Anda di halaman 1dari 3

TEMPLATE PENULISAN POLICY BRIEF

Nama : Eva Revianita & Mayliza Da Nerra CJ

Judul OPTIMALISASI PERAN REMAJA DALAM MENGATASI ANEMIA PADA


REMAJA PUTRI DI LINGKUNGAN SEKOLAH

Ringkasan Eksekutif Remaja Putri adalah kelompok populasi yang rawan terhadap defisiensi
gizi khususnya defisiensi zat besi. Pada saat remaja putri sedang dalam
masa pertumbuhan puncak (peak growth) dibutuhkan zat besi yang lebih
tinggi yaitu kebutuhan basal tubuh dan pertumbuhan itu sendiri. Satu
tahun setelah peak growth, remaja putri biasanya akan mengalami haid
pertama (menarche). Kebutuhan zat besi yang tinggi pada saat peak
growth akan menetap karena selanjutnya diperlukan untuk menggantikan
zat besi yang hilang pada saat menstruasi.
Pendahuluan Anemia gizi besi dikalangan remaja jika tidak tertangani dengan
baik akan berlanjut hingga dewasa. Anemia pada remaja dapat
meyebabkan keterlambatan pertumbuhan fisik, gangguan perilaku
serta emosional. Hal ini dapat mempengaruhi proses pertumbuhan
dan perkembangan sel otak sehingga dapat menimbulkan daya
tahan tubuh menurun, mudah lemas dan lapar, konsentrasi belajar
terganggu, prestasi belajar menurun serta dapat menurunkan
produktivitas. Sebagai efek jangka panjang dari anemia, remaja
putri sebagai calon ibu yang akan melahirkan generasi penerus
bangsa dikhawatirkan akan memberi kontribusi besar terhadap
angka kematian ibu, bayi lahir prematur, dan bayi dengan berat
lahir rendah.
Rematri pada masa pubertas sangat berisiko mengalami anemia gizi
besi. Hal ini disebabkan banyaknya zat besi yang hilang selama
menstruasi. Selain itu diperburuk oleh kurangnya asupan zat besi,
dimana zat besi pada rematri sangat dibutuhkan tubuh untuk
percepatan pertumbuhan dan perkembangan. Pada masa hamil,
kebutuhan zat besi meningkat tiga kali lipat karena terjadi
peningkatan jumlah sel darah merah ibu untuk memenuhi
kebutuhan pembentukan plasenta dan pertumbuhan janin.
Suplementasi zat besi berkaitan secara signifikan dengan
penurunan risiko anemia [WHO, 2011; 2016]
Di Indonesia berdasarkan laporan Riskesdas tahun 2018 disebutkan
bahwa prevalensi anemia sebesar 48,9% mengalami peningkatan
dibandingkan hasil Riskesdas tahun 2013 yakni 37,1%. Proporsi
terbesar anemia ada di kelompok umur 15 – 24 tahun yakni sebesar
84,6%.
Deskripsi Masalah
Berikut ini kami sampaikan gambaran masalah yang lebih spesifik
dan terfokus terkait permasalahan tersebut di atas, sbb:

1. Penyebab Anemia pada Remaja :


a. Kurangnya konsumsi zat gizi : Remaja sering mengalami
kurangnya asupan zat besi, vitamin B12, dan folat, yang
dapat menyebabkan anemia
b. Diet Vegetarian atau vegan : Remaja yang mengikuti pola
makan vegetarian atau vegan mungkin lebih rentan terhadap
kekurangan zat besi dan vitamin B12
c. Menstruasi : Perempuan remaja dengan menstruasi yang
berat atau tidak teratur dapat mengalami kehilangan darah
yang signifikan, menyebabkan anemia
2. Dampak anemia pada remaja :
a. Pengaruh kesehatan fisik : Anemia dapat menyebabkan
kelelahan, lemah, dan penurunan daya tahan tubuh. Hal ini
dapat memengaruhi kinerja fisik, termasuk dalam olahraga
dan aktivitas sehari-hari
b. Gangguan konsentrasi dan kinerja belajar : Anemia dapat
memengaruhi fungsi otak, sehingga remaja dapat mengalami
kesulitan berkonsentrasi dan penurunan kinerja belajar di
sekolah
3. Faktor Lingkungan dan sosial :
a. Keterbatasan akses ke makanan bergizi : Remaja yang
tinggal di daerah dengan keterbatasan akses ke makanan
bergizi atau memiliki pola makan yang kurang seimbang
mungkin lebih rentan terhadap anemia
b. Kurangnya pengetahuan tentang gizi : Kurangnya
pemahaman tentang pentingnya gizi seimbang dapat
menyebabkan kebiasaan makan yang tidak sehat
Rekomendasi Kebijakan 1. Program pendidikan gizi di sekolah dan masyarakat dapat
meningkatkan pemahaman remaja tentang pentingnya nutrisi
yang seimbang,yang perlu dilakukan adalah Program pendidikan
gizi di sekolah dan masyarakat dapat meningkatkan pemahaman
remaja tentang pentingnya nutrisi yang seimbang
2. Mendorong remaja untuk mengadopsi pola makan sehat dengan
memperhatikan asupan zat besi, vitamin B12, dan folat. Jika
diperlukan, pemberian suplemen zat besi atau vitamin B12 di
bawah pengawasan profesional kesehatan dapat menjadi solusi
3. Orang tua dan sekolah dapat berperan dalam memastikan remaja
mendapatkan asupan nutrisi yang cukup melalui makanan
sehari-hari.
Kesimpulan
1. Edukasi kesehatan untuk meningkatkan pemahaman mengenai
pentingnya gizi seimbang dan pola makan yang baik.
2. Penyediaan suplemen zat besi dan asam folat dapat menjadi
langkah preventif.
3. Kolaborasi dengan sekolah dan pusat kesehatan setempat juga
dapat memfasilitasi program pemantauan dan intervensi.
4. Kesadaran masyarakat perlu ditingkatkan melalui kampanye
kesehatan, sementara penguatan infrastruktur kesehatan
memberikan dukungan yang diperlukan.
5. Evaluasi berkala dan penyesuaian strategi menjadi kunci dalam
memastikan efektivitas rekomendasi kebijakan tersebut.
Lampiran, Daftar Pustaka 1. WHO. 2001. Iron Deficiency Anemia Assessment,
Prevention, and Control: Aguide For Programme
Managers. Geneva : WHO.
2. Sediaoetomo,Clara,M.K. 2002. Ilmu Gizi II Untuk Profesi
dan Mahasiswa. Jakarta : Dian Rakyat.
3. Kementerian Kesehatan RI. 2018. Hasil Utama Riskesdas
2018. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai