Bahan Ajar Penyusunan Penilaian Pembelajaran Berbasis HOTS
Bahan Ajar Penyusunan Penilaian Pembelajaran Berbasis HOTS
Bahan Ajar Penyusunan Penilaian Pembelajaran Berbasis HOTS
TAHUN 2023
0
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan tuntunan
sehingga Bahan Ajar ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Bahan Ajar ini
diharapkan dapat memberikan tuntunan kepada peserta Pelatihan Jarak Jauh Penilaian
Pembelajaran Berbasis HOTS khususnya mata diklat Penyusunan Penilaian Pembelajaran
Berbasis HOTS sehingga diharapkan kedepan guru dapat menindak lanjuti pengetahuan
yang didapatkan selama kegiatan diklat dalam rangka merancang serta
menyelenggarakan proses penilaian yang efektif dan efisien serta dapat memacu siswa
untuk berpikir kritis dalam pemecahan permasalahan sehingga memberikan pengalaman
belajar yang bermakna untuk mempersiapkan generasi penerus bangsa yang mampu
berpikir kritis dan kreatif dalam menghadapi tantangan era global.
Penyusun
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penilaian merupakan suatu kegiatan yang terkait dengan pengambilan
keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik yang
mengikuti proses pembelajaran tertentu. Untuk itu, diperlukan data sebagai informasi
yang diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan. Keputusan tersebut
berhubungan dengan sudah atau belum berhasilnya peserta didik dalam mencapai
suatu kompetensi. Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
Data yang diperoleh guru selama pembelajaran berlangsung dapat dijaring
dan dikumpulkan melalui prosedur, teknik dan alat penilaian yang sesuai dengan
kompetensi yang akan dinilai. Oleh sebab itu, penilaian merupakan proses
pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru untuk memberikan keputusan, dalam
hal ini nilai terhadap hasil belajar peserta didik berdasarkan tahapan belajarnya. Dari
proses ini, diperoleh potret/profil kemampuan peserta didik dalam mencapai sejumlah
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang tercantum dalam kurikulum.
Penilaian merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah
perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti
yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan
penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar baik
formal maupun informal diadakan dalam suasana yang menyenangkan, sehingga
memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang dipahami dan mampu
dikerjakannya. Hasil belajar seorang peserta didik tidak dianjurkan untuk dibandingkan
dengan peserta didik lainnya, tetapi dengan hasil yang dimiliki peserta didik tersebut
sebelumnya. Dengan demikian peserta didik tidak merasa dihakimi oleh guru tetapi
dibantu untuk mencapai apa yang diharapkan.
Selama ini sebagian besar pendidik cenderung masih mengukur kemampuan
berpikir tingkat rendah (Lower Order Thinking Skills/LOTS) dan soal-soal yang dibuat
tidak kontekstual. Soal-soal yang disusun oleh guru umumnya mengukur keterampilan
mengingat (recall). Bila dilihat dari konteksnya sebagian besar menggunakan konteks
di dalam kelas dan sangat teoretis, serta jarang menggunakan konteks di luar kelas.
Sehingga tidak memperlihatkan keterkaitan antara pengetahuan yang diperoleh dalam
pembelajaran dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari.
2
Selain itu, hasil studi internasional Programme for International Student Assessment
(PISA) menunjukkan prestasi literasi membaca (reading literacy), literasi matematika
(mathematical literacy), dan literasi sains (scientific literacy) yang dicapai peserta didik
Indonesia sangat rendah. Pada umumnya kemampuan peserta didik Indonesia sangat
rendah dalam: (1) memahami informasi yang kompleks; (2) teori, analisis, dan
pemecahan masalah; (3) pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah; dan (4)
melakukan investigasi.
B. Deskripsi Singkat
Mata Diklat ini membahas tentang Hakekat Penilaian Pembelajaran, penyusunan
Instrument berbasis HOTS, Prinsip Penyusunan Instrument Penilaian Tingkat Tinggi,
Karakteristik Soal HOTS, Level Kognitif Soal dan Langkah – Langkah Penyusunan Soal
HOTS
C. Kompetensi Dasar
Peserta dapat Menyusun Penilaian Pembelajaran Berbasis HOTS
D. Indikator Keberhasilan
Melalui pembelajaran online dan pemanfaatan web-elearning peserta pelatihan
mampu:
1. Menjelaskan Hakekat Penilaian
2. Menjelaskan Prinsip – prinsip penyusunan Instrument Penilaian Beerbasis HOTS
3. Menjelaskan Karakteristik Soal Berbasis HOTS
4. Menjelaskan Langkah – Langkah Menyusun Soal HOTS
5. Menyusun instrument penilaian pembelajaran berbasis HOTS
6. Menguraikan pendekatan penilaian pembelajaran
7. Menganalisis prinsip – prinsip penilaian pembelajaran
8. Menganalisis tujuan penilaian pembelajaran
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
1. Pendekatan Penilaian
Berdasarkan fungsinya, penilaian sering dibedakan dalam dua kelompok yaitu
penilaian formatif dan sumatif. Penilaian formatif berfungsi untuk memberi umpan balik
terhadap kemajuan belajar peserta didik, memperbaiki proses pengajaran atau
pembelajaran dalam rangka meningkatkan pemahaman atau prestasi belajar peserta
didik. Penilaian sumatif berfungsi untuk menilai pencapaian siswa pada suatu periode
waktu tertentu. Penilaian konvensional cenderung dilakukan hanya untuk mengukur hasil
belajar peserta didik. Dalam konteks ini, penilaian diposisikan seolah-olah sebagai
kegiatan yang terpisah dari proses pembelajaran. Dalam perkembangannya penilaian
tidak hanya mengukur hasil belajar, namun yang lebih penting adalah bagaimana
penilaian mampu meningkatkan kompetensi peserta didik dalam proses pembelajaran.
Oleh karena itu penilaian perlu dilaksanakan melalui tiga pendekatan, yaitu penilaian
atas pembelajaran (assessment of learning), penilaian untuk pembelajaran (assessment
for learning), dan penilaian sebagai pembelajaran (assessment as learning). Penilaian
atas pembelajaran dilakukan untuk mengukur capaian peserta didik terhadap
kompetensi yang telah ditetapkan. Penilaian untuk pembelajaran memungkinkan guru
menggunakan informasi kondisi peserta didik untuk memperbaiki pembelajaran,
sedangkan penilaian sebagai pembelajaran memungkinkan peserta didik melihat
capaian dan kemajuan belajarnya untuk menentukan target belajar.
Pada penilaian konvensional, assessment of learning paling dominan
dibandingkan assessment for learning dan assesment as learning. Penilaian dalam
Kurikulum 2013 diharapkan sebaliknya, yaitu lebih mengutamakan assessment as
learning dan assessment for learning dibandingkan assessment of learning. Assessment of
learning merupakan penilaian yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai.
Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui pencapaian hasil belajar setelah peserta
didik selesai mengikuti proses pembelajaran. Berbagai bentuk penilaian sumatif seperti
ulangan akhir semester, ujian sekolah, dan ujian nasional merupakan contoh assessment
of learning.
Assessment for learning dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan
digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses pembelajaran. Dengan
assessment for learning guru dapat memberikan umpan balik terhadap proses belajar
peserta didik, memantau kemajuan, dan menentukan kemajuan belajarnya. Assessment
for learning merupakan penilaian proses yang dapat dimanfaatkan oleh guru untuk
meningkatkan kinerjanya dalam memfasilitasi peserta didik. Berbagai bentuk penilaian
5
formatif, misalnya tugas-tugas di kelas, presentasi, dan kuis, merupakan contoh-contoh
assessment for learning.
Konsep penilaian tersebut muncul berdasarkan ide bahwa belajar tidak hanya
transfer pengetahuan dari seorang yang lebih mengetahui terhadap yang belum
mengetahui, tetapi lebih merupakan proses pengolahan kognitif yang aktif yang terjadi
ketika seseorang berinteraksi dengan ide-ide baru.Sejalan dengan perbedaan fungsi
penilaian, metode yang digunakan juga berbeda. Sebagai contoh, pada assessment for
learning metode yang digunakan hendaknya yang dapat menunjukkan secara jelas
pemahaman atau penguasaan dan kelemahan peserta didik terhadap suatu materi.
Karena penilaian formatif menyatu pada proses pembelajaran dan fokus pada umpan
balik bagi pembelajaran.
Berbagai teknik dapat diterapkan dalam penilaian sehingga dapat memberi
informasi yang komprehensif dan objektif seperti bertanya, percakapan, dan tugas-
tugas. Sementara untuk penilaian sumatif, sesuai tujuannya, penilaian dilakukan pada
waktu tertentu misalnya tengah semester, akhir semester, kenaikan kelas, dan aujian atau
tes. Selama ini assessment of learning paling dominan dilakukan oleh pendidik
dibandingkan assessment for learning dan assessment as learning. Diharapkan, saat ini
pendidik lebih mengutamakan assessment as learning dan assessment for learning
dibandingkan assessment of learning.
2. Prinsip-prinsip Penilaian
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi dengan Kompetensi
Dasar (KD) sebagai kompetensi minimal yang harus dicapai oleh peserta didik. Untuk
mengetahui ketercapaian KD, guru harus merumuskan sejumlah indikator sebagai acuan
penilaian dan sekolah juga harus menentukan ketuntasan belajar minimal atau kriteria
ketuntasan minimal (KKM) untuk memutuskan seorang peserta didik sudah tuntas atau
belum. KKM ditentukan oleh satuan pendidikan mengacu pada Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik, karakteristik mata
pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan. KKM dirumuskan setidaknya dengan
memperhatikan 3 (tiga) aspek, yaitu kompleksitas materi/kompetensi, intake (kualitas
peserta didik), serta guru dan daya dukung satuan Pendidikan. KKM dapat dibuat
berbeda untuk setiap mata pelajaran dan dapat juga dibuat sama untuk semua mata
pelajaran pada suatu sekolah. Apabila sekolah menentukan KKM yang berbeda untuk
setiap mata pelajaran, sekolah harus mempertimbangkan panjang interval setiap mata
pelajaran. Hal ini berimplikasi antara lain pada format dan pengisisan rapor. Apabila
sekolah menentukan KKM yang sama untuk semua mata pelajaran, misalnya dengan
6
menjadikan KKM mata pelajaran paling rendah sebagai KKM satuan pendidikan. Hal
ini akan menyederhanakan penentuan interval predikat serta format dan pengisian
rapor.
Penilaian dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut.
1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan
kemampuan yang diukur.
2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas,
tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik
karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku,
budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
4. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen
yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
6. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup
semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian
yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.
7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku.
8. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan.
9. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi
teknik, prosedur, maupun hasilnya.
3. Tujuan Penilaian
Dalam melaksanakan proses pembelajaran, pendidik harus dapat merumuskan
tujuan – tujuan pengajaran agar proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik
sehingga tujuan penilaian dapat terwujud dan dapat memberi gambaran terhadap
penyusunan alat penilaian. Pendidik harus mengkaji mata pelajaran dan memvalidasi
kesesuaian antara kurikulum, silabus dan perangkat pembelajaran lainnya sehingga
diharapkan dapat menyusun alat penilaian yang sesuai dihubungkan dengan karakter
anak didik dan tujuan pembelajaran yang di tetapkan.
Penilaian memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Menggambarkan sejauhmana seorang peserta didik telah menguasai suatu
kompetensi.
7
2. Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik
memahami kemampuan dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya,
baik untuk pemilihan program, pengembangan kepribadian maupun untuk
penjurusan (sebagai bimbingan).
3. Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan
peserta didik dan sebagai alat diagnosis yang membantu pendidik menentukan
apakah seseorang perlu mengikuti remedial atau pengayaan.
4. Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang sedang
berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya.
5. Sebagai kontrol bagi pendidik dan satuan pendidikan tentang kemajuan
perkembangan peserta didik.
8
Tujuan penilaian yaitu untuk mengukur penguasaan peserta didik dalam
mengidentifikasi fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan beberapa teks
deskriptif lisan dan tulis dengan memberi dan meminta informasi terkait dengan
deskripsi orang, binatang, dan benda, sangat pendek dan sederhana, sesuai
dengan konteks penggunaannya.
9
atau penilaian antar teman. Catatan perkembangan sikap hasil pengamatan
didokumentasikan dengan menggunakan jurnal dengan format sebagai berikut:
Keterangan:
1. Nomor urut
2. Hari dan tanggal kejadian
3. Nama peserta didik yang menunjukkan perilaku yang menonjol baik positif
maupun negatif.
4. Catatan kejadian atau perilaku yang menonjol baik positif maupun negatif.
5. Diisi dengan butir sikap dari catatan pada kolom kejadian.
6. Diisi dengan (+) untuk sikap positif dan (–) untuk sikap negatif.
2. Penilaian pengetahuan
Untuk dapat merekam data penilaian pengetahuan dapat diterapkan
beberapa Teknik diantaranya :
1) Tes Tertulis
Tes tertulis adalah tes yang soal dan jawabannya secara tertulis, antara lain berupa
pilihan ganda, isian, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen tes tertulis
dikembangkan dengan mengikuti langkah-langkah berikut.
- Melakukan analisis KD
- Menyusun kisi-kisi soal sesuai dengan KD
- Menulis soal berdasarkan kisi-kisi dan mengacu pada kaidah-kaidah penulisan
soal.
- Menyusun pedoman penskoran.
- Melakukan penskoran berdasarkan pedoman penskoran.
2) Tes Lisan
Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan, perintah, kuis yang diberikan pendidik
secara lisan dan peserta didik merespon pertanyaan tersebut secara lisan. Tes lisan
10
bertujuan menumbuhkan sikap berani berpendapat, mengecek penguasaan
pengetahuan untuk perbaikan pembelajaran, percaya diri, dan kemampuan
berkomunikasi secara efektif. Langkah-langkah pelaksanaan tes lisan sebagai
berikut:
11
3. Penilaian keterampilan
12
5. Urgensi Penilaian Berbasis HOTS
Keterampilan berpikir tingkat tinggi atau yang lebih dikenal HOTS (higher
order thinking skills) merupakan topik yang hangat dibicarakan di dunia pendidikan.
Isu yang menjadi perhatian adalah rendahnya keterampilan berpikir tingkat tinggi
peserta didik Indonesia, seperti ditunjukkan hasil studi internasional PISA (Programme
for International Student Assessment). Padahal keterampilan berpikir tingkat tinggi
merupakan salah satu modal individu untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia
nyata dengan perubahan yang semakin cepat.
Salah satu usaha yang perlu dilakukan dunia pendidikan untuk menyiapkan
peserta didik sebagai generasi penerus bangsa yang dapat bersaing di tingkat global
adalah meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik. Kita sedang
berada di era baru, era industrialisasi digital dimana kegiatan industri terintegrasi
melalui penggunaan teknologi wireless dan big data secara massif. Saat ini berbagai
macam kebutuhan manusia telah banyak menerapkan dukungan internet dan dunia
digital sebagai wahana interaksi dan transaksi. Sharing economy, e-education,
e-government, cloud collaborative, marketplace, smart city adalah wajah dunia saat ini
yang semakin kompleks, begitu cepat berubah, dan menantang sekaligus mengancam.
Laporan hasil kajian McKinsey (2019) terhadap dunia kerja Indonesia menunjukkan
bahwa lebih banyak pekerjaan baru yang tercipta pada tahun 2030 daripada
pekerjaan yang hilang karena otomasi, antara 27-46 juta lapangan kerja baru akan
dapat diciptakan dan 10 juta diantaranya merupakan jenis pekerjaan yang belum
pernah ada sebelumnya. Keterampilan dalam teknologi, sosial emosional dan berpikir
tingkat tinggi seperi kreativitas dan penyelesaian masalah merupakan keterampilan
13
yang diperlukan pada era otomasi ini. Peluang dan ancaman pada era ini perlu
disikapi dengan tepat oleh dunia pendidikan.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi perlu dimiliki oleh setiap peserta didik agar dapat
berfungsi optimal sebagai individu dan anggota masyarakat yang kritis, mandiri, dan
produktif. Peserta didik yang memiliki keterampilan tingkat tinggi lebih terbuka pada adanya
berbagai perbedaan atau keragaman, tidak mudah menerima suatu informasi tanpa bukti
atau alasan yang berdasar, tidak mudah terpengaruh atau terbawa arus, mereka mandiri
dalam berpikir dan bertindak, dapat membedakan hal yang penting dan prioritas sehingga
dapat menghasilkan karya nyata yang bermanfaat. Pada akhirnya keterampilan berpikir
tingkat tinggi diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.
14
Pembelajaran dan penilaian keterampilan berpikir tingkat tinggi pada hakikatnya
merupakan pembelajaran dan penilaian bermakna bukan sekadar menghapal karena
pembelajaran dan penilaian ini memungkinkan peserta didik untuk dapat : 1) mentransfer,
menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimilikinya ke konteks yang baru
atau cara yang lebih kompleks; 2) berpikir kritis, menerapkan pertimbangan yang bijaksana
(wise judgement) atau menghasilkan kritik yang berdasar (reasoned critique); 3) menyelesaikan
masalah, mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah dalam kehidupannya.
Pembelajaran dan penilaian dengan berbagai teknik dan instrumen yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif,
menyelesaikan masalah diyakini dapat meningkatkan dan mengembangkan keterampilan
berpikir tingkat tinggi. Pada bahan ajar ini fokus pada pengembangan instumen penilaian
berpikir tingkat tinggi, khususnya dalam bentuk penilaian tertulis.
15
hendaknya tidak terjebak pada pengelompokkan KKO. Sebagai contoh kata kerja
‘menentukan’ pada Taksonomi Bloom ada pada ranah C2 dan C3.
3. Menentukan kriteria penguasaan hal yang dinilai dari hasil pelaksanan tugas
atau tes.
Setelah menentukan tugas, pendidik perlu menentukan bukti apa yang akan
digunakan untuk menunjukkan peserta didik telah mencapai atau belum mencapai
16
target. Dalam penilaian formatif, pendidik perlu menginterpretasi hasil kerja peserta
didik dan memberikan umpan balik sejauh mana capaiannya, apa yang harus
dilakukan. Dalam penilaian sumatif untuk pemberian nilai, pendidik perlu menyusun
pedoman untuk menskor hasi kerja peserta didik, sehingga capaian skor memberi
informasi yang bermakna.
17
yang mengukur berpikir tingkat tinggi juga dapat mudah dan dapat sulit, tergantung
pada kompleksitas pertanyaan atau tugas. Contohnya dapat dilihat pada tabel
berikut:
Proses
celaka? tersebut!
18
D. Langkah Penulisan Soal Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk
mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang tidak
sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa
melakukan pengolahan (recite). Soal-soal HOTS pada konteks asesmen mengukur
kemampuan: 1) transfer satu konsep ke konsep lainnya, 2) memproses dan menerapkan
informasi, 3) mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda, 4)
menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan 5) menelaah ide dan
informasi secara kritis. Meskipun demikian, soal-soal yang berbasis HOTS tidak berarti
soal yang lebih sulit daripada soal recall.
2. Menyusun kisi-kisi
Pendidik harus memastikan seluruh komponen yang terdapat dalam kisi-kisi
konsisten, selaras, dan dapat dibuatkan soal keterampilan berpikir tingkat tinggi.
19
perkembangan peserta didik akan sulit dicerna sehingga tidak mendukung
berkembangnya keterampilan berpikir tingkat tinggi.
20
Di bawah ini dideskripsikan beberapa karakteristik instrumen penilaian berpikir
tingkat tinggi (HOTS):
21
2. Bersifat Divergen
3. Menggunakan Multirepresentasi
Instrumen penilaian HOTS umumnya tidak menyajikan semua informasi secara
tersurat, tetapi memaksa peserta didik menggali sendiri informasi yang tersirat.
Bahkan di era big data seperti sekarang ini, yaitu kemudahan mendapatkan data
dan informasi melalui internet, sudah selayaknya instrumen penilaian HOTS juga
menuntut peserta didik tidak hanya mencari sendiri informasi, tetapi juga kritis dalam
memilih dan memilah informasi yang diperlukan.Untuk memenuhi harapan di atas,
sebaiknya instrumen penilaian HOTS menggunakan berbagai representasi, antara
lain verbal (berbentuk kalimat), visual (gambar, bagan, grafik, tabel, termasuk video),
simbolis (simbol, ikon, inisial, isyarat), dan matematis (angka, rumus, persamaan).
Berikut ini diuraikan lima karakteristik asesmen kontekstual, yang disingkat REACT.
22
a. Relating, asesmen terkait langsung dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.
b. Experiencing, asesmen yang ditekankan kepada penggalian (exploration),
penemuan (discovery), dan penciptaan (creation).
c. Applying, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik untuk menerapkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas untuk menyelesaikan masalah-masalah
nyata.
d. Communicating, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik untuk mampu
mengomunikasikan kesimpulan model pada kesimpulan konteks masalah.
e. Transfering, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik untuk
mentransformasi konsep-konsep pengetahuan dalam kelas ke dalam situasi atau
konteks baru.
5. Menggunakan bentuk soal beragam
Bentuk-bentuk soal yang beragam dalam sebuah perangkat tes (soal-soal
HOTS) sebagaimana yang digunakan dalam PISA, bertujuan agar dapat
memberikan informasi yang lebih rinci dan menyeluruh tentang kemampuan peserta
tes. Hal ini penting diperhatikan oleh guru agar penilaian yang dilakukan dapat
menjamin prinsip objektif. Artinya hasil penilaian yang dilakukan oleh guru dapat
menggambarkan kemampuan peserta didik sesuai dengan keadaan yang
sesungguhnya. Penilaian yang dilakukan secara objektif, dapat menjamin
akuntabilitas penilaian.
Terdapat beberapa alternatif bentuk soal yang dapat digunakan untuk menulis butir
soal HOTS (yang digunakan pada model pengujian PISA), sebagai berikut :
a. Pilihan ganda
Pada umumnya soal-soal HOTS menggunakan stimulus yang bersumber pada situasi
nyata. Soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan pilihan jawaban (option).
Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh (distractor). Kunci jawaban
ialah jawaban yang benar atau paling benar. Pengecoh merupakan jawaban yang
tidak benar, namun memungkinkan seseorang terkecoh untuk memilihnya apabila
tidak menguasai bahannya/materi pelajarannya dengan baik. Jawaban yang
diharapkan (kunci jawaban), umumnya tidak termuat secara eksplisit dalam stimulus
atau bacaan. Peserta didik diminta untuk menemukan jawaban soal yang terkait
dengan stimulus/bacaan menggunakan konsep-konsep pengetahuan yang dimiliki
serta menggunakan logika/ penalaran. Jawaban yang benar diberikan skor 1, dan
jawaban yang salah diberikan skor 0.
23
Soal bentuk pilihan ganda kompleks bertujuan untuk menguji pemahaman peserta
didik terhadap suatu masalah secara komprehensif yang terkait antara pernyataan
satu dengan yang lainnya. Sebagaimana soal pilihan ganda biasa, soal-soal HOTS
yang berbentuk pilihan ganda kompleks juga memuat stimulus yang bersumber
pada situasi kontekstual. Peserta didik diberikan beberapa pernyataan yang terkait
dengan stilmulus/bacaan, lalu peserta didik diminta memilih benar/salah atau
ya/tidak. Pernyataan-pernyataan yang diberikan tersebut terkait antara satu
dengan yang lainnya. Susunan pernyataan benar dan pernyataan salah agar
diacak secara random, tidak sistematis mengikuti pola tertentu. Susunan yang
terpola sistematis dapat memberi petunjuk kepada jawaban yang benar. Apabila
peserta didik menjawab benar pada semua pernyataan yang diberikan diberikan
skor 1 atau apabila terdapat kesalahan pada salah satu pernyataan maka diberi
skor 0.
Soal isian singkat atau melengkapi adalah soal yang menuntut peserta tes untuk
mengisi jawaban singkat dengan cara mengisi kata, frase, angka, atau simbol.
Karakteristik soal isian singkat atau melengkapi adalah sebagai berikut.
1) Bagian kalimat yang harus dilengkapi sebaiknya hanya satu bagian dalam ratio
butir soal, dan paling banyak dua bagian supaya tidak membingungkan siswa.
2) Jawaban yang dituntut oleh soal harus singkat dan pasti yaitu berupa kata, frase,
angka, simbol, tempat, atau waktu. Jawaban yang benar diberikan skor 1, dan
jawaban yang salah diberikan skor 0.
d. Jawaban singkat atau pendek
Soal dengan bentuk jawaban singkat atau pendek adalah soal yang jawabannya
berupa kata, kalimat pendek, atau frase terhadap suatu pertanyaan. Karakteristik
soal jawaban singkat adalah sebagai berikut:
24
Setiap langkah/kata kunci yang dijawab benar diberikan skor 1, dan jawaban
yang salah diberikan skor 0.
e. Uraian
Soal bentuk uraian adalah suatu soal yang jawabannya menuntut siswa untuk
mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut menggunakan kalimatnya
sendiri dalam bentuk tertulis. Dalam menulis soal bentuk uraian, penulis soal harus
mempunyai gambaran tentang ruang lingkup materi yang ditanyakan dan lingkup
jawaban yang diharapkan, kedalaman dan panjang jawaban, atau rincian
jawaban yang mungkin diberikan oleh siswa. Dengan kata lain, ruang lingkup ini
menunjukkan kriteria luas atau sempitnya masalah yang ditanyakan. Di samping itu,
ruang lingkup tersebut harus tegas dan jelas tergambar dalam rumusan soalnya.
Dengan adanya batasan sebagai ruang lingkup soal, kemungkinan terjadinya
ketidakjelasan soal dapat dihindari. Ruang lingkup tersebut juga akan membantu
mempermudah pembuatan kriteria atau pedoman penskoran.
25
1) pengetahuan dan pemahaman (level 1), 2) aplikasi (level 2), dan 3) penalaran (level
3). Berikut dipaparkan secara singkat penjelasan untuk masing-masing level tersebut :
26
penalaran mencakup dimensi proses berpikir menganalisis (C4), mengevaluasi (C5),
dan mengkreasi (C6). Pada dimensi proses berpikir menganalisis (C4) menuntut
kemampuan peserta didik untuk menspesifikasi aspek-aspek/elemen,
menguraikan, mengorganisir, membandingkan, dan menemukan makna tersirat.
Pada dimensi proses berpikir mengevaluasi (C5) menuntut kemampuan peserta
didik untuk menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji,
membenarkan atau menyalahkan. Sedangkan pada dimensi proses berpikir
mengkreasi (C6) menuntut kemampuan peserta didik untuk merancang,
membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, memperbaharui,
menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah. Soal-soal pada level
penalaran tidak selalu merupakan soal-soal sulit. Ciri-ciri soal pada level 3 adalah
menuntut kemampuan menggunakan penalaran dan logika untuk mengambil
keputusan (evaluasi), memprediksi & merefleksi, serta kemampuan menyusun
strategi baru untuk memecahkan masalah kontesktual yang tidak rutin.
Kemampuan menginterpretasi, mencari hubungan antar konsep, dan kemampuan
mentransfer konsep satu ke konsep lain, merupakan kemampuan yang sangat
penting untuk menyelesaiakan soal-soal level 3 (penalaran). Kata kerja
operasional (KKO) yang sering digunakan antara lain: menguraikan,
mengorganisir, membandingkan, menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi,
menilai, menguji, menyimpulkan, merancang, membangun, merencanakan,
memproduksi, menemukan, memperbaharui, menyempurnakan, memperkuat,
memperindah, dan menggubah.
27
melalui forum MGMP dapat melakukan analisis terhadap KD yang dapat dibuatkan
soal-soal HOTS.
Kisi-kisi penulisan soal-soal HOTS bertujuan untuk membantu para guru dalam menulis
butir soal HOTS. Secara umum, kisi-kisi tersebut diperlukan untuk memandu guru dalam:
(a) memilih KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS, (b) memilih materi pokok yang terkait
dengan KD yang akan diuji, (c) merumuskan indikator soal, dan (d) menentukan level
kognitif.
Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan butir soal HOTS. Kaidah
penulisan butir soal HOTS, agak berbeda dengan kaidah penulisan butir soal pada
umumnya. Perbedaannya terletak pada aspek materi, sedangkan pada aspek
konstruksi dan bahasa relatif sama. Setiap butir soal ditulis pada kartu soal, sesuai
format terlampir.
Setiap butir soal HOTS yang ditulis hendaknya dilengkapi dengan pedoman penskoran
atau kunci jawaban. Pedoman penskoran dibuat untuk bentuk soal uraian. Sedangkan
kunci jawaban dibuat untuk bentuk soal pilihan ganda, pilihan ganda kompleks
(benar/salah, ya/tidak), dan isian singkat.
28
G. Contoh Soal HOTS
1. Level Kognitif 1
Kompetensi Dasar : Membandingkan siklus hidup beberapa jenis makhluk hidup serta
mengaitkan dengan upaya pelestariannya.
Materi : Pertumbuhan hewan
Kelas/Sem : IV/2
Indikator Soal : Siswa dapat menentukan tahapan awal siklus hidup hewan tertentu
Level Kognitif : 1 (mengingat-C1)
Soal :
Tahapan pertumbuhan ayam dimulai dari ….
Kunci : telur
Skor : 1 (jika benar) atau 0 (jika salah)
Penjelasan:
Soal tersebut termasuk level kognitif 1 (mengingat-C1) karena mengukur pengetahuan
yang relevan dari ingatan.
Kompetensi Dasar: Membandingkan siklus hidup beberapa jenis makhluk hidup serta
mengaitkan dengan upaya pelestariannya.
Materi : Pertumbuhan hewan
Kelas/Sem : IV/2
Indikator Soal : Disajikan tahapan siklus hewan secara acak, siswa dapat
mengurutkan tahapan siklus pertumbuhan hewan tersebut.
Level Kognitif : 1 (memahami-C2)
Soal :
Perhatikan gambar berikut!
2. Level Kognitif 2
Kompetensi Dasar: Membandingkan siklus hidup beberapa jenis makhluk hidup serta
mengaitkan dengan upaya pelestariannya.
Materi : Pertumbuhan hewan
Kelas/Sem : IV/2
29
Indikator Soal : Disajikan dua gambar hewan, siswa dapat membandingkan siklus
hidup kedua hewan tersebut.
Level Kognitif : 2 (menerapkan-C3)
Soal :
Perhatikan gambar berikut :
3. Level Kognitif 3
30
Rumusan Butir Soal
Penjelasan:
Soal tersebut termasuk level kognitif 3 (menganalisis-C4) karena siswa harus
menganalisis dan menggabungkan beberapa konsep dan informasi baru yang tidak
familiar.
Jenjang SMP
Kuman penyakit sangat mudah ditularkan melalui tangan. Pada saat makan, kuman dapat
dengan cepat masuk ke dalam tubuh yang bisa menimbulkan penyakit. Tangan terkadang
terlihat bersih secara kasat mata, tetapi tetap mengandung kuman. Sabun dapat
membersihkan kotoran dan membunuh kuman. Tanpa sabun, kotoran dan kuman masih
tertinggal di tangan. Berikut langkah Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS):
31
4. Bilas tangan dengan air bersih mengalir;
5. Keringkan tangan dengan handuk/tisu atau keringkan dengan diangin-anginkan.
Sumber: www.p2ptm.kemkes.go.id
Pertanyaan
Sebuah sekolah mengadakan program mencuci tangan dengan menyediakan air yang
disediakan dalam baskom, satu handuk kecil, dan sabun di depan tiap kelas. Apakah
program tersebut efektif bagi kesehatan peserta didik? Berikan alasanmu dengan mengaitkan
isi teks!
32
Pedoman Penskoran
Jawaban Skor
Jika peserta didik dapat menyebutkan alasan “Sebab mencuci tangan lebih 1
menggunakan air dalam baskom“ atau mencuci tangan dengan air yang
Skor maksimum 2
Penjelasan :
Soal ini termasuk HOTS karena jawaban tidak terdapat secara eksplisit ditemukan pada
teks sehingga peserta didik harus menafsirkan isi teks terlebih dahulu.
Matematika
Jenjang
sifat operasi
Indikator Soal Diberikan gambar papan sasaran panahan dalam olah raga
33
Rumusan Butir Soal
Dalam pertandingan olahraga panahan, skor perolehan dihitung berdasarkan papan sasaran
seperti pada gambar berikut.
Pada babak final Tono dan Sahrul diberi kesempatan memanah 10 kali. Setelah memanah
sebanyak 9 kali diperoleh hasil sebagai berikut.
Warna
Atlet
Tono 1 2 2 3 1
Sahrul 2 1 1 3 2
34
Sahrul bertanya kepada Andri, temannya yang dikenal pintar, bagaimana agar ia dapat
memenangkan pertandingan pada kesempatan memanah ke-10? Bila Andri dapat memberi
pernyataan yang benar, manakah pernyataan tersebut?
3. Panah Sahrul mengenai sasaran lingkaran biru, sedangkan panah Tono mengenai sasaran
lingkaran kuning
4. Panah Sahrul mengenai sasaran lingkaran biru, sedangkan panah Tono mengenai sasaran
lingkaran merah
5. Panah Sahrul mengenai sasaran lingkaran merah, sedangkan panah Tono mengenai
sasaran lingkaran kuning
6. Panah Sahrul mengenai sasaran lingkaran merah, sedangkan panah Tono mengenai
sasaran lingkaran hijau
Kunci : B
Penjelasan:
Soal ini termasuk HOTS karena untuk bisa menjawab pertanyaan, peserta didik harus terlebih
dahulu menganalisis berbagai kemungkinan hasil yang diperoleh sehingga dapat memprediksi
dengan tepat. Berikut pembahasannya:
Pilihan jawaban A. Jika pada kesempatan memanah ke 10, Sahrul mengenai sasaran
lingkaran biru dan Tono mengenai sasaran lingkaran kuning, perolehan skor akhir mereka
adalah sebagai berikut:
Skor akhir Sahrul =25+5=30
Dengan skor akhir tersebut, mereka seri (tidak ada yang menang maupun kalah).
Pilihan jawaban B. Jika pada kesempatan memanah ke 10, Sahrul mengenai sasaran lingkaran
biru dan Tono mengenai sasaran lingkaran merah, perolehan skor akhir mereka adalah sebagai
berikut:
Skor akhir Sahrul =25+5=30
35
Pilihan jawaban C. Jika pada kesempatan memanah ke 10, Sahrul mengenai sasaran lingkaran
merah dan Tono mengenai sasaran lingkaran kuning, perolehan skor akhir mereka adalah sebagai
berikut:
Pilihan jawaban D. Jika pada kesempatan memanah ke 10, Sahrul mengenai sasaran lingkaran
merah dan Tono mengenai sasaran lingkaran hijau, perolehan skor akhir mereka adalah sebagai
berikut:
Dengan skor akhir tersebut, mereka seri (tidak ada yang menang maupun kalah).
36
Contoh soal pada level 1 mata pelajaran Biologi:
A. Psedomonas sp
B. Thiobaccilus ferrooksidan
C. Clostridium botulinum
D. Escerichia coli
E. Acetobacter xylinum
Penjelasan:
Jumlah uang yang beredar di masyarakat sebesar Rp100 milyar, tingkat harga
umum yang berlaku Rp200.000,00 dan jumlah barang yang diperdagangkan
5.000.000 unit, maka kecepatan uang yang beredar menurut teori kuantitas
Irving Fisher adalah …..
A. 5 kali
B. 10 kali
C. 50 kali
D. 100 kali
E. 1000 kali
Penjelasan:
Soal di atas termasuk level 2 karena untuk menjawab soal tersebut, peserta
didik harus mampu mengingat teori kuantitas Irving Fisher selanjutnya digunakan
untuk menentukan kecepatan
A. 1 dan 2
B. 1 dan 4
C. 1 dan 5
D. 2 dan 4
E. 4 dan 5
Penjelasan:
Soal di atas termasuk level 3 (penalaran) karena untuk menjawab soal tersebut,
peserta didikharus mampu mengingat dan memahami materi faktual, konseptual,
dan prosedural tentang teknik bertahan, serta mampu menggunakannnya dalam
permainan sepak bola.Selanjutnya, dengan melakukan analisis terhadap situasi
(stimulus) yang diberikan peserta didik mampu menentukan strategi bertahan
dengan tepat menggunakan konsep teknik bertahan dalam permainan sepak
bola.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Memecahkan suatu masalah merupakan aktivitas dasar kehidupan
manusia, karena melibatkan proses berpikir agar dapat memecahkan berbagai
masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut menegaskan
bahwa berpikir kritis bukan hanya sebatas teori, namun sudah menjadi kebutuhan
hidup. Oleh karena itu pendidikan memiliki peran penting dalam mempersiapkan
peserta didik agar mampu berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini dukungan dari berbagai pihak terkait
sangatlah diperlukan agar mampu mempersiapkan generasi penerus bangsa yang
mampu berpikir kritis dan kreatif dalam menghadapi tantangan era global.
Instrument Penilaian HOTS yang dirancang oleh guru disesuaikan dengan
Design pembelajaran HOTS yang telah dirancang. Pendidik Mata Pelajaran PPKN
dan berbasis keagamaan diharapkan melengkapi Instrument penilaian sikap
disesuaikan dengan rancangan design pembelajaran. Dalam penilaian
pengetahuan dengan design pembelajaran hots memudahkan dulu dalam
melakukan penilaian hasil pembelajaran. Terkait penilaian keterampilan guru
diharapkan merancang instrument disesuaikan dengan design pembelajaran yang
telah disusun. Soal-soal HOTS yang dirancang mengukur kemampuan level kognitif
yang lebih tinggi dari C4 – C6 transfer satu konsep ke konsep lainnya, memproses
dan menerapkan informasi, mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-
beda,menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan menelaah ide dan
informasi secara kritis. Soal-soal yang berbasis HOTS tidak berarti soal yang lebih
sulit umumnya soal HOTS mengukur dimensi metakognitif, tidak sekadar
mengukurdimensi faktual, konseptual, atau prosedural saja. Dimensi metakognitif
menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang berbeda,
menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem solving), memilih strategi
pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning),
dan mengambil keputusan yang tepat.
B. Rekomendasi
Masing-masing guru mata pelajaran hendaknya kreatif
mengembangkan soal-soal HOTS sesuai dengan KI-KD yang memungkinkan dalam
mata pelajaran yang diampunya. Wawasan guru terhadap isu-isu global,
keterampilan memilih stimulus soal, serta kemampuan memilih kompetensi yang diuji,
merupakan aspek-aspek penting yang harus diperhatikan oleh guru, agar dapat
menghasilkan butir-butir soal yang bermutu.
Daftar Pustaka
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan dan Kebudayaan. 2018. Buku
Pegangan Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan Berfikir Tingkat Tinggi.
Jakarta: 2018
Kemendikbud, 2016. Panduan Penilaian Untuk Sekolah Dasar. Jakarta. Direktorat
Pembinaan Sekolah Dasar. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Kemendikbud, 2017. Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan untuk
Sekolah Menengah Pertama. Jakarta. Direktorat Pembinaan SMP. Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Kemendikbud, 2017. Panduan Penilaian oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan untuk
Sekolah Menengah Atas. Jakarta. Direktorat Pembinaan SMA. Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Metiri Group. 2003. enGauge 21st Century Skills: Helping Students Thrive in the Digital
Age
Modul Penulisan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) Untuk Ujian Sekolah,
Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016.
Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS). Direktorat Pembinaan SMA,
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan 2017.
Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang Isi Pendidikan dasar dan Menengah
Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan
Menengah.