Anda di halaman 1dari 16

Modul 5 KB 2 Pendekatan Materi Geografi

A. Pendekatan Keruangan
1. Uniform Region
2. Nodal Region
3. Generic Region
4. Spesific Region
B. Pendekatan Ekologi
1. Lingkungan Fenomena/Gejala Fisik
2. Lingkungan Tingkah Laku
3. Presepsi dan Aspirasi Penduduk terhadap Bencana Alam Gunung Merapi
C. Pendekatan Kompleks Wilayah Dan Presentasi Peta
 Presensi Peta
KB 2 Pendekatan Materi Geografis
Selanjutnya, Anda dapat melanjutkan pemahaman materi kegiatan berikutnya yang sebelumnya Anda
sudah memahami sejarah perkembangan baik ilmu geografi itu sendiri maupun hakikatnya. Kedua topik
tersebut merupakan modal utama untuk memahami konsep pendekatan geografi. Pada pokok bahasan
pendekatan geografi ini Anda akan diajak mengkaji secara saksama tentang jenis pendekatan geografi
yang disepakati oleh ahli-ahli geografi. Pada Pendekatan itu akan dibahas contoh penerapannya.
Cermatilah tiap alinea pokok-pokok bahasan tersebut sehingga Anda dapat memahami konsep, analisis
dan contoh-contoh yang dipaparkannya.

Sebagaimana telah disinggung pada kegiatan belajar sebelumnya bahwa dalam perkembangannya,
geografi cenderung akan kabur kehilangan "jati diri":iya, karena beberapa tokoh geografi terlena dan
tertarik memasuki ilmu-ilmu lain yang berfungsi sebagai penunjang. Mereka dalam membahas dan
memecahkan persoalan geografis cenderung menggunakan pendekatan topical, seperti "Welfare
approach", "Behavioral approach", "Marxist approach", "Conflict management approach" (Yunus, H.
Sabari, 1997). Sebaliknya Broek (1980) mengemukakan beberapa pendekatan yang digunakan oleh
beberapa ahli seperti "Humanistic Approach", "Social-cultural approach", dan "Historical Approach".
Adanya berbagai macam pendekatan yang dikemukakan oleh berbagai ahli ini dan bisa mengaburkan jati
diri geografi maka disadari oleh ahli- ahli geografi untuk menggunakan pendekatan geografi yang sama
dan berfungsi sebagai pembeda dengan ilmu-ilmu yang lain. Untuk kepentingan tersebut dan di antara
kepentingan lain maka di Indonesia diadakan Seminar dan Lokakarya yang diselenggarakan di Semarang
1989 dan 1990 telah disepakati pendekatan geografi ada tiga macam, yakni: Pendekatan keruangan,
pendekatan ekologikal, dan pendekatan kompleks wilayah. Ketiga pendekatan ini akan kita bahas sesuai
dengan pendapat Hagett (1975) dan dirujuk oleh Bintarto dan Surastopo (1979).

A. PENDEKATAN KERUANGAN

Agar pemahaman tentang materi geografi sebagai bagian yang penting dan merupakan lanjutan yang
Anda perlu ketahui. Pendekatan ini merupakan kerangka analisis yang menekankan eksistensi
(keberadaan) ruang sebagai penekanannya. Analisis keruangan mempelajari perbedaan lokasi mengenai
sifat-sifat penting atauserangkaian sifat-sifat penting (Hagget, 1975). Ahli geografi akan bertanya faktor.
faktor apa yang menguasai pola penyebaran dan bagaimanakah pola tersebut dapat diubah agar
penyebarannya menjadi lebih efisien dan lebih wajar. Dengan kata lain dapat diutarakan bahwa dalam
analisis keruangan harus diperhatikan adalah pertama, penyebaran penggunaan ruang yang telah ada
dan kedua, penyediaan ruang yang akan digunakan untuk pelbagai kegunaan yang dirancang.

Dalam analisis keruangan ini dapat dikumpulkan data lokasi yang terdiri dari data titik (point data). Data
yang digolongkan ke dalam data titik adalah ketinggian tempat, data sampel batuan, data sampel tanah,
sedangkan data yang digolongkan ke dalam data bidang adalah data luas hutan, data luas daerah
pertanian, data luas padang alang-alang Meskipun demikian dari data titik ini diperoleh data bidang.
Data dari beberapa sampel tanah dari hasil pengeboran tanah dapat dipetakan dan ditentukan batas-
batasnya hingga diperoleh data bidang, yaitu data tentang penyebaran jenis tanah tertentu.

Selanjutnya Anda dapat memahami pengertian dan fungsi tempat yang dikaji dari kehidupan sosial,
ekonomi, dan budaya, hal ini perlu diketahui karena konsep tempat, sangat erat kaitannya dengan
kehidupan manusia di permukaan bumi. Para ahli geografi menjelaskan bahwa tempat merupakan suatu
ruang di permukaan bumi yang mempunyai karakteristik secara fisik dan manusia yang menempatinya.
Setiap tempat di permukaan bumi mempunyai ciri-ciri yang khusus di mana dapat dibedakan antara
tempat yang satu dengan tempat yang lain, oleh karena itu konsep tempat dinamakan wilayah (region).

Dalam geografi ada dua pengertian wilayah, yaitu wilayah formal (formal region) dan wilayah fungsional
(fungtional region). Wilayah formal dapat dibedakan dalam dua pengertian, yaitu: pertama pengertian
Internasional, yakni wilayah dapat meliputi beberapa negara yang mempunyai kesatuan alam dan
kesatuan manusia, sebagai contoh wilayah Asia Tenggara, Eropa Barat, dan Amerika Laiti, dan wilayah
lainnya di dunia yang menjadi satu kesatuan wilayah kedua pengertian nasional yakni wilayah
merupakan bagian dari negara, tetapi bagian tersebut mempunyai kesatuan alam dan kesatuan manusia,
sebagai contoh wilayah Timur Sumatra, wilayah Utara Jawa, dan sebagainya.

Sedangkan wilayah fungsional adalah bagian dari permukaan bumi, di mana terdapat beberapa keadaan
alam yang berlawanan memungkinkan timbulnya bermacam- macam kegiatan yang saling mengisi dalam
kegiatan penduduknya. Kadang-kadang wilayah tersebut sering disebut wilayah organik, sebagai contoh
penduduk yang hidup di puncak gunung sumber kehidupannya adalah dari hasil hutan, penduduk yang
hidup di lereng gunung sumber kehidupan penduduknya dari hasil pertanian, sedangkan penduduk yang
hidup di daerah dataran rendah sumber kehidupan penduduknya dari bermacam-macam aktivitas,
seperti kegiatan industri, perdagangan, jasa dan lain sebaginya.

Konsep tempat dalam pengertian wilayah dapat digunakan sebagai pendekatan geografi, klasifikasinya
adalah sebagai berikut.

1.Uniform Region

Suatu wilayah dijadikan sumber dasar telaah geografi disebabkan adanya keseragaman atau kesamaan
dalam kriteria tertentu, misalnya beberapa daerah pertanian yang memiliki kesamaan iklim, luas,
hidrologi, dan budaya.
Contoh lain wilayah perikanan tambak di pantai Utara Jawa antartempat yang satu dengan yang lain
memeliki banyak kesamaan.

2.Nodal Region

Suatu wilayah yang diatur oleh beberapa pusat kegiatan yang dihubungkan melalui garis melingkar
misalnya: Jakarta sebagai Ibukota Indonesia memiliki beberapa pusat kegiatan penduduk maka untuk
menghubungkan antarpusat kegiatan tersebut digunakan jaring-jaring yang ada.

3.Generic Region

Wilayah yang diklasifikasikan berdasarkan jenisnya sehingga fungsi wilayah yang bersangkutan diabaikan,
misalnya wilayah iklim tropik, wilayah iklim sedang, atau contoh lain wilayah vegetasi, wilayah hutan
daun jarum, wilayah hutan patai, dan wilayah perkebunan teh.

4.Specific Region

Wilayah berdasarkan kekhususan sehingga merupakan daerah tunggal yang mempunyai ciri-ciri
tersendiri misalnya wilayah waktu, waktu Indonesia barat, waktu Indonesia Tengah, dan wilayah waktu
Indonesia Timur, contoh lain wilayah fisiografi Jawa menurut Van Bemmelen dibagi menjadi 3 zone
Utara, zone Tengah, dan zone Selatan.

Dari uraian di atas kita dapat memberi simpulan, bahwa fungsi tempat bagi manusia adalah sebagai
ruang hidup. Ruang dalam hal ini ditafsirkan menurut tiga pendekatan yaitu pertama pendekatan
ekologis, ruang sebagai milieu yang berisi sumber alam, kedua pendekatan spatial (keruangan) ruang
sebagai Space, yakni ajang kegiatan manusia dan tiga pendekatan regional sebagai region, yakni daerah
atau kesatuan politis.

Selanjutnya Haggett (1983) memberi satu contoh pemakaian pendekatan keruangan dalam penelitian
geografi atau pengajaran geografi seperti paparan di bawah ini.

Menurut Haggett, untuk memberikan gambaran tentang keadaan suatu wilayah foto udara dapat
digunakan sebagai alat utama dalam pekerjaan di lapangan bagi seorang ahli geografi yang merekam
objek atau gejala geosfer di permukaan bumi. Dalam foto udara dalam ruang dan waktu yang berbeda
dapat digunakan untuk menunjukkan kepadatan penduduk di wilayah tertentu dari waktu ke waktu.
Studi wilayah dapat dipersempit dengan menggunakan skala tertentu untuk memudahkan pekerjaan
seorang ahli geografi. Sebaliknya, bagi ahli ilmu pengetahuan lain lebih memperhatikan objeknya
sedekat mungkin agar bisa dipelajari. Tetap bagi ahli geografi lebih suka memilih dengan cara
memperkecil skala fenomena yang kompleks melalui foto udara agar bisa dipelajari Untuk menunjukkan
misalnya suatu wilayah sebagai tempat penduduk untuk melakukan aktivitas Analisis pola-pola geografi
memerlukan:

a. memahami peta, proyeksi, skala dan bagaimana foto itu direkam;


b. mengetahui metode statistik yang digunakan untuk memilah-milahkan faktoryang dipakai untuk
menjelaskan pola-pola geografi yang diamati;
c. memahami teknik-teknik penilaian yang mampu menjelaskan perubahan- perubahan pola-pola
geografis yang dinamis.

Pentingnya peta dalam memperoleh infomasi seperti cepatnya pertumbuhan penduduk di permukaan
bumi ini dan berkembangnya kehidupan modern yang serba kompleks, untuk mendapat sumber-sumber
yang tersedia. Hal ini mendorong kita berpikir perlunya studi yang detail tentang lingkungan fisikal dan
sosial, mulai dari masalah kependudukan sampai ke masalah lingkungan, dan polusi seerta produk bahan
makanan sampai ke sumber-sumber energi. Pakar geografi, pakar geologi, sejarawan, pakar ekonomi,
dan pakar-pakar ilmu lain telah menyadari bahwa suatu peta merupakan alat bantu yang tidak dapat
ditinggalkan dan sangat diperlukan.

Suatu peta berskala besar yang menggambarkan detail suatu daerah sempit, dapat mencerminkan
bentuk lahan, aliran sungai, vegetasi, pola pemukiman, jalan-jalan, keadaan geologi dan banyak detail-
detail lainnya, yang kesemuanya ini memungkinkan kita melihat saling ada hubungan, yang diperlukan
untuk perencanaan dan pelaksanaan suatu pekerjaan secara ilmiah. Studi suatu lingkungan yang
kompleks memerlukan peta untuk mempelajarinya. Pembangunan suatu jaringan jalan, rencana suatu
perumahan, suatu sistem pengontrol banjir, hampir setiap pekerjaan dan konstruksi memerlukan
pemetaan sebelumnya.

Peta yang lebih kecil skalanya menggambarkan daerah yang luas, hal tersebut dapat menunjukkan
daerah bahaya banjir, erosi tanah, penggunaan lahan, penyebaran penduduk, iklim, dan sebaginya..
kesemuanya itu sangat penting untuk memahami masalah-masalah dan potensi sesuatu daerah.

Beberapa contoh fungsi peta sebagai berikut:

Fungsi peta untuk perencanaan regional

a. Untuk memberikan informasi pokok dari aspek keruangan tentang karakter dari suatu daerah.
b. Sebagai suatu alat menganalisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan.
c. Sebagi alat untuk menjelaskan penemuan-penemuan penelitian yang dilakukan.
d. Sebagai alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan.

Peta dapat diklasifikasikan menurut penggunaannya, skala, dan kenampakan dari peta.

Klasifikasi peta ada tiga kelompok, yaitu: pertama peta topografi memberikan gambaran umum
mengenai permukaan lahan (termasuk peta perencanaan dan peta geografi) kedua chart dan peta jalan
disusun dengan tujuan sebagai alat bantu dalam navigasi (untuk navigasi dan orientasi) dan ketiga peta-
peta tematik pada akhir- akhir ini semakin penting dalam kaitannya dengan menunjukkan tema-tema
tertentu (menampilkan satu tema khusus atau lebih)

Untuk membaca peta kita perlu memahami skala dari peta yang dapat diartikan sebagai perbandingan
jarak antara dua titik sembarang di peta dengan jarak horizontal kedua titik itu di permukaan bumi
(dengan satu ukuran yang sama), adapun macam- macam peta adalah sebagai berikut:

a. Skala angka/skala pecahan

skala yang dinyatakan dengan angka dan pecahan

contoh:

1) skala angka (numeric scalae) ---- 1:50.000


hal ini menunjukkan bahwa satu satuan jarak pada peta mewakili 50.000 satuan jarak
horizontal di permukaan bumi. Jadi 1 cm di peta mewakili 50.000 cm di medan (500 m) atau
1/2 km.
2) skala pecahan (representative fraction) = RF ---- 1:50.000
1 inchi mewakili 50.000 atau 50/63.36 mile 1:50.000
b. Skala yang dinyatakan dengan kalimat pada peta-peta yang tidak menggunakan satuan
pengukuran metrik (misalnya pete-pete di Inggris), pernyataan skala dengan kalimat sering
dilakukan

contoh:

1 inchi to one mile = 1: 63.660

1 inchi to two miles = 1: 126.720

tetapi cara inui, biasanya sebagai tambahn disamping cara-cara yang lain

c. Skala grafis (graphical scale line) dari skala angka 1: 50.000, menjadi skala grafis adalah sebagai
berikut.
Untuk menentukan panjangn dari skala grafis, dapat digunakan rumus sederhana sebagai
berikut.

MD
S= GD , dimana S = Skala, sebagai suatu pecahan, misalnya 1 : 25.000

MD = jara pada peta


GD = jarak pada lapangan

Contoh : Pada peta skala 1 : 25.000, tentukan panjang skala grafis yang mencerminkan jarak 4
km di lapangan.

Jadi :

1
S= 25.000 GD = 4 KM
MD = ?
MD
S= GD

1 x 4 x 100.000
MD = S X GD = 25.000
cm = 16 cm

B. PENDEKATAN EKOLOGI

Pendekatan ini lebih menekankan keterikatan antara fenomena geosfer tertentu dengan variabel
lingkungan yang ada bukan eksistensi keruangan. Pengertian analisis ekologi hendaknya tidak diartikan
secara sempit, sebagai suatu bentuk hubungan antara makhluk hidup dengan "natural environment"
saja, tetapi harus pula dikaitkan dengan (1) " phenomenal environment" yang di dalamnya terliput
"natural phenomena" beserta "phycical relics of human actions" dan (2) "behavioural environment" yang
meliputi perkembangan ide-ide dan nilai geografis serta kesadaran akan lingkungan. Pembagian
lingkungan geografi menurut Kirk, 1963). Dalam bukunya yang berjudul "Geography: Its History and
Consepts", Holt-Jensen (1982) menganggap bahwa analisis ekologi dalam geografi indentik dengan "a
regonal geography based on homogeneous region". Oleh karena studi ini lebih menekankan mengenai
interelasi antara fenomena geosfer tertentu pada wilayah formal dengan variabel lingkungan inilah yang
kemudian dianggap sebagai ciri khas daripada pendekatan ekologi.

Berasal dari beberapa hasil penelitian dan tulisan tentang persepsi dan aspirasi penduduk korban
bencana gunung Merapi, seperti Alip Sontosudarmo (1996), Hadi Sabari Yunus (1996), Subiyakto (1996),
Lukas Sasongko Prayoga (1991) dan Marhadi S.K (1999) maka akan di rangkum dalam suatu bagan yang
menggambarkan suatu contoh pendekatan ekologi yang digunakan sebagai model penelitian geografi
dan pengajaran geografi. Dalam pendekatan ini digunakan unsur-unsur lingkungan yang berpengaruh
terhadap persepsi dan aspirasi penduduk. Secara garis besar tergambar dalam Gambar 5.2.
Bagan Hubungan Timbal Balik antara Lingkungan Fenomena/Gejala Fisik, Lingkungan Tingkah Laku dan
Sikap serta Aspirasi Penduduk

Berdasarkan bagan tersebut ada dua unsur lingkungan geografik yang mempengaruhi persepsi dan
aspirasi penduduk mengapa mereka tetap bertahan di tanah kelahirannya.

1. Lingkungan Fenomena/Gejala Fisik

Lingkungan ini meliputi (a) iklim yang menguntungkan sehingga mampu mendukung bagi usaha
pertanian dan peternakan. (b) Tanah yang subur tercermin dari berbagai macam jenis tanaman yang
tumbuh di kawasan ini. (c) Pola pengairan yang cukup baik di mana diketemukan sumber-sumber mata
air yang mampu mencukupi kebutuhan penduduk. (d) Flora pegunungan yang terdiri dari hutan, semak
belukar dan tanaman-tanaman budi daya masyarakat. (e) Lokasi bencana alam hanya terbatas pada
daerah aliran awan panas dan lahar dingin, dan bantaran sungai. (f) Tipe bencana alam dianggap oleh
penduduk tidak selalu terjadi sepanjang tahun, hanya kadang-kadang saja, dan (g) Pola penyebaran
penduduk menggerombol menyesuaikan dengan bentuk lahan dan jalan.

2. Lingkungan Tingkah Laku

Lingkungan ini terdiri dari (a) Kepercayaan masyarakat setempat, bahwa Gunung Merapi
merupakan kerajaan yang diperintah oleh makhluk-makhluk halus, yakni Empu Romo dan Permadi.
Kerajaan gunung Merapi ini masih ada kaitannya dengan Kerajaan Mataram yang dipimpin oleh Sultan
Hamengku Buwono di Yogyakarta dan keraton Laut Pantai Selatan, yang dipimpin Ratu Kidul. Penduduk
menganggap mereka bagian dari kerajaan tersebut, masyarakat percaya penguasa keraton ini akan
memberitahukan bila ada bencana akan melanda daerah mereka sehingga penduduk dapat mengungsi
ke tempat aman. (b) Organisasi sosial penduduk di kawasan ini biasanya mengikat pada kehidupan
bersama, baik dalam keluarga inti maupun dalam keluarga luas. Ikatan organisasi ini berdasarkan
geneologi. Adanya organisasi sosial, seperti Rukun Warga, Rukun Tetangga atau kelompok tani mengikat
mereka pada kegiatan-kegiatan lainnya, misalnya kerja bakti, upacara ritual, perkawinan. (c) Agama yang
dianut oleh penduduk setempat pada umumnya beragama Islam, tetapi mereka lebih percaya pada
makhluk- makhluk halus yang memerintah Gunung Merapi dan mereka sangat hormat dan patuh pada
kepercayaan tersebut sehingga larangan yang berkaitan dengan penghuni gunung api ini mereka tak
berani melanggar. (d) Aktivitas pekerjaan penduduk, pada umumnya mereka sebagian besar sebagai
petani dan merangkap memelihara kambing dan sapi. Dengan adanya rerumputan hutan dan daun-daun
yang berasal dari pepohonan hutan, mereka memelihara binatang ternak, sedangkan sawah mereka
ditanami sayur- sayuran.(e) Ikatan kekerabatan, kehidupan penduduk di daerah ini sangat kuat tali
kekerabatannya, sesuai dengan pepatah Jawa "mangan tidak mangan kumpul". Jalinan hidup
kekerabatan ini menjadi dasar-dasar kehidupan baik sosial maupun keyakinan/ kepercayaan mereka.
Kekerabatan merupakan organisasi kehidupan pokok terutama terlihat dalam kegiatan-kegiatan, seperti
perkawinan, kelahiran, kematian dan juga dalam pembagian pekerjaan antara pria dan wanita. (f)
Penyuluhan transmigrasi yang kurang tepat, keengganan penduduk meninggalkan desa tempat
tinggalnya melalui program transmigrasi disebabkan ketidaktahuan mereka tentang kondisi daerah
tujuan, yang dikhawatirkan tidak sesuai dengan mereka harapkan dan apabila mereka meninggalkan
daerah kelahirannya maka mereka khawatir kehilangan ikatan kekerabatan dan keramah- tamahan alam
Gunung Merapi yang menyenangkan bagi kehidupan mereka.

3.Persepsi dan Aspirasi Penduduk terhadap Bencana Alam Gunung Merapi

Persepsi dan aspirasi terhadap bencana alam Gunung Merapi bagi mereka adalah tidak
merugikan dan tidak membahayakan karena dianggap sebagai takdir dan malah memberikan berkah
bagi mereka karena akan menyuburkan tanah pertanian mereka, letusan Gunung Merapi ini dianggap
bukan bencana, tetapi merupakan alat pembersih bagi mereka/warga desa yang melanggar tata aturan
peradatan yang diyakini penduduk. Bagi mereka yang patuh, tunduk dan menghormati kepercayaan
terhadap penguasa Gunung Merapi akan selamat, sebaliknya bagi mereka yang melanggar atau
menentang kepercayaan tersebut akan diambil sebagai tumbal penguasa Merapi. Di samping kuatnya
unsur kepercayaan tersebut, secara nyata disadari atau tidak disadari Gunung Merapi telah menyediakan
sumber-sumber daya alam yang bersifat ekonomi menyebabkan penduduk setempat mampu memenuhi
kebutuhan sehari-hari termasuk dalam investasi dalam pendidikan anak-anaknya. Keadaan semacam ini
mengakibatkan semakin mantap kehidupan mereka karena adanya keterkaitan antara penduduk
setempat dengan lingkungan tempat tinggalnya ditambah dengan ikatan kekerabatan dan kegotong-
royongan antarwarga. Keengganan mereka meninggalkan tempat tinggal mereka dan tidak ingin
bertransmigrasi, di samping kurang jelasnya program transmigrasi yang disampaikan oleh aparat
pemerintah, juga banyaknya informasi yang negatif yang berasal dari lokasi penempatan transmigrasi
sehingga mereka khawatir akan masa depan mereka yang baru karena tidak seenak/senyaman di tempat
tinggal lama yang dirasakan makmur, aman, ramah dan damai meskipun kadang-kadang ada cobaan
yang mereka terima.

C. PENDEKATAN KOMPLEKS WILAYAH DAN PRESENTASI PETA

Kombinasi antara analisis keruangan dan analisis ekologi disebut analisis kompleks wilayah. Pada
analisis ini wilayah-wilayah akan dihampiri dengan pengertian areal differentiation, yaitu suatu anggapan
bahwa interaksi antarwilayah akan berkembang karena pada hakikatnya suatu wilayah berbeda dengan
wilayah yang lain, oleh karena itu terdapat permintaan dan penawaran antarwilayah tersebut. Pada
analisis ini diperhatikan pula mengenai penyebaran fenomena tertentu (analisis keruangan) dan interaksi
antara variabel manusia dengan lingkungannya untuk kemudian dipelajari kaitannya (analisis ekologi).
Dalam hubungannya dengan analisis kompleks wilayah ini ramalan wilayah (regional forescasting) dan
perencanaan wilayah (regional planning) merupakan aspek-aspek dalam analisis tersebut.

Di bawah ini akan diberikan contoh tentang analisis kompleks wilayah sebagai model penelitian
geografi dan pengajaran geografi mengenai perancangan wilayah dalam rangka penyiapan pemukiman
transmigrasi yang dilakukan oleh Ruslan Diwiryo (dalam Bintarto, Surastopo, 1979), salah satu contoh
perancangan wilayah untuk transmigrasi adalah sebagai berikut.

1. Dalam perencanaan ini dibedakan beberapa tahap, yaitu sebagai berikut. Identifikasi wilayah
potensial di daerah-daerah luar Jawa yang memenuhi persyaratan minimum tingkat kesuburan
tanahnya dengan kemiringan permukaan bumi maksimum 8%.
2. Identifikasi bagian-bagian wilayah menurut tingkat aksebilitas berdasarkan (a) hasil (1) dan (b)
analisis tingkat aksebilitas.
3. Perumusan untuk perancangan umum untuk 20 tahun berdasarkan; (a) Hasil (2), yang
dikelompokkan menurut konsep Struktur Pengembangan Wilayah/Satuan wilayah
Pembangunan, (b) optimasi program 20 tahun-tahap 1 koordinasi dengan sektor lain.
4. Perumusan program lima tahun berdasarkan (a) Hasil (3) dan (b) sasaran program transmigrasi
lima tahun-tahap II koordinasi dengan sektor lain.
5. Penyesuaian foto udara skala 1; 20.000 berdasarkan hasil (4).
6. Perumusan rencana pendahuluan tata pemukiman berdasarkan (a) hasil (5), dan (b) standar tata
permukiman I- tahap III koordinasi dengan sektor lain.
7. Penyediaan peta topografi detail berskala 1; 2000 hingga 1:5000 berdasarkan hasil (6).
8. 8. Penyelesaian rencana tata permukiman detail berdasarkan: (a) Hasil (7) dan (6) serta (b)
standar tata permukiman II Tahap IV koordinasi dengan sektor lain. Luas wilayah (8) lebih kurang
hanya 30% dari luas wilayah (4).

Pada rancangan penyiapan permukiman transmigrasi di atas tampak, antara lain adanya 2 aspek, yaitu
penyebaran fenomena dalam ruang dan kemungkinan adanya interaksi antara manusia dengan
lingkungannya yang sebaik mungkin. Selain dari itu dapat pula diadakan peramalan wilayah untuk suatu
daerah pengaliran sungai (watershed). Pada hakikatnya suatu daerah pengaliran sungai merupakan suatu
ekosistem di mana komponen-komponen dalam daerah pengaliran sungai ini, seperti organisme hidup,
hidrosfer, litosfer dan atmosfer saling mengadakan interaksi. Untuk ini dapat diadakan peramalan
periode waktu tertentu dan dicari cara yang sebaik-baiknya agar keseimbangan ekosistem tetap
terpelihara.

Suatu contoh lain adalah peramalan untuk suatu kota sebagai modal region. Untuk ini dapat diadakan
peramalan untuk periode tertentu, misalnya tentang jumlah penduduk yang akan terjadi pada periode
tertentu sehingga perlu dipikirkan agar keseimbangan ekosistem tetap terpelihara.

Berdasarkan ketiga pendekatan geografi yang dikemukakan oleh Haggett dalam kenyataan praktik di
lapangan, khususnya dalam penelitian geografi terutama dengan menggunakan model pendekatan
ketiga yakni kompleks wilayah sulit dilaksanakan. Oleh sebab itu, Weichhart (1975) mencoba membuat
perencanaan organisasi kajian geografi agar supaya geografi sebagai ilmu sintesis dapat dipraktikkan
sebagaimana yang dimaksudkan oleh Haggett. Weichhat menolak bahwa geografi sebagai Ekologi
manusia atau analisis ekologi dapat berbentuk sebagai konsep utama bagi keseluruhan penelitian
geografi. Pertanyaan yang berkaitan dengan manusia dan lingkungannya hanyalah merupakan sebagian
dari lapangan penelitian geografi, tetapi dalam analisis ekologi menjadi bagian yang lebih penting dari
unsur lainnya. Ahli geografi lain, yakni Ublig (1971) membuat perencanaan organisasi kajian geografi
yang dikutip oleh Weichhat (1975) mengklasifikasikan geofaktor merupakan elemen penting dalam
geosfer, dibagi dalam 3 kelompok, yaitu abiotik, biotik, dan penyebab manusia. Faktor abiotik, meliputi
geologi, tanah, iklim, arus samudra. Sebaliknya, faktor biotik, meliputi vegetasi, kehidupan binatang, dan
faktor penyebab manusia, antara lain permukiman, transportasi, industri, struktur sosial, dsb. Didasarkan
pada kategori masalah ini kemungkinan pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian geografi bisa
dikelompokkan. Pada geografi sistematik nampaknya menempati stadia kategori paling rendah karena
kita hanya mampu mendeskripsikan, menjelaskan, kemungkinan-kemungkinan yang terjadi berdasarkan
teori-teori keruangan atau hukum-hukum, variasi keruangan dari aspek "geofaktor tunggal" apakah
termasuk kelompok abiotik, biotik ataukah penyebab manusia. Dalam kaitan menjelaskan atau
mendeskripsikan suatu kejadian juga dipertimbangkan geofaktor lain, tetapi pada derajat di mana
geofaktor ini berpengaruh terhadap variasi keruangan. Berbeda dengan kategori lain masalah-masalah
geografi yang berkaitan dengan beberapa geofaktor harus dipertimbangkan pada saat bersamaan.
Selanjutnya, kita akan melihat pada sistem hubungan kompleks yang berada di antara beberapa
geofaktor. Pembagian pekerjaan di dalam disiplin ilmu geografi diperhatikan, oleh sebab itu Weichhart
menggambarkan ke dalam 3 kelompok. Kelompok pertama mempelajari sistem hubungan di antara
semua atau sejumlah geofaktor abiotik dengan geofaktor biotik. Pada kelompok ini geografi sebagai ilmu
sintesis geografi fisik, yakni benang merahnya meliputi suatu "nomothetic-oriented" tipologi bentang
alam fisik atau suatu "process-oriented" deskripsi evolusi bentang alam dalam suatu wilayah tertentu.

Pada sisi manusia, kita barangkali mempelajari sistem relasi antara semua atau sejumlah faktor yang
disebabkan oleh penyebab manusia. Meskipun daftar masalah-masalah yang nampaknya relevan, tetapi
tidak akan sempurna tanpa kita mempertimbangkan antara relasi di antara faktor abiotik, biotik dan
penyebab manusia yang membentuk sistem manusia dan lingkungan. Weichhart mengakui tidak mudah
untuk menyatukan keseluruhan geofaktor yang harus ditetapkan sebagai pertimbangan. Dalam
penelitian dan pengajaran geografi menunjukkan bahwa parameter abiotik dan biotik dibutuhkan untuk
mendeskripsikan dan menjelaskan pola-pola alam, tetapi tidak identik untuk menjelaskan hubungan
yang kompleks di antara faktor manusia dan alam. Struktur relief yang mengalami kemunduran atau
berkurang sangat berkaitan dengan latar belakang unsur tanah, vegetasi dan hidrologi nampaknya lebih
menjadi faktor dominan. Faktor penyebab manusia menjadi faktor dominan apabila kita ingin
memahami struktur geografi sosial dan dikatakan kurang penting peranannya relasi antara manusia
dengan alam. Studi sistem manusia dan lingkungan alam selanjutnya dikatakan tidak sama sebagai
sintesis secara keseluruhan dari semua geofaktor. Geografi bentang lahan nampaknya terletak di antara
geografi sistematik dan geografi regional. Dalam kehidupan nyata Weichhart mengamati bahwa geografi
sistematik dan geografi regional tidak bisa dipisahkan.

Presentasi Peta

Dalam konteks pemahaman tentang wilayah Anda dapat mengetahui dan menyebarkan informasi yang
berguna, manusia telah mengembangkan beberapa metode dan keterampilan tertentu untuk dapat
melakukannya. Beberapa metode komunikasi adalah bahasa tulis menulis (literacy), bahasa lisan
(articulacy), dan penggunaan angka- angka (numeracy).

Sedangkan yang digunakan untuk komunikasi yang menggunakan cara grafis disebut grahycacy,
Grahpycacy terdiri dari berbagai teknik mulai dari penggunaan fotografi, sampai ke peta, grafik dan
diagram. Semua cara grafis tersebut mempunyai satu hal yang umum yang membedakan

dengan metoda lain yaitu penggunaan bentuk dua dimensi untuk menyampaikan dan menyajikan
konsep-konsep dan ide-ide. Hubungan keruangan dapat saja disajikan dalam bentuk kata-kata atau
angka- angka, tetapi hal itu kurang efisien, seperti pernah disebutkan oleh suatu ungkapan: "suatu
gambar dapat berarti seribu kata-kata" (a picture is worth a thousand word).

Peta menggunakan simbol-simbol dua dimensi untuk mencerminkan fenomena geografikal atau dengan
sesuatu cara yang sistematis, dan hal ini memerlukan kecakapan untuk membuatnya dan membacanya.
Peta merupakan teknik komunikasi yang tergolong dalam cara grafis, dan untuk efisiensinya kita harus
mempelajari dengan baik atribut-atribut/elemen-elemen dasarnya, seperti juga pada cara-cara
komunikasi yang lain. Kita harus mempelajari bagaimana fungsi dari peta itu?

Suatu sistem komunikasi, dengan cara apapun mempunyai hal yang sama, komunikasi mempunyai
jaringan yang sama, yaitu secara sederhana terdiri dari:

a. sumber (source of information),


b. saluran yang menyalurkan informasi tersebut (chanel);
c. orang yang menerima informasi itu recipient.

Untuk kepentingan di atas perlu data, sehingga untuk mencerminkan berbagai data atau fenomena
geografi ke dalam suatu peta terlebih dahulu dibicarakan (1) peta dasar, (2) simbol, (3) penulisan nama-
nama geografi. Peta dasar merupakan kerangka yang diperlukan dalam penyusunan dan penempatan
unsur-unsur, atau objek yang dipetakan. Peta dasar ini memuat berbagai macam unsur geografi, seperti:
grid dan gratical, pola aliran relief, komunikasi, seperti: jalan, jalan kereta api, unit administrasi, nama-
nama geografi.

Unsur-unsur ini tidak secara bersama-sama termuat dalam satu peta dasar untuk pemetaan data
tertentu, tetapi unsur yang terkait saja dengan tema yang digambarkan. Oleh karena itu elemen-elemen
topografi alami seperti pola aliran, garis kontur lebih erat hubungannya dengan terna peta fisik/geologi.
Sedangkan untuk peta-peta yang bertema sosial ekonomi misalnya: industri, pendidikan, pertanian lebih
erat hubungannya dengan kenampakan topografi buatan manusia, sehingga unsur-unsur ini dimasukkan
dalam peta dasar. Dengan demikian peta dasar yang baik untuk suatu tema tertentu tidak pasti baik
untuk suatu tema tertentu tidak pasti baik untuk tema yang lain.

Peta dasar dapat diturunkan dari peta topografi, peta dunia, peta navigasi udara. dan peta dunia lain
dengan berbagai variasi skala. Dokumen lain yang dapat dipakai sebagai peta dasar adalah foto udara
dan peta-foto. Untuk yang disebut terakhir ini apabila tidak ada peta lain yang tersedia.

Simbol merupakan media komunikasi grafis yang digunakan dalam peta yang berarti informasikan yang
diberikan dalam peta berupa gambar atau simbol. Dengan demikian simbol dalam peta memegang
peranan yang sangat penting. Bahkan dalam peta-peta khusus atau tematik, simbol merupakan informasi
utama untuk menunjukkan tema suatu peta. Secara sederhana simbol dapat diartikan suatu gambar atau
tanda yang mempunyai makna atau arti.

Menurut bentuknya simbol dapat dikelompokkan menjadi simbol titik, simbol garis dan simbol bidang.
Sedangkan wujud simbol dalam kaitannya dengan unsur yang digambarkan dapat dibedakan abstrak,
setengah abstrak, dan nyata atau piktorial.

Simbol piktorial adalah suatu simbol yang dalam kenampakan wujudnya ada kemiripan dengan unsur
yang digambarkan.

Di samping itu, ada simbol yang menggunakan huruf: pertama atau kedua dan nama unsur yang
digambarkan.

Sebagai contoh, simbol dapat dicermati pada gambar-gambar berikut:

Anda mungkin juga menyukai