Anda di halaman 1dari 17

LITURGIKA

KELOMPOK 1

NORLANDA DARONDO
FRISCHA DALUWU
DEBORA HOROHIUNG

INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI MANADO


FAKULTAS TEOLOGI
PRODI PASTORAL KONSELING
2022
BAB 2
TATA WAKTU DAN KALENDER
PERAYAAN LITURGI

A. Sistem Kalender
Dasar tata waktu liturgi adalah sistem kalender (calendae = hari pertama dalam
bulan). Sejak tahun 4000-3000 sM, manusia telah menemukan dan menyusun
sistem kalender berdasarkan peredaran tata surya, yaitu bulan (lunar) dan matahari
(solar), iklim dan tubuh manusia. Sistem kalender bulan dan matahari ini
dimunculkan karena dampak kedua benda tersebut bagi hidup manusia dan alam
adalah nyata, seperti cahaya, panas, hujan, efek bulan purnama, siklus menstruasi
bagi perempuan (mensis = bulan), waktu bekerja, waktu tidur, dan sebagainya.

Yahudi
Pergantian hari dalam sistem Yahudi adalah senja, ketika matahari terbenam (Im
23:32), atau ketika tampak bintang-bintang (Neh 4:21). Siang dibagi dalam tiga
sesi, yaitu pagi, tengah hari, dan petang (Maz 55:18). Namun setelah terpengaruhi
oleh Babilonia siang dibagi dalam 12 jam(Yoh 11:9). Namun yang terpenting
sebagaimana sistem lunar yang digunakannya – dalam kalender Yahudi adalah
bulan. Perayaan bulan diitandakan dengan bulan baru dan bulan purnama pada
pertengahan bulan.
Julian
Kalender yang digunakan secara umum adalah sistem kalender Gregorian, yakni
kalender Roma yang dibarui Paus Gregorius XIII (1572-1585) pada tahun 1582.
Kalender Gregorian atau kalender Romawi adalah kalender solar yang disusun
berdasarkan kalender Julian. kalender Julian adalah kalender yang dibarui oleh
seorang astronom Alexandria : Sosigenes dibawah pemerintahan Gaius Julius
Caesar (59-44 sM) pada akhir 46 tahun sM, dibantu sekretarisnya : Marcus Fulvius.
Kalendernya sendiri diberlakukan dan digunakan pada tanggal 1 Januari 45 tahun
sM (sebenarnya masih 46 tahun sM); Alexandria memberlakukannya pada 26 tahun
sebelum Masehi. Sehingga setiap tanggal 1 Januari dijadikan tahun baru kalender
Julian, menggantikan tahun baru 1 Maret kalender Romawi Kuno. Menurut legenda,
Roma didirikan oleh Romulusdan Remus pada 753 tahun sebelum Masehi. Untuk
mengenang dan menghormatinya nama Julius Caesar kemudian diabadikan
sebagai nama bulan Juli menggantikan bulan Quintilis, yakni bulan ke-5 yang konon
merupakan bulan kelahirannya. Waktu itu bulan pertama adalah Maret yakni pada
musim semi.
Augustan
Pada hari pertama jam pertama yang muncul adalah Saturnus (planet terjauh dari
bumi), jam kedua adalah Yupiter, jam ketiga adalah Mars, jam keempat adalah
Surya, jam keleima adalah Venus, jam keenam adalah Merkurius, dan jam ketujuh
adalah bulan (terdekat dari bumi) kemudian kembali lagi ke Saturnus pada jam
kedelapan.
Dalam kristen dan pengaruh agama Surya pada sekitar abad pertama, hari pertama
diubah dari Saturnus ke Surya. Namun, sebuah dokumen seorang astronom Vettius
Valens abad ke-2 (sekitar tahun 154-174) secara eksplisit menuliskan urutan hari
dalam sepekan adalah seperti yang kita gunakan sekarang.
Anno Domini (AD)
Sementara tahun bulan dan pekan berubah, urutan tahun Gereja Roma masih
menggunakan AUC (ab urbe condita), tahun beridirnya kota Roma, tetapi pada
tahun 553, seorang rahib Roma : Dionysius Exiguus ( ± 544), mengusulkan untuk
mengubah tahun AUC dengan tahun kelahiran Yesus sebagai titik tolak. Maka ia
menghitung bahwa tahun 754 AUC adalah tahun kelahiran Yesus. Sehingga tahun
754 AUC itu adalah sama dengan tahun 1 AD (anno domini = tahun Tuhan) atau
tahun masehi.
Gregorian
Pembaruan atau koreksi kalender Julian dan Augustan kembali terjadi, kali ini
dilakukan oleh pihak Gereja Roma Katolik. Pada tahun 1582, atas perintah Konsili
Trente (1545-1563) pada tahun 1557 oleh Paus Gregorius XIII (1502-1585)
dikoreksi bahwa setahun berjumlah 365, 2422 hari bukan 365, 25 hari sebagaimana
kalender Julian.
Nama Paus Gregorius XIII diabadikan – bukan sebagai salah satu bulan, melainkan
– sebagai nama sistem kalender dewasa ini, yakni kalender Gregorian.
Anno Mundi
Perdebatan dan perhitungan kapan bumi dijadikan pernah diusulkan oleh seorang
Profesor Teologi dan Uskup agung James Ussher Armagh-Inggris ( 1581-1665)
tidak berapa lama setelah pemberlakuan sistem Gregorian. Menurutnya, AM
dimulai pada 4044 tahun sebelum Kristus. Perhitungannya ini sedikit lebih lama
dengan perhitungan orang Yahudi bahwa AM dimulai pada 3760 sM.

Musim
1. Permulaan musim semi
Secara kasat mata terlihat matahari berlalu tepat diatas bujur lurus dari timur ke
barat. Gereja barat menghayati bahwa Kebangkitan Kristus terjadi pada musim
semi, sebagaimana kehidupan baru muncul setelah malam yang panjang di
musim dingin. Kalender Julian (45 sM) menetapkan permulaan musim semi
pada 25 Maret. Konsili Nicea (325) memajukannya menjadi 21 Maret
sebagaimana dalam kalender Aleksandria.
2. Permulaan musim panas
Perayaan yang menandakan musim semi inilah hari raya kelahiran Yohanes
Pembaptis pada 24 Juni (Luk.1:36 bahwa Elisabeth 6 bulan lebih dulu
mengandung Yohanes ketimbang Maria). Secara kasat mata terlihat bahwa
matahari berlalu tepat di kaki langit sebelah utara (solstice, berasal dari sol =
matahari, dan sistere = berdiri, maksudnya berdiri di kaki langit 90°, baik selatan
maupun utara).
3. Permulaan musim gugur
Ketika waktu siang dan waktu malam sama lamanya, namun lambat laun waktu
malam menjadi lebih lama. Tanggal 21 September adalah tanda dimulainya
musim gugur. Musim gugur (bulan ketujuh sampai kesembilan) selalu disambut
dengan banyak perayaan oleh orang Yahudi.
4. Permulaan musim dingin
Ketika waktu siang lebih singkat daripada waktu malam, ketika matahari
mendekati garis bumi. Secara kasat mata terlihat bahwa matahari berlalu tepat
di kaki langit sebelah selatan. Kalender Julian menetapkan musim dingin pada
25 Desember. Konsili Nicea menetapkannya pada 21 Desember.

B. Kalender Gereja
Gereja Roma mengadakan masa empat waktu di setiap musim, kecuali pada
musim semi. Pada musim semi diadakan perayaan Paskah. Masa empat waktu
yang diadakan oleh gereja adalah masa retret selama sepekan untuk berdoa dan
berpuasa pada hari Rabu dan hari Jumat. Puasa jumat dapat dilanjutkan hingga
sabtu.
Waktu di dalam liturgi dipahami sebagai alur pengulangan dan kontinuitas dalam
satu poros. Melalui poros tersebut, waktu itu berjalan ke depan sekaligus
mengulang. Kedua alur ini : pengulangan dan kontinuitas, ditampilkan dalam
perayaan liturgi. Pengulangan dalam memperingati “sesuatu” memungkinkan umat
semakin mendalami makna suatu perayaan. Kontinuitas mengingatkan bahwa
pesan teologis bersifat kontekstual dan dinamis.
Sementara ini, istilah tahun liturgi telah lazim digunakan untuk menunjuk hari-
hari raya gereja atau kalender gereja. Istilah tahun liturgi diperkenalkan oleh
seorang pakar liturgi dari Gereja Lutheran-Jerman : Johannes Pomarius, pada
tahun 1589. Di Perancis istilah tahun liturgi baru muncul pada abad ke-19 ;
sebelumnya digunakan istilah tahun kristen abad ke-17 dan tahun rohani pada abad
ke-18. Lambat laun Gereja Roma meresmikan pemakaian nama tahun liturgi dalam
Mediator Dei Paus Pius XII thaun 1948, dan konsili Vatikan II. Bagi gereja-gereja
Protestan di Indonesia, istilah ini beragam penggunaannya. Ada yang menyebutnya
hari raya gerejawi (Abineno, PGI), kalender gereja, tahun liturgi (H.A. Van Dop,
KWI), sedangkan kami sendiri menyebutnya hari raya liturgi dan tahun liturgi.
Menurut tata waktu liturgi, ada tiga jenis waktu perayaan ibadah gereja, yaitu
ibadah harian, ibadah mingguan, dan ibadah tahunan yang ditandakan dengan hari-
hari raya liturgi.

C. Ibadah Harian
Ibadah harian telah dipraktikkan oleh jemaat mula-mula dengan mengambil
kebiasaan agama Yahudi. Ibadah yang paling lazim dan umum dilakukan adalah
dua kali sehari secara pribadi (praktik doa Yesus dalam Mrk. 1:35; 6:46-47). Pola ini
disebut juga ibadah shema, sebab pada waktu ibadah umat mengucapkan
“Dengarlah hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa” (Ul. 6:4).
Umumnya dilakukan pada matahari terbit (laudes, pujian) dan matahari terbenam
(vesperas, senja juga berarti verper, bintang barat). Cyprianus (200-258)
mengemukakan doa pada pagi hari sebab mengingat bahwa Tuhan telah bangkit.
Ada yang tiga kali sehari secara komunal (praktik doa Daniel, rasul-rasul dan
orang Kristen mula-mula dalam Dan. 6:11; Kis. 1:14)
Ada yang lima atau enam kali dengan menggabungkan ibadah komunal dan pribadi
tersebut, namun secara pribadi. Ada pula yang menambahkannya menjadi tujuh
kali sehari sebagaimana informasi Mazmur 119:164, seperti tradisi Gereja Roma
zaman Patristik.
Ibadah harian di gereja-gereja Reformasi, terutama Lutheran, tetap
dipraktikkan. Marthin Luther (1483-1546) dalam buku liturgi Deutsche Messe (1526)
menetapkan dua kali doa sehari. Ibadah pagi dengan pembacaan Perjanjian Lama,
menyanyikan hymne Jerman dan hymne Latin. Ibadah senja dengan pembacaan
Perjanjian Baru dan menyanyikan Magnificat. Di samping itu, Doa Bapa Kami
dipanjatkan secara pribadi, doa-doa jemaat, dan nyanyian Benedicamus Domino,
dilakukan dalam kedua waktu doa tersebut. Demikian pula gereja Anglikan
mempraktikkan dua kali sekali berdoa secara komunal, yaitu ibadah pagi dan
ibadah senja. Walaupun ibadah harian di gereja-gereja Calvinis di Indonesia
terkesan kurang ditekankan dan diperhatikan, namun dalam praktiknya ada.
Persekutuan doa, persekutuan pagi, doa senja, persekutuan wilayah, doa makan,
dan ibadah-ibadah harian dalam retret, persidangan gerejawi, serta pekan doa
pentakosta adalah bentuk ibadah harian.
Yang ingin diangkat dari ibadah harian adalah harian ialah agar umat selalu
berkomunikasi dengan Tuhan di dalam hidup sehari=hari. atau dengan kata lain
berkomunikasi dengan Tuhan selagi manusia bekerja dan dilakukan di dalam
keheningan. Agar manusia diingatkan terus-menerus oleh firman Tuhan akan hidup
keagamaannya di dunia.

D. Ibadah Mingguan
Di zaman Patristik, ada tiga ibadah mingguan, yaitu hari Minggu, Sabat, dan Rabu-
Jumat. sejak awal gereja melayankan ibadah mingguan pada hari pertama setelah
satu pekan, yakni hari kebangkitan Tuhan oleh sebab itu disebut hari Tuhan. Dalam
tradisi Yahudi, hari pertama (kemudian diteruskan menjadi hari kedelapan – sebab
satu hari setelah hari ketujuh) adalah awal penciptaan sejak Allah menguah
kegelapan menjadi terang dan memperbarui ciptaan-Nya. Para Bapa Gereja
menetapkan ibadah Hari Minggu untuk mengenangkan peristiwa kebangkitan
Tuhan. Oleh sebab itu, ibadah Hari Minggu dirayakan oleh beberapa gereja dengan
perjamuan kudus karena mengingat kebangkitan Tuhan ( 1 Kor.11:17-34).
Demikian pentingnya hari minggu sehingga oleh gereja, Paskah, Pentakosta
dirayakan pada hari minggu.
E. Ibadah Tahunan
Dua jenis perayaan ibadah tahunan gereja, yaitu temporale dan sanctorale atau
martyrologia. Temporale adalah perayaan yang berporos pada kisah Kristus.
Sedangkan sanctorale adalah peringatan para kudus atau martir.
Ada dua bahkan tiga ibadah tahunan atau temporale yang dirasakan oleh gereja di
sekitar zaman Patristik, yaitu Paskah dan Pentakosta (dan pondok daun). Ketiga
perayaan ini langsung berakar pada tradisi Yahudi dan dirayakan pada hari Minggu.
Lambat laun terjadi perkembangan. Paskah tidak hanya dirayakan satu hari, tetapi
menjadi Trihari Paskah. Lalu menjadi empat puluh hari setelah Paskah (disebut
minggu-minggu Paskah)
Paskah adalah pusat dari tahun liturgi. Peristiwa Kristus dirayakan berdasarkan
kebangkitan-Nya dan mewarnai seluruh ibadah gereja sepanjang tahun.umat
beribadah dari Sabtu sunyi hingga Minggu Paskah. Pembaptisan (Rm. 6:5 “mati
dan bangkit bersama Kristus”) dilayankan mengingat peristiwa Kristus. Sebagai
puncak kemenangan dan sukacita, perjamuan kudus pun dilayankan setelah
pembaptisan.
Perkembangan Paskah menjdi Jumat Agung dan Paskah ini bermaksud
untuk mempertegas bahwa kesengsaraan dan kematian Kristus dikenang secara
istimewa hanya pada Jumat Agung. Hal ini bertujuan unutk memberikan tempat
pada gereja dan umat percaya akan segi-segi manusiawi secara utuh, tulus, dan
jujur.
Hari raya Pentakosta (hari ke-50 setelah Paskah) disambungkan dengan hari raya
Kenaikan Tuhan ke Sorga.
Abad ke-4, Natal – dari tradisi Romawi sebagai perayaan dies natalis solis invicti
(hari kelahiran Dewa Matahari Yang Tak Terkalahkan) yang dirayakan pada tanggal
25 Desember 274 – dirayakan oleh gereja Roma pada tahun 336. Itu berarti hanya
62 tahun kemudian setelah Dewa Surya disembah oleh kekaisaran Roma. Seperti
halnya Paskah, perayaan ini berkembang menjadi Adven, Tahun Baru, dan Epifania
(6 Januari) dan pembatipsan Tuhan pada hari minggu berikutnya. Kini menjadi
masa raya Natal yang berlangsung selama hampir dua bulan.
Akan halnya perayaan pondok daun (sekitar bulan September-Oktober), terlihat ada
kemiripan dengan perayaan Natal. Misalnya pondok dengan daun, lilin atau obor,
ibadah sepanjang malam, dsb. Perayaan itu adalah suatu pesta panen. Panen
adalah gambaran alkitabiah mengenai nasib manusia. Kehidupan kita harus
menghasilkan buah.

BAB 3

A. Pendahuluan

Paskah Mingguan
Dasar perayaan Paskah tahunan adalah paskah migguan, yakni perayan
kebangkitan Tuhan pada hari pertama minggu itu. Kebangkitan Kristus tak mungkin
tidak di kaitkan dengan kematian-Nya. Bahkan pengenangan akan kematian kristus
lebih menonjol dibanding perayaan kebangkitan-Nya. Setiap hari pertama dari pekan,
umat Kristen mula – mula berkumpul untuk merayakan kebangkitan Tuhan.
Sementara itu paskah tahunan atau perayaan paskah Yahudi pada 14 Nisan,
dirayakan juga oleh gereja awal di Asia, Roma, dan Aleksandria pada waktu yang
sama dengan perayaan Yahudi, kecuali maknanya. Namun lambat-laun, gereja tidak
merayakan Paskah tahunan secara bersamaan dengan Paskah Yahudi. Anak domba
Paskah kita juga telah disembalih, yakni Kristus. Karena itu marilah kita berpesta,
bukan dengan ragi yang lama bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan,
tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran (1 Kor. 5:7-8).
Sehingga akhir abad ke-2, hanya beberapa gereja, seminar: Roma, dan Aleksandria
masih merayakan paskah pada tanggal 14 Nisan, yang besar kemungkinan jatuh
bukan pada hari minggu dan hampir selalu jatuh pada bulan purnama setelah musim
semi. Kemudian, untuk mendamaikan konflik antara gereja – gereja tersebut,
digelarkan konseling Nicea (325). Namun konseling gagal mendamaikan konflik.
Pada sejak awal abad ke-3 (sebelum konsili) orang Yahudi sendirimerayakan Paskah
tidak selalu setelah ‘equinox musim semi’ atau 21 maret. Akhirnya, kelompok
Aleksandria diikuti oleh sebagian besar pesta konsili, termasuk Roma, namun tidak
lama.

Paskah Tahunan
Secara historis Paskah dan Pentakosta adalah hari raya tahunan yang mula –
mula ada di dalam gereja. Kedua hari raya tersebut berasal dari tradis agama Yahudi.
Sejak abad pertama, Paskah telah dirayakan oleh gereja, namun masih dalam bentuk
Yudaisme. Pada abad ke-2, kedua hari raya ini diberikan makna baru. Khususnya
Paskah, ia menjadi induk segala hari raya gereja di masa kemudian. Leo I menyebut
Paskah sebagai pesta segala pesta, sementara Natal dan hari raya lain disebut
sebagai persiapan untuk menyambut paskah.
Sebagai hari raya dengan makna baru, Paskah dan Pentakosta di rayakan
secara berbeda antara Yahudi dan Kristen. Gereja mengambil dan menyajajarkan
pesan hari raya tersebut, tetapi tidak meniru ritual perayaannya. Paska Yahudi selalu
bersamaan dengan hari Raya Roti Tak Beragi dan di ikuti dengan perjamuan di
rumah tanggah masing – masing. Tujuh minggu setelah hari raya roti Tak Beragi
adalah Pentakosta. Kedua atau ketiga hari raya ini kemudian di kenal sebagai pesta
peringatan sejarah keselamatan bagi Israel oleh YHWH.

B. Masa Prapaskah

Semulah masa Prapaskah di awali pada hari minggu Paskah pertama yang
sekarang, struktur ini kemudian berubah – ubah hinggah dapat di tetapkan dalam tiga
priode yaitu :
1. Priode pertama dari abad ke-3 sampai ke-4 hinggah abad ke-8 samapi ke-12
2. Priode kedua sabagai priode pemantapan, dari abad ke8 smpai ke10 hingga
konsili vatikan II
3. Priode ketiga sejak tahun 1969, sebagai hasil konsili vatikan II hingga kini

Inti makna Prapaskah adalah sebelum memasuki masa raya gereja, umat
mempersiapkan diri. Masa dan minggu – minggu Prapaskah adalah persiapan untuk
Paskah dan minggu – minggu Adven adalah persiapan Natal. Masa Prapaskah
adalah kesempatan spiritual umat dan lembaga gereja untuk lebih mengenal kasih
Allah di dalam Kristus melalui pertobatan yang sungguh. Pertobatan dari dosa selalu
di ikuti dengan Anugrah pengampunan Allah.
Minggu – minggu Prapaskah masa 40hari persiapan Paskah ini telah di
tetapkan sejak awal abad ke-4 di Roma. Pada abad ke4 Paskah dihitung sejak Jumat
Agung, sehingga akhir Prapaskah adalh kamis putih, kemudian di hitung mundur
tanpa menghitung hari minggu.
Selasa daging ini bukanya tradiisi gereja. Beberapa treadisi masyarakat
(misalnya Italia,Prancis,Brazil,Meksiko) memanfaatkan pesta hura – hura menjelang
masa bertarak dan berpuasa. Itu dapat berlangsung selama beberapa hari hingga
berakhir pada hari selasa sebelum rabu Abu.
Rabu Abu ini adalah hari pertama membuka masa Prapaska, yakni masa
pertobatan, perkabungan, intropeksi diri, pendekatan diri kepada Tuhan, dan
berpuasa. Secara umum dalam pradisi Israel, abu melambangkan kefanan
manusiawi agar manusia menyesali diri dan bertobat
Prapaskah I. Liturgi Minggu Prapaskah pertama atau disebut juga caput
quadragesima (permulaan masa empat puluh hari) bertema pencobaan yang Yesus
alami di padang gurun dan berpuasa (Mat. 4:1-11; Mrk. 1:9-15; Luk. 4:1 13; sesuai
dengan putaran tahun liturgi A-B-C). Berita hari ini berkisar pada pencobaan,
kemenangan Yesus atas pencobaan, dan kemuliaan-Nya ketika malaikat melayani-
Nya. Doa pembukaan: "Bapa, tolonglah kami memahami makna kematian dan
kebang kitan Putra-Mu, dan ajarlah kami menerapkannya dalam hidup,"
menyambungkan nama Minggu Prapaskah pertama ini akan pertolongan Tuhan.
Prapaskah II. Liturgi Minggu Prapaskah kedua bertema penyataan Yesus
bersama dengan Musa dan Elia (Mat 17:1-9; Mrk. 9:2-10; Luk. 9:28-3 Penyataan itu
merupakan kemuliaan bagi Anak Manusia. Doa pembukaan utama: "Di atas gunung
kudus-Mu, Dia menyatakan diri dalam kemuliaan di hadapan para murid-Nya. Dia
telah mempersiapka mereka sehubungan dengan kematian-Nya yang semakin
dekat. Dia ingin mengajarkan mereka melalui Taurat dan Kitab Para Nabi bahasa
Kristus yang dijanjikan harus lebih dahulu menderita agar kemudia datang dalam
kemuliaan kebangkitan-Nya. Atau bisa juga memilih (Yoh 3:1-17 "percakapan Yesus
dengan Nikodemus"; Mrk. 8:31-38 "mengik Aku berarti memikul salib"; Luk. 13:31-35
"Yesus harus ke Yerusalem Doa pembukaan: "Allah Bapa kami, tolonglah kami
mendengar Putra Mu. Terangi kami dengan firman-Mu, agar kami menemukan jal
menuju kemulian-Mu."
Prapaskah III. Liturgi Minggu Prapaskah ketiga, yang disebut oculi atau "mataku
tetap terarah kepada TUHAN" (Mzm. 25:15). Tahun A bertema percakapan Yesus
dengan perempuan Samaria di sumur nenek moyang Israel (Yoh. 4:5-42), sekaligus
merupakan persiapan pembaptisan dan pembaruan janji sakramen. Penekanannya
pada percaya dan menyembah Allah, dan air hidup. Pembacaan pertama tentang air
dari Musa di Masa dan Meriba (Kel. 17:1-7) dan pembacaan kedua tentang iman
sebagai jalan masuk kepada kasih karunia (Rm. 5:1-11). Tahun B bertema Yesus
menyucikan Bait Allah ( Yoh 2:13 – 22). Pembacaan pertama tentang hukum Taurat
dari Allah melalui Musa ( kel 20 : 1 – 17) dan pembacaan kedua tentang tanda ( 1
Kor 1 : 18 – 25). Tahun C kembali mengikuti alur tahun Liturgi, bertema dosa,
penderitaan, dan pertobatan, merupakan panggilan bagi para murid Yesus ( Luk 13
: 1 – 19) yang berkaitan dengan percakapan Yesus dengan perempuan Samaria
sebelumnya.
Prapaskah IV. Liturgi Minggu Prapaskah keempat disebut lactore atau
"bersukacitalah bersama-sama Yerusalem" (Yes. 66:10), disebut juga Paskah Kecil.
Tema tahun A, perjumpaan secara pribadi dengan Yesus dan baptisan yang
dihubungkan dengan orang yang buta sejak lahir (Yoh. 9:1-41). Maksud hubungan
itu ialah memperlihatkan betapa Yesus menerangi mata supaya orang melihat dan
percaya kepada Anak Manusia. Praktik gereja lama memperlihatkan koneksi antara
baptisan dan orang yang diterangi: orang yang dibaptis ialah orang yang telah di
terangi (dibebaskan dari dosa). Pembacaan pertama adalah pemilihan dan
pengurapan Daud sebagai Raja Israel (1 Sam. 16:1-13). Pembacaan kedua tentang
"dahulu kamu adalah kegelapan, sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan" (Ef.
5:8-14). Tema tahu B percakapan dengan Nikodemus, terutama bagian “anak
manusia harus ditinggalkan supaya dunia di selamatkan” (Yoh 3:14-21). Tema tahun
C adalah perumpamaan anak yang hilang ( Luk 15:1-3, 11b – 31) mengingatkan akan
rekonsiliasi antara Allah dan manusia.
C. Pekan Suci

Pekan Suci. Pada menjelang akhir abad ke-4, setiap menjelang hari raya
Paskah, peziarah ke kota suci Yerusalem melakukan prosesi ke situs-situs
bersejarah yang berhubungan dengan sengsara, kematian, dan kebangkitan Tuhan.
Prosesi tersebut memakan waktu sepekan sebelum Paskah. Berdasarkan catatan
Egeria (384), Gereja Roma memperoleh informasi bahwa pekan Paskah, yakni
Pekan Agung, dimulai sejak Minggu sebelum hari raya Paskah, atau yang kini disebut
Minggu Palem; beberapa gereja masih menyebutnya Minggu Palem.
Minggu Palem. Pada Minggu Palem (palmarum) atau Minggu Sengsara, gereja
mengenangkan peristiwa Yesus memasuki kota Yerusalem. Unsur-unsur pokok
liturgi Minggu Palem berasal dari Gereja Yerusalem dan diadopsi oleh Gereja Roma
pada abad ke-5. Setelah prosesi dan pembacaan pengiring atau pendahulunya,
maka selanjutnya adalah liturgi sengsara. Tahun A-B-C, pembacaan ketiga tentang
pengkhianatan Yudas, perjamuan malam terakhir, penangkapan, pengadilan,
penyiksaan, penyaliban, dan penguburan Yesus (Mat. 26:14 27:66 [atau 27:11-54];
Mrk. 14:1-15:47 [atau 15:1-39]; Luk. 22:14-23:56a (atau 23:1-49]); suatu pembacaan
yang mendahului kisah sengsara yang akan dibacakan kembali pada Jumat Agung.
Ini menggambarkan bahwa kemuliaan sebagai Raja yang diterima-Nya ketika
memasuki kota Yeru salem segera dikaitkan dengan kemuliaan. Pembacaan
pertama tentang hamba yang taat (Yes. 50:4-9a), diselingi dengan Mazmur 31:10-
16, dan pembacaan kedua tentang Tuhan adalah Allah yang mengosongkan diri Nya
menjadi serupa dengan hamba (Flp. 2:5-11) sama untuk tahun A-B-C.
Hingga akhir abad ke-4, Augustinus menetapkan hari-hari prosesi Paskah
selama Pekan Suci secara lengkap. Yaitu: Minggu Palem, Senin dalam Pekan Suci,
Selasa dalam Pekan Suci, Rabu dalam Pekan Suci, Kamis dalam Pekan Suci, Kamis
(Holy Thursday) Kamis Putih pada malamnya, Jumat Agung, Sabtu Suci, dan
Paskah. Dalam Pekan Suci, pada hari Senin dan Selasa dilakukan kebaktian kecil.
Pada hari Rabu, dibacakan kisah pengkhianatan Yudas. Perjamuan kudus selalu di
adakan pada hari Kamis. Hari Jumat difokuskan untuk kisah sengsara Yesus dengan
ritus mencium salib. Pada waktu inilah salib dimuliakan secara fokus dalam liturgi.
Kamis Putih. Kamis Putih adalah hari raya terakhir sebelum Trihari Paskah.
Malam hari setelah kebaktian Kamis Putih, gereja memasuki masa trihari Paskah.
Kamis Putih juga dipandang sebagai penutup masa Prapaskah. Dua unsur utama
dalam liturgi Kamis Putih ialah perjamuan malam terakhir (dan perintah untuk
mengadakan perjamuan kudus) dan mem basuh kaki sebagai simbol hamba yang
melayani. Hal tersebut disadari oleh penulis Yohanes 13. Tak ada misa lain pada hari
ini kecuali misa krisma (perminyakan oleh Uskup), atau pertobatan, pada pagi hari.
Pada mulanya dan hingga abad ke-4 di Gereja Yerusalem, perihal Kamis Putih
ditemukan bukti dilayankannya dua kebaktian. Yaitu: ke baktian siang sebagai
penutup Prapaskah, dan kebaktian senja untuk mengenang perjamuan malam
terakhir. Di Gereja Roma antara abad ke-4 dan ke-6 hanya diadakan rekonsiliasi
kaum berdosa. Baru setelah abad ke-7 hingga sekarang, lazim dilayankan dalam tiga
kebaktian.
1) Kebaktian pagi sebagai rekonsiliasi umum bagi pendosa dan pe nutup Prapaskah.
Orang-orang yang telah mengaku berdosa dan menyesalinya diterima kembali
setelah beberapa saat lamanya menjalani sanksi gerejawi.
2) Kebaktian siang sebagai kebaktian krisma. Minyak dan alat-alat sakramen
disucikan untuk kemudian digunakan kembali pada tahun selanjutnya.
3) Kebaktian senja sebagai peringatan perjamuan malam terakhir dan pembuka
trihari Paskah. Maksud kedua (pembuka trihari) tidak terlalu berarti, namun maksud
pertama (perjamuan terakhir) menjadi sangat berarti untuk melengkapi trihari
Paskah.

D. Trihari Paskah

Setelah Kamis Putih, tanda dimulainya Trihari Paskah, tidak ada lagi perayaan
perjamuan di dalam liturgi Jumat Agung dan selama Sabtu Sunyi. Bahkan gereja
dibuat menjadi sunyi, senyap dan gelap, tanpa taplak, lilin, dan salib di atas altar.
Trihari Paskah atau "tiga hari suci Paskah" merupakan hasil perkembangan siklus
Paskah pada abad ke-4. Augustinus (354-430) menetapkan bahwa sejak Jumat
Agung hingga Paskah adalah masa sacra tissimum triduum crucifixi, sepulti, suscitati,
yakni trihari terkudus untuk penyaliban, pemakaman, kebangkitan. Trihari Paskah
kemudian dikem bangkan menjadi dua masa, yaitu:
1) Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Sunyi, dan Paskah; dan sesuai perkembangan
siklus Paskah hingga Pentakosta.
2) Paskah, Senin, Selasa. Jika trihari Paskah pertama sebagai saat puncak
memasuki hari raya Paskah. maka trihari kebangkitan merupakan puncak dari
puncak merayakan sukacita Paskah. Namun trihari kebangkitan tidak sepopuler
trihari Paskah pertama, kecuali sebagai hari libur Paskah di beberapa negara.
Jumat Agung. Drama Kamis Putih dilanjutkan dengan Jumat Agung pada
sekitar pukul 15.00 atau sebelumnya. Kisah sengsara menurut Yohanes (Yoh. 18-
19) dibacakan secara khidmat dan agung pada hari itu. Jumat Agung di Larantuka-
Flores. Perarakan Jumat Agung di masyarakat Kristen Indonesia, terutama bagian
timur, cukup meriah dan khidmat. Gereja Larantuka-Flores,55 misalnya salah satu
yang interesan dan dikunjungi oleh banyak masyarakat dunia, mengadakan prosesi
sejak Rabu sore dalam Pekan Suci hingga Sabtu beberapa hari kemudian. Tradisi ini
berasal dari Portugis tahun 1600-an; selain Flores, juga ter dapat di Timor Leste dan
Maluku.
Sabtu sunyi. Setelah selesai kebaktian Jumat Agung, gereja tetap menjaga
keheningan dengan ibadah bukan liturgi pada hari raya Sabtu Sunyi, atau Sabtu Suci
sebab berada di pekan suci. Bersama umat Tuhan di muka bumi, gereja
mengenangkan kesendirian Yesus di dalam makam-Nya. Namun, berpuasa dan
berpantang tetap dijalankan di luar liturgi gereja sambil terus merenungkan
kesengsaraan Kristus.
Paskah malam. Trihari Paskah berakhir pada Sabtu malam, dirayakan
kebaktian Paskah malam. Akar kebaktian ini adalah ibadah harian lucernarium.
Gereja-gereja Protestan di Indonesia kurang lazim merayakan kebaktian ini, sebab
mengadakan kebaktian Paskah sebelum fajar. Sedangkan Gereja Roma Katolik
merayakan Paskah malam, namun tidak merayakan Paskah pada Minggu fajar.

E. Hari Raya Paskah

Saat berduka yang diikuti dengan berpuasa dan berpantang selama trihari
Paskah diakhiri dengan sorak-sorai nyanyian "Haleluya!" pada hari raya Paskah.
Orang tidak lagi berpuasa daging dan telur. Itulah sebabnya, perayaan Paskah
dimeriahkan juga dengan makan telur. Selain tradisi masyarakat dalam menyambut
musim semi atau kehidupan per tama dengan kiasan telur, telur juga merupakan
makanan yang selama empat puluh hari ini tidak dimakan. Sering kali telur Paskah
diwarnai merah, lambang kesukacitaan. Selain telur, anak-anak juga mencari ke linci
yang disembunyikan di kandang atau di kebun. Kelinci Paskah mengiaskan
kesuburan; dalam hubungan dengan musim semi, kehidupan dan pertama.Trihari
Paskah merupakan perkembangan hari raya Paskah setelah abad ke-4. Sebelum itu,
Paskah - sebagai perayaan penyelamatan dunia yang Allah lakukan di dalam Kristus
- dirayakan hanya pada satu malam, yakni pada tengah malam hingga Minggu fajar.
Paskah adalah ibadah prosesi peristiwa Kristus. Prosesi diawali dari Bukit Zaitun dan
gerbang Yerusalem pada Minggu Palem. Ritus diteruskan pada Kamis Putih dan
Jumat Agung sampai Minggu Paskah di tempat-tempat yang ditetapkan.
Liturgi Paskah

• Ritus cahaya Liturgi diawali dari luar gedung Gereja. Para Imam dan
pembantunya dengan mengenakan jubah putih membawa lilin Paskah untuk
kemudian meletakkannya di depan gereja dan membakar api unggun. Kayu-kayu
bakar disusun berbentuk salib: Alfa di bagian kepala dan mega di bagian kaki. Umat
berdiri di tempat agak jauh dari lilin. Setelah beberapa pembacaan responsori, lilin
dibawa masuk ke dalam gereja untuk diletakkan di altar dan ditaburi dupa. Sementara
berprosesi umat mengenangkan penyertaan Tuhan kepada umat Israel melalui tiang
api selama perjalanan di gurun pasir. Ini juga menyimbol kan umat pada pemahaman
akan Kristus: "Akulah terang dunia; barang siapa mengikuti Aku, ia tidak akan
berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup" (Yoh. 8:12).
• Liturgi Firman Yang dimaksud dengan liturgi firman adalah pem bacaan
beberapa perikop Paskah dan pengajaran berupa homili oleh Uskup. Bagi gereja
yang tidak merayakan Paskah pada Sabtu malam. maka kini dibacakan sekitar
sembilan perikop - atau sebanyak-banyak nya empat belas perikop - yang dibacakan
mulai dari Perjanjian Lama.
• Baptisan dan perjamuan Tahap berikut adalah liturgi baptisan da
perjamuan. Dalam gereja, Paskah dirayakan sebagai titik tolak imas Kristen. Inti
tahun liturgi adalah sengsara dan kebangkitan Kristus (R 6:5). Sebab, sengsara-
bangkit Kristus adalah centrum keselamatan kepada seluruh umat manusia di segala
tempat. Oleh sebab itu, sejak abad ke-2 gereja merayakan Paskah dengan baptisan,
peneguhan sidi, dan perjamu an kudus yang pertama. Baptisan disejajarkan dengan
kisah umat Is melewati Teberau. Hingga abad ke-4, Gereja Roma merayakan Minggu
Paskah sebagai peringatan kematian dan kebangkitan Kristus yang men jadi lengkap
juga dengan pelayanan baptisan (Tertullianus). Hippolytus mengajarkan agar calon
baptis berpuasa pada Jumat dan Sabtu, sampai Minggu Paskah menjelang ayam
berkokok. Pada sekitar pukul 03.00 dini hari itu, mereka dibaptis di dalam air dan
dibangkitkan bersama Kristus dari kematian.

F. Minggu-minggu Paskah

Paskah tidak berakhir pada hari Minggu Paskah itu. Malahan sebaliknya,
Paskah baru saja dimulai. Namun demikian, kami melihat Minggu minggu Paskah
sebagai persiapan memasuki Pentakosta. Maka pem bahasan materi ini, secara
khusus kami masukkan di dalam pembahasan masa raya Pentakosta.
G. Tanggal Paskah

Dalam melihat tanggal Paskah, kita sering kali dibingungkan oleh karena "tidak
tetapnya tanggal Paskah sebagaimana tanggal Natal". Hal ke bingungan tersebut
dapat dipahami apabila melihat sistem kalender. Bahwasanya ada perbedaan
kalender dalam menentukan hari raya Paskah dan hari raya Natal. Tanggal Natal 25
Desember adalah tetap menurut kalender Gregorian, yakni kalender internasional
yang diguna kan di rumah-rumah kita. Tanggal Paskah Yahudi 14 Nisan adalah juga
tetap menurut kalender Yahudi yang tidak terdapat di rumah-rumah kita. Namun
demikian, bukan berarti kita tidak dapat menentukan tanggal Paskah tahun-tahun
mendatang, walaupun tidak terlalu mudah. Oleh karena menetapkan tanggal Paskah
merupakan perpaduan antara kalender Yahudi (sistem lunisolar atau perpaduan
antara sistem bulan dan sistem matahari) dan kalender Gregorian (sistem solar, yakni
sistem matahari), sementara jemaat kita menggunakan kalender gregoria
BAB 4
PENTAKOSTA

A. Latar Belakang dan Pendahuluan


Dua hari raya tahunan dalam gereja yang diwarisi langsung dari tradisi
Yahudi adalah Paskah dan Pentakosta yang telah dirayakan oleh orang Yahudi sejak
zaman para Rasul pada abad-abad pertama sejarah gereja. Kemudian, kedua hari
raya tersebut diadopsi dan diadaptasi oleh liturgi Gereja Barat dan Gereja Timur,
sejak abad pertama.
Pentakosta sebagai sebagai “mahkota” di dalammasa raya Paskah gereja
mempunyai posisi yang penting bagi sejarahgereja. Ia menanamkan arti penting bagi
keberdaan gereja di dunia. Bukan hanya secara Oikumenis gereja berdiri pada hari
pentakosta (Kis. 2), tetapi juga makna gereja sebagai utusan Allah-yakni eklesia
(persekutuan umat yang diutus keluar)- ditetapkan. Hal tersebut tergambar ketika
para Rasul berkata-kata menurut berbagai bahasa manusia. Saat itu ditetapkan
sebagai berdirinya “umat perjanjian baru” melalui pencurahan Roh Kudus.

B. Dari Yudaisme ke Kristen


Pentakosta, atau Shavout (Ibrani) adalah perayaan panen Israel yang diikuti
dengan perjamuan. Dalam Yudaisme, Pentakosta dirayakan tidak selalu tepat pada
hari ke-7 atau hari sabat. Ia dirayakan pada pada pergantian musim semi dan musim
panas pada bulan ke-3 atau ke-4: Tamus . oleh gereja pada zaman para Rasul,
perayaan panen ini lebih ditekankan pada maknanya, dan kemudian selalu dirayakan
pada hari Minggu (hari pertama). Maksud gereja dengan mengadakan perayaan ini
adalah agar sukacita paskah tidak segera berakhir setelah Trihari Paskah, tetapi
berlangsung terus selama lima puluh hari atau tujuh pekan, sehingga disebut “oktaf
agung”. Dalam tradisi Yahudi, Pentakosta terjadi pada hari ke-50 setelah hari raya
roti tak beragi, sementara gereja merayakannya pada hari ke-50 setelah Paskah.
Tema utama ialah “turunnya Roh Kudus” sebagaimana dipersaksikan dalam
Kisah Para Rasul 2. Oleh sebab itu, ada pula pelayanan baptisan sat pentakota.
Pemahaman tentang Roh Kudus belum terlalu ditekankan pada abad-abad pertama.
Baru pada abad ke-4, Pentakosta sebagai hari raya Pencurahan Roh Kudusmenjadi
semakin semarak.
Pada hari itulah, janji kristus pada hari Paskah kepada murid-murid-Nya
tentang datangnya Roh kudus (Yoh. 20:22) terpenuhi. Umat yang menjadi milik Allah
karena baptisan pada hari Paskah, diutus melalui peristiwa peneguhan iman atau sidi
pada hari Pentakosta . dengan demikian terlihat bahwa gereja menyatukan kedua
hari raya ini: Pentakosta dirayakan dalam kaitan dengan Paskah.

C. Liturgi Pentakosta
Minggu-minggu setelah hari raya Paskah
Semangat Pentakosta itu dimulai setelah hari raya Paskah. Dalam liturgi,
ibadah ditandakan melalui penyalaan lilin selama lima puluh hari, atau paling tidak
setiap minggu. Suasana sukacita Paskah terus berlangsung dan berpuncak pada
pentakosta.
Dengan demikian hari raya paskah (sebagai peringatan kebangkitan
Kristus) merupakan masa persiapan untuk Pentakosta. Lilin-lilin Paskah tersebut
mengingatkan bahwa masa raya Paskah itu masih berlangsung, sehingga minggu-
minggu setelah Paskah disebut “Minggu-minggu Paskah” bukan “Minggu-minggu
setelah Paskah.

D. Minggu-Minggu Paskah
Baptisan baru. Pada sekitar abad ke-4, bagi para baptisan baru, yaitu
mereka yang di baptis pada hari paskah kemarin, diadakan pembinaan rohani.
Kepada mereka dilayankan perjamuan kudus harian. Mereka mengenakan jubah
putih, sehingga pekan itu disebut “Pekan putih”.
Minggu Paskah II. Sebagaimana minggu-minggu prapaskah, tema hari
minggu juga diberlakukan pada mingu-minggu paskah. Minggu Paskah kedua
(Quasimodo geniti infantes atau “jadilah sama seperti bayi yang baru lahir”, 1 Ptr. 2:2)
sambil mengingat para anggota gereja yang baru dibaptis pada minggu pertama.
Minggu Paskah III. Tema minggu paskah ketiga (Misericordias Domini atau
“Kasih Setia Tuhan”. Mzm. 89:2a dan 33:5b). pembacaan Injil adalah penampakan
Tuhan kepada dua murid dalam perjalanan ke Emaus (tahun A, Luk 24:13-35),
penampakan Tuhan kepada semua murid (tahun B, Luk. 24:36b-48), dan emngasihi
Allah dan panggilan untuk menggembalakan kawanan domba Allah (tahun C, Yoh.
21:1-19).
Minggu Paskah IV. Pada minggu Paskah ke empat, (jubilate atau “bersorak-
soraklah bagi Allah, hai seluruh bumi “, Mzm 66:1) dibacakan Inji tentang Yesus
adalah Gembala Yang Baik (tahun A, Yoh. 10:1-10), yang memberikan nyawanya
bagi domba-dombanya (tahun B, Yoh.10:11-18), sehingga ada hidup kekal bagi yang
mendengarkan suara sang Gembala (tahun C, Yoh. 10:22-30)
Minggu Paskah V. minggu ini bertema nanyiam baru (Cantate Domino
Conticum novum atau “nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan”, Mzm 98:1a dan 95),
suatu nyanyian Paskah yang Agung. Tema ini menjadi jelas maksudnya ketika Injil
dibacakan, yakni suatu hal baru bahwa Yesus adalah jalan, dan kebenaran, dan
hidup. Jalan, kebenaran, dan hidup itu ditempuh dengan melakukan pekerjaan-
pekerjaan yang Yesus lakukan (tahun A, Yoh. 14:1-14). Dengan melakukan
pekerjaan Allah dan tinggal di dalamnya, orang percaya menjadi berbuah seperti
ranting yang berbuah pada pokok anggur (tahun B, Yoh. 15:1-8).
Minggu Paskah VI. Minggu ini betrema doa permohonan kepada Tuhan
(Rogate atau mintalah, maka kamu akan menerima”, Yoh. 16:24b). minggu ini adalah
hari minggu menjelang kenaikan Yesus ke sorga dan dua pekan menjelag hari raya
turunnya Roh kudus. Pembacaan Alkitab tentang “prtpisahan Yesus dengan Umat”
dan janji datangnya Roh Kudus dominan pada minggu ini.
Minggu Paskah VII. Setelah ditengahi dengan hari raya kenaikan Tuhan ke
sorga pada hari kamis, minggu paskah ketujuh bertema berlindung pada Tuhan
(Exaudi atau ”dengarlah Tuhan, seruan yang kusampaikan”, Mzm. 27:7).
Pentakosta. Hari minggu terahir adalah hari raya pentakosta. Pentakosta
adalah penutup masa raya terbesar dalam tahun liturgi. Nama-nama minggu paskah
tersebut diambil dari kalimat pertama pembacaan Mazmur waktu itu.

E. Kenaikan Tuhan ke Sorga


Tema ini menjadi satu kesatuan, bahkan dilakukan pula oleh gereja di
Yerusalem. Dua pembacaan yang tetap (tahun A-B-C) adaalh Kisah Para Rasul 1:1-
11 dan Efesus 1:15-23, sebagai pembacaan pertama dan kedua. Pembacaan Injil
disesuaikan dengan tahun liturgi. Matius 28:16-20 (tahun A) tentang pengutusan bagi
gereja agar segala bangsa menjadi murid Tuhan. Markus 16:9-20 (tahun B)
merupakan pengutusan unutk memberitakan Injil kepada segala Makhluk. Lukas
24:36-53 (tahun C) tentang keharusan menjadi saksi tentang pertobatan dan
pengampunan dosa kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.
Novena atau Doa Pentakosta. Dalam sepuluh hari itu, gereja memberikan
tempat bagi peribadatan yang bersifat devosi personal-tetapi dilakukan secara
komunal sebagaimana Kisah Para Rasul 1:14 “Mereka bertekun dalam doa bersama-
sama”- yang disebut novena (novem=sembilan).

F. Hari Raya Pentakosta


Masa raya Paskah diakhiri dengan hari raya Pentakosta. Pentakostadisebut
juga minggu putih, sebab para imam menyiapkan pakaian liturgis berwarnah putih
untuk kebaktian ini sejak sabtu. Tema-tema penting dalam Pentakosta bagi gereja
adalah sebagai berikut:
a) Pengutusan umat sebagai hasil panen (yakni buah-buah iman)
menjadi pokok berdirinya eklesia
b) Berperannya Roh Kudus di dalam membimbing dan memelihara
gereja dalam memberlakukan kerajaan Allah melalui karunia-karunia Rohn Kudus.

Liturgi Pentakosta

Ada dua-tiga liturgi pentakosta, yaitu: liturgi pada sabtu pagi liturgi malam
pada sabtu malam, dan liturgi Minggu Pentakosta. Namun kini, lazimnya perayaan
Pentakosta, dilakukan pada hari minggu saja.

Liturgi Pentakosta di gereja-gereja kita hubungkan pula dengan


persembahan syukur tahunan. Sambil mengingat PL (Ulangan 16:9) bahwa pada hari
ke lima puluh itu umat memberikan persmbahan suka rela. Selain persembahan
syukur tahunan dan pencurahan Roh Kudus yang diikuti oleh pembaptisan,
Pentakosta juga diperingati sebagai “hari lahir Gereja” secara oikumenis.

Anda mungkin juga menyukai