Anda di halaman 1dari 20

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN

DIABETES MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS TAWANGREJO KOTA


MADIUN

Disusun Oleh :

Dhea Anindita Putri Prameswari (202103014)

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2023
DAFTAR ISI

Halaman Judul...............................................................................................................................1
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................................3

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................6

1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................................................6

1.3.1 Tujuan Umum......................................................................................................................6

1.3.2 Tujuan Khusus.....................................................................................................................6

1.4 Manfaat.........................................................................................................................................7

1.5 Keaslian Penelitian.......................................................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................................10

2.1 Konsep Diabetes Melitus...........................................................................................................10

2.1.1 Pengertian Diabetes Melitus.............................................................................................10

2.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus..............................................................................................10

2.1.3 Patofisiologi Diabetes Melitus...........................................................................................11

2.1.4 Komplikasi Diabetes Melitus............................................................................................12

2.2 Konsep Dukungan Keluarga.....................................................................................................13

2.2.1 Pengertian Dukungan Keluarga.......................................................................................13

2.2.2 Tipe Keluarga.....................................................................................................................13

2.2.3 Peran dan Fungsi Keluarga..............................................................................................14

2.3 Konsep Perilaku.........................................................................................................................14

2.3.1 Pengertian Perilaku..................................................................................................................14

2.3.2 Prosedur Pembentukan Perilaku.....................................................................................14

2.3.3 Bentuk Perilaku.................................................................................................................15

2.3.4 Faktor yang mempengaruhi perilaku..............................................................................15

2
2.3.5 Pengukuran Perilaku.........................................................................................................16

2.4 Kerangka Teori .........................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................18

3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit tidak menular (PTM) adalah penyakit atau kondisi medis yang tidak dapat
ditularkan dari satu individu ke individu lainnya atau dengan pengertian lain merupakan penyakit
yang bukan disebabkan oleh proses infeksi (tidak infeksius). Meningkatnya kasus Penyakit Tidak
Menular (PTM) secara signifikan dapat menambah kasus di masyarakat dan pemerintah, karena
penanganannya membutuhkan waktu yang cukup lama, biaya yang besar dan perlu teknologi
yang memadai. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan salah satu masalah kesehatan Dunia
dan Indonesia yang sampai sekarang masih menjadi perhatian di Dunia kesehatan karena
penyakit ini dapat menyebabkan kematian. Penyakit Tidak Menular (PTM) dikenal sebagai
penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang, memiliki estimasi yang panjang dan
umumnya berkembang lambat. Dalam Buku Epidemiologi Penyakit Tidak Menular yang
tergolong ke dalam PTM antara lain Penyakit kardiovaskuler (jantung, atherosklerosis,
hipertensi, penyakit jantung koroner dan stroke), Diabetes Mellitus (DM) serta kanker. (Riset
Kesehatan Dasar, 2015)

Diabetes Melitus merupakan penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar gula dalam
darah. Diabetes Melitus memiliki gejala yang klinis yaitu banyak buang air kecil, sering minum,
sering merasa lapar, urine yang mengandung glukosa, dan meningkatnya jumlah urine. Menurut
American Diabetes Association Menyatakan Bahwa Diabetes Melitus merupakan penyakit yang
memerlukan pengobatan secara terus-menerus untuk mengontrol gula darah agar tetap stabil.
Penyakit Diabetes dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis antara lain Diabetes Melitus
Tipe 1, Diabetes Melitus Tipe 2, Diabetes Melitus Gestasional, dan Diabetes Melitus tipe
spesifik lain yang disebabkan oleh faktor tertentu. (Jeklin et al., 2016). International Diabetes
Federation (IDF) menyatakan bahwa diabetes termasuk salah satu di antara kegawatdaruratan
kesehatan global dengan pertumbuhan paling cepat di abad ke-21. Indonesia berstatus waspada.
Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa Indonesia Menduduki peringkat ke-4 dengan
Kasus Diabetes Melitus yang cukup tinggi. Pada tahun 2021, Banyak masyarakat hidup dengan
diabetes, atau kurang lebih 537 juta orang, dan jumlah ini diperkirakan akan mencapai 643 juta
pada tahun 2030, dan 783 juta pada tahun 2045. (IDF 2021). Pada saat ini Penyakit Diabetes

3
Melitus menjadi penyakit yang memberikan angka kematian yang cukup tinggi yang
diperkirakan 6,7 juta pada sekelompok umur 20-79 tahun.

Diabetes Melitus Tipe 2 Merupakan Penyakit yang banyak Terjadi serta penyakit jangka
Panjang yang apabila dibiarkan akan terjadi kompilasi yang dapat menyerang organ dalam
tubuh. (Penderita et al., 2023). Menurut International Diabetes Federation 2021 Di Indonesia
sekitar 45% menderita diabetes melitus tipe 2. Sebanyak 75% pasien diabetes pada tahun 2020
berusia 20-64 tahun. berdasarkan data dari International Diabetes Federation tahun 2020,
jumlah penderita diabetes tipe 2 terus meningkat di Indonesia. Jumlah serangan diabetes di
Indonesia mencapai 18 juta pada tahun 2020. prevalensi kasus meningkat 6,2% dari tahun
sebelumnya. menurut penelitian terbaru yang dilakukan oleh tim Satgas Covid-19 di Indonesia,
angka kematian pada pasien diabetes yang terinfeksi Covid-19 meningkat 8,3% dibandingkan
dengan masyarakat yang tidak menderita diabetes (WHO Global Report, 2016). Diabetes Melitus
Tipe 2 menyerang pada penduduk usia >15 tahun mencapai 30,4%. prevalensi DM berdasarkan
diagnosis pada penduduk umur >15 tahun hasil Riskesdas meningkat menjadi 2%. Diabetes
yang menyerang pada Remaja mungkin dapat terjadi karena perubahan zaman yang semakin
canggih serta pada umur tersebut remaja termasuk kedalam usia yang cenderung banyak
mengkonsumsi berbagai makanan dan minuman dan tidak melakukan Pola Hidup Sehat dan
teratur. (Andini and Awwalia, 2018).

Berdasarkan pengamatan penyakit yang berpotensi KLB serta penyakit tidak menular
yang terdapat di Puskesmas Tawangrejo didapatkan 10 Besar Kasus penyakit yang banyak
dikunjungi yaitu salah satunya adalah Diabetes Melitus Tipe 2 yang menduduki urutan ke-3 dari
10 penyakit lainnya. Pada tahun 2021 jumlah penderita Diabetes Melitus sebanyak 8,111 Kasus.
Diabetes melitus yang terjadi dikota Madiun meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2020
yaitu sebanyak 7,975 kasus. (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2020). Dan penderita
Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas Tawangrejo sebanyak 59 Orang. Penyakit DM tipe 2
dapat menyerang pada usia muda atau tua. Menurut WHO penyakit Diabetes Melitus Tipe 2
sering menyerang pada lansia yang diperkirakan usia >60 tahun. Hal tersebut dikarenakan lansia
lebih berisiko karena adanya penurunan kemampuan tubuh, menurunnya aktivitas fisik, dan
perubahan pola makan. Dari hal tersebut dapat menyebabkan lansia mudah terkena penyakit
kronis seperti diabetes melitus tipe 2. Namun tidak menutup kemungkinan apabila pada usia

4
muda sekarang banyak yang tidak terdiagnosis Diabetes Melitus tipe 2, selain dari
perkembangan jaman yang semakin maju, usia muda sekarang lebih tidak memperhatikan life
style seperti menjaga pola makan dengan baik, melakukan aktifitas fisik dan kurangnya
pengetahuan terhadap penyakit Diabetes Melitus.

Peningkatan kasus Diabetes Melitus tipe 2 dapat disebabkan oleh beberapa faktor, dari
faktor tersebut dapat kemungkinan apabila resiko yang dapat diubah dan tidak dapat diubah.
Faktor tersebut dapat meninggikan risiko mengalami penyakit Diabetes Melitus tipe 2.
Faktor yang tidak dapat diubah yakni riwayat keluarga, jenis kelamin, genetik dan umur.
Sedangkan yang dapat diubah yakni obesitas, kurang melakukan aktivitas fisik, kebiasaan
merokok, hipertensi, dan pengelolaan stress. Sebagian besar faktor risiko dari kasus diabetes
mellitus tipe 2 adalah perubahan gaya hidup. Oleh karena itu, titik berat pengendalian Diabetes
Melitus adalah pengendalian faktor risiko melalui aspek preventif dan promotif secara
menyeluruh.

Dukungan keluarga merupakan hal yang sangat penting bagi penderita Diabetes Melitus
tipe 2. Dukungan keluarga sangat berdampak terhadap kesehatan fisik dan mental para penderita
Diabetes Melitus. Dukungan keluarga yang kurang dapat menjadikan peningkatan angka
kesakitan dan kematian. Keluarga memiliki peran terhadap status kesehatan pasien dengan
penyakit kronis seperti diabetes melitus. Dukungan keluarga memberikan dampak positif
terhadap manajemen perawatan diri penderita Diabetes Melitus. Penderita yang mendapatkan
dukungan keluarga cenderung lebih mudah melakukan perubahan perilaku ke arah yang lebih
sehat.(Retnowati, Satyabakti and Timur, 2014). Jika kualitas hidup yang buruk dapat
menyebabkan berkurangnya perawatan diri, dan pada akhirnya menyebabkan kontrol gula darah
semakin buruk dan meningkatkan resiko komplikasi (Irawan et al., 2021). Hal ini dapat
dikatakan bahwa keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan yang spesifik, dalam hal
pengawasan, keteraturan pengobatan, kebutuhan kesehatan seperti makan dan minum, dan
istirahat. Fasilitator mencari sarana kesehatan yang tepat sehingga merasa ada perhatian dan
kepedulian dari lingkungannya (Irawan et al., 2021).

Peningkatan jumlah penderita Diabetes Melitus tipe 2 juga dapat dikarenakan kebiasaan
perilaku yang tidak sehat, misalnya banyak yang mengkonsumsi makanan berlemak, sehingga
dapat menimbulkan kegemukan, dan berkurangnya aktifitas fisik seperti olahraga yang membuat

5
metabolisme dalam tubuh tidak sempurna sehingga menyebabkan tidak stabilnya kadar gula
darah. Penyakit diabetes melitus dapat di cegah jika mengetahui dasar-dasar penyakit dengan
baik dan mewaspadai perubahan gaya hidup. Dalam mengkonsumsi makanan tidak ada makanan
yang dilarang untuk pasien Diabetes Melitus tipe 2 namun cukup dibatasi sesuai kebutuhan
kalori penderita tersebut (Sinaga, 2102). Maka yang menjadi kunci pengelolaan penyakit
Diabetes Melitus tipe 2 adalah makan sesuai dengan kebutuhan kalori. Lalu aktivitas Fisik
merupakan salah satu cara untuk mengontrol kadar glukosa dalam darah sebab dengan olahraga
dapat meningkatkan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif.

Program yang dilakukan Puskesmas Tawangrejo untuk mencegah PTM seperti senam
lansia dan penyuluhan kesehatan, bahkan terdapat Posbindu PTM yang menangani semua
penyakit yang tidak menular, tetapi masih ada penderita Diabetes Melitus tipe 2 yang kadar gula
darahnya tidak terkontrol. Berdasarkan uraian tersebuta maka peneliti akan melakukan penelitian
untuk mengetahui “Hubungan Dukungan Keluarga dan Perilaku terhadap Kejadian Diabetes
Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Tawangrejo Kota Madiun”

1.2 Rumusan Masalah

Terkait dengan masalah diatas,maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut :

“Apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dan perilaku dengan kejadian penyakit
Diabetes Melitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Tawangrejo?”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan antara Dukungan Keluarga dan Perilaku terhadap Kejadian
Diabetes Melitus Tipe 2 di wilayah Kerja Puskesmas Tawangrejo Kota Madiun

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas


Tawangrejo Kota Madiun

6
2. Mengidentifikasi Dukungan Keluarga dan Perilaku di wilayah kerja Puskesmas
Tawangrejo Kota Madiun
3. Menganalisis Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe
2 di wilayah kerja Puskesmas Tawangrejo Kota Madiun
4. Menganalisis Hubungan Perilaku dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di
wilayah kerja Puskesmas Tawangrejo Kota Madiun

1.4 Manfaat
1. Bagi Stikes Bhakti Husada Mulia
Dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu Kesehatan masyarakat dan
diharapkan dapat menambah wawasan mengenai penyakit Diabetes Melitus

2. Bagi Peneliti
Dapat digunakan untuk menambah wawasan peneliti dan mengaplikasikan ilmu yang
telah didapat pada saat perkuliahan.

1.5 Keaslian Penelitian

No Nama Judul Tempat dan Metode Variabel Hasil


Peneliti Penelitian Tahun Penelitian Penelitian
Penelitian
1 Yunita, Hubungan Wilayah Penelitian Variable Beberapa faktor yang berhubungan
Lintang, Pengetahuan, Kerja Survei Bebas : dengan ulkus kaki diabetes setelah
Muflihatu Dukungan Puskesmas Analitik umur, jenis dilakukan analisis bivariat chi
l Keluarga Ngesrep dengan desain kelamin, square,diantaranya adalah
serta Semarang studi cross- IMT, jenis IMT(p=0,022;POR=0,235; 95%
Perilaku Tahun sectional. pekerjaan, CI 0,074-
Penderita 2018 Analisis tingkat 0,741),tingkatpengetahuan(p=0,04;
Diabetes Penelitian Pendidikan, POR=6,111; 95% CI 1.828-
Melitus Tipe Kualitatif Riwayat DM 20.434), tingkat dukungan
2 terhadap menggunakan keluarga, keluarga(p=0,012; POR=4,592;
kejadian uji Chi-Sqare. lama 95% CI 1.451–14.529), tingkat
Ulkus Kaki menderita, perilaku(p=0,002; POR=6,943;
Diabetes status 95% CI 2.099–22.964). Dan
merokok, beberapa faktor yangtidak

7
pengetahuan mempengaruhi kejadian ulkuskaki
, dukungan diabetes, usia, jenis kelamin,jenis
keluarga. pekerjaan, tingkat
Variabel pendidikan,status merokok, lama
Terikat : menderita DM,riwayat DM
Kejadian keluarga.
Ulkus kaki
diabetes.

2 Hubungan Kabupaten Penelitian Variable Hasil penelitian menunjukkan :


Flora, Dukungan Humbang korelatif Bebas: adanya hubungan yang signifikan
Rinco, Keluarga dan Hasundutan eskriptif umur, jenis antara dukungan keluarga dengan
Darwita Kualitas tahun 2021 secara kelamin, kualitas hidup lansia penderita
HidupLansia observasi tingkat diabetes melitus tipe 2 di
Penderita Dengan Pendidikan, Puskesmas Baktiraja
DM Tipe 2 desain cross- Riwayat KabupatenHumbang
di sectional. diabetes, Hasundutan (p=0,000)
Puskesmas Analisa perilaku.
Baktiraja univariate dan Variabel
Humbang bivariate Terikat :
Hasundutan menggunakan Kejadian
uji chi- DM Tipe 2
square. pada Lansia
di
Puskesmas
Baktiraja
Humbang
Hasundutan

Pengaruh
3 konseling Puskesmas Penelitian Variabel Secara statistik terjadi perbedaan
Nur Home Care Talise Kota Quasi Bebas: kualitas hidup sebelum dan setelah
Hikmah, Terhadap Palu Tahun Eksperimenta Kesehatan diberikan konseling dengan nilai
Ridwan, Kualitas 2021 l (Eksperimen Fisik, p= 0,000 (p<0,05) yang berarti
Indar Hidup Semu) dengan Kondisi bahwa konseling home care efektif
Penderita rancangan Psikologi, diberikan pada penderita DM
DM Tipe 2 Randomized Hubungan untuk meningkatkan kualitas
Di Pretest and Sosial, hidup penderita DM.
Puskesmaas Postest Kondisi
Talise Kota Control Lingkungan,
Palu Group Kualitas
Design Hidup
dengan Variabel
menggunakan Terikat :
uji beda dua Pengaruh
mean Konseling

8
dependen dan Home Care
uji beda dua terhadap
mean Kejadian
independen DM Tipe 2

Perbedaan dari penelitian sebelumnya dengan penelitian akan dilakukan

antara lain :

1. Lokasi : Wilayah Kerja Puskesmas Tawangrejo Kota Madiun


2. Tahun Penelitian : 2023

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diabetes Melitus


2.1.1 Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar
glukosa darah di atas normal. Dimana kadar glukosa darah diatur oleh hormon insulin
yang diproduksi oleh pankreas. Diabetes melitus dapat mengakibatkan berbagai aneka
penyakitserius seperti hipertensi, stroke, jantung koroner, gagal ginjal, katarak,
glaukoma,kerusakan retina mata yang dapat membuat buta, impotensi, gangguan
fungsi hati, luka yang lama sembuh mengakibatkan infeksi hingga akhirnya harus
diamputasi terutama pada kaki (Listyarini and Fadilah, 2017)

2.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus


International Diabetes Federation, terdapat 3 klasifikasi DM, antara lain :
1. Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 disebabkan oleh reaksi autoimun dimana sistem kekebalan tubuh
menyerang sel yang menghasilkan insulin di pankreas. Sehingga tubuh tidak
dapat atau menghasilkan insulin yang sangat sedikit sehingga tubuh kekurangan
insulin. Diabetes tipe 1 ini dapat menyerang segala usia tetapipaling banyak
terjadi pada anak-anak dan remaja. Orang yang menderita diabetes tipe 1 ini
memerlukan suntikan insulin setiap hari agar dapat mempertahankan kadar
glukosa dalam kisaran yang tepat.
2. Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 ini merupakan diabetes yang paling umum, ada sekitar 90% dari
jumlah seluruh penderita diabetes. Pada diabetes tipe 2 ini, hiperglikemia adalah
hasil dari produksi insulin dan ketidak mampuan tubuh untuk merespon
sepenuhnya terhadap insulin atau bisa disebut juga resistensi insulin. Diabetes tipe
2 ini sering terjadi pada dewasa, tua, namun seiring berjalannya waktu diabetes ini
juga banyak terjadi pada anak-anak, remaja dan dewasa awal karena

10
meningkatnya tingkat obesitas, pola makan yang buruk dan jarang melakukan
aktivitas fisik. Penyebab diabetes tipe 2 tidak sepenuhnya dipahami namun ada
kaitannyakuat dengan kelebihan berat badan (obesitas) dan dengan bertambahnya
usia serta riwayat kesehatan keluarga.
3. Diabetes Melitus Gestasional
Hiperglikemia yang pertama kali terdeteksi selama kehamilan yang dapat
diklasifikasikan sebagai Diabetes Melitus gestasional. Wanita dengan kadar
glukosa darah sedikit meningkat diklasifikasikan sebagai diabetes melitus
gestasional dan wanita dengan kadar glukosa darah yang meningkat secara
substansial diklasifikasikan sebagai wanita dengan hiperglikemia dalam
kehamilan. Diabetes Melitus Gestasional adalah jenis diabetes yang
mempengaruhi ibu hamil, biasanya selama trimester kedua dan ketiga kehamilan
meskipun bisa terjadi kapan saja selama kehamilan. Pada beberapa wanita
diabetes dapat didiagnosa pada trimester pertama kehamilan namun pada
beberapa kasus, diabetes kemungkinan ada sebelum kehamilan namun tidak
terdiagnosis.
2.1.3 Patofisiologi Diabetes Melitus
1. Diabetes Melitus Tipe 1
Pada diabetes tipe I, sel beta pankrea stelah dihancurkan oleh proses
autoimun,sehingga insulin tidak dapat diproduksi. Meskipun glukosa dalam
makanan tetap berada di dalam darah dan menyebabkan hiperglikemia
postprandial (setelah makan),glukosa tidak dapat disimpan di hati. Jika
konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi,ginjal tidak akan dapat menyerap
kembalisemua glukosa yang telah disaring. Oleh karenaitu ginjal tidak dapat
menyerap semua glukosa yang disaring. Akibatnya, muncul dalam urine(kencing
manis). Saat glukosa berlebih diekskresikan dalam urine, limbah ini akan disertai
dengan ekskreta dan elektrolit yang berlebihan. Kondisi ini disebut
diuresisosmotik. Kehilangan cairan yang berlebihan dapat menyebabkan
peningkatan buang airkecil (poliuria) dan haus (polidipsia). Kekurangan insulin
juga dapat mengganggu metabolisme protein dan lemak, yang menyebabkan
penurunan berat badan. Jika terjadi kekurangan insulin, kelebihan protein dalam

11
darah yang bersirkulasi tidak akan disimpan di jaringan. Dengan tidak adanya
insulin, semua aspek metabolisme lemak akan meningkat pesat.(Lestari,
Zulkarnain and Sijid, 2021)
2. Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, namun
karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara
normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai “resistensi insulin”. Resistensi insulin
banyak terjadi akibat dari obesitas dan kurang nya aktivitas fisik serta penuaan.
(Fatimah, 2015). Diabetes tipe 2 terdapat dua masalah yang berhubungan dengan
insulin,yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin
akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat
terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
metabolisme glukosa di dalam sel. Penyakit Diabetes membuat gangguan atau
komplikasi melalui kerusakan pada pembuluh darah di seluruh tubuh disebut
angiopati diabetik.(Choirunnisa, 2018)
3. Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes Melitus Gestasional biasanya disebabkan oleh disfungsi sel β dengan
latar belakang resistensi insulin kronis selama kehamilan dan dengan demikian
kerusakan sel β dan resistensi insulin jaringan merupakan komponen penting dari
patofisiologi diabetes melitus gestasional. Dalam sebagian besar kasus, gangguan
ini terjadi sebelum kehamilan dan dapat bersifat progresif—menunjukkan
peningkatan risiko Diabetes Melitus Tipe 2 pasca kehamilan. Sejumlah organ dan
sistem tambahan berkontribusi atau dipengaruhi oleh GDM. Ini termasuk otak,
jaringan adiposa, hati, otot, dan plasenta.(Plows et al., 2018)
2.1.4 Komplikasi Diabetes Melitus
Penderita diabetes memiliki risiko komplikasi yang menyebabkan terjadinya
kematian. Secara umum komplikasi yang terjadi dikelompokkan menjadi 2, yaitu: 1.
komplikasi akut metabolik, berupa gangguan metabolit jangka pendek seperti
hipoglikemia. 2. komplikasi lanjut, komplikasi jangka panjang yang mengakibatkan
makrovaskular (penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah perifer dan

12
stroke), mikrovaskular (nefropati, retinopati dan neuropati), dan gabungan
makrovaskular dan mikrovaskular (diabetes kaki).(Hardianto, 2021)

2.2 Konsep Dukungan Keluarga


2.2.1 Pengertian Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah suatu proses yang terjadi sepanjang kehidupan, sifat dan
jenis dukungan keluarga berbeda dalam tahap siklus kehidupan. Dukungan keluarga
dapat berupa dukungan sosial internal mauapun dukungan sosial eksternal. Dukungan
keluarga berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal(Choirunnisa, 2018)
2.2.2 Tipe Keluarga
Menurut friedman dalam (Choirunnisa, 2018) menyatakan bahwa setiap keluarga
memerlukan layanan kesehatan yang mana pelayanan kesehatan tersebut sesuai
dengan perkembangan sosial masyarakat sehingga keluarga memiliki tipe-tipe agar
dapat mengembangkan derajat kesehatannya antara lain :
a. Keluarga inti
Keluarga inti merupakan transformasi demografi dan sosial yang paling signifikan
yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah bekerja untuk mencari nafkah dan ibu
yang sebagai pengurus rumah tangga.
b. Keluarga adopsi
Keluarga adopsi adalah suatu cara untuk membentuk keluarga dengan cara
menyerahkan tanggung jawab orang tua kandung kepada orang tua adopsi secara
sah dan saling menguntungkan satu sama lain. Keluarga adopsi ini dilakukan
karena berbagai alasan seperti pasangan yang tidak dapat memiliki keturunan tapi
ingin menjadi orang tua sehingga mereka mengadopsi anak dari pasangan lain.
c. Keluarga asuh
Keluarga asuh adalah suatu layanan yang diberikan untuk mengasuh
anaknyaketika keluarga kandung sedang sibuk dan keluarga asuh akan
memberikankeamanan dan kenyamanan pada anak. Anak yang diasuh oleh
keluarga asuhumumnya memiliki hubungan kekerabatan seperti kakek atau
neneknya.

13
d. Keluarga orang tua tiri
Keluarga orang tua tiri terjadi bila pasangan yang mengalami perceraian
danmenikah lagi. Anggota keluarga termasuk anak harus melakukan penyesuaian
diriladi dengan keluarga barunya. Kekuatan positif dari keluarga tiri adalah
menikahlagi merupakan bentuk yang positif dan suportif karena
meningkatkankesejahteraan anak-anak, memberikan anak-anak perhatian dan
kasih sayang, sertasebagai jalan keluar dari perbaikan kondisi keuangan.
2.2.3 Peran dan Fungsi Keluarga
Menurut makhfudli dalam peneliti sebelumnya (Choirunnisa, 2018), bukunya
menyebutkan bahwa setiap anggota keluarga memiliki beberapa peran dalam
keluarga sebagai berikut:
1. Motivator
Keluarga sebagai penggerak tingkah laku melalui dukungan pada setiap
anggotakeluarganya ke arah tujuan yang sama. Tujuan tersebut didasari oleh
kebutuhananggota keluarga yang sakit dan sangat membutuhkan dukungan
keluarga terutamadari segi emosional.
2. Edukator
Upaya keluarga dalam memberikan pendidikan kepada anggota keluarga
yangsakit, sehingga keluarga nantinya akan menjadi sumber yang efektif dalam
meningkatkan derajat kesehatan keluarga dengan berbekal ilmu pengetahuan
(informasional) tentang Kesehatan.
2.3 Konsep Perilaku
2.3.1 Pengertian Perilaku
Menurut Wawan dan Dewi dalam Peneliti sebelumnya meneybutkan bahwa
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang
dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari
maupun tidak disadari. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling
berinterkasi. Sering tidak disadari bahwa interaksi tersebut amat kompleks
sehingga kadang-kadang kita tidak sempat memikirkan penyebab seseorang
menerapkan perilaku tertentu
2.3.2 Prosedur Pembentukan Perilaku

14
Prosedur pembentukan perilaku dalam operan conditioning ini menurut skinner
dalam (Aceh, 2020) adalah sebagai berikut:
a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforcer
berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk.
b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen kecil yang membentuk
perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-komponen tersebut disusun dalam
uruta yang tepat untuk menuju kepada terbentukya perilaku yang dimaksud.
c. Dengan menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan-tujuan
sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing-masing komponen
tersebut.
d. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponenyang
telah tersusun itu. Apabila komponen pertama telah dilakukan makahadiahnya
diberikan. Hal ini akan mengkibatkan komponen atau perilaku(tindakan) tersebut
cenderung akan sering dilakukan
2.3.3 Bentuk Perilaku
Menurut (Aceh,2020) Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu
respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek
tersebut. Responini berbentuk macam, yakni:
a. Bentuk pasif adalah respons internal yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan
tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir,tanggapan
atau sikap batin dan pengetahuan.
b. Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara
langsung.Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap adalah
merupakan respons seorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masihbersifat
terselubung dan disebut covert behaviour.
2.3.4 Faktor yang mempengaruhi perilaku
Menurut Lawrence Green (1980) dalam buku Notoadmodjo (2003) dalam peneliti
sebelumnya perilaku manusia dari tingkat kesehatan terbentuk dari 3 faktor yaitu :
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor) yang terdiri dari
pengetahuan,sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai.

15
b. Faktor-faktor pendukung (enabling factor) yang terdiri dari lingkungan
fisik,tersedia atau tidak tersedianya fasilitas dan sarana.
c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) yang terdiri dari sikap dan
perilakupetugas kesehatan, tokoh agama serta tokoh masyarakat. WHO (1984)
dalam Notoadmodjo (2003).
Perilaku tertentu seseorang dipengaruhi oleh 4 alasan pokok yaitu :
a. Pengetahuan
Pengetahuan seseorang diperoleh dari pengalaman sendiri atau
pengalamanorang lain.
b. Kepercayaan
Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek.
Seseorangmenerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya
pembuktianterlebih dahulu.
c. Sikap
Sikap menggambarkan suka dan tidak suka terhadap obyek. Sikap
seringdiperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain yang paling dekat.
Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam tindakan
nyata.Teori tindakan beralasan (theory of reasoned action) oleh Icek Ajzen dan
MartinFishbein (Azwar S, 2011) mengemukakan bahwa sikap mempengaruhi
perilakulewat suatu pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan serta
dampaknyaterbatas hanya pada tiga hal. Pertama, perilaku tidak banyak
ditentukan olehsikap umum tetapi sikap yang positif terhadap sesuatu. Kedua,
perilakudipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh norma-norma
subyektif(subjektive norms). Ketiga, sikap sterhadap suatu perilaku bersama
norma-norma subyektif membentuk suatu intensi atau niat untuk berperilaku
tertentu.
d. Orang penting sebagai referensi
Perilaku orang lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang
dianggappenting. Apabila seseorang itu penting untuknya maka apa yang ia
katakan atauperbuat cenderung untuk dicontoh. Orang-orang yang dianggap

16
penting ini sering disebut kelompok referensi (reference group) antara lain guru,
alim ulama, kepala adat (suku), kepala desa dan sebagainya.
2.3.5 Pengukuran Perilaku
Menurut Notoadmodjo (2003) dalam peneliti sebelumnya cara mengukur indikator
perilaku atau praktik yang paling akurat adalah melalui pengamatan atau observasi.
Namun juga dapat dilakukan melalui wawancara dengan pendekatan recall atau
mengingat kembali perilaku yang telah dilakukan oleh responden beberapa waktu
yang lalu.

2.4 Kerangka Teori

Faktor Predisposisi
1. Sikap
2. Pengetahuan
3. Kepercayaan
4. Orang sebagai motivasi

Faktor Pendukung Perilaku Kejadian diabetes


Hidup Sehat melitus tipe 2
1. dukungan sosial

Faktor Pendorong
1. Dukungan Keluarga
2. Peran & fungsi Keluarga

Gambar 2. 1 Kerangka Teori


Sumber : Modifikasi Teori L. Green (1980)

17
DAFTAR PUSTAKA

Aceh,Using education theory to design a patient e-health education.pdf (2020)


Andini, A. and Awwalia, E.S. (2018) ‘Studi Prevalensi Risiko Diabetes Melitus Pada Remaja
Usia 15–20 Tahun Di Kabupaten Sidoarjo’, Medical and Health Science Journal,
2(1), pp. 19–22. Available at: https://doi.org/10.33086/mhsj.v2i1.600.
Choirunnisa, L. (2018) Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Melakukan Kontrol
Rutin Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Surabaya, Universitas Airlangga
Surabaya. Available at: https://repository.unair.ac.id/84885/4/full text.pdf.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (2020) ‘Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2019’,
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, p. tabel 53. Available at:
www.dinkesjatengprov.go.id.
Fatimah, R.N. (2015) ‘DIABETES MELITUS TIPE 2’, 4, pp. 93–101.
Hardianto, D. (2021) ‘Telaah Komprehensif Diabetes Melitus: Klasifikasi, Gejala, Diagnosis,
Pencegahan, Dan Pengobatan’, Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI),
7(2), pp. 304–317. Available at: https://doi.org/10.29122/jbbi.v7i2.4209.
Irawan, E. et al. (2021) ‘Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien Diabetes
Mellitus Tipe II di Puskesmas Babakan Sari’, 9(1), pp. 74–81.
Jeklin, A. et al. (2016), Correspondencias & Análisis, (15018), pp. 1–23.
Lestari, Zulkarnain and Sijid, S.A. (2021) ‘Diabetes Melitus: Review Etiologi, Patofisiologi,
Gejala, Penyebab, Cara Pemeriksaan, Cara Pengobatan dan Cara Pencegahan’,
UIN Alauddin Makassar, (November), pp. 237–241. Available at:
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/psb.
Listyarini, A.D. and Fadilah, A. (2017) ‘Brisk Walking Dapat Menurunkan Kadar Glukosa
Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Desa Klumpit Kecamatan Gebog
Kabupaten Kudus’, Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat Cendekia
Utama, 6(2), pp. 10–19. Available at:
http://jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id/index.php/stikes/article/view/187.
Penderita, L. et al. (2023) ‘HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KUALITAS
HIDUP Program Studi S1 Farmasi , Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Email
Coresponding : florasijabat316@gmail.com penyakit infeksi penyakit
degenerative seperti diabetes Perubahan kehidupan masyarakat yang meliput’,

18
8(1), pp. 37–45.
Plows, J.F. et al. (2018) ‘The pathophysiology of gestational diabetes mellitus’, International
Journal of Molecular Sciences, 19(11), pp. 1–21. Available at:
https://doi.org/10.3390/ijms19113342.
Retnowati, N., Satyabakti, P. and Timur, J. (2014) ‘PENDERITA DIABETES MELITUS DI
PUSKESMAS TANAH’, pp. 57–68.
Riset Kesehatan Dasar (2015) ‘Pola Diet Terhadap Penyakit Tidak Menular’, Pola Diet
Terhadap Penyakit Tidak Menular, 84(2007), pp. 487–492. Available at:
http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=19051700002.

19

Anda mungkin juga menyukai