Makalah 60

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MATEMATIKA KELAS TINGGI

BILANGAN CACAH

Dosen Pengampuh :
Ainul Marhamah Hasibuan M.P,d

Disusun Oleh :

Intan Luthfia Aziza ( 22060431 )

Prodi : PGSD ( SEMESTER 4)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


STKIP AMAL BAKTI
T.A 2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami ucapkan kepada Allah SWT, atas taufiq dan hidayah, baik
petunjuk maupun kekuatan yang telah dilimpahkan sehingga kami dapat menyelesaikan
penulisan makalah tentang “Bilangan Cacah” ini tepat waktu. Shalawat dan salam tetap
tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, yang telah membawa manusia dari
zaman kejahilan ke zaman yang beradab dan berilmu melalui petunjuk Al-Quran
dan sunnah beliau, sehingga manusia menikmati kebahagiaan dan keselamatan dunia wal
akhirat.
Makalah dapat juga kami sajikan, dalam bentuk yang sangat sederhana dan
sangat jauh dari kesempurnaan karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT, tetapi tanpa
mengenal lelah kami tetap berusaha untuk mencapai kesempurnaan. Untuk itukami banyak
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat unuk
kami khususnya dan bagi banyak orang pada umumnya

10 Mei. 23

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
a) Latar Belakang................................................................1
b) Rumusan Masalah.........................................................1
c) Tujuan.............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................2
a) Pengertian bilangan cacah..............................................2
b) Sifat sifat bilangan cacah................................................2
c) Oprasi hitung dalam bilangan cacah...............................5
BAB III PENUTUP................................................................................7
a) Kesimpulan.....................................................................7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bilangan cacah, yang juga dikenal sebagai bilangan bulat atau bilangan asli,
merupakan salah satu konsep dasar dalam matematika yang digunakan untuk
menghitung, mengukur, dan menganalisis kuantitas dalam kehidupan sehari-hari.
Bilangan cacah digunakan untuk menggambarkan objek-objek yang dapat dihitung atau
diukur secara diskrit, tanpa mempertimbangkan bagian pecahan atau desimal. Oleh
karena itu, pemahaman yang baik tentang bilangan cacah sangat penting dalam
pembelajaran matematika.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian bilangan cacah?
2. Apa saja Sifat-sifat bilangan cacah?
3. Bagaimana Operasi hitung pada bilangan cacah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian bilangan cacah
2. Untuk mengetahui Sifat-sifat bilangan cacah
3. Untuk mengetahui Operasi hitung pada bilangan cacah

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bilangan Cacah

Bilangan cacah dipandang sebagai pandangan yang digunakan untuk menyatakan


hasil pencacahan atau kardinalitas suatu himpunan. Bilangan cacah adalah himpunan
bilangan bulat yang nilainya tidak negatif yaitu 0,1,2,3,4,5 dan seterusnya. Anggota
bilangan ini didefinisikan sebagai himpunan bilangan asli yaitu. 1,2,3,4,5 dan seterusnya.
Ditambah angka 0.
Bilangan cacah dapat didefinisikan sebagai bilangan yang digunakan untuk
menyatakan cacah anggota atau kardinalitas suatu himpunan. Jika suatu himpunan yang
karena alasan tertentu tidak mempunyai anggota sama sekali, maka cacah anggota
himpunan itu dinyatakan dengan “nol” dan dinyatakan dengan lambang “0”.Jika anggota
suatu himpunan hanya terdiri atas suatu angota saja, maka cacah anggota himpunan tersebut
adalah “satu” dan dinyatakan dengan lambang “1”.
Jadi, singkatnya bilangan cacah adalah bilangan yang dimulai dari angka
0.Bilangan cacah biasanya disimbolkan huruf ‘’C’’(cacah) ataupun ‘’W’’(whole).
Sehingga apabila kita ingin menuliskan himpunan bilangan cacah atau pun seluruh unsur
bilangan cacah kita bisa menuliskannya seperti ini : C=(0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12, dst).

B. Sifat-Sifat Bilangan Cacah

1. Sifat Tertutup

Sifat tertutup pada bilangan cacah adalah jika dua bilangan cacahdioperasikan
maka hasilnya juga bilangan cacah. Sifat tertutup hanya berlaku untuk penjumlahan dan
perkalian
Pada operasi pengurangan dan pembagian tidak berlaku sifat tertutup. Misalnya 5– 7
hasilnya bukan bilangan cacah karena 5 – 7 = -2. Begitu pula dengan 5 : 2, karena 5 : 2 = 2,5.
Pengurangan yang hasilnya bilangan negatif akan dibahas pada Bap Operasi pada Bilangan
Bulat, sedangkan pembagian yang hasilnya bukan bilangan bulat akan dibahas pada Bap
Pecahan.

2
2. Sifat Komutatif
Sifat komutatif atau pertukaran hanya berlaku pada penjumlahan dan perkalian.
Jika a dan b mewakili bilangan cacah maka berlaku :
a+b=b+a
axb=bxa
Sedangkan pada operasi pengurangan dan pembagian, sifat komutatif tidak berlaku,
yaitu a – b = b – a dan a : b = b : a. Misalnya 3 + 1 = 4 dan 1 + 3 = 4 sehingga 3 + 1 = 1 + 3.
Demikian pula dengan 3 x 2 = 6 dan 2 x 3 = 6 sehingga 2 x 3 = 3 x 2. Sifat seperti ini tidak
berlaku pada operasi pengurangan dan pembagian.
3. Sifat Asosiatif
Sifat asosiatif atau pengelompokkan hanya berlaku pada penjumlahan dan perkalian.
Sifat asosiatif pada penjumlahan dan perkalian adalah sebagai berikut. Jika a, b, dan c adalah
bilangan cacah, maka berlaku:
a + b + c = (a + b) + c = a + (b + c)
a x b x c = (a x b) x c = a x (b x c)
Misalnya :

3 + 1 +4 = (3 + 1) + 4 3 + 1 + 4 = 3 + (1 + 4)
=4+4 =3+5
=8 =8

Demikian pula untuk perkalian, yaitu misalnya :


3 x 2 x 5 = (3 x 2) x 5 3 x 2 x 5 = 3 x (2 x 5)
=6x5 = 3 x 10
= 30 = 30
Dari permasalahan di atas ternyata dengan menggunakan sifat asosiatif pada
penjumlahan dan perkalian, hasil yang di dapat adalah sama .Pada operasi pengurangan dan
pembagian, sifat asosiatif tidak berlaku.
Misalnya 5 – 3 – 1 = 1 dan (5 – 3) – 1 = 1. Namun 5 – (3 – 1) = 5 – 2 = 3, sehingga( 5 – 3)
– 1 = 5 – (3 – 1). Artinya sifat asosiatif tidak berlaku pada operasi pengurangan.
Demikian pula pada operasi pembagian, tidak berlaku sifat asosiatif.

3
4. Sifat Distributif
Pada bilangan cacah ,berlaku sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan dan
perkalian terhadap pengurangan, yaitu sebagai berikut :Jika a, b dan c adalah bilangan cacah,
maka berikut:
A x (b + c) = a x b + a x c
A x (b – c) = a x b – a x c
Misalnya 2 x (5 + 4) = 2 x 9 = 18 dan 2 x 5 + 2 x 4 = 10 + 8 = 18, sehingga 2 x (5 + 4)
= 2 x 5 + 2 x 4. Demikian pula dengan 2 x (5-4) = 2 x 1 = 2dan 2 x 5 – 2 x 4 = 10 – 8 = 2,
sehingga 2 x (5 – 4) =2 x 5 -2 x 4.
Sifat distributif dapat digunakan untuk menyederhanakan perhitungan. Misalnya
sperti contoh berikut.
Contoh:
Berapa hasil dari 5 x 13 + 5 x 8 ?
Jawab:
Cara pertama adalah menghitung satu per satu, yaitu mula-mula menghitung 5x 13 dan 5 x
87, baru kemudian menjumlahkannya, yaitu 5 x 13 = 65, 5 x 87 = 435, dan
65 + 435 = 500, sehingga 5 x 13 + 5 x 87 = 500.Cara yang kedua adalah dengan
menggunakan sifat distributif karena ada bilangan pengali yang sama yaitu 5, oleh sebab itu,
5 x 13 + 87 = 5 x (13 + 87)
= 5 x 100
= 500
Dari kedua cara pada contoh tersebut dapat dibandingkan cara mana yang lebih
sederhana untuk dilakukan.
5. Sifat Bilangan 1 dan 0
Pada penjumlahan dan pengurangan, jika a adalah cacah, maka berlaku a +0 = a dan a
– 0 = a. Misalnya 3 + 0 = 3 dan 2 – 0 = 2. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa jika
suatu bilangan dijumlahkan dengan 0 atau dikurangi oleh0, maka hasilnya adalah tetap, yaitu
bilangan itu sendiri. Oleh sebab itu, 0 disebut unsur identitas operasi penjumlahan dan
pengurangan.
Pada perkalian dan pembagian, jika a adalah bilangan cacah, maka berlaku a x 1 = a
dan a : 1 = a. Misalnya 2 x 1 = 2, 3 x 1 =3, 5 : 1 = 5 dan 6 : 1 = 6.Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa jika suatu bilangan dikalikan atau dibagi dengan 1, hasilnya adalah
bilangan itu sendiri (tetap). Oleh karena itu, 1disebut unsur identitas operasi perkalian dan
pembagian.

4
6. Sifat Perkalian dengan Kelipatan 10
Untuk menjelaskan sifat ini, terlebih dahulu siswa diberikan beberapa perkalian
yang melibatkan kelipatan 10, kemudian siswa diminta menghitung hasilnya dengan cara
yang telah diskusi siswa (penjumlahan berulang atau dengan cara berurusan panjang /
pendek). Misalnya perkalian-perkalian berikut:
3 x 10 = 30
7 x 10 = 70
12 x 10 = 120
5 x 100 = 500
3 x 20 = 60
4 x 50 = 200
12 x 20 = 240

C. Operasi hitung pada bilangan cacah

1. Operasi Penjumlahan
Bilangan cacah pada penjumlahan digambarkan dengan prinsip: Jika himpunan R
memiliki r elemen, kemudian himpunan S merupakan himpunan saling lepas, maka
penjumlahan r dan s dinyatakan dengan r+s yang merupakan elemen gabungan dari himpunan
R dan himpunan S.
Penjumlahan dipahami sebagai ide mengambil dua hal yang sama secara bersamaan
dan menggabungkannya. Biasanya siswa mulai berlatih penjumlahan dengan menggunakan
objek, contohnya 2 apel dan 3 apel diambil dari dua keranjang berbeda dan di satukan dalam
keranjang baru. Maka penjumlahannya adalah 2+3.

 Dalam operasi penjumlahan, bilangan cacah memiliki beberapa sifat, yakni : Bilangan
cacah bersifat tertutup terhadap operasi penjumlahan, artinya jika suatu bilangan
cacah dijumlahkan dengan bilangan cacah lain, maka hasilnya adalah bilangan cacah.
Dia tidak akan menjadi bilangan negatif.
 Memiliki identitas penjumlahan nol, yakni jika suatu bilangan cacah dioperasikan
dengan bilangan nol, maka hasilnya adalah bilangan cacah itu sendiri. Contoh: 4+0 =
4.
 Bilangan cacah bersifat komulatif pada penjumlahan. Di sini berlaku prinsip a+b =
b+a.
 Bilangan cacah bersifat asosiatif pada operasi penjumlahan untuk sembarang bilangan
cacah.

5
2. Operasi Pengurangan
Pengurangan adalah pengambilan suatu objek dari kumpulan objek. Jika suatu bilangan
cacah a dikurangi dengan b, maka akan menghasilkan c. Operasinya dilambangkan dengan a-
b = c. Dalam hal ini, operasi yang berlaku berkebalikan dengan penjumlahan. Bisa dikatakan
bahwa jika a-b = c, maka b+c = a.
Bilangan cacah pada operasi pengurangan memiliki sifat-sifat yakni :
 Tidak memenuhi sifat tertutup, karena tidak setiap pengurangan a dan b menghasilkan
bilangan cacah juga. Hasilnya bisa berupa bilangan negatif.
 Tidak memenuhi sifat pertukaran, artinya a-b tidak sama dengan b - a. Sifat pertukaran
hanya berlaku jika a dan b memiliki nilai sama, dan hasilnya akan 0.
 Tidak memenuhi sifat identitas, artinya a - 0 ≠ 0 - a. Contohnya 4 - 0 ≠ 0 - 4.
 Tidak memenuhi sifat pengelompokkan atau komulatif. Jika ada tiga bilangan cacah a, b,
dan c, maka a - (b-c) ≠ (a-b) - c. Contohnya 5 - (2-1) ≠ (5-2) - 1.

3. Operasi Perkalian
Pada operasi perkalian bilangan cacah, berlaku prinsip sebagai berikut: Jika terdapat
bilangan cacah r dan s, maka hasil dari r dikali s adalah jumlah s yang ditambahkan sebagai r
kali. Misalnya r = 4 dan s =5, maka 4 x 5 = 5 + 5 + 5 + 5 (penambahan hingga 4 kali).
Bilangan cacah pada operasi perkalian memiliki sifat yang mirip dengan operasi
penjumlahan, yakni:
 Bersifat tertutup, artinya hasil perkalian bilangan cacah adalah bilangan cacah juga
 Ada unsur identitas pada perkalian, artinya semua bilangan cacah yang dikali 0 akan
menghasilkan 0. Contoh: 5 x 0 = 0.
 Berlaku sifat komutatif, artinya a x b = b x a.
 Bersifat asosiatif, artinya (a x b) x c = a x (b x c).

4. Operasi Pembagian
Operasi pembagian merupakan kebalikan dari operasi perkalian. Pada operasi ini
berlaku prinsip:
Jika a x b = c, maka a = c : b atau b = c : a. Contohnya 3 x 4 = 12, maka 12 : 4 = 3 atau 12 : 3
=4
Pembagian biasanya digunakan mencari bilangan cacah yang belum diketahui. Operasi
pembagian bilangan cacah memiliki sifat-sifat yang sama dengan operasi pengurangan.
Dalam operasi pembagian juga dikenal dua konsep, yakni:
Konsep Partisi
Contoh: 22 : 2 = 11 dengan cara membagi 22 ke dalam 2 kelompok. Setelah dibagi sama
banyak, ternyata masing-masing kelompok bernilai 11.
Konsep Pengukuran atau Pengurangan Berulang
Contoh: 20 : 4 = 20 - 4 - 4 - 4 - 4 - 4 Untuk mencapai angka 0, 20 harus dikurangi angka 4
hingga lima kali. Jadi, hasil dari 20 : 4 = 5. (Z-10)

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi dapat di simpulkan , singkatnya bilangan cacah adalah bilangan yang
dimulai dari angka 0. Bilangan cacah biasanya disimbolkan huruf ‘’C’’(cacah) atau pun
‘’W’’(whole). Sehingga apabila kita ingin menuliskan himpunan bilangan cacah atau pun
seluruh unsur bilangan cacah kita bisa menuliskannya seperti ini:
C=(0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12, dst). adapun sifat-sifat bilangan cacah sebagai berikut:
1. Sifat tertutup pada bilangan cacah adalah jika dua bilangan cacah di operasikan maka
hasilnya juga bilangan cacah. Sifat tertutup hanya berlaku untuk penjumlahan dan
perkalian.
2. Sifat komutatif atau pertukaran hanya berlaku pada penjumlahan dan perkalian.
3. Sifat asosiatif atau pengelompokkan hanya berlaku pada penjumlahan dan
perkalian.
4. Sifat Distributif Pada bilangan cacah, berlaku sifat distributif perkalian terhadap
penjumlahan dan perkalian terhadap pengurangan.
Ada tiga operasi dasar (pokok) pada bilangan bulat, yaitu
penjumlahan ,pengurangan, dan perkalian. Penjumlahan, pengurangan, dan perkalian
pada bilangan bulat bersifat tertutup sedangkan operasi pembagian pada bilangan bulat tidak
tertutup

7
Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-based Learning).
Proyek adalah tugas yang kompleks, berdasarkan tema yang menan tang, yang
melibatkan siswa dalam mendesain, memecahkan masalah, mengambil keputusan,
atau kegiatan investigasi; memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dalam
periode waktu yang telah dijadwalkan dalam menghasilkan produk (Thomas,
Mergendoller, and Michaelson, 1999). Proyek terurai menjadi beberapa jenis. Stoller
(2006) mengemukakan tiga jenis proyek berdasarkan sifat dan urutan kegiatannya,
yaitu: (1) proyek terstruktur, ditentukan dan diatur oleh guru dalam hal topik, bahan,
metodologi, dan presentasi; (2) proyek tidak terstruktur didefinisikan terutama oleh
siswa sendiri; (3) proyek semi-terstruktur yang didefinisikan dan diatur sebagian oleh
guru dan sebagian oleh siswa.

Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai pembelajaran yang menggunakan


Proyek sebagai media dalam proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap,
pengetahuan dan keterampilan. Penekanan pembela -jaran terletak pada aktivitas-
aktivitas siswa untuk menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan
meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan produk
pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Produk yang dimaksud adalah hasil
Proyek berupa barang atau jasa dalam bentuk desain, skema, karya tulis, karya seni,
karya teknologi/prakarya, dan lain-lain. Melalui penerapan Pembelajaran Berbasis
Proyek, siswa akan berlatih merencanakan, melaksanakan kegiatan sesuai rencana dan
menampilkan atau melaporkan hasil kegiatan. Bentuk aktivitas proyek terdiri dari (1)
Proyek produksi yang meli batkan penciptaan seperti buletin, video, program radio,
poster, laporan tertulis, esai, foto, surat-surat, buku panduan, brosur, menu banquet,
jadwal perjalanan, dan sebagainya; (2) Proyek kinerja seperti pementasan, presentasi
lisan, pertunjukan teater, pameran makanan atau fashion show ; (3) Proyek organisasi
seperti pembentukan klub, kelompok disku-si, atau program-mitra percakapan. Lebih
lanjut, menurut Fried-Booth (2002) ada dua jenis proyek yaitu (1) Proyek skala kecil
atau sederhana yang hanya menghabiskan dua atau tiga pertemuan. Proyek ini hanya
dilakukan di dalam kelas; (2) Proyek skala penuh yang membutuhkan kegiatan yang
rumit di luar kelas untuk menyelesaikannya dengan rentang waktu lebih panjang.

8
KEMAMPUAN KOGNITIF

Proses pembelajaran disekolah menempatkan peserta didik sebagai komponen yang


menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dalam proses belajar. Belajar merupakan suatu
proses untuk mencapai tujuan, atau sebagai proses perubahan dan meningkatkan kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik (Suhaida, 2018). Hasil survei Programme for International
Student Assessment (PISA) tahun 2015 menunjukkan kemampuan peserta didik di Indonesia
secara berturut-turut untuk kemampuan sains, memba ca dan matematika masih rendah, yaitu
berada pada peringkat 62, 61 dan 63 dari 69 negara yang dievaluasi (Kemendikbud, 2018).
Selain itu, hasil survei tahun 2015 yang dilakukan pada peserta didik yang berumur 15 tahun
dalam bidang sains, Indonesia memperoleh skor 403. Skor tersebut tergolong rendah, sebab
masih berada di bawah rata-rata skor seluruh negara partisipan Organisation for Econimic
Co-operation and Development (OECD) yaitu 493 (PISA result, 2016). Hal ini dikarenakan
soal yang digunakan pada PISA mencakup aspek kognitif enam tingkat proses kognitif (Aida,
2017). Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan kognitif peserta didik Indonesia
masih berada di bawah rata-rata negara-negara OECD.
Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah terkait rendahnya aspek kognitif
siswa yaitu dengan menerapkan kurikulum yang diharapkan bisa meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia yaitu kurikulum 2013. Menurut Syaiful (2018) kurikulum 2013
dirancang untuk meningkatkan kinerja yang berkualitas tinggi melalui proses pembelajaran
sehingga menciptakan kemampuan peserta didik yang memiliki kualitas tinggi. Kurikulum
2013 mengadaptasi model-model penilaian standar Internasional yang diharapkan dapat
membatu peserta didik dalam meningkatkan kemampauan berpikir yang mana kurikulum
tersebut mererapkan pendekatan saintifik yang dapat mendukung kreatifitas peserta didik
(Gais, 2017). Dalam pembelajaran kurikulum 2013 terdapat salah satu penilaian yaitu
penilaian aspek kognitif, yang mana dapat mengukur kemampuan kognitif peserta didik
selama pembelajaran (Aini, 2016).
Menurut Vidayanti (2017) kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang mampu
meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik. Salah satu teori yang membahas
pentingnya kemampuan kognitif adalah teori JIPPF, Vol. 1, Edisi 1, Halaman: 1-7 yang
dikemukakan oleh Benyamin S. Bloom, kualitas pendidikan yang baik diperoleh dengan
menerapkan semua tingkat ranah kognitif dalam setiap pembelajaran (Huda, 2013).
Kemampuan kognitif merupakan penguasaan peserta didik dalam ranah kognitif. Ranah
kognitif berisi perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, dan
keterampilan berpikir yang mencakup kemampuan berpikir tingkat rendah atau Lower Order
Thinking Skills (LOTS) mengingat (C1), memahami (C2), dan mengaplikasikan (C3), lalu
ada tiga aspek dari kemapuan berpikir tingkat tinggi Higher Order Thinking Skills (HOTS)
yaitu kemampuan menganalisis (C4), mengevaluasi (C5) dan mencipta (C6) berdasarkan
taksonomi Bloom yang telah direvisi (Anderson dan Krathwohl, 2002).

Anda mungkin juga menyukai