PKM Risetmu
PKM Risetmu
PROPOSAL
HIBAH PENGABDIAN MASYARAKAT
DISUSUN OLEH :
Ketua Tim :
Nova Yulita, S.ST, M. Keb (Universitas Muhammadiyah Riau)
Anggota :
Siti Nurkhasanah, M. Keb (Universitas Muhammadiyah Riau)
Sarah Fitria, M. Tr Keb (Universitas Muhammadiyah Riau)
Jumiati, S.ST, M.Kes (Universitas Muhammadiyah Riau)
Nevi Susianty, S.Tr Keb, M. Kes (Universitas Muhammadiyah Riau)
Apt.M. Azhari Herli Saptadi Putra, M.Farm (Universitas Muhammadiyah Riau)
Apt. Ayu Rahmawati, M.Farm (Universitas Muhammadiyah Riau)
Reni Ardila (Mahasiswa)
Rahmina Witi (Mahasiswa)
Ayuni Septiani (Mahasiswa)
Nazla Anugerah W. (Mahasiswa)
Penyuluhan tentang
cara memproduksi ASI
Luaran :
Publikasi Artikel di Jurnal Dinamisia Nasional terindeks sinta 4
Satu artikel pada media massa cetak/elektronik TRIBUN
Video kegiatan
Laporan pengabdian masyarakat.
Gambar 1. Skema Rangkaian Penelitian
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stunting
2.1.1 Definisi Stunting
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan
gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak
sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan
baru nampak saat anak berusia dua tahun. Kekurangan gizi pada usia dini
meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan penderitanya mudah
sakit dan memiliki postur tubuh tidak maksimal saat dewasa (Rahmadhita, 2020)
2.1.2 Indikator Stunting
Stunting menurut WHO Child Growth Standard didasarkan pada indeks
panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U)
dengan batas (z-score) <-2 SD (WHO, 2010). Indikator TB/U menggambarkan
status gizi yang sifatnya kronis, artinya muncul sebagai akibat dari keadaan yang
berlangsung lama seperti kemiskinan, perilaku pola asuh yang tidak tepat,
seringmenderita penyakit secara berulang karena higiene dan sanitasi yang kurang
baik (Rahmadhita, 2020)
2.1.3 Klasifikasi Stunting
Menilai status gizi anak dapat menggunakan tinggi badan dan umur yang
dikonversikan ke dalam Z-Score. Berdasarkan nilai Z-Score masing-masing
indikator tersebut ditentukan status gizi balita sebagai berikut :
Pengelompokkan Status Gizi Berdasarkan Z-Score Indeks Status Gizi Z-
Score TB/U Sangat Pendek < -3,0 Pendek >=-3,0 s/d <-2,0 Normal >=-2,0
2.1.4 Faktor Risiko Stunting
a. Asupan makanan
Manusia membutuhkan makanan untuk kelangsungan hidupnya. Makanan
merupakan sumber energi untuk menunjang semua kegiatan atau aktivitas
manusia. Seseorang tidak dapat menghasilkan energi yang melebihi dari
apa yang diperoleh dari makanan kecuali jika meminjam atau
menggunakan cadangan energi dalam tubuh. Namun kebiasaan meminjam
ini akan dapat mengakibatkan keadaan yang gawat, yaitu kekurangan gizi
khususnya energi (Sutio, 2017)
b. Penyakit Infeksi
Rendahnya sanitasi dan kebersihan lingkungan pun memicu gangguan
saluran pencernaan, yang membuat energi untuk pertumbuhan teralihkan
kepada perlawanan tubuh menghadapi infeksi. Sebuah riset lain
menemukan bahwa semakin sering seorang anak menderita diare, maka
semakin besar pula ancaman stunting untuknya. (Schmidt dan Charles,
2014)
c. Pelayanan Kesehatan dan Kesehatan Lingkungan
Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik memungkinkan terjadinya
berbagai jenis penyakit antara lain diare, kecacingan, dan infeksi saluran
pencernaan. Apabila anak menderita infeksi saluran pencernaan,
penyerapan zat gizi akan terganggu yang menyebabkan terjadinya
kekurangan zat gizi. Seseorang yang kekurangan zat gizi akan mudah
terserang penyakit dan mengalami gangguan pertumbuhan.
2.1.5 Dampak Stunting bagi Perkembangan
Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan
sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Selain itu, stunting dapat berpengaruh pada
anak balita pada jangka panjang yaitu mengganggu kesehatan, pendidikan serta
produktifitasnya di kemudian hari. Anak balita stunting cenderung akan sulit
mencapai potensi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal baik secara fisik
maupun psikomotorik. Gangguan perkembangan adalah kondisi anak tidak
mampu mencapai tugas perkembangan pada waktu diperkirakan. Gangguan dapat
terjadi pada banyak area perkembangan, misalnya pada motorik, bahasa, sosial,
atau berpikir. (Yadika et al., 2019)
2.2 Definisi Air Susu Ibu (ASI)
Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan air susu hasil sekresi dari payudara
setelah ibu melahirkan. ASI merupakan makanan yang fleksibel dan mudah
didapat, siap diminum tanpa persiapan khusus dengan temperatur yang sesuai
dengan bayi, susunya segar dan bebas dari kontaminasi bakteri sehingga
mengurangi resiko gangguan gastrointestinal. Selain itu, ASI memiliki kandungan
zat gizi yang lengkap dan sempurna untuk keperluan bayi. Hal–hal tersebut
menjadikan ASI sebagai satu-satunya makanan terbaik dan paling cocok untuk
bayi (Yusrina & Devy, 2017).
2.2.1 Komposisi ASI
Komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam menurut waktunya, yaitu :
a. Kolostrum
Kolostrum adalah cairan yang dikeluarkan payudara di hari pertama
kelahiran bayi, kolostrum lebih kental bewarna kekuning–kuningan,
karena banyak mengandung komposisi lemak dan sel–sel hidup.
Kolostrum juga mengandung zat zat gizi yang pas untuk bayi antara lain
protein 8,5%, lemak 2,5%, sedikit karbohidrat 3,5%, garam dan mineral
0,4%, air 85,1%, antibodi serta kandungan imunoglobulin lebih tinggi jika
dibandingkan dengan ASI matur yang mengakibatkan bayi tidak mudah
terserang diare.
b. ASI masa transisi
ASI masa transisi terjadi pada hari ke-4 sampai hari ke-10, dimana
pengeluaran ASI oleh payudara sudah mulai stabil. Pada masa ini, terjadi
peningkatan hidrat arang dan volume ASI, serta adanya penurunan
komposisi protein. Akibat adanya penurunan komposisi protein ini
diharapkan ibu menambahkan protein dalam asupan makanannnya.
c. ASI Matur
ASI matur disekresi dari hari ke–10 sampai seterusnya. Kadar karbohidrat
dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama
laktosa pada ASI transisi. Setelah melewati masa transisi kemudian
menjadi ASI matur maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil. Komponen
laktosa (karbohidrat) adalah kandungan utama dalam ASI sebagai sumber
energi untuk otak. Konsentrasi laktosa pada air susu manusia kira-kira
50% lebih banyak jika dibandingkan dengan kadar laktosa dalam susu
sapi. (Gunadi et al., 2019)
2.3 Kelompok PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga)
Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga, disingkat PKK, adalah organisasi
kemasyarakatan yang memberdayakan wanita untuk turut berpartisipasi dalam
pembangunan Indonesia.
Fungsi Tim Penggerak PKK Desa
Tim Penggerak PKK Desa mempunyai fungsi sebagai:
1. Penyuluh, motivator, dan penggerak masyarakat agar mau dan mampu
melaksanakan program-program PKK; dan
2. Fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali, pembina, dan
pembombing Gerakan PKK.
Sasaran PKK
Sasaran gerakan PKK adalah keluarga, baik di perdesaan maupun
perkotaan yang perlu ditingkatkan dan dikembangkan kemampuan dan
kepribadiannya, dalam bidang:
1. Mental spiritual meliputi sikap dan perilaku sebagai Insan hamba
Tuhan, anggota masyarakat dan warga negara yang dinamis serta
bermanfaat, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
2. Fisik material meliputi pangan, sandang, papan, kesehatan,
kesempatan kerja yang layak serta lingkungan hidup yang sehat dan
lestari melalui peningkatan pendidikan, pengetahuan dan
keterampilan.
2.4 Inovasi
Innovation is the ability to apply creative solution to those problem and
opportunities to enchance or to enrich people’s live. (Keinovasian adalah
kemempuan menerapkan pemecahan-pemecahan persoalan secara kreatif dan
menciptakan peluang untuk meningkatkan atau memperkaya kehidupan manusia)
seperti dikutip Suryani. Inovasi merupakan tindakan kewirausahaan untuk meraih
sukses dalam persaingan .
Daun Kelor (Moringa Oleifera Leaf). Berdasarkan informasi yang
didapatkan dari DKBM Indonesia 2019, daun kelor mengandung zat gizi makro
dan zat gizi mikro. Daun Kelor (Moringa Oleifera) dikenal di seluruh dunia
sebagai tanaman bergizi dan WHO telah memperkenalkan kelor sebagai salah satu
pangan alternatif untuk mengatasi masalah gizi (malnutrisi). Di Afrika dan Asia
daun kelor direkomendasikan sebagai suplemen yang kaya zat gizi untuk ibu
menyusui dan anak pada masa pertumbuhan. Semua bagian dari tanaman kelor
memiliki nilai gizi, berkhasiat untuk kesehatan dan manfaat dibidang industri.
Selain dikonsumsi langsung dalam bentuk segar, kelor juga dapat diolah menjadi
bentuk tepung atau powder yang dapat digunakan sebgai bahan fortifikan pada
berbagai produk pangan, seperti pada olahan pudding, cake, nugget, biscuit,
cracker serta olahan lainnya.
Sesuai dengan permasalahan yang ada kami tergerak memberikan inovasi
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan memberdayakan masyarakat
khususnya ibu PKK. Adanya produk coding danker memberikan peluang kepada
ibu PKK mendapatkan pengetahuan dan skill mengembangkan usaha
perekonomian masyarakat. Kue kering merupakan produk yang awet, menurut
Silfia (2012) dalam keadaan terbuka kue kering dapat bertahan sampai 4 bulan.
Sifatnya yang tahan lama dan dapat dimodifikasi sesuai dengan kekhasan daerah,
sangat mendukung dalam hal pengembangan wisata daerah sebagai makanan khas
oleh-oleh Pekanbaru.
BAB III.METODE
Berdasarkan analisis situasi dan permasalahan diatas, maka dapat dijabarkan
solusi penyelesaian sebagai berikut:
1. Penyuluhan tentang cara memproduksi ASI
2. Pelatihan pengolahan produk makanan “ Coding Danker” (Cookies Sliding
Daun Kelor)” untuk menambah variasi rasa dan peningkatan komposisi
Gizi Ibu,
3. Pemberian Coding Danker kepada Ibu menyusui
4. Evaluasi sebagai hasil dari program yang telah diberikan: ibu PKK mampu
membuat kembali Coding Danker, ibu PKK memasarkan produk coding
danker. Ibu PKK mengajak masyarakat dan untuk berwirausaha untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat RW 7 kelurahan Sialangmunggu
Kegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan empat kali yakni
penyuluhan cara memproduksi ASI dan Stunting, pengolahan produk pangan
alternatif dari daun kelor, pemberian produk pangan kepada ibu menyusui serta
dilakukan monitoring evaluasi setelah intervensi (pemberian Coding Danker
kepada ibu menyusui). Kegiatan ini dilaksanakan di rumah penduduk RW 7,
Kelurahan Sialangmunggu Kecamatan Tampan, Pekanbaru. Sasaran kegiatan
pengabdian masyarakat adalah ibu-ibu PKK. Tester produk pangan, yaitu cookies.
Alat yang akan digunakan untuk penyuluhan: Leaflet, Buku Resep, Laptop, dan
LCD. Media yang digunakan untuk penyuluhan: video pembuatan produk pangan
dan PPT. Metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi dan demonstrasi.
Peserta pengabmas diberikan materi tentang cara memproduksi ASI dan
Stunting. Pengolahan produk pangan menjadi bernilai gizi dan mempunyai variasi
untuk dikonsumsi. Pembuatan produk pangan Coding Danker (cookies sliding
Daun Kelor) dengan penanyangan video cara pembuatan produk tersebut.
BAB IV. LUARAN DAN TARGET CAPAIAN
1. Peralatan
Material Justifikasi Kuantitas Harga satuan Jumlah (Rp)
Anggaran (Rp)
Mixer Pengolahan 1 300.000 300.000
adonan cookies
Baskom Menyimpan 2 20.000 40.000
produk
Loyang Meletakkan 2 50.000 100.000
cetakan kue
Spatula Mengaduk bahan 2 20.000 40.000
adonan
Box sliding Untuk packaging 100 5000 500.000
Sticker Packaging produk 100 buah 1000 100.000
Tempat Tempat memasak 1 buah 200.000 200.000
panggang cookies
Kompor gas Tempat masak 1 buah 50.000 50.000
portable
Spanduk Acara pelatihan 1 buah 100.000 100.000
sosialisasi
SUB TOTAL (Rp) 1.430.000
3. Perjalanan
Material Justifikasi Kuantitas Harga satuan Jumlah (Rp)
Anggaran (Rp)
Perjalanan Untuk 10 50.000 500.000
sekitar kota membeli
Pekanbaru bahan dan alat
penunjang
SUB TOTAL 500.000
Ballard, O., & Morrow, A. L. (2013). Human Milk Composition. Nutrients and
Bioactive Factors. Pediatric Clinics of North America, 60(1), 49–74.
https://doi.org/10.1016/j.pcl.2012.10.002
Gunadi, A. M., Widyorini, E., & Indrayati, Y. (2019). Implementation of
Government Regulation Number 33 of 2012 concerning Exclusive
Breastfeeding as a Form of Legal Protection for Babies Against the
Promotion of Infant Formula Milk in Palembang City. Soepra, 4(2), 263.
https://doi.org/10.24167/shk.v4i2.1491
Hamzah, H., & Yusuf, N. R. (2019). Analisis Kandungan Zat besi (Fe) Pada Daun
Kelor (Moringa oleifera Lam.) Yang Tumbuh dengan Ketinggian Berbeda di
Daerah Kota Baubau. Indo. J. Chem. Res., 6(2), 88–93.
https://doi.org/10.30598//ijcr.2019.6-has
Hubner, I. B., & Lindy, A. (2020). SEBAGAI SUBSTITUSI DARI TEPUNG
TERIGU PADA PEMBUATAN LIDAH KUCING [ Utilization Of Kelor
Leaves ( Moringa Oleifera ) Powder As A Substitution Of Wheat Flour In
The Making Of Cat ’ s Tongue ] Konsumsi Tepung Terigu di Indonesia. 6(2).
Ilona, A, D., & Ismawati, R. (2015). Pengaruh penambahan ekstrak daun kelor
(Moringa oleifera) dan waktu inkubasi terhadap sifat organoleptik yoghurt.
Jurnal Tata Boga, 4(3), 151–159.
Johan, H., Anggraini, R. D., & Noorbaya, S. (2019). Potensi Minuman Daun
Kelor Terhadap Peningkatan Produksi Air Susu Ibu (Asi) Pada Ibu
Postpartum. Sebatik, 23(1), 192–194.
https://doi.org/10.46984/sebatik.v23i1.468
Kesehatan, D. (2013). Profil Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru Tahun 2019.
Africa’s Potential for the Ecological Intensification of Agriculture, 53(9),
1689–1699.
Miranti, M. G., Astuti, N., & Handajani, S. (2018). Pembuatan Kue Kering
Berbasis Kearifan Lokal Di Kecamaan Brondong-Lamongan (Kajian Respon
Pelatihan). Jurnal ABDI, 3(2), 102. https://doi.org/10.26740/ja.v3n2.p102-
107
Oktaviana, A. S., Hersoelistyorini, W., & Nurhidajah. (2017). Kadar Protein ,
Daya Kembang , dan Organoleptik Cookies dengan Substitusi Tepung Mocaf
dan Tepung Pisang Kepok. Jurnal Pangan Dan Gizi, 7(2), 72–81.
Putri, A. A., Endang, B. K., & Putri, A. S. (2018). Penambahan Tepung Daun
Kelor (Moringa oleifera) Terhadap Fisikokimia Dan Organoleptik Cookies
Ganyong. Jurnal Mahasiswa, Food Technology and Agricultural Products,
1, 1–12.
Rahmadhita, K. (2020). Permasalahan Stunting dan Pencegahannya. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Sandi Husada, 11(1), 225–229.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.253
Rivai, A. tenri O. (2020). Identifikasi Senyawa yang Terkandung pada Ekstrak
Daun Kelor (Moringa oleifera). Indonesian Journal of Fundamental Sciences
(IJfS), 6(2), 63–70.
Sumarni, Puspasari, I., Mallongi, A., Yane, E., & Sekarani, A. (2020). Effect of
moringa oleifera cookies to improve quality of breastmilk. Enfermeria
Clinica, 30(August), 99–103. https://doi.org/10.1016/j.enfcli.2019.10.050
Sutio, D. (2017). Buku Penuntun Praktik Parasitologi Medik I. 247–256.
Uliyanti, Tamtomo, D. ., & Anantanyu, S. (2017). FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA
USIA 24-59 BULAN Uliyanti1. Jurnal Vokasi Kesehatan, 3(2), 1–11.
Yadika, A. D. N., Berawi, K. N., & Nasution, S. H. (2019). Pengaruh Stunting
terhadap Perkembangan Kognitif dan Prestasi Belajar. Jurnal Majority, 8(2),
273–282.
Yusrina, A., & Devy, S. R. (2017). Faktor Yang Mempengaruhi Niat Ibu
Memberikan Asi Eksklusif Di Kelurahan Magersari, Sidoarjo. Jurnal
PROMKES, 4(1), 11. https://doi.org/10.20473/jpk.v4.i1.2016.11-21
Zulmi, D. (2019). Hubungan Antara Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi
Balita. Medikes (Media Informasi Kesehatan), 6(1), 69–76.
1.1 Jadwal Penelitian
No Nama Kegiatan Bulan ke-
Juli Aug Sept Okt Nov Des
1 Perencanaan
Pembentukan Tim
2. Persiapan
Kesepakatan Kerja sama
Penyusunan Jadwal
Pembelian alat dan bahan
3. Pelaksanaan
Sosialisasi
Pelatihan cookies dan pudding daun
kelor
Proses pembuatan cookies dan pudding
daun kelor
4. Evaluasi
Penyusunan laporan
Publikasi ilmiah dan laporan pelaksanaan
kegiatan
Lampiran Justifikasi Anggaran
2. Peralatan
Material Justifikasi Kuantitas Harga satuan Jumlah (Rp)
Anggaran (Rp)
Blender Menghaluskan 1 300.000 300.000
daun kelor
Kulkas mini Mendinginkan 1 1.000.000 1.000.000
produk pudding
awet
Kontainer Menyimpan 2 40.000 80.000
plastic produk
Pisau Memotong bahan 4 10.000 40.000
baku
Saringan Menyaring hasil 2 25.000 50.000
tepung daun kelor
yang telah
dihaluskan
Baskom Untuk 4 10.000 40.000
pencampuran daun
kelor dengan agar-
agar
Ember Untuk penyucian 4 25.000 100.000
daun kelor
Talenan Untuk memotong 2 40.000 80.000
plastic bahan baku
Sendok sayur Memindahkan 4 20.000 80.000
produk ke cup
plastic
Cup plastic Untuk packaging 100 1000 100.000
Panci stainless Tempat masak 1 buah 200.000 200.000
Tempat Tempat memasak 1 buah 200.000 200.000
panggang cookies
Kompor gas Tempat masak 1 buah 50.000 50.000
portable
Spanduk Acara pelatihan 1 buah 100.000 100.000
sosialisasi
SUB TOTAL (Rp) 2.420.000
3. Perjalanan
Material Justifikasi Kuantitas Harga satuan Jumlah (Rp)
Anggaran (Rp)
Perjalanan Untuk 20 50.000 1.000.000
sekitar kota membeli
Pekanbaru bahan dan alat
penunjang
SUB TOTAL 1.000.000
5. Lain-lain
Material Justifikasi Anggaran Kuantitas Harga Jumlah (Rp)
satuan
(Rp)
Listrik Penggunaan blender dan 1 bulan 100.000 100.000
kulkas
Air Pencucian alat dan bahan 1 bulan 50.000 50.000
SUB TOTAL 150.000
TOTAL 1+2+3+4+5 (Rp) 10.000.000,-
(Terbilang: Sepuluh Juta Rupiah)
PENGALAMAN MENGAJAR
Mata Kuliah Program Program Studi Tahun
Pendidikan Akademik
Sosial Budaya dan D-III Kebidanan 2020-2021
Antropologi
kesehatan
Pengantar Asuhan D-III Kebidanan 2020-2021
Kebidanan
PENGALAMAN PENELITIAN
Tahu Judul Penelitian Ketua/Anggota Sumber Dana
n Tim
2017 Hubungan Pengetahuan ibu pus Ketua Internal
terhadap Pelaksanaan Tes IVA Perguruan
Tinggi
2019 Implementasi Senam Kesehatan Ketua Internal
reproduksi terhadap kadar Perguruan
hemoglobin dan kebugaran Tinggi
jasmani remaja putri
2021 Hubungan SIKAP ibu PUS dan Ketua Penelitian
dukungan petugas keseahatan Dosen Pemula
terhadap pelaksanaan tes IVA
KARYA ILMIAH
A. Buku/Bab/Jurnal
Tahun Judul Penerbit/Jurnal
2019 Panduan Senam Kesehatan Reproduksi Poltekkes Kemenkes
Semarang
2019 Implementasi Senam Kesehatan Reproduksi Prosiding ICENIS
Terhadap Kadar Hemoglobin Remaja Putri
B. Makalah/Poster
Tahu Judul Penerbit/Jurnal
n
C. Penyunting/Editor/Reviewer/Resensi
Tahu Judul Penerbit/Jurnal
n
KONFERENSI/SEMINAR/LOKAKARYA/SIMPOSIUM
Tahu Judul Kegiatan Penyelenggara Panitia/
n Peserta/
Pembicara
2019 ICENIS UNDIP Pemakalah
Oral,