Kel 1 Sejarah Politik Dan HI

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 16

KEKUASAAN

JAWA
ANGGOTA KELOMPOK 1

Aryo Gesang Sri Katon (21407141007)


Ramadhani Krisna W (21407141059)
Novelia Ratih N A (21407141043)
Muhammad Ghifari (21407144022)
Safika Pangala Tandi (21407141027)
Pengertian Politik
Kekuasaan

Adalah kemampuan untuk membuat masyarakat dan negara membuat


keputusan yang tanpa kehadiran kekuasaan tersebut tidak akan dibuat oleh
mereka. Politik kekuasaan juga merupakan bentuk hubungan internasional
ketika kedaulatan melindungi kepentingannya sendiri dengan mengancam
entitas lain melalui agresi militer, ekonomi dan politik. (Martin Wight, 1979)

Makna dalam budaya Jawa


Adalah sikap kepemimpinan yang absolut yang tidak terbantahkan dan harus
terlaksana oleh sebab pengaruh raja yang bertimbal balik untuk suruhannya.
Konsep dasarnya ialah cosmopolitan, kawulo gusti dan keagungbinatraan
(raja pemilik segalanya).
Sejarah Kekuasaan
Jawa

Pada abad ke-4 Masehi, agama Hindu-Buddha mulai masuk ke Jawa melalui
perdagangan dengan India dan Tiongkok, membawa pembentukan kerajaan-
kerajaan Hindu dan Buddha seperti Tarumanagara dan Mataram Kuno. Puncak
kejayaan terjadi pada masa Majapahit (abad ke-13 hingga ke-15 Masehi), yang
menjadi kerajaan terbesar di Asia Tenggara pada zamannya. Setelah itu, Islam
masuk ke Jawa pada abad ke-15, membentuk kesultanan-kesultanan Islam
seperti Kesultanan Demak dan Kesultanan Mataram. Setelah terpecahnya
Kesultanan Mataram pada abad ke-18, terbentuklah dua kesultanan baru, yaitu
Kesultanan Yogyakarta dan Kesultanan Surakarta. Namun, kedatangan Belanda
pada abad ke-17 membawa penjajahan dan mengakhiri masa kekuasaan lokal di
Jawa.
Raja-raja Besar
Raden Wijaya: Pendiri Kesultanan Majapahit pada abad ke-13 setelah menggulingkan
Kerajaan Singhasari, Majapahit kemudian menjadi salah satu kerajaan terbesar di
Indonesia.
Hayam Wuruk: Raja Majapahit yang paling terkenal, memerintah pada abad ke-14. Masa
pemerintahannya ditandai dengan kemakmuran dan kekuatan Majapahit.
Sultan Agung: Sultan Mataram yang ambisius pada abad ke-17, berusaha untuk
menyatukan Jawa dan mengusir bangsa Belanda dari pulau tersebut.
Sultan Hamengkubuwono I: Pendiri Kesultanan Yogyakarta pada tahun 1755, berhasil
mengukuhkan kekuasaannya di wilayah Yogyakarta dan memperluas pengaruhnya di Jawa
Tengah.
Sultan Agung Hanyakrakusuma: Raja pertama Kesultanan Surakarta pada awal abad ke-18,
dikenal karena usahanya dalam memperkuat dan memperluas wilayah kesultanan.
Raden Patah: pendiri Kesultanan Demak, yang menjadi kekuatan Islam pertama di Jawa.
Peta Wilayah

Raden Wijaya, Peta wilayah kekuasaan


Raden Wijaya (Majapahit) mencakup
wilayah Jawa Timur dan pulau Madura,
serta pulau-pulau lainnya yang disebut
Nusantara, meliputi Sumatra, Sulawesi,
Kalimantan, Kepulauan Nusa Tenggara,
Papua, Maluku, Tumasik (Singapura), dan
sebagian kepulauan Filipina.
Peta Wilayah

Sultan Agung Hanyakrakusuma, Peta


wilayah kekuasaan Sultan Agung
Hanyakrakusuma mencakup wilayah
kerajaan Mataram yang berlokasi di Jawa
Tengah, Jawa Timur, dan sebagian Jawa
Barat. Wilayah ini meliputi daerah-daerah
seperti Kotagede, Jawa Tengah, Jawa
Timur, dan sebagian Jawa Barat.
Peta Wilayah

Raden Patah merupakan pendiri kerajaan


Demak, yang merupakan kerajaan Islam
pertama di Jawa. Ia merupakan penguasa
Demak yang memerintah tahun 1475-1518.
Daerah kekuasaannya biasa digambarkan
melalui peta kerajaan Demak, yang hampir
mencakup seluruh pulau Jawa.
.
Upacara Penguasa
Upacara penguasa Jawa adalah kegiatan adat yang diperilakukan
oleh masyarakat Jawa untuk menghormati dan mengharapkan
keberuntungan dari penguasa laut selatan, Kanjeng Ratu Kidul. Upacara
ini merupakan tradisi yang terkait dengan perilaku dan kepercayaan
masyarakat Jawa terhadap laut dan kehidupan yang terkait dengannya

Tujuan dari upacara penguasa Jawa adalah untuk menghormati dan


mengharapkan keberuntungan dari penguasa laut selatan, Kanjeng Ratu
Kidul. Upacara ini juga berfungsi sebagai sarana untuk menyampaikan
rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai bentuk menolak
bencana
Upacara Penguasa
Upacara penguasa Jawa yang terkenal adalah Upacara Labuhan, yang
dilaksanakan di Yogyakarta. Upacara ini sejak zaman Panembahan Senopati
telah menjadi cara untuk menghormati Kanjeng Ratu Kidul. Upacara
Labuhan dilaksanakan dengan tahap tertentu, seperti membuat tumpeng dan
membawa hasil bumi yang nantinya akan disajikan ke kawah

Upacara penguasa Jawa lainnya antara lain Upacara Adat Mahesa


Lawung, Upacara Adat Syafaran, Upacara Adat Ngaruwat Bumi, dan
Upacara Adat Sepitan. Semua upacara ini memiliki tujuan tertentu, seperti
menghindarkan orang dari bencana, mengharapkan keberuntungan, dan
menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sifat Penguasa

Sifat Penguasa Jawa menurut Purwadi dan Djoko Dwiyanto

1. Wenang Wisesa Sanagari (Komando tunggal oleh raja)


2. Agung Binathara (Raja disetarakan dengan posisi dewa)
3. Bau Dhenda Hanyakrawati (Raja adalah hakim atas rakyatnya)
4. Berbudi Bawa Leksana (Tingkah laku raja adalah cerminan bernegara)
5. Ambeg Adil Paramarta (Pemikiran konsep keadilan yang tidak egois)
6. Anjaga Tata Titi Tentreming Praja (Sikap yang merakyat)
7. Sabda Brahmana Raja Datan Keno Wola Wali (Berperindip kuat dan
idependent)
alasan penguasa indonesia
adalah jawa

Politik Indonesia dikuasai oleh orang Jawa karena beberapa alasan. Pertama, suku Jawa
adalah suku terbesar dan terdominan di Indonesia, yang memiliki jumlah lebih dari 40
persen dari penduduk Indonesia. kepadatan pulau jawa juga melebihi wilayah lainnya,
Sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di Jawa, hal ini juga menyebabkan suku Jawa
menjadi mayoritas dalam penduduk Indonesia

Sebagian besar penduduk Indonesia juga menganggap faktor kesukuan capres tidak begitu
penting, sehingga penduduk Indonesia lebih memilih kandidat yang disukai, yang sering
disebut figur Jawa-Islam-abangan. Namun sebagian besar penduduk Indonesia juga
memiliki kebiasaan transaksional, yang menjadikan ideologi dan program kandidat sangat
penting dalam pemilihan. Namun, penduduk Indonesia juga memiliki pemikiran yang
berbeda, sehingga pemilihan presiden maupunn pemimpin di Indonesia tidak hanya
tergantung pada suku Jawa saja.
Penguasa Era Modern di
Indonesia

Soekarno (1945-1967)

Soeharto (1967-1998)

B.J. Habibie (1998-1999)

Abdurrahman Wahid (Gus Dur) (1999-2001)

Megawati Soekarnoputri (2001-2004)

Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2014)

Joko Widodo (2014-sekarang)


Pro dan Kontra

Dalam karya the idea of power in javanese culture. Benedict anderson,kekuasaan dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu konsep barat dan jawa. Menurut nya konsep barat adalah
abstrak dan tidak ada batasnya dapat dipersoal kan keabsahan nya. Sedangkan konsep
jawa adalah konkrit, jumlah nya terbatas.

Anderson mengatakan konsepsi barat kekuasaan bersifat abstrak dan dan wujud dari
interaksi sosial dari pola hubungan antarmanusia. Konsep jawa seorang dikatakan
mempunyai kekuasaan adalah dengan kepemilikan atas benda yang dilihat sebagai
benda yang memiliki kekuatan besar, tradisi jawa mengatakan bahwa seorang penguasa
harus menjadikan dirinya sebagai pusat bagi orang atau benda yang dipercayai memiliki
kekuatan yang tak biasa. Karena dengan itu di tengah mereka, sang penguasa bisa
menyerap kekuatan yang dimiliki orang atau benda tersebut dan menambahkan nya
untuk memperkuat diri mereka sendiri.
Pro dan Kontra

Pro:
1. Menjamin stabilitas politik, konsep ini mendorong
kepemimpinan yang berbicara kepada rakyat. Hal ini pun dapat
membantu menjamin stabilitas politik dan mengurangi konflik
politik

Kontra:
1. Mengganggu pemberdayaan rakyat: konsep kekuasaan
jawa ini mungkin membuat rakyat lebih tergantung pada
kepemimpinan nya, yang dapat mengganggu keberlangsungan
pemberdayaan rakyat.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai