
Nilai-Nilai Spiritual" oleh Muhammad Syafiq Mughni, hlm 38
15
Darma Kesuma, dkk. Pendidikan Karakter, Kajian Teori dan Praktek di Sekolah, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), hlm. 58.)

12
1. evocation, Merupakan pendekatan agar siswa diberi keleluasaan secara
bebas untuk mengekspresikan respon afektifnya terhadap stimulus yang
diterima
2. inculcation, Merupakan pendekatan supaya siswa bisa menerima stimulus
yang diarahkan menuju kondisi siap
3. moral reseoning, Merupakan pendekatan agar terjadinya transaksi
intelektual taksonomi tinggi dalam mencapai pemecahan suatu masalah
4. value clarification, Merupakan pendekatan melalui stimulus agar peserta
didik dapat diajak mencari kejelasan dari nilai moral.
5. value analisis, Merupakan pendekatan supaya siswa dirangsang untuk
melakukan analisis dari nilai moral
6. moral anareness, Merupakan pendekatan agar siswa menerima stimulus dan
kesadarannya akan nilai-nilai tertentu
7. commitmen approach, Merupakan pendekatan supaya siswa sejak awal
dapat diajak menyepakati adanya suatu pola pikir dalam proses pendidikan
nilai
8. union approach, Merupakan pendekatan supaya siswa dapat diarahkan
untuk melaksanakan secara riil dalam kehidupan mereka.

Namun demikian model pendekatan nilai yang populer sesuai dengan kajian
Superka yang dikutip oleh Zain Elmubarok dalam Disertasinya “A typology of
valuing theories and values education approaches” delapan pendekatan
pendidikan nilai berdasarkan kepada berbagai literatur dalam bidang
psikologi, sosial, filosofi, dan pendidikan yang berhubungan dengan nilai,
yang kemudian karena alasan tekhnis dalam praktek pendidikan, pendekatan-
pendekatan tersebut diringkas menjadi lima yaitu:
1. Pendekatan penanaman nilai
Pendekatan penanaman nilai merupakan pendekatan yang memfokuskan
pada penanaman nilai-nilai sosial pada peserta didik. Secara tidak langsung

13
tujuan penanaman karakter di sini adalah responsif terhadap nilai-nilai sosial,
anak didik mampu menerapkan nilai karakter dalam dirinya pada eksistensi

14
sosial16. Terdapat beberapa pendekatan penanaman nilai yang dapat
digunakan guru dalam proses pembelajaran yaitu : pendekatan pengalaman
pendekatan pembiasaan, pendekatan rasional pendekatan emosional
pendekatan fungsional, pendekatan keteladanan.
2. Pendekatan perkembangan moral kognitif.
Pendekatan perkembangan moral kognitif yaitu suatu pendekatan yang
mendorong peserta didik untuk berpikir aktif tentang masalah-masalah
moral maupun dalam membuat keputusan-keputusan moral. Tujuan yang
ingin dicapai oleh pendekatan ini ada dua hal yang utama titik pertama
membentuk siswa dalam membuat pertimbangan moral yang lebih
kompleks berakademis yang dapat kepada nilai yang lebih tinggi. Kedua
mendorong siswa untuk mendiskusikan alasan-alasannya ketika memilih
nilai dan posisinya dalam suatu masalah moral17.
3. Pendekatan analisis nilai
Pendekatan analisis nilai adalah suatu pendekatan yang menekankan
pada pemikiran logis dalam memecahkan masalah yang berhubungan
dengan masalah-masalah pribadi, sosial atau politik. Di dalam pendekatan
analisis nilai terdapat dua tujuan utama pendidikan yaitu : pertama
membantu siswa untuk menggunakan kemampuan berpikir logis dan
penemuan ilmiah dalam menganalisis masalah-masalah sosial yang
berhubungan dengan nilai moral tertentu. Kedua membantu siswa untuk
menggunakan proses berpikir rasional dan analitik dalam menghubungkan
dan merumuskan konsep tentang nilai-nilai mereka18.
4. Pendekatan klasifikasi nilai

16
Munifah, Rekonsepsi Pendidikan Karakter Era Kontemporer, (Bandung: CV Cendikia Press,
2020), hlm. 103
17
Huliyah Muhiyatul, Strategi Pengembangan Moral dan Karakter Anak Usia Dini, (Yogyakarta
: Jejak Pustaka, 2021), hlm. 14
18
Sulasmi Emilda, Buku Ajar Kebijakan dan Permasalahan Pendidikan, (Medan: Redaksi, 2021), hlm
148

15
Pendekatan klasifikasi nilai yaitu suatu pendekatan yang digunakan
guru untuk mengajak siswa menemukan suatu tindakan yang mengandung
unsur-unsur nilai (baik itu positif maupun negatif) dan selanjutnya akan
ditemukan nilai-nilai yang seharusnya dilakukan19.
5. Pendekatan pembelajaran berbuat
Proses pengajaran nilai menurut pendekatan ini didasarkan pada
dilema moral dengan menggunakan metode diskusi kelompok. Pendekatan
yang terakhir ini memberikan perhatian sepenuhnya kepada isu moral dan
penyelesaian masalah yang berhubungan dengan pertentangan nilai
tertentu dalam masyarakat20.

Dalam upaya pembentukan nilai tahap selanjutnya diperlukan beberapa


strategi pembentukan nilai dalam proses pembelajaran PAI. Abdul Kudus
mengutip Una kartawisastra dalam strategi klasifikasi nilai, dia
mengemukakan bahwa di dalam upaya membangun strategi pembentukan
nilai dalam proses pembelajaran ada empat strategi yaitu 21:
1. Strategi Tradisional, ialah dengan jalan memberikan nasihat atau
indoktrinasi. Strategi ini ditempuh dengan jalan memberitahukan secara
langsung nilai-nilai mana yang baik dan yang kurang baik. Kelemahan
strategi ini adalah anak, sekedar tahu atau hafal jenis-jenis nilai tertentu
yang baik dan yang kurang baik, tetapi belum tentu melaksanakan.
Guru/orang tua/pendidik kadang-kadang hanya belaku sebagai juru bicara
nilai tetapi belum tentu melaksanakannya, tekanan dari strategi ini lebih
bersifat kognitif, sedangkan afektifnya kurang dikembangkan.

19
Zulkifli, Zulkarnaini, dkk. Pengembangan Moral dan Agama, (Padang: PT Global Eksekutif
Teknologi, 2023), hlm. 68
20
Huliyah Muhiyatul, Strategi Pengembangan Moral dan Karakter Anak Usia Dini, (Yogyakarta
: Jejak Pustaka, 2021), hlm. 14
21
Lihat, Chabib Thoha, Kapita., hlm.77-79.

16
2. Strategi bebas, strategi ini merupakan kebalikan dari strategi tradisional,
yakni guru/pendidik tidak memberitahukan kepada anak nilai-nilai yang
baik dan buruk, pembentukan nilai secara bebas ialah memberikan
kebebasan sepenuhnya kepada anak untuk memilih dan menemukan nilai
yang diambilnya. Penggunaan strategi ini dengan alasan bahwa nilai yang
baik bagi orang lain belu tentu baik pula bagi anak. Kelemahan strategi ini
anak belum tentu mampu memilih nilai-nilai mana yang baik dan kurang
baik. Anak masih memerlukan bimbingan dari pendidik untuk memilih
nilai yang terbaik bagi dirinya. Strategi ini hanya dapat dikembangkan
bagi pendidikan nilai yang diperuntukkan orang-orang dewasa dan pada
objek- objek nilai kemanusiaan. Sedangkan untuk nilai-nilai ilahiyah
terutama ilahiyah ubudiyah sulit untuk menggunakan strategi bebas ini.
3. Strategi reflektif, merupakan cara untuk mendidik siswa dalam menggali
dan memilih nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan dengan jalan mondar-
mandir antara menggunakan pendekatan teoritik ke pendekatan empirik,
serta mondar mandir antara menggunakan pendekatan deduktif dengan
pendekatan induktif. Bila dalam strategi tradisional guru memiliki peran
yang menentukan sebab kebenaran datang dari atas sedangkan siswa
tinggal menerima kebenaran itu tanpa harus mempersoalkan hakikatnya,
dan dalam pendekata bebas siswa memiliki kesempatan seluas-luasnya
untuk memilih dan menentukan mana nilai-nilai yang benar dan salah,
maka dalam strategi reflektif ini peran guru dan siswa sama-sama terlibat
secara aktif. Pendekatan ini lebih sesuai dengan tujuan tuntutan
perkembangan berpikir siswa dan sesuai dengan tujuan pendidikan
nilai untuk menumbuhkan kesadaran rasional dan keluasan wawasan
terhadap nilai tersebut.
4. Strategi transinternal, merupakan cara untuk mengajarkan nilai dengan
jalan melakukan transformasi nilai, dilanjutkan dengan transaksi dan
transinternalisasi. Dalam strategi ini guru dan siswa sama-sama terlibat
dalam proses komunikasi verbal dan komunikasi fisik, melainkan adanya
17
keterlibatan komunikasi bathin (kepribadian) antara guru dan siswa. Guru
berperan sebagai penyaji informasi, pemberi contoh dan teladan serta
sebagai sumber nilai yang melekat dalam pribadinya sedangkan siswa
menerima informasi dan merespon terhadap stimulus guru secara fisik dan
biologis serta memindahkan dan mempolakan pribadinya untuk menerima
nilai-nilai kebenaran sesuai dengan kepribadian guru tersebut. Strategi
inilah yang sesuai untuk pendidikan nilai ketuhanan dan kemanusiaan.

E. Paradigma dan Analisis Kontruktif Pendidikan Nilai Sebagai Kerangka


Pembelajaran PAI
Ghbrt Pendidikan agama Islam yang diterapkan dalam system pendidikan
Islam, bukan hanya bertujuan untuk mentransfer nilai agama, tetapi juga
bertujuan agar penghayatan dan pengamalan ajaran agama berjalan dengan
baik di tengah-tengah masyarakat. Dengan demikian, pendidikan agama Islam
dapat memberikan andil dalam pembentukan jiwa dan kepribadian untuk
mencapai tujuan yang dicita-citakan. Pendidikan agama Islam yang dapat
memberikan andil yang maksimal dalam pembentukan jiwa dan kepribadian
adalah pendidikan yang mengacu pada pemahaman ajaran yang baik dan
benar, mengacu pada pemikiran yang rasional dan filosofis, pembentukan
akhlak yang luhur dan merehabilitasi kehidupan akhlak yang telah rusak.
Nilai-nilai yang hendak dibentuk atau diwujudkan dalam pribadi muslim
agar lebih fungsional dan aktual adalah nilai Islam yang melandasi moralitas
(akhlak). System nilai atau system moral yang dijadikan rujukan cara
berprilaku lahiriah maupun bathiniah manusia muslim ialah nilai dan
moralitas yang diajarkan oleh agama Islam sebagai wahyu Allah yang
diturungkan kepada utusan-Nya yaitu Nabi Muhammad SAW. Ali Abdul
Halim Mahmud, mengemukakan bahwa nilai-nilai akhlak Islam yang harus
disebarkan pada hakikatnya yaitu nilai-nilai akhlak ini yang bersumber dari
Allah, bukan buatan manusia. Allah telah mewahyukan Qur’an berisi nilai-
nilai akhlak yang mulia

18
kepada Nabi SAW, yang dengan detailnya melalui sunnah Nabi SAW. Hal ini
dijadikan dasar acuan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dalam
kerangka pendidikan nilai tersebut.
Nilai moralitas dan etika sebagai faktor dan utama dalam pembelajaran
pendidikan agama Islam sangat efektif dalam mengarahkan masa transisi
perkembangan jiwa dan mental peserta didik, maka disini diperlukan
pembelajaran yang tak hanya menekankan tetapi lebih pada proses interaksi
dan keteladanan. Sehingga dalam kepentingan proses belajar, model
indoktriner dirasa tidak sesuai lagi.
Metode pendidikan lebih menekankan pada pembelajaran (learning),
bukan lagi pengajaran (teaching) dan berlangsung dalam suasana demokratis,
tidak ada pemaksaan, diberikan kesempatan untuk berpikir kritis dan bebas
untuk menanggapi. Guru sebagai fasilitator serta motivator peserta didik.
Dalam konteks melaksanakan pendidikan nilai, maka seharusnya pendidik
menemukan dulu visi, misi dan sasarannya yang mengandung muatan yang
holistik, karena peserta didik sebagai subyek didik bukan hanya sekedar
mengetahui nilai dan sumber nilai, melainkan perlu dibimbing ke arah nilai-
nilai luhur yang harus diaktualisasikan dalam kehidupan pribadinya, di dalam
keluarga, masyarakat, negara dan percaturan dunia. Ia juga harus menyadari
nilai orang lain, nilai masyarakat, nilai agama orang lain, bangsa lain serta
mampu hidup arif dan bijak dalam perbedaan nilai tersebut sehingga tercipta
kerukunan hidup dan perdamaian sejati.
Nilai merupakan rujukan inti dan keyakinan dari sebuah pendidikan, oleh
karena pendidikan merupakan proses transformasi dan bimbingan secara
berkala melalui muatanmuatan keteladanan yang orientasinya pada
penanaman nilai-nilai keagamaan dan tradisi budaya etika dan estetika dalam
kehidupan sehingga terbentuk pengendalian diri, kecerdasan spiritual,
berakhlak dan berkepribadian serta memiliki keterampilan bagi kebutuhan
diri, keluarga,

19
masyarakat dan bangsanya. Pendidikan nilai sangat identik dengan pendidikan
moral, pendidikan akhlak, pendidikan karakter.
Namun pendidikan nilai merupakan dasar pembentukan yang termuat
secara sistematis melalui akar pendidikan agama Islam. Hal ini merupakan
rangkaian yang tidak dapat dihilangkan dari salah satunya, karena dalam
upaya pembentukan kepribadian yang berbudi pekerti luhur dan insan kamil
ini adalah satu kesatuan yang utuh dan saling mempengaruhi, oleh karenanya
pendidikan nilai sebagai inti dan dasar adalah suatu keharusan dalam
pembelajaran secara
kontinyu.22

22
Hardianto Rahman, Op.Cit
20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
PAI yang diajarkan terhadap peserta didik memiliki ruang lingkup seperti
pengajaran keimanan, pengajaran akhlak, pengajaran ibadah, pengajaran fiqih,
pengajaran al-qur’an dan pengajaran sejarah kebudayaan islam. Upaya yang
hendak dicapai dalam pembelajaran PAI adalah terbentuknya nilai kepribadian
terhadap individu (peserta didik) yang sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran
Islam. Pembelajaran PAI dipandang sangat urgen dalam kerangka pendidikan
nilai saat ini, hal ini dikarenakan pembelajaran PAI merupakan salah satu
langkah tepat dalam merespon benturan dan penyakit-penyakit sosial masa
kini. Pendidikan nilai dipandang sebagai sebagai suatu tindakan yang
mengarahkan dan membantu seseorang atau peserta didik yang berupa
bimbingan dan pengajaran yang dilakukan sehingga terbentuk kepribadian
serta menyadari, terbiasa bertindak dan bertanggungjawab dengan penuh
pertimbangan sesuai asas nilai yang dipahaminya.
Bentuk-bentuk nilai yang hendak diajarkan adalah nilai pendidikan tauhid,
nilai pendidikan intelektual, nilai pendidikan akhlak/moral, nilai pendidikan
seksual, nilai pendidikan spiritual dan nilai pendidikan demokrasi. Seorang
pendidik dalam melakukan transsmission pembelajaran nilai tersebut, penting
memiliki dan mendesain strategi yang digunakan dalam pembelajaran PAI
tersebut sehingga inti pendidikan nilai yang hendak diajarkan dapat tercapai
pada peserta didik yang betul-betul PAI yang diajarkan terhadap peserta didik
memiliki ruang lingkup seperti pengajaran keimanan, pengajaran akhlak,
pengajaran ibadah, pengajaran fiqih, pengajaran al-qur’an dan pengajaran
sejarah kebudayaan islam. Upaya yang hendak dicapai dalam pembelajaran
PAI adalah terbentuknya nilai kepribadian terhadap individu (peserta didik)
yang sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Pembelajaran PAI dipandang

21
sangat urgen dalam kerangka pendidikan nilai saat ini, hal ini dikarenakan
pembelajaran PAI merupakan salah satu langkah tepat dalam merespon
benturan dan penyakit-penyakit sosial masa kini. Pendidikan nilai dipandang
sebagai sebagai suatu tindakan yang mengarahkan dan membantu seseorang
atau peserta didik yang berupa bimbingan dan pengajaran yang dilakukan
sehingga terbentuk kepribadian serta menyadari, terbiasa bertindak dan
bertanggungjawab dengan penuh pertimbangan sesuai asas nilai yang
dipahaminya.
Bentuk-bentuk nilai yang hendak diajarkan adalah nilai pendidikan tauhid,
nilai pendidikan intelektual, nilai pendidikan akhlak/moral, nilai pendidikan
seksual, nilai pendidikan spiritual dan nilai pendidikan demokrasi. Seorang
pendidik dalam melakukan transsmission pembelajaran nilai tersebut, penting
memiliki dan mendesain strategi yang digunakan dalam pembelajaran PAI
tersebut sehingga inti pendidikan nilai yang hendak diajarkan dapat tercapai
pada peserta didik yang betul-betul.

B. Kritik dan Saran


Sebagai manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, penulis menyadari
dalam makalah ini masih terdapat kesalahan dari segi tata Bahasa, kepenulisan
maupun materi yang disampaikan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat
terbuka lebar, agar penulis kedepannya bisa memperbaiki kesalahan-kesalahan
yang ada di dalam makalah ini untuk menjadu lebih baik lagi. Semoga dengan
adanya makalah ini bisa menambah wawasan ilmu pengetahuan sehinngga
bisa di amalkan dalam kehidupan sehari-hari.

22
DAFTAR PUSTAKA

Darma Kesuma, dkk. (2011). Pendidikan Karakter, Kajian Teori dan Praktek di
Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Emilda Sulasmi, (2021). Buku Ajar Kebijakan dan Permasalahan Pendidikan,
(Medan: Redaksi.
Muhiyatul Huliyah (2021). Strategi Pengembangan Moral dan Karakter Anak Usia
Dini, Yogyakarta : Jejak Pustaka.
Munifah, (2020). Rekonsepsi Pendidikan Karakter Era Kontemporer, Bandung: CV
Cendikia Press.
Munir Mulkhan Abdul, “Nilai-Nilai Tauhid dalam Pendidikan
Islam”
Mustaqim Abdul, Nilai-Nilai Pendidikan dalam Kisah Al-Qur’an, eds. Prof. Dr.
H.
Nizar Ali, M.Ag dan Dr. H. sumedi, M.Ag dalam Antologi Pendidikan Islam,
(2010). Yogyakarta: Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga kerjasama Penerbit Idea
Press.
Rahman, Hardianto, ‘PEMBELAJARAN PAI DALAM KERANGKA
PENDIDIKAN NILAI’, Jurnal Al-Qalam: Jurnal Kajian Islam & Pendidikan,
7.1 (2020), 46–64 <https://doi.org/10.47435/al-qalam.v7i1.180>.
Syafiq Mughni Muhammad, “Nilai-Nilai
Spiritual”
Zulkarnaini, dkk. Zulkifli, (2023). Pengembangan Moral dan Agama, (Padang: PT
Global Eksekutif Teknologi.
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2007) Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1996) Suharsono dan Ana Retnoningsih, (2011). Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Edisi Lux,
Semarang: Widia Karya.
Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajara, 2009)

23

Anda mungkin juga menyukai