PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan kepada program studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir (IAT)
Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Qur‟an An-Nur Yogyakarta
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Melanjutkan Penulisan Skripsi
Oleh:
Muhammad Syahrul
NIM : 18.20.1546
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN AN-NUR
YOGYAKARTA
2022
BAB I
A. LATAR BELAKANG
Al-Qur‟an merupakan salah satu bentuk mukjizat yang diberikan kepada Nabi
Muhammad SAW. Al-Qur‟an merupakan kitab suci yang mana sejak zaman dahulu
hingga sekarang nilai-nilai keindahan dan kemurniannya tetap terjaga sampai kapanpun.
Salah satu aspek keindahan di dalam Al-Qur‟an tersebut adalah tentang qira‟atnya.
Perbedaan-perbedaan qira‟at yang menjadikan Al-Qur‟an tesebut sebagai salah satu i’jaz
Meskipun ilmu qira‟at secara umum sudah banyak diketahui oleh umum, namun ilmu
qira‟at tidak semudah yang kita bayangkan. Tentunya kita harus mengatahui sub-sub ilmu
lainnya dalam mempelajari qira‟at, salah satunya adalah dengan menguasai ilmu tajwid. Pada
dasarnya ilmu tajwid merupakan fardu kifayah, namun ketika membaca Al-Qur‟an kita
diwajibkan membaca dengan tajwid yang benar. Ilmu qira‟at dan ilmu tajwid adalah satu
kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, sebab barometer ilmu qira‟at adalah ilmu tajwid.2
Kemudian dari hasil penelusuran ulama dan imam qira‟at tersebut dengan secara teliti
dan selektf, maka dapat disimpulkan bahwasannya terdapat acuan bacaan Al-Qur‟an yang paling
tinggi kedudukannya dan terkenal hingga sekarang dengan istilah Qira’at sab’ah. Istilah ini
dikenal karena dinisbahkan kepada tujuh imam qiraat, namun penisbahan ini adalah bukan
semata-mata hasil ijtihad atau karya para imam tersebut. Ungkapan-ungkapan istilah tersebut
1
Afriadi Putra, Khairunnas Jamal, Pengantar Ilmu Qiraat (Yogyakarta : Kalimedia, 2020), hlm5
2
Ahmad Izzan, Ulumul Qur’an ( Bandung: Tafakur, 2013), hlm 116
menunjukkan bahwa qira‟at yang ada merupakan hasil (ikhtiyar) seleksi dan penelitian terhadap
Pada hakikatnya Allah telah menurunkan Al-Qur‟an terhadap bangsa arab pada umumnya
dengan sebuah bahasa yang dapat mereka pahami serta mudah dimengerti tentang maksud tujuan
ayat Al-Qur‟an tersebut. Dalam hal ini juga Allah ingin menunjukkan salah satu kekuasaan-Nya
dengan menurunkan Al-Qur‟an dengan keindahan makna dan lafal-Nya. Hal ini sesuai dengan
Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu
Bahwa tentunya ilmu qira‟at sama seperti dengan ilmu-ilmu lainnya, ilmu qira‟at zaman
dahulu jarang dipelajari oleh orang-orang muslim. Peminat ilmu qira‟at sangatlah sedikit dan
terbatas, kebanyakan pengkaji ilmu ini adalah orang-orang yang belajar di lembaga-lembaga
khusus seperti pondok pesamtren atau lembaga Qur‟an lainnya. Namun seiring perkembangan
dan kemajuan zaman, ilmu qira‟atmulai di geluti kembali dan berbagai kalangan sudah aktif
3
Akhsin Sakho Muhammad, Mengarungi Samudra Kemuliaan 10 Imam Qiraat ( Yogyakarta : Belibis
Pustaka, 2020 ) , hlm 3
4
Muhammad Roihan Nasution, Qira’at Sab’ah (khazanah bacaan al-qur’an teori dan praktik), ( Sumatera
Utara : Perdana Publishing, 2019), hlm 8
Dengan adanya varian qira‟at, hal ini membuktikan bahwa kedudukan Al-Qur‟an menjadi
semakin kuat, kokoh, serta keorisinalitas dari bacaan tersebut menjadi semakin mantap.
Meskipun di suatu daerah atau negara hanya mempunyai satu standarisasi bacaan saja, bukan
berarti bacaan dengan riwayat lain kemutawatirannya semakin berkurang. Bacan-bacaan para
imam qira‟at lainnya akan tetap terjaga kemutawatirannya sampai kapanpun. Nabi Muhammad
tidak mewajibkan dalam membaca Al-Qur‟an dengan beragam bacaan. Tetapi Nabi sendiri
mengajarkan kepada sahabat dan pada umatnya agar memilih bacaan yang paling enak dan
mudah baginya.5
Membaca Al-Qur‟an tentunya sudah menjadi rutinitas bagi setiap muslim di dunia. Al-
Qur‟an juga di pandang sebagai pedoman hidup misalnuya saja sebagai motif pengobatan,
mantra dan lainnya.6 Dalam interpretasi Al-Qur‟an, salah satu caranya adalah tentang eksperesi
dari aspek pembacaan Al-Qur‟an sebagai salah satu bentuk seni even tahunan yang sering
diselenggarakan yang dikenal dengan istilah Musa>baqah Tila>watil Qur’an. Pada awal mulanya
kegiatan ini hanya diselenggarakan terhadap acara-acara besar islam dengan fokus perlombaan
pembacaan Al-Qur‟an dan syarahnya saja. Namun seiring perkembangan zaman istilah ini
Kemudian istilah MTQ berkembang sangat pesat di Indonesia dan ini merupakan hasil
usaha-usaha umat islam itu sendiri dalam upaya pelestarian Al-Qur‟an. Dengan adanya lomba
MTQ ini merupakan variasi terhadap pengekspresian terhadap Al-Qur‟an agar tidak monoton
begitu saja. Tentunya Al-Qur‟an bisa dikaji dari berbagai aspek salah satunya tentang seni baca
Al-Qur‟an. Meskipun dalam pelaksanaan MTQ terdapat pro dan kontra, namun bisa diambil sisi
5
Akhsin Sakho Muhammad, Membumikan Ulumul Qur’an ( Jakarta : Qaf Media Kreative, 2019), hal 81
6
Bruce Lawrance, The Qur’an a Bioghrapy, Terj. Ahmad Asnawi (Yogyakarta : Diglosia Media, 2008),
hlm xii-xiv
positif dalam pelaksanaa ini yaitu dalam penanaman rasa cinta terhadap Al-Qur‟an. Salah satu
alasan digelar event ini adalah dalam rangka mensyiarkan ajaran-ajaran Al-Qur‟an di dalam
Dengan adanya event-event ini diharapkan sebagai daya tarik kepada masyarakat agar
semakin berbondong-bondong dalam mengkaji dan belajar Al-Qur‟an. Melalui event MTQ ini
tentunya dapat melahirkan nuansa islami di masyarakat dan memberikan pengaruh dalam
kehidupan terutama pada generasi muda. Indonesia sebagai masyarakat muslim terbesar di dunia
dengan adanya MTQ tentunya sebagai upaya memurnikan dan melestarikan Al-Qur‟an.
Tentunya MTQ tidak terlepas dari sejarah islam yang ada di Indonesia. Masyarakat muslim yang
ada di Indonesia memiliki perhatian yang besar dan khusus dalam upaya praktik Al-Qur‟an dan
Dalam catatan sejarah MTQ sudah ada sejak lama sekitar tahun 1940, ketika saat
berdirinya Jam’iyyatul Qurro’ Wal Hufa>dz yang didirikan oleh Nahdhatul Ulama yang berdiri
sebagai salah satu ormas terbesar yang ada di Indonesia. Seiring perkmebangan zaman sekitar
tahun 1968, ketika menteri agama yang menjabat saat itu adalah oleh K.H Muhammad Dahlan,
dan beliau juga sebagai salah satu tokoh penting dalam Nahdhatul Ulama saat itu. Pada tahun tu
juga MTQ untuk pertama kali dilembagakan secara resmi. Tokoh yang menjadi cikal bakal
munculnya MTQ adalah K.H Muhammad Dahlan dan Prof. K.H. Ibrahim Hussen, MTQ pada
7
Azyumardi Azra, jaringan ulama timur tengan dan kepualaun Nusantara (Bandung : Mizan, 1998), hlm
31
8
Nur Rohman, Ana M. Gade, sebuah kajian metodologis MTQ di Indonesia (Surakarta : Al-A‟raf, 2016),
hlm 114
Setelah satu tahun kemudian maka dua tokoh tersebut mendirikan sebuah yayasan pada
tahun 1970 yang terkenal dengan Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur‟an. Pergururan ini didirikan dan
dibentuk pertama kalinya adalah untuk sebagai lembaga pengakajian tentang seni baca Al-
Qur‟an dan mengkaji ilmu-ilmu yang terkait dengannya.9 Dengan fenomena MTQ ini ada dua
unsur yang diwujudkan yaitu pertama, syi‟ar islam. Kegiatan ini semata-mata hanya ingin
mengharap ridho Allah meskipun kegiatan ini tidak terlepas dari sebuah kompetisi. Kedua,
memiliki tujuan internal. Dengan adanya pelaksanaan event ini diharapkan setiap yang
berpartisipasi dalam kompetisi tentunya memilki support terhadap kegiatan pmebelajaran Al-
Qur‟an.10
Urgensi dari kgeiatan MTQ adalah menjadi motivasi terhadap umat islam sebagai bentuk
kulturisasi dalam menyiarkan dakwah islam dengan Al-Qur‟an. Dalam kegiatan ini diharapkan
silaturrahmi yang terjalin ditengah masyarakat.11 Pemerintah sangat mendukung kegiatan ini dan
selalu menyemangati tanpa henti-hentinya sebagai bentuk media dalam berdakwah, yaitu dengan
tidak jauh terlepas dari dimensi sosial dan tentunya mendapat biaya khusus dalam
Event kegiatan MTQ ini tentunya semakin tahun terus berkembang, banyak cabang-
cabang yang dilombakan dalam uapaya pencarian kualitas kader dan bibit sebegai genearsi
penerus Al-Qur‟an. Salah satu cara apresiasi pemerintah dalam MTQ biar dapat memotivasi
9
Saifullah Ma‟sum, menapak jejak mengenal watak sekilas biografi tokoh NU (Jakarta : Yayasan
Saifuddin, 1994), hlm 278
10
Yudie R. Haryono, bahasa politik Al-Qur’an (Bekasi : Gugus Press), hlm 203
11
M.Quraish Sihab, membumikan Al-Qur’an (Bandung : Mizan, 2007), hlm 189
12
Kailani Musthofa dkk, LPTQ SUMSEL: sejarah pengabdian dan prestasi (Palembang : Noerfikri,
2016),hlm 13
orang lain adalah dengan memberi hadiah yang fantastis yaitu hadiah Haji bagi setiap pemenang
MTQ Nasional. Salah satu pelaksana MTQ dengan cabang terbanyak adalah Indonesia, dan ini
menjadi kekhasan khusus. Kemeriahan acara MTQ dapat dilihat salah satunya terletak pada
Ta‟aruf dan karnaval setiap masing-masing kafilah atau perwakilan dari daerahnya. Tujuan dari
karnaval ini adalah dalam rangka memperkenalkan keunggulan produk dan karakter setiap
daerah. Dalam rangakaian perjalanan MTQ tentunya mendapat sambutan hangat dan simpatisme
oleh masyarakat baik pada level domestik hingga internasional. Kegiatan MTQ memilki nilai
estetis dan sangat erat kaitannya dengan seni, karena seni merupakan bentuk kebudayaan dari
manusia dalam mengapresiasi kegiatan-kegiatan tertentu.13 Umat islam tentunya harus selalu
tampil percaya diri dalam membina masyarakat agar sesuaui dengan tuntunan Al-Qur‟an.14
Dalam perspektif budaya indonesia, MTQ menjadi sarana keagamaan yang sangat
populer dan fonumental. Sehingga kegiatan ini telah menjadi rutinitas tersendiri yang mampu
menciptakan sebuah bentuk pola baru atas keberagaman masyarakat Indonesia yang khas. Nilai
seni yang ada di MTQ memiliki peran penting karena berkaitan dengan hati dan perasaan
manusia. Seni berusa membuat kecendrungan antara jiwa manusia dan panca indera manusia itu
sendiri.15 Dalam proses penciptaan manusia Allah menitipkan rasa cinta kedalam hati manusia
13
Sidi Gazalba, islam dan kesenian (Jakarta : Pustaka Al Husna, 1998),hlm 39
14
Faidh Kasyani, etika islam menuu evolusi diri (jakarta : Sandra Press, 2014), hlm 41
15
Yusuf Al-Qardawi, islam dan seni (Bnadung : Pustaka Hidayah, 2000), hlm 13
Dalam ajaran agama islam, ketika kita membaca Al-Qur‟an dengan suatu keindahan seni
dari segi suara termasuk kedalam kategori dakwah dan ibadah. Lagu-lagu yang indah saat
membaca Al-Qur‟an dengan aturan yang sesuai kaidah, tentunya dapat menghantarkan kita
terhadap peresapan yang lebih mantap kedalam sanubari pendengar maupun pembacanya. Salah
satu wadah dalam mengembangkan itu adalah adanya LPTQ sebagai lembaga yang berisi
program-program yang terkait dengan seni baca Al-Qur‟an. Program-program yang diusung ini
Salah satu contoh yang dapat diilustraikan adalah misalnya pada setiap pelaksanaan
kegiatan MTQ, LPTQ Yogyakarta selalu melakukan pembinaan sebaik mungkin agar
mendapatkan hasil yang maksimal. Namun pada dasarnya kegiatan-kegiatan yang diadakan
tersebut bukan sebagai ajang kompetisi saja. Kegiatan tersebut yang paling utama adalah untuk
melestarikan Al-Qur‟an, seperti yang disamapaikan oleh pelatih Qari Nasional Yogya sebagai
berikut :
“Ada sebuah lembaga di LPTQ yang dikenal dengan JQH (Jam‟iyyatul Qurra‟ Wal Huffadz), di mana
lembaga ini tujuan utamanya adalah menyebarluaskan kajian-kajian Al-Qur‟an. Dalam lembaga ini juga banyak
materi-materi yang bisa dipelajari dan tidak hanya seni tarik ulur suara saja, melainkan banyak kajian-kajian yang
menyangkut isi kandungan Al-Qur‟an juga. Diharapkan dengan kegiatan ini semoga ghiroh di masyarakat semakin
bertambah kecintaannya terhadap Al-Qur‟an. Salah satu bentuk apresiasi terhadap Al-Qur‟an yang bisa kita lakukan
Salah satu bentuk apresiasi terhadap Qira‟at Sab‟ah adalah diadakannya Musabaqah
Tilawatil Qur‟an. kegiatan ini merupakan suatu kebijkan-kebijakan yang sangat baik dan
strategis saat Menteri Agama Prof. Said Aqil Munawwar mengeluarkan Surat Keterangan
16
Wawancara tersebut disampaikan langsung oleh pelatih LPTQ Yogya yaitu Ustadz Tantan Qital Barozi
pada tanngal 15 Januari 2020.
tentang mengikutsertakan Cabang Qira‟at di dalam MTQ, di samping cabang tafsir berbahasa
Indonesia. Dari fenomena-fenomena yang ada setiap akademik tentunya perlu memikirkan
berdirinya sebuah Fakultas Al-Qur‟an yang prodinya terdiri dari Ilmu Qira‟at dan Ulumul
generasi yang mampu menangani suatu masalah yang terkait dengan Al-Qur‟an. Banyak sekali
bentuk kegiatan-kegiatan yang dilakukan, msialnya saja penelitan lapangan maupun secara
praktik.
Dari sekian banyaknya negara muslin di dunia, Indonesia menjadi pelopor pertama yang
mengikutsertakan cabang qira‟at di dalam MTQ. Pada masa yang akan datang, cabang qira‟at ini
dapat dkembangkan lebih lanjut, seperti cabang Tartil Qur‟an dengan Qira‟at Sab‟ah dan cabang
Qira‟at Sepuluh. Diharapkan dengan masuknya cabang ini di kehidupan masyarakat, maka akan
pelaksanaan MTQ yang masih menjadi kontroversial di dalam masyarakat. Banyak problem
yang terjadi di masyarakat yang berasumsi bahwasannya ayat-ayat Al-Qur‟an tidak bagus
dijadikan sebagai ajang perlombaan, apalagi sebagai bisnis pencarian uang. Bahkan di kalangan
tokoh agama maupun para ulama banyak yang mempermasalahkan tentang perlombaan ini.
Mereka berpendapat bahwa bacaan Al-Qur‟an dengan tujuan duniawi adalah merupakan bentuk
Meskipun demikian bahwsannya dengan adanya kegiatan dari lomba ini tentunya banyak
juga sisi positif dan manfaatnya. Meskipun secara mendasar tujuan utamanya adalah uang atau
juara, namun setidaknya kita sudah mau berlomba-lomba dalam kebaikan. Dengan adanya
kegiatan ini khusunya untuk cabang qir‟aat, pada mulanya kegiatan ini sangat minim untuk
dikuti oleh orang lain. Namun, semakin berjalannya waktu khususnya Qira‟at Sab‟ah sudah
pesantren saja. Namun setalah dibukanya cabang baru ini membawa dampak yang luar biasa, di
mana setiap tahunnya mengalami peningkatan kualitas yang signifikan. Salah satu bentuk
kemajuannya adalah banyak bermunculan kajian-kajian atau majlis yang membahas Qira‟at
Sab‟ah. Syarat-syarat belajar Qira‟at Sab‟ah tidak sesulit zaman dahulu di mana minimal paling
tidak sudah hafal Al-Qur‟an dan ini yang menyebabkan sedikit orang yang menggelutinya.
Kemudian zaman sekarang sangat mudah untuk dipelajari dan modal yang utama adalah minimal
Misalnya saja bisa dicontohkan dalam event-event kegiatan Nasional, pada tahun 2010-
an kebawah, cabang qira‟at ini masih sedikit provinsi yang mengirim utusannya dalam mengikuti
MTQ. Cabang ini juga dulu hanya diikuti oleh galongan dewasa saja, namun setelah beberapa
tahun kemudian cabang ini diperbaharui lagi dengan menambahkan kategori yang bisa ikut mulai
dari usia remaja. Kemudian cabang ini di inovasikan menjadi dua kategori yaitu Mujawwad dan
Tentunya pembahasan ini penting untuk dikaji, sebab selama ini banyak orang yang
berpandangan bahwa Al-Qur‟an itu hanya bisa dikaji secara teks-teksnya saja. Padahal banyak
sekali cara yang bisa kita lakukan dalam menginterpretasi Al-Qur‟an, salah satunya adalah
festivalisasi Al-Qur‟an. jika kita terlalu kaku dalam memahami Al-Qur‟an maka kita akan
tertinggal secara peradaban, sebab Al-Qur‟an itu cakupannya sangatlah luas. Banyak sekali
bidang-bidang yang bisa dikembangkan dari Al-Qur‟an dan tujuannya adalah untuk
melestarikannya.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
Indonesia ?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui bahwasannya MTQ merupakan upaya dalam proses membumikan Al-
Qur‟an.
2. Untuk mengetahui bahwasannya setiap kajian-kajian Al-Qur‟an bisa menjadi sebuah nilai
esktetik (seni).
D. MANFAAT PENELITIAN
A. Manfaat praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu sumber ide pokok dalam
B. Manfaat akademis
Secara teoritis penelitian ini juga semoga dapat memberikan wawasan baru kepada kita, semoga
saja. Tentunya kajian tentang qira‟at di lapangan masih sedkit sekali yang membahas dan
mengkajinya. Kebanyakan kajian qira‟at hanya sebatas penelitian kepustakaan melalui kitab-
kitab. Dengan adanya studi lapangan tentang qira‟at ini bahwasannya persepsi qira‟at bisa
E. KAJIAN PUSTAKA
Pertama, Skripsi yang berjudul Qira’at Sab’ah dalam MTQ (Analisis Penguasaan Teori
dan Praktik Ilmu Qira’ah Sab’ah Pada Peserta MTQ Kabupaten Kotawaringin Barat Prov.
Kalimantan Tengah) karya Fiza Intan Naumi mahasiswi Ushuluddin UIN jakarta 2020. Penulis
menemukan bahwasannya di dalam skripsi ini yang menjadi objek pembahasannya adalah
tentang Qira‟ah Sab‟ah dalam MTQ. Musabaqah Tilwatil Qur‟an adalah satu bagian bidang yang
bergerak terhadap seni baca Al-Qur‟an. Penulis menemukan khususnya MTQ cabang Qira‟at
Sab‟ah yang diadakan di Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan Barat. Bahwasannya di dalam
perlombaan ini yang menjadi fokus penelitian di skripsi ini adalah tentang pemahaman secara
teoritis serta secara praktik ilmu Qira‟at Sab‟ah khususnya terhadap peserta MTQ. Peserta MTQ
cabang Qira‟at Sab‟ah ini sebagian secara mendalam langsung secara praktiknya, meskipun
secara teoritis belum secara maksimal. Walaupun secara teorinya kurang maksimal namun hasil
yang diperoleh sangatlah memuaskan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif
dengan cara observasi dan wawancara langsung terhadap peserta maupun dewan hakim.17
17
Fiza Intan Naumi, Qira’at Sab’ah dalam MTQ (Analisis Penguasaan Teori dan Praktik Ilmu Qira’ah
Sab’ah Pada Peserta MTQ Kabpaten Kotawaringin Barat Prov. Kalimantan Tengah), skripsi UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2020)
Kedua, Skripsi yang berjudul sosialisasi Qira’ah Sab’ah di Indonesia ( Telaah atas
masuknya Qira’ah Sab’ah dalam Musabaqah Tilawatil Qur’an) Tajwidatul Amanah mahasiswi
Ushuluddin UIN Jakata tahun 2016. Penulis menemukan bahwasannya di dalam skripsi ini yang
menjadi objek kajiannya adalah tentang proses perjalanan Qira‟ah Sab‟ah yang ada di Indonesia.
Tentunya Qira‟ah Sab‟ah yang ada di Indonesia mempunyai sejarah yang panjang hingga
menjadi sebuah ilmu baku yang ada di Indonesia. Dalam skripsi ini juga dibahas tentang sejarah
MTQ dan cabang-cabangnya. Dari sekian banyak cabang MTQ yang di perlombakan adalah
Qira‟ah Sab‟ah. Dalam cabang ini tentunya sangat sedikit orang yang menggelutinya sebab
belaajr Qira‟ah Sab‟ah tidak semudah belajar Tajwid pada umumnya, sebab di dalam Qir‟ah
Sab‟ah setiap imam memiliki pola yang berbeda satu sama lain.18
Ketiga, Skripsi yang berjudul Musabaqah Tilawatil Qur’an sebagai media dakwah di
LPTQ Kabupaten Tegal, karya Masruroh mahasiswi fakultas Dakwah dan Komunikasi tahun
2016. Penulis menemukan bahwa Musabaqah Tilawatil Qur‟an bisa di jadikan sebagai media
dakwah. Di dalam skripsi ini yang menjadi objek pembahasannya adalah MTQ dapat menjadi
ladang dalam berdakwah Qur‟an di daerah Tegal. Skripsi ini juga membahas tentang apresiasi
masyarakat baik berupa partisipasi maupun tanggapan dalam penyelenggaraan MTQ. Dampak
terhadap program MTQ dan LPTQ kabupaten Tegal sangat lah kondusif, penulis skripsi ini juga
mencamtumkan tentang hasil-hasil yang di peroleh dari MTQ, selain ajang kompetisi MTQ juga
F. KERANGKA TEORI
18
Tajwidatul Amanah, Sosialisasi Qira’ah Sab’ah di Indonesia,Skripsi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta,
2016)
19
Masruroh, Musabaqah Tilawatil Qur’an Sebagai Media Dakwah di Lembaga Pengembangan Tilawatil
Qur’an Kabupaten Tegal, Skripsi UIN Walisongo Semarang , 2016.
Dalam penelitian ini terhadap kasus diatas penulis mencoba menghubungkan dnegan teori
fenomenologi Edmun Husserl. Fenomenologi merupakan salah satu dari pendekatan secara
ilmiah dengan tujuan untuk mengungkapkan dan menelaah serta mendeskripsikan tentang
fenomena-fenomena yang dialami secara langsung.20 Salah satu tokoh yang membahas tentang
fenomenologi adalah Husserl, pemikiran tokoh ini memfokuskan terhadap fenomena yang terjadi
secara nyata dengan apa adanya. Fenomenologi ialah merupakan kajian filosofis yang
tersebut terletak dalam kesadaran seseorang serta pengalaman tersebut bisa diamati melalui
terhadap orang yang mengalaminya. Pada kasus ini penulis mengunakan teori Edmund Huesserl
dalam menelaah fenomena yang ada terhadap kegiatan Musabaqah Tilawatil Qur‟an Yogyakarta.
G. METODE PENELITIAN
Dalam proses untuk mendapatkan sebuah data yang tepat maka penulis menggunakan metode
A. Penelitian kepustakaan
Penelitian kepustakaan adalah sebuah metode dalam mengumpulkan data-data yang berasal
dari sumber ilmiah.21 Penelitian dalam skripsi ini menggunakan cara mengumpulkan bahan atau
data tentang qira‟at maupun MTQ dari berbagai sumber seperti, media elektronik (massa),
dokumen, buku, catatan-catatan dan lainnya, serta dalam penelitian skripsi ini menggunakan dua
20
Asep Kurniawan, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2018), hlm 32
21
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta : Fak. Psikologi UGM, 1990)
Data primer (sumber utama) di mana nantinya yang akan menjadi sumber data-data terhadap
penelitian ini adalah dengan mengambil dan melihat langsung terhadap buku-buku panduan
tentang MTQ serta arsip yang ada di LPTQ maupun dari pembina atau pelatih MTQ Yogyakarta.
Data sekunder (sumber pendukung) di mana nantinya akan didapat melalui dari sebuah
jurnal, sumber di internet, artikel dan lainnya. Kemudian data sekunder ini akan didapat dari
informan yang secara langsung berkaitan dengan objek yang akan peneliti teliti nantinya.salah
B. Penelitian lapangan
Penelitian lapangan adalah sebuah metode yang dilakukan yang disusun secara sistematis
dengan cara mengangkat data-data yang berasal dari lapangan secara langsung.22 Dalam hal ini
peneliti secara langsung turun kedalam lapangan untuk memperoleh sebuah informasi sedalam-
dalamnya untuk mencari hasil sebuah penelitian secara nyata ataupun langsung. Dalam mencari
1. Observasi
Observasi merupakan sebuah cara dalam pengumpulan data-data dengan cara mengamati, serta
diiringi dengan catatan-catan terhadap sebuah keadaan atau tingkah laku objek sasaran.23 Penulis
dalam hal ini melakukan sebuah pengamatan dengan cara mengamati langsung sebuah fenomena
yang ada didalam LPTQ Yogyakarta terhadap usaha untuk membantu proses penelitian penulis.
22
Suharismi Arikunto, Dasar-dasar Reaserch, (Bandung : Tarsoto, 1995), hlm 58
23
Abdurrahman Fatoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyususan Skripsi, ( Jakarta : Rineka Cipta,
2011), hlm 104
2. Quesioner
terhadap suatu problem yang akan di kaji dan di teliti.24 Terkadang istilah quesioner sering juga
disebut sebagai angket yang berisi daftar pertnayaan yang berada didalam pengawasan peneliti.25
Sehingga dapat dipahami bahwasannya quesioner adalah pertanyaan yang diajukan kepada
3. Wawancara
Wawancara merupakan bentuk memperoleh data dengan cara tanya jawab (komunikasi)
terhadap peneliti maupun responden.26 Dalam proses kegiatan wawancara yang dilakukan
Wawancara memiliki fungsi untuk memperoleh informasi yang sedang diteliti oleh penulis. Pada
pembahasan ini penulis menggunakan jenis wawancara berbeda kepada para informan dengan
a. Wawancara terencana-terstruktur
Wawancara terencana-terstruktur adalah suatu bentuk wawancara di mana wawancara dalam hal
ini peneliti menyusun secara terperinci dan sistematis rencana atau pedoman pertanyaan menurut
pola tertentu dengan menggunkan format yang baku. Dalam hal ini pewawancara membacakan
pertanyaan yang telah disusun dan kemudian mencatat jawaban sumber informasi yang tepat.
24
Cholid Narbuko dkk, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Bumi Aksara, 1997), hlm 76
25
S. Nasution, Metode Research, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996),hlm 128
26
Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Grasindo, 2002), hlm 116
27
Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan, (Jakarta : Kencana,
2017), hlm 372
Wawancara terncana-tidak terstruktur adalah apabila peneliti atau pewawancara menysusun
rencana (schedule) wawancara yang mantap, tetapi tidak menggunakan format atau urutan yang
baku.
c. Wawancara bebas
Sebelum memasuki situasi sosial , peneliti menentukan sumber data yang akan dijadikan subjek
Untuk itu peneliti menggunakan cara menemukan jumlah dan aktor .dalam situasi sosialnya,
Purposive Sampling
Berbeda dengan cara-cara penentuan sampel yang lain, penentuan sumber informasi secara
purposive dilandasi tujuan atau pertimbangan tertentu terlebih dahulu. Oleh sebab itu,
pengambilan sumber informasi (informan) didasarkan pada maksud yang telah ditetapkan
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan proses mencari dan mengumpulkan data-data dengan bantuan dokumen
(catatan), serta sumber informasi tertulis yang relevan terkait dengan tema yang dikaji.28 Dalam
data ini penulis memperoleh data dari buku, arsip yang berhubung terhadapa masalah penelitian
C. Jenis Penelitian
28
Sanafiah Faisal, Dasar dan Teknik Penelitian Keilmuan Sosial, (Surabaya : Usaha Nasional, 2002), hlm
42
Dilihat dari jenis data diatas pendekatan penelitian ini menggunakan penelitian secara kualitatif.
penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan secara deskriptif, dimana penelitian ini
berupaya dalam menjelaskan masalah atau problem sekarang yang berlandaskan data untuk
mencari sebuah solusinya. Dengan penelitian ini maka akan diungkap dan dituangkan secara
H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Agar penulisan skripsi lebih terarah dan sistematis, penulis akan memberikan gambaran
Bab pertama, berisi pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, kajian pustakan, dan sistematika
pembahasan.
Bab ketiga, tinjauan umum profil Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur‟an Yogyakarta
Bab kelima, berisi penutup yang memuat kesimpulan, kritik dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
Putra, Afriadi, Khairunnas Jamal. (2020). Pengantar Ilmu Qira’at. Yogyakarta : Kalimedia.
Muhammad, Akhsin Sakho. (2020). Mengarungi Samudera Kemuliaan 10 Imam Qira’at. Jakarta
: Belibis Pustaka
Nasution, Muhammad Roihon. (2019). “Qira’at Sab’ah : Khazanah Bacaan al-Qur’an Teori
Muhammad, Akhsin Sakho. (2019). Membumikan Ulumul Qur’an. Jakarta : Qaf Media Kreative
Lawrance, Bruce. (2008). The Qur’an a Bioghrapy, Terj Asnawi, Ahmad. Yogyakarta : Diolosia
Media.
Azra, Azyumardi. (1998). Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara. Bandung :
Mizan
Rohman, Nur, Ana M. Gade. Sebuah Kajian Metodoloigis MTQ di Indonesia. Surakarta : Al-
„Araf.
Saifullah, Ma‟sum. (1994). Menapak jejak Mengenal Watak Sekilas Biografi Tokoh NU. Jakarta :
Yayasan Saifuddin.
Noer Fikri
Kasyanai, Faidh. (2014). Etika Islam Menuju Evolusi. Jakarta : Sandra Press.
Intan Naumi, Fiza. Qira’at Sab’ah dalam MTQ (Analisis Penguasaan Teori dan Praktik Ilmu
Qira’ah Sab’ah Pada Peserta MTQ Kabpaten Kotawaringin Barat Prov. Kalimantan
Jakarta, 2016)
Kurniawan, Asep. (2018). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Ros Dakarya
Fatoni, Abdurrahman. (2011). Metodologi Penelitian dan Teknik Pnyusunan Skripsi. Jakarta :
Rineka Cipta.
Yusuf, Muzri. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan.
Jakarta : Kencana.
Faisal, Sanafiah. (2002). Dasar dan Teknik Penelitian Keilmuan Sosial. Surabaya : Usaha
Nasional.