Anda di halaman 1dari 10

Shofi Mirwani dkk, Studi Kasus...

135

STUDI KASUS: DINAMIKA PSIKOLOGIS REMAJA DALAM RUANG LINGKUP


KELUARGA DISFUNGSIONAL

Shofi Mirwani, Lu’lu El Jannah, Tyas Puji Lestari, Moh. Sholeh, Aprilia Afifah, Mahjarona Sabilla,
Athi’intihail Fajriah, Badrotuz Zakiyah

ABSTRAK
Subyek adalah anak terakhir yang harus berjuang untuk menghidupi keluarganya. Orangtua
dan kakaknya tidak mampu untuk memenuhi kebutuhannya sehingga subyek harus bekerja.
Permasalahan yang timbul adalah subyek tidak bisa lagi bersekolah, lingkungan sosial tidak
mendukung dan rentan terhadap problem serta gangguan psikis seperti kecemasan dan bahkan
depresi.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif studi kasus, dengan metode pengumpulan data
berupa observasi, wawancara dan psikotes. Hasilnya menunjukkan bahwa terkadang subyek
kurang mampu untuk beradaptasi dengan lingkungan, kecerdasan yang cukup kurang dan
kemampuan pemecahan masalah yang buruk. Selain itu, subyek juga mengalami kesulitan dalam
melakukan kontak sosial dengan lingkungannya. Dari hasil tersebut maka peneliti mengajukan
saran terapi yang bisa membantu subyek untuk bisa menjadi lebih baik dalam berinteraksi,
beradaptasi dan juga mengurangi resiko problem serta gangguan psikologis. Terapi tersebut
adalah terapi kognitif perilaku. Terapi ini mengajarkan kepada subyek bahwa perilakunya
dipengaruhi oleh pikiran yang mendapatkan innformasi dari stimulus yang diterima.
Kata kunci: psikologis remaja, keluarga disfungsional.

PENDAHULUAN Perkembangan adalah perubahan yang


Kemiskinan merupakan permasalahan teratur, sistematis, dan terorganisir yang
lintas zaman yang terjadi sejak dulu mempunyai tujuan tertentu. Perkembangan
hingga sekarang, yang sampai saat ini belum memiliki beberapa ciri, yaitu:
ada pemecahan solusi secara pasti yang berkesinambungan, kumulatif, bergerak
bisa di gunakan. Hal ini ke arah yang lebih kompleks dan holistik.
dikarenakan banyaknya faktor Perkembangan psikososial
yang menyebabkan kemiskinan berarti perkembangan sosial
itu dapat timbul berbeda-beda. Dalam era seorang individu ditinjau dari
modern sekarang ini kemiskinan menjadi sudut pandang psikologi. Perkembangan
permasalahan yang kompleks baik dalam masa anak-anak merupakan hal yang menarik
masyarakat perkotaan maupun pedesaan. untuk dipelajari. Hubungan antara anak
Salah satu penyebab terjadinya dan keluarga, teman sebaya dan sekolah
kemiskinan di perkotaan yaitu banyaknya mempengaruhi perkembangan psikososial
masyarakat pedesaan yang pindah ke seorang anak. Perkembangan sosial seorang
perkotaan (urbanisasi). Mereka berpendapat anak meningkat ditandai dengan adanya
atau mendapat informasi bahwasannya perubahan pengetahuan dan pemahaman
di perkotaan terdapat banyak lapangan mereka tentang kebutuhan dan peraturan-
pekerjaan. Masyarakat perkotaan yang peraturan yang berlaku (Sania, 2010).
mengalami kemiskinan kebanyakan terjadi Sangatlah penting bagi kita untuk
dikarenakan pendapatan yang mereka mengetahui bagaimana perkembangan
dapat belum bisa menutupi pengeluaran psikososial dari seorang anak terutama
kebutuhan sehari-hari. di zaman seperti sekarang. Dengan
mempelajari perkembangan psikososial
136 Vol. 2 No. 2 Desember 2018 | 135-144

anak, kita dapat membimbing dan membantu psikososial berarti menyinggung relasi sosial
mengoptimalkan proses perkembangan yang yang mencakup faktor-faktor psikologi
akan dialami sang anak dengan cara yang (Sakalasasra & Herdiana, 2012).
tepat. Pengetahuan tentang perkembangan Teori psikososial dari Erik Erikson
psikososial akan membantu para orang tua meliputi delapan tahap yang saling
dan guru dalam menghadapi tantangan saat berurutan sepanjang hidup. Hasil dari
membesarkan dan mendidik anak – anak. tiap tahap tergantung dari hasil tahapan
Dalam penelitian ini, subjek adalah sebelumnya, dan resolusi yang sukses dari
anak dari keluarga yang kurang mampu. tiap krisis ego adalah penting bagi individu
Pasca penyakit yang diderita oleh kedua untuk dapat tumbuh secara optimal. Ego
orang tuanya, subjek mau tidak mau harus mengembangkan kesanggupan yang
harus mencari uang untuk makan sehari- berbeda untuk mengatasi tiap tuntutan
hari. Kakaknya yang mengalami retardasi penyesuaian dari masyarakat.
mental ringan tidak bisa membantu banyak Menurut Erickson (Gunarsa, 2008),
pekerjaannya. Ia harus mengamen di manusia akan mengalami delapan tahap
perempatan pusat kota saat setelah maghrib perkembangan semasa hidupnya. Tahap
hingga pukul delapan malam. Sebagai perkembangan pertama adalah Trust
seorang remaja perempuan, subjek juga versus Mistrust (0-1 tahun) Dalam tahap ini,
rentan dengan masalah sosial lain sehingga bayi berusaha keras untuk mendapatkan
subjek juga harus lebih berhati- hati dalam pengasuhan dan kehangatan, jika ibu berhasil
menjaga diri. Subjek yang seharusnya memenuhi kebutuhan anaknya, sang anak
menikmati masa-masa remaja awalnya akan mengembangkan kemampuan untuk
dengan bermain bersama kelompok teman dapat mempercayai dan mengembangkan
sebayanya, harus menjadi tulang punggung asa (hope). Jika krisis ego ini tidak pernah
keluarga demi bisa bertahan hidup di tengah terselesaikan, individu tersebut akan
keterbatasan. mengalami kesulitan dalam membentuk
Tujuan dilakukan penelitian ini yaitu rasa percaya dengan orang lain sepanjang
untuk mengetahui dinamika psikologis hidupnya, selalu meyakinkan dirinya bahwa
seorang anak yang menjadi tulang orang lain berusaha mengambil keuntungan
punggung keluarga. Manfaat yang dapat dari dirinya.
dijadikan pengembangan ilmu Psikologi bagi Tahapan perkembangan selanjutnya
Mahasiswa Psikologi sendiri. Selain itu dapat adalah Autonomy versus Shame and Doubt
menjadi referensi untuk melihat bagaimana (l-3 tahun) Dalam tahap ini, anak akan
dinamika Psikologis individu psikososial belajar bahwa dirinya memiliki kontrol atas
bagi khalayak umum. tubuhnya. Orang tua seharusnya menuntun
Psikososial adalah suatu kondisi yang anaknya, mengajarkannya untuk mengontrol
terjadi pada individu yang mencakup aspek keinginan atau impuls-impulsnya, namun
psikis dan sosial atau sebaliknya psikososial tidak dengan perlakuan yang kasar. Mereka
menunjuk pada hubungan yang dinamis melatih kehendak mereka, tepatnya
antara faktor psikis dan sosial, yang saling otonomi. Harapan idealnya, anak bisa belajar
berinteraksi dan mempengaruhi satu sama menyesuaikan diri dengan aturan-aturan
lain. Psikososial sendiri berasal dari kata sosial tanpa banyak kehilangan pemahaman
psiko dan sosial. Kata psiko mengacu pada awal mereka mengenai otonomi, inilah
aspek psikologis dari individu (pikiran, resolusi yang diharapkan.
perasaa, dan perilaku) sedangkan sosial Tahap ketiga adalah Initiative versus
mengacu pada hubungan eksternal individu Guilt (3-6 tahun) Pada periode inilah anak
dengan orang-orang di sekitarnya. Istilah belajar bagaimana merencanakan dan
Shofi Mirwani dkk, Studi Kasus... 137

melaksanakan tindakannya. Resolusi krisis ini, maka keterampilan ego yang


yang tidak berhasil dari tahapan ini akan diperoleh adalah cinta.
membuat sang anak takut mengambil Tahap perkembangan ketujuh disebut
inisiatif atau membuat keputusan karena Generativity versus Stagnation (masa dewasa
takut berbuat salah. Anak memiliki rasa menengah) Pada tahap ini, individu
percaya diri yang rendah dan tidak mau memberikan sesuatu kepada dunia sebagai
mengembangkan harapan-harapan ketika ia balasan dari apa yang telah dunia berikan
dewasa. Bila anak berhasil melewati masa ini untuk dirinya, juga melakukan sesuatu yang
dengan baik, maka keterampilan ego yang dapat memastikan kelangsungan generasi
diperoleh adalah memiliki tujuan dalam penerus di masa depan. Ketidakmampuan
hidupnya. untuk memiliki pandangan generatif akan
Tahapan keempat menurut Erikson menciptakan perasaan bahwa hidup ini tidak
adalah Industry versus Inferiority (6-12 tahun) berharga dan membosankan. Bila individu
Pada saat ini, anak-anak belajar untuk berhasil mengatasi krisis pada masa ini
memperoleh kesenangan dan kepuasan dari maka ketrampilan ego yang dimiliki adalah
menyelesaikan tugas khususnya tugas-tugas perhatian.
akademik. Penyelesaian yang sukses pada Tahap akhir dari perkembangan
tahapan ini akan menciptakan anak yang manusia adalah Ego Integrity versus Despair
dapat memecahkan masalah dan bangga (masa dewasa akhir) Pada tahap usia lanjut
akan prestasi yang diperoleh. Ketrampilan ini, mereka juga dapat mengingat kembali
ego yang diperoleh adalah kompetensi. Di masa lalu dan melihat makna, ketentraman
sisi lain, anak yang tidak mampu untuk dan integritas. Refleksi ke masa lalu itu
menemukan solusi positif dan tidak mampu terasa menyenangkan dan pencarian saat
mencapai apa yang diraih teman-teman ini adalah untuk mengintegrasikan tujuan
sebaya akan merasa inferior. hidup yang telah dikejar selama bertahun-
Tahap selanjutnya adalah tahapan tahun. Kegagalan dalam melewati tahapan
kelima yaitu, Identity versus Role Confusion ini akan menyebabkan munculnya rasa
(12-18 tahun) Pada tahap ini, terjadi putus asa.
perubahan pada fisik dan jiwa di masa Beberapa macam tipe perkembangan
biologis seperti orang dewasa sehingga psikososial individu dapat dipengaruhi
tampak adanya kontraindikasi bahwa di oleh beberapa hal sebagai berikut: 1)
lain pihak ia dianggap dewasa tetapi di sisi Hubungan interpersonal, yaitu hubungan
lain ia dianggap belum dewasa. Tahap ini yang berkaitan dengan kawan dekat yang
merupakan masa stansarisasi diri yaitu anak mempunyai konflik, antara atasan dengan
mencari identitas dalam bidang seksual, bawahan, guru dengan murid anak dengan
umur dan kegiatan. Peran orang tua sebagai orangtua dan lain-lain. 2) Lingkungan hidup
sumber perlindungan dan nilai utama mulai yang buruk secara langsung atau tidak
menurun. Adapun peran kelompok atau langsung akan menimbulkan kecemasan.
teman sebaya tinggi. 3) Keuangan, yaitu kemampuan individu
Tahap berikutnya, tahap keenam, dalam hal finansial yang berkaitan dengan
yaitu Intimacy versus Isolation (masa dewasa pemenuhan kebutuhan. 4) Faktor keluarga
muda) Dalam tahap ini, orang dewasa juga berperan penting, seperti pola asuh
muda mempelajari cara berinteraksi orangtua dan juga urutan anak. 5) Terakhir
dengan orang lain secara lebih mendalam. adalah perkembangan, perkembangan
Ketidakmampuan untuk membentuk ikatan sangat relative dipengaruhi oleh banyak
social yang kuat akan menciptakan rasa factor utamanya berasal dari ligkungan
kesepian. Bila individu berhasil mengatasi keluarga.
138 Vol. 2 No. 2 Desember 2018 | 135-144

Dinamika psikososial baik dan buruknya, tersebut diluar kendalinya untuk mencapai
dipengaruhi oleh faktor penyebab sebagai solusi tersebut (Wilkinson, 2007).
berikut: 1). Emosi terhadap objek sosial. Emosi Dinamika psikologis yang menyebabkan
dan reaksi emosional dapat dipengaruhi oleh masalah bisa diatasi dengan membekali
lingkungan. Ketajamam emosi dan reaksi remaja dengan pelatihan ketrampilan sosial
emosional dipengaruhi faktor internal yang kadang juga disebut dengan terapi
dan eksternal. Pengendalian respon emosi ketrampilan perilaku. Terapi ini dapat secara
sangat penting dalam kehidupan bersosial. 2) langsung mendukung dan berguna bagi
Perhatian atau rasa peka terhadap apa yang subjek, bersama terapi farmakologis. Pada
terjadi dalam lingkungan sosial seseorang subjek dengan gangguan jiwa/mental dapat
juga mempengaruhi cara seorang individu ditemukan dengan gejala yang terlihat jelas
bersikap terhadap hubungan sosialnya. 3) saat subjek tersebut melakukan hubungan
Minat atau daya tarik individu terhadap sosial dengan orang disekitarmya. Gejala
hubungan sosialnya juga berpengaruh tersebut dapat dilihat dari kontak mata yang
terhadap hubungan antar individu dan buruk, keterlambatan respon yang tidak
kelompok berkaitan dengan proses interaksi lazim, ekspresi wajah yang aneh, kurangnya
dan pemberian respons. 4) Kemauan spontanitas dalam situasi sosial, serta
merupakan suatu potensi yang mendorong persepsi yang tidak akurat atau kurangnya
dalam individu untuk memperoleh dan persepsi emosi pada orang. Contoh pelatihan
mencapai suatu yang didinginkan. 5) Sikap ketrampilan perilaku, subjek diarahkan
mental merupakan reaksi yang timbul pada perilaku yang benar melalui video
dari diri masing-masing individu jika ada tape yang berisi orang lain dan pasien
rangsangan yang dating (Marchira dan bermain drama dalam terapi, dan tugas
Wirastro, 2007). pekerjaan rumah untuk ketrampilan khusus
Permasalahan psikologis pada individu yang dipraktikkan. Pelatihan ketrampilan
akan sangat berhubungan dengan kecemasan sosial adalah terbukti mengurangi angka
dan ketidakberdayaan. Kecemasan adalah terjadinya relapse, dalam hal ini diukur
kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, melalui kebutuhan rawat inap.
yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti
dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak METODE
memiliki objek yang spesifik. Ansietas dialami Metode penelitian yang digunakan
secara subjektif dan dikomunikasikan secara adalah kualitatif studi kasus. Metode
interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa pengumpulan data utama yang digunakan
takut yang merupakan penilaian intelektual peneliti adalah observasi dan wawancara.
terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas Observasi adalah metode atau cara-cara yang
adalah respon emosional terhadap penilaian menganalisis dan mengadakan pencacatan
tersebut yang penyebabnya tidak diketahui. secara sistematis mengenai tingkah laku
Sedangkan rasa takut mempunyai penyebab dengan melihat atau mengamati individu
yang jelas dan dapat dipahami (Stuart, 2007). atau kelompok secara langsung. Observasi
Sedangkan ketidakberdayaan adalah merupakan metode pengumpulan data
persepsi seseorang bahwa tindakannya tidak yang menggunakan pengamatan objek
akan memengaruhi hasil secara bermakna, penelitian yang dapat dilakukan secara
kurang pengendalian yang dirasakan langsung maupun tidak langsung. Observasi
terhadap situasi terakhir atau yang baru langsung yaitu pengamatan berada langsung
saja terjadi. Pada ketidakberdayaan, pasien bersama objek yang diselidiki, sedangkan
mungkin mengetahui solusi terhadap yang tidak langsung dilakukan tidak pada
masalahnya, tetapi percaya bahwa hal
Shofi Mirwani dkk, Studi Kasus... 139

saat berlangsungnya suatu peristiwa yang 2. Tes SPM


diselidiki. Merupakan salah satu contoh bentuk
Proses komunikasi atau interaksi untuk skala intelegensi yang dapat diberikan
mengumpulkan informasi dengan cara Tanya secara individual maupun secara
jawab antara peneliti dengan informan atau kelompok. SPM bersifat noverbal
sebagai objek. Wawancara digunakan sebagai artinya materi soal-soalnya diberikan
teknik pengumpulan data apabila peneliti tidak dalam bentuk tulisan atau gambar-
ingin melakukan studi pendahuluan untuk gambar. Karena instruksi pengerjaanya
menemukan permasalahan yang harus diberikan secara lisan maka skala ini
diteliti. Dalam proses wawancara, peneliti dapat digunakan untuk subjek yang buta
menggunakan wawancara macam tidak huruf sekalipun. Tes ini digunakan untuk
terstruktur, yaitu wawancara yang bebas di mengukur kecerdasan orang dewasa.
mana peneliti tidak menggunakan pedoman SPM tidak meberikan suatu angka
wawancara yang telas tersusun secara IQ akan tetapi menyatakan hasilnya
sistematis dan lengkap untuk pengambilan dalam tingkat atau level intelektualitas
datanya. Pedomannya hanya garis-garis dalam beberapa kategori, menurut
besar masalahnya. besarnya skor dan usia subjek yang dites,
Selain observasi dan wawancara, peneliti yaitu:
juga menggunakan alat tes psikologis sebagai Grade II: kapasitas intelektual di atas
alat pengumpulan data untuk mengetahui rata-rata
kondisi psikis subyek. Adapun tes yang Grade III: kapasitas intelektual rata-rata
digunakan oleh peneliti yaitu, tes CFIT, SPM, Grade IV: kapasitas intelektual di bawah
dan tes grafis. rata-rata
Tes Intelegensi yang digunakan adalah Grade V: kapasitas intelektual terhambat.
sebagai berikut: 3. Tes Grafis adalah tes yang dilakukan
1. Tes CFIT dimaksud untuk mengukur untuk mengetahui bagaimana dinamika
“Kemampuan Umum” atau “General kepribadian subjek, yang meliputi
Ability” atau G” faktor. Menurut teori DAP, HTP, BAUM, Tes Warteg dan
kemampuan yang dikemukakan oleh FSCT.
Cattel, Tes CFIT adalah mengukur “Fluid
Ability” seseorang. “Fluid Ability” adalah HASIL ASESMEN
kemampuan kognitif seseorang yang Subjek merupakan anak yang mandiri,
bersifat herediter. Kemampuan kognitif ceria, dan bersemangat. Dalam masa
yang “fluid” ini di dalam perkembangan kehidupan subjek dengan kondisi keluarganya
individuselanjutnya mempengaruhi tersebut mungkin saja sudah pada masa krisis
kemampuan kognitif lainnya yang dilihat dari usianya yang dapat membentuk
disebut sebagai “Cristalized Ability”. kepribadian yang dulu belum ada
“Cristalized Ability” seseorang merupakan dengan kebiasaan subjek yang mencari uang
kemampuan kognitif yang diperoleh dijalanan yang mana kondisi disana sangat
di dalam interaksi individu dengan keras agar tetap bertahan, karena hal inilah
lingkungan sekitarnya. Sampai seberapa subjek juga mempunyai watak yang keras
jauh kemampuan kognitif seseorang juga. Dan karena subjek disini dibilang
adalah tergantung dari berapa jauh berhasil dalam mengatasi krisis tersebut
keadaan Fluid Ability”nya dan bagaimana sehingga subjek dapat dikatakan mengalami
perkembangan dari “Cristalized Ability”. perkembangan yang sukses atau berhasil.
Hasil dari tes psikologis dijabarkan
melalui tes kepribadian dan inteligensi.
140 Vol. 2 No. 2 Desember 2018 | 135-144

Tes grafis adalah bagian dari tes proyektif yang sensitif namun cara berfikirnya
di ilmu psikologi. Tes grafis disebut juga refleksi. Orientasinya berdasarkan persepsi
sebagai paper dan pencil test karena hanya yang subjek tangkap seperti pandangan
melibatkan 2 bahan tersebut. Umumnya di kehidupannya. Cara berfikirnya lebih
tes grafis terdiri dari empat alat tes yang memilih statis atau seperti ada hal
berdiri terpisah. Mereka adalah BAUM, yang menghambatnya untuk dinamis.
Draw A Person (DAP), House Tree Person Tetapi, pengendalian dan pengambilan
(HTP), dan Drawing Completion Tes (DCT). keputusannya sangat baik.
Tes ini menggunakan media gambar untuk Tes selanjutnya adalah CFIT atau Culture
menelaah ciri kepribadian seseorang. Fair Intelligence Test merupakan tes psikologi
Keempatnya memiliki norma tersendiri yang mana untuk mengukur fluid intelligence,
untuk menelaah dan mengartikan hasil yaitu kecerdasan yang meliputi kemampaun
gambar. Namun, dalam pelaksanaan tes, analisis, penalaran, dan untuk mengukur
kami hanya melakukan tes HTP, BAUM, dan hasil belajar. tes ini terdiri atas 3 skala yang
DAP. Karena kedalaman makna yang dapat disusun dalam form A dan B secara paralel.
digali dalam ranah klinis. Selain ketiga tes A dilaksanakan sebelum B, A dan B sama A
grafis tersebut, peneliti juga melakukan tes untuk menguji kesiapan siswa. Tes CFIT yang
FSCT. Tes ini merupakan untuk mengetahui akan digunakan adalah skala 3 yang biasa
sikap individu dan pandangan tentang diri digunakan pada individu yang berusia 13
mereka sendiri, dan orang lain. Tahun ke atas sampai dewasa.
Menurut hasil tes grafis, BAUM Berdasarkan tes intelegensi yang telah
menunjukkan subjek merupakan pribadi dilakukan oleh pemeriksa, dihasilkan IQ
yang tidak percaya diri, tetapi mudah subjek 97 dengan kategori rata-rata (average)
bergaul, kontak social bagus dan suka humor. berdasarkan norma tes CFIT, dan yang total
Namun kadang-kadang agresif verbal yang skornya 27 dan SPM yang total skornya 36,
dikeluarkan terutama bila tersinggung. subjek termasuk anak yang memiliki IQ
DAP Secara emosional subjek tampak labil, 119 sehingga termasuk kategori rata-rata
mudah frustasi. Subjek tampak waspada (average).
akan sesuatu dan cenderung menyimpan Adapun tes WISC adalah seperangkat alat
agresifitas. Subjek memiliki penerimaan tes diagnostik psikologi yang kegunaannya
diri yang bagus namun cenderung melebih- untuk mengukur taraf intelegensi seorang
lebihkan. Subjek memiliki kecenderungan anak. Hasil pengukuran pada anak, dikenal
introvet. Sensitif terhadap kritik, cenderung dengan istilah IQ. Tes ini ditujukan untuk
agresif. Merasa kurang aman, merasa lelah. anak-anak dengan usia antara 5-16 tahun
Cenderung apa adanya dalam berperilaku. (untuk anak yang diduga mengalami
Merasa dikucilkan, inferior, tidak memiliki keterbelakangan mentaldan usia 8 tahun ke
peran dan kabur konsep dirinya. Subjek bawah, diberikan petunjuk khusus). Tes ini
masih memiliki kontak realitas dan sosial merupakan tes individual, yang terdiri dari
yang terjaga walaupun ada kecenderungan 12 subtes dibagi ke dalam dua skala, yaitu;
penarikan diri terhadap pergaulan. Selalu skala verbal dan skala performance.
waspada dan mencari rasa aman. Menyukai Dari hasil tes WISC yang dilakukan
hubungan yang tidak formal, santai. Subjek subjek diperoleh hasil IQ verbal sebesar 65
berusaha menunjukkan kemampuannya. dan IQ performance 89. Hal ini menunjukkan
Sedangkan berdasarkan hasil tes Warteg, bahwa subjek lebih menonjol dalam sub
subjek merupakan individu yang rendah tes performance yang lebih mengarah
atau minim dalam berorientasi dan sedikit pada bagaimana individu mampu untuk
introvet. Selain itu, termasuk individu menyelesaikan masalah praktis dan
Shofi Mirwani dkk, Studi Kasus... 141

kemampuan performance diri individu tidak langsung mempercayai orang baru. Hal
dalam melakukan suatu hal. Sedangkan ini dikarenakan beberapa tahun subjek dan
secara keseluruhan subjek memiliki IQ keluarganya hidup dalam serba keterbatasan
sebesar 74 dan termasuk dalam kategori kurang mendapatkan perhatian dari
borderline berdasarkan norma tes WISC. lingkungan sekitarnya terutama tetangga.
Sehingga tiba-tiba ada orang baru atau asing
PEMBAHASAN yang hadir dalam kehidupannya subjek tidak
Berdasarkan hasil tes IQ yang langsung mempercayai orang tersebut.
menunjukkan kategori rata-rata sangat Subjek sendiri dibesarkan
mempengaruhi terhadap cara berfikir dalam lingkungan yang kurang
subjek dalam menjalani kehidupannya kondusif. Orangtuanya sering
yang mana subjeklah yang harus mengurusi berdebat tentang hal-hal kecil yang
keluarganya. Dengan keadaan keluarganya membuatnya bingung harus berpihak
seperti itu, sangat mempengaruhi hasil tes pada siapa dan apa yang harus dilakukan.
grafis subjek. Selain itu, dari hasil FSCT, Keadaan yang semacam itu membentuk
subjek terlihat individu yang memiliki kepribadiannya yang ragu-ragu. Dari segi
semangat atau optimis yang tinggi. Terbukti fisik subjek satu-satunya anggota keluarga
dengan jawaban subjek terkait hasil belajar yang dalam kondisi normal. Dalam observasi
dia ada perasaan bangga terhadap dirinya dan wawancara peneliti mendapatkan
dan yakin bahwa hasilnya akan naik. Dari informasi dari subjek bahwa orang tua
hasil tes tersebut bahwa subjek kurang subjek pernah mengalami kecelakaan. Hal ini
percaya diri tetapi mudah bergaul dengan menyebabkan subjek kurang mendapatkan
lingkungan sekitarnya. Subjek juga merasa perhatian dari kedua orang tuannya.
tidak nyaman dengan orang yang baru di Dari hasil tes FSCT subjek orangnya
kenal selalu waspada dengan sesuatu dan pendiam, pantang menyerah dalam
mudah sensitif. Subjek cenderung merasa mengerjakan sesuatu, kurangnya
bangga dengan dirinya dan berperilaku apa berinteraksi kepada orang lain, subjek
adanya. merasa bahwa tidak ada yang mendukung
Berdasarkan teori psikodinamika, subjek dalam pendidikan yang menjadikan subjek
merupakan seorang remaja putri yang malas belajar. Meskipun malas, subjek
menjadi tulang punggung bagi keluarganya. memiliki rasa optimis yang tinggi. Selain
Hal ini disebabkan karena kondisi yang itu, subjek juga mencemaskan dengan hasil
mendesak dimana ayah subjek mengalami ujiannya. Subjek malas belajar bukan dari
stroke yang menyebabkannya tidak bisa diri subjek sendiri melainkan kurangnya
berjalan. Selain itu, ibu subjek juga tidak bisa dukungan dari keluarga dan lingkungan
berjalan pasca kecelakaan yang menimpanya. sekitar. Seorang diri yang dapat sekolah tak
Kakaknya mengalami retardasi mental ada yang dapat membantu belajar dalam
ringan yang tidak bisa membantu banyak keluarga mengakibatkan subjek malas untuk
dalam perekonomian keluarga. Maka dari belajar.
itu, keadaan tersebut membuat subjek Subjek merasa kurang adanya kedekatan
mau tidak mau harus mencari uang untuk dengan ibunya. Hal ini menurut subjek
bertahan hidup. bahwa ibunya terlalu banyak menuntut,
Dalam situasi tertentu subjek sedangkan ayahnya menurut subjek sedikit
sebenarnya memiliki rasa optimis yang berbicara dan suka bercanda. Dalam
tinggi tapi kurang mendapatkan dukungan membuat keputusan, subjek lebih sering
dari orang tua dan lingkungannya. Subjek mendiskusikannya dulu dengan ayah
memiliki kecenderungan paranoid, yaitu ketimbang. Namun, menurut cerita subjek si
142 Vol. 2 No. 2 Desember 2018 | 135-144

ayah kurang banyak bicara. Sedangkan Ibu yang keras sehingga subjek muncul indikasi
subjek cerewet dan banyak tuntutan. Hal agresi verbal. Agresif verbalnya tersebut
ini membuat subjek masih ragu-ragu dalam digunakan subjek sebagai bentuk survive nya
membuat keputusan dan harus berpijak terhadap kehidupan subjek.
dimana. Dari keadaan di atas dapat dimengerti
Subjek tidak suka ketika diejek bahwasannya subjek saat membina
oleh teman-teman namun dia tidak hubungan dengan lingkungan sekitar yakni
membalasnya. Subjek berusaha menghindari dengan tetangga terutama dan keluarga
pertengkaran dengan orang lain. Namun kurang harmonis atau kurang adannya
ketika subjek dalam suasana hati yang ikatan emosi antara kedua belah pihak yang
buruk, subjek tidak bisa mengendalikan mana dapat dilihat dari adanya rasa
emosi hingga berkata kotor. Hal ini karena kurang empati sehingga mereka mendapat
subjek lebih suka ketenangan jadi subjek dukungan secara moril dan mungkin bisa jadi
tidak suka pertengkaran. Selain itu juga karena tidak adanya hal ini menyebabkan
terpaksa harus mengamen di jalanan untuk orangtua subjek menderita depresi saat
mendapatkan uang demi kelangsungan dilakukan pengetesan dengan tes psikologi
kehidupan keluarganya dan melanjutkan dan juga saat diajak bicara oleh Tim Home
sekolah. Selain itu juga lingkungan di sekitar Car Rumah Sakit selalu berbicara kapan saja
subjek juga kurang mendukung dalam menjemput karena kondisi subjek yang harus
membentuk keluarga yang sejahtera secara menghidupi keluarganya tersebut dengan
finansial maupun psikisnya. Berdasarkan kondisi kakaknya yang juga mengalami
observasi peneliti juga menduga bahwa retardasi mental.
dalam keluarga subjek, khususnya orang tua Subjek merasa kurang nyaman dengan
subjek memiliki pendirian yang berbeda- lingkungan sekitarnya terutama lingkungan
beda dalam menyikapi suatu hal. Hal ini tempat tinggal karena dia seperti dipandang
subjek membutuhkan sebuah figur dalam sebelah mata dengan kondisi keluarga dan
kehidupannya untuk belajar dalam berbagai bagaimna subjek mencari uang seperti
hal. wawancara dengan salah satu tetangga
Berdasarkan beberapa alat tes dan mengenai bagaimana pandangan dia akan
observasi peneliti memiliki gambaran umum subjek “keluarganya itu malesan mbak
terhadap kepribadian, lingkungan dan mangkane si x milih biar cepat dapat uang
kecerdasan dari diri subjek. Dilihat dari hasil dengan cara ngamen”, dan kadang subjek
salah satu alat tes, subjek memiliki kecemasan pernah ditegur dengan tetangga ngapain
yang cukup tinggi dengan banyaknya kok ngamen pas itu waktu dulu, namun
subjek menggunakan shading saat sekarang subjek sudah merasa aman merasa
menggambar. Peneliti saat mendatangi di cintai dan di hargai oleh lingkungan
rumah subjek dan melihat keadaan keluarga sekitar semenjak adanya pemerintah kota
dan tetangga, mereka kurang simpati yang peduli dan pemkot memberi pengertian
dan empati pada keluarga subjek. Hal itu kepada mereka tentang kondisi keluarga
menyebabkan subjek mengalami kecemasan subjek dan mereka dapat memaklumi
pada keadaan keluargannya dan bagaimana sehingga merubah pola pikir dan pandanga
subjek dapat menyambung kehidupan dan masyarakat tentang keluarga subjek.
masa depan dengan keadaan tersebut karena Dalam masa kehidupan subjek dengan
hal tersebut juga menyebabkan subjek kondisi keluarganya tersebut mungkin
mencari uang dengan cara mengamen di saja sudah pada masa krisis dilihat dari
jalanan. Selain itu, dikarenakan telah lama usiannya yang dapat membentuk kepribadian
mengamen dengan kehidupan dijalanan yang dulu belum ada dengan kebiasaan
Shofi Mirwani dkk, Studi Kasus... 143

subjek yang mencari uang dijalanan yang Untuk penelitian selanjutkan dibutuhkan
mana kondisi disana sangat keras agar tetap observasi yang lebih mendalam agar
bertahan, karena hal inilah subjek juga lebih efisien. Bagi peneliti lain yang berminat
mempunyai watak yang keras juga.dan melakukan penelitian dalam bidang
karena subjek disini bisa dibilang berhasil kajian yang sama disarankan
dalam mengatasi krisis tersebut sehingga untuk memperkuat arah
subjek dapat dikatakan mengalami penelitian dengan menyusun
perkembangan yang sukses atau berhasil. panduan yang bersifat mendalam
dan terstruktur. Apabila
KESIMPULAN memungkinkan disarankan
Berdasarkan dari pemeriksaan yang bagi peneliti selanjutnya
telah dilakukan, maka subjek memiliki mendalam dan terstruktur. Apabila
prognosis positif, yaitu subjek mampu untuk memungkinkan disarankan
menangani masalah psikososialnya dan bagi peneliti selanjutnya untuk meningkatkan
beradaptasi dengan baik dalam jumlah responden penelitian serta
lingkungannya. Terapi yang menambah waktu wawancara sehingga hasil
direkomendasikan bagi subyek adalah yang diperoleh lebih bervariasi dan detail.
terapi kognitif perilaku (CBT). Teori Bagi keluarga disarankan memberikan
dari terapi ini mengganggap bahwa pola dukungan sosial bagi subjek. Lebih perhatian
pemikiran terbentuk melalui proses pada subjek. Bagi subjek sendiri, perlu
Stimulus-Kognisi-Respon (SKR), yang saling adanya motivasi tersendiri agar proses
berkaitan membentuk semacam jaringan penerimaan diri menjadi lebih sempurna
dalam otak. proses kognitif merupakan dan tidak memunculkan gangguan pada
faktor penentu bagi pikiran, perasaan dan pikiran pada subjek.
perbiatan (perilaku). Semua kekadian yang
dialami berlaku sebagai stimulus yang dapat
sipersepsi secara positif (rasional) maupun
secara negatig (irasional). CBT adalah bentuk DAFTAR PUSTAKA
psikoterapi yang menekankan pentingnya
peran pikiran dalam bagaimana kita merasa
dan apa yang kita lakukan. CBT adalah
Cattel, Raymond B dan Karen S. Cattel. 2002.
psikoterapi berdasarkan atas kognisi, asumsi,
Buku Soal CFIT Skala 3 Bentuk B. LPSP3 UI,
kepercayaan dan perilaku, dengan tujuan
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
mempengaruhi emosi yang terganggu. CBT
bertujuan membantu subjek untuk untuk APA. 1997. Diagnostic and Statistical Manual of
dapat merubah sistem keyakinan yang negatif Mental Disorder IV (DSM-IV). Washington
dan mengalami penyimapangan (distorsi) DC: APA Publishing.
menjadi positiff dan rasional sehingga secara Gunarsa, S.D. 2008. Psikologi Perkembangan
bertahap mempunyai reaksi somatik dan Anak dan Remaja. BPK Gunung Mulia.
perilaku yang lebih sehat dan normal. Dalam
CBT, terapis berperan sebagai guru dan Groth-Marnotm, Gary. 2010. Handbook of
subjek sebagai murid. Dalam hubungan Psychological Assesment Edisi Kelima.
ini diharapkan terapis dapat secara efektif Yokyakarta; Pustaka Pelajar.
mengakarkan ke subjek mekanisme SKR Limas Dodi. 2015. Metodologi Penelitian.
baru yang lebih positif dan rasional, Yogyakarta: Pustaka Ilmu.
menggantikan struktur kognitif lama yang
Marchira, C. R., & Wirasto, R. T. (2007).
negatif, irasioanl dan mengalami distorsi.
Pengaruh faktor-faktor psikososial dan
144 Vol. 2 No. 2 Desember 2018 | 135-144

insomnia terhadap depresi pada lansia


di Kota Yogyakarta. Berita Kedokteran
Masyarakat, 23(1), 1.
Palmer, Stephen. 2011. Konseling dan
Psikoterapi. Yogyakarta; Pustaka Pelajar.
Reindravi, Sania. 2000.
“Perkembangan Psikososial Anak
“. Bagian/SMF Psikiatri Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana/Rumah
Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.
Sakalasastra, P.P dan Herdiana, I. 2012.
Dampak Psikososial pada anak jalanan
korban pelecehan seksual. Jurnal Psikologi
Kepribadian dan Sosial, 1(02), 68-72.
Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan
Jiwa. Edisi 5. Jakarta. EGC.
Wilkinson, J. M., 2007, Buku Saku Diagnosa
Keperawatan, Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai