Anda di halaman 1dari 19

Case report session

DEMAM DENGUE

Disusun oleh :

Rahmawati. Z 21100

Pembimbing :

dr. Nadia Pramesywari

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

BAITURRAHMAH BAGIAN PUBLIC HEALTH RSUD SOLOK

2023

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan case report session yang berjudul “DEMAM DENGUE”.

Penulisan makalah ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan tugas akhir
Keterampilan Klinik Senior pada stase Kesehatan Masyarakat II. Dalam penyusunan dan penulisan
makalah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Penulis
menyampaikan terimakasih kepada dr. Nadia Pramesywari yang telah memimbing dalam
penyelesaian makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini, tentunya masih terdapat kekurangan dalam


penulisannya karena keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis.
Oleh karena itu, penulis berharap agar dapat diberikan masukan yang dapat membangun
kesempurnaan penulisan ini.

Solok, 05 April 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................4
1.2 Tujuan.............................................................................................................................4
1.3 Manfaat...........................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi...........................................................................................................................5
2.2 Etiologi...........................................................................................................................5
2.3 Patofisiologi....................................................................................................................7
2.4 Tanda dan Gejala..............................................................................................................8
2.5 Diagnosis..........................................................................................................................9
2.6 Tatalaksanaan...................................................................................................................9
2.7 Edukasi.............................................................................................................................9
BAB III LAPORAN KASUS.................................................................................................11
BAB IV PENUTUP.................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


iv
Demam dengue adalah infeksi virus dengue yang ditandai dengan demam yang bersifat

bifasik disertai dengan gejala nyeri kepala, nyeri sendi, nyeri otot, dan timbulnya ruam pada

kulit. Demam dengue dapat dibagi 2 yaitu dengan tanda perdarahan dan tanpa tanda

perdarahan.1

Demam dengue biasanya bersifat ringan namun kadang menjadi berat karena adanya

nyeri otot atau disebut juga break-bone fever. Hal ini sering terjadi pada penderita dewasa.

Tanda perdarahan yang timbul diketahui dengan uji tourniquet dan timbul petechie. Demam

dengue dapat juga berbentuk undifferentiate febrile illness yaitu demam yang tidak dapat

dibedakan dengan infeksi virus lain. Demam dapat disertai ruam makulopapular. Ruam ini

timbul di saat demam dan ketika demam reda.1

Masa inkubasi virus dengue dalam manusia (inkubasi intrinsik) berkisar antara 3 sampai

14 hari sebelum gejala muncul, gejala klinis rata-rata muncul pada hari keempat sampai hari

ketujuh, sedangkan masa inkubasi ekstrinsik (di dalam tubuh nyamuk) berlangsung sekitar 8-

10 hari. Manifestasi klinis mulai dari infeksi tanpa gejala demam, demam dengue (DD) dan

DBD, ditandai dengan demam tinggi terus menerus selama 2-7 hari.

Walaupun DD dan DBD disebabkan oleh virus yang sama, tapi mekanisme

patofisiologisnya berbeda dan menyebab- kan perbedaan klinis. Perbedaan utama adalah

adanya renjatan yang khas pada DBD yang disebabkan kebocoran plasma yang diduga karena

proses immunologi, pada demam dengue hal ini tidak terjadi. Manifestasi klinis DD timbul

akibat reaksi tubuh terhadap masuknya virus yang berkembang di dalam peredaran darah dan

ditangkap oleh makrofag. Selama 2 hari akan terjadi viremia (sebelum timbul gejala) dan

berakhir setelah lima hari tim- bul gejala panas. Makrofag akan menjadi antigen presenting

cell (APC) dan mengaktifasi sel T-Helper dan menarik makrofag lain untuk memfagosit lebih

ban- yak virus. T-helper akan mengaktifasi sel T sitotoksik yang akan melisis makrofag yang

sudah memfagosit virus. Juga mengaktifkan sel B yang akan melepas antibodi. Ada 3 jenis

antibodi yang telah dikenali yaitu antibodi netralisasi, antibodi hemaglutinasi, antibodi fiksasi

v
komplemen. Proses tersebut akan menyebabkan terlepasnya mediator-mediator yang

merangsang terjadinya gejala sistemik seperti demam, nyeri sendi, otot, malaise dan gejala

lainnya.2

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Case report session ini bertujuan untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik bagian

Public Health Rumah Sakit Umum M. Natsir Solok dan menambah pengetahuan serta

pemahaman tentang Demam Dengue.

1.2.2 Tujuan Khusus

Mahasiswa kepaniteraan klinik senior dapat mengetahui, memahami, dan menjelaskan

tentang demam dengue.

1.3 Manfaat

1. Menambah wawasan mengenai Demam Dengue

2. Menambah wawasan dan pengalaman penulis dalam melakukan penulisan laporan ilmiah

terutama dalam bidang kedokteran

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Demam dengue disebabkan oleh virus dengue (DENV) yang diperantarai oleh nyamuk

genus Aedes, terutama Aedes aegypti. Terdapat empat serotipe virus dengue yang dikenal

mengakibatkan demam dengue, yaitu DENV-1, DENV-2, DENV-3, dan DENV-4, yang berbeda

antigen permukaannya. Demam dengue ditandai dengan beberapa gejala seperti demam disertai

trombositopenia. Penyakit ini dapat berkembang menjadi dua penyakit yang dapat mengancam,

yaitu dengue hemorrhagic fever (DHF atau demam berdarah dengue/DBD) yang ditandai dengan

vi
turunnya trombosit dan kebocoran plasma, dan dengue shock syndrome (DSS) yang ditandai

dengan hipotensi dan syok.3

2.2 Epidemiologi

Demam dengue merupakan salah satu jenis penyakit tropis yang menjadi masalah

kesehatan global. Beberapa daerah seperti Amerika, Asia Tenggara, Pasifik Barat, Mediterania,

serta Karibia menjadi wilayah endemik. WHO mencatat lebih dari 40% populasi dunia berisiko

menderita demam dengue. WHO juga memperkirakan terdapat 100 juta kasus demam dengue

setiap tahun. Dari seluruh kasus ini, 500.000 orang harus dirawat di rumah sakit dan 2,5% di

antaranya meninggal dunia.2 Di Indonesia, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada

tahun 2012 mencatat 74.675 kasus demam dengue dengan angka kematian 0,83%, sedangkan

insidens 31,18 per 100.000 populasi. Jika dibandingkan dengan data tahun 2011, jumlah kasus,

laju insidens, serta angka kematian demam dengue meningkat cukup signifikan.3

2.3 Etiologi

Infeksi virus dengue ditularkan melalui gigitan vektor nyamuk Aedes aegepry dan Aedes

albopictus. Transmisi virus tergantung dari faktor biotik dan abiotik. Termasuk dalam faktor biotik

adalah faktor virus, vektor nyamuk, dan pejamu manasia; sedangkan faktor abiotik adalah suhu

lingkungan, kelembaban, dan curah hujan.4

Virus dengue termasuk genus flavivirus dari famili Flaviviridae. Berdasarkan genom yang

dimiliki, virus dengue termasuk virus (positive sense single stranded) RNA. Genom ini dapat

ditranslasikan langsung menghasilkan satu rantai polipeptida berupa tiga protein struktural (capsid

C. pre-membrane prM, envelope = E) dan tujuh protein non-struktural (NS1, NS2A, NS2B, NS3,

NS4A, NS4B dan NS5), Protein prM yang terdapat pada saat virus belum matur oleh enzim furin

yang berasal dari sel pejamu diubah menjadi protein M sebelum virus tersebut disekresikan oleh

sel pejamu. Protein M bersama dengan protein C dan E membentuk kapsul dari virus, sedangkan

protein nonstruktural tidak ikut membentuk struktur virus. Protein NSI merupakan satu-satunya

vii
protein nonstruktural yang dapat disekresikan oleh sel pejamu mamalia tapi tidak oleh nyamuk,

sehingga dapat ditemukan dalam darah pejamu sebagai antigen NS1.4

Berdasarkan sifat antigen dikenal ada empat serotipe virus dengue, yaitu DEN-1, DEN-2.

DEN-3, dan DEN-4. Masing-masing serotipe mempunyai beberapa strain atau genotipe yang

berbeda. Scrotipe yang dapat ditemukan dan yang paling banyak beredar di suatu negara atau area

geografis tertentu berbeda-beda. Di Indonesia keempat serotipe virus dengue tersebut dapat

ditemukan dan DEN-3 merupakan strain yang paling virulen. Pada penelitian yang dilakukan di

Thailand, DEN-2 dan DEN-3 memiliki resiko progress demam dengue menjadi demam berdarah

dengue dua kali lebih tinggi dibandingkan serotipe lainnya.4,5

Nyamuk akan mentransmisikan virus dengan memberikan darah pada penjamu. Pertama,

virus akan menginfeksi dan bereplikasi pada epitel usus dari nyamuk dan akan menyebar ke organ

lain hingga mencapai kelenjar saliva setelah 10-14 hari dimana akan menginokulasi terhadap

orang lain.6

2.4 Patofisiologi

Patofisiologi demam dengue dapat dijelaskan dengan mekanisme antibody dependent

enhancement (ADE). Antibodi membantu infeksi virus semakin luas dalam tubuh. Infeksi ini

memicu produksi mediator inflamasi sel T dan sel dendritik yang menyerang sel-sel darah

terutama trombosit dan sel endotel pembuluh darah. Penderita demam dengue yang terserang

trombositnya, mengalami pendarahan dalam/internal bleeding yang menyebabkan dengue

hemorrhagic fever (DHF). Selain itu, penyerangan endotelium menginduksi plasma leakage yang

menyebabkan turunnya volume cairan darah. Penurunan volume darah menyebabkan penurunan

tekanan darah dan perfusi ke jaringan menghasilkan manifestasi klinik dengue shock syndrome

(DSS).

2.5 Manifestasi klinis

vii
i
Manifestasi klinis infeksi dengue sangat bervariasi dan sulit dibedakan dari penyakit infeksi

lain terutama pada fase awal perjalanan penyakit-nya. Dengan meningkatnya kewaspadaan

masyarakat terhadap infeksi dengue, tidak jarang pasien demam dibawa berobat pada fase awal

penyakit, bahkan pada hari pertama demam. Berdasar petunjuk klinis tersebut dibuat kriteria

diagnosis klinis, yang terdiri atas kriteria diagnosis klinis Demam Dengue (DD), Demam Berdarah

Dengue (DBD), Demam Berdarah Dengue dengan syok (Sindrom Syok Dengue/SSD), dan

Expanded Dengue Syndrome (unusual manifestation).

a. Anamnesis

 Demam Dengue (DD)

Demam tinggi mendadak (biasanya ≥ 39º) ditambah 2 atau lebih gejala/tanda

penyerta:

- Nyeri kepala

- Nyeri belakang bola mata

- Nyeri otot & tulang

- Ruam kulit

- Manifestasi perdarahan

- Leukopenia (Lekosit ≤ 5000 /mm³)

- Trombositopenia (Trombosit < 150.000 /mm³ )

- Peningkatan hematokrit 5 – 10%

 Demam Berdarah Dengue (DBD)

Diagnosis DBD dapat ditegakkan bila ditemukan manifestasi berikut:

- Demam 2–7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terusmenerus

- Adanya manifestasi perdarahan baik yang spontan seperti petekie, purpura,

ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan atau melena; maupun

berupa uji tourniquet positif.

ix
- Trombositopnia (Trombosit ≤ 100.000/mm³)

- Adanya kebocoran plasma (plasma leakage) akibat dari peningkatan

permeabilitas vaskular yang ditandai salah satu atau lebih tanda berikut:

Peningkatan hematokrit/hemokonsentrasi ≥20% dari nilai baseline atau

penurunan sebesar itu pada fase konvalesen; Efusi pleura, asites atau

hipoproteinemia/ hypoalbuminemia.

- Syok

Tanda bahaya (warning signs) untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya syok

pada penderita Demam Berdarah Dengue dapat dilihat pada Boks A.

 Expanded Dengue Syndrom (EDS)

Memenuhi kriteria Demam Dengue atau Demam Berdarah Dengue baik yang disertai syok

maupun tidak, dengan manifestasi klinis komplikasi infeksi virus dengue atau dengan

manifestasi klinis yang tidak biasa, seperti tanda dan gejala:

- Kelebihan cairan

- Gangguan elektrolit

- Ensefalopati

- Ensefalitis

- Perdarahan hebat

- Gagal ginjal akut


x
- Haemolytic Uremic Syndrome

- Gangguan jantung: gangguan konduksi, miokarditis, perikarditis

- Infeksi ganda

b. Pemeriksaan Fisik

 Uji Bendung (Tourniquet Test) sebagai tanda perdarahan ringan, dapat dinilai

sebagai presumptif test (dugaan kuat). Pada hari ke-2 demam, uji Tourniquet

memiliki sensitivitas 90,6% dan spesifisitas 77,8%,dan pada hari ke-3 demam nilai

sensitivitas 98,7% dan spesifisitas 74,2%. Uji Tourniquet dinyatakan positif jika

terdapat lebih dari 10 petekie pada area 1 inci persegi (2,5 cm x 2,5 cm) di lengan

bawah bagian depan (volar) termasuk pada lipatan siku (fossa cubiti).

Gambar 2.1 gambar 2.2

Cara menghitung hasil uji Torniquet Bintik-bintik perdarahan di bawah kulit

c. Pemeriksaan Laboratorium

Ada beberapa jenis pemeriksaan laboratorium pada penderita infeksi dengue antara lain:

1. Hematologi

 Leukosit

- Jumlah leukosit normal, tetapi biasanya menurun dengan dominasi sel neutrofil.

- Peningkatan jumlah sel limfosit atipikal atau limfosit plasma biru (LPB) > 4%

di darah tepi yang biasanya dijumpai pada hari sakit ketiga sampai hari ke tujuh.

 Trombosit
xi
- Jumlah trombosit ≤100.000/μl biasanya ditemukan diantara hari ke 3-7 sakit.

Pemeriksaan trombosit perlu diulang setiap 4-6 jam sampai terbuktibahwa

jumlah trombosit dalam batas normal atau keadaan klinis penderita sudah

membaik.

 Hematokrit

- Peningkatan nilai hematokrit menggambarkan adanya kebocoran pembuluh

darah, nilai hematokrit dipengaruhi oleh penggantian cairan atau perdarahan.

- Nilai normal hematokrit:

Anak-anak : 33 - 38 vol%

Dewasa laki-laki : 40 - 48 vol%

Dewasa perempuan : 37 - 43 vol%

2. Serologis

Pemeriksaan serologis didasarkan atas timbulnya antibodi pada penderita terinfeksi

virus Dengue.

 Uji Serologi Hemaglutinasi Inhibisi (Haemaglutination Inhibition Test)

Pemeriksaan HI sampai saat ini dianggap sebagai uji baku emas (gold standard).

Namun pemeriksaan ini memerlukan 2 sampel darah (serum) dimana spesimen

harus diambil pada fase akut dan fase konvalensen (penyembuhan), sehingga tidak

dapat memberikan hasil yang cepat.

 ELISA (IgM/IgG)

Infeksi dengue dapat dibedakan sebagai infeksi primer atau sekunder dengan

menentukan rasio limit antibodi dengue IgM terhadap IgG. antibodi IgM yang

secara khas muncul pada infeksi virus dengue primer dan sekunder, sedangkan

antibodi IgG ditentukan hanya mendeteksi antibodi kadar tinggi yang secara khas

muncul pada infeksi virus dengue sekunder. Pada infeksi primer IgG muncul pada

setelah hari ke-14, namun pada infeksi sekunder IgG timbul pada hari ke-2.
xii
Interpretasi hasil adalah apabila garis yang muncul hanya IgM dan kontrol tanpa

garis IgG, maka Positif Infeksi Dengue Primer (DD). Sedangkan apabila muncul

tiga garis pada kontrol, IgM, dan IgG dinyatakan sebagai Positif Infeksi Sekunder

(DBD).

2.6 Penatalaksanaan

Pada dasarnya pengobatan infeksi dengue bersifat simtomatis dan suportif, yaitu mengatasi

kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat

perdarahan. Pasien DD dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD dirawat di ruang perawatan

biasa. Tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi diperlukan perawatan intensif. Pasien DD dapat

berobat jalan, tidak perlu dirawat inap. Pada fase demam pasien dianjurkan: 1) Tirah baring,

selama masih demam. 2) Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan. 3)

Untuk menurunkan suhu menjadi <39o, dianjurkan pemberian paracetamol. Asetosal/salisilat tidak

dianjurkan (indikasi kontra) oleh karena dapat meyebabkan gastritis, perdarahan, atau asidosis. 4)

Dianjurkan pemberian cairan dan elektrolit per oral, jus buah, sirop, susu, disamping air putih,

dianjurkan paling sedikit diberikan selama 2 hari. 5) Monitor suhu, jumlah trombosit dan

hematokrit sampai fase konvalesens

Pada pasien DD, saat suhu turun pada umumnya merupakan tanda penyembuhan.

Meskipun demikian semua pasien harus diobservasi terhadap komplikasi yang dapat terjadi selama

2 hari setelah suhu turun. Hal ini disebabkan oleh karena kemungkinan kita sulit membedakan

antara DD dan DBD pada fase demam. Perbedaan akan tampak jelas saat suhu turun, yaitu pada

DD akan terjadi penyembuhan sedangkan pada DBD terdapat tanda awal kegagalan sirkulasi

(syok). Komplikasi perdarahan dapat terjadi pada DD tanpa disertai gejala syok. Oleh karena itu,

orang tua atau pasien dinasehati bila terasa nyeri perut hebat, buang air besar hitam, atau terdapat

perdarahan kulit serta mukosa seperti mimisan, perdarahan gusi, apalagi bila disertai berkeringat

dingin, hal tersebut merupakan tanda kegawatan, sehingga harus segera dibawa segera ke rumah

xii
i
sakit. Pada pasien yang tidak mengalami komplikasi setelah suhu turun 2-3 hari, tidak perlu lagi

diobservasi.

xi
v
BAB III

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

 Nama : An. F
 Umur : 6 th
 Jenis Kelamin : laki-laki
 Tanggal lahir : 31/12/2016
 Agama : Islam
 Alamat : IV Suku
 Tanggal masuk : 06 Juni 2023

ANAMNESIS

Keluhan Utama : Demam naik turun sejak 4 hari yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke Poli Umum PKM Tanah Garam dengan keluhan demam sejak 4 hari sebelum

masuk rumah sakit, demam muncul mendadak dan dirasakan terus menerus sepanjang hari, pasien

sudah minum obat penurun panas tapi masih demam. Pasien juga mengeluhkan kepalanya pusing

dan badan terasa nyeri. Nafsu makan pasien menurun sejak demam. Pasien tidak mengeluhkan

adanya nyeri tenggorokan, batuk, pilek, nyeri perut, mual, muntah, gangguan buang air kecil, gusi

berdarah, muncul bintik bintik dan tidak pernah mimisan. Pasien belum buang air besar selama

dua hari. Karena pasien masih demam dan tidak ada perbaikan kondisi pasien dibawa ke poli

Pukesmas Tanah Garam oleh ibunya.

Riwayat Penyakit Dahulu :

 DBD : (-)
 Demam thypoid : (-)
 Kejang demam : (-)
 Faringitis : (-)
 Enteritis : (-)
 Bronkitis : (-)
 Pneumonia : (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :

xv
 kakak kandung pasien juga mengeluhkan demam.

 Riwayat DBD : (-)


 Riwayat Demam thypoid : (-)
 Riwayat Kejang demam : (-)

Riwayat Imunisasi

 Riwayat imunisasi dasar lengkap sesuai dengan jadwal IDAI.

Riwayat Sosial Ekonomi

 Pasien tinggal bersama ayah, ibu, kakak dan adik di perumahan IV Suku, sekitar rumah
tidak ada yang menderita penyakit yang serupa. Pasien memakai sumber air dari sumur.
Kesan : Perumahan dan lingkungan baik.

PEMERIKSAAN FISIK (di IGD PKM Tanah Garam tanggal 6 Juni 2023 )

 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


 Kesadaran : Compos mentis
 Berat Badan : 21 kg
 Tinggi Badan : 120 cm
 Tanda Vital
- Frekuensi Nadi : 130x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup.
- Suhu Tubuh : 38,9oC
- Frekuensi Napas : 25x/menit, regular
- Tekanan Darah : -
 Kepala :
- Bentuk dan ukuran : Normocephali, ubun-ubun normal
- Rambut dan kulit kepala : Hitam, distribusi merata, dan tidak mudah dicabut
- Mata : Palpebra tidak cekung, konjungtiva tidak pucat
 sclera tidak ikterik, reflek cahaya langsung +/+
 reflek cahaya tidak langsung +/+.
- Telinga : Normal, tidak tampak serumen dan tidak tampak sekret.
- Hidung : Tidak ada deformitas, septum deviasi (-), sekret (-)
- Bibir : Tidak kering, tidak sianosis
- Mulut : Stomatitis (-), mukosa mulut tidak kering, gigi geligi lengkap
- Lidah : Tidak kotor
- Faring : Hiperemis (-)
 Leher : KGB tidak teraba Trakea lurus di tengah
 Toraks:
- Dinding toraks : Bentuk normal, retraksi sela iga (-), iga vertikal, simetris dalam keadaan
statis dan dinamis
- Paru
xv
i
 Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis
 Palpasi : Vocal phremitus simetris, dan teraba sama keras di kedua lapang paru
 Perkusi : Sonor pada paru kedua lapang paru
 Auskultasi : Suara nafas vesikuler di kedua lapang paru, ronkhi +/+, wheezing -/-

- Jantung

 Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak


 Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS V 1 cm medial garis midclavicularis sinistra,
tidak teraba thrill
 Auskultasi : BJ I normal, BJ II normal, regular, tidak ada splitting, tidak ada
murmur, tidak ada gallop

 Abdomen:
 Inspeksi : Datar, tidak tampak distensi, tidak tampak vena kolateral
 Palpasi : Ada nyeri tekan pada kuadran kiri bawah, hepar dan lien tidak teraba,
turgor kulit baik, lemas
 Perkusi : Timpani , shifting dulnes (-)
 Auskultasi : Bising usus (+) normal
 Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
 Anggota gerak :
 Atas : Akral hangat, deformitas (-), sianosis (-), oedem (-), CRT <2 dt
 Bawah : Akral hangat, deformitas (-), sianosis (-), oedem (-),CRT <2 dt
 Tulang belakang : Tidak ada kelainan
 Kulit : Warna sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), turgor baik
Pemeriksaan tourniquet : Negatif

Pemeriksaan Laboratorium

Tangggal 6 Juni 2023 jam 09.28 WIB

Pemeriksaan Hasil Nilai normal


HEMATOLOGI
Hemoglobin 12.4 g/dl 12,5-18,5
Leukosit 3,240 mm3 5.000-10.000
Hematokrit 35 % 40-50
Trombosit 194,000 mm3 100.000-400.000

Diagnosis

Diagnosis Kerja : Observasi febris hari ke IV susp Demam dengue.

Diagnosis Banding

 Demam berdarah dengue


 Demam thypoid
xv
ii
Rencana Pemeriksaan Lanjutan

 IgM & IgG anti dengue

Penatalaksanaan

dengan BB 21 kg

 IVFD RL 15 tpm makro


 PCT syr 2 cth/4 jam
 Cefotaxime 1gr/ 8 jam

Prognosis

 Ad Vitam : Bonam
 Ad Functionam : Bonam
 Ad Sanationam : Bonam

xv
iii
BAB IV

PENUTUP

4.1 kesimpulan

Infeksi virus dengue paling penting di dunia terutama daerah tropis dan subtropis. Dalam

menegakkan diagnosis danmemberikan pengobatan yang tepat, pemahaman mengenai perjalanan

infeksi virus dengue harus dikuasai dengan baik. Penanganan yang cepat tepat dan akurat akan

dapat memberikan prognosis yang lebih baik. Kriteria diagnosis infeksi dengue dibagi menjadi

kriteria diagnosis klinis dan kriteria diagnosis laboratoris. Kriteria diagnosis klinis infeksi dengue

dibagi menjadi demam dengue, demam berdarah dengue, demam berdarah dengue dengan syok,

dan expanded dengue syndrome. Pada kriteria diagnosis klinis terdapat beberapa hal yang dinilai

seperti demam, manifestasi perdarahan, tanda kebocoran plasma, tanda syok, hepatomegali, kadar

hematokrit dan trombosit, ada tidaknya warning sign serta manifestasi klinis yang tidak biasa.

Manifestasi klinis DBD terdiri dari tiga fase yaitu fase demam (2-7 hari), kritis atau kebocoran

plasma (24-48 jam), serta konvalesens (2-7 hari).

Disamping pemeriksaan klinis, pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk menunjang

diagnosis infeksi dengue. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan berupa isolasi virus,

RT-PCR. Antigen NS1. Serologi, dan Hematologi Rutin. Pemeriksaan laboratorium ini harus

disesuaikan dengan perjalanan penyakit dari infeksi dengue untuk mendapatkan kadar yang tepat

dalam menunjang diagnosis infeksi dengue.

xi
x
DAFTAR PUSTAKA

1. Soegijanto, Soegeng. 2016. Kumpulan Makalah PenyakitTropis dan infeksi di Indonesia

Jilid 1, Surabaya : Airlangga University Press, hal 17.

2. Candra, Aryu. 2010. Aspirator: Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis,

dan Faktor Risiko Penularan. 2(2). 110-119.

3. Ramadhan, mochamad. I.A dan matthew Billy. 2017. Potensi Sistem Integrasi

Bioelectrical Impedance Analysis (BIA) dengan Artificial Neural Network (ANN)

sebagai Metode Diagnosis Demam Dengue. CDK-248/ Vol. 44 No. 1

4. Hadinegoro SR, Ismoedijanto M, Alex C. Pedoman diagnosis dan tata laksana infeksi

virus dengue pada anak. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2014;

h. 7-61

5. Vaughn DW, Green S. Kalayanarooj S. Innis BL, Nimmannitya S, Suntayakom S. et al.

Dengue in the early febrile phase: viremia and antibody responses. JID. 2007.

6. Nedjadi T. El-Kafrawy S, Sohrab SS. Despires P. Damanhouri G. Azhar E. Tackling

dengue fever: current status and challenges. Virology journal. 2015:12:212.

7. Kementrian Kesehatan RI, 2017. Pedoman Pengendalian Demam Berdarah Dengue Di

Indonesia. Jakarta : Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan Kemenkes RI

Anda mungkin juga menyukai