BTO KEL 4
BTO KEL 4
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK : 6
Celianisa MAYLA : (224820103025)
ELLISA YUNIAR : (224820103038)
SHEILA VIRGINIA : (224820103045)
Semester : 4 (Empat)
Dosen Pengampu : Susanti Delina S.Pd., M,Kes
1.2. Tujuan
a. Untuk mengetahui cara budidaya tanaman obat
b. mengetahui kandungan tanaman obat
c. mengetahui manfaat kimia tanaman obat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Budidaya Tanaman Obat
Menurut Nasution (2018), keanekarahan hayati yang terdapat di dalam hutan tropis
merupakan sumber daya alam yang tidak ternilai. Eksplorasi tanaman secara tidak terkendali
dapat mengakibatkan musnahnya jenis tanaman tertentu, termasuk tanaman yang berkhasiat obat
apabila tidak diserta dengan tindakan budidaya. Budidaya tanaman obat dapat dilakukan di
pekarangan sebagai apotik hidup. Pembuatan apotik hidup biasanya dilakukan di sekitar
pemukiman warga agar mudah didapat pada saat dibutuhkan warga.
Tanaman obat adalah tanaman yang memiliki khasiat obat dan digunakan sebagai obat
dalam penyembutun maupun pencegahan penyakit. Pengertian berkhasiat obat adalah zat aktif
yang berfungsi mengobati penyakit tertentu atau jika tidak mengandung zat aktif tertentu tapi
menganhung efek resultan sinergi dari berbagai zat yang berfungsi mengobati (Flora, 2008).
Tanaman obat tidak berarti tumbuhan yang ditanam sebagai tanaman obat Tanaman obat
yang tergolong rempah-rempah atau bumbu dapur, tanaman pagar, tanaman buah, tanaman sayur
atau bahkan tanaman har juga dapat digunakan sebagai tanaman yang di manfaatkan untuk
mengobati berbagai macam penyakit Penesan-penemuan kedokteran modem yang berkembang
pesat menyebabkan pengobatan tradisional terlihat ketinggalan zaman.Banyak obat-obatan
modem yang terbuat dari tanaman obat, hanya saja peracikannya diakukan secara klinis
laboratories sehingga terkesan modem. Penemuan kedokteran modern juga mendukung
penggunaan obat-obatan tradisional (Hariana, 2008).
Tanaman obat didefinisikan sebagai jenis tanaman yang sebagian, seluruh tanaman dan
atau eksudat tanaman tersebut digunakan sebagai obat, bahan atau ramkan obat-obatan. Eksudat
tanaman adalah isi sel yang secara spontan kekuar dari tanaman atau dengan cara tertentu
sengaja dikekarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati
lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya (Herdiani, 2012).
Tanaman obat pada umaamnya memiliki bagian-bagian tertentu yang digunakan sebagai obat,
yaitu:
1. Akar (radix) misalnya pacar air dan cempaka.
2. Rimpang (rhizome) misalnya kunyit, jahe, temulawak
3. Umbi (tuber) misalnya bawang merah, bawang putih, teki
4. Bunga (flos) misalnya jagang, piretri dan cengkih
5. Buah (fruktus) misalnya delima, kapolaga dan mahkota dewa
Tanaman kumis kucing memiliki ketinggian 0,3-1,5 m dan memiliki batang 4-sudut.
Daunnya sederhana, memiliki lebar 2-4 cm dan panjang 4-7 cm. Bunganya berwarna putih, biru
atau ungu. Ketika bunga terbuka, benang sari dan putik meluas jauh melampaui kelopak, yang
terlihat seperti "kumis kucing". Tanaman kumis kucing banyak ditemukan di negara tropis
seperti Asia dan Australia. Budidaya tanaman ini dapat dilakukan di dataran dengan ketinggian
500-1200 mdpl dengan curah hujan lebih dari 3000 mm/tahun. Kondisi tanah yang subur dan
gembur dengan pH 5-7,7, mengandung banyak humus, memiliki aliran air yang baik dan terkena
sinar matahari langsung merupakan habitat yang cocok untuk budidaya tanaman ini (Herliana,
2013).
2.3 Klasifikasi Tanaman Seledri (Apium graviolens L)
Kedudukan tanaman seledri dalam taksonomi tumbuhan, diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Umbelliferales
Family : Umbelliferae (Apiaceae)
Genus : Apium
Species : Apium graviolens L.
(Rukmana, 2003)
2.3.1 Morfologi Tanaman Seledri (Apium graviolens L)
Daun seledri yang tumbuh dalam pola roset atau berupa daun majemuk menyirip dengan
lima atau tujuh anak daun. Daun melekat pada batang dengan tangkai daun panjang dan
berdaging. Tangkai daun tegak dan lebar dengan pangkal melingkup atau membentuk talang.
Tangkai daun yang lebih muda lebih lembut (Halfacre dan Barden, 2004).
Gambar 2. seledri
Tepi daun seledri umumnya bergerigi dengan pangkal maupun ujungnya runcing.
Tulang-tulang daun menyirip dengan ukuran panjang 2-7,5 cm, dan lebar 2-5 cm. Tangkai daun
tumbuh tegak keatas atau kepinggir atang, panjang sekitar 5 cm, berwarna hijau keputihan.
Batang seledri sangat pendek sehingga tidak kelihatan (Rukmana, 2003).
2.4 Proses Penanaman tanaman Obat
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan antara lain adalah
1. Pengelolahan lahan : media tanamyaitu polybag yang diisi tanah dan pupuk sekam.
2. Pembibitan : Bibit yang digunakan bibit yang sudah tumbuh.
3. Penyiraman; Dilakukan setiap hari, saat pagi dan sore hari. Sistem pembuangan air pun
juga perlu diperhatikan.
4. Penyulaman; Yaitu penanaman kembali tanaman yang rusak, mati atau tumbuh tidak
normal.
5. Pemupukan; pupuk organik (Sekam),
6. Penyiangan; kompetisi antara tanaman dan gulma dalam mendapatkan hara dan cahaya
matahari.
7. Pembumbunan; Dilakukan dengan tujuan untuk memperkokoh tanaman, menutup bagian
tanaman di dalam tanah, dan memperbaiki aerasi tanah.
BAB III
METODELOGI
3.1 Waktu Dan Tempat
Penanam dilakasanakan pada tanggal 20 maret 2024 di depan gedung klinik Pratama
a. Alat
b. Bahan
Pupuk sekam, tanah polibag bibit kumis kucing, seledri dan air
c. Cara kerja
3. Tanam Bibit Di Dalam Polibag Yang Sudah Diisi Tanah Dengan Kedalaman Yang Sesuai.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Kandungan Tanaman kumis kucing (Orthosiphon stamineus)
Tanaman kumis kucing mengandung senyawa-senyawa flavonoid polimetoksilasi,
fenilpropanoid (turunan asam kafeat), dan terpenoid (terutama diterpen dan triterpen). Flavonoid
yang paling menonjol, yang diisolasi dari ekstrak daun kumis kucing adalah sinensetin,
eupatorin, 3'-hydroxy-5,6,7,4'- tetramethoxy flavones, 20–23 tetramethylcutellarein, 20
salvegenin, ladanein, vomifoliol, 7 ,3 ', 4'-triO-methylluteolin, dan scutellarein tetramethylether
(Ameer et.al., 2012). Sinensitin merupakan senyawa golongan flavonoid yang menjadi senyawa
fitokimia paling penting dan menjadi senyawa marker dari tanaman kumis kucing (Himani et al.,
2013).
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
a.Cara budidaya tanaman obat meliputi : Pengelolaan lahan, Waktu Tanam , Penanaman dan
Pembibitan serta pemeliharaan.
b. kandungan tanaman obat :
1. kandungan kumis kucing : Tanaman kumis kucing mengandung senyawa-senyawa
flavonoid polimetoksilasi, fenilpropanoid (turunan asam kafeat), dan terpenoid (terutama
diterpen dan triterpen).
2. kandungan seledri : Daun seledri mengandung vitamin A, B1, B2, B6, C, E, K, P dan
mineral lain seperti Fe, Ca, P, Mg dan Zn. Kandungan vitamin C dalam seledri efektif untuk
menguatkan sistem imun sehingga tubuh menjadi resisten terhadap penyakit.
c. khasiat tanaman obat
1. khasiat kumis kucing : Daun Orthosiphon stamineus biasanya digunakan sebagai teh
herbal untuk diuretik, untuk mengobati rematik, diabetes, gangguan saluran kemih, edema,
demam, influenza, hepatitis, penyakit kuning, batu empedu, dan hipetensi . Daun
Orthosiphon stamineus diperkenalkan sebagai teh untuk kesehatan di Eropa dan Jepang
2. khasiat seledri : mengandung berbagai zat fitokimia bioaktif yang memberikan efek
terapeutik. Berbagai senyawa metabolit pada seledri seperti ftalid, kumarin dan apigenin
diketahui memiliki sifat sebagai antiinflamasi dan pereda nyeri, antioksidan, antiulser,
antibakteri, antimalaria dan larvasidal, antikanker, antijamur, antikalkuli, antihipertensi,
peningkat kesuburan, antitiroid, dan antidiabetes.
DAFTAR PUSTAKA
Herdiani, E. 2012. Potensi Tanaman Obat Indonesia [Online]. Indonesia: BBPP
Lembang. Available: http://www.bbpp lembang.info/index.php/arsip/artikel/
artikel-pertanian/585-potensi-tanaman-obatindonesia
Himani 2013
Ameer OZ, Salman IM, Asmawi MZ, Ibraheem ZO, Yam MF. Orthosiphon stamineus:
traditional uses, phytochemistry, pharmacology, and toxicology. J Med Food.
2012;15(8):678-690.
Gimbun J, Pang SF, Yusoff MM. Orthosiphon stamineus (Java Tea). Elsevier Inc.; 2018.
doi:10.1016/b978-0-12-812491-8.00047-3
Halfarce dan Bardebn 2004. Horticulture. Mc. Graw-hill. Book company . United Stanted of
America.
Herdiani, E. 2012. Potensi Tanaman Obat Indonesia [Online]. Indonesia: BBPP
Lembang. Available: http://www.bbpp lembang.info/index.php/arsip/artikel/
artikel-pertanian/585-potensi-tanaman-obatindonesia
Himani 2013
Kolarovic, Jovanka, Mira Popovic, Janka Zlinská, Svetlana Trivic, and Matilda Vojnovic.
2010. “Antioxidant Activities of Celery and Parsley Juices in Rats Treated with
Doxorubicin.” Molecules 15(9):6193– 6204.
Silalahi M. Orthosiphon stamineus Benth (Uses and Bioactivities). Indones J Sci Educ.
2019;3(1):26. doi:10.31002/ijose.v3i1.729
Nugraha, S.P., dan Agustiningsih, W.S., 2015. Pelatihan Penanaman Tanaman Obat
Keluarga (TOGA). Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan Vol.4 No.1: 58-62.
Sellami, Ibtissem Hamrouni et al. 2012. “Essential Oil and Aroma Composition of Leaves,
Stalks and Roots of Celery (Apium Graveolens Var. Dulce) from Tunisia.” Journal of
Essential Oil Research 24(6):513–21.
Tyagi, Satyanand et al. 2013. “Medical Benefits of Apium Graveolens (Celery Herb).”
Journal of Drug Discovery and Therapeutics 1(5):36– 38.
Rizzo, V. and G. Muratore. 2009. “Effects of Packaging on Shelf Life of Fresh Celery.”
Journal of Food Engineering 90(1):124–28.