Anda di halaman 1dari 129

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGUE HAEMORAGIC FEVER


(DHF) DENGAN FOKUS STUDI PENGELOLAAN HIPERTERMIA DI
RSU TIDAR KOTA MAGELANG

KTI

Disusun sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Tugas Akhir

Pada Program Studi D III Keperawatan Magelang

Oleh:

Sauzan Zahra Nurainina

NIM P1337420515010

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN MAGELANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2018
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGUE HAEMORAGIC FEVER

(DHF) DENGAN FOKUS STUDI PENGELOLAAN HIPERTERMIA DI

RSU TIDAR KOTA MAGELANG

KTI

Disusun untuk memenuhi syarat mata kuliah Tugas Akhir pada Program

Studi DIII Keperawatan Magelang

Oleh:

Sauzan Zahra Nurainina

NIM P1337420515010

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN MAGELANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2018

i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Sauzan Zahra Nurainina

NIM : P1337420515010

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa KTI yang saya tulis ini adalah

benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan

atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau pikiran saya

sendiri. Pengambilalihan karya orang lain untuk diakui sebagai karya sendiri

merupakan tindak kecurangan yang lazim disebut plagiat. Penulis KTI harus

menghindarkan diri dari tindak kecurangan ini.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan

pengelolaan kasus ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi

atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Magelang, Maret 2018

Yang membuat Pernyataan,

Sauzan Zahra Nurainina


NIM. P1337420515010

ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT telah diberikan limpahan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan

KTI tentang Asuhan Keperawatan Pada Dengue Haemoragic Fever (DHF)

dengan Fokus Studi Pengelolaan Hipertermia di RSUD Tidar Kota

Magelang.

Penulis menyadari penyusunan KTI ini tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak. Berkat bimbingan dan petunjuk serta dorongan dari berbagai pihak, KTI ini

dapat selesai tepat waktunya. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan

terima kasih kepada :

1. Warijan, SPd., A.Kep., M.Kes., selaku Direktur Poltekkes Kemenkes

Semarang

2. Putrono, S.Kep., Ns., M.Kes., Selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Semarang.

3. Hermani Triredjeki, S.Kep., Ns., M.Kes, selaku Perwakilan Jurusan

Keperawatan Magelang dan Ketua Program Studi DIII Keperawatan

Magelang.

4. Tulus Puji H., S.Kep., Ns., M.Kes, selaku pembimbing I dan penguji yang

telah banyak memberikan masukan dan bimbingan selama proes

penyusunan laporan kasus kepada penulis.

v
5. Hermani Triredjeki, S.Kep., Ns., M.Kes, selaku pembimbing II dan

penguji yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingan selama

proses penyusunan laporan kasus kepada penulis.

6. Susi TRT, S.Kep., Ns., M.Kes, selaku penguji yang telah membantu

jalannya ujian serta memberikan masukan.

7. Seluruh dosen dan karyawan Poltekkes Kemenkes Semarang Program

Studi DIII Keperawatan Magelang.

8. Seluruh staff perpustakaan Poltekkes Kemenkes Semarang Program Studi

DIII Keperawatan Magelang.

9. Keluarga yang senantiasa memberikan dukungan, doa, serta cinta kasih

yang tak tergantikan.

10. Teman-teman kelas Kresna dan teman-teman kelompok keperawatan anak

yang telah memberikan semangat dan doa untuk segera menyelesaikan

laporan kasus ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan KTI ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun untuk kesempurnaan laporan ini. Akhir kata penulis berharap semoga

KTI ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca serta bagi profesi

keperawatan.

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………….…………..i

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN………………………...………….ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………...…..……iii

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………..……iv

KATA PENGANTAR……………………………………………….………..….v

DAFTAR ISI……………………………………………………….….…….…..vii

DAFTAR TABEL……………………………………………..…….……………x

DAFTAR GAMBAR……………………………………………….………..…..xi

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………….………..…...x

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….…..……1

A. Latar Belakang……………………………………………………..…………1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………….………6

C. Tujuan……………………………………………………………….………..6

D. Manfaat……………………………………………………………….………6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………..……..7

A. Dengue Haemoragic Fever……………………………………………………..7

1. Definisi Dengue Haemoragic Fever……………………..………………...7

vii
2. Etiologi Dengue Haemoragic Fever……………………..……………..….8

3. Manifestasi Klinis Dengue Haemoragic Fever…………..………….…….8

4. Klasifikasi Dengue Haemoragic Fever……………..……………………..9

5. Anatomi Fisiologi…………………………………..…………………….10

6. Patofisiologi Dengue Haemoragic Fever…………………………..…….12

7. Pathway Dengue Haemoragic Fever……………………………..………14

8. Pemeriksaan Penunjang Dengue Haemoragic Fever……………..……...15

9. Penatalaksanaaan Dengue Haemoragic Fever…………………..….....…16

B. Asuhan Keperawatan Anak Pada DHF dengan Hipertermia…………………19

1. Pengkajian……………………………………………………………..…19

2. Diagnosa Keperawatan……………………………………………..…….24

3. Intervensi…………………………………………………………………28

4. Implementasi………………………………………………………..……33

5. Evaluasi……………………………………………………………..……33

C. Konsep Tumbuh Kembang………………………………………………..…..35

BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………….45

A. Rancangan Penelitian………………………………………………..…...45

B. Subyek Penelitian………………………………………………..…….…45

viii
C. Fokus Studi…………………………………………………………….....45

D. Definisi Operasional Fokus Studi……………………………………..…46

E. Tempat dan Waktu…………………………………………………….....46

F. Pengumpulan Data…………………………………………………..…...46

G. Pengolahan Data……………………………………………………..…...48

H. Penyajian Data………………………………………………………...…48

I. Etika Penelitian………………………………………………………..…49

BABA IV HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………...52

A. Hasil………………………………………….………………………..…52

B. Pembahasan……………………………………………….…………..….72

BAB V SIMPULAN DAN SARAN…………………………………………….79

A. Simpulan……….………………………………………………………...79

B. Saran………………………………………………………...…………....81

DAFTAR PUSTAKA

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel tumbuh kembang infant bayi; umur 0-12 bulan............................40

Tabel 2.2 Tumbuh kembang Toddler (BATITA); umur 1-3 tahun.........................42

Tabel 2.3 Tumbuh kembang pra sekolah.................................................................. 43

Table 2.4 Tumbuh Kembang usia sekolah................................................................ 44

Table 2.5 Tumbuh Kembang Remaja (Adolescent).................................................44

Table 4.1 Riwayat Kehamilan dan Persalinan………………………….………..54

Table 4.2 Riwayat Imunisasi……………………………………………………..54

Table 4.1 Riwayat Kehamilan dan Persalinan………………………….………..64

Table 4.2 Riwayat Imunisasi……………………………………………………..64

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pathway DHF.....................................................................................14

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Asuhan Keperawatan DHF

Lampiran 2 : Lembar bimbingan

Lampiran 3 : Surat Ijin Pengambilan Kasus

Lampiran 4 : Daftar Riwayat Hidup

xii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemoragic Fever

(DHF) merupakan komplikasi dari demam dengue yang memburuk. DBD

termasuk jenis penyakit demam akut yang disebabkan oleh salah satu dari

empat serotipe virus lagi dengan genus Flavivirus yang dikenal dengan nama

virus dengue yang ditandai dengan demam 2-7 hari tanpa sebab yang jelas,

merasa lemas, lesu, gelisah, nyeri ulu hati disertai tanda perdarahan di kulit

berupa bintik perdarahan. (Ayu Putri Ariani, 2016)

Indonesia merupakan salah satu daerah dengan jumlah penderita

Dengue Haemoragic Fever (DHF) terbanyak di setiap tahunnya. Tahun 2016,

terdapat 201.885 kasus DHF sehingga Incident Rate (IR) tahun 2016 sebesar

77,96 per 100.000 penduduk. Jumlah kasus meninggal akibat DHF sebanyak

1.585 kasus. Rentang tahun 2014 - 2016, jumlah kasus DHF terbanyak berada

di provinsi jawa tengah yaitu dengan jumlah 35 kasus di setiap tahunnya,

diikuti oleh Sumatra Utara dengan jumlah kasus penderita DHF sebanyak 31

kasus di setiap tahunnya. (Profil Kesehatan Indonsesia, 2016)

Penyakit DHF masih merupakan permasalahan serius di Provinsi Jawa

Tengah, terbukti 35 kabupaten/kota sudah pernah terjangkit penyakit DHF.

Angka kesakitan/Incidence Rate (IR) DHF di Provinsi Jawa Tengah pada

tahun 2015 sebesar 47,9 per 100.000 penduduk, mengalami peningkatan bila
2

dibandingkan tahun 2014 yaitu 36,2 per 100.000 penduduk. Hal ini

berarti bahwa IR DHF di Jawa Tengah lebih rendah dari target nasional

(<51/100.000), namun lebih tinggi jika dibandingkan dengan terget

(<20/100.000). Setiap penderita DHF yang dilaporkan dilakukan tindakan

perawatan penderita, penyelidikan epidemologi dilapangan serta upaya

pengendalian. Angka kematian/ Case Fatality Rate (CFR) DBD di Jawa

Tengah tahun 2015 sebesar 1,6 persen, sedikit menurun bila dibandingkan

CFR tahun 2014 yaitu 1,7 persen. Angka tersebut masih lebih tinggi

dibandingkan dengan target nasional (<1%). (Profil Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah, 2015)

Tahun 2014 di Kota Magelang terdapat 69 kasus DBD sehingga

Incident Rate (IR) DBD tahun 2014 sebesar 57,18 per 100.000 penduduk.

Kasus terbanyak terjadi di wilayah Puskesmas Magelang Utara dengan 20

kasus, Puskesmas Magelang Selatan 15 kasus, Puskesmas Jurangombo

dengan 14 kasus, dan Puskesmas Magelang Tengah 13 kasus serta Puskesmas

Kerkopan 7 kasus. Dilihat dari tahun sebelumnya terjadi penurunan kasus

yang cukup banyak dimana pada tahun 2013 terjadi 152 kasus dengan IR

sebesar 126,94 per 100.000 penduduk, sedangkan pada tahun 2012 terjadi 47

kasus dengan IR sebesar 39,53 per 100.000 penduduk. 69 kasus Demam

Berdarah Dengue (DBD) yang terjadi di Kota Magelang pada tahun 2014

tidak terdapat kasus kematian DBD, dengan Angka Kematian DBD/ Case

Fatality Rate (CFR) sebesar 0%. (Profil Kesehatan Kota Magelang, 2014).
3

Jumlah penderita dengue haemoragic fever (DHF) tahun 2015 di

RSUD Tidar masuk dalam 10 besar penyakit pada anak dan di urutan ke-7

dengan rincian 509 (35,35 %) anak menderita diare, 225 (15,63 %) anak

menderita thalasemia, 208 (14,44 %) anak menderita bronkopneumonia, 121

(8,40 %) anak menderita infeksi saluran pernapasan, 96 (6,67 % ) anak

menderita kejang, 74 (5,14 %) anak menderita trikomoniasis, 73 (5,07%)

anak menderita dengue haemoragiv fever, 56 (3,89 %) anak menderita

demam, 46 (3,19 %) anak menderita infeksi saluran kemih, 32 (2,22 %) anak

menderita thypoid. Angka penderita DHF pada tahun 2016 dari bulan

Januari-November sebanyak 76 dengan rincian 46 anak laki-laki, 30 anak

perempuan dan 1 meninggal. Di tahun 2017 beberapa penyakit anak yang

sering dijumpai di RSU Tidar Kota Magelang antara lain, dengan rincian 434

(25,3 %) anak menderita thalasemia, 269 (15,3 %) anak menderita diare, 257

(15 %) anak menderita kejang, 258 (15 %) anak menderita Infeksi saluran

pernapasan, 225 (13,1 %) anak menderita bronkopneumonia, 158 (9,2 %)

anak anak menderita thypoid, 76 (4,4 %) anak menderita Dengue Haemoragic

Fever, 36 (2,1 %) anak menderita Asma

Penyakit ini seringkali menyerang anak-anak yang berusia kurang dari

10 tahun, terutama pada anak sekolah. Keluhan yang sering kali dirasakan

pada awalnya yaitu demam, mual, muntah, malaise, anoreksia, yang diikuti

nyeri perut, nyeri kepala, mialgia/nyeri otot, suara serak, batuk, dan disuria.

Demam tinggi mendadak biasanya terjadi 2-7 hari dan jika tidak terjadi syok,

maka demam akan turun sendiri dan pasien akan sembuh dengan sendirinya
4

(self limiting) dalam waktu 5 hari. Sifat demam pada pasien DBD ini

biasanya demam tinggi dan terus-menerus serta tidak responsif terhadap

antipiretik. Antipiretik hanya dapat menurunkan sedikit demam, setelah itu

demam naik lagi. Kondisi parah, penyakit ini ditandai dengan adanya

perdarahan di bawah kulit karena kebocoran plasma, epistaksis, hemoptisis,

pembesaran hati, ekimosis, purpura, perdarahan gusi, hematemesis, dan

melena. ( Marni, 2016 )

Manifestasi perdarahan dapat berupa uji torniquet yang positif, petekie

spontan yang dapat ditemukan di daerah ekstremitas, aksila, muka dan

palatum mole. Epistaksis dan perdarahan gusi dapat ditemukan, kadang

disertai perdarahan ringan saluran cerna, hematuria lebih jarang ditemukan.

Perdarahan berat dapat ditemukan. Ruam makulopapular atau rubeliformis

dapat ditemukan pada fase awal sakit, namun berlangsung singkat sehingga

sering luput dari pengamatan orang tua. Ruam konvalesens seperti demam

dengue, dapat ditemukan pada masa penyembuhan. Hepatomegali ditemukan

sejak fase demam, dengan pembesaran yang bervariasi antara 2-4 cm bawah

arkus kosta. Perlu diperhatikan bahwa hepatomegali sangat tergantung dan

ketelitian pemeriksa. Hepatomegali tidak disertai dengan ikterus dan tidak

berhubungan dengan derajat penyakit, namun hepatomegali lebih sering

ditemukan pada DBD dengan syok (sindrom syok dengue/SSD). (Sri Rezeki,

dkk, 2014)

Kebocoran plasma dari pembuluh darah ke dalam jaringan

ekstravaskuler, yang pada puncaknya terjadi pada saat renjatan akan terlihat
5

pada tubuh pasien menjadi sembab (edema) dan darah menjadi kental.

Keadaan ini dapat dilihat dari hematokrit (Ht) yang meninggi kadang-kadang

meningkat lebih dari 20%. Akibat meningginya Ht ini aliran darah ke saluran

tubuh menjadi lambat, sedangkan penurunan cardiovaskuler menyebabkan

renjatan. Perlu diingat bahwa renjatan biasanya terjadi pada hari ke 3-7 sakit

dan sering didahului adanya sakit perut yang hebat dan adanya anuria.

Merawat pasien yang diduga menderita DBD pada hari-hari tersebut waspada

terhadap kemungkinan terjadinya renjatan atau perdarahan. Pengawasan

tanda vital (nadi, tekanan darah, suhu dan pernapasan) perlu dilakukan secara

kontinue, bila perlu setiap jam harus ada catatan yang diisi setiap melakukan

observasi pasien. Pemeriksaan Ht, Hb dan trombosit sesuai permintaan dokter

biasanya 4 jam dan harus dicatat hasilnya secara rapi karena pasien DBD

memerlukan pemantauan yang terus menerus sampai akhir. (Ngastiyah, 2014)

Penyakit Dengue Haemoragic Fever (DHF) sangat beresiko dan

penderitanya diwajibkan untuk dirawat di rumah sakit. Jika penderita DHF

tidak ditangani secara tepat dapat menimbulkan komplikasi seperti

perdarahan yang lebih luas, syok, edema paru dan hepatomegali yang lebih

parah, bahkan dapat menyebabkan kematian. Penulis tertarik untuk menyusun

proposal yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Pada Dengue Haemoragic

Fever (DHF) Dengan Fokus Studi Pengelolaan Hipertermia di RSU Tidar

Kota Magelang “.
6

B. Rumusan Masalah

Bagaimana penatalaksanaan pasien Dengue Haemoragic Fever (DHF)

dengan Hipertermia?

C. Tujuan Penelitian

Mendiskripsikan penatalaksanaan pasien Dengue Haemoragic fever

(DHF) dengan Hipertermia.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini, diharapkan memberikan manfaat bagi :

1. Masyarakat : Membudayakan pengelolaan Hipertermia secara mandiri

pada pasien Dengue Haemoragic Fever (DHF)

2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan :

a. Sebagai penelitian pendahuluan untuk mengawali penelitian lebih

lanjut tentang pengelolaan hipertermia dalam memberikan asuhan

keperawatan pasien Dengue Haemoragic Fever (DHF).

b. Sebagai salah satu sumber informasi bagi pelaksanaan penelitian

bidang keperawatan tentang pengelolaan hipertermia pada klien

Dengue Haemoragic Fever (DHF) pada masa yang akan datang

dalam rangka peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi

keperawatan.

c. Peneliti : Memperoleh pengalaman dalam melaksanakan aplikasi

riset keperawatan di tatanan pelayanan keperawatan, khusunya

penelitian tentang pengelolaan hipertermia pada pasien Dengue

Haemoragic Fever.
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dengue Haemoragic Fever

1. Definisi

a. Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit menyerang anak dan

orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa

demam akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu

infeksi Arbovirus ( Artropod Born Virus ) yang akut ditularkan oleh

nyamuk Aedes Aegypti atau oleh Aedes Aebopictus. ( Titik Lestari, 2016 )

b. Dengue Haemoragic Fever (DHF) merupakan suatu penyakit infeksi

yang disebabkan virus dengue dan termasuk golongan Arbovirus

(arthropod-borne virus) yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes

aegypti dan Aedes abopictus serta penyebarannya sangat cepat. ( Marni,

2016)

c. Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah jenis penyakit demam akut

yang disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus lagi dengan

genus flavivirus yang dikenal dengan nama virus dengue yang ditandai

dengan demam 2 samapi 7 hari tanpa sebab yang jelas lemas, lesu,

gelisah, nyeri ulu hati disertai tanda perdarahan dikulit berupa bintik

perdarahan.(AyuPutri,2016)

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa Dengue

Haemoragic Fever (DHF) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan


8

virus dengue, ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes aegypti dan Aedes

abopictus yang bermanifestasi berupa demam akut, perdarahan, nyeri otot,

sendi, lemas, lesu, gelisah, nyeri ulu hati disertai tanda perdarahan dikulit

berupa bintik perdarahan.

2. Etiologi

Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue adalah virus dengue. Virus

tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus Dengue yang

termasuk dalam grup B arthropediborne viruses (arbovirus), yaitu DEN-1,

DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Virus Dengue dibawa oleh nyamuk Aides

Aegypti masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. (Titik

Lestari, 2016)

Infeksi virus dengue ditularkan melalui gigitan vektor nyamuk Stegomiya

aegipty ( Dahulu disebut Aedes Aegypti ) dan Stegomiya albopictus ( Dahulu

Aedes albopictus ). Trasmisi virus tergantung dari faktor biotik dan abiotik.

Termasuk dalam faktor biotik adalah faktor virus, vektor nyamuk, dan

pejamu manusi : sedangkan faktor abiotik adalah suhu lingkungan,

kelembaban dan curah hujan. ( Sri Rezeki Hadinegoro, dkk, 2014 )

3. Manifestasi Klinis

Masa inkubasi Dengue antara 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari dengan gejala

klinis :

a. Demam akut yang tetap tinggi (2-7 hari) disertai gejala tidak spesifik

seperti anoreksia, malaise.


9

b. Manifestasi perdarahan : Uji Turniquiet positif atau Ruple Leed

positif, perdarahan gusi, Ptechiase, epistaksis, hematemesis atau

melena.

c. Pembesaran hati, nyeri tekan tanpa ikterus.

d. Terjadi renjatan / tidak.

e. Kenaikan nilai hemokonsentrasi nilai yaitu sedikitnya 205 dan

penurunan nilai trombosit ( Trombitopenia 100.000/ mm atau

kurang ).

f. Pada foto rontgen : Pulmonary vaskuler congestion dan plural

effusion pada paru kanan. ( Titik Lestari, 2016)

4. Penyakit DHF diklasifikasikan menjadi 4 derajat, yaitu :

a. Derajat 1

Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi

perdarahan yaitu uji bendung.

b. Derajat II

Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau

perdarahan lain.

c. Derajat III Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan

lambat, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang)


10

d. Derajat IV

Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah

tidak terukur. (Ayu Putri Ariani, 2016)

5. Anatomi Fisiologi

Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup yang berbeda

dalam ruang vaskuler, karena peranannya sebagai media komunikasi antar sel

ke betbagai bagian tubuh dengan dunia luar karena fungsinya membawa

oksigen dari paru-paru ke jaringan dan karbon dioksida dari jaringan ke paru-

paru dikeluarkan, membawa zat nutrient dari saluran cerna ke jaringan

kemudian menghantarkan sisa metabolisme melalui organ sekresi seperti

ginjal, menghantarkan hormon dan materi-materi pembekuan darah.

a. Darah tersusun atas dua komponen utama yaitu :

1) Plasma Darah

Yaitu bagian cair darah (55%) yang sebagian besar terdiri dari air

(92%), 7% protein, 1% nutrient, hasil metabolisme, gas pernapasan,

ensim, hormon-hormon, faktor pembekuan dan garam anorganik.

Protein-protein dalam plasma terdiri dari serum albumin (alpha-1

globulin, alpha-2 globulin, beta globulin dan gamma globulin),

fibrinogen, protombine, dan protein esensial untuk koagulasi. Serum

albumin dan gamma globulin sangat penting untuk mempertahankan

tekanan osmotik koloid, dan gamma globulin juga mengandung antibody


11

(immunoglobulin) seperti IgM, IgA, IgD, dan IgE untuk

mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme.

2) Sel-sel darah / butir-butir darah (bagian padat) kira-kira 45& terdiri atas

eritrosit atau sel darah merah (SDM) atau red blood cell (RBC), Leukosit

atau sel darah putih (SDP) atau white blood cell (WBC) dan trombosit

atau platelet. Sel darah putih terdiri dari basofil, eosinofil, limfosit dan

monosit.

b. Sel-sel darah terbagi menjadi 3 macam, yaitu :

1) Sel darah merah (eritrosit)

Sel darah merah yang matang mengandung 200-300 juta

hemoglobin (terdiri hem merupakan gabungan protoporfirin dengan

besi dan globin adalah bagian dari protein yang tersusun oleh 2

rantai alfa dan rantai beta) dan enzim seperti G6PD (glucose 6-

phosphate dehydogenase).Hemoglobin mengandung kira-kira 95%

besi dan berfungsi membawa oksigen dengan cara mengikat oksigen

(oksihemoglobin) dan diedarkan ke seluruh tubuh.

2) Sel-sel darah putih (leukosit)

Pada keadaan normal jumlah sel darah putih atau leukosit 5000-

10.000 sel per mm3. Leukosit terdiri dari 2 kategori yaitu, Garnulosit

(sel darah putih yang didalam sitoplasmanya terdapat granula),

kemudian agranulosit (bagian sel darah putih dimana mempunyai

intisel satu lobus dan sitoplasmanya tidak bergranula).


12

3) Trombosit

Pada keadaan normal jumlah trombosit sekitar 150.000 - 300.000

/mm3 darah dan mempunyai masa hidup sekitar 1-2 minggu atau

kira-kira 8 hari. Trombosit tersusun atas substansi fospolipid yang

penting dalam pembekuan dan juga menjaga keutuhan pembuluh

darah. (Tarwoto dan Ratna, 2009).

6. Patofisiologi

Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes

aegypti. Dengue Haemoragic Fever (DHF) ditunjukkan melalui munculnya

demam secara tiba-tiba. Demam dengue disebabkan karena tertelannya darah

viremia ( kehadiran virus dalam aliran darah ) yang mengandung virus

dengue oleh nyamuk. Infeksi virus dengue menyebabkan terjadinya proses

inflamasi sehingga tubuh mengalami kegagalan termoregulasi. Kegagalan

termoregulasi atau ketidakmampuan mempertahankan suhu tubuh dalam

kisaran normal dapat menyebabkan terjadinya hipertermia, (Ridha Nabiel,

2017).

Terjadinya Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan disertai sakit kepala

berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan arthralgia) dan ruam; ruam

demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang, petekial, dan biasanya di

beberapa muncul dahulu pada tubuh bagian bawah kemudian menyebar ke

seluruh tubuh. (Edi Warsidi, 2012).


13

Virus dengue akan bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks

virus antibody, dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplemen. Akibat

aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya

untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor

meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan terjadi kebocoran

plasma sehingga banyak kehilangan plasma melalui dinding endotel. Nilai

hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel

dinding pembuluh darah dan akan terjadi kekuranagn volume cairan pada

klien. Dan dengan hilangnya plasma klien akan mengalami asidosis

metabolik dan akan terjadi resiko syok hipovolemik. Terjadinya

trombositoponia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya koagulasi

merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan

gastrointestinal (Suriadi, 2010)

Perdarahan yang terjadi pada gastrointestinal menyebabkan hepatomegali

atau pembesaran hati. Hepatomegali mengakibatkan diafragma mengalami

penekanan. Sehingga penderita mengalami mual dan muntah. Anoreksia yang

terjadi membuat anak mengalami penurunan nafsu makan sehingga

mengakibatkan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

(Ridha Nabiel, 2017)


14

7. Pathway DHF

Gambar 2.1 Pathway DHF

Arbovirus (Melalui gigitan Viremia (kehadiran virus


nyamuk aedes aedypti) dalam aliran darah)

Infeksi Virus

Terjadi proses inflamasi Kompleks virus antibodi

Aktivasi virus komplemen


Kegagalan Termoregulasi MK. Hipertermia

Anti histamin dilepaskan

Permeabilitas

MK. Kekurangan Cairan Intravaskuler Kebocoran plasma


Volume Cairan
Trombositopenia

Asidosis Metabolik
Trombosit & koagulasi

Perdarahan gastrointestinal MK. Resiko Syok


(Hipovolemik)
Menekan diafragma

Mual, Muntah MK. Ketidakseimbangan


Nutrisi : Kurang dari
Nafsu makan
kebutuhan tubuh
Dikembangakan dari : Ridha, Nabiel (2014), Suriadi (2010)
15

8. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis tersangka pasien

demam dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit,

jumlah trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis

relatif disertai gambaran limfosit plasma biru.

Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture)

ataupun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reserve

Transcriptase Polymeras Chain Reaction), namun karena teknik yang lebih

rumit, saat ini tes serologis yang mendeteksi adanya antibodi spesifik

terhadap dengue berupa antibodi total, IgM maupun IgG lebih banyak.

Parameter yang dapat diperiksa antara lain :

a. Leukosit : Jumlah leukosit normal, tetapi biasanya menurun dengan

dominasi sel limfosit. Peningkatan jumlah leukosit menjurus ke arah

timbulnya syok.

b. Trombosit : umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.

Pada keadaan normal jumlah trombosit sekitar 150.000 - 300.000 /mm3

c. Hematokrit : Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya

peningkatan hematokrit >20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai

pada hari ke-3 demam.

d. Hemostasis : Dilakukan pemeriksaan PT (Protrombin Plasma), APTT

(Activated Partial Thromboplastin Time), Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP


16

e. (Fibrin Degradation Product) pada keadaan yang dicuragi terjadi

perdarahan atau kelainan pembekuan darah.

f. Protein/albumin dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma

g. SGOT/SGPT meningkat

h. Ureum, kreatinin : bila didapatkan gangguan fungsi ginjal

i. Elektrolit : Sebagai parameter pemantauan pemberian cairan

j. Golongan darah dan cross match (uji cocok serasi) : bila akan diberikan

transfusi darah atau komponen darah.

k. Imunoserologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue

IgM : terdeteksi mulai hari ke 3-5 meningkat sampai minggu ke-3,

menghilang setelah 60-90 hari.

IgG : pada infeksi primer IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada

infeksi sekunder IgG mulai terdeteksi hari ke-2.

k. Uji HI : dilakukan pengambilan pada hari pertama serta saat pulang dari

perawatan, uji ini digunakan untuk kepentingan surveilans

l. NS-1 : antigen NS-1 dapat dideteksi pada awal demam hari pertama sampai

hari ke delapan. Sensitivitas antigen NS! Berkisar 63% - 93,4 % dengan

spesifitas 100% sama tingginya dengan spesifitas gold standard kultur

virus. Hasil negatif NS1 antigen NS! Tidak menyingkirkan adanya infeksi

virus dengue. (Setiati Siti, dkk, 2014)


17

9. Penatalaksanaan

a. Perawatan pasien DBD derajat 1

Pada pasien derajat 1 ini keadaan umumnya seperti pada pasien

influenza biasa dengan gejala demam, lesu, sakit kepala, dan sebagainya,

tetapi terdapat juga gejala perdarahan atas hasil uji torniquet positif.

Pasien perlu istirahat mutlak, observasi tanda vital setipa 3 jam (terutama

tekanan darah dan nadi), periksa Ht, Hb dan trombosit secara periodik (4

jam sekali). Berikan minum 1,5-2 liter dalam 24 jam.

b. Perawatan pasien DBD derajat II

Umumnya pasien dengan DBD derajat II, ketika datang dirawat

sudah dalam keadaan lemah, malas minum (gejala klinis derajat I

ditambah adanya perdarahan spontan) dan tidak jarang setelah dalam

perawatn baru beberapa saat pasien jatuh kedalam keadaan renjatan.

Pasien harus segera dipasang infus sebab jika sudah terjadi renjatan

vena-vena sudah menjadi kolaps sehingga susah untuk memasang infus.

Pengawasan tanda vital, pemeriksaan hematokrit dan hemoglobin, serta

trombosit seperti derajat I, dan harus dierhatikan gejala-gejala renjatan

seperti nadi menjadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, anuria atau

anak mengeluh sakit perut dan sebagainya.

Apabila pasien derajat II ini setelah dirawat selama 2 hari keadaan

membaik yang ditandai dengan tekanan darah normal, nadi, suhu dan

pernapasan juga baik, infus yang satu dibuka yang lainnya dipertahankan
18

sampai 24 jam lagi sambil diobservasi. Jika keadaan umumnya tetap

baik, tanda vital serta Ht dan Hb sudah normal dan stabil infus dibuka.

Biasanya pasien sudah mau makan dan diperbolehkan pulang dengan

pesan untuk datang kontrol stelah satu minggu kemudian

c. Perawatan DBD derajat III (DSS)

Paisen DSS adalah pasien gawat maka jika tidak mendapatkan

penanganan yang tepat dan akan menjadi fatal sehingga memerlukan

perawatan yang intensif. Masalah utama adalah kebocoran plasma yang

pada pasien DSS ini mencapai puncaknya dengan ditemuinya tubuh

pasien sembab, aliran darah sangat lambat karena menjadi kental

sehingga mempengaruhi curah jantung dan menyebabkan gangguan saraf

pusat. Juga terjadi gangguan sistem pernapasan berupa asidosis

metabolik dan agak dipsnea karena danya cairan didalam rongga pleura.

Pertolongan yang utama adalah mengganti plasma yang keluar

dengan memberikan cairan dan elektrolit (biasanya diberikan Ringer

Laktat) dan cara memberikan diguyur ialah dengan kecepatan tetesan 20

ml/kg BB/jam. Darah kehilangan plasma maka alirannya menjadi sangat

lambat (darah menjadi sangat kental), untuk melancarkan aliran darah

tersebut klem infus dibuka tetapi biasanya tetap tidak berjalan lancar dan

tetesan masih juga lambat. Untuk membantu kelancaran tetesan infus

tersebut dimasukkan cairan secara paksa dengan menggunakan spuit 20-

30 cc sebanyak 100-200 ml melalui selang infus. Dengan cara ini dapat


19

membantu kelancaran darah dan tetesan akan menjadi lebih cepat,

selanjutnya diatur sesuai kebutuhan medis. (Dewi Wulandari dan Meira

Erawati, 2016)

B. Asuhan Keperawatan Anak Pada DHF dengan Hipertermia

1. Pengkajian

a. Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia

kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,

pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.

b. Keluhan Utama

Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke Rumah

Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan

saat demam kesadaran compos mentis. Turunnya panas terjadi antara

hari ke-3 dan ke-7 dan anak-anak semakin lemah. Kadang-kadang

disertai dengan keluhan batuk, pilek, nyeri telan, mual, muntah anoreksia,

diare / konstipasi, sakit kepala nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati

dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi

perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemesis.
20

d. Riwayat Penyakit yang pernah diderita

Penyakit apa saja yang pernah diderita. DHF pada anak bisa mengalami

serangan ulang dengan tipe virus DHF yang lain.

e. Riwayat Imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan

timbulnya komplikasi dapat dihindari.

f. Riwayat Gizi

Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak

dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat

faktor predisposisinya, anak yang menderita DHF sering mengalami

keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini

berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi,

makan anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status

gizinya menjadi kurang.

g. Kondisi Lingkungan

Sering terjadi didaerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang

kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju dikamar)
21

h. Pemeriksaan Fisik

1) Tanda-tanda Vital

a) Peningkatan suhu tubuh

b) Peningkatan frekuensi nadi

c) Penurunan tekanan darah

2) Keadaan Umum

a) Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi dari ujung

rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade) DHF,

keadaan fisik anak adalah sebagai berikut :

(1) Grade I : Kesadaran compos mentis, keadaan umum lemah,

tanda-tanda vital dan nadi lemah

(2) Grade II : Kesadaran compos mentis, keadaan umum

lemah, ada perdarahan spontan ptekie, perdarahan gusi dan

telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak teratur.

(3) Grade III : Kesadarn apatis, omnolen, keadaan umum

lemah, nadi lemah, kecil dan tidak teratur serta tensi menurun.

(4) Grade IV : Kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak

teraba, tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas

dingi, berkeringat dan kulit tampak biru.


22

j. Sistem Integumen

1) Adanya ptekie pada kulit, turgor kulit menurun dan muncul keringat

ingin dan lemah.

2) Kaki sianosis/tidak.

3) Kepala dan leher

Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam, mata

anemis, hidung kadang mengalmi perdarahan (epistaksis) pada

grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering,

terjadi perdarahan gusi dan nyeri telan. Sementara tenggorokan

mengalami hyperemia faring dan terjadi perdarahan telinga (pada

grade II, III, IV)

4) Dada

Bntuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax

terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan

(efusi pleura), Rales, Ronchi yang biasanya terdapat pada grade III

dan IV.

5) Abdomen, mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali),

dan asites.

6) Ekstremitas, Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang.

(Nursalam dan Susilaningrum, 2008)


23

k. Pola Kesehatan Fungsional

Menurut Potter & Perry (2010) ada 11 pola fungsional gordon

1) Pola persepsi-manajemen kesehatan

Status kesehatan anak sejati lahir bagus, orang tua pasien rajin

melakukan imunisasi yaitu BCG, polio, campak, DPT, dan hepatitis,

yang menyebabkan anak absen berangkat sekolah adalah jika pasien

demam, orang tua tidak merokok didekat anak, mainan anak aman,

produk rumah tangga aman, orang tua tahu tentang penyakit

anaknya.

2) Pola metabolisme-nutrisi

Pola makan dan minum klien sehari-hari atau dalam jangka seminggu,

berat badan, hilang atau bertambahnya berat badan.

3) Pola eliminasi

Klien pada saat BAB kadang-kadang mengalami diare atau

konstipasi. DHF pada grade III-IV bisa terjadi melena. BAK klien

perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau banyak, sakit atau

tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.

4) Pola aktivitas-latihan

Sebelum sakit klien sering bermain bersama teman-temannya, saat

sakit klien tidak beraktivitas, klien hanya beristirahat karena sakit.


24

5) Pola tidur-istirahat

Anak sering mengalami kurang tidur karena nyeri otot dan

persendian, sehingga kuantitas dan kualitas tidur, serrta istirahat

kurang.

6) Pola kognitif-persepsi

Respon anak untuk bicara baik, suara keras, anak mampu

mengatakan nama, waktu,a lamat, mampu mengidentifikasi

kebutuhan : lapar, haus , nyeri

7) Pola konsep diri-persepsi diri

Status mood anak baik, pemahaman anak terhadap identitas diri baik.

8) Pola hubungan-peran

Struktur keluarga pasien merupakan anak ke berapa dari beberapa

saudara. Tinggal bersama orang tua dan interaksi antara anggota

keluarga baik.

9) Pola reproduksi seksualitas

Perasaan anak sebagai laki-laki atau perempuan.

10) Pola toleransi stress koping

Hal yang menyebabkan anak stress adalah harus dirawat di RS

selalu disuntik, tidak betah, perawat memberi penjelasan agar klien

bisa memahami kalau dirawat di RS untuk kesembuhan klien.


25

11) Pola nilai-keyakinan

Orang tua klien selalu mengajarkan kepada anaknya untuk

menjalankan ibadah dan perilaku yang baik terhadap orang lain.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Hipertermia (00007)

Definisi : Suhu inti tubuh atas kisaran normal diurnal karena kegagalan

termoregulasi.

Batasan Karakteristik :

1) Apnea

2) Bayi tidak dapat mempertahankan menyusu

3) Gelisah

4) Hipotensi

5) Kejang

6) Koma

7) Kulit kemerahan

8) Kulit terasa hangat

9) Letargi

10) Postur abnormal


26

11) Stupor

12) Takikardia

13) Takipnea

14) Vasodilatasi

Berhubungan dengan :

1) Agen farmaseutikal

2) Aktivitas berlebihan

3) Dehidrasi

4) Iskemia

5) Pakaian yang tidak sesuai

6) Peningkatan laju metabolisme

7) Penurunan perspirasi

8) Penyakit

9) Sepsis

10) Suhu lingkungan tinggi

11) Trauma

b. Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh


27

Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

metabolik.

Batasan karakteristik :

1) Berat badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan ideal

2) Bising usus hiperaktif

3) Cepat kenyang setelah makan

4) Diare

5) Gangguan sensasi rasa

6) Kehilangan rambut berlebihan

7) Kelemahan otot pengunyah

8) Kelemahan otot untuk menelan

9) Kerapuhan kapiler

10) Kesalahan informasi

11) Kesalahan persepsi

12) Keidakmampuam memakan makanan

13) Kram abdomen

14) Kurang informasi

15) Kurang minat pada makanan


28

16) Membran mukosa pucat

17) Nyeri abdomen

18) Penurunan berat badan dengan asupan makan adekuat

19) Sariawan arongga mulut

20) Tonus otot menurun

Berhubungan dengan :

1) Faktor biologis

2) Faktor ekonomi

3) Gangguan psikososial

4) Ketidakmampuan makan

5) Ketidakmampuan mencerna makanan

6) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient

7) Kurang asupan makanan

c. Kekurangan Volume Cairan

Definisi : Penurunan cairan intravaskuler, interstitial, dan?atau intraseluler.

Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar

natrium.

Batasan Karakteristik :

1) Haus
29

2) Kelemahan

3) Kulit kering

4) Membran mukosa kering

5) Peningkatan frekuensi nadi

6) Peningkatan hematokrit

7) Peningkatan konsentrasi urine

8) Peningkatan suhu tubuh

9) Penurunan berat badan tiba-tiba

10) Penurunan haluaran urine

11) Penurunan pengisian vena

12) Penurunan tekanan darah

13) Penurunan tekanan nadi

14) Penurunan turgor kulit

15) Penurunan turgor lidah

16) Penurunan volume nadi

17) Penurunan status mental

Berhubungan dengan :

1) Kegagalan mekanisme regulasi


30

2) Kehilangan cairan aktif

d. Resiko Syok

Definisi : Rentan mengalami ketidakcukupan aliran darah ke jaringan

tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam

jiwa, yang dapat mengganggu kesehatan

Faktor Resiko :

1) Hipoksemia

2) Hipoksia

3) Hipotensi

4) Hipovolemia

5) Infeksi

6) Sepsis

7) Sindrom respon inflamsi sistematik (systematic inflamatory response

syndrome [SIRS])

3. Intervensi

a. Hipertermia

Hasil NOC :

Termoregulasi (0800)

NOC :
31

1) Tidak merasa merinding saat dingin

2) Tidak berkeringat saat panas

3) Tidak menggigil saat dingin

4) Tingkat pernapasan tidak terganggu

5) Kenyamanan suhu tidak terganggu

6) Tidak ada peningkatan suhu kulit

7) Tidak hipertermia

8) Tidak sakit kepala

9) Tidak sakit otot

10) Tidak ada sifat lekas merah

11) Tidak ada perubahan warna kulit

Hasil NIC :

Perawatan demam (3740)

Aktivitas-aktivitas :

1) Pantau suhu dan tanda vital lainnya

2) Monitor warna kulit dan suhu

3) Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan kehilangan cairan

yang tidak dirasakan


32

4) Beri obat dan cairan IV

5) Lakukan kompres hangat untuk mengatasi demam

6) Jangan beri aspirin untuk anak-anak

7) Dorong konsumsi cairan

8) Berikan oksigen, yang sesuai kenutuhan

9) Tingkatkan sirkulasi darah

10) Lembabkan bibir dan mukosa hidung yang kering

Pengaturan Suhu (3900)

Aktivitas-aktivitas

1) Monitor suhu setiap 2 jam atau sesuai kebutuhan

2) Monitor suhu baru lahir samapi stabil

3) Pasang alat monitor suhu inti secara kontinu atau sesuai kebutuhan

4) Monitor tekanan darah, nadi, respirasi, sesuai kebutuhan

5) Monitor suhu dan warna kulit

6) Monitor dan laporkan adanya tanda dan gejala hipertermia dan

hipotermia

7) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat

8) Selimuti bayi segera setelah lahir untk mencegah kehilangan panas


33

9) Sesuaikan suhu lingkungan untuk kebutuhan pasien

10) Berikan pengobatan antipiretik, sesuai kebutuhan

b. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

Hasil NOC

Status Nutrisi (1004) :

1) Asupan gizi dalam rentang normal

2) Asupan makanan dalam rentang normal

3) Asupan cairan dalam rentang normal

4) Energi dalam rentang normal

Status Nutrisi : Asupan Nutrisi (1009) :

1) Asupan protein terpenuhi

2) Asupan lemak terpenuhi

3) Asupan karbohidrat terpenuhi

4) Asupan vitamin terpenuhi

5) Asupan mineral terpenuhi

6) Asupan zat besi terpenuhi

Hasil NIC

Manajemen nutrisi (1100)


34

Aktivitas-aktivitas :

1) Tentukan status gizi pasien dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan

gizi

2) Berikan pilihan makanan sambil menawarkan bimbingan terhadap

pilihan (makanan) yang lebih sehat jika diperlukan

3) Lakukan atau bantu pasien terkait perawatan mulut sebelum makan

4) Anjurkan pasien untuk duduk tegak dikursi jika memungkinkan

5) Tawarkan makanan yang ringan dan padat gizi

Manajemen gangguan makan (1030)

1) Monitor tanda-tanda fisiologis (tanfa-tanda vital, elektrolit) jika

diperlukan

2) Monitor intake dan asupan cairan secara tepat

3) Observasi klien selama dan setelah pemberian makan/ makanan ringan

untuk meyakinkan bahwa intake/asupan makanan yang cukup tercapai

dan dipertahankan

c. Kekurangan volume cairan

Hasil NOC

Keseimbangan cairan (0601)

1) Tekanan darah normal


35

2) Denyut perifer normal

3) Turgor kulit baik

4) Hematokrit normal

5) Tidak merasa kehausan

Hidrasi (0602)

1) Turgor kulit baik

2) Membran mukosa lembab

3) Intake cairan seimbang

4) Output cairan seimbang

5) Tidak mengalami perfusi jaringan

6) Tidak mengalami peningkatan suhu tubuh

7) Tidak kehilangan berat badan

Hasil NIC

Manajemen Cairan (4120)

Aktivitas-aktivitas :

1) Monitor TTV klien

2) Jaga intake/asupan yang akurat dan catat output pasien

3) Berikan cairan, dengan tepat


36

4) Berikan terapi IV, seperti yang ditentukan

5) Tingkatkan asupan normal

d. Resiko Syok

Hasil NOC

Keparahan syok : Hipovolemik (0419)

1) Tidak mengalami penurunan tekanan nadi perifer

2) Tidak mengalami penurunan tekanan darah sistilik

3) Tidak mengalami penurunan tekanan darah diastolik

4) Tidak pucat

Hasil NIC :

Pencegahan Syok (4260)

Aktivitas-aktivitas :

1) Monitor terhadap adanya respon kompensasi awal syok

2) Monitor terhadap adanya tanda awal dari penurunan fungsi jantung

3) Monitor kemungkinan penyebab kehilangan cairan

4) Monitor hasil lab, hemoglobin dan hematokrit

5) Perikas urine terhadap adanya darah dan protein


37

4. Implementasi

Disesuaikan dengan kebutuhan pasien Dengue Haemoragic Fever (DHF)

dengan fokus studi pengelolaan hipertermia dan diambil sesuai dari NIC.

5. Evaluasi

Kriteria hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan

menurut NANDA tahun 2015, NIC & NOC tahun 2016 adalah sebagai

berikut :

a. Hipertermia 00007

1) Termoregulasi (0800)

b. Resiko Perdarahan 00206

1) Keparahan Kehilangan Darah (0413)

2) Status Sirkulasi (401)

c. Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh 00002

1) Status Nutrisi (1004)

2) Status Nutrisi : Asupan Nutrisi (1009)

d. Kekurangan Volume Cairan

1) Keseimbanagn Cairan (0601)

e. Resiko Syok (00205)

1) Keparahan syok : Hipovolemik (0419)


38

C. Konsep Tumbuh Kembang

1. Pengertian

Istilah pertumbuhan dan perkembangan (tumbang) pada dasarnya

merupakan dua peristiwa yang berlainan, akan tetapi keduanya saling

berkaitan. Pertumbuhan (growth) merupakan masalah perubahan dalam

ukuran besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun

individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran

panjang (cm,meter). Perkembangan (development) merupakan

bertambahnya kemampuan (skill/keterampilan) dalam struktur dan

fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat

diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.

Dari dua pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa

pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan

perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi sel atau organ tubuh

individu, keduanya tidak bisa dipisahkan. (Ridha Nabiel, 2014)

2. Ciri-Ciri Pertumbuhan dan Perkembangan

a. Bahwa manusia itu tumbuh dan berkembang sejak dalam rahim

sebagai jnain, akan berlanjut dengan proses tumbuh kembang

anak, dan kemudian proses tumbuh kembang dewasa.

b. Dalam periode tertentu, terdapat adanya periode percepatan atau

periode perlambatan. Antara lain :


39

1) Pertumbuhan cepat terjadi pada masa janin.

2) Pertumbuhan cepat kembali terjadi pada masa akil baligh

(12-16 tahun).

3) Selanjutnya pertumbuhan kecepatannya secara berangsur-

angsur berkurang samapi suatu waktu (sekitar 18 tahun)

berhenti.

c. Terdapat adanya laju tumbuh kembang yang berlainan antara

organ-organ

d. Tumbuh kembang merupakan suatu proses yang dipengaruhi

oleh dua faktor penentu, yaitu faktor genetik yang merupakan

faktor bawaan, yang menunjukkan potensi anak dan faktor

lingkungan, yang merupakan faktor yang menentukan apakah

faktor genetik (potensi) anak akan tercapai.

e. Pola perkembangan anak mengikuti arah perkembangan yang

disebut sefalokaudal (dari arah kepala ke kaki) dan

proksimaldital (menggerakkan anggota gerak yang paling dekat

dengan pusat, kemudian baru yang jauh).

f. Pola perkembangan anaka sama pada setiap anak, tetapi

kecepatannya berbeda-beda. (Maryani, 2010)

3. Tahap-Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan

a. Masa Pranatal
40

1) Masa mudigah/embrio : Konsepsi-8 minggu

2) Masa janin/fetus : 9 minggu-lahir

b. Masa bayi : Usia 0-1 tahun

1) Masa neonatal : Usia 0-28 hari

a) Masa neonatal dini : 0-7 hari

b) Masa neonatal lanjut : 8-28 hari

2) Masa pasca neonatal : 29 hari-1 tahun

c. Masa prasekolah : Usia 1 - 6 tahun

d. Masa sekolah : Usia 6 - 18/20 tahun

1) Masa pra-remaja : Usia 6 - 10 tahun

2) Masa remaja

e. Masa remaja dini

1) Wanita : Usia 8 - 13 tahun

2) Pria : Usia 10 - 15 tahun

f. Masa remaja lanjut

1) Wanita : Usia 13 - 18 tahun

2) Pria : Usia 15 - 20 tahun

(Arfiana dan Arum, 2016)


41

4. Faktor yang mempengaruhi Tahap pertumbuhan dan Perkembangan anak

a. Faktor Herediter

Herediter/keturunan merupakan faktor yang tidak dapat diubah

ataupun dimodifikasi. Ini merupakan modal dasar untuk

mendapatkan hasil akhir dari tumbang anak. Melalui intruksi genetic

yang terkandung dalam sel telur yang telah dibuahi dapatlah

ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Termasuk dalam

faktor genetik ini adalah jenis kelamin dan suku bangsa/ras.

Misalnya, anak keturunan bangsa eropa akan lebih tinggi dan besar

jika dibandingkan dengan keturunan asia termasuk indonesia,

pertumbuhan postur tubuh wanita akan berbeda dengan laki-laki.

b. Faktor Lingkungan

1) Lingkungan Internal

Hal yang berpengaruh diantaranya adalah hormon dan

emosi. Ada 3 hormon yang mempengaruhi pertumbuhan anak. ,

hormon somatotropin merupakan hormon yang mempengaruhi

jumlah sel tulang, merangsang sel otak pada masa pertumbuhan,

berkurangnya hormon ini akan menyebabkan kretinesme dan

hormon gonadotropin yang berfungsi untuk merangsang

perkembangan seks laki-laki dan memproduksi spermatozoa

sedangkan estrogen merangsang perkembangan seks wanita dan


42

produksi sel telur. Jika kekurangan hormon gonadotropin

ini akan menyebabkan terhambatnya perkembangan seks.

Terciptanya hubungan yang hangat dengan orang lain

seperti ayah, ibu, saudara teman sebaya, guru dan sebagainya

akan berpengaruh besar terhadap perkembangan emosi, sosial

dan intelektual anak.

2) Lingkungan Eksternal

Dalam lingkungan eksternal ini banyak sekali yang

mempengaruhinya, diantaranya adalah kebudayaan ;

kebudayaan suatu daerah akan mempengaruhi kepercayaan,

adat kebiasaan dan tingkah laku dalam bagaimana orang tua

mendidik anaknya. Status sosial ekonomi keluarga juga

berpengaruh, orang tua yang ekonomi menengah ke atas dapat

dengan mudah menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah

berkualitas, sehingga mereka dapat menerima atau mengadopsi

cara-cara baru bagaimana cara merawat anak dengan baik.

Status nutrisi, pengaruhnya juga sangat besar, orang tua dengan

ekonomi lemah bahkan tidak mampu memberikan makanan

tambahan buat bayinya, sehingga bayi akan kekurangan nutrisi

yang akibat selanjutnya daya tahan tubuh akan menurun dan

akhirnya bayi/anak akan jatuh sakit. Olahraga yang teratur

dapat meningkatkan sirkulasi darah dalam tubuh, aktifitas


43

fisiologis dan stimulasi terhadap perkembangan otot-otot ,

posisi anak dalam keluarga ditengarai juga berpengaruh, anak

pertama akan menjadi pusat perhatian orang tua, sehingga

kebutuhan dipenuhi baik itu kebutuhan fisik, emosi maupun

sosial.

c. Faktor Pelayanan Kesehatan

Adanya pelayanan kesehatan yang memadai di sekitar

lingkungan dimana anak tumbuh dan berkembang, diharapkan

tumbang anak dapat terpantau. Sehingga apabila terdapat sesuatu hal

yang sekiranya meragukan atau terdapat keterlambatan dalam

perkembangannya, anak dapat segera mendapatkan pelayanan

kesehatan dan diberikan solusi pencegahannya. (Ridha, 2014)

Umur Fisik Motorik sensoris Sosialisasi

Umur 1 Berat badan Bayi akan mulai Mata mengikuti Bayi sudah
bulan akan meningkat berusaha untuk sinar ke tengah mulai tersenyum
150-200 gr?mg. mengangkat pada orang
Tinggi badan kepala dengan disekitarnya
meningkat dibantu oleh
2,5cm/bln. orang tua, tubuh
Besarnya ditengkurapkan,
kenaikan seperti kepala menoleh
ini akan ke kiri ataupun
berlangsung kekanan, reflek
sampai bayi menghisap,
umur 6 bulan. menelan,
menggenggam
sudah mulai
positif.
44

Tumbuh kembang infant / bayi, umur 0-12 bulan

#Umur 2-3 Fontanel Mengangkat Sudah bisa Mulai tertawa


bulan posterior sudah kepala, dada dan mengikuti arah pada seseorang,
menutup berusaha untuk sinar ke tepi, senang jika
menahnnya koordinasi ke tertawa keras,
sendiri dengan atas dan menangis sudah
tangan, kebawah, mulai mulai
memasukkan mendengarkan berkurang.
tangan kedalam suara yang
mulut, mulai didemgarnya.
berusaha untuk
meraih benda-
benda yang
menarik yang
ada
disekitarnya,
bisa didudukkan
dengan posisi
punggung di
sokong, mulai
asik bermain-
main sendiri
dengan tangan
dan jarinya.
Umur 4-5 Berat badan Jika didudukkan Sudah bisa Senang jika
bulan menjadi dua kali kepala sudah mengenal orang- berinteraksi
dari berat badab seimbang dan orang yang dengan orang
lahir, ngeces punggung sudah sering berada lain walaupun
karena tidak mulai kuat, dila didekatnya, belum pernah
adanya ditengkurapkan akomodasi mata dilihat/dikenaln
koordinasi sudah bisa mulai positif. ya, sudah bisa
menelan saliva. miring dan mengeluarkan
kepala sudah suara pertanda
bisa tegak lurus, tidak senang
reflek primitif bila
sudah mulai mainan/benda
hilang, berusaha miliknya
meraih benda diambil orang
disekitar dengan lain.
tangannya.
45

Umur 6-7 Berat badan Bayi sudah bisa - Sudah dapat


bulan meningkat 90- membalikkan membedakan
150 badan sendiri, orang yang
gram/minggu, memindahkan dikenalnya
tinggi badan anggota badan dengan yang
meningkat 1,25 dari tangan yang tidak
cm/ bulan satu ke tangan dikenalnya, jika
yang lainnya, bersama dengan
mengambil orang yang
mainan dengan belum
tangannya, dikenalnya bayi
senang akan merasa
memasukkan cemas, sudah
kaki ke mulut, dapat menyebut
sudah mulai bisa atau
memasukkan mengeluarkan
makanan ke suara
mulut sendiri. em..em..emm.
Bayi biasanya
cepat menangis
jika terdapat
hal-hal yang
tidak
disenanginya
akan tetapi akan
cepat tertawa
lagi.
46

Umur 8-9 bnaisa duduk - Bayi tertarik Bayi mengalami


bulan dengan dengan benda- stranger anxiey/
sendirinya , benda kecil merasa cemas
koordinasi yang ada terhadap hal-hal
tangan ke disekitarnya. yang belum
tangan sangat dikenalnya
sering, bayi (orang asing)
mulai tengkurap sehingga dia
sendiri dan akan menangis
mulai belajar dan mendorong
untuk serta meronta-
merangkak, ronta,
sudah bisa merangkul/mem
mengambil emeluk orang
benda dengan yang
menggunakan dicintainya, jika
jari-jarinya. dimarahi dia
sudah bisa
memberikan
reaksi menangis
dan tidak senang
mulai
mengulang kata-
kata
“dada..dada..dad
a” tetapi belum
punya arti.
Umur 10- Berat badan 3 Sudah mulai Visual acuty 20- Emosi positif,
12 bulan kali berat badan belajar berdiri 50 positif, sudah cemburu, marah,
waktu lahir, gigi tetapi tidak dapat lebih senang
bagian atas dan bertahan lama, membedakan pada lingkungan
bawah sudah belajar berjalan bentuk. yang sudah
tumbuh. dengan bantuan, dikeahuinya,
sudah bisa merasa takut
berdiri dan pada situasi
duduk sendiri, yang asing,
mulai belajar mulai mengerti
menggunakan akan perintah
tangan, sudah sederhana,
bisa bermain sudah mengerti
“ci..luk..ba” anmanya
mulai senang sendiri, sudah
mencoret-coret bisa menyebut
kertas. abi, ummi.
47

2.1 Tabel tumbuh kembang infant bayi, umur 0-12 bulan (Ridha, H. Nabiek.2014)

Umur Fisik Motorik sensoris Sosialisasi

Umur 1 Berat badan Bayi akan mulai Mata mengikuti Bayi sudah
bulan akan meningkat berusaha untuk sinar ke tengah mulai tersenyum
150-200 gr?mg. mengangkat pada orang
Tinggi badan kepala dengan disekitarnya
meningkat dibantu oleh
2,5cm/bln. orang tua, tubuh
Besarnya ditengkurapkan,
kenaikan seperti kepala menoleh
ini akan ke kiri ataupun
berlangsung kekanan, reflek
sampai bayi menghisap,
umur 6 bulan. menelan,
menggenggam
sudah mulai
positif.
Ridha, 2014

2.2 Tumbuh Kembang Toddler, Umur 1-3 tahun

Umur Motorik Kasar Motorik Halus


Umur 15 bulan Sudah bisa berjalan sendiri tanpa Sudah bisa memegangi
bantuan. cangkir, memasukkan jari ke
lubang, membuka kotak,
melempar benda.
Umur 18 bulan Mulai berlari tapi masih sering Sudah bisa makan dengan
jatuh, menarik-narik mainan, mulai menggunakan sendok, bisa
sering naik tangga tetapi masih membuka halaman buku,
dengan bantuan. belajar menyusun balok.
Umur 24 bulan Berlari sudah baik, dapat naik Sudah bisa membuka pintu,
tangga sendiri dengan kedua kaki membuka kunci, menggunting
tiap tahap. sederhana, minum dengan
menggunakan gelas atau
cangkir, sudah dapat
menggunakan sendok dengan
baik.
48

Umur 36 bulan Sudah bisa naik turun tangga Bisa cuci tangan sendiri.

Ridha, 2014

2.3 Tumbuh Kembang Pra Sekolah

Umur Motorik kasar Motorik Halus Sosial Pertumbuh


emosional an fisik
Usia 4 tahun Berjalan Sudah bisa - -
berjinjit, menggunakan
melompat, gunting dengan
melompat lancar, sudah
dengan satu bisa
kaki, menggambar
menangkap bola koak,
dan menggambar
melemparkanny garis vertical
a dari atas maupun
kepala. horizontal,
belajar
membuka dan
memasang
kancing baju.
Usia 5 tahun Berjalan mundur Menulis dengan Bermain sendiri Berat
sambil berjinjit, angka-angka, mulai badan
sudah dapat menulis dengan berkurang, meningkat
menangkap dan huruf, menulis sering 25 kg/
melempar bola dengan kata- berkumpul tahun,
dengan baik, kata, belajar dengan teman tinggi
sudah dapat menulis nama, sebaya, interaksi badan
melompat belajar mengikat sosial selama meningkat
dengan baik, tali sepatu. bermain 6,75-7,5
sudah dapat meningkat, cm/tahun.
melompat sudah siap
dengan kaki menggunakan
secara alat-alat
bergantian. bermain.
49

2.4 Tumbuh Kembang Usia Sekolah

Usia Motorik Sosial Emosional Pertumbuhan Fisik


Usia Sekolah Lebih mampu Mencari lingkungan Berat badan
menggunakan otot- yang lebih luas meningkat 2-3
otot kasar dari pada sehingga cenderung kg/tahun, tinggi
otot-otot halus. sering pergi dari badan meningkat
Misalnya loncat tali, rumah hanya untuk 6-7 cm/tahun.
badminton, bola bermain dengan
volly, pada akhir teman, saat ini
masa sekolah sekolah sangat
motorik halus lebih berperan untuk
berkurang, anak membentuk pribadi
laki-laki lebih aktif anak, disekolah
dari pada anak anak harus
perempuan. berinteraksi dengan
orang lain selain
keluarganya,
sehingga peran guru
sangatlah besar.

Ridha, 2014

2.5 Tumbuh Kembang Remaja (Adolescent)

Pertumbuhan Fisik Sosial Emosional


Merupakan tahap pertumbuhan yang sangat Kemampuan akan sosialisasi meningkat,
pesat tinggi badan 25 %, berat badan 50 %, relasi dengan teman wanita/pria akan
semua sistem tubuh berubah dan yang paling tetapi lebih penting dengan teman
banyak adalah sistem endokrin, bagian- sejenis, penampilan remaja sngat
bagian tubuh tertentu memanjang misalnya penting karena mereka supaya diterima
tangan, kaki,proporsi tubuh memanjang. oleh kawan dan disamping itu pula
persepsi terhadap badannya akan
mempengaruhi konsep dirinya, peranan
orang tua/ keluarga sudah tidak begitu
penting tetapi sudah mulai beralih pada
teman sebaya.

Ridha, 2014
51

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Metode penulisan yang digunakan dalam studi kasus ini adalah metode

deskriptif, dengan pemaparan kasus dan menggunakan pendekatan proses

keperawatan dengan memfokuskan pada salah satu masalah penting dalam

kasus yang dipilih yaitu asuhan keperawatan pada klien dengan dengue

haemoragic fever (DHF) dengan fokus studi pengelolaan hipertermia.

B. Subyek Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua responden (klien), dimana memiliki

kriteria inklusi sebagai berikut :

1. Klien rawat inap berumur 1 - 18 tahun di RSUD Tidar Kota

Magelang

2. Klien telah terdiagnosa Dengue Haemoragic Fever (DHF)

3. Klien bersedia menjadi responden

Kriteria ekslusi sebagai berikut :

1. Klien yang tidak bersedia menjadi responden/ pulang paksa.

C. Fokus Studi

Perubahan Termoregulasi klien yang mendapat tinfakan mandiri dan

kolaborasi.
51

D. Definisi Operasional Fokus Studi

Asuhan keperawatan yaitu pelaksanaan pengkajian, perencanaan,

tindakan dan evaluasi pada klien yang mengalami Dengue Haemoragic Fever

(DHF) dengan Hipertermia.

E. Tempat dan Waktu

1. Tempat Penelitian

Ruang Dahlia RSUD Tidar Kota Magelang.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober 2017 sampai

dengan 30 Maret 2018.

F. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis yaitu dengan

berbagai cara meliputi :

1. Wawancara

Penulis melakukan wawancara secara langsung dengan klien

tentang keluhan dan penyakitnya. Melakukan diskusi dengan tim medis

berhubungan dengan penanganan klien Dengue haemoragic Fever (DHF)

dengan fokus studi pengelolaan Hipertermia di RSUD Tidar Kota

Magelang.

2. Observasi langsung

Melakukan pengamatan langsung pada keadaan klinis klien dan

mencatat hasil tindakan asuhan keperawatan hipertermia yang diberikan


52

pada klien dengan Dengue Haemoragic Fever (DHF) di RSUD

Tidar Magelang.

3. Pemeriksaan fisik

Melakukan pemeriksaan fisik klien Meliputi inspeksi, palpasi,

auskultasi dan perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan

tingkatan (grade) DHF.

4. Studi dokumentasi

Menggunakan berbagai sumber catatan medis serta hasil

pemeriksaan penunjang yang relevan dengan masalah keperawatan

hipertermia pada klien Dengue Haemoragic Fever (DHF) seperti

pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit dan hapusan

darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif disertai gambaran

limfosit plasma biru. Dapat dilakukan pemeriksaan tes serologis yang

mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap dengue berupa antibodi total,

IgM maupun IgG lebih banyak.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian terdiri dari demografi yaitu identitas pasien

(nama,umur,jenis kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjan,

status perkawinan, alamat) dan identitas penanggung jawab

(nama,umur,jenis kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjan,

status perkawinan, alamat, sumber daya). Riwayat kesehatan terdiri dari

keluhan utama, alasan pasien masuk rumah sakit, riwayat kesehatan


53

sekarang, penyakit yang pernah diderita, riwayat alergi, riwayat

kesehatan keluarga, riwayat sosial.

G. Cara Pengolahan Data

Penelitian ini pengolahan data secara naratif yaitu bersumber dari fokus

studi dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan

H. Penyajian Data

Analisis data dimulai dengan mengemukakan fakta, selanjutnya

membandingkan dengan teori lalu di masukkan dalam pembahasan. Teknik

analisis yang digunakan dengan membuat narasi yang diperoleh dari hasil

wawancara yang telah mengacu pada pengkajian hipertermia sehingga

mempermudah dalam hal menentukan prioritas masalah sesuai dengan

keluhan klien. Menentukan diagnosa keperawatan dan menyusun rencana

keperawatan untuk mengatasi masalah. Melakukan tindakan keperawatan

sesuai dengan respon klien dan mengevaluasi keadaan klien sesuai dengan

tujuan yang telah direncanakan. Data disajikan secara narasi dan juga dengan

ungkapan verbal dari subjek penelitian yang merupakan pendukung data.

Analisis data yang dilakukan adalah untuk menilai kesenjangan antara

teori dan respon serta pelaksanaan pada klien Dengue Haemoragic Fever

(DHF) dengan fokus studi pengelolaan Hipertermia yang telah dipilih

menjadi objek penelitian. Juga untuk menilai kesenjangan antara klien 1

dengan yang lain dalam responnya menerima asuhan keperawatan.


54

I. Etika Penelitian

Etika penelitian bertujuan untuk menjaga kerahasiaan identitas

responden akan kemungkinan terjadinya ancaman terhadap responden.

Penelitian ini mencakup beberapa hal mengenai etika yang ditekankan, yaitu

sebagai berikut:

1. Anonimity (tanpa nama)

Studi kasus ini penulis menggunakan nama inisial klien untuk

menjaga keamanan dan keselamatan klien.

2. Informed Consent (persetujuan menjadi klien)

Bentuk persetujuan untuk menjadi klien dilakukan secara tertulis

sehingga tidak ada dorongan atau paksaan dari orang lain.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Data klien digunakan hanya sebagai studi kasus dalam pengelolaan

klien Dengue Haemoragic Fever (DHF). Kerahasiaan informal respon

dan dijamin oleh peneliti dan hanya data-data tertentu yang akan

dilaporkan sebagai hasil penelitian.

4. Bebas dari penderitaan (penelitian ini dilaksanakan tanpa mengakibatkan

penderitaan pada subjek)

Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan

kepada subjek khususnya jika menggunakan tindakan khusus.

5. Bebas dari eksploitasi (partisipasi responden dalam penelitian tidak akan

digunakan untuk hal-hal yang dapat merugikan dalam bentuk apapun).


55

Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari keadaan

yang tidak menguntungkan. Subjek harus di yakinkan bahwa

partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan, tidak

akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek dalam

bentuk apapun.

6. Resiko (peneliti telah mempertimbangkan resikodan keuntungan setiap

tindakan yang dilakukan kepada responden)

Peneliti harus berhati-hati mempertimbangkan resiko dan

keuntungan yang berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.

7. Right to selt determination (subjek penelitian tidak boleh dipaksa untuk

menjadi responen tanpa ada sanksi apapun)

Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai

hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek ataupun tidak,

tanpa adanya sanksi apapun atau akan berakibat terhadap

kesembuhannya, jika mereka seorang klien.

8. Right to full disclosure (subjek memiliki hak untuk mendapatkan jaminan

dari perlakuan yang diberikan)

Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci dan

bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek.

9. Right in fair treatment ( subjek harus diperlakukan secara adil sebelum,

selama, dan setelah penelitian dilaksanakan tanpa ada diskriminasi walau

klien drop out dari penelitian)


56

Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan

setelah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi

apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.

10. Right to privacy (hak untuk dijaga kerahasiannya)

Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan

harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama dan rahasia

(Nursalam, 2008).
57

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 8-12 Januari 2018 di ruang Dahlia

Rumah Sakit Umum Tidar Kota Magelang. Klien didiagnosa Dengue

Haemoragic Fever (DHF). Data yang diperoleh berdasarkan observasi,

wawancara dengan klien dan keluarga klien, pemeriksaan fisik dan status

klien.

1. Kasus Pertama

a. Pengkajian

1) Biodata Klien

Klien bernama An. A berumur 13 tahun, jenis kelamin laki-

laki, beragama islam dan beralamat di Tempuran, Kab.

Magelang. Klien masuk rumah sakit pada tanggal 8 Januari

2018 pada pukul 13.00 via IGD diagnosa Febris hari ke 5.

Kemudian klien dirawat inap di ruang Dahlia pada pukul 15.00

WIB. Penanggung jawab ibu kandung dari An. A, yaitu Ny. S,

berumur 50 tahun, beragama islam, bekerja sebagai buruh

harian dan beralamat di Tempuran, Kab. Magelang.


59

2) Riwayat Kesehatan

a) Keluhan Utama

Ibu klien mengatakan An. A demam.

b) Riwayat Kesehatan Sekarang

An. A mengalami demam sejak 5 hari yang lalu. Hasil

pemeriksaan suhu badan saat pengkajian adalah 38,2 oC, nadi 82

x/menit, frekuensi napas 24 x/menit. Klien mengalami mual dan

muntah sebanyak 5x. Saat dirumah klien mendapati gusinya

berdarah. Kemudian klien dilarikan ke puskesmas terdekat. Namun

pihak puskesmas, menyarankan agar An. A dirujuk ke RSU Tidar

Kota Magelang. Klien dibawa ke IGD RSU Tidar kota Magelang

pada pukul 13.00 WIB. Di IGD klien mendapatkan terapi infus RL

loading 500cc. Kemudian saat akan dipindahkan ke bangsal klien

mendapatkan terapi infus asering 108 cc/jam. Pada pukul 15.00 WIB

An. A dipindahkan ke bangsal Dahlia

c) Riwayat Penyakit Dahulu

An. A belum pernah mengalami penyakit serupa dan belum

pernah dirawat di Rumah Sakit.

d) Riwayat Kesehatan Keluarga


59

Tidak ada anggota keluarga An. A yang terserang demam berdarah,

dan juga tidak ada yang memiliki penyakit menurun ataupun

menular.

e) Riwayat Alergi

An. A tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat ataupun

makanan.

Tabel 4.1 Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Tanggal Lahir 10 Agustus 2004

Berat Badan 3300 gram

Panjang Badan 50 cm

Jumlah ANC 3 kali

Tempat Periksa dan Persalinan Bidan Desa

Umur Kehamilan 37 minggu

Jumlah Gravida 3 kali

Tabel 4.2 Riwayat Imunisasi

Jenis Imunisasi Umur Ketika di Imunisasi

BCG 1 bulan

Polio I 2 bulan
60

DPT / HB I 3 bulan

Polio II 3 bulan

DPT / HB II 4 bulan

Polio III 4 bulan

DPT / HB III 5 bulan

Polio IV 5 bulan

Campak 9 bulan

3) Pemeriksaan Fisik

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran compos

mentis, keadaan umum lemah. Data yang diperoleh dari pengkajian fisik

yaitu bentuk kepala mesocephal, tidak terdapat lesi dan rambut pendek

berwarna hitam. Sklera mata tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis.

Tidak ada polip hidung, bibir kering, tidak ada stomatitis. Tidak ada

pembesaran kelenjar tiroid pada leher. Bentuk telingan simetris kanan

kiri, tidak ada serumen. Pemeriksaan dada meliputi pemeriksaan paru

dan jantung. Pemeriksaan paru, bentuk simetris, ekspansi dada kanan dan

kiri teraba sama, perkusi sonor, auskultasi vesikuler. Pemeriksaan

jantung, ictus cardiac tidak tampak. Ictus cardiac teraba pada intercosta 5,

perkusi redup, auskultasi S1 dan S2 reguler. Pemeriksaan abdomen

didapatkan tidak ada lesi, auskultasi bising usus 9x/menit, tidak ada nyeri
61

tekan, perkusi tympani. Pemeriksaan integumen akral teraba panas,

Capilarry Refill Time < 2 detk. Terpasang infus asering 108 cc/jam di

tangan kiri. Tidak ada oedema dan pada genetalia tidak terpasang DC

kateter.

4) Pengkajian Fungsional Gordon

a) Pola persepsi kesehatan - manajemen kesehatan

Ibu klien mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit segera

membawa ke pusat pelayanan kesehatan terdekat untuk segera

ditangani.

b) Pola aktivitas dan latihan

Seluruh aktivitas klien seperti mandi, toileting, makan, berpakaian

dibantu oleh ibu atau anggota keluarga yang lain.

c) Pola nutrisi-metabolik

Pengkajian yang didapat dari antropometri yaitu berat badan klien

40 kg, lingkar lengan atas 33cm. Pengkajian biokimia diapatkan

nilai Hb : 15,6 g/dL. Ht : 44.0 %. Klien tidak mau makan atau

minum.

d) Pola eliminasi

Ibu klien mengatakan BAK klien sebelum sakit 5-6 kali sehari

berwarna kekuningan dan berbau khas. Klien BAB 1 kali


63

konsistensi lembek dan berwarna kuning. Selama sakit BAK klien

3-4 kali sehari, dan belum BAB.

e) Pola Istirahat tidur

Ibu klien mengatakan sebelum sakit klien tidur kurang lebih 8 jam

sehari. Dan selama sakit klien hanya tidur 6-7 jam dengan frekuensi

sering terbangun.

f) Pola konsep dan persepsi diri

Klien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dan keluarganya

sangat menyayangi klien.

g) Pola kognitif-perseptual

Ibu klien mengatakan belum paham dengan demam berdarah

h) Pola peran dan hubungan

Hubungan klien dengan teman sebaya nya berlangsung baik. Klien

kooperatif dengan perawat dan dokter.

i) Pola seksualitas

Anak berjenis kelamin laki-laki dan berumur 13 tahun.

j) Pola koping

Ibu klien mengatakan dapat menerima dari penyakit yang diderita

oleh anaknya.
64

k) Pola nilai dan kepercayaan

Klien dan keluarga beragama islam. Keluarga selalu berdoa untuk

kesembuhan klien.

5) Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan diagnostik pada An. A adalah pemeriksaan darah

lengkap dan pemeriksaan imunoserologi IgG dan IgM yang dilakukan

pada tanggal 8 Januari 2018. Didapatkan hasil yang abnormal yaitu nilai

trombosit 98 10^3/uL ( normal 150-450 10^3/uL). Peningkatan nilai

limfosit yaitu (normal 73% 20-45 %). Hasil pemeriksaan Eosinofil 0 %

(normal 1-6 %). Hasil P-LCR 34.4 % (normal 9.3 - 27.9 %). Nilai

MCHC 35.5 g/dL (normal 30.0 - 35.0 g/dL). Kemudian hasil

pemeriksaan serologi IgM dan IgG didaptkan hasil positif keduanya.

6) Terapi

Klien mendapatkan terapi infus RL loading 500cc dan asering 108

cc/jam, indikasi diberikan adalah untuk mengatasi dehidrasi,

Paracetamol 3x500mg diindikasikan untuk meringankan rasa sakit dan

menurunkan demam. Trolit 3x1 diindikasikan untuk mengembalikan

cairan tubuh dan elektrolit yang hilang. Klien juga mendapatkan terapi

IV ondansentron 3x4mg diindikasikan untuk mengatasi mual dan

muntah.
65

b. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 8 Januari 2018

pukul 16.15 WIB didapatkan data subjektif yaitu ibu klien mengatakan

anaknya panas. Data objektif didapatkan akral klien teraba panas,Dan

keadaan klien nampak lemah. Suhu tubuh klien yaitu 38,2 C. Berdasarkan

hasil analisa data yang ada maka masalah keperwatan yang muncul pada

klien yaitu hipertermia berhubungan dengan penyakit ditandai dengan

peningkatan suhu yang signifikan.

c. Internvensi Keperawatan

1) Tujuan dan kriteria hasil

a) Tujuan

Mendiskripsikan penatalaksanaan pasien Dengue Haemoragic

fever (DHF) dengan Hipertermia.

b) Kriteria Hasil

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam

dharapkan masalah hipertermia dapat teratasi dengan kriteria

hasil tidak ada peningkatan suhu kulit, tidak hipertermia, tidak

menggigil saat dingin, dan tidak ada perubahan warna kulit


66

2) Intervensi (NIC)

a) Pantau suhu dan tanda vital

b) Monitor warna kulit

c) Lakukan kompres hangat untuk mengatasi demam

d) Lembabkan mukosa bibir yang kering

e) Berikan pengobatan antipiretik, sesuai kebutuhan.

d. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 8 Januari

2018 pukul 15.30 WIB memantau suhu dan tanda-tanda vital klien,

Respon subjektif yang didapat adalah ibu klien mengatakan An. A panas.

Respon objektif yang didapatkan yaitu S : 38,2 C, nadi 82 x/menit,

frekuensi napas 24 x/menit dan kesadaran compos mentis, namun

keadaan An. A nampak lemah,

Pukul 15.45 WIB memonitor warna kulit, respon yang didapat ibu

klien mengatakan warna kulit klien kemerahan, respon objektif yang

didapat kulit klien nampak kemerahan dan akral teraba panas. Pukul

18.00 WIB memberikan kompres hangat. Respon subjektif yang didapat

ibu klien memgatakan bersedia anaknya diberikan kompres hangat,

respon objektif yang didapat klien dikompres pada dahi dan kedua

ketiaknya. Pukul 19.00 WIB tindakan keperawatan yang dilakukan

adalah melembabkan mukosa bibir yang kering. Respon objektif yang


67

didapatkan adalah mengolesi bibir dengan menggunakan air agar

tidak kering. Pukul 20.00 WIB berkolaborasi dengan dokter dalam

pemberian obat paracetamol tab 500mg . Respon subjektif yang didapat

ibu klien bersedia anaknya diberikan terapi obat. Respon objektif yang

didapatkan obat masuk secara oral.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 9 Januari

2018 untuk diagnosa keperawatan hipertermia berhubungan dengan

proses penyakit yaitu pada pukul 08.00 WIB memantau suhu dan tanda

vital. Respon subjektif yang didapat, ibu klien mengatakan masih panas.

Respon objektif yang didapatkan S : 37,8 C, nadi 86 x/menit, RR 24

x/menit.Kesadaran CM, namun keadaan masih lemas dikarenakan klien

belum mau makan dan minum Pada pukul 08.45 WIB memonitor warna

kulit pasien. Respon subjektif yang didapat ibu klien mengatakan

kemerahan pada kulit klien sudah berkurang.

Respon objektif yang didapat kulit klien masih nampak merah dan

teraba hangat. Pukul 09.00 WIB memberikan kompres hangat. Respon

subjektif yang didapat ibu klien mengatakan bersedia anaknya dikompres

hangat. Respon objektif memberikan kompres hangat pada ketiak dan

dahi klien. Pukul 10.00 WIB mengkolaborasikan dengan dokter dalam

pemberian obat. Respon subjektif yang didapat keluarga mengijinkan

klien diberikan terapi. Respon objektif yang didapat memberikan

paracetamol tab 500mg masuk secara oral.


68

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 10 januari

2018 pukul 08.00 WIB memantau suhu dan tanda-tanda vital. Respon

subjektif yang didapat ibu klien mengatakan klien sudah tidak panas,

namun sedikit hangat. Respon objektif yang didapat S : 36,7 C, nadi 80

x/menit, RR : 23x/menit.

e. Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan pada tanggal 8 januari 2018 pukul 21.00

WIB, Subjektive (S) didapatkan ibu klien mengatakan anaknya panas..

Objektive (O) suhu : 38,2 C, nadi 82 x/menit, frekuensi napas 24 x/menit

dan kesadaran compos mentis, namun keadaan An. A nampak lemah,

Kulit kemerahan, memberikan kompres hangat. Assesment (A) masalah

hipertermia belum teratasi. Planning (P) Pantau suhu dan tanda vital,

moitor warna kulit, berikan kompres hangat, lembabkan mukosa bibir

dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi.

Evaluasi yang dilakukan pada tanggal 9 januari 2018 pukul 14.00

WIB, Subjektive (S) ibu klien mengatakan klien masih pasas, tidak mau

makan dan minum. Objektive (O) S : 37,8 C, nadi 86 x/menit, RR 24

x/menit, keadaan nampak lemah. Assesment (A) masalah hipertermia

belum teratasi. Planning (P) pantau suhu dan tanda vital. Berikan

kompres hangat, dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi.

Evaluasi yang dilakukan pada tanggal 10 januari 2018 pukul 14.15

WIB. Subjektive (S) ibu klien mengatakan klien sudah tidak panas,
69

namun sedikit hangat. Klien sudah mau makan dan minum sedikit

Objekive (O) S : 36,7C, nadi 80 x/menit, RR : 23x/menit. Assement (A)

masalah hipertermia teratasi. Planning (P) hentikani intervensi.

2. Kasus Kedua

a. Pengkajian

1) Biodata Klien

Klien bernama An. N berumur 8 tahun, jenis kelamin

perempuan, beragama islam dan beralamat di Wates, Magelang.

Klien masuk rumah sakit pada tanggal 10 Januari 2018 pada

pukul 10.00 WIB melalui Poli dengan diagnosa Febris hari ke 7.

Kemudian klien dirawat inap di ruang Dahlia pada pukul 16.00.

WIB. Klien dirawat diruang Dahlia Rumah Sakit Umum Tidar

Kota Magelang dengan penanggung jawab ibu kandung dari An.

N, yaitu Ny. A, berumur 31 tahun, beragama islam, bekerja

sebagai perawat dan beralamat di Wates, Magelang.

2) Riwayat Kesehatan

a) Keluhan Utama

Ibu klien mengatakan An. A demam.


70

b) Riwayat Kesehatan Sekarang

An. N mengalami demam sejak 7 hari yang lalu. Hasil pemeriksaan

suhu badan saat pengkajian adalah 38,0 oC, nadi 90 x/menit, frekuensi

napas 26 x/menit. An. N mengatakan mengalami batuk, dan nyeri sendi

sejak 3 hari yang lalu. Tanggal 7 Januari 2018 klien dibawa ke IGD RSU

Tidar kota Magelang karena mengalami demam tinggi.

Namun klien hanya diberi obat penurun panas dan dianjurkan untuk

rawat jalan. Setelah itu demam klien sempat turun, namun pada tanggal

10 januari 2018, An. N kembali demam, oleh orang tua klien dibawa ke

RSUD Tidar Kota Magelang via Poli. Klien diajurkan rawat inap.

Namun karena diruang Dahlia sedang full untuk sementara An.N

dititipkan di IGD. Klien mendapatkan terapi infus asering 24 tpm dan

klien dilakukan pengambilan darah untuk pemeriksaan lebih lanjut. Pada

pukul 16.00 WIB klien baru dipindahkan ke ruang Dahlia RSUD Tidar

Kota Magelang.

c) Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit sebelumnya didapatkan bahwa An. N pernah

dirawat di Rumah Sakit sekitar 1 tahun yang lalu karena gejala demam

berdarah.

d) Riwayat Kesehatan Keluarga

Tidak ada anggota keluarga An. N yang terserang demam berdarah,

dan juga tidak ada yang memiliki penyakit menurun ataupun menular.
71

e) Riwayat Alergi

An. N tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat ataupun makanan.

Tabel 4.3 Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Tanggal Lahir 25 Februari 2010

Berat Badan 2900 gram

Panjang Badan 48 cm

Jumlah ANC 4 kali

Tempat Periksa dan Persalinan Rumah sakit

Umur Kehamilan 38 minggu

Jumlah Gravida 1
72

Tabel 4.4 Riwayat Imunisasi

Jenis Imunisasi Umur Ketika di Imunisasi

BCG 1 bulan

Polio I 2 bulan

DPT / HB I 3 bulan

Polio II 3 bulan

DPT / HB II 4 bulan

Polio III 4 bulan

DPT / HB III 5 bulan

Polio IV 5 bulan

Campak 9 bulan

3) Pemeriksaan Fisik

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran compos

mentis, keadaan umum lemah. Data yang diperoleh dari pengkajian fisik

yaitu bentuk kepala mesocephal, tidak terdapat lesi dan rambut berwarna

hitam. Sklera mata tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis. Tidak ada

polip hidung, bibir kering, tidak ada stomatitis. Tidak ada pembesaran

kelenjar tiroid pada leher. Bentuk telingan simetris kanan kiri, tidak ada

serumen. Pemeriksaan dada meliputi pemeriksaan paru dan jantung.


73

Pemeriksaan paru, bentuk simetris, ekspansi dada kanan dan kiri

teraba sama, perkusi sonor, auskultasi vesikuler. Pemeriksaan jantung,

ictus cardiac tidak tampak. Ictus cardiac teraba pada intercosta 5, perkusi

redup, auskultasi S1 dan S2 reguler. Pemeriksaan abdomen didapatkan

tidak ada lesi, auskultasi bising usus 12x/menit, tidak ada nyeri tekan,

perkusi tympani. Pemeriksaan integumen akral teraba panas, terdapat

ptekie, Capilarry Refill Time < 2 detk. Terpasang infus asering 24 tpm di

tangan kiri. Tidak ada oedema dan pada genetalia tidak terpasang DC

kateter.

4) Pengkajian Fungsional Gordon

a) Pola persepsi kesehatan - manajemen kesehatan

Ibu klien mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit segera

membawa ke pusat pelayanan kesehatan terdekat untuk segera

ditangani. Ibu klien mengatakan jika keluarga selalu memperhatikan

kesehatan agar terhindar dari berbagai penyakit.

b) Pola aktivitas dan latian

Seluruh aktivitas klien seperti mandi, toileting, makan, berpakaian

dibantu oleh ibu atau anggota keluarga yang lain.

c) Pola nutrisi-metabolik

Pengkajian yang didapat dari antropometri yaitu berat badan klien

31 kg dengan tinggi badan 135 cm, lingkar lengan atas 26cm.


74

Pengkajian biokimia diapatkan nilai Hb : 13,6 g/dL. Ht : 39.0 %.

Klien hanya menghabiskan 1/2 porsi rumah sakit dan minum

setengah gelas air putih.

d) Pola eliminasi

Ibu klien mengatakan BAK klien sebelum sakit 5-6 kali sehari

berwarna kekuningan dan berbau khas. Klien BAB 1 kali

konsistensi lembek dan berwarna kuning. Selama sakit BAK klien

3-4 kali sehari, dan belum BAB.

e) Pola Istirahat tidur

Ibu klien mengatakan sebelum sakit klien tidur kurang lebih 9 jam

sehari. Dan selama sakit klien hanya tidur 6-8 jam dengan frekuensi

sering terbangun.

f) Pola konsep dan persepsi diri

Klien merupakan anak tunggal dan keluarganya sangat menyayangi

klien.

g) Pola kognitif-perseptual

Ibu klien mengatakan sudah paham dengan demam berdarah.

h) Pola peran dan hubungan

Hubungan klien dengan teman sebaya nya berlangsung baik. Klien

kooperatif dengan perawat dan dokter.


75

i) Pola seksualitas

Anak berjenis kelamin perempuan dan berumur 8 tahun.

j) Pola koping

Ibu klien mengatakan dapat menerima dari penyakit yang diderita

oleh anaknya.

k) Pola nilai dan kepercayaan

Klien dan keluarga beragama islam. Keluarga selalu berdoa untuk

kesembuhan klien.

5) Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan diagnostik pada An. N adalah pemeriksaan darah

lengkap dan pemeriksaan imunoserologi IgG dan IgM yang dilakukan

pada tanggal 10 Januari 2018. Didapatkan hasil yang abnormal yaitu

nilai trombosit 114 10^3/uL ( normal 150-450 10^3/uL). Nilai leukosit

rendah yaitu 3.0 10^3/uL ( normal 4.50 - 13.50 10^3/uL ). Hasil

pemeriksaan Eosinofil 0 % (normal 1-6 %). RDW-SD 36.1 fL (normal

36.4 - 46.3 fL). dan nilai MCV rendah yaitu 76.8 g/dL (normal 77 - 91

g/dL). Kemudian hasil pemeriksaan serologi IgM dan IgG didaptkan

hasil positif keduanya.

6) Terapi

Klien mendapatkan terapi infus asering 24 tpm, indikasi diberikan

adalah untuk mengatasi dehidrasi, Paracetamol 4x 1 C diindikasikan


76

untuk meringankan rasa sakit dan menurunkan demam. Trolit 3x1

diindikasikan untuk mengembalikan cairan tubuh dan elektrolit yang

hilang. Ambroxol 3x1 C diindikasikan untuk mengencerkan dahak.

b. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 10

Januari 2018 pukul 16.10 didapatkan data subjektif yaitu ibu klien

mengatakan anaknya demam. Data objektif akral klien teraba panas,

nampak kemerahan , mukosa bibir kering. Dan keadaan klien nampak

lemah. Klien mengalami peningkatan suhu tubuh yaitu 38,0 C.

Berdasarkan hasil analisa data yang ada maka masalah keperwatan yang

muncul pada klien yaitu hipertermia berhubungan dengan penyakit.

c. Intervensi Keperawatan

1) Tujuan dan kriteria hasil

a) Tujuan

Mendiskripsikan penatalaksanaan pasien Dengue Haemoragic

fever (DHF) dengan Hipertermia.

b) Kriteria Hasil

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam

dharapkan masalah hipertermia dapat teratasi dengan kriteria

hasil tidak ada peningkatan suhu kulit, tidak hipertermia, tidak

menggigil saat dingin, dan tidak ada perubahan warna kulit


77

2) Intervensi (NIC)

a) Pantau suhu dan tanda vital

b) Monitor warna kulit

c) Lakukan kompres hangat untuk mengatasi demam

d) Berikan pengobatan antipiretik, sesuai kebutuhan.

d. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 10 Januari

2018 pukul 17.00 WIB memantau suhu dan tanda-tanda vital klien,

Respon subjektif yang didapat adalah ibu klien mengatakan An. N

demam. Respon objektif yang didapatkan yaitu S : 38,0 C, nadi 90

x/menit dan RR 26 x/menit. Pukul 17.10 WIB memonitor keadaan umum

klien, Respon subjektif yang didapat ibu klien mengatakan anaknya

tampah lemas, respon objektif yang didapat tingkat kesadaran klien

compos mentis, keadaan umum nampak lemah, dan turgor kulit jelek.

Pukul 17.25 WIB memonitor warna kulit, respon yang didapat ibu klien

mengatakan warna kulit klien kemerahan, respon objektif yang didapat

kulit klien nampak kemerahan dan akral teraba panas. Pukul 18.00 WIB

memberikan kompres hangat. Respon subjektif yang didapat ibu klien

memgatakan bersedia anaknya diberikan kompres hangat, respon

objektif yang didapat klien dikompres pada dahi dan kedua ketiaknya.

Pukul 20.00 WIB berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

paracetamol syrup 1 sendok makan. Respon subjektif yang didapat ibu


79

klien bersedia anaknya diberikan terapi obat. Respon objektif

yang didapatkan obat masuk secara oral.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tangga 11 Januari

2018 untuk diagnosa keperawatan hipertermia berhubungan dengan

proses penyakit yaitu pada pukul 08.00 WIB memantau suhu dan tanda

vital. Respon subjektif yang didapat, ibu klien mengatakan demam AN.

N sudah menurun. Respon objektif yang didapatkan S : 37,2 C, nadi 86

x/menit, RR 24 x/menit. Pada pukul 08.30 WIB memonitor warna kulit

pasien. Respon subjektif yang didapat ibu klien mengatakan warna kulit

klien sudah tidak kemerahan lagi. Respon objektif yang didapat kulit

klien sudah tidak nampak kemerahan namun teraba hangat. Pukul 09.00

memberikan kompres hangat. Respon subjektif yang didapat ibu klien

mengatakan bersedia anaknya dikompres hangat. Respon objektif

memberikan kompres hangan pada ketiak dan dahi klien. Pukul 10.00

mengkolaborasikan dengan dokter dalam pemberian obat. Respon

subjektif yang didapat keluarga mengijinkan klien diberikan terapi.

Respon objektif yang didapat memberikan 1 sendok makan syrup

paracetamol masuk secara oral.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 12 januari

2018 pukul 08.00 memantau suhu dan tanda-tanda vital. Respon

subjektif yang didapat ibu klien mengatakan An. N sudah tidak demam.

Respon objektif yang didapat S : 36,3 C, nadi 82 x/menit, RR : 24

x/menit.
79

e. Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan pada tanggal 10 januari 2018 pukul

21.00 WIB, Subjektive (S) didapatkan ibu klien mengatakan anaknya

demam dan warna kulit kemerahan, teraba panas.. Objektive (O) suhu :

38,0 C, nadi 90 x/menit, RR 26 x/menit, kulit tampak kemerahan, teraba

panas dan mukosa bibir kering. Assesment (A) masalah hipertermia

belum teratasi. Planning (P) Pantau suhu dan tanda vital, moitor warna

kulit, berikan kompres hangat dan kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian terapi.

Evaluasi yang dilakukan pada tanggal 11 januari 2018 pukul

14.00 WIB, Subjektive (S) ibu klien mengatakan demam sudah turun

namun masih teraba hangat. Objektive (O) S : 37,2 C, nadi 86 x/menit,

RR : 24 x/menit. Kulit sudah tidak kemerahan. Assesmen (A) masalah

hipertermia teratas sebagiani. Planning (P) pantau suhu dan tanda vital.

Berikan kompres hangat, dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian

terapi.

Evaluasi yang dilakukan pada tanggal 12 januari 2018 pukul

14.15 WIB. Subjektive (S) ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak

demam lagi. Objekive (O) S : 36,3 C, nadi 82 x/menit, RR 24 x/menit.

Assement (A) masalah hipertermia teratasi. Planning (P) hentikan

intervensi.
80

B. Pembahasan

Penulis dalam bab ini akan membahas tentang asuhan keperawatan

dengue haemoragic fever paada An. A dan An. N di bangsal Dahlia RSUD

Tidar Kota Magelang. Dimulai pada tanggal 8 sampai 12 Januari 2018.

Pembahasan di fokuskan pada aspek asuhan keperawatan yang meliputi

pengkajian, analisa data, intervensi, implementasi dan evaluasi. Selain itu

dalam bab ini akan dibahas perbandingan asuhan keperawatan dengue

haemoragic fever pada An. A dan An. N. Penulis memperoleh data

pengkajian dari wawancara, observasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan

lain dan pemeriksaan fisik.

1. Pengkajian

Dengue Haemoragic Fever (DHF) merupakan suatu penyakit infeksi

yang disebabkan virus dengue dan termasuk golongan Arbovirus

(arthropod-borne virus) yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes

aegypti dan Aedes abopictus serta penyebarannya sangat cepat. ( Marni,

2016). Virus Dengue dibawa oleh nyamuk Aides Aegypti masuk ke tubuh

manusia melalui gigitan nyamuk tersebut kemudian akan muncul gejala

klinis seperti : Demam akut yang tetap tinggi (2-7 hari), Manifestasi

perdarahan : Uji Turniquiet positif atau Ruple Leed positif, perdarahan

gusi, Ptechiase, epistaksis, hematemesis atau melena, nyeri otot dan

nyeri sendi. (Titik Lestari, 2016). Gejala yang dialami kedua klien sesuai

dengan apa yang ditemukan oleh teori tersebut.


81

Keluhan yang sering kali dirasakan pada awalnya yaitu demam,

mual, muntah, malaise, anoreksia, yang diikuti nyeri perut, nyeri kepala,

mialgia/nyeri otot, suara serak, batuk, dan disuria. Demam tinggi

mendadak biasanya terjadi 2-7 hari dan jika tidak terjadi syok, maka

demam akan turun sendiri dan pasien akan sembuh dengan sendirinya

(self limiting) dalam waktu 5 hari. Sifat demam pada pasien DBD ini

biasanya demam tinggi dan terus-menerus serta tidak responsif terhadap

antipiretik. Antipiretik hanya dapat menurunkan sedikit demam, setelah

itu demam naik lagi. Kondisi parah, penyakit ini ditandai dengan adanya

perdarahan di bawah kulit karena kebocoran plasma, epistaksis,

hemoptisis, pembesaran hati, ekimosis, purpura, perdarahan gusi,

hematemesis, dan melena.

Data Subjektif pada An. A (Klien 1) adalah ibu klien

mengatakan ibu klien mengatakan anaknya panas. Data objektif

didapatkan akral klien teraba panas, Keadaan klien nampak lemah. Suhu

tubuh klien yaitu 38,2 C nadi 82 x/menit, frekuensi napas 24 x/menit..

Berdasarkan hasil analisa data yang ada maka masalah keperwatan yang

muncul pada klien yaitu hipertermia berhubungan dengan penyakit.

Data subjektif pada An. N (Klien 2) yaitu ibu klien mengatakan

anaknya demam. Data objektif akral klien teraba panas, nampak

kemerahan , mukosa bibir kering. Dan keadaan klien nampak lemah.

Klien mengalami peningkatan suhu tubuh yaitu 38,0 C. Berdasarkan


82

hasil analisa data yang ada maka masalah keperwatan yang

muncul pada klien yaitu hipertermia berhubungan dengan penyakit.

2. Diagnosa Keperawatan

Hipertermia adalah suhu inti tubuh diatas kisaran normal diurnal

karena kegagalan termoregulasi. Diagnosa hipertermia dapat ditegakkan

saat terdapat beberapa batasan karakteristik yang meliputi : kulit

kemerahan, suhu tubuh meningkat, kulit terasa hangat. (NANDA, 2015)

Faktor yang berhubungan dengan masalah keperawatan

hipertermia diantaranya adalah agen farmaseutikal, aktivitas berlebihan,

pakaian yang tidak sesuai, peningkatan laju metabolisme, penyakit dan

suhu lingkungan yang tinggi.

Penulis menegakkan diagnosa keperawatan hipertermia

karena berdasarkan hasil pengkajian kedua klien didapatakan data

subjektif ibu klien mengatakan anaknya demam. Data Objektif pada

klien 1 didapatkan suhu 38,2 oC, nadi 82 x/menit, frekuensi napas 24

x/menit.kesadaran compos mentis, namun keadaan An. A nampak lemah.

Kemudian, data objektif klien 2 didapatkan S : 38,0 C, nadi 90 x/menit

dan RR 26 x/menit..

Alasan penulis mengangkat diagnosa hipertermia

dikarenakan demam dengue disebabkan tertelannya darah viremia

( kehadiran virus dalam aliran darah ) yang mengandung virus dengue

oleh nyamuk. Infeksi virus dengue menyebabkan terjadinya proses


83

inflamasi sehingga tubuh mengalami kegagalan termoregulasi.

Kegagalan termoregulasi atau ketidakmampuan mempertahankan suhu

tubuh dalam kisaran normal dapat menyebabkan terjadinya hipertermia,

(Ridha Nabiel, 2017).

Hipertermia yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan

suhu semakin meningkat. Selain itu apabila suhu terlalu tinggi (38,5 C)

penderita mulai merasa tidak nyaman, aliran darah cepat, jumlah darah

untuk mengaliri organ vital (otak, jantung, paru) bertambah, sehingga

volume darah ke ekstremitas dikurangi, akibatnya ujung kaki/tangan

teraba dingin. Demam yang tinggi memacu metabolisme yang sangat

cepat, jantung dipompa lebih kuat dan cepat, frekuensi nafas lebih cepat.

Dehidrasi terjadi akibat penguapan kulit dan paru disertai dengan

ketidakseimbangan elektrolit yang mendorong suhu makin tinggi.

Kerusakan jaringan akan terjadi bila suhu lebih tinggi dari 41C, terutama

pada jaringan otak dan otot yang bersifat permanen. Kerusakan tersebut

dapat meneyebabkan kerusakan batang otak, terjadinya kejang, koma

sampai kelumpuhan. (Ayu Putri, 2016)

3. Intervensi

Tujuan dilakukan asuhan keperawatan pada klien 1 dan 2 adalah

setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 8 jam dengan fokus

studi hipertermia dengan kriteria hasil idak ada peningkatan suhu kulit,

tidak hipertermia, tidak dehidrasi dan tidak ada perubahan warna kulit.
84

(NOC, 2016). Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk

klien 1 dan 2 yaitu Pantau suhu dan tanda vital, monitor warna kulit,

lakukan kompres hangat untuk mengatasi demam, Berikan pengobatan

antipiretik sesuai kebutuhan.

4. Implementasi

Penulis telah melakukan implementasi keperawatan untuk

menyelesaikan masalah keperawatan hipertermia klien 1 dan klien 2

pada tanggal 8 sampai 12 Januari 2018 sesuai dengan intervensi

keperawatan yaitu mamantau suhu dan tanda vital, memonitor warna

kulit, melakukan kompres hangat untuk mengatasi demam dan

mengkolaborasi dalam pemberian antipiretik sesuai kebutuhan.

Implementasi yang pertama dilakukan yaitu memantau suhu dan

tanda vital. Tindakan ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan suhu

tubuh sebagai akibat dari infeksi virus dengue. (Ngastiyah,2014).

Implementasi yang kedua memonitor warna kulit merupakan

acuan untuk mengetahui keadaan umum, menentukan intervensi dan

tindakan keperawatan selanjutnya. (Suratun dan Lusianah, 2010)

Implementasi ketiga yang dilakukan yaitu memberikan kompres

hangat untuk mengatasi demam. Pemberian kompres hangat dapat

membantu menurunkan suhu atau mencegah suhu agar tidak

meningkat.(Ngastiyah,2014). Dengan kompres hangat menyebabkan

suhu tubuh diluaran akan terjadi hangat sehingga tubuh akan


85

mengintepretasikan bahwa suhu diluaran cukup panas, akhirnya

tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak

meningkatkan suhu pengatur tubuh, dengan suhu diluaran hangat akan

membantu pembuluh darah tepi dikulit melebar dan mengalami

vasodilatasi sehingga pori-pori kulit akan membuka dan mempengaruhi

penegluaran panas. Sehingga akan terjadi perubahan suhu tubuh. (Sri

Purwanti dan Winarsih, 2008). Mengompres dapat lebih efektif apabila

diletakkan pada bagian tubuh yang dialiri pembuluh darah besar seperti

pada ketiak dan lipatan paha. (Wijaya, 2008).

Implementasi keempat yaitu memberikan antipiretik sesuai

kebutuhan. Paracetamol merupakan golongan antipiretik. Mekanisme

kerja paracetamol yaitu bekerja pada hipotalamus yang merupakan pusat

panas tubuh. Pemberian antipiretik dilakukan untuk menghilangkan

demam, nyeri ringan sampai sedang. (IONI, 2009). Gangguan suhu

tubuh biasanya terjadi pada permulaan sakit atau hari ke-2 sampai ke-7

dan tidak jarang terjadi hiperpireksi (suhu diatas 41C) yang dapat

menyebabkan pasien kejang. Peningkatan suhu tubuh tersebut akibat

infeksi virus dengue maka pengobatannya dengan pemberian antipiretika

dan antikonvulsan (anti-kejang). Fase penyembuhan biasanya terjadi

pada hari ke-6 hingga hari ke-7. Keadaan pasien pada fase ini biasnya

akan kembali stabil. Pada fase ini, tubuh akan menunjukkan perbaikan

berupa tekanan darah, pola nafas, denyut nadi dan penurunan suhu
86

kembali normal. Fase ini, biasanya pasien sudah mulai aktif

kembali dan nafsu makan perlahan-lahan mulai meningkat. (Ayu Putri,

2016)

3. Evaluasi

Hasil yang diharapkan pada klien dengan dengue haemoragiv

fever yaitu tidak ada peningkatan suhu kulit, tidak hipertermia, tidak

dehidrasi dan tidak ada perubahan warna kulit. Masalah hipertermia

yang dapat teratasi terlebih dahulu adalah pada klien 2 yaitu dengan suhu

37,3 C sedangkan suhu klien kedua 37,8 C. Namun, setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3x8 jam didapatkan suhu klien pertama

36,7 C dan klien 2 36,3 C. Dapat disimpulkan bahwa kriteria hasil yang

diharapkap dapat terwujud didukung dengan kedua klien tidak

menunjukkan peningkatan suhu yang signifikan yaitu suhu kedua klien

dibawah 37,5 C.

C. Keterbatasan

Faktor penghambat diantaranya keterbatasan waktu untuk

memantau perkembangan klien secara keseluruhan baik fisik maupun

mental. Faktor pendukung meliputi klien dan keluarga sangat kooperatif

dan mau bekerja sama dalam proses pemberian asuhan keperawatan.

Dapat bekerja sama dengan perawat ruangan dan tim kesehatan lain serta

terdapat catatan medis, catatan perawatan untuk mendapatkan informasi

tentang klien yang lebih lengkap.


88

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Sesuai dengan asuhan keperawatan dengue haemoragic fever yang telah

penulis lakukan pada An. A dan An. N di ruang Dahlia RSUD Tidar Kota

Magelang, pada tanggal 8 Januari 2017 - 12 januari 2017 dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengkajian

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 8 dan 10

Januari 2017 didapatkan data subjektif ibu klien 1 dan klien 2

mengatakan anaknya panas. Data objektif yang didapat pada klien 1

Suhu : 38,2 C nadi 82 x/menit, frekuensi napas 24 x/menit, akral teraba

panas dan warna kulit kemerahan. Pemeriksaan penunjang didapatkan

nilai trombosit 98 10^3/uL dan klien sempat mengalami perdarahan pada

gusi. Sedangkan, data objektif yang didapat pada klien 2 Suhu : 38,0 oC,

nadi 90 x/menit, frekuensi napas 26 x/menit, akral teraba hangat warna

kulit kemerahan. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

didapatkan hasil terdapat bintik-bintik merah ditangan dan kaki setelah

dilakukan uji Rumple Leed yaitu muncul ptechiase, nilai trombosit 114

10^3/uL. Hasil pemeriksaan serum imunilogi IgM kedua klien positif.


88

2. Diagnosa Keperawatan

Masalah yang muncul pada kedua klien yaitu hipertermia

berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan peningkatan suhu

yang signifikan yaitu suhu diatas 37,5 C.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi yang ditetapkan untuk mengatasi masalah

keperawatan hipertermia berhubungan dengan penyakit pada kedua klien

yaitu yaitu Pantau suhu dan tanda vital, Monitor warna kulit, Lakukan

kompres hangat untuk mengatasi demam, Kolaborasi dengan dokter

dalam pemberian obat dan cairan IV. Namun pada klien pertama

ditambahkan tindakan lembabkan bibir yang kering.

4. Tindakan keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan selama 3x8 jam di

antaranya yaitu memantau suhu dan tanda vital, memonitor warna kulit,

melakukan kompres hangat untuk mengatasi demam, mengkolaborasikan

dengan dokter dalam pemberian obat dan cairan IV. Klien pertama

ditambahlan implementasi melembabkan mukosa bibir yang kering.

5. Evaluasi keperawatan

Masalah hipertermia pada klien kedua dapat teratasi terlebih

dahulu dengan suhu 37,3 C sedangkan pada klien pertama belum teratasi

dengan suhu 37,8 C. Hasil evaluasi yang didapatkan setelah

mendapatkan tindakan 3x8 jam pada klien 1 dan klien 2 masalah teratasi
89

dengan kriteria hasil tidak ada peningkatan suhu kulit, tidak

hipertermia, tidak dehidrasi dan tidak ada perubahan warna kulit.

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan, maka penulis memberikan

saran sebagai berikut :

1. Bagi Institusi dan penulis lain

Diharapkan hasil karya tulis ilmiah ini sebagai acuan referensi lain

sereta acuan untuk dapat dikembangkan dalam memberikan asuhan

keperawatan pada klien Dengue Haemiragic Fever (DHF) dengan fokus

studi hipertermia.

2. Bagi Rumah Sakit

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama tiga hari pada dua

klien dengan dengue haemoragic fever, maka hal terpenting yang

dilakukan oleh perawat untuk pencegahan maupun penanganan kasus

hipertermia pada pasien dengue haemoragic fever adalah penatalaksanaan

yang ditekankan pada tindakan non farmakologi yaitu kompres hangat

untuk mencegah terjadinya peninkatan suhu yang signifikan.

3. Bagi pasien dan keluarga

Diharapkan klien dan keluarga ikut serta dalam peningkatan dan

mempertahankan kemampuan perawatan anggota keluarga dengan

penyakit dengue haemoragic fever.


DAFTAR PUSTAKA

Ariani, Ayu Putri. (2016). Demam Berdarah Dengue (DBD). Yogyakarta : Nuha
Medika

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep Dan Aplikasi


Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2014). Profil Kesehatan Kota Magelang
Tahun 2014 (online)
(http://depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KAB_KOTA_
2014/3371_Jateng_Kota_Magelang_2014.pdf diakses tanggal 22
Oktober 2017)

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2015). Profil Kesehatan Jawa Tengah
Tahun 2015 (online)
(htpp://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/profil2008.pdf diakses
tanggal 22 Oktober 2017)

IONI. (2009). Information Obat Nasional Indonesia, Cetakan Pertama. Jakarta :


BPOM RI, KOPERPOM dan CV Sagung Seto

Lestari, Titik. (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika

Lusiana, Arum dan Arfiana. (2016). Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Pra
Sekolah. Yogyakarta : Trans Medika

Gloria, M. B., Howard, K. B., Joanne, M. D., & Cheryl, M. W. (2016). Nursing
Interventions Classification (NIC). Kingdom United : Elsevier

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2008). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017


Edisi 10. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Marni. (2016). Asuhan Keperawatan Anak Pada Penyakit Tropis. Jakarta :


Erlangga
Ngastiyah. (2014). Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC

Potter, P.A., & Perry, G. A. (2010). Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika

Purwanti, Sri & Winarsih. (2008). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap


Perubahan Suhu Tubuh Pada Pasien Anak Hipertermia. Vol. 1. No. 2,
2008: 81-86.

Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Kota Magelang. (2016).
Rekapitulasi Pasien Rawat Inap Anak 2014, 2015, 2016. Magelang :
RSUD Tidar Kota Magelang

Ridha, H. N. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Setiati, Siti dkk. (2014). Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keenam Jilid 1. Jakarta :
Internal Publishing

Sodikin. (2012). Prinsip perawtan Demam pada Anak. Yogyakarta : Pustaka


Belajar

Soedarto. (2012). Demam Berdarah Dengue. Jakarta : Sagung Seto

Suriadi., Rita Yuliani. (2010). Asuhan Keperawatan Pada anak Edisi 2. Jakarta :
Sagung Seto

Susilaningrum dkk. (2013). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta:


Salemba Medika

Tanto, Chris dkk. (2014). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 4. Jakarta : Media
Arsculapius

Tarwoto dkk. (2009). Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan.


Jakarta : CV. Trans Medika

Warsidi, Edi. (2012). Bahaya dan Pencegahan DBD. Jakrta : Mitra Utama
Wijaya, Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri. (2013). Keperawatan Medikal
Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika

Wikinson, J. & Nancy, A. (2011). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta :


EGC

Wulandari, Dewi dan Meira Erawati. (2016). Buku Ajar Keperawatan Anak.
Yogyakarta : Pustaka Belajar
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama Lengkap : Sauzan Zahra Nurainina

2. NIM : P1337420515010

3. Tanggal Lahir : 23 Juni 1996

4. Tempat Lahir : Magelang

5. Jenis Kelamin : Perempuan

6. Alamat Rumah

a. Jalan : RT 04/ RW 01 Karanglo

b. Kelurahan : Glagahombo

c. Kecamatan : Tegalrejo

d. Kab/Kota : Magelang

e. Provinsi : jawa Tengah

7. Telepon

a. HP : 085601481910

b. Email : zahra.aiinina23@gmail.com

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Pendidikan SD : SD Negeri Glagahombo 1, Lulus tahun 2009

2. Pendidikan SMP : SMP Negeri 8 Magelang, Lulus tahun 2012

3. Pendidikan SMA : SMA Negeri 2 Magelang, Lulus tahun 2015

Anda mungkin juga menyukai