Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

PENDIDIKAN ISLAM MENURUT IBNU TAIMIYAH


MATA KULIAH SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM

DISUSUN OLEH:

1. Zakiatunisa
2. Mardiah
3. Mastamah

STIT TARBIYATUN NISA


IGTA KABUPATEN BOGOR
Komplek Dit Bekang AD Cibinong
Jl. Raya Bogor Km 44
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur alhamdulilahirobbilalamin, kami panjatkan ke


hadirat Allah SWT atas segala berkah, rahmat, taufik serta hidayah-Nya yang
tiada tara, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“PENDIDIKAN ISLAM MENURUT IBNU TAIMIYAH.”
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Ibu Dr. Hj.
Marwani Sayyatar, M.Pd.I yang relah memberikan dukungan & kepercayaan
kepada kami dalam menyusun makalah ini dalam mata kuliah “SEJARAH
PENDIDIKAN ISLAM”.
Teriring harapan semoga makalah ini dapat memberikan pencerahan &
inspirasi pendidikan. Meskipun kami menyadari kekurangan, tetap memberikan
manfaat bagi pembacanya.

Cibinong, 4 Agustus 2022

Penyusun

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan Tujuan......................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi Singkat Ibnu Taimiyah...........................................................................4
B. Pemikiran Ibnu Taimiyah Tentang Pendidikan Islam..........................................5
BAB III KESIMPULAN
A. Kesimpulan...........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ibn Taimiyah adalah ahli fikih mazhab Hambali. Pengaruh pemikirannya


sangat besar terhadap gerakan Wahhabi, dakwah gerakan Sanusi, dan
kelompok-kelompok agama yang ekstrem yang ada didunia Islam saat ini.
Dalam sejarah panjang pemikiran Islam, ada banyak “kata” yang sering kali
dianggap saling berbenturan dan membentuk sebuah efek paradoksal. “Kata”
itu bisa saja mewakili sebuah kelompok pemikiran (firqah), seorang tokoh,
atau juga sebuah pemikiran tertentu. Dalam pandangan sebagian kalangan,
kedua kata ini Ibnu Taimiyah dan Tasawuf- dipandang sebagai dua unsur
yang tak mungkin bersatu. Ini tentu tidak mengherankan, sebab Ibnu
Taimiyah telah lama dianggap sebagai salah satu tokoh yang membenci,
memusuhi, dan melontarkan kritik-kritik tajamnya terhadap Tasawuf.
Pandangan ini tentu saja semakin menyempurnakan gambaran kekerasan
pada tokoh yang satu ini. Sehingga bagi mereka yang tidak memahami
dengan baik- setiap kali mendengarkan kata “Ibnu Taimiyah”, maka opini dan
Husayn Ahmad Amin, Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam, Bandung: Remaja
Rosdakarya,1999, h.229.
Image yang tercipta adalah kekerasan, kekejaman, permusuhan, dan yang
semacamnya. Hal-hal itulah diantaranya yang menjadi alasan pemunculan
tulisan ini. Pertanyaan-pertanyaan seputar kebenaran “permusuhan” Ibnu
Taimiyah dan Tasawuf akan berusaha dijelaskan melalui tulisan ini. Tentu
saja dengan merujuk langsung pada karya-karya yang diwariskan oleh Ibnu
Taimiyah untuk peradaban manusia.
Abad ke-13 M merupakan periode malapetaka besar bagi sejarah Islam.
Dunia Muslim belum lagi pulih dari porakporanda Perang Salib yang panjang
itu, bencana yang lebih buruk datang pula melanda. Suku Mongol menyerbu
negara Muslim, memusnahkan kekayaan intelektual dan cultural yang
menumpuk selama berabad-abad pemerintahan Muslim, dan membunuh
jutaan kaum Muslimin. Baghdad, kota Seribu Satu Malam yang tersohor itu,
kota intelektual dan cultural Metropolitan Islam, tanpa memperhatikan

1
keberatan dunia dirampok oleh Hulaku Khan, sang Mongol, pada 1258 M.
Seluruh warisan cultural dan intelektual kota itu dibakar menjadi abu, atau
dicampakan ke Sungai Tigris.
Pada kurun waktu dan huru-hara dan bencana sepeti itulah lahir Ibn
Taimiyah, seorang pemikir agama yang berpengaruh besar terhadap dunia
pemikiran Islam. Pemikir bebas dan penganut kemerdekaan hati nurani. Ia
merupakan seorang yang dipetanyakan oleh sebagian ummat, tetapi
dimuliakan oleh semuanya, karya serta teladan hidunya menjadi sumber
ilham bagi setiap orang. Dia adalah kepahlawanan yang idup, yang diuji
dalam kesengsaraan dan godaan, dukacita dan penderitaan, yang
dipersembahkannya untuk kebaikan agama, kebenaran, dan keutamaan hati
nurani manusia.
Tidak heran kalau saat dewasa Ibnu Taimiyah menjadi seorang yang
berpengaruh karena kesalehan dan kemampuan intelektualnya melebihi
kebanyakan manusia. Ibnu Hajar Al-Asqalani menuturkan panjang lebar
tentang ilmu Ibnu Taimiyah melalui tulisan Al-Hafid Al-Dzahabi, murid Ibnu
Taimiyah. Menurut adz-Dzahabi seorang yang melihat kehebatan Ibnu
Taimiyah dalam masalah khilafiyah, maka ia akan heran dan kagum, Ibnu
Taimiyah mampu mentarjih dan membandingkan segala perbedaan dengan
argument yang kuat, dia berhak berijtihad sendiri karena syarat-syarat
mujtahid telah dipenuhi. Sifatnya sangat dermawan, pemberani dan tidak
pernah menyimpan dendam. Ibn Taimiyah adalah ahli fikih mazhab Hambali.
Pengaruh pemikirannya sangat besar terhadap gerakan Wahhabi, dakwah
gerakan Sanusi, dan kelompok-kelompok agama yang ekstrem yang ada di
dunia Islam saat ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Biografi Ibnu Taimiyah?
2. Apa saja pemikiran-pemikiran Ibnu Taimiyah?

2
C. Tujuan PenulisanTujuan

Dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui Biografi Ibnu Taimiyah
2. Untuk mengetahui pemikiran-pemikiran Ibnu Taimiyah.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Singkat Ibnu Taimiyah

Nama lengkap Ibnu Taimiyah adalah Taqiyuddin Ahmad Bin Hambal


Bin Abdul Alhalim Bin Abdillah Bin Al-Khadir Bin Muhammad Bin Alkhadr
Bin Ali Bin Abdillah Taimiyah. Dilahirkan pada 10 Robi’ul Awwal 661 H
bertepatan dengan 22 Januari 1263 M. wafat di Damaskus pada tanggal 20
Dzulhijjah 728 H bertepatan dengan 26 September 1328. Jadi beliau berumur
sekitar 65 tahun. Dia merupakan putra dari Syihab Addin Abd-Al Halim Ibnu
Abd Salam yang merupakan ulama besar yang mempunyai kedudukan tinggi
di Masjid Agung Damaskus.
Ibnu Taimiyah sendiri sejak kecil dekenal sebagai anak yang mempunyai
kecerdasan otak luar biasa, tinggi kemauan dalam belajar, ikhlas, tegas dan
teguh dalam menyatakan dan mempertahankan pendapat. Sebagian banyak
ilmu yang beliau dapatkan dari ayahnya sendiri serta dari beberapa guru
beliau diantaranya: Ibnu Abuddayyim dan Ibnu Abi Yasir. Yang paling
banyak dipelajari adalah Ilmu Hadist dan Fiqih terutama madzhab Hambali.
Ilmu yang mula-mula dipelajari Ibnu Taimiyah adalah Al-Qur’an, Hadits.
Kemudian bahasa arab, ilmu Al-Qur’an, ilmu Hadits, fiqh, ushulul fiqh, dan
erbgai disiplin lainya yang mengantarkannya menjadi orang yang memiliki
keahlian dalam seluruh cabang ilmu tersebut.
Semenjak kecil sudah terlihat tanda-tanda kecerdasannya. Begitu tiba di
Damaskus, ia segera menghafalkan Al-Qur’an dan mencari berbagai cabang
ilmu pada para ulama, hafizh dan ahli hadits negeri itu. Kecerdasan serta
kekuatan otaknya membuat para tokoh ulama tersebut tercengang. Ketika
umurnya belum mencapai belasan tahun, ia sudah menguasai ilmu ushuluddin
dan mendalami bidang-bidang tafsir, hadits, dan bahasa Arab. Ia telah
mengkaji Musnad Imam Ahmad sampai beberapa kali, kemudian Kutubu
Sittah dan Mu’jam At-Thabarani Al-Kabir.
Suatu kali ketika ia masih kanak-kanak, pernah ada seorang ulama besar
dari Aleppo, Suriah yang sengaja datang ke Damaskus khusus untuk melihat

4
Ibnu Taimiyah yang kecerdasannya menjadi buah bibir. Setelah bertemu, ia
memberikan tes dengan cara menyampaikan belasan matan hadits sekaligus.
Ternyata Ibnu Taimiyah mampu menghafalkannya secara cepat dan tepat.
Begitu pula ketika disampaikan kepadanya beberapa sanad, iapun dengan
tepat pula mampu mengucapkan ulang dan menghafalnya, sehingga ulama
tersebut berkata: "Jika anak ini hidup, niscaya ia kelak mempunyai
kedudukan besar, sebab belum pernah ada seorang bocah sepertinya”
Pemikiran dan pandangan keagamaan serta lainnya dari Ibnu Taimiyah
dapat dijumpai Majma’ Fatawa Ibn Taimiyah yang berjumlah 37 jilid,
Manhaj as-sunah. Sedangakan karya-karyanya meliputi berbagai bidang
keilmuan, seperti, tafsir, ilmu tafsir, hadits, ilmu hadits, fiqh, ushulul fiqh,
akhlaq, tasawuf, mantiq, filsafat, politik, pemerintahan, tauhid, dan lain-lain.

B. Pemikiran Ibnu Taimiyah Tentang Pendidikan Islam

Pemikiran Ibnu Taimiyah tentang pendidikan Islam berkisar pada


beberapa hal yaitu falsafah pendidikan, tujuan pendidikan serta metode
pengajaran. Tapi Abuddin Naata menambahinya dengan kurikulum dan
hubungan pendidikan dengan kebudayaan.
1. Falsafah Pendidikan Islam
Falsafah pendidikan menurut beliau adalah ilmu yang bermanfaat
merupakan asas bagi kehidupan yang cerdas dan unggul. Sementara
memepergunakan ilmu itu dapat menjamin kelestarian dan kelangsungan
masyarakat, tanpa itu masyarakat akan terjerumus ke dalam kehidupan
yang sesat. Jadi ilmu yang bermanfaat intinya adalah mengajak pada
kehidupan yang benar yang diarahkan pada hubungan dengan Tuhan
serta dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan makhluk serta
memperteguh rasa kemanusian. Menurut Ibnu Taimiyah, menuntut ilmu
itu ibadah, memahaminya merupakan ketaqwaan, mengkajinya
merupakan jihad, mengajarkan merupakan shadaqah, dan
mendiskusikannya merupakan tasbih.
Dasar “tauhid” yaitu keyakinan yang benar tentang ke-mahaesaan
Allah, yang mengandung kepercayaan yang mendalam, bahwa tidak ada

5
kekuatan dak kekuasaan selain-nya yang beleh disembah, tidak ada
harapan dan permohonan yang diajukan kecuali kepadanya. Tauhid ini
mencangkup tiga dimensi yaitu:
a. Tauhid rububiyah meyakini bahwa Allah itu esa, yang menciptakan
semua mahluq, mengatur dan membimbingnya.
b. Tauhid uluhiyyah meyakini bahwa Allah-lah satu-satunya tuhan yang
pantas disebut tuhan, di taati dan dipatuhi segala perintahnya serta
menjauhi segala laranganya.
c. Asmma dan sifat meyakini bahwa segala yang berjalan dalam
kenyataan di alam raya ini merupakan aturan Tuhan.
2. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan Islam yang harus dicapai menurut Ibnu Taimiyah
meliputi tiga hal:
a. Tujuan Individual
Tujuan pendidikan harus diarahkan pada terbentuknya pribadi yang
baik, yaitu seorang yang berfikir, merasa dan bekerja pada berbagai
lapangan kehidupan pada setiap waktu sejalan dengan apa yang ada
pada al Qur’an dan as Sunnah. Pribadi yang baik menurutnya adalah
pribadi yang sempurnah kepribadiannya yaitu mereka yang lurus jalan
pikiran serta jiwanya, bersih keyakinannya, kuat jiwanya serta
sanggup menajalankan perintah Alloh SWT.
b. Tujuan Sosial
Bahwa pendidikan Islam harus diarahakan pada terciptanya
masyarakat yang baik dan sejalan dengan ketentuan alQur’an dan As-
Sunnah dimana manusia bisa hidup bersama dengan orang lain, saling
membantu, saling menasehati serta membantu mengatasi masalah
orang lain dan lain sebagainya.
c. Tujuan Dakwah Islamiyah
Tujuan pendidikan harus bisa mengarahkan ummat agar siap dan
mampu memikul tugas dakwah Islamiyah keseluruh dunia. Hal ini
didasarkan bahwa Allah mengutus para Rasulnya untuk memberi

6
kabar gembira dan memberi peringatan, sehingga segenap manusia
mau menerima dan mengikuti ajarannya.
3. Metode Pengajaran
Menurut Ibnu Taimiyah secara garis besar metode pengajaran dapat
dibagi dua hal yaitu Metode Ilmiyah dan Metode Iradiyah. Hal ini
didasarkan bahwa Al Qalb (hati) merupakan alat utama untuk belajar.
Hatilah yang mengendalikan semua angota badan dan mengarahkan
jalannya.
Hati sendiri menurut beliau memiliki dua daya yaitu Daya Ilmiyah
(daya berfikir) dan Daya Al-Iradiyah yaitu kecendrungan untuk
mengamalkan apa yang dipikirkan. Pemikiran tersebut dimulai dari hati
dan akan berakhir di hati, dan ketika Iradah (kehendaknya dalam
melakukan sesuatu) bermula di dalam hati menuju kesemua anggota
badan dan pada puncaknya penggunaan daya tersebut di dalam akal.
Dengan demikian akal merupakan sifat yang terdapat pada hati yaitu
pemikiran dan kemauan.
4. Kurikulum
Secara umum menurut Ibnu Taimiyah, kurikulum seharusnya
mengarahkan peserta didik ke arah yang sesuai dengan tuntunan agama
Islam. Lebih jelasnya kurikulum seharusnya sejalan dengan tujuan yang
akan dicapai dalam pendidikan itu sendiri. Menurut beliau kurikulum
secara ringkas memuat beberapa hal sebagaimana berikut ini:
a. Kurukulum yang berhubungan dengan mengesakan Tuhan
b. Kurikulum yang berhubungan dengan mengetahui secara mendalam
terhadap ilmu-ilmu Allah.
c. Kurikulum yang berhubungan dengan upaya yang mendorong
manusia mengetahui secara mendalam (ma’rifat) terhadap kekuasaan
Allah.
d. Kurikulum yang berhubungan dengan upaya yang mendorong untuk
mengetahui perbuatan-perbuatan Allah.
Dari hal tersebut di atas, Ibnu taimiyah membagi ilmu dalam 2
bagian. Yang pertama, Ilmu yang berkaitan dengan mendidik, mengajar

7
dan membimbing manusia tentang aqidah. Dan disebut sebgai sam’iyat
dan yang kedua ilmu yang berhubungan degan pembinaan fisik dan akal.
Yang semuanya bersifat ‘aqliyah.
Sedangkan ruang lingkup Kurikulum adalah Ilmu agama, yang
didalamnya mempelajari seluruh ilmu yang berkenaan dengan aqidah dan
segala bentuk peribadatan kepada Allah.
Ilmu ‘aqliyah, seperti matematika, kedokteran dan lain-lain,
tujuannya adalah untuk menyaksikan ayat-ayat Allah yang terdapat di
jagat raya, jadi ini merupakan gabungan antara dalil dan akal.
Ilmu askariyah, ilmu dalam rangka menjawab kebutuhan zaman dan
memenuhi para peneliti yang menghendaki agar ilmu tetap sejalan
dengan perkembangan zaman.
5. Etika Guru dan Murid
a. Etika Guru terhadap murid.
1. Senantiasa saling menolong dalam ketaqwaan dan kebaikan.
2. Dapat menjadi panutan dalam hal kebaikan sifat dan perilaku.
3. Menyebarkan ilmu dengan serius dan tidak sembrono.
4. Senantiasa menghafal dan menambah ilmunnya.
b. Etika murid kepada guru
1. Seorang murid harus mempunyai niat baik dalam menuntut ilmu.
2. Mau menerima setiap ilmu selama ia mengetahui sumbernya.
3. Tidak menolak dan meremehkan madzhab lain.

8
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Konsep pendidikan yang dikemukakannya tampak sangat dipengaruhi


oleh pandangannya terhadap manusia yang harus dididik, dalam rangka
menjalankan fungsi sosialnya ditengah-tengah masyarakat. Ilmu yang
bermanfaat merupakan asas bagi kehidupan yang cerdas dan unggul.
Sementara memepergunakan ilmu itu dapat menjamin kelestarian dan
kelangsungan masyarakat, tanpa itu masyarakat akan terjerumus ke dalam
kehidupan yang sesat. Jadi ilmu yang bermanfaat intinya adalah mengajak
pada kehidupan yang benar yang diarahkan pada hubungan dengan Tuhan
serta dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan makhluk serta
memperteguh rasa kemanusian.

9
DAFTAR PUSTAKA
http://arisandi.com/ibn-taimiyah/
http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Taimiyah
Husayn, Ahmad Amin, Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1999.
Nata, Abudin, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta, PT. Grafindo
Persada, 2000.
Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Jakarta, Kencana, 2005.
http://arisandi.com/ibn-taimiyah/
Ahmad Amin Husayn, Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1999, h.229

Anda mungkin juga menyukai