Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HAID, NIFAS DAN ISTIHADAH


“Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tuagas Mata Kuliah Fiqih Ibadah”
Dosen Pengampu: Sudirman, S.h

Kelas: IPA1
Kelompok: 6

Disusun Oleh :
Nabawiah: 2320203884206014
Firdamayanti: 2320203884206011

PRODI TADRIS IPA


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PAREPARE
2024
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Fiqih tentang haid, nifas, dan istihadhah.
Makalah Fiqih ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah Fiqih ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Fiqih tentang haid, nifas, dan
istihadhah dapat memberikan manfaat.

Parepare,25 April 2024


Penulis

Kelompok 6

ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.....................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
1. Latar Belakang.......................................................................................................
2. Rumusan Masalah..................................................................................................
3. Tujuan....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................
A. Pengertian haid dan dasar hukum haid..................................................................
B. Perbedaan warna dan sifat darah haid...................................................................
C. Pengertian nifas dan dasar hukum nifas................................................................
D. Hukum-hukum yang tercakup dalam haid dan nifas.............................................
E. Pengertian istihadah dan dasar hukum istihadah.................................................
F. Tiga kondisi mustahadhah ..................................................................................
G. Hukum-hukum yang tercakup dalam istihadhah.................................................

BAB III PENUTUP ......................................................................................................


Kesimpulan.................................................................................................................
DAFTAR PUSAKA.......................................................................................................

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa sekarang, masyarakat seringkali salah paham mengenai
hukum- hukum yang terkait tentang masalah haidl, nifas dan istihadloh.
Banyak dari masyarakat bahkan tidak mengetahui dan tidak mampu
membedakan antara haidl. Nifas dan istihadloh. Padahal, masalah ini sangatlah
penting untuk dimengerti oleh seluruh wanita, pria yang sudah beristri, para
mu’alim, para da’i dan kita semua. Hal ini dikarenakan masalah ini sangat erat
kaitannya dengan ibadah fardlu ‘ain, seperti sholat dan puasa. Seharusnya para
wanita sudah harus mengetahui permasalahan ini ketika mereka sudah berumur
9 tahun yang sudah mulai memasuki umur haidl.
Pada kenyataannya, orang-orang dewasa masih banyak pula yang
belum mengerti masalah ini. Mereka juga tidak mengerti masalah mandi yang
benar, sholat dan puasa yang wajib diqodlo’i, warna darah dan sifat-sifat darah.
Padahal, hal-hal tersebut dapat mentukan masa keluar, berhenti, kebiasaan,
kategori dan kewajiban serta larangan bagi wanita yang haidl, istihadloh dan
nifas. Sebagian wanita ada yang mengeluarkan darah dari farji (kemaluan)
di luar kebiasaan bulanannya (haidh) dan bukan karena melahirkan. Darah ini
diistilahkan dengan darah istihadhah.
Al Imam An Nawawi rahimahullah mengatakan, istihadhah adalah
darah yang mengalir dari farji wanita di luar waktunya dan berasal dari urat
yang dinamakan ‘adzil (Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi, 4/17). Al Imam Al
Qurthubi rahimahullah mensifatinya dengan darah yang keluar dari farji
wanita di luar kebiasaan bulanannya, disebabkan urat yang terputus. (Al Jami‘
li Ahkamil Qur’an, 3/57) Keluarnya darah istihadhah ini merupakan hal yang
lazim dijumpai para wanita. Bukan hanya di masa sekarang, namun sejak dulu
dan 4 dialami pula oleh para wanita dari kalangan shahabat Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Menurut Al Imam Ash Shan`ani rahimahullah, jumlah shahabiyyah
yang mengalami istihadhah di masa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
mencapai sepuluh orang, demikian menurut perhitungan ahlul ilmi, (Subulus
Salam, 1/161). Bahkan ada yang menghitungnya lebih dari sepuluh. Oleh
karena itu, makalah ini dibuat dengan tujuan supaya pembaca dapat mengetahui
dan memahami hukum-hukum yang terkandung dalam permasalahan haidl,
nifas dan istihadloh ini.

2
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian haid, nifas dan istihadhah?
2. Dasar hukum haid, nifas dan istihadah?
3. Hukum-hukum yang tercakup dalam haid, nifas dan istihadhah?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian haid, nifas dan istihadhah.
2. Mengetahui dasar hukum haid, nifas dan istihadhah.
3. Mengetahui hukum-hukum yang tercakup dalam haid, nifas dan
istihadhah.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian haid dan dasar hukum haid


1. Pengertian haid
Haidh atau haid (dalam ejaan bahasa indonesia) adalah darah yang keluar dari
rahim seorang wanita pada waktu-waktu tertentu yang bukan karena di sebabkan oleh
suatu penyakit atau karena adanya proses persalinan, dimana keluarnya darah itu
merupakan sunnatullah yang telah di tetapkan oleh Allah kepada seorang wanita. Sifat
darah ini berwarna merah kehitaman yang kental, keluar dalam jangka waktu tertentu,
bersifat panas, dan memiliki bau yang khas atau tidak sedap.
Hiad ialah sesuatu hal yang normal yang terjadi pada setiap kaum wanita, dan setiap
wanita memiliki kebiasaan yang berbeda-beda. Saat haid ada juga yang merasakan sakit di
bagian pinggul, ada juga yang tidak merasakan sakit. Saat haid ada yang sampai 3 hari,
dan ada pula yang sampai lebih dari 10 hari. Ada yang saat keluar didahului dengan lendir
kuning kecoklatan, dan ada pula yang langsung keluar berupa darah merah yang kental.
Pada kondisi inilah yang harus di ketahui oleh kaum wanita, karena dengan menegetahui
masa dan karakteristik tengtang darah haid ini adalah akar yag dimana seorang wanita
dapat membedakan darah-darah lain yang keluar.
Wanita yang sedang tidak boleh di perbolehkan untuk menegerjakan sholat,
mententuh mushaf,thawat, puasa, dan berhubungan intim dengan suami pada
kemaluannya. Tetapi ia di perbolehkan untuk membaca Al-Qur’an tanpa meneyentuh
mushaf secara langsung (boleh dengan menggunakan pembatas atau dengan menggunakan
alat media elektronik seperti handphone, ipad, komputer, dan lain-lain), berzikir, serta di
perbolehkan untuk melayani atau bermesraan dengan suaminya kecuali pada
kemaluannya.

2. Dasar hukum haid


Dalam firman Allah SWT:

‫َو َيْس َأُلوَنَك َع ِن اْلَم ِح يِض ُقْل ُهَو َأًذ ى َفاْعَتِز ُلوْا الِّنَس اء ِفي اْلَم ِح يِض َو َال َتْقَر ُبوُهَّن َح َّتَى َيْطُهْر َن َفِإَذ ا َتَطَّهْر َن َفْأُتوُهَّن‬
‫ِم ْن َح ْيُث َأَم َر ُك ُم الّل‬

Artinya: “ mereka bertanya kepadamu mengenai haidh.


Katakanlah:
“ haidh itu adalah suatu kotoran.” Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan
diri dari wanita di waktu haidh, dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka
suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang di
perintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat
dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” ( QS. Al Baqarah: 222)
Dari aisyah r.a berkata:
‫َك اَن ُيِص يُبَنا َذ ِلَك َفُنْؤ َم ُر ِبَقَض اِء الَّصْو ِم َو اَل ُنْؤ َم ُر ِبَقَض اِء الَّص اَل ِة‬

4
Artinya: “ kami dahulu juga mengalami haid, maka kami diperintahkan untuk mengqadha
puasa dan tidak diperintahkan untuk mengqadha shalat.” ( HR. Al-Bukhari No. 321 dan
muslim No. 335.
Batasan haid:
a. Ulama syafi’iyyah mengatakan batas masa haid minimal adalah 15 hari. Jika sudah
leboh 15 hari maka darah itu merupakan darah istihadhah dan wajib bagi wanita
tersebut untuk mandi dan melakukan shalat.
b. Imam ibnu taimiyah rahimatullah dalam majmu’ fatawa berkata:
“ Bahwa tidak ada batasan yang pasti mengenai minimal dan maksimal masa haid
itu.”
Pendapa inilah yang paling kuat dan paling masuk akal, serta telah disepakati oleh
sebagian besar ulama, termasuk juga syaikh ibnu utsaimin rahimahullah juga setuju
dengan pendapat ini. Dalam dalil tidak ada batasan minimal dan maksimal pada masa
haid.

Firman Allah SWT


‫َو َيْس َأُلوَنَك َع ِن اْلَم ِح يِضۖ ُقْل ُهَو َأًذ ى َفاْعَتِز ُلوا الِّنَس اَء ِفي اْلَم ِح يِضۖ َو اَل َتْقَر ُبوُهَّن َح َّتٰى َيْطُهْر َن‬
Artinya: “ mereka bertanya kepadamu mengenai haid. Katakanlah: “haid itu adalah suatu
kotoran” oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh, dan
janganlah kamu mendakati mereka, sebelum mereka suci...”( QS. Al-Baqarah: 222)
Dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah SWT telah memberikan petunjuk
menegenai masa haid itu berakhir setelah suci, yaitu setelah kering dan berhentinyadarah
tersebut. Tidak tergantung pada jumlah hari tertentu. sehingga di jadikan dasar atau
patokannya merupakan adanya darah haid itu sendiri. Apabila ada darah yang sifatnya itu
adalah darah haid, maka tidak berlaku sifat haid padanya.1

B. Perbedaan warna dan sifat darah haid


Darah haid mempunyai warna dan sifat yang berbeda-beda perbedaan warnaa dan sifat
darah tersebut melahirkan dua karakter darah, yaitu kuat dan lemah. Kuat dan lemahnya
darah bisa dikenali melalui warna, kekentalan dan bau. Karakter warna kuat dan lemahnya
darah dapat diurutkan sebagai berikut:
1. Hitam,
2. Merah
3. Oranye
4. Kuning
5. Darah keruh
Kategori kuat dan lemahnya darah juga melihat seberapa banyak sifat-sifat yang
terdapat di dalamnya. Semakin banyak sifatnya, maka semakin kuat karakternya.
Urutanyya dapat dicontohkan sebagai berikut:
1. Hitam, kental, bau
2. Hitam, kental

1
Himatu mardiah rosana, ibadah penuh berkah ketika haid dan nifas, (Cet. 1: Jakarta;
Lemabaga langit indonesia, 2015), h. 7-11.

5
Warna dan sifat darah haid dapat bervariasi pada setiap wanita, dan hal ini umumnya
merupakan hal yang normal. Berikut adalah beberapa perbedaan warna dan sifat darah haid
yang perlu diketahui:

Warna:

a) Merah terang: Warna ini biasanya menandakan darah segar yang baru keluar dari
rahim. Hal ini sering terjadi pada awal menstruasi.expand_more
b) Merah tua: Warna ini menandakan darah yang sudah teroksidasi oleh udara. Hal ini
sering terjadi pada pertengahan menstruasi.exclamation
c) Cokelat: Warna ini menandakan darah lama yang sudah bercampur dengan lendir. Hal
ini sering terjadi pada akhir menstruasi.
d) Hitam: Warna ini menandakan darah yang sudah sangat lama dan mengental. Hal ini
bisa terjadi jika darah haid tertahan di dalam rahim selama beberapa
waktu.exclamation

Sifat:

a) Kental: Darah haid yang kental biasanya menandakan kadar hormon yang tinggi. Hal
ini sering terjadi pada awal menstruasi.
b) Encer: Darah haid yang encer biasanya menandakan kadar hormon yang
rendah.exclamation Hal ini sering terjadi pada akhir menstruasi.
c) Berlendir: Darah haid yang berlendir menandakan adanya campuran lendir dari
serviks. Hal ini normal dan bisa terjadi kapan saja selama menstruasi.
d) Berbau: Darah haid memiliki bau yang khas. Bau ini disebabkan oleh bakteri yang
ada di vagina.

Faktor yang Mempengaruhi Warna dan Sifat Darah Haid:

a) Lama menstruasi: Semakin lama menstruasi, darah haid biasanya akan semakin gelap
dan encer.
b) Kesehatan: Kondisi kesehatan tertentu, seperti anemia atau PCOS, dapat
memengaruhi warna dan sifat darah haid.
c) Obat-obatan: Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti pil KB atau obat antidepresan,
dapat memengaruhi warna dan sifat darah haid.
d) Kehamilan: Darah haid saat hamil biasanya lebih sedikit dan berwarna lebih terang.

Kapan Harus Khawatir:

Meskipun variasi warna dan sifat darah haid umumnya normal, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dan dikonsultasikan dengan dokter jika terjadi:

a) Darah haid yang sangat banyak atau berkepanjangan: Hal ini bisa menandakan adanya
masalah kesehatan, seperti fibroid rahim atau endometriosis.
b) Darah haid yang berbau busuk: Hal ini bisa menandakan adanya infeksi.

6
c) Gumpalan darah yang besar: Hal ini bisa menandakan adanya masalah kesehatan,
seperti mioma uteri.
d) Nyeri haid yang sangat parah: Hal ini bisa menandakan adanya masalah kesehatan,
seperti endometriosis.

3. Hitam
Darah yang berada pada urutan pertama adalah darah kuat, sedangkan yang
diposisi bawahnya adalah darah lemah. Ketika ada dua darah yang keluar diluar lingkup
15 hari, maka darah yang kuat dihukumi haid, sedangkan darah yang lemah dihukumi
istihadhah. Namun jika perbandingan sifat antara dua darah tadi sama (seimbang),
misalnya hitam kental dengan darah hitam bau atau merah yang kental dengan hitam
tetapi cair, maka darah yang dihukumi haid adalah darah yang keluar paling dahulu.
Darah yang keluar pada hari ke 5 sampai dengan hari ke 9 dihukumi haid, karena
jika keluar darah dengan dua karakter; kuat dan lemah yang melebihi lingkup lima
belas hari, maka yang di hukumi haid adalah darah yang kuat, sedangkan darah yang
lemah dihukumi istihadhah.
Darah yang keluar pada hari ke 1,2 dan 3 dihukumi haid, sedangkan darah
dengan sifat merah kental di hukumi istihadhah, karena jika keluar darah dengan dua
karakter yang seimbang sifatnya; hitam cair dan merah kental yang melebihi lingkup
limabelas hari, maka yang dihukumi haid adalah darah yang lebih dahulu keluar (darah
warna hitam), sedangkan darah yang keluar belakangan dihukumi istihadhah.2

C. Pengertian nifas dan dasar hukum nifas


1. Pengertian nifas
Nifas merupakan darah yang keluar dari rahim seorang wanita yang baru setelah
selesai melahirkan. Tentu saja darah ini paling mudah untuk dikenali, karena
penyebabnya yang sudah pasti, yaitu adanya proses sebuah persalinan. Syaikh ibnu
utasimin rahimahullah berkata bahwa darah nifas merupakan darah yang keluar karena
terjadinya persalinan maupun sbelum dan sesudah persalinannya yang pada umumnya
disertai dengan rasa sakit. Pendapat ini sama dengan pendapat imam ibnu taimiyah
yang mengemukakan bahwa darah yang keluar disertai dengan rasa sakit dari proses
persalinan yaitu darah nifas, jika tidak ada proses persalinan, maka itu bukanlah nifas.
Batasan nifas:
Masa nifas tidak ada batasan minimalnya, jika kurang dari 40 hari darah nifas tersebut
berhenti maka seorang wanita wajib mandi dan bersuci, kemudian melaksanakan
shalatwajib mandi dan bersuci, kemudian melaksanakan shalat serta di halalkan atasnya
mengenai apa-apa yang di halalkan bagi wanita yang suci. Adapun batasan
maksimalnya, dalam hal ini para ulama berbeda pendapat.
a. mayoritas ulama syafi’iyyah berpendapat bahwa pada umumnya masa nifas yaitu
40 hari yang sesaui dengan kebiasaan wanita pada umumnya, tetapi batas
maksimalnya yaitu 60 hari.
2
Muhammad syakur , Fiqih haid ilustrasi dan permasalahnnya, (Cet 1: jawa tengah; cv.pilar
nusantara, 2020),h.39-41.

7
b. Mayoritas sahabat seperti umar bin khattab, ali bin abi thalib, ibnu abbas asiyah,
ummu salamah r.a. dan para ulama seperti abu hanifah, imam malik, imam ahmad,
At-Tirmidzi, ibnu taimiyah rahimahullah berpendapat bahwa batas maksimal
keluarnya masa nifas yaitu 40 hari, berdasarkan dalam hadits ummu salamah
berkata:
“ para wanita yang nifas di zaman rasulullah SAW, mereka duduk (tidak shalat)
setelah nifas mereka selama 40 hari atau 40 malam. “ (HR. Abu daud).
No.307, at-tirimidzi No. 139 dan ibnu majah No. 648). Hadits ini dipermasalahkan
derajat kekhasannya. Tetapi, syaikh albani rahimullah menilai hadits ini adalah
hasan shahih.
c. Ada beberapa pendapat ulama yang mengatakan bahwa tidak ada batasan dalam
masa nifas dan bahkan jika lebih dari 50 atau 60 hari pun masih dikatakan nifas.
Tetapi pendapat ini tidak masyhur dan tidak di dasari dalam dalil yang shahih dan
jelas.
Wanita dalam masa nifas tidak boleh melakukan hal-hal yang dilakukan oleh wanita yang
sedang haid, yaitu tidak boleh shalat, puasa, thawaf, menyentuh mushaf, dan berhubungan
intim dengan suaminya pada kemaluannya. Namun ia juga diperbolehkan untuk membaca Al-
Qur’an tanpa menyentuh mushaf secara langsung (boleh denganpembatas atau dengan
menggunakan media elektronik seperti, ponsel, ipad dan lain-lain), berzikir dan boleh
melayani atau bermesraan dengan suaminya kecuali pada kemaluannya.
2. Dasar hukum nifas
Hukum-hukum nifas pada prinsipnya sama dengan hukum-hukum haid, kecuali
dalam beberapa hal berikut ini:
a. Iddah. Dihiyung dengan terjadinya talak, bukan dengan nifas. Sebab jika talak
jatuh sebelum nistri melahirkan iddahnya akan habis karena melahirkan bukan
karena nifas. Sedangkan jika talak jatuh setelah melahirkan, maka ia menunggu
sampai haid lagi, sebagaimana telah di jelaskan.
b. Masa ila’. Masa haid termasuk hitungan masa ila’ sedangkan masa nifas tidak.
Ila’yaitu jika seorang suami bersumpah tidak akan menggauli istrinya selama-
lamanya atau selama lebih dari empat bulan. Apabila dia bersumpah demikian
dan si istri menuntut suami menggaulinya, maka suami di beri masa empat bulan
bersumpah. Setelah sempurna masa tersebut, suami di haruskan menggauli
istrinya, atau menceraikan atas permintaan istri. Dalam masa ila’ selama empat
bulan bila si wanita mengalami nifas, tidak di hitung terhadap sang suami, dan di
tambhakan atas empat bulan tadi selama masa nifas. Berbeda halnya dengan haid,
masa haid tetap dihitung terhadap sang suami.
c. Baligh. Masa baligh terjadi dengan haid, bukan degan nifas. Karena seorang
wanita tidak mungkin bisaa hamil sebelum haid, maka masa baligh seorang
wanita terjadi dengan datangnya haid yang mendahului kehamilan.
d. Darah haid jika berhenti lain kembali keluar tetapi masih dalam waktu biasanya,
maka darah itu di yakini darah haid. Misalnya, seorang wanita yang biasanya haid
delapan hari, tetapi setelah empat hari haidnya berhenti selama dua hari,
kemudian datang lagi pada hari ke tujuh dan kedelapan, maka tak di ragukan lagi
bahwa darah yang kembali datang itu adalah darah haid.

8
Adapun darah nifas, jika berhenti sebelum empat puluh hari kemudian keluar lagi
pada hari keempat puluh, maka darah itu diragukan. Karena itu wajib bagi si wanita shalat
dan puasa fardhu yang tertentu waktunya dan terlarang baginya apa yang terlarang bagi
wanita haid, kecuali hal-hal yang wajib. Dan setelah suci, ia harus mengqadha’ apa yang di
perbuatnya selama keluarnya darah yang di ragukan, yaitu yang wajib di qadha’ wanita haid.
Inliah pendapat ysng mashur menurut para fuqaha’ dari madzhab hambali.
Tidak banyak catatan yang membahas mengenai perbedaan sifat dan darah nifas
dengan darah haid. Tetapi, berdasarkan pengalaman dan pengakuan dari beberapa responden,
pada umumnya darah nifas ini lebih deras dan lebih banyak keluar di bandingkan dengan
darah haid,karena warnanya yang tidak terlalu hitam, dan kekentalannya sama dengan darah
haid, tetapi baunya lebih kaut di banding dengan darah haid.3

D. Hukum-hukum yang tercakup dalam haid dan nifas


1. Hukum yang tercakup dalam haid
2. Hukum yang tercakup dalam nifas
Apabila darah nifas keluar secara terputus-putus dimana keluar sesekali dan berhenti
sesekali maka kita melihat:
a. Apabila jeda waktu antara keluarnya dua darah itu sudah mencapai 15 hari yang
merupakan batas minimal waktu suci maka darah kedua adalah haid.
b. Jika masa berhenti di antara keluarnya dua darah itu belum mencapai batas
minimum waktu suci (15 hari), maka seluruh waktu keluar darah tadi dihukumi
nifas berdasarkan kesepakatan ulama. Adapun terkait masa berehentinya darah di
antara dua darah tadi ada dua pendapat. Menurut pendapat yang ashah, ia masuk
dalam hitungan waktu nifas. Ini seperti berhenti di antara keluarnya dua darah haid.
Hukum darah keluar setelah melewati batas maksimal waktu nifas adalah 60
hari, maka kita melihat tepat di akhir waktu sempurnanya 60 hari. Jika masih ada
darah keluar, maka itu adalah istihadhahdi dalam nifas dan hukumnya di
kembalikan pada salah satu gambaran wanita istihadhah dalam nifas.
Adapun jika ujung waktu sempurnanya 60 hari tidak ada darah keluar, maka
darah yang keluar setalahnya terhitung sebagai darah haid jika sudah mencapai 1 hari
dan 1 malam,karena ketika nifas sudah melewati batas maksimal waktunya, maka
waktu sebentar sudah cukup untuk suci antara nifas dan haid. Adapun contohnya yaitu:
a. Wanita nifasmelihat darah keluar dari kemaluannya selama 20 hari kemudian
berhenti keluar selama 10 hari laludarah keluar lagi selama 1 hari, maka seleuruh
darah itu keduanya belum sampai 15 hari. Berdasarkan kesepakatan ulama,hari-
hari keluarnya darah itu dihukumi nifas. Menurut pendapat yang ashah dalam
mazhab syafi’i, masa berhentinya darah yang menjadi jeda di antara keduanya juga
di hukumi nifas . maka nifas wanita tersebut berlangsung selama 31 hari.
b. Wanita nifas melihat darah selama 30 hari lalu berhenti keluar selama 20 hari
kemudian keluar darah lagi selama 6 hari, maka darah yang pertama adalah darah
nifas lalu masa berhenti yang menjadi jeda di antara dua darah adalah masa suci
dan darah yang terakhir yang keluar setelah masa berhenti adalah darah haid
3
Himatu mardiah rosana, ibadah penuh berkah ketika haid dan nifas, (Cet. 1: Jakarta; Lemabaga langit
indonesia, 2015), h. 11-12

9
karena jedanya sudah melewati batas minimal waktu suci. Dalam masalah ini darah
telah berhenti keluar selama 20 hari.
c. Wanita nifas melihat darah keluar selama 40 hari kemudian berhenti selama 10 hari
lalu keluar lagi selama 15 hari. Maka wainta ini terhitung mengalami istihadhah
dalam nifas dan hukumnya di kembalikan pada salah satu gambaran wanita
istihadah dalam nifas.
d. Wanita nifas melihat darah keluar selama 50 hari kemudian berhenti selama 11 hari
lalu keluar lagi selama 10 hari. Maka 50 hari itu adalah nifas dan jeda darah
berhenti keluar adalah suci lalu darah yang terakhir keluar adalah darah haid
karena keluarnya tidak bersambung dengan 60 hari. Tidak disyaratkan masa suci
mencapai 15 hari jika sudah lewat 60 hari, tetapi waktu sebentar saja sudah cukup.
4

E. Pengertian istihadhah dan dasar hukum istihadhah


1. Pegertian istihadhah
Maksud dari istihadhah adalah darah yang keluar dari luar kebiasaan, yaitu tidak pada
masa haid dan tidak pula karena melahirkan, pada umumnya darah ini keluar ketika
sedang sakit, sehingga sering di sebut dengan darah penyakit. Imam nawawi
rahimullah dalam syarah muslim berkata: “ bahwa istihadhah adalah darah yang
mengalir dari kemaluan wanita yang bukan pada waktunya dan keluarnya dari urat.”
Sifat dari darah istihahdah ini pada pada umumnya berwarna merah segar
seperti ;darah pada umumnya, darahnya yang encer, dan tidak berbau. Darah tersebut
tidak di ketahui batasannya, dan ia akan berehenti setelah keadaanyya normal
kembali.
Wanita yang mengalami istihadhah ini hukumnya sama seperti wanita suci,
sehingga ia tetap menegerjakan shalat, puasa, dan boleh berhubungan intim dengan
suaminya.
Imam bukhari dan imam muslim telah meriwayatkan dari Aisyah r.a.
Fatimah binti Abi hubaisy berkata kepada rasullah SAW:
“ya rasulullah, sesungguhnya aku adalah seorang wanita yang mengalami
istihadhah, sehingga aku tidak bisa suci. Haruskah aku meninggalkan shalat?” maka
rasulullah SAW menjawab: “ Tidak, sesungguhnya itu (berasal dari) sebuah oto, dan
bukan haid. Jadi, apabila haid itu ataka (haditsul al-ghasyiyah), maka tinggalkanlah
shalat. Lalu apabila ukuran waktunya telah habis, maka cucilah dara dari tubuhmu
lalu shalatlah.”
Para ulama mendefinisikan mengenai istihadha yang keluarnya darah dari kemaluan
wanita di luar haid dan nifas atau karena sakit . wanita yang mengalami istihadhah
disebut dengan mustahadhah, dan takrifnya adalah:
Darah wanita yang mengalir tidak terbendung pada hari-hari tertentu, yang bukan
darah haid melainkan darah penyakit, yang di sebut dengan al’adzil.

4
Sayyid abdurrahman, kitab haid, nifas, dan istihadhah, (cet; 1, ulama nusantara, 2022), h.
49-55

10
Istihadhah adalah keluarnya darah dari kemaluan wanita di luar waktu haid
dan nifas. Darah istihadhah memiliki beberapa ciri-ciri yang berbeda dengan darah
haid dan nifas, yaitu:

Ciri-ciri darah istihadhah:

a) Warna: Darah istihadhah umumnya berwarna merah cerah atau merah muda, seperti
darah segar.
b) Sifat: Darah istihadhah biasanya encer dan tidak berbau amis.
c) Waktu: Darah istihadhah dapat keluar kapan saja, tidak hanya pada waktu haid atau
nifas.
d) Lama: Darah istihadhah dapat keluar selama berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan
berbulan-bulan.
e) Penyebab: Darah istihadhah biasanya disebabkan oleh penyakit, seperti polip rahim,
mioma uteri, atau kanker rahim.
f) Tanda-tanda lain: Wanita yang mengalami istihadhah mungkin juga mengalami gejala
lain, seperti sakit perut, pusing, atau lemas.

2. Dasar hukum istihadhah


Berbeda dengan haid, muslimah yang mengalami istihadhah adalah suci sehingga
tidak ada penghalang baginya untuk beribadah. Salah satu dasar hukumnya adalah
sabda Nabi muhammad SAW yang berbunyi:
“darah haid adalah darah yang berwarna hitam yang telah di kenal (maklum untuk
di ketahui), jika dia keluar maka tinggalkan shalat. Tetapi jika selain itu, maka
berwudhulah dan sholatlah karena itu hanya darah penyakit.” (HR Daud dan ad-
daaruquthni).
Dengan demikian, orang yang mengalami istihadhah tetap wajib menjalankan
sholat lima waktu dan puasa ramadhan. Mereka juga dapat melafalkan Al-Qur’an dan
memasuki masjid asalkan telah membersihkan dan menyucikan diri dari noda darah
yang mengotori tubuhnya.
Mazhab Al-Hanafiyah mendefiniskan mengenai darah istihadhah sebagai:
darah kotor yang keluar dari selain rahim.
Sedangkan mazhab Asy-syafi’iyah mendefiniskan mengenai darah istihadhah sebagai:
darah penyakit yang mengalir dari dasar rahim yang di sebut dengan a’dzil.5

F. Tiga kondisi mustahadhah

Ada tiga kondisi bagi wanita mustahadhah

5
Himatu mardiah rosana, ibadah penuh berkah ketika haid dan nifas, (Cet. 1: Jakarta; Lemabaga langit
indonesia, 2015), h. 13

11
1. Kondisi pertama, apabila kamu mempunyai menstruasi yang jelas waktunya sebelum
mengalami istihadhah. Dalam kondisi ini, hendaklah kamu berpedoman kepada
jadwal menstruasi yang telah di ketahui sebelumnya. Pada masa itu di hitung sebagai
menstruasi dan berlaku bagi kamu hukum menstruasi. Adapun selain masa tersebut
adalah istihadhah.
Misalnya, kamu biasanya menstruasi selama enam hari pada setiap awal bulan,
tiba-tiba mengalami istihadhah dan darahnya keluar terus-menerus. Maka masa
menstruasi dihitung enam hari pada setiap awal bulan, sedang selainnya merupakan
istihadhah.
Ketentuan ini berdasarkan hadits aisyah bahwa fatimah binti Abi Hubaisy
bertanya kepada Nabi SAW, “ ya rasulullah, sungguh aku mengalami istihadhah maka
tidak pernah suci, apakah aku meninggalkan shala? Nabi menjawab, “ tidak itu adalah
darah penyakit. Namun tinggalkan shalat sebanyak hari yang biasanya kamu haid
sebelum itu, kemudian mandilah dan lakukan shalat.”(HR. Al-Bukhari).
Diriwayatkan dalam shahih muslim bahwa Nabi SAW. Bersabda kepada
ummu habibah binti jahsy, “diamlah selama masa haid yang biasa menghalangimu,
lalu mandilah dan lakukan shalat.”
Dengan demikian, jika jadwal menstruasimu sudah jelas, sementara kamu
mustahadhah maka kamu hanya menunggu selama masa menstruasi, setelah itu mandi
dan shalat, meskpiun darah pada saat itu masih keluar.
2. Kondisi kedua, jika istihadhah terjadi mulai dari saat kamu mendapati darah. Dalam
kondisi ini, hendaklah kamu melakukan tamyiz (pembedaan), seperti, kalau darahnya
berwarna hitam, kental, atau berbau maka yang terjadi adalah menstruasi dan berlaku
hukum haid. Dan jika tidak demikian, yang terjadi adalah istihadhah dan berlaku
hukum istihadhah.
Kondisi yang demikian itu berdasarkan sabda Nabi SAW.. kepada fatimah
binti Abu hubaisy,” darah menstruasi yaitu apabila berwarna hitam yang dapat
diketahui. Jika demikian maka tinggalkan shalat. Tetapi jika selainnya maka
berwudhulah dan lakukan shalat karena itu adalah darah penyakit.” ( HR. Abu
Dauw dan An-nasa’i. dinyatakan shahih oleh ibnu hubban dan Al-hakim).
3. Kondisi ketiga, apabila kamu tidak mempunyai mestruasi yang jelas waktunya dan
tidak bisa di bedakan secara tepat darahnya, seperti, istihadhah yang dialami terjadi
terus-menerus mulai dari saat terjadi keluar darah, dan darah yang keluar berbentuk
satu sifat atau berubah-ubah dan bukan seperti darah haid. Dalam kondisi ini,
hendaklah kamu mengambil kebiasaan yang umum. Masa menstruasi kamu yang
seperti ini adalah enam atau tujuh hari pada saat pertama kali keluar darah, sedangkan
selebihya adalah istihadhah.6

G. Hukum-hukum yang tercakup dalam istihadhah

stihadhah adalah keluarnya darah dari kemaluan wanita di luar waktu haid dan nifas.
Wanita yang mengalami istihadhah memiliki beberapa kewajiban dan larangan yang berbeda
6
Eki rachmayunita, Panduan abg muslimah(cet 1: Jakarta; Qultum media 2021),h. 67-69

12
dengan wanita yang sedang haid atau nifas. Berikut adalah beberapa hukum yang tercakup
dalam istihadhah:

1. Hukum wanita yang mengalami darah istihadhah adalah seperti wanita yang suci,
sehingga tidak di haramkan baginya apa-apa yang di haramkan bagi wanita yang
sedang haid.
2. Wanita yang mengalami darah istihadhah dapat berpuasa, shalat, membaca Al-Qur’an
memegang mushaf, melakukan sujud tilawah, sujud syukur, dan yang lainnya, sama
seperti wanita yang suci, menurut ijma’para ulama.
3. Tidak di wajubkan bagi wanita yang mengalami darah istihadhah untuk berwudhu
setiap kali akan shalat, karena lemahnyha riwayat-riwayat yang datang mengenai hal
itu. Maka di bolehkan bgainya berwudhu untuk melaksanakan beberapa shalat pun,
sama seperti wanita-wanita lain yang dalam keadaan suci, selama wuduhnya belum
batal. Akan tetapi yang lebih utama dan lebih afdhal adalah berwudhu atau mandi
setiap kali akan shalat, sebagaimana yang terdapat dalam hadis Aisyah r.a. bahwa
ummu habibah mengalami darah istihadhah selama tujuh tahun, lalu ia bertanya kepada
Rasulullah SAW. Mengenai hal itu, dan beliau memerintahkannya untuk mandi seraya
berkata, “ini (darah istihadhah) seperti keringat.” Maka ummu habibah mandi setiap
kali akan shalat.
4. Wanita yang mengalami darah istihadhah boleh di gauli oleh suaminya selama itu
bukan dalam masa haid, meskipun darah masih keluar. Dan ini merupakan pendapat
dari sebagian besar ulama.

Kewajiban:

a) Wudhu: Wanita istihadhah wajib berwudhu untuk setiap shalat. Wudhunya sah seperti
wudhu pada umumnya, namun ia harus kembali berwudhu sebelum shalat berikutnya.
b) Shalat: Wanita istihadhah wajib mendirikan shalat lima waktu, puasa Ramadhan, dan
ibadah lainnya. Hal ini karena darah istihadhah bukan darah haid ataupun darah nifas,
sehingga tidak ada larangan baginya untuk mengerjakan ibadah.
c) Menghentikan darah: Wanita istihadhah dianjurkan untuk berusaha menghentikan
darahnya dengan menggunakan obat-obatan atau cara lain yang dibolehkan.

Larangan:

a) Menunda shalat: Wanita istihadhah tidak boleh menunda shalat tanpa alasan yang
syar'i. Jika ia menunda shalat tanpa alasan, maka ia berdosa.
b) Berhubungan suami istri: Wanita istihadhah diharamkan untuk berhubungan suami
istri selama masih keluar darah.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

13
a) Membedakan darah istihadhah dengan darah haid dan nifas: Wanita istihadhah harus
bisa membedakan darah istihadhah dengan darah haid dan nifas. Hal ini penting agar
ia tidak salah dalam menjalankan ibadah.
b) Menjaga kebersihan: Wanita istihadhah harus menjaga kebersihan dirinya dan
pakaiannya agar terhindar dari infeksi.
c) Mencari kesembuhan: Wanita istihadhah dianjurkan untuk mencari kesembuhan dari
penyakitnya.

5. Dibolehkan bagi wanita yang sedang mengalami darah istihadhahuntuk beri’tikaf di


masjid. Dari aisyah r.a berkata: “ salah seorang istri dan An-nawawi telah menulis di
dalam syarhu muslim mengenai ijma’ ulama bahwasanya hukum dari wanita yang
mengalami darah istihadhah sama seperti hukum wanita yang suci dalam hal beri’tikaf. 7

BAB III
PENUTUP
7
Abu malik kamal, Fikih sunnah wanita, (Cet; 1, Jakarta, Qisthi press 2013),h.84-85

14
Kesimpulan
Haid, Nifas dan Istihadhah dalam Kitab Luqtatul ‘Ajlan terdapat limabelas pasal.
Dalam kitab ini dijelaskan mengenai pengertian haid, nifas dan istihadhah, usia permulaan
perempuan mengalami haid yaitu sembilan tahun atau sembilan tahun kurang lima belas hari,
masa haidnya perempuan dalam Kitab Luqtatul ‘Ajlan paling sedikit adalah selama sehari
semalam selama (24 jam) dan sebanyak-banyaknya selama lima belas hari lima belas malam.
Sedangkan kebiasaannya (kebanyakannya) hanya selama enam hari enam malam atau
tujuh hari tujuh malam, hal-hal yang diharamkan perempuan haid dan nifas dengan beberapa
penjelasannya, istihadhah dan penjelasannya dalam kitab ini perempuan yang mengalami ini
tetap wajib melaksanakan sholat dan ibadah lainnya, wajib atasnya untuk membasuh farajnya
setiap hendak sholat, penentuan darah haid dan istihadhah beserta contoh permasalahnnya,
keadaan perempuan mustahadhah yang pertama kali haid dan dapat membedakan sifat
darahnya.
pertama kali haid dan tidak bisa membedakan sifat darahnya, sudah pernah haid tetapi
tidak bisa membedakan sifat darahnya, sudah pernah haid dan dapat membedakan sifat
darahnya, keadaan perempuan yang lupa masa dan waktu kebiasaan haidnya atau ingat salah
satunya saja, pembahasan Naqa dan Fatrah yang mana arti keduanya sama- 117 sama selang
waktu antara mengalir darah keluar dan tidak keluar tetapi bedanya jika Naqa darahnya tidak
tertinggal di faraj perempuan sedangkan fatrah tetap tertinggal di dalam faraj perempuan dan
jika dimasukkan kapas ke dalamnya maka akan kelihatan di kapas itu bekas darah berwarna
merah, dan nifas yang mana sekurang-kurang waktu nifas adalah sesaat atau seketika,
sebanyak-banyaknya adalah enam puluh hari dan kebiasaannya adalah empat puluh hari

DAFTAR PUSAKA

15
Himatu mardiah rosana, ibadah penuh berkah ketika haid dan nifas, (Cet. 1: Jakarta;
Lemabaga langit indonesia, 2015), h. 7-11.
Muhammad syakur , Fiqih haid ilustrasi dan permasalahnnya, (Cet 1: jawa tengah; cv.pilar
nusantara, 2020),h.39-41.
Himatu mardiah rosana, ibadah penuh berkah ketika haid dan nifas, (Cet. 1: Jakarta;
Lemabaga langit indonesia, 2015), h. 11-12
Sayyid abdurrahman, kitab haid, nifas, dan istihadhah, (cet; 1, ulama nusantara, 2022), h. 49-
55
Himatu mardiah rosana, ibadah penuh berkah ketika haid dan nifas, (Cet. 1: Jakarta;
Lemabaga langit indonesia, 2015), h. 13
Eki rachmayunita, Panduan abg muslimah(cet 1: Jakarta; Qultum media 2021),h. 67-69
Abu malik kamal, Fikih sunnah wanita, (Cet; 1, Jakarta, Qisthi press 2013),h.84-85

16

Anda mungkin juga menyukai