Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 2

PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Nama Mahasiswa : RAFIKA JUNIARTI

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 859807723

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS TERBUKA
JAWABAN NO. 1

Seseorang atau seorang anak tunanetra akan lebih mengandalkan indra mereka yang tersisa
untuk melakukan tugas sehari-hari, yang berarti mereka melatih indra mereka yang tersisa
setiap harinya. Pengaturan ulang otak, disertai dengan pengalaman lebih dalam menggunakan
indra mereka yang tersisa, diyakini sebagai faktor penting yang membuat orang tunanetra
memiliki keunggulan dalam hal pendengaran dan sentuhan dibandingkan dengan orang yang
dapat melihat.ndera perabaannya untuk mengenali perbedaan bentuk, ukuran, tekstur, dan suhu
benda anak tunanetra lowvision menunjukkan kemampuan menggunakan indera perabaan
cukup baik dengan persentase sebesar 51% dari seluruh permainan yang telah dilakukan yaitu
mampu menggunakan indera perabaannya dalam mengenal bentuk lingkaran dan segi empat;
ukuran besar, kecil, panjang, pendek; tekstur kasar, halus, keras dan lunak; suhu panas dan
dingin; membedakan bentuk lingkaran dan segi empat, lingkaran dan segitiga, serta segiempat
dan oval; tekstur lebih lunak dan lebih keras; suhu yang lebih panas dan lebih dingin;
mengelompokkan bentuk lingkaran, segiempat, segitiga dan oval; ukuran yang sama besar,
sama kecil, sama panjang, sama pendek; tekstur yang sama kasar, sama halus, sama keras dan
sama lunak; suhu yang sama panas dan sama dingin. anak tunanetra lowvision
mengalamikesulitan dalam meraba benda-benda yang konsepnya hampir sama yaitu ketika
meraba benda kemudian menyusun urutan beberapa benda dengan tingkatan yang berbeda.
Kesulitan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kemampuan kognitif subyek yang
belum berkembang dengan baik, kurangnya motivasi dari diri sendiri untuk melakukan
aktivitas secara mandiri, serta kurangnya motivasi dari orang tua dan lingkungan agar subyek
dapat beraktifitas secara mandiri.

JAWABAN NO. 2

Media pembelajaran yang dapat digunakan bagi anak tunanetra adalah sebagai berikut:

a. Tulisan braille, serta buku-buku yang menggunakan huruf braille. Misalnya dalam
pelajaran bahasa indonesia, anak tunanetra tentunya harus menggunakan huruf braille
dalam menulis serta membaca isi bacaan.
b. Miniature binatang atau hewan, media ini biasanya digunakan pada pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA). Namun dalam pelaksanaannya, guru harus menjelaskan
bahwa miniature tersebut merupakan bentuk kecil dari contoh binatang yang sedang
dipelajarinya.
c. Peta timbul, media ini digunakan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
d. Alat-alat musik, media tersebut digunakan dalam pembelajaran kesenian. Dimana guru
menyuruh mereka untuk meraba bentuk dari setiap jenis alat musik yang telah
dipalajari.
e. Dalam pembelajaran matematika, khususnya materi konsep tentang bangun ruang,
anak disuruh meraba bentuk bangun ruang yang telah disediakan oleh guru.
f. Puzzel buahan-buahan, dengan puzzel ini tunanetra dapat mengetahui bentuk tiruan
dari buahan-buahan yang dirabanya.
g. Radio, media ini juga cukup efektif digunakan oleh tunanetra. Dengan adanya radio,
seorang tunanetra dapat menerima informasi yang disiarkan melalui radio.
h. Kamus bicara, alat ini adalah kamus yang sudah dilengkapi dengan audio sehingga
tunanetra dapat mendengarkan output suara dari alat tersebut.
i. Komputer atau laptop yang sudah dilengkapi dengan screenreader (software pembaca
layar). Dengan software ini, tulisan-tulisan yang ada di layar komputer dapat dibaca
oleh software tersebut. Sehingga tunanetra dapat mendengarkan suara yang dihasilkan
dari software tersebut.

Dengan demikian, baik dalam teori atau praktek, media yang digunakan untuk anak tuna netra
lebih spesifik atau lebih mengutamakan indera pendengaran dan indera perabaan guna
menyamakan persepsi mereka.

Deskripsi media pembelajaran


a. Nama media : Papan timbul
b. Tujuan pembuatan : Anak Berkebutuhan Khusus (tuna netra)
c. Manfaat :
Secara umum manfaat dari media pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Proses belajar/mengajar akan terlihat lebih menarik
2. Metode mengajar akan lebih bervariasi
3. Materi yang disampaikan akan mudah diterima dan dipahamai oleh anak
4. Siswa akan lebih banyak melakukan belajar, sebab tidak hanya mendengar dari uraian
guru, tetapi juga melakukan aktivitas lain, seperti: mengamati, mendemonstrasikan dan
lain-lain.
5. Memberikan motivasi belajar yang lebih terhadap siswa
Secara khusus manfaat dari media pembelajaran bagi anak tuna netra yakni pemafaatan
media pembelajaran dalam proses belajar/mengajar bagi ABK sangatlah penting, agar
mereka dapat menerima dan memahami materi yang disampaikan oleh guru. Namun dalam
memanfaatkan media pembelajaran tersebut, kita harus betul-betul memperhatikan jenis
media yang digunakan, agar sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik dari setiap ABK.
Sehingaa proses belajar/mengajar dapat berlangsung dengan baik, menarik (tidak
membosankan) dan mudah dipahami.
d. Cara pembuatan
Alat:
1. Gunting
2. Lidi
3. Kuas
4. Ember
5. Papan
Bahan:
1. Koran
2. Lem
3. Cat air
4. Air
Langkah pembuatan :
1. Siapkan koran sesuai kebutuhan.
2. Potong koran tersebut menggunakan gunting agar menjadi bagian-bagian kecil.
3. Siapkan ember yang sudah di isi air secukupnya.
4. Rendam koran tersebut selama 5 jam atau hingga bagian dari koran tersebut menjadi
hancur.
5. Kemudian tiriskan rendaman koran tersebut dan diperas hingga kering dan potong
kecil-kecil.
6. Siapkan steorofoam, kemudian lapisi dengan lem yang diambil oleskan menggunakan
lidi secara merata
7. Ambil potongan dari rendaman koran, lalu diletakkan diatas steorofoam yang sudah
dilapisi lem dengan sedikit ditekan perlahan secara merata hingga permukaan
steorofoam terututup oleh koran tersebut.
8. Jemur hingga bagian dari koran tersebut mengering.
9. Setelah mengering buatlah gambar(bentuk) bangun datar dari pembahasan matematika.
10. Kemudian jemur hingga mengering.
11. Setelah mengering oleskan cat air pada permukaan bangun datar tersebut agar terlihat
menarik menggunakan kuas agar terlihat lebih menarik.
12. Jemur kembali hingga mengering.

Cara penggunaan:
Dalam penggunaan media pembelajaran ini anak yang berkebutuhan khusus(tuna netra)
dapat menggunakannya dengan cara meraba, untuk megetahui bentuk bangun datar dalam
pembelajaran matematika dengan disertai penjelasan mengenai bangun datar tersebut oleh
guru pendamping.

JAWABAN NO. 3

Sistem pendidikan segregasi adalah sistem pendidikan dimana anak berkebutuhan khusus terpisah
dari sistem pendidikan anak pada umumnya. Penyelengggaraan sistem pendidikan segregasif
dilaksanakan secara khusus dan terpisah dari penyelenggaraan pendidikan untuk anak pada
umumnya.

Pendidikan segregasi adalah sekolah yang memisahkan anak berkebutuhan khusus dari sistem
persekolahan reguler. Di Indonesia bentuk sekolah segregasi ini berupa satuan pendidikan khusus
atau Sekolah Luar Biasa sesuai dengan jenis kelainan peserta didik. Seperti SLB/A (untuk anak
tunanetra), SLB/B (untuk anak tunarungu), SLB/C (untuk anak tunagrahita), SLB/D (untuk anak
tunadaksa), SLB/E (untuk anak tunalaras), dan lain-lain. Satuan pendidikan khusus (SLB) terdiri
atas jenjang TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB. Sebagai satuan pendidikan khusus, maka sistem
pendidikan yang digunakan terpisah sama sekali dari sistem pendidikan di sekolah reguler, baik
kurikulum, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana prasarana, sampai pada sistem pembelajaran
dan evaluasinya. Kelemahan dari sekolah segregasi ini antara lain aspek perkembangan emosi dan
sosial anak kurang luas karena lingkungan pergaulan yang terbatas.

Fasilitas dan sarana Pendidikan segregasi

Tersedia alat-alat bantu belajar yang dirancang khusus untuk siswa. Sebagai contoh tunanetra,
seperti buku-buku Braille, alat bantu hitung taktual, peta timbul, dll.

Jumlah siswa dalam satu kelas tidak lebih dari delapan orang sehingga guru dapat memberikan
layanan individual kepada semua siswa.

Lingkungan sosial ramah karena sebagian besar memiliki pemahaman yang tepat mengenai
disability anak.

Lingkungan fisik aksesibel karena pada umumnya dirancang dengan mempertimbangkan masalah
mobilitas disability, dan kami mendapat latihan keterampilan orientasi dan mobilitas, baik dari
instruktur O&M maupun tutor sesama disability.

Dapat menemukan orang disability yang sudah berhasil yang dapat dijadikan sebagai
JAWABAN NO. 4

Bayi baru lahir Dapat minum menggunakan


botol,apabila jarinya dipegang dia
akan merespon dengan
menggenggam tangan kita.

Pada mingguan keempat Dapat melihat benda-benda


disekitarnya.

Umur 6 bulan Dapat menangkap benda-benda


yang digantungkan didepannya
tanpa pertolongan.

Umur 10-11 bulan Telah dapat berkata : ‘dada’,


‘mama’, ‘ibu’, dan ‘bapa’.

Umur 1 tahun Dapat berbicara menggunakan 3


sampai 4 kata.

Umur 14 bulan Umumnya dapat berjalan.

Umur 18 bulan Dapat menyebut bagian-bagian


badan seperti: hidung, mata, dan lain
sebagainya.

Umur 2 tahun Dapat menyusun kalimat yang


terdiri dari 2 suku
kata,mendengarkan cerita dan
membedakan gambar.

Umur 3 tahun Telah dapat bercakap-cakap


menggunakan 5 sampai 6 suku kata.
Umur 4 tahun Dapat menghitung sampai
10,menunjukkan kecepatan dalam
memperkaya perbendaharaan kata.

Umur 5 tahun Dapat mengadakan


percakapan,dapat menyebutkan 4
atau lebih benda yang dilihatnya.

Umur 6 tahun Dapat mencontoh lambang


bunyi(huruf) dan telah siap masuk
sekolah.

JAWABAN NO 5

Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK), merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat
digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar berhitung siswa tunagrahita ringan
metode pembelajaran merupakan cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yeng
telah ditentukan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan materi pembelajaran,
kemampuan guru, kondisi siswa, sumber belajar, situasi dan kondisi, serta waktu pelaksanaan.
Dengan menggunakan metode yang tepat, proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik
sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai. Metode pembelajaran yang dilakukan terhadap
siswa tunagrahita harus variatif, menyenangkan, sehingga tujuan dari pembelajaran dapat
tersampaikan.
Metode pembelajaran bagi tunagrahita harus memperhatikan karakteristik dari siswa tunagrahita
itu sendiri. Strategi atau metode pembelajaran yang dipilih dan dikembangkan harus sesuai dengan
41 kemampuan dan tujuan yang ingin dicapai, karakteristik siswa, serta usia kronologisnya,
Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode pembelajaran yang berpusat pada siswa
Dalam pelaksanaan pembelajaran, tidak terdapat pembentukan kelompok, dengan pertimbangan
bahwa sifat materi matematika sangat abstrak sehingga sulit untuk dibuat pengelompokkan,
terlebih lagi bagi anak tunagrahita ringan. Dengan demikian pengakuan dan penghargaan
diberikan kepa da perorangan melalui penilaian salah dan benar.
hendaknya selalu berupaya untuk melengkapi sarana dan prasarana yang belum memadai seperti:
ruang kelas yang memungkinkan anak dapat bergerak secara lebih leluasa, alat peraga yang
memadai

Anda mungkin juga menyukai