TOR Pengabdian Sapi Konda 2016-edit
TOR Pengabdian Sapi Konda 2016-edit
Pengembangan Produksi Ternak Sapi Bali Melalui Program Pembibitan Terkontrol dan
Penggemukan Berbasis Sumber Daya Lokal Menuju Swasembada Daging di
Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan
A. Latar Belakang
Polulasi ternak sapi dan kerbau di Kecamatan Konda pada tahun 2011 adalah
4522 ekor dan meningkat menjadi 5038 ekor pada tahun 2013 (Sensus Pertanian). Salah
satu desa di Kecamatan Konda dengan tingkat kepadatan ternak sapi yang cukup tinggi
adalah desa Alebo. Sebagian besar masyarakat Desa Alebo mempunyai mata
pencaharian sebagai petani palawija dan sayur-sayuran serta beternak sapi.
Keterampilan bertanam palawija dan sayur-sayuran merupakan keterampilan bawaan
dari daerah asal mereka di Jawa.
Beberapa petani yang sudah mapan secara ekonomi juga mengembangkan usaha
produksi tahu dan tempe. Salah satu limbah industri tahu dan tempe ini merupakan
sumber pakan ternak sapi yang berkualitas. Ampas tahu masih memiliki kadar protein
yang cukup tinggi sehingga sangat baik untuk sumber pakan sapi baik untuk usaha pem-
besaran anak sapi maupun untuk penggemukan.
Namun demikian sistem pemeliharaan ternak sapi yang dilakukan oleh para
petani ternak belum memperhatikan sistem pembibitan yang baik dan benar. Sapi-sapi
jantan yang besar, lebih banyak dibesarkan/digemukan untuk dijual sehingga pada
umumnya di tingkat petani hanya tertinggal sapi-sapi jantan dengan ukuran sedang
bahkan tergolong kecil. Akibat lebih lanjut sudah dapat diprediksi bahwa turunan sapi
di daerah tersebut akan cenderung menurun produktivitasnya karena hanya pejantan
kecil yang mempunyai kesempatan mengawini sapi-sapi betina.
Seiring dengan perkembangan waktu, para petani ternak di Desa Alebo sepakat
untuk membentuk kelompok tani ternak agar mendapatkan kemudahan di dalam
mengakses bantuan permodalan dan sarana produksi serta pemasaran. Pada tahun 2001
terbentuklah kelompok tani ternak yang pertama di Desa Alebo yang diberi nama
“Sumber Agung” dengan jumlah anggota kelompok 20 orang. Semua anggota
kelompok mempunyai lahan yang diusahakan untuk menanam sayuran dan palawija.
Selain iu, mereka juga mempunyai ternak sapi dengan tingkat kepemilikan 1-3 ekor in-
duk sapi per orang. Walaupun usaha tani ternak mereka masih dikelolah secara ter-
batas, rata-rata tingkat pendapatan setiap anggota kelompok sudah lebih baik dari warga
masyarakat kebanyakan yang berprofesi sebagai petani. Kenyataan tersebut membuat
minat masyarakat tani yang lain untuk bergabung dengan kelompok tani ternak Sum-
ber Agung sehingga jumlah anggota kelompok semakin banyak. Kondisi ini
yang potensial bagi ternak sapi mereka, walaupun sumber pakan tambahan tersebut
banyak terdapat di sekitar mereka, seperti daun gamal dan dedak padi. Secara umum
asupan pakan yang hanya berasal dari rumput alam sudah dapat memenuhi kebutuhan
hidup pokok dan sedikit untuk pertumbuhan ternak, tetapi belum dapat memenuhi
kebutuhan pertumbuhan dan produksi ternak secara ideal (Guntoro, 2002). Hal ini
disebabkan oleh kualitas rumput alam yang sangat beragam. Perhatian peternak
terhadap pakan tambahan bagi ternak yang bunting dan menyusui juga masih sangat
minim sehingga anak sapi yang dilahirkan mempunyai rataan berat lahir yang rendah.
Demikian halnya dengan pengaturan perkawinan ternak, belum menjadi
perhatian utama kedua kelompok ini karena terbatasnya pengetahuan mereka dalam hal
reproduksi ternak. Kondisi seperti ini berimbas pada lambannya pertumbuhan populasi
ternak dan adanya kecenderungan penurunan kualitas produksi ternak sejalan dengan
pertambahan waktu. Penyebab utamanya antara lain adalah penurunan kualitas pejantan
yang mempunyai kesempatan mengawini ternak betina karena kebanyakan pejantan
unggul dijual untuk mendapatkan harga jual yang lebih tinggi. Waktu kawin ternak
tidak dapat dimonitor dengan baik sehingga terjadi perpanjangan waktu kawin yang
pada akhirnya akan memperpanjang jarak beranak seekor betina produktif. Penanganan
penyakit ternak masih dilakukan secara tradisional dan sistem sanitasi kandang belum
menjadi perhatian para peternak sebagai tindakan pencegahan terhadap munculnya
penyakit ternak. Usaha penggemukan sapi hanya dilakukan dalam skala kecil karena
terbatasnya sumber pakan untuk usaka penggemukan.
Selain itu ketergantungan petani ternak terhadap penggunaan pupuk anorganik
untuk meningkatkan produksi tanaman sayuran mereka sangat tinggi walaupun dari sisi
kemudahan memperoleh pupuk sudah difasilitasi oleh kelompok. Dalam jangka panjang
hal ini akan berakibat negatif terhadap kualitas fisik dan kimia tanah (Purbajanti, 2013).
Selain itu, usaha tani mereka akan menjadi sangat tergantung dari suplai pupuk
anorganik yang berasal dari luar Sulawesi Tenggara, sehingga keuntungan usaha
menjadi tidak menentu.
B. Tujuan
Tujuan pelaksanaan program Pengembangan Produksi Ternak Sapi Bali Melalui
Program Pembibitan Terkontrol dan Penggemukan Berbasis Sumber Daya Lokal
Menuju Swasembada Daging di Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan ini
adalah:
1. Meningkatkan pengetahuan peternak akan cara menyusun pakan dan pembagian
jenis pakan berdasarkan umur dan kondisi ternak.
2. Menambah pengetahuan dan keterampilan peternak dalam memanfaatkan sum-
ber pakan tambahan ternak yang berada di sekeliling mereka.
3. Meningkatkan pengetahuan peternak dalam mendeteksi berahi, sebagai tanda
ternak yang siap kawin.
4. Mengembangkan skala usaha penggemukan sapi yang dilakukan oleh petani ter-
nak.
5. Menghilangkan ketergantungan petani terhadap pupuk anorganik.
6. Menjamin ketersediaan sapi pejantan di tingkat petani ternak secara berkelan-
jutan.
7. Meningkatkan pengetahuan peternak tentang penanganan ternak sakit.
8. meningkatkan perhatian peternak terhadap pakan tambahan bagi ternak bunting
dan menyusui serta penanganan anak sapi yang baru lahir.
C. Output
yang sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara baik dan berkelanju-
tan.
D. Outcome
Outcome kegiatan program Pengembangan Produksi Ternak Sapi Bali Melalui
Program Pembibitan Terkontrol dan Penggemukan Berbasis Sumber Daya Lokal
Menuju Swasembada Daging di Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan ini
adalah:
1. Peningkatan produktivitas usaha ternak sapi petani ternak melalui kegiatan pem-
bibitan terkontrol dan penggemukan menggunakan bahan pakan lokal.
2. Peningkatan pendapatan petani ternak melalui peningkatan pengetahuan dan
keterampilan dalam melakukan pembibitan ternak sapi terkontrol dan
penggemukan menggunakan bahan pakan local.
3. Terjadinya transfer pengetahuan dan keterampilan baik antar sesama anggota
kelompok maupun dengan warga masyarakat lain dalam upaya peningkatan pro-
duktivitas ternak sapi
E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan program Pengembangan Produksi Ternak Sapi Bali
Melalui Program Pembibitan Terkontrol dan Penggemukan Berbasis Sumber Daya
Lokal Menuju Swasembada Daging di Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan
ini adalah:
2. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan kegiatan diarahkan untuk dapat meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan petani ternak dengan menggunakan pendekatan penyuluhan,
pelatihan dan pendampingan teknik dan manajemen pembibitan ternak sapi
terkontrol, pengenalan sumber pakan lokal berkualitas dan pendampingan
pembuatan percontohan kebun bibit hijauan pakan unggul serta penanganan re-
produksi dan kesehatan ternak sapi.
3. Tahapan Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan kegiatan diuraikan sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan, dengan kegiatan meliputi:
1. Rekrutmen tenaga pendamping lapangan (fasilitator)
2. Breafing dan konsolidasi tim
3. Koordinasi dan surat menyurat
4. Identifikasi kebutuhan dan sumber data dan informasi
5. Penyusunan instrumen pelatihan dan pendampingan
b. Tahap Sosialisasi, dengan kegiatan meliputi:
1. Koordinasi penetapan waktu dan tempat sosialisasi
2. Identifikasi dan kelompok petani ternak dan peserta yang menjadi
target pendampingan dalam kegiatan pengabdian
3. Pelaksanaan sosialisasi yang melibatkan unsur pemerintah daerah
setempat, pengurus dan anggota kelompok peternak target
c. Tahap implementasi kegiatan
G. Pelaksana Kegiatan
Demikian Kerangka Acuan Kerja ini dibuat untuk menjadi pedoman dalam
pengajuan proposal pelaksanaan kegiatan.