Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah sebuah ajang bagi mahasiswa/i untuk
menerapkan teori-teori yang diterima saat proses pembelajaran di bangku kuliah kedalam
dunia kerja yang sebenarnya. Universitas adalah salah satu lembaga pendidikan yang
mempersiapkan mahasiswa untuk dapat bermasyarakat, khususnya pada disiplin ilmu
yang telah dipelajari selama mengikuti perkuliahan. Dalam dunia pendidikan hubungan
antara teori dan praktek merupakan hal penting untuk membandingkan serta
membuktikan sesuatu yang telah dipelajari dalam teori dengan keadaan sebenarnya
dilapangan. Untuk itu, Universitas Samawa mewajibkan setiap mahasiswanya
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di instansi pemerintah atau perusahaan swasta
sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan pendidikan (S1)
peternakan di Universitas Samawa.
Melalui Praktek Kerja lapangan ini mahasiswa akan dapat mengaplikasikan ilmu
yang telah diperoleh di bangku perkuliahan kedalam lingkungan kerja yang sebenarnya
serta mendapat kesempatan untuk mengembangkan cara berfikir, menambah ide-ide
yang berguna dan dapat menambah pengetahuan mahasiswa terhadap apa yang
ditugaskan kepadanya. Sebagaimana diketahui bahwa teori merupakan suatu ilmu
pengetahuan dasar bagi perwujudan Praktik Kerja Lapangan. Mengingat sulitnya untuk
menghasilkan tenaga kerja yang terampil dan berkualitas maka banyak perguruan tinggi
berusaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan cara meningkatkan
mutu pendidikan dan menyediakan sarana-sarana pendukung agar dihasilkan lulusan
yang baik dan handal.
Peternakan merupakan salah satu dari lima subsektor pertanian. Peternakan
adalah kegiatan memelihara hewan ternak untuk dibudidayakan dan mendapatkan
keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002). Subsektor peternakan
memegang peranan penting sebagai salah satu sumber pertumbuhan, khususnya bagi
sektor pertanian dan umumnya bagi perekonomian Indonesia. Subsektor peternakan
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan sektor pertanian diutamakan
untuk memenuhi pangan dan gizi melalui usaha pembinaan daerah-daerah produksi yang
telah ada serta pembangunan daerah-daerah baru. Subsektor peternakan terbagi menjadi
ternak besar dan ternak kecil, yang termasuk kedalam kelompok ternak besar yaitu sapi
(perah/potong), kerbau, dan kuda, sedangkan ternak kecil terdiri dari kambing, domba,
kelinci, dan babi serta ternak unggas (ayam, itik, dan burung puyuh).
Sapi potong adalah jenis ternak yang dipelihara untuk menghasilkan daging
sebagai produk utamanya. Pemeliharaannya dilakukan dengan cara mengandangkan
secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan
produksi daging dengan mutu yang lebih baik dan berat yang lebih sebelum ternak
dipotong. Menurut Abidin (2006) Sapi potong adalah jenis sapi yang khusus dipelihara
untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan
kualitas daging cukup baik.
Usaha sapi di lombok tengah sebagian besar masih merupakan usaha peternakan
rakyat yang dipelihara secara tradisional dengan skala usaha yang sangat kecil hanya 1
atau 2 ekor saja. Pada umumnya merupakan pekerjaan sambilan dan ternaknya berfungsi
sebagai tabungan, yang sewaktu- waktu dapat dijual sebagai sumber keuangan. Para
peternak kebanyakan adalah petani, baik petani tanaman pangan maupun petani tanaman
hortikultura. Sehingga limbah pertanian mereka dapat dimanfaatkan sebagai hijauan
pakan ternak.

1.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan (PKL)


Adapun tujuan dari praktik kerja lapangan ini sebagai berikut:
2.2.1 Untuk mengetahui dan memahami cara pengemkan sapi bali secara langsung
menerapkan ilmu yang didapat pada bangku kuliah.
2.2.2 Untuk membandingkan teori di bangku kuliah dengan keadaan nyata yang ada
di MBB Farm.

1.3 Manfaat Praktik Kerja Lapangan (PKL)


Adapun manfaat dari Praktik Kerja Lapangan ini sebagai berikut:
2.2.1 Sebagai salah satu syarat untuk menyelsaikan program studi S1 Peternakan
Universitas Samawa.
2.2.2 Menambah wawasan dan pengetahuan untuk mempersiapkan diri baik secara
teknis maupun praktis mahasiswa tentang cara berpikir secara aktual dan logis,
serta berkerja sama dengan pekerja yang ada di instansi atau dalam lingkup usaha
peternakan tersebut.
BAB II
GAMBARAN UMUM INSTANSI/PERUSAHAAN MITRA

2.1 Gambaran Umum Lokasi PKL


PKL ini di laksanakan di MBB Farm Lombok Tengah MBB Farm adalah usaha
peternakan yang sudah berjalan cukup lama. Yang mulanya usaha peternakan dilakukan
secara mandiri tanpa ada izin karena belum memiliki ternak yang cukup banyak seperti
sekarang. idirikan oleh Saudara Edi Sanjaya S.Pt. Adapun bidang usaha yang dijalankan
di MBB Farm adalah budidaya kambing jenis PE, kacang dan batang untuk memenuhi
kebutuhan aqiqah, catering, qurban, susu kambing dan juga penjualan bibit lokasi MBB
Farm tepat pada Dusun Tompek, Desa Kelebuh, Kecamatan Praya Tengah kabupaten
Lombok tengah pada Gambar 1.

Gambar 1. Lokasi MBB Farm

Secara administrasi MBB Farm terletak di Dusun Tompek, Desa Kelebuh, Kecamatan
Praya Tengah, Kabupaten Lombok Tengah. Yang mulai diresmikan atau legal pada tahun
2017 silam. Tahun 2022 MBB Farm telah berhasil menjadi pemasok sapi bali ke daerah
Dompu dan telah berhasil mengirim sapi bali sebanyak kisaran kurang lebih 100 ekor sejak
2017. Kini jumlah sapi tersisa sebanyak 70 ekor dan sedang dikembangbiakan untuk
keperluan sapi potong,

a. Sapi Potong
Jumlah populasi sapi dunia meningkatnya lebih hebat dari pada pertambahan
jumlah penduduk sekarang. Jumlahnya stabil dari 1000 juta dan tampak peningkatan
populasi kurang lebih memiliki angka yang sama. Untuk didaerah seperti yang mereka
miliki dunia selama akhir dasawarsa (Williamson, 1993). Sapi potong sebagai salah satu
sub sektor pertanian yang perlu dikembangkan, terutama usaha peternakan sapi potong
yang bersifat usaha keluarga. Bantuan pemerintah dalam mendukung perkembangan
ternak sapi potong antara lain adalah bantuan dan fasilitas seperti kredit penggemukan
sapi potong, pembibitan sapi potong, penerapan sistem kontrol lewat pengembangan sapi
potong bantuan presiden (BANPRES), crash program sapi potong import, proyek
transmigrasi ternak, RCP (Rural Credit Project) atau proyek kredit pedesaan (Murtidjo,
1990).
Menurut Susilorini (2008) sapi Peranakan Bali mempunyai sifat jinak, tenang,
dan mudah dikendalikan. Sapi Simmental adalah bangsa Bos taurus (Talib dan Siregar,
1999), berasal dari daerah Simme di negara Switzerland tetapi sekarang berkembang
lebih cepat di benua Eropa dan Amerika, merupakan tipe sapi perah dan pedaging, warna
bulu coklat kemerahan (merah bata), dibagian muka dan lutut ke bawah serta ujung ekor
ber warna putih, sapi jantan dewasanya mampu mencapai 5 berat badan 1150 kg sedang
betina dewasanya 800 kg.
Sapi Bali (Bos sondaicus) adalah salah satu bangsa sapi asli dan murni Indonesia,
yang merupakan keturunan asli banteng (Bibos banteng) dan telah mengalami proses
domestikasi yang terjadi sebelum 3.500 SM, sapi Bali asli mempunyai bentuk dan
karakteristik sama dengan banteng. Sapi Bali dikenal juga dengan nama Bibos javanicus,
meskipun sapi Bali bukan satu subgenus dengan bangsa sapi Bostaurusatau Bos indicus.
Berdasarkan hubungan silsilah famili Bovidae, kedudukan sapi Bali diklasifikasikan ke
dalam subgenus Bibovine tetapi masih termasuk genus bos (Bamualim dan Wirdahayati,
2003).
Sapi Bali merupakan sapi lokal yang sangat berpotensi dikembangkan di
Indonesia, sapi Bali telah beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan di wilayah
Indonesia (Bamualim dan Wirdahayati, 2003) dan ditambahkan oleh (Rizal,2009) Sapi
Bali salah satu plasma nutfah asli Indonesia yang memiliki produktivitas 7 cukup baik,
sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi suatu peternakan komersial.

b. Bakalan Sapi Potong


Bakalan merupakan faktor yang penting, karena sangat menentukan hasil akhir
usaha penggemukan. Pemilihan bakalan memerlukan ketelitian, kejelian, dan
pengalaman (Tim Karya Tani Mandiri, 2009). Pengadaan bibit dapat dilakukan dengan
mengawinkan indukan sapi sendiri atau dengan membeli anak sapi. Pengadaan bibit sapi
dari pembibit sapi, peternak dapat langsung menentukan jenis sapi yang diinginkan
(Purnawan dan Cahyo, 2010).
Penilaian keadaan individual sapi potong yang akan dipilih sebagai sapi potong
bibit atau bakalan, pada prinsipnya berdasarkan pada umur, bentuk luar tubuh, daya
pertumbuhan, dan temperamen. Bila mungkin sangat dianjurkan mengetahui sejarah sapi
yang berkaitan dengan penyakit namun secara praktis, pada umumnya dipergunakan
dalam penilaian individual adalah mengamati bentuk luar, yakni bentuk tubuh umum,
ukuran vital dari bagian-bagian tubuh, perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to
user 6 normal tidaknya pertumbuhan organ kelamin, dan dari sudut silsilah tidak terlepas
dari faktor genetik sapi potong ( Murtidjo, 1990 ).
Pemilihan sapi potong bakalan yang akan dipelihara, akan tergantung pada selera
petani ternak dan kemampuan modal yang dimiliki. Namun secara umum yang menjadi
pilihan petani ternak adalah sapi potong yang pada umumnya dipelihara di daerah atau
lokasi peternakan dan yang paling mudah pemasarannya. Indonesia cukup banyak
dikenal sapi potong lokal, jenis sapi potong impor, maupun sapi peranakan atau hasil
silangan yang dikembangkan lewat kawin suntik/ inseminasi buatan (Murtidjo, 1990).

Gambar 2. sapi potong


Pemilihan bakalan yang baik menjadi langkah awal yang sangat menentukan
keberhasilan usaha. Salah satu tolak ukur penampilan produksi sapi potong adalah
penambahan berat badan harian (PBBH) dari bakalan dari genetik bermutu, peternak
tinggal mengontrol keadaan lingkungan, sehingga potensi produksi dapat optimal. Usaha
penggemukan sapi potong biasanya membutuhkan sapi jantan untuk digemukkan selama
3-4 bulan. Alasannya, pada umumnya sapi jantan memiliki pertumbuhan berat badan
harian yang lebih tinggi daripada sapi betina, terutama yang masih produktif (Zainal,
2010).
c. Penggemukan Sapi Bali
Penggemukan merupakan upaya untuk menambah atau meningkatkan bobot sapi
bali sebelum dijual sehingga pelaku wirausaha mendapat nilai tambah yang memadai
dengan cara pemberian pakan yang intensif selama periode yang ditetapkan.
Penggemukan juga merupakan cara untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dengan
cara yang efisien untuk memenuhi permintaan masyarakat.
Proses penggemukan biasanya dilakukan dalam rentang waktu yang singkat
dengan target pertambahan bobot badan yang maksimal. Penggemukan sapi bali tidak
memerlukan waktu yang lama layaknya seperti pada peternakan pembibitan sapi. Usaha
penggemukan sapi bal di Indonesia dalam kenyataannya saat terbuka lebar, dikarenakan
adanya kesenjangan antara permintaan daging sapi yang besar dengan jumlah produksi
dalam negeri yang terbatas.
Adapun untuk menghitung pendapatan dari kegiatan beternak sapi, dihitung
dengan rumus (Soekartawi, 1995) :
Pd = TR – TC
Keterangan:
Pd = total pendapatan atau keuntungan yang diperoleh peternak sapi potong
(rupiah/tahun)
TR = total revenue atau penerimaan yang diperoleh peternak sapi potong
(rupiah/tahun)
TC = total biaya yang dikeluarkan peternak sapi potong (rupiah/tahun

2.5 Pakan Ternak untuk Penggemukan


Pakan merupakan campuran dari berbagai bahan organik yang diberikan kepada
hewan ternak untuk memenuhi kebutuhan zat makanan yang diperlukan untuk
perkembangan, pertumbuhan, dan reproduksi. Supaya pertumbuhan yang dihasilkan
maksimal dan sesuai dengan target yang ingin dicapai maka jumlah dan kandungan zat
makanan yang dibutuhkan ternak harus memadai. Pakan utama dari sapi adalah hijauan.
Hijauan merupakan semua bahan pakan ternak yang diberikan dalam bentuk atau
keadaan segar.
Hijauan yang berkualitas baik berupa rumput unggul atau campuran rumput
dengan kacang-kacangan, pada umunya sudah memenuhi kebutuhan hidup pokok,
pertumbuhan, dan reproduksi normal, sehingga pada pemeliharaan ternak sapi potong
dianjurkan lebih banyak menggunakan hijauan hingga 70% (Khairi, 2018). Konsentrat
mempunyai kadar zat makanan yang tinggi seperti karbohidrat ataupun protein. Pakan
penguat berfungsi meningkatkan dan memperkaya gizi pakan lain yang nilai gizinya
rendah.
Pakan penguat merupakan campuran dari beberapa bahan pakan untuk
melengkapi bahan pakan hijauan yang diberikan kepada ternak. Berdasarkan data dari
buku bisnis penggemukan sapi, apabila pakan hijauan yang diberikan memiliki kualitas
menengah sampai tinggi, perbandingan pakan hijauan dan konsentrat adalah 60% : 40%.
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu Dan Lokasi PKL


Praktek Kerja Lapangan (PKL) akan dilaksanakan di MUDA BAKTI BAROKAH
FARM Desa Kelebuh Kec. Praya Tengah Lombok Tengah NTB.

3.2 Metode Kegiatan Praktek Kerja Lapangan dan Pengambilan Data


Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan adalah metode Penelitian.
Menurut Mulyanto (2016), metode deskriftif merupakan suatu metode dalam meneliti
status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun
suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriftif ini adalah
untuk membuat deskripsi gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
menganai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubugan antar fenomena yang diselidiki.
Metode pengambilan data yang diambil dalam Praktek Kerja Lapangan berupa data
primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung
dari sumber asli (tidak melalui media prantara).
2.2.1 Data primer
Data primer dapat berupa opini subjek (orang). Secara individua tau
kelompok, hasil obeservasi terhadap suatu benda (fisik). Kejadian atau kegiatan
dan hasil pengujian. Kelebihan penggunaan sumber data primer adalah peneliti
dapat mengumpulkan data seusai dengan yang diinginkan karena ada yang tidak
relevan dapat dieliminasi atau setidaknya dikurangi. Kemudian, data yang
diperoleh lebih akurat, tetapi memerlukan waktu, tenaga dan biaya yang lebih besar
diabanding jika peneliti menggunakan data sekunder. Ada tiga metode yang dapat
digunakan dalam pengumpulan data primer yaitu, wawancara, metode observasi
dan metode partisipasi aktif (Sangadji dan Sopiah. 2016).
1. Observasi
Observasi pada praktek kerja lapang ini dilakukan dengan cara
mencatat setiap kegiatan yang akan dilakukan pada saat melakukan patrol
di wilayah yang sudah ditetapkan.
2. Partisipasi Aktif
Partisipasi aktif dilakukan dengan mengikuti beberapa kegiatan dan
ikut berpartisipasi di MUDA BAKTI BAROKAH FARM untuk
mendapatkan data, informasi dan keterampilan.

2.2.2 Data Sekunder


Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari
sumbernya dan serta dilaporankan oleh orang di luar Praktek Kerja Lapangan itu
sendiri. Data ini diperoleh dari dokumentasi, buku, Pustaka-pustaka, masyarakat
dan laporan penelitian. Data sekunder dalam Praktek Kerja Lapangan ini meliputi
seleksi bibit kambing peranakan etawa (PE) Di desa Kelebuh Kec. Praya Lombok
Tengah.

a. Waktu Pelaksanaan Kegiatan


Waktu jadwal kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan selama 5
bulan di mulai dari tanggal 23 januari s/d 23 Juni 2023.
2.2.1 Tahap persiapan
Pada tahap persiapan kami mencari informasi mngenai tempat dan lokasi
yang akan dijadikan tempat Praktek Kerja Lapangan (PKL). Kami mendapatkan
informasi lokasi untuk Praktek Kerja Lapangan (PKL), yaitu di lokasi Di Desa
Kelebuh Kec. Praya Tengah Lombok Tengah NTB dan akhirnya kami mendapatkan
izin untuk melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di lokasi tersebut.
Pihak MUDA BAKTI BAROKAH FARM membutuhkan surat pengantar
dari Universitas agar dapat melaksanakan Praktek Kerja Lapangan. Pembekalan PKL
tanggal 19 Januari 2023 Untuk PKL Durasi 5 Bulan di lapangan, pelaksanaan PKL
yaitu dari Tanggal 23 Januari s/d 23 Juni 2023.
2.2.2 Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di MUDA BAKTI
BAROKAH FARM akan dilaksanakan pada tanggal 23 Januari hingga 23 Juni 2023
dengan ketentuan dan operasional dari pihak MUDA BAKTI BAROKAH FARM
(MBB FARM).
2.2.3 Tahap Pelaporan
Pada tahap pelaporan mahasiswa memiliki kewajiban memberikan laporan
kepada pihak Universitas mengenai kegiatan yang dilaksanakan di tempat Praktek
Kerja Lapangan (PKL). Penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dimulai
dari tanggal 23 Januari hingga 23 Juni 2023.
Tabel. 3.1 Waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
No Tahapan pelaksanaan Bulan ke
1 2 3 4 5 6
1 Survey / penjajakan mitra
2 Pendaftaran
Magang/praktek kerja
MBKM
3 Seleksi administrasi
4 Pembekalan mahasiswa
5 Pelaksaan Magang/praktek
kerja
6 Pelaporan Magang/prakte
kerja oleh mahasiswa
7 Ujian dan penelitian
8 Konservasi nilai
9 Pelaporan oleh Program
Studi ke Perguruan Tinggi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kawasan Muda Bhakti Barokah Farm


PKL ini di laksanakan di MBB Farm Lombok Tengah MBB Farm adalah usaha
peternakan yang sudah berjalan cukup lama. Yang mulanya usaha peternakan dilakukan
secara mandiri tanpa ada izin karena belum memiliki ternak yang cukup banyak seperti
sekarang. idirikan oleh Saudara Edi Sanjaya S.Pt. Adapun bidang usaha yang dijalankan
di MBB Farm adalah budidaya kambing jenis PE, kacang dan batang untuk memenuhi
kebutuhan aqiqah, catering, qurban, susu kambing dan juga penjualan bibit lokasi MBB
Farm tepat pada Dusun Tompek, Desa Kelebuh, Kecamatan Praya Tengah kabupaten
Lombok tengah pada Gambar 1.

Gambar 3. Lokasi MBB Farm


Secara administrasi MBB Farm terletak di Dusun Tompek, Desa Kelebuh, Kecamatan
Praya Tengah, Kabupaten Lombok Tengah. Yang mulai diresmikan atau legal pada tahun
2017 silam. Tahun 2022 MBB Farm telah berhasil menjadi pemasok sapi bali ke daerah
Dompu dan telah berhasil mengirim sapi bali sebanyak kisaran kurang lebih 100 ekor sejak
2017. Kini jumlah sapi tersisa sebanyak 70 ekor dan sedang dikembangbiakan untuk
keperluan sapi potong,

4.2 Kegiatan Selama Praktik Kerja Lapangan


4.2.1. Tekhnik Penggemukan
Teknik penggemukan sapi yang paling efisien adalah dikurung di dalam kandang atau biasa
disebut sistem kereman. Kereman dapat meningkatkan nilai jual sapi dan memberikan nilai
tambah terhadap kotoran ternak atau pupuk kandang yang dihasilkan. MBB Farm
menggunakan cara penggemukan Sapi Bali sistem kereman dengan teknologi pemeliharaan
sebagai berikut:
1) MBB farm menyediakan semua kebutuhan ternak, baik berupa pakan dan air minum
sebelum pemilihan bakalan sapi. Enhal farm terlebih dahulu telah mempersiapkan
pakan hijauan (rumput gajah) dalam jumlah yang besar dengan menanam sendiri di
padang miliknya.
2) MBB farm mengutamakan pemberian pakan berupa rumput gajah, jerami padi, Sapi
berada di kandang sepanjang hari dan tidak dijadikan tenaga kerja.
3) Sapi diberikan perangsang nafsu makan dan vitamin untuk meningkatkan
palatabilitas/nafsu makan.
4) Penggemukan berlangsung 2 bulan – 3 tahun. Hal ini tergantung dari kondisi awal dan
bobot sapi yang digemukkan.
4.2.2 Pemberian Pakan
Pakan yang seimbang adalah pakan dengan kandungan nutrisi dalam jumlah dan
proporsi yang memenuhi kebutuhan fisiologis, reproduksi dan produksi. Pemberian pakan
yang sesuai kebutuhan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pakan yang seimbang tanpa
menyebabkan gangguan pada ternak dengan biaya yang lebih efisien (Ismirandi, 2018). MBB
farm memiliki lokasi peternakan cukup ideal dilihat dari ketersediaan bahan pakan dan
sumber air. Santoso (2005) menyatakan bahwa lokasi usaha jauh dari pemukiman penduduk
serta dekat dengan sarana transportasi, dekat dengan sumber air dan dekat dengan sumber
bahan pakan. Pakan sapi meliputi semua bahan makanan yang dapat diberikan dan dimakan
ternak serta tidak mengganggu kesehatan apabila hewan ternak memakannya. Sumber pakan
di peternakan Enhal farm sudah memenuhi untuk usaha penggemukan sapi potong. Pakan
hijauan yang diberikan berupa rumput gajah dan jerami padi, sedangkan konsentrat berupa
campuran dari beberapa bahan pakan seperti jerami fermentasi (dedak, tongkol jagung, tetes
tebu).

Gambar 4. Pemberian Pakan


Masbidin (2017) bahwa pakan untuk sapi dapat dibedakan menjadi pakan serat dan
konsentrat atau pakan penguat. Pakan yang dapat diberikan untuk sapi potong dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu hijauan pakan ternak dan pakan konsentrat. Hijauan
pakan yang dapat diberikan diantaranya rumput gajah, rumput benggala, setaria, lamtoro, dan
kaliandra. Pakan konsentrat meliputi jagung giling, menir, dedak, bekatul, bungkil kelapa,
ampas tahu, berbagai umbi, yang berfungsi meningkatkan dan memperkaya nilai gizi pada
pakan yang nilai gizinya rendah. Pakan hijauan diberikan pada sapi sebanyak 10 – 12% dan
pakan konsentrat 1 – 2 % dari bobot badan ternak. Enhal Farm melakukan pemberian hijauan
3 kali sehari. Jumlah pakan dan hijaun yang digunakan setiap hari berkisar sekitar 600 kg
untuk 40 ekor sapi, setiap satu ekor sapi di berikan ±15kg/hari. Pemberian pakan ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi. kebutuhan hidup pokok sangat
tergantung dari bobot badan ternak, yaitu semakin berat bobot badan ternak maka semakin
tinggi jumlah kebutuhan pakannya. MBB Farm memanfaatkan limbah pertanian atau limbah
industri pertanian yang tidak dikonsumsi oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan pakan.
Hijauan segar yang diberikan berupa rumput gajah yang di peroleh dari padang rumput milik
sendiri dan jerami padi diperoleh dari lokasi persawahan yang berada di sekitar peternakan.
Rumput gajah mempunyai kandungan vitamin dan mineral yang diperlukan tubuh ternak.
Sedangkan hijauan kering berupa jerami padi. Pakan konsentrat yang digunakan berupa
dedak padi dan dedak jagung diperoleh dari pabrik gabah MBB farm dan dedak jagung
diperoleh dari industri pengelolah jagung. MBB farm menggunakan bahan rumput gajah,
dedak padi, dedak tongkol jagung dan air tebu (molases) untuk pembuatan silase. Silase
merupakan pakan hijauan ternak yang diawetkan yang disimpan dalam kantong plastik yang
kedap udara atau silo, drum, dan sudah terjadi proses fermentasi dalam keadaan tanpa udara
atau anaerob. Proses silase ini melibatkan bakteri atau mikroba yang membentuk asam susu,
yaitu Lactis acidi dan streptococcus yang hidup secara anerob dengan pH 4. Tujuan membuat
silase adalah untuk meyimpan dan menampung pakan hijauan yang berlebih pada saat musim
hujan sebagai cadangan dan persediaan pakan pada saaat musim kemarau. Yuliyati dkk.
(2018) bahwa silase yang terbentuk karena proses fermentasi dapat disimpan untuk jangka
waktu yang lama tanpa banyak mengurangi kandungan nutrisi dari bahan bakunya. Silase
dapat berkualitas baik bila proses pembuatan dilakukan secara tepat dan benar. Bakteri asam
laktat mengkonsumsi zat gula yang terdapat pada bahan baku sehingga terjadi proses
fermentasi. Ciri-ciri silase yang baik adalah berbau harum agak kemanismanisan, tidak
berjamur, tidak menggumpal, berwarna kehijau-hijauan, pH berkisar antara 4-4,5.
4.2.3 Pengelolaan Kandang
Kandang memiliki fungsi yang sangat penting dalam usaha sapi potong untuk
melindungi ternak dari perubahan cuaca atau iklim yang buruk, pencurian, dan mencegah
ternak terjangkit oleh suatu penyakit (Sugeng, 2005). Lokasi kandang yang perlu
mendapatkan perhatian yaitu tersedianya sumber air terutama untuk minum, dekat dengan
sumber pakan, tersedia sarana transportasi yang memadai, hal ini terutama untuk
pengangkutan bahan pakan dan pemasaran, areal yang tersedia dapat diperluas. MBB farm
menggunakan kandang dari bahan kayu dan ventilasi cukup baik. Atap kandang terbuat dari
genteng dan dinding dari papan setinggi ±1,5 meter.
Tempat pakan dibuat dari papan dan ban mobil berbentuk baskom, dibuat rapat
setinggi bahu sapi dengan ketinggian dari permukaan tanah sekitar 0,5 meter. Lantai kandang
terbuat dari semen. Kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minm serta sapu,
cangkul dan sekop untuk membersihkan kandang. Ukuran kandang ± 2 x 1,25 meter untuk
satu ekor sapi. Jumlah ruangan kandang 10 baris. Dinding kandang dibuat setinggi bahu (kaki
depan) dari lantai kandang, kecuali sisi depan dibuat lebih rendah agar memudahkan dalam
pemberian makanan/air minum. Lantai kandang pada bagian depan setinggi 30 cm dan
bagian belakang 20 cm, sehingga sedikit miring agar air kencing dan kotoran sapi mudah
dibersihkan. Tinggi atap kandang bagian depan 4 meter dan bagian belakang 3 meter. Tempat
makanan berukuran 60 cm x 80 cm x 40 cm, sedangkan tempat minum berukuran 60 cm x 40
cm x 40 cm tiap ekor ternak. Kandang dibuat tipe ganda, terdiri dua baris sapi yang saling
berhadapan atau bertolak belakang dan diantara kedua barisan sapi dibatasi gang selebar 1,5
meter sebagai jalan untuk memberi makanan/air minum dan membersihkan kandang. Letak
kandang berada di belakang rumah dengan jarak sekitar 3 m. Kandang di lokasi lebih tinggi
dari tanah sekitarnya, untuk menghindari genangan air pada saat musim penghujan. Lubang
di bagian belakang kandang untuk menampung kotoran ternak. Tabung penampungan untuk
biogas dan pipa biogas langsung tersambung dengan kompor yang ada di dalam rumah.

Gambar 5. Pengelolaan Kandang


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Selama melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapang di Peternakan Muda Bhakti
Barokah (MBB Farm) di Desa Lelong Kec. Praya Tengah. Kabupaten Loteng dapat
disimpulkan bahwa manajemen penggemukan Sapi Bali sudah baik, baik dari segi
tekhnik penggemukan, pemberian pakan dan pengelolaan kandang.

5.2 Saran
Saran yang diberikan penulis kepada peternakan Muda Bhakti Barokah (MBB Farm)
yaitu ada baiknya segi pemeliharaan ditingkatkan seperti pemberian pakan karna
sangat minimnya pakan hijauan yang diberikan kepada ternak sapi bali tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah , M.A. (2017). Manajemen Kesehatan Ternak Sapi Potong. Jurnal Resolusi Konflik,
CSR dan Pemberdayaan, 2, (2), 17-22
Abidin,z..2006. pengemukan sapi potong: Agromedia Pustaka.
Ismirandi, A. (2018). Laju Pertumbuhan Dan Ukuran Tubuh Sapi Bali Lepas Sapih Yang
Diberi Pakan Konsentrat Pada Kategori Bobot Badan Yang Berbeda. Universitas
Islam Negeri Alauddin. Makassar.
Murdjo,B.A.1990. beternak sapi potong kanisius,jkarta.
Purnawaan y.dan cahyo.S.2010 pembesaran spi potong secara intensif.penebar suadaya
jakarta.
Rusman, R.F.Y., Hamdana, A., Sanusi, A. (2020). Strategi Pengembangan Usaha Ternak
Sapi Potong di Kecamatan Lau Kabupaten Maros. Jurnal Bisnis, Manajemen dan
Informatika Vol.17 (2).
Santoso, U. (2005). Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sarwono, B. dan Arianto, H. B. (2007). Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Sugeng, Y. B. (2005). Sapi Potong. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sopiah dan Sangadi et mamang.2016 salesmanship (kepenjalan).jakarta: pt bumi aksara
Susilorini,E.T.2008. budi daya 22 ternak potensial.penebar suadaya,jakarta.
Syafrial, Susilawati, E. dan Bustami. (2007). Manajemen Pengelolaan Penggemukan Sapi
Potong. Jambi: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.
Williamson,G. Dan W.J.A. payne.1993 pengantar peternakan daerah tropis Terjemahan oleh
S.G.N.Dwija,D.Gajah madah univvercity press. Yogyakarta
Yuliyati, Y.B., dkk. (2018). Pembuatan Silase dari Rumput Gajah Untuk Pakan Ternak di
Desa Pasawahan Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten Garut. Jurnal Pengabdian
kepada Masyarakat. Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Padjadjaran, 2, (7)
Lampiran 1. Pemberian Pakan
Lampiran 2. Pembersihan Kandang
Lampiran 3. Cover Logbook

Anda mungkin juga menyukai