Anda di halaman 1dari 18

Tahun

2024
Danil Rahman Bintang
Kader PII Aceh Tengah
Tahun 2024
Islam, Budaya Literasi, Perkembangan Peradaban Manusia
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan kami kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat-Nyalah tulisan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan
makalah yang berjudul “Islam,Budaya,Perkembangan Peradaban Manusia” ini dalam rangka
pengembangan kami dalam berorganisasi. Penulis Menyadari bahwa tulisan ini tidak luput
dari kekurangan-kekurangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran pembaca akan
penulis terima dengan senang hati demi perbaikan makalah lebih lanjut. Tulisan ini dapat
diselesaikan berkat adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
sudah sepantasnyalah pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak, terutama kortim telah memberikan kesempatan demi kelancaran dan
kelengkapan tulisan ini. Akhimya tulisan yang jauh dari sempuma ini,semoga ada
manfaatnya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................5
1.4 Manfaat........................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
2.1.Pengertian Islam.........................................................................................................................6
2.1.1 Ruang lingkup Islam.............................................................................................................6
2.1.2 Sumber Hukum Islam..........................................................................................................7
2.2 Definisi literasi............................................................................................................................8
2.2.1 Budaya Literasi...................................................................................................................10
2.2.2 Peran literasi terhadap peradaban islam..............................................................................11
2.2.3 Pengaruh literasi dalam perkembangan peradaban manusia...............................................14
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................16
3.2 Saran..........................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................17
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Agama islam adalah agama universal dan komprehensif (menyeluruh), segala aspek
kehidupan ada diajarkan di dalam agama islam hingga hal yang kecil ada di
dalamnya,contohnya:bagaimana etika memasuki kamar mandi dan lain sebagainya.

Islam adalah salah satu agama yang memiliki penganut terbesar di dunia. Selain itu,
penganutnya juga terus-menerus mengalami peningkatan dan perkembangan yang sangat
signifikan setiap tahunnya. Perkembangan tersebut terjadi di seluruh dunia. Kemudian kalau
kita amati, agama Islam memiliki keistemawaan tersendiri. Keistemaawan tersebut dapat kita
lihat dari aspek sejarah turunnya Islam dan respon masyarakat terhadapnya. Sekilas, Islam
diturunkan oleh Allah SWT kepada Muhammad SAW dari golongan kaum Quraisy. Padahal,
agama-agama sebelumnya banyak diturunkan kepada bangsa Israil, bukan kaum Quraisy
yang tidak memiliki akar sejarah yang kuat ketimbang bangsa Israil. Sedangkan
keistemawaan Islam jika dilihat dari respon masyarakat, sangat menakjubkan sekali. Sebab
Islam yang tergolong agama baru dibandingkan agama lainnya, bisa mendapat respon positif
dari masyarakat yang mengitarinya, bahkan memiliki penganut yang besar hingga saat ini.
Dalam hal ini, kita dihadapkan dengan keunikan Islam. Apabila kita merefleksi sejarah Islam,
bukankah Islam pertama kali turun dan berkembang di Jazirah Arab, bukan di Indonesia.
Lantas, mengapa yang memiliki penganut Islam terbesar di dunia adalah bangsa Indonesia?
Tidakkah terlalu jauh antara Arab-Indonesia? Kenapa tidak Negara tetangganya saja yang
memiliki mayoritas penganut agama Islam, Dan bagaimana perkembangan Islam pada awal
masuknya ke Nusantara? Mengenai sejarah asal mula masuknya Islam di nusantara
sepertinya sedikit mengalami kerancuan (ikhtilaf) antara beberapa pakar. Hal itu terjadi
karena tidak adanya satu bukti yang lebih kuat diantara bukti kuat lainnya. Sehingga antara
satu sama lain tidak bisa menafikan sehingga kemudian keluarlah satu-satunya pendapat atau
teori yang mutlak kebenarannya dan diterima oleh para ahli sejarah. Dengan adanya
perkembangan zaman modern yang mempengaruhi kebudayaan yang ada di Indonesia yang
pada akhirnya secara perlahan budaya tersebut akan mulai dilupakan oleh masyarakat, karena
lebih memilih sistem modern. Dari kajian tersebut, maka perlu mempelajari sejarah-sejarah
masa lampau yang tersebar di nusantara.Khusus peradaban Islam di Indonesia, sebagian
masyarakat Indonesia yang beragama islam tidak mengetahui tentang peradaban tesebut. Hal
ini dikarenakan kurangnya informasi yang diperoleh. Untuk mengkaji kembali peradaban
tersebut, maka perlu disusun suatu tulisan yang membahas tentang masalah peradaban islam
di Indonesia. Salah satu bentuk tulisan itu adalah penulisan makalah ini, yang diharapkan
mampu memberikan informasi secara singkat tentang peradaban islam di Indonesia.
Kemudian tidaklah berperan sebagai peran utama dalam mengembangkan islam ,melainkan
budaya literasi. Nah ,disinilah kami akan menjelaskan berkaitan islam,budaya literasi dan
perkembangan peradaban islam.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana Cara islam membudayakan literasi ?
b. Siapa Sajakah Tokoh-Tokoh literatur Perkembangan Islam ?
c. Apa Saja Manfaat Yang Didapat Dari Kedatangan Islam Di Indonesia ?
d. Apa Saja Hikmah Perkembangan Islam Di Indonesia ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini yaitu :

1. mengingat kembali tentang bagaimana cara islam membudayakan literasi.


2. untuk mengetahui bagaimana perkembangan islam di Indonesia, cara-cara sehingga
Islam bisa masuk di Indonesia.
3. memahami sejarah perkembangan peradaban Islam di Indonesia.?
4. Mewujudkan literatur-literatur yang hebat dan inspiratif.

1.4 Manfaat
1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang bagaimana peran literasi
terhadap peradaban islam makalah, rangkuman dan buku yang baik dan benar dalam
bahasa Indonesia.
2. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca tentang teknik
memmbaca untuk menulis dalam bahasa Indonesia.
BAB II PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Islam
Islam secara etimologi berarti berserah diri atau menyerahkan diri (kepada
Allah) ,sedangkan secara istilah Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan
tauhid(hanya menyembah Allah semata dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu
apapun) , tunduk kepadanya dengan ketaatan, dan berlepas diri dari dari kesyirikan
kepadanya.

Islam dalam pengertian ajaran yang menyelamatkan dan mensejahterakan, tampil


dalam tema ad-dien atau agama. Kata ad-dien sering disandingkan dengan kata Islam

menjadi ad-dien al-Islam atau Dienullah dan ad-dien al-haq. Hal ini menunjukkan
bahwa Islam sebagai suatu sistem ajaran hidup yang satu-satunya agama yang
benar ,selainnya adalah agama yang bathil dan siapa yang berpaling darinya maka dia di
dalam kerugian.

2.1.1 Ruang lingkup Islam


Islam mencakup kepada 3 hal,yaitu: Ad-Dien secara bahasa berarti tunduk, taat, patuh,
pembayaran, perhitungan, dan hukum atau perundang-undangan. Dengan demikian jika Islam
disandingkan dengan dien dapat diartikan sebagai suatu sistem ajaran dari Allah SWT yang
mengatur seluruh aspek kehidupan manusia yang akan menyelamatkan dan menyejahterakan
kehidupan manusia, tentunya jika manusia tunduk dan patuh terhadap ajaran tersebut serta
berserah dirisepenuhnya kepada Allah SWT (QS. Al Baqarah [2]:132, 208; Ali Imran [3]: 19,
85, 102). Sebagai sistem ajaran Tuhan, Islam disampaikan kepada manusia melalui para
Rasul-Nya dari sejak Nabi Adam „alaihi salam hingga Nabi Muhammad shallallahu alaihi
wasallam (QS. Al Baqarah [2]: 132, Ali Imran [3]: 52, Yusuf [12]: 101, An Naml [27]: 29-
31). Ajaran Islam menjadi sempurna melalui Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam
sebagai Rasul Allah yang terakhir. Islam akhirnya menjadi agama untuk seluruh alam (QS. Al
Maidah [5]: 3, Al Anbiya‟ [21]: 107). Hakekat Islam ialah berserah diri kepada Allah SWT
dengan dengan mengesakan dan tunduk kepada-Nya dengan penuh kepatuhan akan segala
perintah-Nya serta menyelamatkan diri dari perbuatan syirik dan orang-orang yang berbuat
syirik.

Islam mempunyai berbagai aspek ,yang mana secara umum islam memiliki 3
aspek,yaitu:

Islam
1.Aqidah kepada Allah semata
2.Ibadah
Ibadah kepada Allah dan muamalah dengan
manusia
3.Akhlaq
 Akhlaq kepada Allah
 Akhlaq kepada manusia
 Akhlaq kepada hewan
 Akhlaq kepada tumuh-tumbuhan dan lain sebagainya

2.1.2 Sumber Hukum Islam


sumber hukum Islam yang merupakan dasar atau referensi untuk menilai apakah
perbuatan manusia sesuai dengan syariah (ketentuan yang telah digariskan oleh Allah SWT)
atau tidak. Sumber hukum Islam yang paling pokok adalah Al-Qur’an dan sunah. Otoritas
keduanya tidak berubah dalam setiap waktu dan keadaan. Jika diperinci lebih khusus dalam
arti syariah dan fikih, hal itu sebagai dua konsep yang berbeda. Syariah secara khusus
bersumber pada Al-Qur’an dan sunah semata, sedangkan fikih bersumber pada pemahaman
(ijtihad) manusia (mujtahid) dengan tetap mendasarkan pada dalil-dalil yang terdapat dalam
Al-Qur’an dan sunah. Sumber hukum Islam yang telah disepakati oleh jumhur (kebanyakan)
ulama ada empat, yaitu Al-Qur’an, sunah, ijma’, dan qiyas, sebagaimana hal ini tertuang
dalam Q.S. 4 (An-Nisa) ayat 59. “Hai, orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
rasul-(Nya) dan ulil amri di antara kamu. Kemudian, jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan rasul (sunahnya) jika kamu benar-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya. Para mahasiswa yang berbahagia, ayat tersebut ditujukan kepada orang
yang beriman untuk menaati Allah SWT, rasul, dan pemimpin (ulil amri). Taat yang
dimaksud adalah taat kepada Allah SWT dengan cara mengikuti perintah dan menjauhi
larangan-Nya sebagaimana yang termaksud dalam Al-Qur’an, sedangkan taat kepada rasul
dilakukan dengan cara mengikuti apa yang telah dicontohkan oleh rasul sesuai dengan sunnah
dan taat kepada pemimpin (ulil amri) mengikuti perintahnya selama tidak untuk bermaksiat
kepada Allah dan rasul-Nya. jika manusia berselisih mengenai sesuatu hal, penetapan
hukum harus kembali pada ketentuan Al-Qur’an dan sunah. Ketetapan hukum ini dapat
berupa ijma’, yaitu kesepakatan ulama atau qiyas dengan menganalogikan peristiwa yang
ketetapan hukumnya sudah ada. Perlu dipahami bahwa urutan prioritas pengambilan sumber
hukum adalah Al-Qur’an, sunah, ijma’, dan qiyas. Apabila terdapat suatu kejadian yang
memerlukan ketetapan hukum, yang pertama-tama hendaklah dicari terlebih dahulu dalam
Al-Qur’an. Jika ketetapan hukumnya sudah ada dalam Al-Qur’an, ditetapkanlah hukumnya
sesuai dengan ketentuan dalam Al-Qur’an tersebut. Namun, apabila rujukan untuk ketetapan
hukum tersebut tidak ditemukan dalam Al-Qur’an, barulah beralih meneliti sunah. Apabila
rujukan ditemukan dalam sunah, hukum ditentukan sesuai dengan ketentuan sunah. Akan
tetapi, jika rujukan tidak ditemukan dalam Al-Qur’an dan sunah, dibolehkan merujuk pada
putusan dari para mujahid yang menjadi ijmak (kesepakatan bersama) dari masa ke masa
mengenai masalah yang sedang dicari hukumnya. Jika ada, ketentuan hukum merujuk pada
ijma’. Namun, jika tidak ditemukan rujukan ijma’ dalam masalah tersebut, dapat ditempuh
dengan qiyas, yaitu usaha sungguh-sungguh dengan jalan membuat analogi pada peristiwa
sejenis yang telah ada ketentuan hukum (nash)nya sesuai dengan hadis Rasulullah SAW.
Bagaimana caranya kamu memutuskan perkara yang dikemukakan kepadamu? “Kuhukumi
dengan kitab Allah,” jawabnya. “Jika kamu tidak mendapatkannya di dalam kitab Allah,
lantas bagaimana?” sambung Rasulullah. “Dengan sunah Rasulullah,” ujarnya. “Jika tidak
kamu temukan dalam sunah Rasulullah, lalu bagaimana?” tanya Rasulullah lebih lanjut. “Aku
akan menggunakan ijtihad pikiranku dan aku tidak akan meninggalkannya,” jawabnya
dengan tegas. Rasulullah SAW lalu menepuk dadanya seraya memuji, katanya,
“Alhamdulillah, Allah telah memberi taufik kepada utusan Rasulullah sesuai dengan yang
diridai Allah dan rasul-Nya (HR Ahmad, Abu Dawud, dan At-Turmudzi).

2.2 Definisi literasi


Literasi adalah kecakapan dalam mengakses, menggunakan, dan memahami sesuatu
dengan cerdas lewat sejumlah kegiatan, termasuk di antaranya membaca, melihat, menyimak,
menulis, atau berbicara. Ada pula yang mengartikan literasi secara sederhana sebagai
kecakapan membaca dan menulis. Secara luas, literasi berarti melek aksara (Hastini et al.,
2020). Literasi yang dimaksud di sini bermacam macam, yakni mulai dari literasi komputer,
virtual, matematika, dan lain-lain. Salah satu literasi yang tak kalah penting peranya dalam
pendidikan khususnya di era globalisasi saat ini yaitu literasi budaya, literasi budaya berjalan
seiringan dalam proses pembelajaran untuk mewujudkan tujuan belajar. Salah satu peran
literasi budaya adalah meningkatkan dan menyadarkan kembali penanaman nilai-nilai budaya
sebagai ciri khas dari sebuah bangsa begitu pula dalam proses pendidikan salah satunya
dalam pembelajaran pendidikan Islam. Mengingat Islam, literasi dan budaya lokal memiliki
keterkaitan yang cukup signifikan, Islam adalah agama universal dan rahmatan lil alamin
menegaskan betapa pentingnya dimensi literasi, peradaban dan kemajuan bagi manusia,
namun di sisi lain, Islam juga tidak dapat dilepaskan dari warna budaya yang mengitarinya.

Lliterasi sangat berperan terhadap peradapan islam,wujud nya perkembangan islam


dan ummat islam salah satunya sebabnya adalah adanya eksistensi literasi dan minat baca
terhadap literasi Islam dan literasi inspiratif lainnya.
Tokoh Literasi Islam

Tokoh literasi Islam pertama tentu saja Zayd bin Tsabit, sekretaris Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wassalam. Ia dikenal atas kontribusinya menuliskan ayat-ayat Alquran pada zaman
Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.

Zayd menjadi salah satu otoritas terkemuka dalam penulisan Alquran. Sampai-sampai Umar
ibnu Khattab menyebut siapapun yang ingin bertanya tentang Alquran, harus merujuk Zayd
bin Tsabit untuk klarifikasi.

Sementara, Zayd tidak asing di kalangan penghafal Alquran laki-laki, para sahabat
perempuan memiliki figur Ummu Salamah, Hafsah binti Umar, dan Aisyah binti Abu Bakar,
yang hafal seluruh kitab suci.

Ada lagi Hafsah binti Sereen, juga dikenal memegang otoritas utama dalam dunia literasi
Islam. Hafsah adalah budak yang dimerdekakan oleh Anas bin Malik dan diketahui telah
hafal Alquran pada usia 12 tahun, dia juga seorang muhadits dan fuqaha (ahli hukum Islam).

Tokoh lain yaitu Abu ad-Dardaa’, juga dikenal karena kekayaan ilmu pengetahuan
dan kesalehannya. Karena semangatnya terhadap agama Islam, ia bertekad merawat gadis
yatim piatu yang kemudian dikenal sebagai Umm ad-Dardaa’. Umm ad-Dardaa menemani
Abu ad-Dardaa’ belajar berbagai bidang pengetahuan dan ibadah, menyerap pengetahuan
para ulama saat masih remaja. (Onislam.net, 8/9/2015)
Literasi Islam juga berkembang pesat di zaman keemasan Baghdad pada masa
kekhalifahan Harun al-Rasyid (789-809). Di masa itu gerakan intelektuallah yang
mempengaruhinya.

Gerakan intelektual itu ditandai oleh proyek penerjemahan karya-karya berbahasa Persia,
Sanskerta, Suriah, dan Yunani ke dalam bahasa Arab. Dimulai dengan karya mereka sendiri
tentang ilmu pengetahuan, filsafat, atau sastra.

2.2.1 Budaya Literasi

Membudayakan Literasi Jika ingin memenangkan kompetisi global, seluruh masyarakat


Indonesia harus melek literasi. Sebagai langkah awal pendidikan sebagai investasi masa
depan generasi bangsa harus bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Lembaga
pendidikan harus memanfaatkan kemajuan TIK sebagai media pembelajaran. Sebagaimana
dialami, saat ini penggunaan internet dan smartphone sudah menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari sebagian besar masyarakat Indonesia, termasuk kalangan pelajar dan
mahasiswa. fenomenal dan menjadi kebutuhan hidup manusia di era digital .Penggunaan
internet sebagai media pembelajaran bisa menjadi salah satu solusi dalam mengatasi
rendahnya kemampuan literasi peserta didik. Apalagi saat ini sebagian besar sumber
informasi konvensional (Perpustakaan) belum dapat memenuhi dan memberi kepuasan bagi
peserta didik untuk mendapatkan informasi dan sumber pengetahuan sebagai referensi
pembelajaran di kelas. Buku-buku dalam bentuk konvensional belum tersedia dalam jumlah
yang memadai dan terkadang membosankan bagi sebagian peserta didik. Karena itu
perpustakaan sekolah/perguruan tinggi harus berinovasi dalam menyediakan buku-buku
digital yang dapat diakses penggunanya setiap saat tanpa terhalang oleh ruang dan waktu. Di
samping itu guru yang bisa diposisikan sebagai kelompok Digital Immigrant keberadaannya
sangat penting bagi peserta didik. Guru harus bisa membimbing dan mengarahkan peserta
didik agar belajar memanfaatkan internet dan smartphone ke arah yang lebih positif guna
menunjang pembelajaran. Era digital hendaknya memotivasi dunia pendidikan untuk
berinovasi tanpa henti. Sekolah atau madrasah tidak perlu anti terhadap peserta didik yang
gandrung dengan internet dan smartphone-nya. Sebaliknya, semua elemen pendidikan harus
mampu memanfaatkan potensi internet dan smartphone di era digital ini agar peserta didik
dapat memanfaatkananya untuk pembelajaran di kelas dan meningkatkan kemampuan
literasinya. Budaya literasi harus ditumbuhkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia,
karena penguasaan literasi dapat membuka cakrawala, memperluas wawasan, dan memahami
dunia dalam lingkup yang lebih luas. Mengingat pentingnya penumbuhan budaya literasi,
pemerintah telah mengadakan program Gerakan Literasi Sekolah (GLS). GLS adalah upaya
menyeluruh yang melibatkan semua warga sekolah (guru, peserta didik, orang tua/wali
murid) dan masyarakat, sebagai bagian dari ekosistem pendidikan. Kegiatan ini dilaksanakan
untuk menumbuhkan minat Menumbuhkan Budaya Literasi melalui Buku Digital LIBRIA:
Volume 8, Nomor 2: Desember 2016 207 baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan
membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Materi baca berisi nilai-nilai
budi pekerti, berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap
perkembangan peserta didik. GLS memperkuat gerakan penumbuhan budi pekerti
sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23
Tahun 2015, yang salah satu kegiatannya adalah “15 menit membaca buku non pelajaran
sebelum waktu belajar dimulai”. Buku digital bisa menjadi salah satu solusi dalam
menumbuhkan budaya literasi di dunia pendidikan pada khususnya, dan masyarakat
Indonesia umumnya. Dengan berbagai keunggulan dan daya tarik buku digital diharapkan
mampu menumbuhkan minat baca sehingga kemampuan literasi masyarakat Indonesia
semakin meningkat. Dengan demikian budaya literasi akan semakin tumbuh. Dengan
tumbuhnya budaya literasi, masyarakat Indonesia akan bergerak menuju masyarakat belajar
(learning society). Prinsip belajar dalam abad 21 menurut Unesco (1996) harus didasarkan
pada empat pilar yaitu:
a. learning to thing (belajar berpikir);
b. learning to do (belajar berbuat),
c. learning to be (belajar untuk tetap hidup),
d. learning to live together (belajar hidup bersama antar bangsa). Berangkat dari terwujudnya
masyarakat belajar (learning society) maka akan tercapai bangsa yang cerdas (educated
nation) sesuai dengan amanat UndangUndang Dasar 1945 menuju masyarakat Madani (civil
society).

2.2.2 Peran literasi terhadap peradaban islam


Peran literasi budaya dalam pembelajaran Pendidikan Islam bahwa Islam saat ini
meninggalkan warisan yang baik berupa peninggalan fisik yang menunjukkan adanya
peradaban, atau warisan budaya yang lebih banyak menunjukkan tindakan dan tradisi. Di sisi
lain, terdapat warisan besar berupa warisan intelektual, yang membuktikan keberadaan
peradaban Islam berupa banyak karya para sarjana, dan yang utama pusaka agung yakni kitab
suci Al-Qur’an atau kalam Allah swt., yang merupakan pusaka paling penting dalam
kehidupan Peran Literasi Budaya. Menurut Prof. Bakr Zaki ‘Iwad rahimahullâh; “Literasi
budaya dalam pembelajaran pendidikan Islam yaitu dimana budaya tulis baca dengan segala
aktivitasnya yang dilakukan generasi belakangan dalam mengkaji apa yang ditinggalkan oleh
para pendahulu; baik dalam masalah agama, pemikiran, akhlaq, perundang-undangan, adab,
kesenian dan lain-lainnya.”

Peran literasi budaya terhadap perkembangan islam adalah:

1. pendidikan Islam adalah produk intelektualitas Islam untuk menjelaskan atau


menegakkan ajaran Islam.
2. literasi Islam diciptakan oleh akal budi manusia, baik yang beragama Islam maupun
yang non-Islam, selama mengikuti Al-Qur'an dan As-Sunnah;
3. pendidikan Islam adalah produk intelektual Islam sepanjang sejarah Islam, baik itu
pengetahuan agama maupun bukan. Penjelasan di atas sesuai dengan perintah Allah
swt., dalam Q.S. Al-Alaq ayat 1-5 yang mengandung perintah untuk belajar.

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan (1)


Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2)
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah (3)
Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan Qalam(4)
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5). (QS. Al-Alaq:1-5)
Dalam tafsir Ibnu Katsir, wahyu pertama Al-Qur'an yang diwahyukan adalah ayat-ayat yang
mulia dan penuh keberkahan, ayat-ayat ini adalah awal dari rahmat yang Allah kirimkan dari
cintanya kepada hamba-hamba-Nya dan berkah pertama yang diberikan Allah kepada umat
manusia.
Surat ini berisi peringatan bahwa manusia akan disadarkan dari asal mula penciptaan manusia
yaitu ‘allaqa’ dan berada di bawah rahmat Allah SWT. Dia mengajari orang-orang apa yang
dia tidak tahu. Artinya, Allah telah memuji dan menghormati orang-orang yang berilmu dan
ilmu adalah bobot lain yang membedakan antara Abdul Basyar (Adam) dan malaikat.
Pengetahuan kadang ada di pikiran, kadang di mulut, kadang di tulisan tangan hal Ini berarti
bahwa pengetahuan memiliki tiga aspek: pikiran, bahasa, dan tulisan. Di dalam sebuah asar
disebutkan, "Ikatlah ilmu dengan tulisan." Serta masih disebutkan pula dalam asar, bahwa
barang siapa yang mengamalkan ilmu yang dikuasainya, maka Allah akan memberikan
kepadanya ilmu yang belum diketahuinya. Adapun urgensi peran literasi budaya dalam
pendidikan Islam berdasarkan penjelasan di atas dapat dilihat dari besarnya peran budaya
dalam peradaban Islam, Arnhingsih Dilapanga, Meiskyarti Luma Journal of Islamic
Education Leadership; Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 2 Nomor 1 2022 70
sebagaiamana yang kita ketahui bersama Islam adalah agama yang sangat menaruh perhatian
besar terhadap pembinaan ilmu pengetahuan dan literasi budaya. Hubungan antara budaya
intelektual yang tinggi dengan kualitas suatu nilai-nilai keagamaan tidak dapat dipisahkan,
hal ini ditentukan oleh kecerdasan dan kearifan para ulama sebagai hasil dari banyaknya ilmu
yang mereka peroleh. Karena, pengetahuan itu sendiri diperoleh dari informasi dalam bentuk
lisan dan tulisan. Semua itu seakan menggambarkan akan suatu bukti menunjukkan kepada
kita tentang sadarnya budaya sebagai literasi yang digawangkan masyarakat muslim dahulu
serta kecintaan mereka terhadap informasi dan ilmu pengetahuan. Hal ini terbukti dengan giat
dan besarnya literasi budaya sejak periode awal Islam. Katakanlah, khalifah Harun al-Rasyid
(786 M) melakukanperbaikan yang menakjubkan terhadap perpustakaan bait Al-Hikmah di
Baghdad, Irak. Sehingga pada masa itu terkenal dengan pusat peradaban dunia karena
perpustakaan sebagai pusat ilmu pengetahuan dan ajang riset. Perpustakaan tersebut
menyediakan berbagai jenis koleksi fan-fan buku, baik buku-buku keagamaan seperti tafsir,
Hadis, Fikih dan lain sebagainya, maupun buku-buku umum seperti filsafat, astronomi,
kedokteran dan sebagainya. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa, proses ini bahkan dimulai
dari kecil dan dari lingkungan keluarga kemudian dikembangkan seiring berjalannya di
bangku sekolah, lingkungan pergaulan, perkuliahan hingga pekerjaan. budaya literasi juga
tidak harus di dapatkan dari bangku perkuliahan saja, akan tetapi pada dasarnya kepekaan dan
daya kritis seseorang terhadap lingkungan sekitar sebagai jembatan menuju generasi literat,
yaitu generasi yang memiliki keterampilan berpikir kritis terhadap segala informasi yang
masuk. Seperti yang kita pegang sehari-hari, pedoman utama umat islam seluruh dunia yaitu
Al-Qur’an. Penamaan Al-Qur’an sendiri berasal dari akar kata qara’a yang berarti membaca.
Ketika Rasulullah menerima wahyu pertama, ayat pertama yang diturunkan juga perintah Iqra
bermakna bacalah. Seakan-akan Allah sedang berpesan kepada umat Islam untuk waktu yang
panjang bahwa sebagai seseorang harus selalu meningkatkan pengetahuan serta wawasan
dengan membaca. Hal tersebut menjadikan seseorang menjadi melek literasi dan informasi.
Dalam QS. Al-‘Alaq ayat 4 juga Allah mengajarkan manusia menulis dengan pena. Tulisan
merupakan suatu pengikat ilmu dan instrumen untuk mencatat pengetahuan
Kegiatan literasi sangat identik dengan kegiatan membaca dan menulis namun juga dapat
dimaknai dengan mencangkup ketrampilan berfikir menggunakan berbagai sumber
pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori. Kegiatan literasi dalam
pembelajaran diharapkan dapat membantu meningkatkan pengetahuan siswa, meningkatkan
pemahaman seseorang dalam mengambil kesimpulan, meningkatkan kemampuan dalam
berpikir kritis mengenai suatu masalah, serta kemampuan siswa dalam memahami bahsa
lisan. Hal itu dapat diwujudkan dengan membaca, menyimak, menulis dan menyampaikan.
Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat reseptif.
Disebut reseptif karena dengan membaca seorang individu akan mendapatkan informasi, ilmu
penetahuan, dan pengalamanpengalaman baru. Semua yang diperoleh dari kegiatan
membacanya tersebut, akan memungkinkan individu mampu mempertinggi daya pikirannya,
mempertajam pandangannya dan memperluas wawasannya. Sedangkan menurut Gleen
membaca merupakan salah satu peran penting dalam kehidupan. Semua proses belajar
didasarkan pada kemampuan membaca. Pengertian menyimak secara umum adalah
perubahan bentuk bunyi menjadi wujud makna. Tarigan mengatakan bahwa menyimak
merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh
perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap
isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara
melalui ujaran atau bahasa lisan. Sedangkan menurut Haryadi dan Zamzani, mengatakan
bahwa menyimak merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dengan bunyi bahasa
sebagai sasaranya serta untuk memahami makna isi yang disampaikan bunyi tersebut.
bahasa tulis yang jelas sehingga pembaca mengerti apa yang dimaksud penulis.

2.2.3 Pengaruh literasi dalam perkembangan peradaban manusia

menulis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk mengungkapkan ide, pikiran,


pengetahuan, ilmu dan pengalaman-pengalaman hidupnya. menulis yaitu seluruh rangkaian
kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikan melalui bahasa tulis kepada
pembaca untuk dipahami. Kata menyampaikan juga berarti mengkomunikasikan yaitu kata
kerja dari komunikasi yang merupakan suatu proses pertukaran ide, pesan, dan kontak, serta
interaksi sosial termasuk aktivitas pokok alam kehidupan manusia. Menurut pendapat
Effendy, komunikasi ialah merupakan proses interaksi antar individu atau kelompok
mengenai suatu informasi tertentu. Jadi menyampaikan dalam hal ini adalah
mengkomunikasikan atau memberi tahu kepada siswa yang lain mengenai informasi yang
telah didapat melalui kegiatan membaca, menyimak dan menulis yang telah dilakukan
sebelumnya. Dalam Islam, Pendidikan Agama adalah pendidikan yang mengajarkan tentang
ajaran Islam, berupa bimbingan atau arahan terhadap peserta didik agar ia dapat memahami,
menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh
dan menjadikannya sebagai suatu pandangan hidup demi keselamatan dan kesejahteraan
hidup di dunia maupun akhirat. Pendidikan Agama Islam juga dapat dimaknai sebagai suatu
usaha untuk membimbing manusia ke arah perkembangan kepribadian yang sesuai dengan
ajaran agama Islam sehingga mencapai kebahagian dunia dan akhirat.

Dalam mengembangkan perkembangan dan peradaban manusia dibutuhkan peran penting


dan potensi yang besar yaitu islam dan budaya literasi,karena dengan kemurnian kita dalam
memeluk agama islam dan antusias kita dalam
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan dari Apa Yang dibahas pada makalah ini, sangat penting untuk kita
ummat islam mewujudkan nilai-nilai keislaman dengan semestinya dan membudayakan
literasi guna mengembangkan islam dalam peradaban manusia.

3.2 Saran

Demikian kami susun makalah ini untuk menjadi salah satu bahan bacaan ummat islam hari
ini guna memotivasinya agar senantiasa terus-menerus berjuang dalam membangun
peradaban manusia dengan membudayakan literasi dan mengimplementasikan nilai-nilai
keislaman dengan semestinya.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Erika Amelia, S.E., M. Si. Prinsip dasar islam

Falsafah Gerakan PII

H. Anton Timur Djaelani . Darmabakti PII Tafsir asasi

@c Rumah sinema

Syed Muhammad Naquib Al-Attas. Risalah kaum muslimin

Himayah. Penguatan literasi islam dalam Pendidikan dasar.

Jamaah Shalahuddin UGM. Semangat literasi dalam pandangan islam.

Aulia Burhanuddin. Peran literasi islam dalam perkembangan peradaban manusia.

Muhammad Fahmi Haiqal. ”PRINSIP-PRINSIP DAN DASAR HUKUM ISLAM”

firas al-khateeb,Sejarah islam yang hilang

Ajid Thahir,perkembangan peradaban dunia di Kawasan islam

1Journal of Islamic Education Leadership; 2.Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 2

3.jurnal “LIBRIA, Desember 2016, Vol. 8, No. 2”, hlm. 198 7 Omih,

4.jurnal “MPD, Februari 2017, Vol. 8, No. 1”, hlm. 61 Penguatan Literasi Islam dalam
Pendidikan Dasar Al Urwatul Wutsqa: Volume 1, No.1;Dr. Erika Amelia, S.E., M. Si

Anda mungkin juga menyukai