Anda di halaman 1dari 16

KELOMPOK 2

TUGAS MAKALAH

EPIDEMIOLOGI BENCANA

DISUSUN OLEH :

1. Gita Anuraga 202103026


2. Novita Dwi Rahma Putri 202103035

SEKOLAH TINGGI ILMU BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN


2024

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................2

DAFTAR GAMBAR........................................................................................................3

BAB I................................................................................................................................4

PENGERTIAN.................................................................................................................4

1.1 Definisi Bencana.....................................................................................................4


BAB II...............................................................................................................................6

FAKTOR RESIKO..........................................................................................................6

2.1 Faktor Lingkungan..........................................................................................6


2.2 Faktor Sosial.....................................................................................................8
2.3 Faktor Individu................................................................................................9
BAB III...........................................................................................................................12

Penyakit Akibat Bencana..............................................................................................12

A. Penyakit Menular...............................................................................................12
B. Penyakit Tidak Menular....................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15

2
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Hazard, Vulnerabiliy dan Resilience pada Bencana...........................8

3
BAB I

PENGERTIAN
1.1 Definisi Bencana
Menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Sedangkan bencana
alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah langsor.
(Margianto et al., 2021)

Bencana baik yang alami maupun buatan (akibat aktifitas manusia) telah
membuat banyak kerugian dalam berbagai aspek, terutama pada aspek
kesehatan yang mengakibatkan meningkatnya mortalitas dan mordibitas
secara ekstrem oleh karena itu peran kesehatan masyarakat dapat meninjau
dan melakukan pendekatan serta mempelajari tentang ancaman apa saja yang
mungkin terjadi akibat dari bencana pada bidang kesehatan secara lebih
signifikan (Purnama, 2021)

Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, penyebab


terjadinya bencana dapat disebabkan oleh tiga faktor. Faktor tersebut yaitu:

1. Bencana dapat terjadi karena fenomena alam seperti Tsunami, letusan


gunung berapi, gempa bumi, kekeringan, penyakit pada tanaman atau
hewan peliharaan, dan seterusnya.
2. Bencana dapat terjadi karena perbuatan manusia terhadap lingkungannya,
seperti banjir, tanah longsor, wabah penyebab virus, dan seterusnya.

4
3. Bencana dapat terjadi akibat tindakan manusia atau hubungannya terhadap
lingkungan sosialnya, seperti konflik agama, kerusuhan politik yang kacau
balau, dan konflik suku bangsa (Tanjung et al., 2020)

5
BAB II

FAKTOR RESIKO
2.1 Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan adalah masuknya hasil kegiatan manusia ke dalam suatu
wilayah tertentu, sehingga kualitas lingkungan wilayah tersebut menjadi berubah
dan tidak sesuai lagi dengan peruntukannya.

Faktor risiko lingkungan memainkan peran penting dalam terjadinya bencana.


Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi risiko bencana:

Natural hazard

Setiap wilayah atau komunitas masyarakat menghadapi bahaya bencana yang


berasal dari alam sekitar. Bahaya alam berasal dari proses dan fenomena alam
semesta. Bahaya ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu bahaya
biologis (biological hazard) dan bahaya hidrometeorologi & geofisika (hydro-
meteorogical or geo-physical). (Heryana, 2020)

Bahaya biologis

Bahaya biologis adalah bahaya bencana yang ditimbulkan oleh agen biologi
berbentuk penyebaran bakteri dan virus yang mematikan pada masyarakat.
Misalnya pada bencana epidemi, pandemi, dan wabah (outbreak). Perubahan
iklim (climate change) turut mempengaruhi timbulnya bahaya biologis karena
memicu perpindahan unggas/burung dari satu benua ke benua lain. Kondisi ini
memicu terjadinya epidemi virus flu burung di belahan dunia. Disamping itu
aktivitas perternakan yang dilakukan manusia memicu wabah virus anthrax yang
dibawa oleh sapi. (Heryana, 2020)

Bahaya Meteorologi dan Geofisika

Bahaya meteorologi dan geofisika adalah bahaya yang ditimbulkan akibat gejala
perubahan cuaca dan fisika di atmosfer serta sifat-sifat fisika bumi. Setiap wilayah

6
atau komunitas memiliki potensi bahaya yang berbeda-beda. Bahaya meteorologi
yang sering menyebabkan bencana adalah:

Curah hujan yang tinggi dan memicu terjadinya bencana longsor. Misalnya
kawasan Puncak Bogor dengan curah hujan tinggi sering mengalami longsor.

Curah hujan yang rendah dan memicu terjadinya bencana kekeringan. Misalnya:
negara-negara di gurun Afrika sering mengalami kekeringan akibat rendahnya
curah hujan

Sedangkan bahaya geofisika yang sering menyebabkan bencana adalah :

Pergerakan/pergeseran lempeng teknonik yang menghasilkan energi serta


dipancarkan ke segala arah dan memicu terjadinya bencana gempa bumi.

Misalnya : wilayah Indonesia berada pada jalur pertemuan 3 lempengan tektonik


yaitu Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik.

Aktivitas gunung berapi dan memicu terjadinya bencana erupsi/letusan gunung


berapi dan gempa vulkanik.

Misalnya : masyarakat wilayah kaki gunung Merapi atau gunung Sinabung.


(Heryana, 2020)

Keterpaparan (Exposure)

Exposure merujuk pada siapa dan pengaruh disuatu tempat dimana peristiwa
berbahaya dapat terjadi. Semakin tinggi tingkat exposure, semakin besar potensi
kerugian akibat bencana yang terjadi (Nanda Alfuadi, 2023)

Kerentanan (Vulnerability)

Vulnerability merujuk pada kerentanan unsur-unsur yang terpapar, seperti korban


jiwa, mata pencaharian, dan harta benda. Tingkat vulnerability yang tinggi dari
masyarakat, infrastruktur, serta elemen-elemen di dalam kota/kawasan yang
berisiko bencana dapat meningkatkan risiko. (Nanda Alfuadi, 2023)

7
.

Gambar 2. 1 Hazard, Vulnerabiliy dan Resilience pada Bencana

Sumber : Risiko Bencana (Disaster Risk) – BMKG Signature


2.2 Faktor Sosial
Bencana yang disebabkan oleh faktor sosial melibatkan peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia ini termasuk konflik sosial antar kelompok atau
antar komunitas masyarakat, sabotase dan teror. Faktor sosial yang sering
menyebabkan bencana sosial adalah :

a. Perbedaan Individu
Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki
pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya.
Perbedaam pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan
yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab terjadinya bencana sosial
atau konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang
tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. (Abdus Salam et al., 2019)
b. Perbedaan Latar Belakang
Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi yang
berbeda. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola
pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang
berbeda itu akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat
memicu konflik. (Abdus Salam et al., 2019)

8
c. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang
kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan,
masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang
berbeda. Terkadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk
tujuan yang berbeda. (Abdus Salam et al., 2019)
d. Perubahan-perubahan nilai sosial yang begitu cepat dalam masyarakat
Perubahan – perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam
masyarakat. Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi,
tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat bahkan mendadak, perubahan
tersebut dapat memicu terjadinya masalah sosial. Misalnya, pada
masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang
mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada
masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat
berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah
itu seperti nilai kegotong royongan berganti menjadi nilai nilai kontrak
kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Nilai-
nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang
pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi
pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam
dunia industry. (Abdus Salam et al., 2019)

2.3 Faktor Individu


Faktor individu memainkan peran penting dalam kesiapsiagaan bencana.
Apabila seseorang dapat mengetahui dan memahami tentang kesiapsiagaan
bencana dengan baik dan benar, hal tersebut dapat menekan terjadinya bencana
disekitar. Beberapa faktor individu yang mempengaruhi kesiapsiagaan yaitu :

a. Usia
Usia memiliki pengaruh terhadap kesiapsiagaan. Seseorang yang
memiliki usia semakin tua maka lebih siap terkait kesiapsiagaan

9
bencana lebih besar daripada seseorang memiliki usia muda.
(Mu’amarotul Hikmah et al., 2021)

b. Tingkat Pendidikan
Seseorang yang memiliki pendidikan jenjang atas lebih siap terkait
kesiapsiagaan bencana daripada seseorang dengan yang memiliki
pendidikan menengah. Hal tersebut dikarenakan kesiapan dalam
penanggulangan bencana di wilayahnya menunjukkan bahwa mereka
yang memiliki pengetahuan pendidikan yang lebih tinggi lebih banyak
percaya diri untuk bertindak dalam keadaan darurat dan bencana.
(Mu’amarotul Hikmah et al., 2021)

c. Pelatihan tentang Manajamen Bencana


Pelatihan manajemen bencana sangat diperlukan untuk meningkatkan
masyarakat dalam kesiapsiagaan bencana. Hal ini dapat membantu
masyarakat dalam menyiapkan diri pada saat pra bencana, tanggap
darurat bencana, dan pasca bencana. Hal tersebut juga dapat
menjadikan masyarakat mampu melakukan pertolongan pada korban,
khususnya pada kelompok rentan saat pelaksanaan tahap pasca
bencana.
d. Pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki seseorang biasanya dapat mempengaruhi
sikap dan kepedulian untuk siap siaga dalam mengantisipasi bencana
terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah potensi bencana.
(Hesti and Yetti, 2019)
e. Sikap
Sikap sangat berperan dalam kesiapsiagaaan seseorang dalam
menyelamatkan diri dari bencana artinya semakin baik sikap tentang
bencana, maka akan semakin siap dalam menghadapi bencana,
khususnya gempa dan tsunami. Hal ini didukung oleh
LIPI/UNESCO/ISDR (2006) dimana sikap dan rasa peduli dapat
dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki untuk siap siaga dalam
mengantisipasi bencana terutama bagi masyarakat yang tinggal

10
didaerah potensi bencana. Dalam meningkatkan kesiapsiagaan
bencana maka tenaga kesehatan dan jajarannya dalam hal ini bidan
harus memiliki sikap dan kepedulian yang baik terhadap resiko
bencana. (Hesti and Yetti, 2019).

11
BAB III

Penyakit Akibat Bencana


Bencana banyak menimbulkan berbagai penyakit sesuai keadaan
kebencanaannya. Bencana banjir, bencana gempa bumi, tanah longsor, gunung
Meletus dan bencana Non alam tentunya menimbulkan berbagai macam penyakit.
Penyakit yang ditimbulkan diantaranya :

A. Penyakit Menular
1. Penyakit Kulit
Penyakit kulit dapat berupa infeksi, alergi, atau bentuk lain. Jika musim
banjir datang, maka masalah utamanya adalah kebersihan yang tidak
terjaga baik. Seperti juga pada ISPA, berkumpulnya banyak orang juga
berperan dalam penularan infeksi kulit. (Suryani, 2009)
2. Penyakit Malaria
Dilokasi penampungan pengungsi penyakit malaria sangat mungkin
terjadi, hal ini terutama penampungan pengungsi terletak pada daerah yang
endemis malaria atau pengungsi dari daerah endemis dating ke lokasi
penampungan pengungsi pada daerah yang tidak ada kasusnya tetapi
terdapat vektor (daerah reseptif malaria). (Tumenggung et al., 2017)
3. Penyakit Campak
Kerawanan terhadap penyakit ini meningkat karena memburuknya status
kesehatan, terutama status gizi anak – anak serta konsentrasi pengungsi
pada suatu tempat. (Tumenggung et al., 2017)
4.
5. Penyakit Leptospirosis
Leptospirosis (demam banjir) disebabkan bakteri leptospira menginfeksi
manusia melalui kontak dengan air atau tanah masuk ke dalam tubuh
melalui selaput lendir mata atau luka lecet. Bakteri Leptospira ini bisa
bertahan di dalam air selama 28 hari. Penyakit ini termasuk salah satu
penyakit zoonosis karena ditularkan melalui hewan. Di Indonesia, hewan

12
penular terutama adalah tikus, melalui kotoran dan air kencingnya yang
bercampur dengan air banjir. Seseorang yang memiliki luka, kemudian
bermain atau terendam air banjir yang sudah tercampur dengan kotoran
atau kencing tikus yang mengandung bakteri lepstopira, berpotensi
terinfeksi dan jatuh sakit. (Suryani, 2009)
6. Demam Berdarah
Saat musim hujan, terjadi peningkatan tempat perindukan nyamuk aedes
aegypti, karena banyak sampah seperti kaleng bekas, ban bekas, dan
tempat-tempat tertentu terisi air sehingga menimbulkan genangan, tempat
berkembang biak nyamuk tersebut. (Suryani, 2009)
7. Diare
Penyakit Diare sangat erat kaitannya dengan kebersihan individu (personal
hygiene). Pada saat banjir, sumber-sumber air minum masyarakat,
khususnya sumber air minum dari sumur dangkal, akan ikut tercemar.
(Suryani, 2009)
8. ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut
Penyebab ISPA dapat berupa bakteri, virus, dan berbagai mikroba lainnya.
Gejala utama dapat berupa batuk dan demam. Jika berat, maka dapat atau
mungkin disertai sesak napas, nyeri dada, dan lain-lain. ISPA mudah
menyebar di tempat yang banyak orang, misalnya di tempat pengungsian
korban banjir. (Tumenggung et al., 2017)
9. Penyakit saluran cerna lain
misalnya demam tifoid. Dalam hal ini, faktor kebersihan makanan
memegang peranan penting. (Suryani, 2009)

Penyakit menular yang timbul pasca bencana dapat pula menimbulkan


KLB penyakit menular secara besar-besaran dan meningkatkan potensi
penularan penyakit. Risiko terjadinya KLB epidemik penyakit menular
sebanding dengan kepadatan dan kepindahan penduduk.

B. Penyakit Tidak Menular


1. Masalah Gizi

13
Masalah gizi yang bisa timbul adalah kurang gizi pada bayi dan balita,
bayi tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) karena terpisah dari ibunya
dan semakin memburuknya status gizi kelompok masyarakat. Bantuan
makanan yang sering terlambat, tidak berkesinambungan dan terbatasnya
ketersediaan pangan lokal dapat memperburuk kondisi yang ada.
(Tumenggung et al., 2017)

2. PTSD (Post Traumatic Stress Disorders Post-Disaster)


PTSD merupakan sebuah gangguan yang dapat terbentuk dari peristiwa
traumatik yang mengancam keselamatan seseorang atau membuat
seseorang merasa tidak berdaya. Orang yang mengalami PTSD
merespon peristiwa traumatik yang dialami dengan ketakutan dan
keputusasaan, mereka akan terus mengenang peristiwa tersebut dan
selalu mencoba menghindari hal-hal yang dapat mengingatkan kembali
akan peristiwa tersebut. Diperlukan berbagai latihan terapi untuk
mengatasi tanda dan gejala PTSD tersebut. (Khoirul Amin, 2017)

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdus Salam et al. (2019) MAKALAH KEPERAWATAN BENCANA.

Heryana, A. (2020) Hazard: Ketahanan dan Kerentanan terhadap Bencana.


Available at: https://www.researchgate.net/publication/338537477.

Hesti, N. and Yetti, H. (2019) Faktor-Faktor yang berhubungan dengan


Kesiapsiagaan Bidan dalam Menghadapi Bencana Gempa dan Tsunami
di Puskesmas Kota Padang, Jurnal Kesehatan Andalas. Available at:
http://jurnal.fk.unand.ac.id.

Khoirul Amin, M. (2017) POST TRAUMATIC STRESS DISORDERS PASCA


BENCANA: LITERATURE REVIEW Post Traumatic Stress Disorders
Post-Disaster: Literature Review, Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA).

Margianto, J.H. et al. (2021) Memahami bencana alam di Indonesia : peran


media dan cara melawan hoaks bencana.

Mu’amarotul Hikmah, U. et al. (2021) Faktor Individu Tenaga Kesehatan


Puskesmas dalam Kesiapsiagaan Bencana Banjir Bengawan Solo,
Bojonegoro.

Nanda Alfuadi (2023) Risiko Bencana (Disaster Risk), BMKG Signature.

Purnama, T.B. (2021) ‘Bahan Ajar Epidemiologi Bencana’, Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Medan, (Mkb
7056), pp. 1–101.

Suryani, A.S. (2009) ‘MEWASPADAI POTENSI PENYAKIT PASCABANJIR’.


Available at: www.dpr.go.id.

Tanjung, R. et al. (2020) MANAJEMEN MITIGASI BENCANA. Available at:


www.penerbitwidina.com.

15
Tumenggung, I. et al. (2017) MASALAH GIZI DAN PENYAKIT MENULAR
PASCA BENCANA, Health and Nutritions Journal. JHN.

16

Anda mungkin juga menyukai