Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“KLASIFIKASI TAFSIR BERDASARKAN METODE IJMALI”

Makalah ini dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Ilmu Tafsir

Dosen Pengampuh : Robi’ah Awaliah M.H

Oleh:

Kholifah Umar Mukin

NIM: 23862311110

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

KUPANG

2024

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini yang berjudul “Metode Penelitian Tafsir Ijmali dan Aplikasinya”. Sholawat serta salam tak
lupa kita curahkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan kebaikan dan
kebenaran didunia dan akhirat kepada umat manusia.

Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin.
Namun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan
masih banyak kesalahan serta kekurangan. Oleh karena itu, dengan senang hati kami menerima
kritik dan saran dari semua pihak.

Kupang , 28 April 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................. ............................................................................ ii

DAFTAR ISI ............................... ............................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ............ ............................................................................ 1

A. Latar Belakang .................. ............................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ............. ............................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan ............... ............................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ............. ............................................................................ 3

A. Pengertian Tafsir Ijmali ..... ............................................................................ 3


B. Metode – metode tafsiir Ijmali ........................................................................ 6
C. Kelebihan Dan Kekurangan Tafsir Ijmali ........................................................ 7
D. Kitab Tafsir yang menggunakan Metode Tafsir Ijmali ..................................... 8

BAB III Penutup ......................... ............................................................................ 10

KESIMPULAN ................. ............................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA .................. ............................................................................ 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an diturunkan Allah kepada ummat manusia dijadikan sebagai hudan,
bayyinah, dan furqan. Al-Qur’an selalu dijadikan sebagai pedoman dalam setiap aspek
kehidupan dan al-Qur’an merupakan kitab suci ummat Islam yang selalu relevan
sepanjang masa. Relevansi kitab suci ini terlihat pada petunjuk-petunjuk yang
diberikannya kepada umat manusia dalam aspek kehidupan. Inilah sebabnya untuk
memahami al-Qur’an di kalangan ummat Islam selalu muncul di permukaan, selaras
dengan kebutuhan dan tantangan yang mereka hadapi. Allah berfirman:
‫ِي أَ ْق َو ُم‬
َ ‫ِإن هَذَا ا ْلقُرْ آ َن يَ ْهدِي لِلتِي ه‬
“sesungguhnya al-Qur’an memberi petunjuk kepada [jalan] yang lebih lurus”
(Q.S Al Isra' (17) ayat 9)
Agar fungsi al-Qur’an tersebut dapat terwujud, maka kita harus menemukan
makna firman Allah SWT saat menafsirkan al-Qur’an. Upaya untuk menafsirkan ayat-
ayat Qur’an untuk mencari dan menemukan makna- makna yang terkandung di
dalamnya. Muhammad Arkon, seorang pemikir Aljazair kontemporer, menulis bahwa
“al-Qur’an memberikan kemungkinan- kemungkinan arti yang tak terbatas. Kesan yang
diberikan oleh ayat-ayatnya mengenai pemikiran dan penjelasan pada tingkat wujud
adalah mutlak. Dengan demikian ayat selalu terbuka [untuk diinterpretasi] baru, tidak
pernah
Pasti dan tertutup dalam interpretasi tunggal1. Tafsir sebagai usaha untuk
memahami dan menerangkan maksud dan kandungan ayat-ayat suci mengalami
perkembangan yang cukup bervariasi. Katakan saja, corak penafsiran al-Qur’an adalah
hal yang tak dapat dihindari. M.Quraish Shihab, mengatakan bahwa corak penafsiran
yang dikenal selama ini, antara lain:
a. corak sastra bahasa.
b. corak filsafat dan teologi.
c. corak penafsiran ilmiah.
d. corak fiqih atau hukum.

1
M. Quraish Shihab. Membumikan al-Qur’an.( Bandung: Mizan 1992). hlm. 72.

1
e. corak tasawuf.
Bermula pada masa Syaikh Muhammad Abduh (1849-1905), corak-corak
tersebut mulai berkembang dan perhatian banyak tertuju kepada corak satra budaya
kemasyarakatan. Yakni suatu corak tafsir yang menjelaskan petunjuk- petunjuk
ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat dengan
mengemukakan petunjuk-petunjuk tersebut dalam bahasa yang mudah dimengerti
tapi indah didengar2
Munculnya berbagai model dan metode penafsiran terhadap al-Qur‟an dalam
sepanjang sejarah umat Islam merupakan salah satu bentuk upaya membuka dan
menyingkap pesan-pesan teks secara optimal sesuai dengan kemampuan dan
kondisi sosial sang mufasir. Salah satu metode penafsiran yang telah digunakan
oleh sebagian mufasir dalam sejarah penafsiran umat Islam adalah metode Ijmali,
seperti yang akan diuraikan dalam tulisan ini. Metode tafsir ijmali merupakan salah
satu dari 4 metode penafsiran (maudlu‟i, muqaran dan tahlili) yang pernah
berkembang di kalangan umat Islam dan diterapkan menjadi beberapa kitab tafsir.
B. Rumusan masalah
1. Apa itu tafsir ijmali ?
2. Apa sajakah metode – metode tafsir ijmali ?
3. Apa saja kelebih dan kekurangannya?

C. Tujian penulisan
1. Mengetahui penertian dari tafsir ijmali.
2. Paham akan metode – metode tafsir ijmali.
3. Tau akan kelebih dan kekurangannya.

2
Ibid. hlm. 72-73

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tafsir Ijmali


Tafsir secara bahasa mengikuti wazan taf`il, berasal dari akar kata al-fasr (f,s,r)
yang berarti menjelaskan,menyingkap dan menampakkan atau menerangkan makna
yang abstrak. Kata kerjanya mengikuti wazan daraba yadribu dan nasara yansuru.
Dikatakan fasara (asy-syai`a) yafsiru dan yafsuru, fasran dan fassarahu artinya
abaanahu (menjelaskannya). Kata at-Tafsir dan al-fasr mempunyai arti menjelaskan
dan menyingkap yang tertutup. Dalam Lisanul Arab dinyatakan kata al-fasr berarti
menyingkap sesuatu yang tertutup, sedang kata at- tafsir berarti menyingkapkan
maksud sesuatu lafaz yang musykil, pelik. Tafsir secara Bahasa berarti menerangkan
dan menjelaskan.3 Al-Qaththan menjelaskan bahwa arti tafsir secara Bahasa adalah
menyingkap.4
Tafsir menurut istilah, sebagaimana didefinisikan Abu Hayyan ialah Ilmu yang
membahas tentang cara pengucapan lafaz- lafaz Al-Qur`an, tentang petunjuk-
petunjuknya, hukum-hukumnya baik ketika berdiri sendiri maupun ketika tersusun dan
makna- makna yang dimungkinkan baginya ketika tersusun serta hal-hal lain yang
melengkapinya. 3 Pengertian tafsir mengandung arti, pengetahuan atau ilmu yang
berkenaan dengan kandungan Al-Qur`an dan ilmu-ilmu yang dipergunakan untuk
memperolehnya, atau sebagai cara kerja ilmiah untuk mengeluarkan pengertian-
pengertian, hukum-hukum dan hikmah-hikmah yang terkandung dalam Al-Qur`an.5
Izin menambahkan,Quraish Shihab menerangkan bahwa penggunaan metode
ijmali oleh para penafsir Al-Qur'an bertujuan untuk menghidangkan makna-makna
dalam Al-Qur'an dan menyajikan suasana Qurani, tanpa larut di dalam penjelasan
asbabun an-nuzul atau bahkan munasabah. Islah Gusmian juga berpendapat yang
hampir sama. Meskipun, dalam karyanya tersebut ia lebih cenderung menyebut ijmali
ini sebagai salah satu bentuk penyajian tafsir dengan menjadikan jenisnya yang lain,
lawan dari ijmali, yaitu terperinci (arab: tafshili).

3
Adib bisri dan Munawir AF, Al Bisri kamus Arab Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1999),hlm. 568.
4
Manna Khalil Al-Qaththan, Studi ilmu-Ilmu Al-Quran, Terj, ( Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008), hlm457.
5
Manna Khalil al-Qaththan, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur`an, (Bogor: Litera antar Nusa, 2013),hlm. 455-456
lihat juga Muhammad Husain Az-Zahabi, at-Tafsir wa al-Mufassirun, hlm. 12

3
Metode Penafsiran Ijmali Secara harfiah, kata ijmali berasal dari ajmala yang
berarti menyebutkan sesuatu secara tidak terperinci. Maka tafsir ijmali dapat diartikan
kepada penjelasan maksud ayat al-Qur‟an secara umum dengan tidak memperincinya,
atau penjelasan singkat tentang pesan-pesan Ilahi yang terkandung dalam suatu ayat.

Tafsir ijmali yaitu, penafsiran al-Quran dengan uraian singkat dan global, tanpa
uraian panjang lebar. Mufassir menjelaskan arti dan makna ayat dengan uraian singkat
yang dapat menjelaskan sebatas artinya tanpa menyinggung hal-hal selain arti yang
dikehendaki. Hal ini dilakukan terhadap ayat-ayat al-Quran, ayat demi ayat dan surat
demi surat, sesuai urutannya dalam mushaf dalam kerangka uraian yang mudah dengan
bahasa dan cara yang dapat dipahami orang yang pintar dan orang yang bodoh dan
orang pertengahan keduanya. 6

Kadangkala mufassir dengan metode ini menafsirkan al-Quran dengan lafazh


al-Quran, sehingga pembaca merasa bahwa uraian tafsirannya tidak jauh dari konteks
al-Quran. Kadang kala pada ayat-ayat tertentu ia menunjukkan sebab turunnya ayat,
peristiwa yang dapat menjelaskan arti ayat, mengemukakan hadist Rasulullah atau
pendapat ulama yang saleh. Dengan cara demikian, dapatlah diperoleh pengetahuan
yang sempurna dan sampailah ia kepada tujuannya dengan cara yang mudah serta
uraian yang singkat dan bagus.
Dengan kata lain, metode tafsir ijmali menempatkan setiap ayat hanya sekadar
ditafsirkan dan tidak diletakkan sebagai obyek yang harus dianalisa secara tajam dan
berwawasan luas, sehingga masih menyisakan sesuatu yang dangkal, karena penyajian
yang dilakukan tidak terlalu jauh dari gaya bahasa al-Qur‟an, sehingga membaca tafsir
yang dihasilkan dengan memakai metode ijmali, layaknya membaca ayat al-Qur‟an.
Uraian yang singkat dan padat membuat tafsir dengan metode ijmali tidak jauh berbeda
dengan ayat yang ditafsirkan.7
Biasanya,untuk membedakannya dengan metode tahlili, metode ini memiliki
ciri misalnya menafsirkan ayat dengan mengelompokkan kelompok ayat secara
berututan. Misalnya, ayat 1-10. Kemudian, penafsir biasanya langsung fokus kepada
apa saja makna dari sebuah ayat dan korelasinya antara satu ayat dengan ayat lain.
Kemudian, untuk mendukung penafsiran, dihadirkan sejumlah riwayat dengan jumlah

6
. Kadar M. Yusuf, Studi al-Quran (Jakarta: Amzah, 2010), hlm.145.

7. Nashiruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur‟an (Pustaka Pelajar, Yogyakarta), hlm.1998

4
yang tidak terlalu banyak, dan langsung menjelaskan maksud dari ayat/kelompok ayat
tersebut. Kemudian, biasanya diakhiri dengan kesimpulan hukum atau apa pelajaran
yang bisa diambil.8

Tafsir ijmali yaitu menafsirkan Al-Qur`an secara singkat dan global. Dengan
metode ini, mufassir berupaya menjelaskan makna-makna Al-Qur`an dengan uraian
singkat dan bahasa yang mudah sehingga dapat dipahami oleh semua orang, mulai dari

orang yang berpengetahuan luas sampai orang yang berpengetahuan sekadarnya. Hal
ini dilakukan terhadap ayat per ayat dan surat per surat sesuai dengan urutannya dalam
mushaf sehingga tampak keterkaitan antara makna satu ayat dan ayat yang lain, antara
satu surat dengan surat yang lain. Dengan metode ini, mufassir berupaya pula
menafsirkan kosa kata Al-Qur`an dengan kosa kata yang ada dalam Al-Qur`an sendiri,
sehingga para pembaca yang melihat uraian tafsirnya tidak jauh dari konteks Al-
Qur`an, tidak keluar dari muatan makna yang dikandung oleh kosakata serupa dalam
Al-Qur`an, dan adanya keserasian antara bagian Al-Qur`an yang satu dan bagian yang
lain.
Metode ini lebih jelas dan lebih mudah dipahami para pembaca. Ketika
menggunakan metode ini, para mufassir menjelaskan Al-Qur`an dengan bantuan
Asbab Al-Nuzul, peristiwa sejarah, Hadis Nabi, atau pendapat ulama.9 Para pakar
menganggap bahwa metode ijmali merupakan metode yang pertama kali lahir dalam
sejarah perkembangan metodologi tafsir. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa
pada era Nabi SAW.dan para sahabat, persoalan Bahasa, teruatama Bahasa Arab
bukanlah menjadi penghambat dalam memahami al- Qur`an. Tidak saja karena
mayoritas sahabat adalah orang Arab dan ahli Bahasa Arab, tetapi juga mereka
mengetahui secara baik latar belakang turunnya (asbab al-Nuzul) ayat dan bahkan
menyaksikan serta terlibat langsung dalam situasi dan kondisi umat islam ketika ayat
Al-Qur`an turun.
Realitas sejarah yang demikian sangat kondusif dalam menyuburkan
persemaian metode Ijmali, karena sahabat tidak memerlukan penjelasan yang rinci dari
Nabi, tetapi cukup dengan isyarat dan uraian sederhana, sebagaimana yang dilakukan
beliau ketika menafsirkan kata Zulm dengan Syirk. Boleh dikatakan bahwa pada awal-

8
Sumber : Herlambang, Saiffudin. Pengantar ilmu tafsir, Yogyakarta : Samudera biru, 2020, hlm. 66-67.

9
Abdul Hayy Al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu`I (ter), (Bandung: Pustaka setia, 2002), hlm. 38.

5
awal islam metode ijmali menjadi satu-satunya opsi dalam memahami dan menafsirkan
Al-Qur`an. Prosedur metode Ijmali yang praktis dan mudah dipahami rupanya turut
memotivasi ulama tafsir belakangan untuk menulis karya tafsir dengan menerapkan
metode ini. Di antara mereka adalah Jalal al- Din al-Mahalli (w.864H) dan Jalal al-Din
al-Suyuthi (w.911 H) yang mempublikasikan kitab tafsir yang sangat popular dengan
judul tafsir al-Jalalain. Lebih jauh, akar dari metode penafsiran ini barangkali merujuk
pada karya tafsir yang diatributkan kepada sahabat `Abd Allah bin Abbas, Tanwir al-
Miqbas fi Tafsir ibn Abbas, yang ditulis oleh al-Fairuzzabady (w.1414 M).10

B. Ciri ciri Metode Ijmali


Metode ijmali berbeda jauh dengan metode komparatif maupun metode
tematik. Kedua metode tersebut lebih populer di kalangan dunia tafsir, sementara
metode ijmali tidak sepopuler kedua metode tersebut. Ciri khas metode ijmali, antara
lain:
1. Mufasir langsung menafsirkan setiap ayat dari awal sampai akhir, tanpa
memasukkan upaya perbandingan dan tidak disertai dengan penetapan judul,
seperti yang terjadi pada metode komparatif (muqaran) dan metode maudhu‟i
(tematik).
2. Penafsiran yang sangat ringkas dan bersifat umum, membuat metode ini lebih
sanat tertutup bagi munculnya ide-ide yang lain selain sang mufasir untuk
memperkawa wawasan penafsiran. Oleh karena itu, tafsir ijmali dilakukan
secara rinci, tetapi ringkas, sehingga membaca tafsir dengan metode ini
mengesankan persis sama dengan membaca al-Qur‟an.
3. Dalam tafsir-tafsir ijmali tidak semua ayat ditafsirkan dengan penjelasan yang
ringkas, terdapat beberapa ayat tertentu (sangat terbatas) yang ditafsirkan agak
luas, tetapi tidak sampai mengarah pada penafsiran yang bersifat analitis.
Artinya, walaupun ada beberapa ayat yang ditafsirkan agak panjang, hanya
sebatas penjelasan yang tidak analitis dan tidak komparatif.11

10
Ahmad Syukri Saleh, Metodologi Tafsir Al-Qur`an Kontemporer dalam pandangan Fazlur Rahman, (Jakarta:
Sulthan Thaha Press, 2007),hlm. 47-48.
11
Nashrudih baidan, Metode Penafsiran al-Qur‟an, Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2002, hal 6

6
C. Kelebihan dan Kelemahan Metode Tafsir Ijmali
Metode tafsir ijmali. Metode tafsir Ijmali adalah metode tafsir yang telah
digunakan oleh Nabi Muhammad sebagai al-Mufassir al Awwal untuk menafsirkan al-
Qur`an dengan cara singkat dan global, metode ini digunakan agar pesan yang tersirat
dalam ayat-ayat al-Qur`an dapat dipahami dengan mudah dan gampang oleh umat
Islam.
Kelebihan nya yaitu :
a. Memiliki karakter yang simplistis dan mudah dimengerti
b. Tidak mengandung elemen penafsiran israiliyat
c. Lebih mendekati bahasa Al-Qur`an
Kelemahan nya :
a. Menjadikan petunjuk Al-Quran bersifat parsial
b. Tidak membuka ruang untuk mengemukakan analisis yang memadai.12

Contoh metode ijmali yaitu Tafsir Al-jalalain, karya Jalal al-Din al Suyuthi dan
Jalal al-Din al-Mahally.
Tafsir sebagai produk pemahaman manusia terhadap teks ayat-ayat Al-Qur`an,
tentu tidak lepas dari kelebihan dan kelemahannya, demikian juga dengan metode
tafsir Ijmali, pasti memiliki kelebihan dan kelemahan yang kalau kita analisa akan
saling melengkapi antara yang satu dengan yang lainnya. Berikut kelebihan dan
kelemahan metode tafsir Ijmali:
1. Kelebihan
a. Memiliki karakter yang simplistis dan mudah dimengerti
b. Tidak mengandung elemen penafsiran israiliyat
c. Lebih mendekati bahasa Al-Qur`an
2. Kelemahan
a. Menjadikan petunjuk Al-Quran bersifat parsial
b. Tidak membuka ruang untuk mengemukakan analisis yang memadai. 13

12
Ahmad Syukri Saleh, Metodologi Tafsir Al-Qur`an Kontemporer dalam pandangan Fazlur Rahman, (Jakarta:
Sulthan Thaha Press, 2007)hlm. 37

13
Manna Khalil al-Qaththan, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur`an, (Bogor: Litera antar Nusa, 2013),hlm. 462-465.
Lihat juga Dr. Thameem ushama, Metodologi Tafsir
Al-Qur`an, 31-33.

7
D. Kitab Tafsir yang menggunakan Metode Tafsir Ijmali
Di antara kitab Tafsir yang menggunakan metode ini adalah sebagai berikut:
1. . Tafsir Al-jalalain, karya Jalal al-Din al-Suyuthi dan Jalal al- Din al-Mahally.
2. Tafsir Al-Qur`an al-Azhim karya Muhammad Farid Wajdi.
3. Shafwah al-bayan li Ma`any Al-Qur`an karya Syaikh Hasanain Muhammad
Makhluf
4. Tanwir al-Miqbas min tafsir Ibnu Abbas karya Ibnu Abbas yang dihimpun al-
Fairuz abady.
5. Tafsir al-Wasith, produk lembaga Pengkajian Universitas al- Azhar Mesir,
karya suatu komite UlamA.
6. Al-Tafsir al-Muyassar karya Syaikh Abd al-jalil.
7. Al-Tafsir al-Mukhtashar, produk Majelis Tinggi Urusan Umat Islam, karya
suatu komite ulama.14
Contoh penerapan metode Tafsir Ijmali
Langkah-langkah yang ditempuh para mufassir dalam penafsiran metode Ijmali:
1. Membahas ayat demi ayat sesuai dengan urutan yang tertuang dalam mushaf.
2. Mengemukakan arti global yang dimaksud oleh ayat tersebut
3. Makna yang diutarakan biasanya diletakkan di dalam
rangkaian ayat (ayat diletakkan di antara dua tanda kurung, sementara tafsirnya
diletakkan di luar tanda kurungtersebut)
Atau menurut pola yang diakui oleh jumhur Ulama dan mudah dipahami semua
orang.Bahasa yang digunakan, diupayakan lafaznya mirip bahkan sama dengan
lafaz yang digunakan Al-Qur`an (dalam bentuk Sinonim) 15
Contoh penafsiran Ijmali dapat kita lihat pada tafsir al Jalalain, yang hanya
membutuhkan beberapa baris saja saat menafsirkan lima ayat pertama di dalam surat
al Baqarah. Al Jalalain saat menafsirkan Firman Allah QS al-Baqarah :1
memaparkan “‫ ”الم‬misalnya dia berkata Allah Yang Maha Tahu maksudnya. Demikian
pula halnya saat menafsirkan Firman Allah “‫ ”الكتاب‬hanya menyatakan yang dibaca
oleh Muhammad SAW. “‫( ”ال ريب فيه‬la syakka) berfungsi sebagai predikat dan

14
Ahmad Syukri Saleh, Metodologi Tafsir Al-Qur`an Kontemporer dalam pandangan Fazlur Rahman, (Jakarta:
Sulthan Thaha Press, 2007)hlm., 48
15
Sumber : Ahmad Syukri Saleh, Metodologi Tafsir Al-Qur`an Kontemporer dalam pandangan Fazlur Rahman,
(Jakarta: Sulthan Thaha Press, 2007), 48

8
subjeknya adalah “‫ “هدى‬.”‫ ”ذالك‬berfurngsi sebagai predikat kedua bagi “‫ ”ذالك‬yang
mengandung arti memberi petunjuk bagi orang yang bertaqwa. Dapat kita lihat dalam
kitab Tafsir Al-Qur`an, Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibnu Abbas yang dihimpun al-
Fairuzabady.16

16
Muhammad Mutawali, Tafsir Ijmali Sebagai Metode Tafsir Rasulullah, Artikel tafsir ijmali.pdf Version: 1
Submitted: October 29, 2017 | Last edited: July 02, 2018. hal 10

9
BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan:

Pada akhirnya, penulis mengatakan bahwa tafsir ijmali merupakan metode tafsir yang
sebagian besar para ahli tafsir menggunakannya untuk berkhidmat pada kitab Allah ta'ala. Para
ahli tafsir tidak meninggalkan sesuatu yang mempedalam/memperluas ruan pemahaman ayat
melainkan mereka akan menggunakan metode itu atau mengikut sertakapenjelasan itu. Akan
tetapi ada perbedaan di antara mufassir itu merupakan sunnatullah.Di antara ahli tafsir ada
yang menjelaskan tafsirnya secara luas (komprehensif), ada pula yang menjelaskan secara
ringkas dan padat. Pada zaman kontemporer ini, ada penambahan dalam bab atau penjelasan
dalam tafsir. Zaman ini telah memberikan saham dalam menjelaskan nash al-Qur'an yang
sesuai dengan tabiat zamannya. Muncul di zaman ini tafsir ilmi, yang merupakan bukti
kebenaran firman Allah S.W.T. dalam bidang ilmi.Allahu a'lam.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hayy Al-Farmawi, 2002, Metode Tafsir Maudhu`I (ter), (Bandung: Pustaka
setia,),
Adib bisri dan Munawir AF, 1999, Al Bisri kamus Arab Indonesia, (Surabaya: Pustaka
Progresif,),

Ahmad Syukri Saleh, 2007, Metodologi Tafsir Al-Qur`an Kontemporer dalam


pandangan Fazlur Rahman, (Jakarta: Sulthan Thaha Press,),
Ahmad Syukri Saleh, 2007, Metodologi Tafsir Al-Qur`an Kontemporer dalam
pandangan Fazlur Rahman, (Jakarta: Sulthan Thaha Press )
Hendriadi, Tafsir Al-Qur’an: Kajian Singkat atas Metode Tafsir Ijmali
M. Quraish Shihab. 1992. Membumikan al-Qur’an.( Bandung: Mizan).

Manna Khalil Al-Qaththan, 2008, Studi ilmu-Ilmu Al-Quran, Terj, ( Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar,)

Manna Khalil al-Qaththan, 2013, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur`an, (Bogor: Litera antar
Nusa,)

Manna Khalil al-Qaththan, 2013. Studi Ilmu-ilmu Al-Qur`an, (Bogor: Litera antar
Nusa,)

11

Anda mungkin juga menyukai